SKKNI
STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA
2008
KATA PENGANTAR
Dalam rangka penyiapan tenaga profesional di bidang jasa konstruksi pada suatu Jabatan
Kerja tertentu, baik untuk pemenuhan kebutuhan nasional di dalam negeri maupun untuk
kepentingan penempatan ke luar negeri, diperlukan adanya perangkat standar yang dapat
mengukur dan menyaring tenaga kerja yang memenuhi persyaratan sesuai dengan
kompetensinya.
Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) merupakan suatu hal
yang sangat penting dan dibutuhkan sebagai tolok ukur untuk menentukan kompetensi
tenaga kerja sesuai dengan jabatan kerja yang dimilikinya.
Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) untuk tenaga kerja
jasa konstruksi disusun berdasarkan analisis kompetensi setiap jabatan kerja yang
melibatkan para pelaku pelaksana langsung dilapangan dan ahlinya dari jabatan kerja yang
bersangkutan. Untuk mendapatkan SKKNI diawali dengan desk study, survey, wawancara
dan workshop. Dari hasil tersebut, yang masih dalam format DACUM, dimasukkan ke dalam
format RMCS, yang selanjutnya akan dibahas dalam pra konvensi yang melibatkan Tim
Komite RSKKNI, Tim Teknis, BNSP, LPJK, unsur Perguruan Tinggi, para Pakar dan Nara
Sumber yang berkaitan dengan Jabatan Kerja tersebut.
Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) Teknisi Fire Alarm
pada pekerjaan di bidang Bangunan Gedung disusun dengan mengacu pada format dan
ketentuan yang diatur dengan Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor : Kep. 227/MEN/2003, tanggal 31 Oktober 2003 tentang cara Penetapan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia dan perubahannya No. KEP.69/MEN/V/2004, tanggal
4 Mei 2004, serta Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor :
PER.21/MEN/X/2007 untuk dapat digunakan sebagai acuan dalam pembinaan dan
penetapan persyaratan pada jabatan tersebut dan berlaku secara nasional.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Rancangan
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) ini, kami ucapkan terima kasih.
(……….......................................................)
NIP
BAB I PENDAHULUAN
B. Tujuan ............................................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG
Selain itu Undang-undang No. 13 Tahun 2003, tentang : Ketenagakerjaan, terutama pasal
10 ayat (2), menyatakan bahwa “Pelatihan kerja diselenggarakan berdasarkan program
pelatihan yang mengacu pada Standar Kompetensi Kerja, diperjelas lagi dengan
Peraturan Pelaksanaannya yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) nomor 31
tahun 2006, tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional :
1. Pasal 3, prinsip dasar pelatihan kerja adalah, huruf (b) berbasis pada kompetensi kerja
2. Pasal 4 ayat (1), Program pelatihan kerja disusun berdasarkan SKKNI, Standar
Internasional, dan/atau Standar Khusus.
Jadi apabila seseorang atau berkelompok telah mempunyai kompetensi kemudian dikaitkan
dengan tugas pekerjaan tertentu sesuai dengan kompetensinya, maka akan dapat
menghasilkan atau mewujudkan sasaran dan tujuan tugas pekerjaan, yang seharusnya
dapat terukur dengan indikator sebagai berikut : dalam kondisi tertentu mampu dan mau
melakukan suatu pekerjaan, sesuai volume dan dimensi yang ditentukan, dengan kualitas
sesuai standar dan mutu/spesifikasi, selesai dalam tempo yang ditentukan.
Indikator ini penting untuk memastikan kualitas SDM secara jelas, lugas dan terukur, serta
untuk mengukur produktivitas tenaga kerja dikaitkan dengan perhitungan biaya pekerjaan
yang dapat menentukan daya saing.
B. TUJUAN
Selain tujuan tersebut diatas, tujuan lain dari penyusunan standar ini adalah untuk
mendapatkan pengakuan secara nasional maupun internasional. Hal-hal yang perlu
diperhatikan untuk mendapatkan pengakuan tersebut adalah :
1. Menyesuaikan penyusunan standar kompetensi tersebut dengan kebutuhan
industri/usaha, dengan melakukan eksplorasi data primer dan sekunder secara
komprehensif.
C. PENGERTIAN SKKNI
1. Kompetensi Kerja
Kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan
dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.
2. Konsep SKKNI
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang selanjutnya disebut SKKNI adalah
rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau
keahlian, sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang
ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang telah disusun dan telah mendapatkan
pengakuan oleh para pemangku kepentingan akan dirasa bermanfaat apabila telah
terimplementasi secara konsisten. Standar Kompetensi Kerja digunakan sebagai acuan
untuk :
1. Menyusun uraian pekerjaan.
2. Menyusun dan mengembangkan program pelatihan dan sumber daya manusia.
3. Menilai unjuk kerja seseorang.
4. Sertifikasi Kompetensi/Profesi di tempat kerja.
Dengan dikuasainya kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan maka
seseorang mampu :
1. Mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan.
2. Mengorganisasikan agar pekerjaan dapat dilaksanakan.
3. Menentukan langkah apa yang harus dilakukan pada saat terjadi sesuatu yang berbeda
dengan rencana semula.
4. Menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah atau
melaksanakan tugas dengan kondisi yang berbeda
STANDAR KOMPETENSI
Terbentuk atas sejumlah unit kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan tertentu
UNIT KOMPETESI
Merupakan uraian fungsi dan tugas atau pekerjaan yang mendukung tercapainya
standar kompetensi, setiap unit kompetensi memiliki sejumlah elemen-kompetensi
ELEMEN KOMPETENSI
Merupakan sejumlah fungsi tugas atau pekerjaan yang mendukung ketercapaian
unit kompetensi dan merupakan aktivitas yang dapat diamati
BATASAN VARIABEL
Pernyataan-pernyataan kondisi atau konteks dimana kriteria unjuk kerja tersebut
diaplikasikan
PANDUAN PENILAIAN
Pernyataan-pernyataan kondisi atau konteks sebagai acuan dalam melaksanakan
penilaian
.
1. BIDANG KEAHLIAN
ATAU PEKERJAAN
2. UNIT-UNIT
KOMPETENSI
KUALIFIKASISI
KUALIFIKASISI
KOMPETENSI KUNCI
KUALIFIKASI
3. ELEMEN
KOMPETENSI
4. KRITERIA UNJUK
KERJA
5. BATASAN
VARIABEL
Kode : Kode unit diisi dan ditetapkan dengan mengacu pada format
kodefikasi SKKNI
Judul Unit : Mendefinisikan tugas/pekerjaan suatu unit kompetensi yang
menggambarkan sebagian atau keseluruhan standar
kompetensi.
Deskripsi Unit : Menjelaskan Judul Unit yang mendeskripsikan pengetahuan
dan keterampilan yang dibutuhkan dalam mencapai standar
kompetensi
Elemen : Mengidentifikasi tugas-tugas yang harus dikerjakan untuk
Kompetensi mencapai kompetensi berupa pernyataan yang menunjukkan
komponen-komponen pendukung unit kompetensi sasaran apa
yang harus dicapai
Kriteria Unjuk : Menggambarkan kegiatan yang harus dikerjakan untuk
Kerja memperagakan kompetensi di setiap elemen, apa yang harus
dikerjakan pada waktu menilai dan apakah syarat-syarat dari
elemen dipenuhi
Batasan Variabel : Ruang lingkup, situasi dan kondisi dimana kriteria unjuk kerja
diterapkan. Mendefinisikan situasi dari unit dan memberikan
informasi lebih jauh tentang tingkat otonomi perlengkapan dan
materi yang mungkin digunakan dan mengacu pada syarat-
syarat yang ditetapkan, termasuk peraturan dan produk atau
jasa yang dihasilkan.
Panduan Penilaian : Membantu menginterpretasikan dan menilai unit dengan
mengkhususkan petunjuk nyata yang perlu dikumpulkan, untuk
memperagakan kompetensi sesuai tingkat keterampilan yang
digambarkan dalam kriteria unjuk kerja, yang meliputi :
- Pengetahuan dan keterampilan yang yang dibutuhkan
untuk seseorang dinyatakan kompeten pada tingkatan
tertentu.
- Ruang lingkup pengujian menyatakan dimana, bagaimana
dan dengan metode apa pengujian seharusnya dilakukan.
- Aspek penting dari pengujian menjelaskan hal-hal pokok
dari pengujian dan kunci pokok yang perlu dilihat pada
waktu pengujian.
Kompetensi kunci : Keterampilan umum yang diperlukan agar kriteria unjuk kerja
tercapai pada tingkatan kinerja yang dipersyaratkan untuk
peran/fungsi pada suatu pekerjaan.
Kodefikasi unit kompetensi dan kualifikasi pada SKKNI Jasa Konstruksi pada dokumen ini,
untuk sementara mencantumkan dua versi yaitu berdasar pada Kepmenakertrans No.
70A/MEN/2003 dan Permenakertrans No. 21 Tahun 2007. Pencantuman kedua versi
pengkodefikasi tersebut berdasar pada beberapa pertimbangan sebagai berikut:
1. Pengembangan standar kompetensi kerja pada jasa konstruksi telah dilakukan sejak
tahun 2003, dan telah menghasilkan banyak jabatan kerja dan telah dipergunakan baik
sebagai rujukan untuk penyelenggaraan pelatihan dan sertifikasi kompetensi.
2. Kodefikasi unit kompetensi dan kualifikasi jasa konstruksi dengan mengacu
Kepmenakertrans No. 70A/MEN/2003, telah menjadi bagian dari data base pada sektor
jasa konstruksi untuk keperluan sertifikasi tanaga kerja, sertifikasi badan usaha dan
dipergunakan pada saat MRA dengan negara lain.
3. Masalah harmonisasi kodefikasi unit kompetensi dan kualifkasi pada jasa konstruksi
akan menjadi salah satu topik, yang akan dibahas dalam kerangka kerjasama antara
Dep PU, Depnakertrans dan LPJKN sebagaimana tertuang dalam SKB antara Dep PU,
Depnakertrans dan LPJKN.
4. Pencantuman kodefikasi unit kompetensi dan kualifikasi pada dokumen, akan ditetapkan
setelah diperolehnya kesepakatan antara Dep. PU, Depnakertrans dan LPJKN.
F 4 5 3 1 5 2 1 0 1 III 0 8
10. Versi Pembuatan paket SKKNI 2 digit nomor urut
4. Sub Golongan
Konstruksi Gedung = 45.21
Konstruksi Khusus = 45.24
Instalasi Gedung = 45.31
3. Golongan :
Konst. Gedung & Bang. Sipil = 452
Instalasi Gedung & Bang. Sipil = 453
2. Golongan Pokok : = 45
1. Kategori : Konstruksi =F
Tingkat 2 : Kemampuan untuk mengerjakan tugas yang lebih luas dan lebih rumit yang
ditandai dengan peningkatan otonomi pribadi terhadap pekerjaannya
sendiri dan pekerjaan tersebut kemudian diperiksa oleh atasan setelah
pekerjaan selesai. Maka unjuk kerja tingkat-2 merupakan tingkat
kemampuan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas / pekerjaan yang
menentukan pilihan, aplikasi dan integrasi dari sejumlah elemen atau data /
informasi untuk membuat penilaian atas kesulitan proses dan hasil. Untuk
itu, tingkat-2 ini harus mampu :
Tingkat 3 : Kemampuan untuk mengerjakan kegiatan rumit dan tidak rutin yang
dikerjakan sendiri dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan orang lain.
Unjuk kerja tingkat-3 merupakan tingkat kemampuan yang dibutuhkan
untuk mengevaluasi dan merancang kembali proses, menetapkan dan
menggunakan prinsip-prinsip dalam rangka menentukan cara yang terbaik
dan tepat untuk menetapkan kriteria penilaian kualitas. Untuk itu, pada
tingkat-3 ini harus mampu :
1) Menentukan prinsip dasar dan proses;
2) Mengevaluasi dan mengubah bentuk proses atau membentuk ulang
proses;
3) Menentukan kriteria untuk mengevaluasi dan/ atau penilaian proses.
PARAMETER
KUALIFIKASI
KEGIATAN PENGETAHUAN TANGGUNG JAWAB
Melaksanakan kegiatan :
Lingkup terbatas Mengungkap kembali Terhadap kegiatan
sesuai arahan
Berulang dan sudah Menggunakan
biasa pengetahuan yang Dibawah pengawasan
I terbatas langsung.
Dalam konteks yang
terbatas Tidak memerlukan Tidak ada
gagasan tanggungjawab
terhadap pekerjaan
orang lain.
Melaksanakan kegiatan :
Lingkup agak luas. Mengungkap kembali Terhadap kegiatan
sesuai arahan
Mapan dan sudah biasa. Menggunakan
pengetahuan yang Dibawah pengawasan
Dengan pilihan-pilihan terbatas. tidak langsung dan
yang terbatas terhadap pengendalian mutu.
II sejumlah tanggapan Tidak memerlukan
rutin gagasan. Punya tanggung
jawab terbatas
terhadap kuantitas
dan mutu.
Melaksanakan kegiatan :
Dalam lingkup yang luas Menggunakan Terhadap kegiatan
dan memerlukan pengetahuan- sesuai arahan dengan
keterampilan yang pengetahuan teoritis otonomi terbatas.
sudah baku yang relevan
Dibawah pengawasan
Dengan pilihan-pilihan Menginterpretasikan tidak langsung dan
terhadap sejumlah informasi yang pemeriksaan mutu.
III prosedur tersedia
Bertanggungjawab
Dalam sejumlah konteks Menggunakan secara memadai
yang sudah biasa perhitungan dan terhadap kuantitas
pertimbangan. dan mutu hasil kerja.
Melaksanakan kegiatan :
Dalam lingkup yang luas Menggunakan basis Terhadap kegiatan
dan memerlukan pengetahuan yang yang direncanakan
keterampilan penalaran luas dengan sendiri.
teknis. mengaitkan sejumlah
konsep teoritis Dibawah bimbingan
Dengan pilihan-pilihan dan evaluasi yang
yang banyak terhadap Membuat interpretasi luas.
sejumlah prosedur. analisis terhadap data
I TIM TEKNIS
II TIM SEKRETARIAT
3. Peserta Workshop
a. Pengarah
Drs. Krisna Nur Miradi, M.Eng. Pusbin KPK Departemen PU
Ir. Elyus Amir PT. Prospera CE
Ir. Drs. Asrizal Tatang LPJKN
b. Curriculum Development/Fasilitator
Dra. Umi Budiastuti, M.Pd PT. Prospera CE
Ir. Mas’ud Dohim PT. Prospera CE
Dedi Purnawarman PT. Prospera CE
c. Peserta
JABATAN
NO NAMA JABATAN/INSTANSI KETERANGAN
DALAM TIM
I Tenaga Ahli PT Prospera CE
1. Ir. Mas’ud Dohim Tenaga Ahli/PT Prospera CE Ketua
2. Dra. Umi Budiastuti, M.Pd Curriculum Development Wakil Ketua
Specialist
3. Dedi Purnawarman PT. Prospera Sekretaris
II Unsur Instansi Teknis Terkait/
Pemerintah
Sesuai hasil studi literatur, konsep standar kompetensi mencakup semua aspek kinerja
tugas/pekerjaan untuk membangun wawasan yang tidak terbatas hanya kemampuan tugas
secara sempit tetapi mencakup 5 (lima) dimensi kompetensi yang perlu dikembangkan
yaitu :
1. Kemampuan dalam tugas (task skill).
2. Kemampuan mengelola tugas (task management skill).
3. Kemampuan mengatasi suatu masalah tak terduga dengan cermat dan tepat
(contingency management skill).
4. Kemampuan menyesuaikan dengan lingkungan kerja (job/role environments skill).
5. Kemampuan mentransfer atau adaptasi dalam situasi kerja yang berbeda/baru
(transferable management skill).
Dimensi kompetensi tersebut diatas dapat muncul dalam kegiatan yang berbeda dari
format standar, misalnya dapat berada dalam elemen kompetensi, kriteria unjuk kerja, dan
batasan variabel.
TIPIKAL ORGANISASI
MANAJER
ADMINISTRASI &
KEUANGAN
PELAKSANA PELAKSANA
LAPANGAN LAPANGAN AHLI
MUDA
Mandor
FIRE ALARM
Teknisi Fire
Alarm
TUKANG
D. KOMPETENSI KERJA
Kompetensi Kerja Mekanik Heating, Ventilation dan Air Condition terdiri dari :
- - -
E.
DAFTAR UNIT KOMPETENSI
BATASAN VARIABEL
1. Kompetensi ini diterapkan dalam tim kerja pelaksana pekerjaan
PANDUAN PENILAIAN
1. Kondisi Pengujian
Kompetensi yang tercakup dalam unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten
pada seluruh elemen dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di
tempat kerja atau di luar kerja secara simulasi dengan kondisi seperti tempat kerja normal
dengan menggunakan kombinasi metode uji untuk mengungkap pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan tuntutan standar.
2. Konteks penilaian
2.1. Unit ini dapat dinilai di dalam maupun di luar tempat kerja
2.2. Penilaian harus mencakup peragaan praktek di tempat kerja
2.3. Unit ini harus didukung oleh serangkaian metode untuk menilai pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang ditetapkan dalam Materi Uji Kompetensi (MUK)
3. Kompetensi yang harus dimiliki sebelumnya atau kaitan dengan kompetensi lain:
3.1. Melaksanakan prinsip manajerial
3.2. Menjelaskan gambar kerja dan spesifikasi teknis
3.3. Menjelaskan kualitas, spesifikasi bahan dan peralatan kerja serta tenaga kerja
3.4. Menjelaskan fungsi dan pemanfaatan peralatan (tools)
3.5. Membuat rencana jadual pelaksanaan pekerjaan
3.6. Melaksanakan pekerjaan drainase
3.7. Memeriksa mutu hasil pekerjaan
3.8. Melakukan pengujian hasil pekerjaan
3.9. Membuat laporan kerja
7. Kompetensi Kunci
6. Memecahkan masalah 1
7. Menggunakan teknologi 1
BATASAN VARIABEL
1. Kompetensi ini diterapkan dalam tim kerja pelaksana pekerjaan teknisi
2. Dalam menggunakan alat dan perlengkapan pemasangan sistem Fire Alarm yang
diperlukan untuk teknisi Fire Alarm perlu tersedia peralatan dan sarana antara lain :
2.1 Tools kit sistem Fire Alarm
2.2 Formulir Daftar alat dan perlengkapan
3. Tugas dalam menggunakan alat dan perlengkapan pemasangan sistem Fire Alarm
yang diperlukan untuk teknisi, meliputi :
3.1. Menyiapkan alat dan perlengkapan pemasangan sistem Fire Alarm
PANDUAN PENILAIAN
1. Kondisi Pengujian
Kompetensi yang tercakup dalam unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten
2. Konteks penilaian
2.1. Unit ini dapat dinilai di dalam maupun di luar tempat kerja
2.2. Penilaian harus mencakup peragaan praktek di tempat kerja
2.3. Unit ini harus didukung oleh serangkaian metode untuk menilai pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang ditetapkan dalam Materi Uji Kompetensi (MUK)
4. Aspek kritis:
Aspek kritis yang dimaksud adalah aspek-aspek yang menyebakan fungsi melakukan
perawatan alat dan perlengkapan sistem Fire Alarm yang diperlukan untuk teknisi tidak
sesuai dengan hasil akhir yang diharapkan. Adapun aspek kritis yang dimaksud adalah :
4.1. Keteledoran pemeriksaan alat
4.2. Aspek ketelitian dan kecermatan
4.3. Aspek pemanfaatan teknologi yang tidak sesuai
5. Kompetensi Kunci
6 Memecahkan masalah 1
7 Menggunakan teknologi 2
BATASAN VARIABEL
1. Kompetensi ini diterapkan dalam tim kerja pelaksana pekerjaan teknisi Fire Alarm
3. Tugas dalam menggunakan alat dan perlengkapan pemasangan sistem Fire Alarm
yang diperlukan untuk teknisi, meliputi :
3.1. Melakukan persiapan pemasangan Sistem Fire Alarm (SFA)
3.2. Menginterpretasikan gambar kerja Sistem Fire Alarm (SFA)
3.3. Melaksanakan pemasangan Sistem Fire Alarm (SFA)
PANDUAN PENILAIAN
1. Kondisi Pengujian
Kompetensi yang tercakup dalam unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten
pada seluruh elemen dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di
tempat kerja atau di luar kerja secara simulasi dengan kondisi seperti tempat kerja normal
dengan menggunakan kombinasi metode uji untuk mengungkap pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan tuntutan standar.
Metode uji antara lain :
1.1. Ujian tertulis
1.2. Ujian lisan.
1.3. Peragaan teknik di tempat kerja/simulasi.
1.4. Portfolio atau metode lain yang relevan.
2. Konteks penilaian
2.1. Unit ini dapat dinilai di dalam maupun di luar tempat kerja
2.2. Penilaian harus mencakup peragaan praktek di tempat kerja
2.3. Unit ini harus didukung oleh serangkaian metode untuk menilai pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang ditetapkan dalam Materi Uji Kompetensi (MUK)
6. Aspek kritis:
Aspek kritis yang dimaksud adalah aspek-aspek yang menyebakan fungsi melakukan
pemasangan sistem Fire Alarm tidak sesuai dengan hasil akhir yang diharapkan. Adapun
aspek kritis yang dimaksud adalah :
6.1. Kesalahan interpretasi gambar kerja
6.2. Kesalahan dalam melakukan kalibrasi
6.3. Aspek ketelitian dan kecermatan
6.4. Aspek pemanfaatan teknologi yang tidak sesuai
7. Kompetensi Kunci
6 Memecahkan masalah 1
7 Menggunakan teknologi 2
BATASAN VARIABEL
1. Kompetensi ini diterapkan dalam tim kerja pelaksana pekerjaan teknisi.
2. Dalam melakukan pra komisioning sistem Fire Alarm perlu tersedia peralatan dan
sarana antara lain :
2.1. Peralatan kerja dan Alat bantu kerja standar yang memenuhi persyaratan teknik.
2.2. Manual-manual peralatan serta prosedur-prosedur kerja tentang pemasangan
sistem Fire Alarm.
2.3. Peraturan Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-3985-2000), dan SNI 03-3986-
2000
2.4. Gambar kerja (Shop drawing), daftar simak material terpasang, dan formulir hasil
pengujian Sistem Fire Alarm.
PANDUAN PENILAIAN
1. Kondisi Pengujian
Kompetensi yang tercakup dalam unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten
pada seluruh elemen dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di
tempat kerja atau di luar kerja secara simulasi dengan kondisi seperti tempat kerja normal
dengan menggunakan kombinasi metode uji untuk mengungkap pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan tuntutan standar.
2. Konteks penilaian
2.1. Unit ini dapat dinilai di dalam maupun di luar tempat kerja
2.2. Penilaian harus mencakup peragaan praktek di tempat kerja
2.3. Unit ini harus didukung oleh serangkaian metode untuk menilai pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang ditetapkan dalam Materi Uji Kompetensi (MUK)
6. Aspek kritis:
Aspek kritis yang dimaksud adalah aspek-aspek yang menyebakan fungsi melakukan
perawatan alat dan perlengkapan sistem Fire Alarm yang diperlukan untuk teknisi tidak
sesuai dengan hasil akhir yang diharapkan. Adapun aspek kritis yang dimaksud adalah :
6.1. Kesalahan dalam menentukan urutan pengujian Sistem Fire Alarm yang akan
diuji.
6.2. Aspek ketelitian dan kecermatan
6.3. Aspek pemanfaatan teknologi yang tidak sesuai
6 Memecahkan masalah 1
7 Menggunakan teknologi 1
BATASAN VARIABEL
1. Kompetensi ini diterapkan dalam tim kerja pelaksana pekerjaan teknisi
2. Dalam melaksanakan pemeliharaan dan perawatan sistem Fire Alarm perlu tersedia
peralatan dan sarana antara lain :
2.1. Peralatan kerja dan Alat bantu kerja standar yang memenuhi persyaratan teknik.
2.2. Manual-manual peralatan serta prosedur-prosedur kerja tentang pemeliharaan
dan perawatan sistem Fire Alarm.
2.3. Peraturan Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-3985-2000), dan SNI 03-3986-
2000
2.4. Daftar simak tindakan perawatan, Formulir Laporan tindakan perbaikan, dan
formulir lain yang diperlukan,
2.5. SOP yang berlaku
PANDUAN PENILAIAN
1. Kondisi Pengujian
Kompetensi yang tercakup dalam unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten
pada seluruh elemen dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di
tempat kerja atau di luar kerja secara simulasi dengan kondisi seperti tempat kerja normal
dengan menggunakan kombinasi metode uji untuk mengungkap pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan tuntutan standar.
Metode uji antara lain :
1.1. Ujian tertulis
1.2. Ujian lisan.
1.3. Peragaan teknik di tempat kerja/simulasi.
1.4. Portfolio atau metode lain yang relevan.
2. Konteks penilaian
2.1. Unit ini dapat dinilai di dalam maupun di luar tempat kerja
2.2. Penilaian harus mencakup peragaan praktek di tempat kerja
2.3. Unit ini harus didukung oleh serangkaian metode untuk menilai pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang ditetapkan dalam Materi Uji Kompetensi (MUK)
6. Aspek kritis:
Aspek kritis yang dimaksud adalah aspek-aspek yang menyebakan fungsi melakukan
perawatan alat dan perlengkapan sistem Fire Alarm yang diperlukan untuk teknisi tidak
sesuai dengan hasil akhir yang diharapkan. Adapun aspek kritis yang dimaksud adalah :
6.1. Kesalahan dalam menganalisa hasil pengukuran
6.2. Aspek ketelitian dan kecermatan
6.3. Aspek pemanfaatan teknologi yang tidak sesuai
7. Kompetensi Kunci
6 Memecahkan masalah 1
BATASAN VARIABEL
2. Dalam membuat laporan pekerjaan.perlu tersedia peralatan dan sarana antara lain :
2.1. Laporan harian pemasangan sistem Fire Alarm
2.2. Daftar simak material terpasang hasil pra komisioning
2.3. Formulir hasil pengujian Sistem Fire Alarm berisi data-data hasil pra komisioning
2.4. Formulir Hasil Pengukuran berisi data-data hasil pengukuran
2.5. Daftar simak tindakan perawatan
2.6. Formulir tindakan perbaikan berisi data-data tindakan perawatan
2.7. Alat tulis dan komputer
PANDUAN PENILAIAN
2. Konteks penilaian
2.1. Unit ini dapat dinilai di dalam maupun di luar tempat kerja
2.2. Penilaian harus mencakup peragaan praktek di tempat kerja
2.3. Unit ini harus didukung oleh serangkaian metode untuk menilai pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang ditetapkan dalam Materi Uji Kompetensi (MUK)
5. Aspek kritis:
Aspek kritis yang dimaksud adalah aspek-aspek yang menyebakan fungsi melakukan
perawatan alat dan perlengkapan sistem Fire Alarm yang diperlukan untuk teknisi tidak
sesuai dengan hasil akhir yang diharapkan. Adapun aspek kritis yang dimaksud adalah :
5.1. Keterlambatan dalam pembuatan dan penyampaian laporan
5.2. Keteledoran dalam penyimpanan dokumen
5.3. Aspek ketelitian dan kecermatan
5.4. Aspek pemanfaatan teknologi yang tidak sesuai
6. Kompetensi Kunci
6 Memecahkan masalah 1
7 Menggunakan teknologi 1
BAB III
PENUTUP
Dengan ditetapkannya Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Jasa Konstruksi
Sub bidang Bangunan Gedung Untuk Jabatan Kerja Teknisi Fire Alarm berlaku secara
nasional dan menjadi acuan bagi penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan serta uji
kompetensi dalam rangka sertifikasi kompetensi tenaga kerja di Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal, Nopember 2008
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia
ERMAN SUPARNO