GUNA MEMBANGUN POSTUR POLRI YANG PROMOTER DALAM RANGKA TERWUJUDNYA KEPERCAYAAN MASYARAKAT
Polisi Sipil merupakan wahana dalam melaksanakan pemolisian masyarakat
(Polmas). Dalam implementasinya memang tidak dapat disamakan antara satu daerah dengan daerah lainya. Namun pada hakikatnya, prinsip Polmas berlaku umum dan sama. Pemolisiannya di era digital seyogyanya dibangun model pemolisian yang dapat mencapai pemolisian yang profesional, modern dan terpercaya berbasis pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Di masa yang modern, yang serba cepat, ingin mudah, ingin tepat, akurat, aman, nyaman, selamat, transparan, akuntabel, informatif dan mudah diakses. Sejalan dengan pemikiran tersebut apabila dihubungkan dengan konteks pelayanan kepolisian dapat dipahami bahwa pelayanan kemanan dan pelayanan keselamatan dibutuhkan pelayanan yang prima. Tatkala kita membangun sistem pemolisian sebagai model yang perlu diperhatikan adalah masukan (input), proses (cara mencapainya) maupun keluaranya (output), yang memerlukan adanya standar-standar baku sebagai pedoman operasionalnya (SOP).. E-Policing dalam konteks Nastrap ini dipahami sebagai model community policing pada sistem online. Dengan demikian E-Policing implementasinya pemolisian yang berbasis wilayah, berbasis kepentingan dan berbasis dampak masalah yang berupaya menerobos sekat-sekat ruang dan waktu sehingga pelayanan-pelayanan kepolisian dapat terselenggara dengan cepat, tepat, akurat, transparan, akuntabel informatif dan mudah diakses. E-Policing juga menjadi strategi inisiatif anti korupsi, reformasi birokrasi dan creative break through. Polisi sebagai lembaga pemerintah yang didirikan untuk menyelenggarakan tugas mewujudkan dan memelihara keteraturan sosial. Penyelenggaraan tugasnya adalah memberikan: perlindungan, pengayoman dan pelayanan, serta penegakkan hukum dan menyelenggarakan tugasnya melalui pemolisian. Pemolisian adalah segala usaha yang dilakukan polisi pada tingkat manajemen maupun tingkat operasional, dengan atau tanpa upaya paksa, dalam mewujudkan dan memelihara kamtibmas. Makna polisi menyelenggarakan tugas untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat adalah polisi mampu memberikan jaminan keamanan dan rasa aman sehingga dapat mengurangi adanya rasa takut masyarakat akan adanya gangguan kamtibmas. Peningkatan kemampuan Polri dalam melaksanakan Pemolisian di era digital harus sesuai dengan semangat Polri yang Promoter (Profesional, Modern dan Terpercaya) dimana Para pekerja/ petugasnya memiliki keahlian/ setidaknya memiliki kompetensi, sistem-sistem yang dibangun ada back office, aplikasi, network, dan dapat diunggulkan dan kinerjanya dirasakan membawa manfaat bagi masyarakat dengan adanya keamanan dan rasa aman dan semua melalui modernisasi. Modernisasi di bidang manajemen kepolisian dan teknologi kepolisian mensyaratkan perubahan paradigma, strategi dan juga aspek-aspek teknis yang berhubungan dengan penataan organisasi dan penyiapan sumber daya kepolisian yang didukung peran teknologi tinggi dalam mewujudkan organisasi kepolisian yang profesional, efektif, efisien dan modern dalam era millenium ke III. Sedangkan modernisasi strategi pemolisian untuk mewujudkan perilaku dan budaya organisasi kepolisian yang adaptif dengan perkembangan zaman dalam mencapai manfaat kepolisian di dalam masyarakat yang tidak saja mencegah dan memerangi kejahatan tetapi juga bermanfaat bagi peradaban dan keberlangsungan kehidupan. Upaya yang dilaukan untuk melaksanakan hal tersebut diatas adalah dengan mengaktualisasikan Smart Policing. Smart policing Merupakan model pemolisian di era digital baik untuk yang konvesional maupun secara elektronik (e-policing) yang proaktif, problem solving, mendekatkan kepada masyarakat dan lebih mengutamakan tindakan-tindakan pencegahan serta berorientasi pada peningkatan kualitas hidup masyarakat dan mampu memberikan pelayanan-pelayanan kepolisian yang prima (cepat, tepat, akurat, transparan, akuntabel, informatif dan mudah diakses). Implementasi Smart Policing adalah dengan membangun back office sebagai pusat data, komunikasi, koordinasi, pengendalian, pengawasan dan informasi, application sebagai bentuk model program-program layanan yang bisa di install dalam berbagai model dan sistem baik untuk pendataan, pencarian, pemberian informasi, kecepatan merespon dan sebagainya, dan network sebagai jejaring secara elektronik dan secara manual harus terus dibangun sebagai fondasi dasar atas kekuatan dari sistem-sistem pelayanan tersebut. Kesemua nya itu perlu didukung dengan big data. Big data merupakan bagian penting untuk dapat bekerja sinergi terintegrasi. big data ini dibangun dalam sistem-sistem pemetaan dan pengategorian sesuai dengan apa yang akan diperlukan untuk sistem operasionalnya. dari sistem-sistem pengategorian akan dapat dihubung-hubungkan dalam suatu model yang holistik atau sistemik. dari model-model tersebut akan memudahkan membuat sistem analisa baik prediksi antisipasi dan solusi secara konseptual bahkan teoritikalnya hingga pengoperasionalannya. Polisi dalam pemolisiannya diharapkan menjadi polisi yang profesional (ahli, dengan mengembangkan ilmu kepolisian), cerdas (kreatif dan inovatif: pilih orang- orang yang berkarakter), bermoral (dibangun dengan kesadaran, tanggung jawab dan disiplin) dan modern (berbasis IT). Semua itu dijabarkan model pemolisianya dalam model smart policing pada tingkat Mabes, tingkat Polda, tingkat Polres, tingkat Polsek dan Subsektor, bahkan sampai dengan babinkamtibmas. Mewujudkan Polri yang profesional, modern dan terpercaya melalui Smart Policing dimulai dari pemikiran-pemikiran visioner yang luar biasa atau berbeda dengan pemikiran-pemikiran pada umumnya dalam birokrasi yang rasional (berdasar pada kompetensi), kepemimpinan yang visioner, transformasional dan problem solving dalam membangun model pemolisian di era digital dengan berbasis pada sistem online (Electronic Policing). Selain itu perlu adanya peningkatan SDM yang profesional yang memiliki attitude yang baik dan sebagai pekerja keras dan pembelajar serta mind set sebagai polisi ideal (penjaga kehidupan, pembangun peradaban dan pejuang kemanusiaan sekaligus). Hal ini ditunjukkan pada birokrasi yang mempunyai Tata Kelola Lembaga Prima ( National Class Institution) yang memiliki program-program unggulan yang inspiratif, inovatif, kreatif serta dinamis. Dukungan infrastuktur dengan teknologi yang modern masih dapat memberikan pelayanan yang cepat, tepat, akurat, transparan, akuntabel, informatif dan mudah diakses. Disamping itu perlu ditingkatkan kerjasama yang sinergis dan berkelanjutan dengan stakeholder dalam mengaktualisasikan smart policing melalui democratic policing. Penerapan strategi aktualisasi smart policing melalui democratic policing guna rnembangun postur Polri yang Promoter dalam rangka terwujudnya kepercayaan masyarakat, menurut Penulis dapat dilakukan melaui antara lain: 1. Membangun Program Smart Policing yang merupakan model pemolisian di era digital dengan berbasis pada sistem on line melalui e-tilang, pengembangan aplikasi Integrated Road Safety Management System (IRSMS), membangun ERI, SIM Online, BPKB Online, Safety Driving Centre, NTMC/ RTMC, Intelligence Traffic Analysis (INTAN) yang didukung back office, aplikasi dan network, sebagai wahana pelayanan kepolisian di bidang lalu lintas di era digital yang saling terkoneksi dalam rangka mewujudkan dan memelihara keamanan dan ketertiban, penegakan hukum serta pelayanan kepolisian yang prima. 2. Capacity Building sebagai salah satu upaya peningkatan kualitas SDM lalu lintas menuju Polisi yang profesional, modern dan terpercaya dengan membangun karakter Polantas serta memperbaiki dan meningkatkan kualitas SDM polantas melalui pendidikan dan latihan baik soft skill maupun hardskill. 3. Penerapan smart policing pada fungsi lalu lintas sesuai dengan amanat UULLAJ yaitu meningkakan kualitas keselamatan dan menurunkan tingkat fatalitas korban kecelakaan, membangun budaya tertib berlalu lintas, dan meningkatkan kualitas pelayanan publikmellaui forum lalu lintas untuk menemukan akar permasalahan dan mencari solusi serta komitmen untuk mewujudkannya. Keberhasilan membangun postur Polri yang Promoter sebagai aktualisasi smart policing melalui peningkatan SDM yang profesional, anggaran yang berbasis kinerja, sarana dan prasana yang berbasis ilmu akan mampu meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada Polri. Spirit dari Smart Policing adalah Belajar dan memperbaiki kesalahan masa lalu, Siap di masa kini, menyiapkan masa depan yang lebih baik. Dengan meningkatnya kepercayaan masyarakat akan meningkatkan kinerja Polri sehingga akan mendapatkan anggaran yang cukup dan memiliki modernitas dalam sarana prasarana serta mendapat dukungan dari Pemerintah maupun wakil-wakil rakyat sehingga di masa yang akan datang Polri semakin baik dan dan dapat menjadi World Class Institution.