Anda di halaman 1dari 2

PERBEDAAN PENGATURAN REVALUASI ASET MENURUT

PAJAK DAN AKUNTANSI December 2, 2008

Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 79/PMK.03/2008 yang ditetapkan pada tanggal 23 Mei 2008
mengatur mengenai penilaian kembali aktiva tetap perusahaan untuk tujuan perpajakan. PMK ini
mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan merupakan pengganti dari Keputusan Menteri
Keuangan No. 486/KMK.03/2002.
Pengaturan Revaluasi Aktiva Tetap (aset tetap menurut istilah PSAK 16 revisi 2007) secara
perpajakan (menurut PMK No. 79 tahun 2008) terdapat beberapa perbedaan signifikan
dibandingkan dengan pengaturan menurut PSAK 16 (revisi 2007).
Adapun beberapa ketentuan pokok menurut PMK No. 79 tahun 2008 adalah :
1. Untuk melakukan penilaian kembali aktiva tetap perusahaan, perusahaan mengajukan
permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak (pasal 2 ayat 1);
2. Penilaian kembali aktiva tetap Perusahaan dilakukan terhadap : (a) Seluruh aktiva tetap
berwujud, termasuk tanah yang berstatus hak milik atau hak guna bangunan; atau (b) seluruh
aktiva tetap berwujud tidak termasuk tanah, yang terletak atau berada di Indonesia, dimiliki, dan
dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan Objek
Pajak (Pasal 3 ayat 1);
3. Penilaian kembali aktiva tetap perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat
dilakukan kembali sebelum lewat jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak penilaian kembali
aktiva tetap perusahaan terakhir yang dilakukan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan ini
(Pasal 3 ayat 2);
4. Sejak bulan dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap perusahaan, berlaku ketentuan sebagai
berikut : (a) dasar penyusutan fiskal aktiva tetap yang telah memperoleh persetujuan penilaian
kembali adalah nilai pada saat penilaian kembali, (b) masa manfaat fiskal aktiva tetap yang telah
dilakukan penilaian kembali aktiva tetap perusahaan disesuaikan kembali menjadi masa manfaat
penuh untuk kelompok aktiva tetap tersebut, (c) perhitungan penyusutan dimulai sejak bulan
dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap perusahaan (Pasal 7 ayat 1);
5. Untuk bagian tahun pajak sampai dengan bulan sebelum bulan dilakukannya penilaian kembali
aktiva tetap perusahaan berlaku ketentuan sebagai berikut : (a) dasar penyusutan fiskal aktiva
tetap adalah dasar penyusutan fiskal pada awal tahun pajak yang bersangkutan, (b) sisa masa
manfaat fiskal aktiva tetap adalah sisa manfaat fiskal pada awal tahun pajak yang bersangkutan,
(c) perhitungan penyusutannya dihitung secara prorata sesuai dengan banyaknya bulan dalam
bagian tahun pajak tersebut (Pasal 7 ayat 2);
6. Penyusutan fiskal aktiva tetap yang tidak memperoleh persetujuan penilaian kembali aktiva
tetap perusahaan, tetap menggunakan dasar penyusutan fiskal dan sisa manfaat fiskal semula
sebelum dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap perusahaan (Pasal 7 ayat 3);
7. Selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap perusahaan di atas nilai sisa buku komersial semula
setelah dikurangi dengan Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 harus dibukukan
dalam neraca komersial pada perkiraan modal dengan nama “Selisih Lebih Penilaian Kembali
Aktiva Tetap Perusahaan Tanggal ……………… “ (Pasal 9 ayat 1);
Secara Akuntansi, mengenai revaluasi aktiva tetap (aset tetap) diatur terutama dalam PSAK 16
(revisi 2007) tentang Aset Tetap yang merupakan hasil adopsian dari IAS 16 (2003) Property, Plant
and Equipment.
Beberapa perbedaan pengaturan revaluasi aset menurut perpajakan (PMK 79/2008) dibandingkan
dengan akuntansi (PSAK 16/2007) dipaparkan berikut ini.
1
PERBEDAAN PENGATURAN REVALUASI ASET MENURUT
PAJAK DAN AKUNTANSI December 2, 2008

Secara perpajakan, untuk melakukan penilaian kembali aktiva tetap, perusahaan harus
memperoleh ijin dari Dirjen Pajak terlebih dahulu (lihat point ke-1 beberapa ketentuan pokok PMK
79/2008 di atas). Secara akuntansi, berdasarkan PSAK 16/2007 tidak diperlukan adanya
persetujuan dari Dirjen Pajak untuk membukukan aset tetap model revaluasian.
Berdasarkan PSAK 16/2007 par. 36 diatur bahwa jika suatu aset tetap direvaluasi, maka seluruh
aset tetap dalam kelompok yang sama harus direvaluasi. Dalam hal ini, PSAK memperbolehkan
perusahaan untuk melakukan revaluasi aset menurut kelompok aset tertentu (tidak harus terhadap
keseluruhan aset tetap). Perusahaan juga diperbolehkan untuk melakukan revaluasi secara
bergantian antara kelompok aset tetap yang berbeda (rolling basis) seperti yang dijelaskan dalam
par. 38. Sedangkan perpajakan dalam PMK 79/2008 (lihat point 2) mengharuskan revaluasi
dilakukan terhadap seluruh aktiva tetap berwujud.
Selanjutnya, berdasarkan PSAK 16 (revisi 2007) par. 34 diatur bahwa perusahaan dapat melakukan
revaluasi aset dengan frekuensi revaluasi tergantung perubahan nilai wajar dari suatu aset tetap
yang direvaluasi. Jika nilai wajar dari aset yang direvaluasi berbeda secara material dari jumlah
tercatatnya, maka revaluasi lanjutan perlu dilakukan. Beberapa aset tetap mengalami perubahan
nilai wajar secara signifikan dan fluktuatif, sehingga perlu direvaluasi secara tahunan. Sedangkan
secara perpajakan menurut PMK 79/2008 (lihat point 3) diatur bahwa penilaian kembali aktiva
tetap perusahaan tidak dapat dilakukan kembali sebelum lewat jangka waktu 5 tahun terhitung
sejak penilaian kembali aktiva tetap perusahaan terakhir yang dilakukan berdasarkan PMK ini.
Perbedaan lainnya yang menjadi permasalahan adalah pengaturan menurut Pasal 9 ayat (1) PMK
79/2008 yang menyatakan bahwa selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap perusahaan harus
dibukukan dalam neraca komersial pada perkiraan modal dengan nama “Selisih Lebih Penilaian
Kembali Aktiva Tetap Perusahaan Tanggal …….. “ (lihat point 7). Sedangkan PSAK 16/2007
mengatur pencatatan selisih revaluasi aset terutama dalam par. 39 dan par. 40.
Dalam par. 39 PSAK 16/2007 diatur bahwa jika jumlah tercatat aset meningkat akibat revaluasi,
kenaikan tersebut langsung dikredit ke ekuitas pada bagian surplus revaluasi. Namun, kenaikan
tersebut harus diakui dalam laporan laba rugi hingga sebesar jumlah penurunan nilai aset akibat
revaluasi yang pernah diakui sebelumnya dalam laporan laba rugi.
Selanjutnya, par. 40 mengatur bahwa jika jumlah tercatat aset turun akibat revaluasi, penurunan
tersebut diakui dalam laporan laba rugi. Namun, penurunan nilai akibat revaluasi tersebut
langsung didebit ke ekuitas pada bagian surplus revaluasi selama penurunan tersebut tidak
melebihi saldo kredit surplus revaluasi untuk aset tersebut.
Dari pengaturan kedua paragraf PSAK 16/2007 tersebut, jelas akan terjadi perbedaan pengakuan
saldo selisih revaluasi aktiva tetap dengan pengaturan menurut PMK 79/2008.
Selain itu, perlu diperhatikan juga pengaturan masa transisi penerapan PSAK 16/2007 dalam par.
84 yang menggariskan bahwa perusahaan yang sebelumnya pernah melakukan revaluasi aset tetap
dan masih memiliki saldo selisih nilai revaluasi aset tetap, maka pada saat penerapan pertama kali
PSAK 16/2007 ini harus mereklasifikasi seluruh saldo selisih nilai revaluasi aset tetap tersebut ke
saldo laba. Sedangkan PMK 79/2008 tidak mengatur mengenai hal ini.

+++++++ SELESAI ++++++++

Anda mungkin juga menyukai