SKKNI
STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA
2008
KATA PENGANTAR
Dalam rangka penyiapan tenaga professional dibidang jasa konstruksi suatu jabatan kerja
tertentu, baik untuk pemenuhan kebutuhan nasional di dalam negeri maupun untuk kepentingan
penempatan ke luar negeri diperlukan adanya perangkat standar kerja Nasional Indonesia yang
dapat dipergunakan untuk mengukur dan menyaring tenaga kerja yang memenuhi kebutuhan
pasar sesuai dengan kompetensinya. Standar Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) tersebut
menjadi sangat penting dan diperlukan sebagai tolok ukur untuk menentukan kompetensi tenaga
kerja sesuai dengan jabatan kerja yang dimilikinya. Standar Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)
untuk tenaga kerja jasa konstruksi disusun berdasarkan analisis kompetensi setiap jabatan kerja
yang melibatkan para pelaku pelaksana langsung di lapangan dan ahlinya dari jabatan kerja yang
bersangkutan.
Hasil analisis kompetensi untuk jabatan kerja: Manajer Asphalt Mixing Plant pada pekerjaan
sub bidang Jalan dan Jembatan yang telah dilakukan dalam workshop kemudian
ditransformasikan kedalam Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI).
RSKKNI ini kemudian dibahas dalam pra konvensi, yang dihadiri oleh berbagai pihak sesuai
aturan yang berlaku. RSKKNI hasil pra konvensi selanjutnya dilakukan verifikasi oleh Tim
Verifikasi yang terdiri dari BNSP, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Lembaga
Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (LPJKN), Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan
Konstruksi (Pubin KPK, Dep. PU) dan Tim Penyusun RSKKNI bertempat di kantor Badan
Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Selanjutnya dilakukan finalisasi RSKKNI yang dilaksanakan
dalam suatu Konvensi Nasional yang melibatkan para Pakar dan Nara Sumber yang berkaitan
dengan jabatan kerja untuk mendapatkan konsensus dan ditetapkan menjadi SKKNI yang dapat
digunakan sebagai acuan dalam pembinaan dan penetapan persyaratan pada jabatan tersebut
dan berlaku secara Nasional.
Diharapkan dengan adanya Standar Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) tersebut dapat
meningkatkan mutu tenaga kerja Indonesia dan mutu hasil pekerjaan di lapangan. Disisi lain
standar kompetensi kerja ini tetap masih memerlukan penyempurnaan sejalan dengan tuntutan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan industri Jasa Konstruksi,
sehingga setiap masukan untuk penyempurnaan sangat diperlukan
Akhirnya kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Standar Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) ini, kami ucapkan terima kasih.
BAB I PENDAHULUAN
B. Tujuan ...................................................................................................... 4
A. Latar Belakang
Undang-undang No. 18 Tahun 1999, tentang: Jasa Konstruksi beserta
peraturan pelaksanaannya tersurat dan tersirat bahwa tenaga kerja yang
melaksanakan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan konstruksi harus
memiliki sertifikat keahlian dan atau keterampilan.
Keharusan memiliki Sertifikasi Keahlian dan atau Keterampilan tersebut
mencerminkan adanya tuntutan kualitas tenaga kerja yang betul-betul dapat
diandalkan. Kondisi tersebut memerlukan langkah nyata dalam mempersiapkan
perangkat (standar baku) yang dibutuhkan untuk mengukur kualitas tenaga
kerja jasa konstruksi.
Sesuai dengan Keputusan Dewan Pengurus Lembaga Pengembangan Jasa
Konstruksi Nasional (LPJKN) No. 71/KPTS/D/VIII/2001, pasal 2 ayat (1)
menjelaskan bahwa Tujuan sertifikat adalah memberikan informasi objektif
kepada para pengguna jasa bahwa kompetensi tenaga kerja yang
bersangkutan memenuhi bakuan kompetensi yang ditetapkan untuk klasifikasi
dan kualifikasinya, dan pasal 9 ayat (1) yang menyatakan bahwa untuk setiap
kualifikasi dalam suatu klasifikasi harus dibuat bakuan kompetensinya secara
jelas termasuk tata cara mengukur.
Selain itu undang-undang nomor 13 tahun 2003, tentang Ketenagakerjaan,
terutama pasal 10 ayat (2), menetapkan bahwa Pelatihan kerja diselenggarakan
berdasarkan program pelatihan yang mengacu pada Standar Kompetensi
Kerja, diperjelas lagi dengan Peraturan Pelaksanaannya yang tertuang dalam
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor: 31 tahun 2006, tentang Sistem Pelatihan
Kerja Nasional :
1. Pasal 3, Prinsip dasar pelatihan kerja adalah, huruf (b) berbasis pada
kompetensi kerja.
2. Pasal 4 ayat (1), Program pelatihan kerja disusun berdasarkan SKKNI,
Standar Internasional dan/atau Standar Khusus.
Indikator ini penting untuk memastikan kualitas SDM secara jelas, lugas dan
terukur, serta untuk mengukur produktivitas tenaga kerja dikaitkan dengan
perhitungan biaya pekerjaan yang dapat menentukan daya saing.
B. Tujuan
Penyusunan Standar kompetensi Sektor Jasa Konstruksi mempunyai tujuan
yaitu pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang bergerak dalam
bidang keahlian tersebut diatas sesuai dengan kebutuhan masing-masing pihak
diantaranya :
1. Institusi pendidikan dan pelatihan
a. Memberikan informasi untuk pengembangan program kurikulum.
b. Sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelatihan, penilaian dan
sertifikasi.
Selain tujuan tersebut diatas, tujuan lain dari penyusunan standar ini adalah
untuk mendapatkan pengakuan secara nasional maupun internasional. Hal-hal
yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan pengakuan tersebut adalah :
1. Menyesuaikan penyusunan standar kompetensi tersebut dengan kebutuhan
industri/usaha, dengan melakukan eksplorasi data primer dan sekunder
secara komprehensif.
2. Menggunakan referensi dan rujukan dari standar-standar sejenis yang
digunakan oleh negara lain atau standar internasional, agar dikemudian hari
dapat dilakukan proses saling pengakuan (Mutual Recognition Arrangement
– MRA).
3. Dilakukan bersama dengan representatif dari asosiasi pekerja, asosiasi
industri/usaha secara institusional, dan asosiasi lembaga pendidikan dan
pelatihan profesi atau para pakar dibidangnya agar memudahkan dalam
pencapaian konsesus dan pemberlakuan secara nasional.
C. Pengertian SKKNI
1. Kompetensi Kerja
Kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.
2. Konsep SKKNI
STANDAR KOMPETENSI
Terbentuk atas sejumlah unit kompetensi yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan tertentu
UNIT KOMPETESI
Merupakan uraian fungsi dan tugas atau pekerjaan yang mendukung
tercapainya standar kompetensi, setiap unit kompetensi memiliki sejumlah
elemen-kompetensi
ELEMEN KOMPETENSI
Merupakan sejumlah fungsi tugas atau pekerjaan yang mendukung
ketercapaian unit kompetensi dan merupakan aktivitas yang dapat diamati
BATASAN VARIABEL
Pernyataan-pernyataan kondisi atau konteks dimana kriteria unjuk kerja
tersebut diaplikasikan
PANDUAN PENILAIAN
Pernyataan-pernyataan kondisi atau konteks sebagai acuan dalam
melaksanakan penilaian
.
1. BIDANG KEAHLIAN
ATAU PEKERJAAN
2. UNIT-UNIT
KOMPETENSI
KUALIFIKASISI
KUALIFIKASISI
KOMPETENSI KUNCI
KUALIFIKASI
3. ELEMEN
KOMPETENSI
4. KRITERIA UNJUK
KERJA
5. BATASAN
VARIABEL
KON 5 2 1 1 2 13 33
Nomor Jabatan Kerja 2 digit nomor urut
Kualifikasi/ Level
Keahlian (1)
Utama (1) setara KKNI – level VI
Madya (2) setara KKNI – level V
Muda (3) setara KKNI – level IV
Keterampilan (2)
Teknisi Senior (1) setara KKNI – level III
Teknisi Yunior (2) setara KKNI – level II
Tenaga Terampil (3) setara KKNI – level I
Fungsi Utama
Perencana (1)
Pelaksana (2)
Pengawas (3)
Bagian Sub Bidang
Untuk semua unsur Transportasi (0)
Jalan Aspal (1)
Jalan Beton (2)
Jembatan (3)
Jalan Layang (4)
Jalan Terowongan (5)
Landasan Terbang (6)
Jalan Rel (7)
Sub Bidang :
Untuk Transportasi (1)
00 00
Versi tahun pembuatan atau revisi, 2 digit
F 4 5 2 2 2 2 2 2 2 IV 0 1 0 8
10. Tahun = 08
5. o Kelompok
Transportasi (1) = 45.221
4. Sub Golongan
Konstruksi Bangunan Sipil (2) = 45.22
3. Golongan :
Konst. Gedung & Bang. Sipil (2) = 452
Mekanikal (3) = 453
2. Golongan Pokok : = 45
1. Kategori : Konstruksi =F
5. o Kelompok
Penyiapan Lahan = 45.100
Bangunan Pengairan = 45.224
Bangunan Dermaga = 45.227
Pengerukan = 45.246
4. Sub Golongan
Penyiapan Lahan = 45.10
Konstruksi Bangunan Sipil = 45.22
Konstruksi Khusus = 45.24
3. Golongan :
Penyiapan Lahan = 451
Konst. Gedung & Bang. Sipil = 452
2. Golongan Pokok : = 45
1. Kategori : Konstruksi =F
X X X . X X 0 0 . 0 0 0 . 0 0
(1) (2) (3) (4) (5)
KELOMPOK
SUB NOMOR
SEKTOR UNIT VERSI
SEKTOR UNIT
KOMPETENSI
Tingkat 2 : Kemampuan untuk mengerjakan tugas yang lebih luas dan lebih rumit
yang ditandai dengan peningkatan otonomi pribadi terhadap
pekerjaannya sendiri dan pekerjaan tersebut kemudian diperiksa oleh
atasan setelah pekerjaan selesai. Maka unjuk kerja tingkat-2 merupakan
tingkat kemampuan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas /
pekerjaan yang menentukan pilihan, aplikasi dan integrasi dari sejumlah
elemen atau data / informasi untuk membuat penilaian atas kesulitan
proses dan hasil. Untuk itu, tingkat-2 ini harus mampu :
1) Mengelola atau menyelesaikan suatu proses;
2) Menentukan kriteria penilaian terhadap suatu proses atau kerja
evaluasi terhadap suatu proses.
Tingkat 3 : Kemampuan untuk mengerjakan kegiatan rumit dan tidak rutin yang
dikerjakan sendiri dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan orang
lain. Unjuk kerja tingkat-3 merupakan tingkat kemampuan yang
dibutuhkan untuk mengevaluasi dan merancang kembali proses,
menetapkan dan menggunakan prinsip-prinsip dalam rangka
menentukan cara yang terbaik dan tepat untuk menetapkan kriteria
penilaian kualitas. Untuk itu, pada tingkat-3 ini harus mampu :
1) Menentukan prinsip dasar dan proses;
2) Mengevaluasi dan mengubah bentuk proses atau membentuk ulang
proses;
3) Menentukan kriteria untuk mengevaluasi dan / atau penilaian proses.
PARAMETER
KUALIFIKASI
KEGIATAN PENGETAHUAN TANGGUNG JAWAB
Melaksanakan kegiatan :
Lingkup terbatas Mengungkap kembali Terhadap kegiatan
sesuai arahan
Berulang dan sudah biasa Menggunakan
pengetahuan yang Dibawah pengawasan
I Dalam konteks yang terbatas langsung.
terbatas
Tidak memerlukan Tidak ada
gagasan tanggungjawab
terhadap pekerjaan
orang lain.
Melaksanakan kegiatan :
Lingkup agak luas. Mengungkap kembali Terhadap kegiatan
sesuai arahan
Mapan dan sudah biasa. Menggunakan
pengetahuan yang Dibawah pengawasan
Dengan pilihan-pilihan terbatas. tidak langsung dan
yang terbatas terhadap pengendalian mutu.
II
sejumlah tanggapan rutin Tidak memerlukan
gagasan. Punya tanggung
jawab terbatas
terhadap kuantitas
dan mutu.
Melaksanakan kegiatan :
Dalam lingkup yang luas Menggunakan Terhadap kegiatan
dan memerlukan pengetahuan- sesuai arahan dengan
keterampilan yang sudah pengetahuan teoritis otonomi terbatas.
baku yang relevan
Dibawah pengawasan
Dengan pilihan-pilihan Menginterpretasikan tidak langsung dan
terhadap sejumlah informasi yang pemeriksaan mutu.
prosedur tersedia
Bertanggungjawab
III Dalam sejumlah konteks Menggunakan secara memadai
yang sudah biasa perhitungan dan terhadap kuantitas
pertimbangan. dan mutu hasil kerja.
Melaksanakan kegiatan :
Dalam lingkup yang luas Menggunakan basis Terhadap kegiatan
dan memerlukan pengetahuan yang yang direncanakan
keterampilan penalaran luas dengan sendiri.
teknis. mengaitkan sejumlah
konsep teoritis Dibawah bimbingan
Dengan pilihan-pilihan dan evaluasi yang
yang banyak terhadap Membuat interpretasi luas.
sejumlah prosedur. analisis terhadap data
yang tersedia Bertanggung jawab
Dalam berbagai konteks penuh terhadap
IV yang sudah biasa maupun Pengambilan kuantitas dan mutu
yang tidak biasa. keputusan hasil kerja.
berdasarkan kaidah-
kaidah yang berlaku. Dapat diberi tanggung
jawab terhadap
Menerapkan sejumlah kuantitas dan mutu
pemecahan masalah hasil kerja orang lain.
yang bersifat inovatif
terhadap masalah-
masalah yang konkrit
dan kadang-kadang
tidak biasa.