Anda di halaman 1dari 8

METODE BIAYA DAN NILAI WAJAR

Pada tanggal 10 Januari 2015, Investor A memiliki investasi


sebesar 20% atas saham beredar investee dengan biaya perolehan
Rp 300.000.000. Setelah dilakukan analisis atas kepemilikan
tersebut, Investor A tidak memiliki pengaruh signifikan atas
investee. Selama tahun 2015, investee membagikan dividen pada
tanggal 1 April sebesar Rp 100.000.000 dan melaporkan laba
bersih sebesar Rp 200.000.000. Pada akhir tahun 2015, nilai wajar
saham investee adalah Rp 110 per lembar. Jumlah saham beredar
investee selama tahun 2015 adalah 15.000.000 lembar. Ketika
perolehan awal, Investor A mengakui investasi sebesar biaya
perolehan dengan jurnal :

10 Januari 2015

Investasi 300,000,000

Kas 300,000,000

Mencatat perolehan awal investasi

Jika Investor A menggunakan metode nilai wajar,maka investasi


tersebut harus diklasifikasikan lebih lanjut sebagai nilai wajar
melalui laba rugi atau tersedia untuk dijual sesuai ketentuan dalam
PSAK 55. Pada saat investee mengumumkan dividen, investor A
mengakuinya sebagai pendapatan sebesar 20% x Rp 100.000.000
dengan jurnal :

1 April 2015

Piutang Dividen 20,000,000

Pendapatan Dividen 20,000,000

Mencatat pengakuan pendapatan dividen


Ketika dividen diterima, maka diakui kas akan menghapus piutang
dividen. Jika investor A menggunakan metode biaya, maka nilai
investasi tetap diukur pada biaya perolehannya, sehingga sampai
akhir tahun 2015 nilai tercatat investasi tidak berubah. Sementara
itu, jika menggunakan metode nilai wajar investasi akan diukur
sebesar nilai wajar pada tanggal pelaporan. Jika Investor A
menyusun laporan keuangan pada akhir tahun 2015, maka diperlukan
penyesuaian atas nilai wajar dengan jurnal sbb :

31 Desember 2015

Investasi 30,000,000

Keuntungan (Kerugian) Selisih Nilai Wajar 30,000,000

Mencatat pengakuan keuntungan selisih nilai wajar

Nilai tersebut adalah selisih antara nilai wajar akhir tahun 2015
yaitu Rp 330.000.000 (20% x 15.000.000 lembar x Rp 110)
dengan nilai tercatat sebelumnya yaitu Rp 300.000.000. Proses
penyesuaian terhadap nilai wajar juga dilakukan pada tahun-tahun
berikutnya. Jika investasi diklasifikasikan sebagai nilai wajar melalui
laba rugi, keuntungan (kerugian) selisih nilai wajar diakui di Laporan
Laba Rugi. Namun, jika investasi diklasifikasikan sebagai tersedia
untuk dijual, keuntungan (kerugian) selisih nilai wajar diakui sebagai
penghasilan komprehensif lain.

Penyajian dan Pengungkapan


Pada metode biaya, investasi disajikan tetap sebesar biaya
perolehan yang juga merupakan nilai tercatatnya. Sedangkan pada
metode nilai wajar, nilai tercatat investasi disesuaikan terhadap
nilai wajar pada tanggal pelaporan sesuai ketentuan pada PSAK 55
(Revisi 2014).
METODE EKUITAS

Pada tanggal 10 Januari 2015,investor A memiliki investasi sebesar


20% atas saham beredar investee dengan biaya perolehan Rp
300.000.000. Setelah dilakukan analisis atas kepemilikan tersebut,
Investor A memiliki pengaruh signifikan atas investee. Selama tahun
2015, investee membagikan dividen pada tanggal 1 April sebesar Rp
100.000.000, melaporkan laba bersih sebesar Rp 200.000.000,
dan mengakui surplus revaluasi atas aset tetap senilai Rp
30.000.000.
Ketika perolehan awal, investor A mengakui investasi sebesar biaya
perolehan dengan jurnal :

10 Januari 2015

Investasi pada Entitas Asosiasi 300,000,000

Kas 300,000,000

Mencatat pengakuan perolehan awal investasi

Pada saat investee mengumumkan dividen, Investor A tidak


mengakuinya sebagai pendapatan melainkan mengurangi nilai tercatat
investasi sebesar 20% x Rp 100.000.000 dengan jurnal :

1 April 2015

Piutang Dividen 20,000,000

Investasi pada Entitas Asosiasi 20,000,000

Mencatat pengakuan piutang atas pembagian dividen

Ketika dividen diterima, maka diakui kas akan menghapus piutang


dividen. Pengakuan bagian laba bersih oleh investee mengakibatkan
nilai ekuitasnya meningkat sehingga investor juga meningkatkan nilai
tercatat investasinya sebesar Rp 40.000.000 (20% x Rp
200.000.000) dengan jurnal :

31 Desember 2015

Investasi pada Entitas Asosiasi 40,000,000

Bagian Laba Entitas Asosiasi 40,000,000

Mencatat pengakuan bagian laba atas entitas


asosiasi

Sedangkan pengakuan surplus revaluasi atas aset tetap oleh


investee juga mengakibatkan peningkatan nilai ekuitas, sehingga
investor mengakui peningkatan nilai tercatat investasi sebesar Rp
6.000.000 (20% x Rp 30.000.000) dengan jurnal :

31 Desember 2015

Investasi pada Entitas Asosiasi 6,000,000

Penghasilan Komprehensif Lain 6,000,000

Mencatat pengakuan bagian penghasilan


komprehensif lain entitas asosiasi

Peningkatan nilai tercatat investasi tersebut tidak diakui sebagai


pendapatan (bagian laba atas entitas asosiasi) karena bukan berasal
dari laba bersih investee, melainkan berasal dari penghasilan
komprehensif lain investee, sehingga juga diakui oleh investor
sebagai penghasilan komprehensif lain di ekuitas. Nilai tercatat
investasi pada akhir tahun 2015 menjadi Rp 326.000.000 (Rp
300.000.000 - Rp 20.000.000 + Rp 40.000.000 + Rp 6.000.000).
Perolehan pada Periode Interim

Jika perolehan investasi dilakukan pada periode interim, misal


tanggal 1 April 2015, maka bagian atas laba bersih yang dilaporkan
investee hanya diakui oleh Investor A untuk periode 1 April 2015
hingga 31 Desember 2015 saja. Sedangkan pengakuan penerimaan
dividen tidak dipengaruhi tanggal perolehan sepanjang investor A
masih memiliki hak atas dividen tersebut. Misalnya, jika dividen
diumumkan tanggal 1 Mei 2015 dan Investor A dinyatakan berhak
menerimanya, maka Investor A akan mengakui dividen tersebut
secara proporsional atas kepemilikan. Namun, apabila dividen
diumumkan tanggal 1 Maret 2015, maka Investor A tidak mengakui
penerimaan dividen tersebut. Penerimaan dividen hanya mengenal
proporsi kepemilikan, namun tidak mengenal proporsi waktu seperti
halnya pengakuan laba bersih investee.

PERBANDINGAN JURNAL PADA METODE BIAYA, NILAI


WAJAR, DAN EKUITAS

Transaksi Metode Biaya Metode Nilai Wajar Metode Ekuitas


Investasi Pada Entitas
Investasi Investasi
Perolehan Asosiasi
Kas Kas
Kas
Kas
Penerimaan Kas Kas
Investasi Pada
Dividen Pendapatan Dividen Pendapatan Dividen
Entitas Asosiasi
Investasi Pada Entitas
Laba Bersih Asosiasi
Tidak ada Tidak ada
Investee Bagian Laba
Entitas Asosiasi
Bagian Laba
Rugi Bersih Entitas Asosiasi
Tidak ada Tidak ada
Investee Investasi Pada
Entitas Asosiasi
Investasi Pada Entitas
Penghasilan Asosiasi
Komprehensif Tidak ada Tidak ada Penghasilan
Lain Investee Komprehensif
Lain
Penghasilan
Rugi Komprehensif
Komprehensif Tidak ada Tidak ada Lain
Lain Investee Investasi Pada
Entitas Asosiasi
Investasi
Penyesuaian
Keuntungan
Nilai Wajar- Tidak ada Tidak ada
Selisih Nilai
Keuntungan
Wajar
Penyesuaian Kerugian Selisih
Nilai Wajar- Tidak ada Nilai Wajar Tidak ada
Kerugian Investasi

ALOKASI SELISIH ATAS BIAYA PEROLEHAN


INVESTASI

Pada tanggal 10 Januari 2015, Investor B memiliki investasi dengan


kepemilikan 40% atas saham investee. Biaya perolehan investasi
tersebut sebesar Rp 430.000.000 dan ekuitas investee saat itu
terdiri dari saham biasa dan saldo laba yang masing-masing nilainya
8Rp 800.000.000 dan Rp 200.000.000. Selama tahun 2015,
investee membagikan dividen pada tanggal 1 April sebesar Rp
40.000.000, melaporkan laba bersih sebesar Rp 100.000.000. Nilai
tercatat aset dan liabilitas teridentifikasi pada umumnya sama
dengan nilai wajarnya, kecuali untuk aset dan liabilitas. Persediaan
diperkirakan akan terjual semua pada tahun 2015. Mesin memiliki
sisa masa manfaat 4 tahun. Utang bank akan jatuh tempo Selama 4
tahun lagi.
PERBANDINGAN NILAI TERCATAT DENGAN
NILAI WAJAR

Akun Nilai Tercatat Nilai Wajar


Persediaan 50,000,000 55,000,000
Tanah 500,000,000 600,000,000
Mesin-nilai neto 200,000,000 160,000,000
Utang Bank 300,000,000 330,000,000

Langkah pertama adalah menganalisis apakah terdapat selisih antara


biaya perolehan dengan proporsi nilai ekuitas dan nilai wajar aset
neto. Caranya adalah dengan membuat perhitungan sbb :

Keterangan Jumlah
Biaya Perolehan 430,000,000
Nilai Tercatat Ekuitas (40% x Rp 1.000.000.000) 400,000,000
Selisih (Differential) 30,000,000

Alokasi : Total Selisih Proporsi Selisih Amortisasi


Persediaan 5,000,000 2,000,000 (2,000,000)
Tanah 100,000,000 40,000,000 -
Mesin (40,000,000) (16,000,000) 4,000,000
Utang Bank (30,000,000) (12,000,000) 3,000,000
Goodwill 16,000,000
Jumlah Alokasi 30,000,000

Selisih antara biaya perolehan dengan proporsi nilai tercatat ekuitas


investee (differential) adalah Rp 30.000.000. Selisih ini harus
dialokasikan terhadap aset dan liabilitas teridentifikasi, yaitu yang
berbeda antara nilai tercatat dan nilai wajarnya. Dalam hal ini
adalah persediaan, tanah, mesin, dan utang bank. Jika masih
terdapat sisa atas alokasi, maka diakui sebagai goodwill. Alternatif
untuk menghitung goodwill adalah dengan membandingkan biaya
perolehan dengan proporsi nilai wajar aset neto investee. Jika nilai
tercatat aset bersih (ekuitas) adalah Rp 1.000.000.000 dan selisih
nilai wajar dengan nilai tercatat keseluruhan adalah Rp 35.000.000,
maka nilai wajar aset neto menjadi Rp 1.035.000.000. Nilai
goodwill adalah Rp 430.000.000 - Rp 414.000.000 (40% x Rp
1.035.000.000) = Rp 16.000.000.

Alokasi terhadap aset teridentifikasi akan bernilai positif jika nilai


wajarnya lebih tinggi dibandingkan nilai tercatat, dan sebaliknya.
Alokasi terhadap liabilitas teridentifikasi akan bernilai negatif jika
nilai wajarnya lebih tinggi dibandingkan nilai tercatat, dan
sebaliknya. Setiap alokasi harus dihitung secara proporsional
terhadap persentase kepemilikan investor. Hasil alokasi tesebut
diamortisasi sesuai sisa masa manfaat aset atau jatuh tempo
liabilitas, kecuali masa manfaat atau jatuh tempo tidak dapat
ditentukan (misalnya tanah). Jika alokasinya bernilai positif, maka
amortisasinya bernilai negatif, dan sebaliknya. Amortisasi tersebut
diakui oleh investor dan disesuaikan terhadap nilai investasi dan
pendapatan investasi. Sesuai dengan ketentuan PSAK 15 (Revisi
20140, amortisasi goodwill tidak diperkenankan.

Anda mungkin juga menyukai