Anda di halaman 1dari 16

Materi

E-Learning

2021
Badan Kepegawaian dan Diklat Pemkot
Surabaya
Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang
Saat ini penggunaan kerjasama tim telah dilakukan di berbagai organisasi. Namun
demikian, seiring dengan semakin beratnya tantangan yang dihadapi oraganisasi di era-
Industri 4.0, masih terdapat “lack of information” tentang bagaimana kerjasama ini dapat
difungsikan dengan baik sehingga menghasilkan output yang efektif. Di samping itu, juga
masih terdapat pertanyaan-pertanyaan yang masih perlu mendapatkan penjelasan tentang
bagaimana individu dapat terlibat dalam sebuah kerjasama tim untuk meningkatkan
produktivitas dan efetivitas kerjanya.

Dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, kerjasama tim dapat dipandang
sebagai sesuatu yang “commonplace” atau lumrah. Kehadirannya yang dapat membawa
harapan menyebabkan banyak orang yang merseponnya dengan euphoria dan
memfokuskan perhatiannya untuk mempelajari dan memahami diskursus kerjasama ini
secara lebih comprehensive. Diyakini bahwa, semakin efektif suatu kelompok, maka
semakin tinggi pula capaian tujuannya, semakin besar rasa kepuasannya dan semakin
tinggi pula kualitas kehidupan para anggotanya.
Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang
Dalam kenyataanya, interaksi antar personal dalam kerjasama tim senantiasa mengalami
dinamika pasang naik dan turun dalam proses pencapaian target yang dicita-citakan.
Adakalanya ditemui hambatan-hambatan yang dapat memengaruhi kualitas dan
kuantitasnya, seperti: keterbatasan waktu yang tersedia, jarak yang berjauhan, perbedaan
visi dan misi, lemahnya komitmen, lemahnya tanggung jawab, dll. Ciri-ciri ini dijabarkan
dalam penulisan ini agar pembaca memahami situasinya dan segera dapat mengambil
tindakan untuk memperbaikinya. Selanjutnya, buku ini juga menjabarkanlangkah-langkah
apa yang harus dilakukan untuk menjadikan kerjasama yang dilakukan dapat berjalan
secara efektif sehingga dapat membawa hasil yang optimal. Dibagian akhir tulisan ini juga
dibahas tentang manfaat kerjasama tim dan factor-faktor yang menyebabkannya
mengalami kegagalan serta dampaknya seandainya hal tersebut terjadi.
Bab I Pendahuluan
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Diskripsi Sngkat

Mata diklat ini membahas konsep dasar tentang kerjasama tim yang yang
dilakukan secara efektif dan menjabarkan fase-fase perkembangannya, mulai
dari pembentukan sampai dengan di posisi yang sudah establish. Dalam materi
selanjutnya juga dibahas hal-hal yang berkaitan dengan ciri-ciri Kerjasama tim
yang tidak efektif. Hal ini disampaikan sebagai antisipasi untuk mengetahui
kondisi tim sebelum kemudian menghadirkan langkah-langkah strategis untuk
memperbaikinya. Bagian akhir tulisan ini difokuskan untuk mendiskusikan
manfaat yang akan diproleh serta tinjuan mengapa kerjasama tim dapat
mengalami kegagalan dan mengantisipasi dampak yang dapat
ditimbulkannya.
Bab I Pendahuluan
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
2. Hasil Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat memahami konsep dasar
kerjasama tim yang efektif dan fase-fase perkembangannya. Di samiping itu
peserta juga dapat mengaktualisasikan bagaimana membangun kerjasama tim
secara efektif dan menghindarinya dari kegagalan

3. Indiktor Hasil Belajar


Peserta dapat
a. Menjelaskan konsep dasar kerjasama tim;
b. Menjelaskan fase-fase pengembangan tim;
c. Memahami criteria kerjasama tim yang efektif;
d. Memahami manfaat kerjasama tim yang efektif.
Bab II Konsep Dasar Kerjasama Tim
A. Definisi

• Pentingnya Kerjasama Tim

Babe Ruth
“Permainan kolektif akan menentukan keberhasilan tim. Anda mungkin memiliki pemain-
pemain bintang, tetapi jika mereka tidak bermain secara kolektif, klub tidak akan mampu
meraih prestasi yang diharapkan.”

Pele (Edison "Edson" Arantes do Nascimento)


“Football is a team game. No one plays alone. Success depends on your whole team
being a single unit.”
Bab II Konsep Dasar Kerjasama Tim
A. Definisi
• Definisi Kerjasama Tim
Itsai (2020)
Kerjasama yang dapat membentuk sistem kerja yang efektif untuk mencapai tujuan.

Kamus Cambridge
Tindakan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang bekerja sama secara efektif untuk
mencapai suatu tujuan.

Salas dkk. (2008)


Upaya kolaboratif kelompok untuk mencapai tujuan bersama atau untuk menyelesaikan
tugas dengan cara yang paling efektif dan efisien.

Stephen dan Timothy (2008)


Kerja tim adalah kelompok yang usaha-usaha individualnya menghasilkan kinerja lebih
tinggi daripada hasil yang didapatkan jika pekerjaan diselesaikan seorang diri.
Bab II Konsep Dasar Kerjasama Tim
A. Definisi
Cohen dan Bailey (1997)
Mengungkapkan bahwa 85% dari organisasi yang beranggotakan 100 karyawan atau
lebih sangat berantusias untuk menggunakan kerjasama tim dalam pencapaian tujuan
mereka.

Kerjasama tim merupakan salah satu soft skill yang sangat dibutuhkan oleh setiap
anggota dalam rangka menciptakan iklim kondusif dalam sebuah tim.

Dalam pencapaian tujuan bersama, hard skill saja tidaklah cukup. Pencapaian ini harus
harus ditunjang oleh kerjasama yang kompak yang dilakukan oleh setiap individu yang
tergabung dalam tim.

Dalam kerjasama tim tidak boleh ada kata “aku”. Atau dalam pepatah olah raga Inggris
dikenal sebagai “There's no I in team.”
Bab II Konsep Dasar Kerjasama Tim
B. Macam-macam Kerjasama Tim

• Draft (2020)
a) Tim formal, tim yang memiliki struktur organisasi formal yang digunakan untuk
mendefinisikan hierarki dengan tujuan untuk menetapkan tugas dan fungsi agar dapat
beroperasi dan membantu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan;

b) Tim vertikal, tim yang yang disusun dalam rantai komando organisasi secara formal
dari struktur teratas terhubung sampai bawahan;

c) Tim horizontal, tim yang dibentuk dari orang-orang yang memiliki strata yang sama
dengan keahlian yang berbeda-beda;
Bab II Konsep Dasar Kerjasama Tim
B. Macam-macam Kerjasama Tim

• Draft (2020)
d) Tim yang dibentuk dengan memiliki otoritas atau kewenangan untuk meng-handle
tugas-tugas khusus diluar struktur organisasi formal;

e) Tim mandiri, tim yang diberi kewenangan untk menghasilkan output barang atau jasa
yang dilakukan oleh anggota-anggota terpilih (5 sd 20 orang) yang memiliki beragam
kompetensi dibawah pengawasan seorang supervisor;

f) Tim pemecah masalah, tim yang beranggotakan 5 s/d 12 orang yang di-hire untuk
mendiskusikan cara memperbaiki kualitas produk dan jasa, meningkatkan efisiensi dan
lingkungan kerja disatu organisasi.
Bab II Konsep Dasar Kerjasama Tim
B. Macam-macam Kerjasama Tim

• Hariandja (2006)
a) Problem solving team, yaitu tim kecil dari satu Bagian (kurang lebih 10 orang) yang
bertugas untuk mencari problem solving. Cara kerjanya, mereka secara rutin
melakukan pertemuan untuk mengidentifikasi, mendiskusikan dan memecahkan
berbagai masalah yang dihadapi di organisasi;

b) Self managed team, yaitu tim yang dibentuk dari internal bagian yang diberi
kewenangan untuk meningkatkan produktivitas kerja organisasi. Tugas dan fungsinya
adalah melakukan aktivitas manajemen, mulai dari membuat jadwal dan metode kerja,
melakukan pengawasan dan pemberian reward dan punishment, dll.;

c) Cross functional team, yaitu tim yang dibentu dari berbagai divisi yang memiliki
spesifikasi kompetensi yang berbeda untuk secara bersama-sama menyelesaikan
tugas-tugas yang diamanatkan, contohnya pengembangan produk baru, perubahan
sistem kompensasi, dll.
Bab II Konsep Dasar Kerjasama Tim
C. Fase Pengembangan Tim Bruce Tuckman

1) Forming
Fase ini merupakan proses awal, dimana anggota tim saling melakukan interaksi
untuk melakukan penjajagan dan pertukaran informasi tentang latar belakang
pendidikan, pengalaman, alasan bergabung, minat, kesan, dll. dalam proses
pencarian bentuk. Pola hubungannya dianalogikan seperti ”pengantin baru” yang
diliputi oleh perasaan malu-malu dan sopan santun yang hanya bersifat basa
basi dan formalitas belaka, sehingga tampak kaku dan tidak fleksible. Karena itu
dalam fase ini dibutuhkan seorang leader yang mampu membuka jalan dan
memberikan direction langkah-langkah yang harus dilakukan.
Bab II Konsep Dasar Kerjasama Tim
C. Fase Pengembangan Tim Bruce Tuckman

2) Storming
Kelompok sudah mulai terbentuk dan masing-masing anggota sudah saling
menanamkan kepercayaan satu dengan yang lainnya dan sudah merasa aman
untuk saling berbagi opini. Hirarki yang disusun juga sudah menampakkan
wujudnya dan partisipasi anggota dalam kerjasama tim juga sudah
memerlihatkan peningkatan dengan pola komunikasi yang sangat terbuka.
Hasilnya, pola komunikasi intensive seperti ini, mulai menampakkan warna yang
beraneka ragam, dari yang bersifat positif, seperti perasaan cinta, senang,
gembira, sampai dengan tumbuhnya perasaan negative, seperti curiga, takut,
marah, dendam, dll.
Bab II Konsep Dasar Kerjasama Tim
C. Fase Pengembangan Tim Bruce Tuckman

3) Norming
Secara bertahap, fase ini menggambarkan adanya hubungan kerjasama yang
positif yang dibangun setelah melewati fase krusial yang dapat mengantarkan
tim pada posisi ”high or low”. Salah satu indikasinya ditunjukkan oleh semakin
intensifnya dan terpadunya pola interaksi yang dibangun diantara anggota
kelompok. Mereka saling memberikan perhatian dan saling menghargai
kekuatan serta kelemahan yang menjadi identitas masing-masing individu. Di
fase ini, spirit kerjasama tim sangat dirasakan olah masing-masing anggota.
Bab II Konsep Dasar Kerjasama Tim
C. Fase Pengembangan Tim Bruce Tuckman

4) Performing
Pada tahap ini, anggota sudah memiliki nilai kepercayaan diri yang tinggi.
Mereka juga sudah termotivasi dan terbiasa dengan pelaksanaan program yang
diselesaikan secara teamwork. Unsur pengawasan walaupun tetap menjadi
rutinitas, namun sudah tidak lagi menjadi focus kinerja, karena dengan
kesadaran yang tinggi mereka sudah mengetahui hak dan kewajibannya
sehingga dapat beroperasi tanpa pengawasan. Di samping itu, pola kerjanya
juga sudah terdistribusi degan jelas dan proporsional, karena itu, kebiasaan yang
dibangun tidak lagi menjadi perdebatan karena sudah disepakati oleh semua
anggota.

Anda mungkin juga menyukai