Contoh Proposal Penelitian
Contoh Proposal Penelitian
UNIVERSITAS MAJALENGKA
TAHUN 2021
Waktu sekarang, seiring dengan berjalannya waktu industri- industri baik industri
rumahan ataupun pabrik semakin marak di negara Indonesia. Sekarang sudah sangat mudah
dijumpai suatu industri walaupun letaknya dekat dengan pemukiman padat dari penduduk. Posisi
dari suatu pabrik yang berdekatan dengan pemukiman warga tentu bisa memicu terjadinya
dampak buruk, baik itu lewat limbah padat, cair atau gas.
Khususnya untuk limbah padat yang memerlukan tempat penampungan yang lumayan
besar. Aktifnya dari perindustrian di negara Indonesia tak bisa berlangsung terus menerus tanpa
adanya proses yang bisa menekan dampak buruk yang dikarenakan adanya pembuatan produk di
sebuah perindustrian.
Limbah maupun sampah memang menjadi sebuah bahan yang tak berarti atau tidak
berharga, namun kita tidak mengetahui jika limbah juga dapat menjadi sesuatu yang bermanfaat
apabila diproses dengan baik dan benar. Beberapa pabrik yang ada di Indonesia sekarang sudah
mulai menerapkan sistem pengolahan limbah guna mengurangi dampak polusi dari limbah –
limbah itu. Bahkan terdapat beberapa yang menggunakan limbah pabriknya untuk dijadikan
suatu produk baru yang bermanfaat dengan diolah lewat proses tertentu.
Salah satunya dalam mengolah limbah sisa pembuatan gula yang menjadi kompos, batako
atau lainnya. Pemanfaatan limbah sekarang ini juga menjadi sangat penting, khususnya dengan
tujuan untuk mengatasi masalah penumpukan sampah di kota besar seperti limbah organik
industri dan limbah pertanian / perkebunan.
Sistem pembangkit listrik (generator biomass) yang paling optimal dengan menggunakan
model sistem pembangkit listrik grid-connected. Perhitungan dari hasil potensi biomasa tebu
(feedstock biomass) dengan menggunakan ampas tebu untuk dijadikan sebagai sumber energi
generator 1, generator 2, generator 3 serta perhitungan konsumsi daya pada industri yang dengan
secara menyeluruh sistem adalah system dipakai bantuan perangkat lunak, di dalam hal ini
HOMER versi 2.68.
Hasil simulasi serta optimasi dengan menggunakan bantuan software HOMER
menunjukkan jika secara keseluruhan sistem yang paling optimal guna diterapkan di PT.
Rajawali II (PG/PS Jatitujuh) adalah system pembangkit listrik (100%) dengan menggunakan
Grid PLN (0%).
Dihitung 0% disebabkan langganan dari PLN tak digunakan pada sistem pembangkit
sebab pembangkit mampu menampung daya konsumsi semua sektor industri. Hasil total daya
yang dihasilkan dari pembangkit 1,2 & 3 sebesar 15,024,411 kWh/tahun dari hasil analisa Homer
Energy. Dilihat dari data di atas, penulis tertarik guna menyusun suatu Proposal Jurnaldengan
judul “Analisis Potensi Limbah Tebu sebagai Pembangkit Listrik Energi Biomassa di Pabrik
Gula”. Pada Proposal Jurnal ini penulis membahas terkait pemanfaatan limbah yang dihasilkan
dari proses pembuatan gula di dalam PG. Rajawali II Jatitujuh.
Dalam memudahkan penyusunan Proposal Jurnal , penulis akan menggunakan rumus masalah
kedalam beberapa bentuk kalimat pertanyaan seperti:
Dilihat dari rumusan masalah di atas, maka dalam pembahasan Proposal Jurnalini dibatasi
terhadap:
• Mengetahui hasil analisa energi biomasa tebu yang menjadi sumber energi listrik ramah
lingkungan di kehidupan masyarakat.
Manfaat penelitian biomassa untuk penulis yakni bisa menambah wawasan untuk
peneliti serta bisa dijadikan sebagai pedoman dalam menghadapi masalah bahan
bakar yang sekarang ini tengah dalam keadaan yang mengkhawatirkan.
Bisa dijadikan sebagai penyedia energi listrik yang terbarukan dan ramah
lingkungan. Bisa untuk menyediakan energi alternatif mandiri serta tidak bergantung
kepada energi fosil.
Energi biomassa merupakan sumber energi yang berasal dari bahan biologis atau organik
yang telah baru saja mati atau pun masih hidup. Biomassa dapat berupa tumbuhan, atau
hewan, atau residu yang dihasilkan oleh tumbuhan atau hewan. Biomassa adalah salah satu
energi baru terbarukan, karena dapat diperbarui, misalnya, pada biomassa yang berasal
dari tumbuhan, kita dapat menanam tanaman secara terus-menerus yang menghasilkan energi,
dan pemanfatan biomassa pun dapat disesuaikan dengan potensibiomassa yang ada
disuatu wilayah. Penggunaan Biomassa pun bermacam-macam, ada yang menjadi bahan
campuran suatu sumber energi ada pula yang secara murni menjadi sumber energi.
Contoh jenis dan penggunaanya yaitu: sebagai Bio Fuel (seperti biodiesel, bioethanol, bio
avtur, dll), biobriket, biogas, sebagai sumber bahan bakar, bahkan sebagai sumber energi
pembangkit listrik. Menurut LIPI Potensi biomassa yang ada di Indonesia sbesar 50 GW,
namun yang baru dimanfaatkan saat ini adalah 5 persen (1). Sumber biomassa pun beragam
seperti: tanaman jagung, singkong, kentang, ubi, sekam padi, kelapa sawit, jarak, kayu,
kotoran hewan, serta limbah atau residu. Namun penggunaan biomassa juga harus
memperhatikan dengan pemenuhan kebutuhan bahan nabati untuk konsumsi mahluk hidup,
jangan sampai terjadi krisis pangan akibat pemanfaatan tanaman yang sepenuhnya untuk
sumber biomassa, namun hal tersebut dapat dicegah dengan pengelolan yang baik antara
pemanfaatan tanaman sebagai sumber makanan dan sumber energi biomassa.
Pemanfaatan biomassa bisa dengan menggunakan limbah padat perkotaan atau sampah.
Bahan-bahan tersebut dikoversikan menjadi energi listrik, bahan-bahan tersebut berupa
bahan biogenik seperti kardus, kertas, sisa makanan, rerumputan, daun, ranting dan lain
sebagainya. Hal ini juga dapat menjadi solusi pemecahan masalah sampah di perkotaan.
Tanaman tebu, jagung, singkong, gandum dapat menjadi ethanol, yang dapat menjadi
campuran penyusun bahan penyusun biodiesel, bioavtur, bio fuel.Tentunya dengan
perbandingan yang telah ditentukan dengan spesifikasi setiap produk.Tanaman - tanaman
tersebut juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar yakni dari ampas, daun, maupun
batangnya.namun tidak digunakan secara optimal di masyarakat. Biomassa tersebut juga dapat
diolah menjadi bioarang, yang merupakan bahan bakar dengan tingkat nilai kalor yang
cukup tinggi dan dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Biomassa sangat mudah
ditemukan dari aktivitas pertanian, peternakan, kehutanan, perkebunan, perikanan, dan
limbah-limbah lainnya.Di Indonesia terdapat wilayah penghasil energi biomassa dengan
potensi besar, memiliki potensi biomassa untuk pembangkit listrik dengan cara memanfaatkan
limbah sawit dari perkebunan kelapa sawit. Potensi pembangkit listrik bersumber energi
biomassa di Riau adalah sebesar 146 MW. Energi biomassa tersebut berasal dari pemanfaatan
limbah sawit, tandang kosong, limbah cair, dan cangkangnya, jumlah potensi tersebut adalah
kalkulasi kemampuan masing-masing pabrik. dengan potensi menghasilkan 1 MW.
A. Metode penelitian:
Berwujud peninjauan menuju lokasi serta siskusi bersama pihak – pihak yang terkait guna
memperoleh data yang diperlukan pada penulisan Proposal Jurnal .
Selepas dikerjakan pengujian, data – data serta analisa yang didapatkan dan juga disusun
dalam suatu laporan tertulis.
B. Hasil penelitian
Sebagai sebuah Pabrik Gula, Rajawali II berbeda dengan perusahaan MNC lainnya yang
ada di Indonesia, PG Rajawali II memiliki integritas yang tinggi dan keterbukaan dengan tetap
menghargai dan menghormati hak asasi manusia, menjaga keseimbangan para karyawan dan
menghormati kepentingan sah relasi perusahaannya serta memiliki pengabdian kepada
masyarakat. PG Rajawali II adalah perusahaan yang bergerak di bidang produksi gula
memproduksi kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan konsumen sehari-harinya.
Dimulai pada tahun 1971, dalam rangka untuk memenuhi swasembada gula, Pemerintah
Republik Indonesia mengadakan kerjasama dengan Bank Dunia. Dari kerjasama tersebut
dibentuk Indonesia Sugar Study (ISS). Salah satu programnya adalah mencari areal baru yang
berorientasi pada lahan kering. Survey pencarian lahan dilakukan pada tahun 1972-1975 yang
menyatakan bahwa areal BKPH Jatitujuh, Kerticala, Cibenda dan Jatimunggul masuk kategori
lahan kering dan cocok untuk penanaman tanaman tebu. Pada tanggal 9 Agustus 1975 terbit
Surat Keputusan Menteri Pertanian (SK Mentan) No.795/VI/1975 tahun Izin Prinsip Pendirian
Pabrik Gula. Diikuti Surat Keputusan Menteri Pertanian (SK Mentan) No.481/Kpts/UM/8/1976
tanggal 9 Agustus 1976 tentang kawasan hutan Jatitujuh, Kerticala, Cibenda dan Jatimunggul
seluas 12.022,50 hektar untuk dicadangkan kepada PT Perkebunan XIV guna penanaman tebu
dan pendirian bangunan serta fasilitas dalam rangka pembangunan Proyek Pabrik Gula Jatitujuh.
Melalui Peraturan Pemerintah (PP) No.17 tahun 1979 tertanggal 25 Juni 1979 tentang
Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia Untuk Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero)
di Bidang Produksi Gula, Negara Republik Indonesia melakukan penyertaan dalam modal saham
di Proyek Gula Jatitujuh. Bangunan Pabrik Gula Jatitujuh mulai dibangun tahun 1977 sampai
dengan tahun 1978 yang ditangani oleh kontraktor dari Perancis yaitu Five Cail Babcock (FCB).
Peresmian Pabrik Gula Jatitujuh baru dilaksanakan pada tanggal 5 September 1980 oleh Presiden
Republik Indonesia H.M. Soeharto. Melalui Peraturan Pemerintah (PP) No. 17 tahun 1979
tanggal 15 Juni 1979 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia Untuk Pendirian
Perusahaan Perseroan (Persero) di Bidang Produksi Gula, Negara Republik Indonesia melakukan
penyertaan dalam modal saham di Proyek Gula Jatitujuh.
1. Klasifikasi Risiko
a. Risiko strategi Bisnis, yang meliputi antara lain : Risiko persaingan bisnis, risiko
ketersediaan lahan, risiko bibit buruk, risiko gagal panen, risiko pabrik tua, risiko
kerugian anak Perusahaan, risiko kerugian kerja sama strategis, risiko penugasan dari
Pemerintah, risiko kegagalan marketing, serta risiko yang timbul dari dampak adanya
kebijakan/regulasi.
b. Risiko operasional, meliputi antara lain : Risiko penurunan penjualan, risiko biaya
operasi tinggi, risiko pemasaran yang tidak tepat, risiko kehandalan peralatan dan
teknologi, risiko kesalahan proses, risiko ketidakjelasan pembagian tugas, risiko
ketidakpatuhan pada prosedur, risiko pemogokan kerja dan SDM, risiko perubahan
situasi sosial, politik dan keamanan.
c. Risiko keuangan, yang meliputi antara lain : Risiko investasi, risiko efisiensi biaya
produksi (inefisiensi), risiko hutang yang tinggi, risiko cashflow negatif, risiko dana
terbatas, risiko transaksi mata uang asing, risiko perubahan nilai suku bunga, risiko tidak
tertagihnya piutang dan risiko dari adanya regulasi keuangan dari Pemerintah.
a. Mengidentifikasi potensi risiko internal pada setiap fungsi/unit dan potensi risiko
eksternal yang dapat mempengaruhi kinerja Perusahaan;
Manfaat manajemen risiko adalah memperkecil dampak kerugian dari ketidakpastian dalam
usaha.
a. Dewan Komisaris.
b. Direksi.
3. Dewan Komisaris dan Direksi bertanggung jawab menetapkan tingkat risiko yang
dipandang wajar.
a. Memonitor risiko-risiko penting yang dihadapi Perusahaan dan memberi saran mengenai
perumusan kebijakan di bidang manajemen risiko.
d. Melakukan kajian berkala atas efektivitas sistem manajemen risiko dan melaporkannya
kepada Pemegang Saham/RUPS.
b. Melaporkan kepada Dewan Komisaris tentang risiko-risiko yang dihadapi dan ditangani.
a. Memastikan bahwa kebijakan dan sistem manajemen risiko telah diterapkan dan
dievaluasi secara berkala.
Komunikasi dan konsultasi dilakukan oleh setiap Penanggung Jawab Risiko (Risk Owner)
terhadap para pemangku kepentingan baik internal maupun eksternal pada setiap tahap
proses pengelolaan risiko dengan tujuan agar mereka dapat memahami keterkaitan rencana
strategis Perusahaan dengan pengelolaan risiko dan peran mereka dalam pengelolaan risiko
Perusahaan. Lingkup materi yang harus dikomunikasikan dan dikonsultasikan meliputi :
- Maksud dan tujuan, alasan penerapan manajemen risiko, elemen-elemen yang terdiri
dari : prinsip, kerangka kerja, dan proses manajemen risiko Perusahaan.
- Kriteria, toleransi risiko (risk tolerance), dan selera risiko (risk apetite) yang ditetapkan
Perusahaan.
- Akuntabilitas dari setiap Pihak yang terlibat dan berkepentingan dengan pengelolaan
risiko, baik internal maupun eksternal.
2. Menentukan Konteks
Parameter yang ditetapkan harus sesuai dengan kerangka kerja pengelolaan risiko (risk
management framework) yang telah ditetapkan.
3. Asesmen risiko (Risk Assessment)
Tujuan asesmen adalah mengenali risiko, tingkat kegawatan risiko dan prioritas
penanganan risiko. Proses asesmen terdiri dari : Identifikasi risiko, analisis risiko dan
evaluasi risiko.
Tujuan proses penanganan risiko adalah menyeleksi alternatif metode atau teknik yang
digunakan untuk mengurangi tingkat kegawatan risiko yang teridentifikasi.
- Berbagi risiko yaitu membagi beban penanganan risiko dengan pihak lain untuk
mengurangi tingkat kegawatan risiko.
Pemantauan adalah monitoring rutin terhadap kinerja aktual dari pelaksanaan proses
manajemen risiko dibandingkan dengan rencana yang ditetapkan. Kaji Ulang adalah
peninjauan berkala terhadap efektifitas sistem manajemen risiko yang diberlakukan dan
efektifitas pelaksanaan penanganan risiko guna perbaikan secara terus menerus.
.
Kesimpulan
PT PG Rajawali II adalah Anak Perusahaan (AP) dari PT Rajawali Nusantara Indonesia (PT
RNI, Persero) yang bergerak dibidang Agroindustri khususnya Industri Gula dan berlokasi di
Cirebon, Provinsi Jawa Barat. PT PG Rajawali II merupakan Anak Perusahaan dari PT Rajawali
Nusantara Indonesia (RNI) yang paling luas areal dan paling besar asetnya dibandingkan dengan
Anak Perusahaan PT RNI yang lain. PT PG Rajawali II memiliki :
• 2 (dua) Pabrik Gula yang masih aktif beroperasi yaitu Pabrik Gula Unit Tersana Baru dan
Pabrik Gula Unit Jatitujuh
• 2 (dua) Pabrik Gula yang vakum yaitu Unit Pabrik Gula Sindang Laut dan Unit Pabrik
Gula Unit Subang
• 1 (satu) Pabrik Gula yang telah dihentikan operasinya yaitu Pabrik Gula Unit
Karangsuwung
• 1 (satu) unit yang bergerak dalam hal melakukan riset dan pengembangan di bidang
tanaman yaitu Unit Puslitagro
• 1 (satu) Pabrik yang memproduksi spiritus, alkohol dan derifatnya yaitu Unit PSA
Palimanan
• 1 (satu) Apotek yaitu Apotek Raja Farma
• 1 (satu) Pabrik Kamvas Rem yang telah dihentikan operasinya yaitu PT Inti Bagas
Perkasa
Daftar Pustaka
Sumber : http://rajawali2.co.id/