Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MATA KULIAH

NTSI 6069 ETIKA PROFESI


Dosen Pembina : Ir. Dian Ariestadi, M.T. Ars

TUGAS MINGGU 9

Oleh:
Novia Maulidina Saputri
180523630117
B3 – 13MB

PROGRAM S1 TEKNIK SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2021
A. TAHAPAN PENGADAAN BARANG DAN JASA KONSTRUKSI
1. Perencanaan Pengadaan
Kegiatan perencanaan pengadaan melalui penyedia. Kegiatan tersebut meliputi tahapan
sebagai berikut :
a. Identifikasi kebutuhan
Identifikasi disusun berdasarkan rencana kerja kementerian/lembaga atau perangkat
daerah. Identifikasi kebutuhan dituangkan ke dalam dokumen penetapan jenis Jasa
Konstruksi. Penyusunan identifikasi kebutuhan Pekerjaan Konstruksi harus memperhatikan
hal sebagai berikut:
1) Penentuan Pekerjaan Konstruksi berdasarkan jenis, fungsi/kegunaan, dan
target/sasaran yang akan dicapai;
2) Penentuan tingkat kompleksitas Pekerjaan Konstruksi;
3) Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi yang mampu dilaksanakan oleh usaha kecil;
4) Waktu penyelesaian Pekerjaan Konstruksi, untuk segera dimanfaatkan sesuai
dengan rencana;
5) Penggunaan barang/material berasal dari dalam negeri atau luar negeri;
6) Persentase bagian/komponen dalam negeri terhadap keseluruhan pekerjaan;
7) Studi kelayakan Pekerjaan Konstruksi dilaksanakan sebelum pelaksanaan desain;
8) Dokumen detailed engineering design tersedia paling lambat 1 (satu) tahun
anggaran sebelum persiapan pengadaan melalui Penyedia;
9) Ketersediaan Pelaku Usaha yang sesuai;
10) Pekerjaan Konstruksi menggunakan Kontrak tahun tunggal atau Kontrak tahun
jamak;
11) Untuk Pekerjaan Konstruksi yang memerlukan pembebasan lahan, SPPBJ dapat
diterbitkan dalam hal:
 Administrasi untuk pembayaran ganti rugi, termasuk untuk pemindahan hak atas
tanah telah diselesaikan;
 Administrasi untuk pembayaran ganti rugi sebagian lahan telah diselesaikan,
untuk pembebasan lahan yang dilakukan secara bertahap; dan/atau
 Administrasi perizinan pemanfaatan tanah telah diselesaikan.
Penyusunan identifikasi kebutuhan Jasa Konsultansi Konstruksi harus memperhatikan
hal sebagai berikut:
1) Jenis jasa konsultansi yang dibutuhkan;
2) Tingkat kompleksitas pekerjaan jasa konsultansi;
3) Fungsi dan manfaat dari pengadaan jasa konsultansi;
4) Target yang ditetapkan;
5) Pihak yang akan menggunakan jasa konsultansi tersebut;
6) Waktu pelaksanaan pekerjaan;
7) Ketersediaan pelaku usaha yang sesuai; dan
8) Jenis kontrak tahun tunggal atau tahun jamak.

b. Penetapan jenis Jasa Konstruksi


Penetapan jenis jasa konstruksi berupa : Jasa Konsultasi Konstruksi atau Pekerjaan
Konstruksi

c. Jadwal pengadaan
Jadwal Pengadaan dilakukan dengan menyusun rencana jadwal persiapan pengadaan;
dan rencana jadwal pelaksanaan pengadaan. Rencana jadwal persiapan pengadaan terdiri
atas: jadwal persiapan pengadaan Jasa Konstruksi yang dilakukan oleh PPK; dan jadwal
persiapan pemilihan yang dilakukan oleh Pejabat Pengadaan atau Pokja Pemilihan.
Sedangkan rencana jadwal pelaksanaan pengadaan terdiri atas : jadwal pelaksanaan
pemilihan Penyedia; jadwal pelaksanaan Kontrak; dan jadwal serah terima hasil pekerjaan.

d. Anggaran pengadaan Jasa Konstruksi


Anggaran pengadaan merupakan seluruh biaya yang harus dikeluarkan oleh
kementerian/lembaga atau perangkat daerah untuk memperoleh Jasa Konstruksi yang
dibutuhkan. Anggaran pengadaan Jasa Konstruksi terdiri atas: biaya Jasa Konstruksi yang
dibutuhkan; biaya pendukung. Biaya Jasa Konstruksi meliputi biaya yang termasuk pada
komponen yang terdapat dalam spesifikasi teknis/KAK. Sedangkan biaya pendukung
meliputi : biaya pelatihan; biaya instalasi dan testing; biaya administrasi; dan/atau biaya
lainnya.

e. Penyusunan spesifikasi teknis/KAK


Spesifikasi teknis untuk pengadaan Pekerjaan Konstruksi meliputi:
1) Spesifikasi bahan bangunan konstruksi;
2) Spesifikasi peralatan konstruksi dan peralatan bangunan;
3) Spesifikasi proses/kegiatan;
4) Spesifikasi metode konstruksi/metode pelaksanaan/ metode kerja; dan
5) Spesifikasi jabatan kerja konstruksi.
f. Penyusunan perkiraan biaya/RAB
Penyusunan RAB disesuaikan dengan rencana proyek konstruksi.

g. Pemaketan pengadaan Jasa Konstruksi


Pemaketan pengadaan Jasa Konstruksi dilakukan dengan berorientasi pada:
1) Keluaran atau hasil yang mengacu pada kinerja dan kebutuhan kementerian/lembaga
atau perangkat daerah;
2) Ketersediaan rantai pasok sumber daya konstruksi;
3) Kemampuan pelaku usaha dalam memenuhi spesifikasi teknis/KAK yang dibutuhkan
kementerian/ lembaga atau perangkat daerah; dan/atau
4) Ketersediaan anggaran pada kementerian/lembaga atau perangkat daerah.

h. Konsolidasi Pengadaan Jasa Konstruksi


Konsolidasi Pengadaan dilakukan sesuai dengan kewenangan masing-masing pihak
dalam perencanaan pengadaan, meliputi:
1) PA, dapat mengonsolidasikan paket antar-KPA dan/atau antar-PPK;
2) KPA, dapat mengonsolidasikan paket antar-PPK; dan
3) PPK, dapat mengonsolidasikan paket di area kerjanya masing-masing.

i. Penyusunan biaya pendukung.


Penyusunan perencanaan pengadaan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan
kementerian/lembaga atau perangkat daerah, untuk tahun anggaran berikutnya sebelum
berakhirnya tahun anggaran berjalan. Selain memenuhi tahapan tersebut, harus memenuhi
tahapan penyusunan detailed engineering design sebelum tahapan ke-e dan ke-f.
Perencanaan pengadaan dituangkan dalam dokumen perencanaan pengadaan.

2. Persiapan Pengadaan Melalui Penyedia


Persiapan pengadaan melalui Penyedia dilaksanakan oleh PPK dan dapat dibantu oleh
Tim Pendukung, Tim/Tenaga Ahli, dan/atau Pengelola Pengadaan Barang/Jasa. Spesifikasi
teknis/KAK, HPS, detailed engineering design untuk pemilihan Penyedia, rancangan
Kontrak dan uang muka, Jaminan uang muka, Jaminan pelaksanaan, Jaminan
pemeliharaan, dan/atau penyesuaian harga yang telah ditetapkan dituangkan menjadi
dokumen persiapan pengadaan. Dokumen persiapan pengadaan untuk metode pemilihan
Pengadaan Langsung disampaikan kepada Pejabat Pengadaan. Dokumen persiapan
pengadaan untuk metode pemilihan Tender Terbatas atau Tender/Seleksi disampaikan
kepada UKPBJ. Persiapan pengadaan melalui Penyedia meliputi kegiatan sebagai berikut:
a. Reviu dan penetapan spesifikasi teknis/KAK;
b. Penetapan detailed engineering design untuk pemilihan Penyedia Pekerjaan Konstruksi;
c. Penyusunan dan penetapan HPS;
d. Penyusunan dan penetapan rancangan Kontrak; dan
e. Penetapan uang muka, Jaminan uang muka, Jaminan pelaksanaan, Jaminan
pemeliharaan, dan/atau penyesuaian harga.

3. Persiapan Pemilihan Penyedia


Pejabat Pengadaan melakukan persiapan pemilihan Penyedia melalui Pengadaan
Langsung yang meliputi:
a. Reviu dokumen persiapan pengadaan;
Pokja Pemilihan melakukan persiapan pemilihan Penyedia melalui Tender Terbatas atau
Tender/Seleksi yang meliputi:
1) Reviu dokumen persiapan pengadaan meliputi :
a) KAK untuk pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi Konstruksi;
b) spesifikasi teknis dan detailed engineering design untuk pemilihan Penyedia
Pekerjaan Konstruksi;
c) HPS;
d) rancangan Kontrak;
e) dokumen anggaran belanja;
f) ID paket RUP;
g) waktu penggunaan barang/jasa;
h) analisis pasar; dan
i) uraian pekerjaan, identifikasi bahaya, dan penetapan risiko Pekerjaan Konstruksi
terkait Keselamatan Konstruksi pada Pekerjaan Konstruksi.

2) Penetapan metode pemilihan penyedia


Pejabat Pengadaan dalam persiapan pemilihan Penyedia Pengadaan Langsung Jasa
Konstruksi menetapkan:
a) Metode kualifikasi dilakukan dengan metode pascakualifikasi;
b) Metode evaluasi kualifikasi dilakukan dengan metode sistem gugur;
c) Metode evaluasi penawaran dilakukan dengan metode sistem gugur; dan
d) Metode penyampaian dokumen penawaran menggunakan metode 1 (satu) file.

3) Penetapan metode kualifikasi


Proses kualifikasi untuk Jasa Konsultansi Konstruksi dilakukan dengan metode:
prakualifikasi, untuk Seleksi Jasa Konsultansi Konstruksi badan usaha; atau
pascakualifikasi, untuk Seleksi Jasa Konsultansi Konstruksi perorangan.

4) Penetapan persyaratan penyedia


Evaluasi kualifikasi untuk Jasa Konsultansi Konstruksi dilakukan dengan metode:
sistem pembobotan dengan ambang batas, untuk Seleksi dengan metode prakualifikasi;
atau sistem gugur, untuk Seleksi dengan metode pascakualifikasi.

5) Penetapan metode evaluasi penawaran


Metode penyampaian dokumen penawaran 2 (dua) file digunakan untuk Seleksi
pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi Konstruksi badan usaha dan Seleksi pemilihan
Penyedia Jasa Konsultansi Konstruksi perorangan.

6) Penetapan metode penyampaian dokumen penawaran


Metode evaluasi penawaran untuk Jasa Konsultansi Konstruksi meliputi:
a) Kualitas dan biaya; Digunakan untuk pekerjaan yang lingkup, keluaran, waktu
penugasan dapat diuraikan dengan pasti dalam KAK, serta besarnya biaya dapat
ditentukan dengan jelas dan tepat.
b) Kualitas; digunakan untuk: pekerjaan yang mengutamakan kualitas penawaran
teknis sebagai faktor yang menentukan terhadap hasil/manfaat secara keseluruhan
dan/atau lingkup pekerjaan yang sulit ditetapkan dalam KAK; atau Jasa
Konsultansi Konstruksi perorangan.
c) Pagu anggaran; digunakan untuk pekerjaan yang sudah ada aturan/standar yang
mengatur, dapat dirinci dengan tepat, dan penawaran tidak boleh melebihi pagu
anggaran.
d) Biaya terendah; digunakan untuk pekerjaan sederhana dan standar atau bersifat
rutin yang praktik dan standar pelaksanaan pekerjaannya sudah mapan, yang dapat
mengacu kepada ketentuan tertentu.

7) Penyusunan dan penetapan jadwal pemilihan


8) Penyusunan dokumen pemilihan
9) Penetapan jaminan penawaran dan jaminan sanggah banding.
b. Penetapan persyaratan penyedia;
Persyaratan kualifikasi Penyedia untuk Pengadaan Langsung Jasa Konstruksi meliputi:
1) Syarat kualifikasi administrasi; dan
2) Syarat kualifikasi teknis;
Persyaratan kualifikasi Penyedia untuk Seleksi Jasa Konsultansi Konstruksi dan untuk
Tender Terbatas/Tender Pekerjaan Konstruksi meliputi:
1) Syarat kualifikasi administrasi;
2) Syarat kualifikasi teknis; dan
3) Syarat kualifikasi kemampuan keuangan.

c. Penetapan jadwal pemilihan; dan


d. Penetapan dokumen pemilihan pengadaan langsung.

4. Pelaksanaan Pemilihan Penyedia


Proses pelaksanaan Pengadaan Langsung Jasa Konstruksi melalui Penyedia dilakukan
melalui:
a. Sistem pengadaan langsung secara elektronik; atau
b. Secara manual dan dicatatkan dalam sistem pengadaan secara elektronik.

Pelaksanaan Tender Terbatas atau Tender/Seleksi Jasa Konstruksi


a. Pelaksanaan Prakualifikasi. Pengumuman prakualifikasi paling sedikit memuat:
 nama dan alamat Pokja Pemilihan;
 uraian singkat pekerjaan;
 nilai HPS dan nilai pagu anggaran;
 persyaratan kualifikasi;
 jadwal pengunduhan dokumen kualifikasi; dan
 jadwal penyampaian dokumen kualifikasi.
b. Prakualifikasi Gagal. Prakualifikasi dinyatakan gagal dalam hal: setelah pemberian
waktu perpanjangan, tidak ada peserta yang menyampaikan dokumen kualifikasi; atau
jumlah peserta yang lulus prakualifikasi kurang dari 3 (tiga) peserta.
c. Pelaksanaan Pascakualifikasi. Pengumuman Tender Terbatas atau Tender/Seleksi paling
sedikit memuat:
 nama dan alamat Pokja Pemilihan;
 uraian singkat pekerjaan;
 nilai HPS dan nilai pagu anggaran;
 persyaratan peserta;
 jadwal pengunduhan Dokumen Pemilihan; dan
 jadwal penyampaian dokumen penawaran.
d. Undangan dan Pengumuman
e. Pendaftaran dan Pengambilan Dokumen Pemilihan
f. Pemberian Penjelasan
g. Penyampaian dan Pembukaan Dokumen Penawaran
h. Evaluasi Dokumen Penawaran
i. Penetapan Calon Pemenang
j. Klarifikasi dan Negosiasi Terhadap Teknis dan Harga/Biaya
k. Penetapan Pemenang
l. Pengumuman Pemenang
m. Sanggah
n. Sanggah Banding
o. Tender Terbatas atau Tender/Seleksi Gagal
p. Hasil Pemilihan
q. Rapat Persiapan Penunjukan Penyedia

5. Kontrak Pengadaan Jasa Konstruksi


a. Persiapan dan Penandatanganan Kontrak
1) Penetapan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa
2) Rapat Persiapan Penandatanganan Kontrak
3) Pendapat Ahli Kontrak Kerja Konstruksi
4) Penandatanganan Kontrak

b. Pelaksanaan Kontrak
c. Pengakhiran Kontrak

6. Serah terima kontrak yng terdiri dari :


a. Pengajuan kepada PPK untuk serah terima
b. Pemeriksaan hasil pekerjaan
c. Serah terima dari penyedia ke PPK
d. Pengajuan sera terima perkerjaan dari PPK ke PA/KPA
e. Pemeriksaan administratif oleh PjPHP/PPHP
f. Serah terima pekerjaan dari PPK ke PA/KPA
B. PIHAK YANG TERLIBAT PADA SETIAP TAHAPAN
Pelaku pengadaan yang terlibat dalam pengadaan Jasa Konstruksi, meliputi:
a. PA, memiliki tugas dan kewenangan:
1) Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja;
2) Mengadakan perjanjian dengan pihak lain dalam batas anggaran belanja yang telah
ditetapkan;
3) Menetapkan perencanaan pengadaan;
4) Menetapkan dan mengumumkan RUP;
5) Melaksanakan Konsolidasi Pengadaan Jasa Konstruksi;
6) Menetapkan penunjukan langsung untuk Tender/Seleksi ulang gagal;
7) Menetapkan PPK;
8) Menetapkan PjPHP/PPHP;
9) Menetapkan Tim Teknis;
10) Menyelesaikan perselisihan antara PPK dengan
11) Pejabat Pengadaan atau Pokja Pemilihan, dalam hal terjadi perbedaan pendapat;
12) Menyatakan Tender gagal atau Seleksi gagal; dan
13) Menetapkan pemenang pemilihan/Penyedia.

b. KPA, memiliki kewenangan dan tugas melaksanakan pendelegasian sesuai dengan


pelimpahan dari PA. Selain itu KPA berwenang menjawab sanggah banding peserta
Tender Pekerjaan Konstruksi.

c. PPK; memiliki tugas dan kewenangan:


1) menyusun perencanaan pengadaan;
2) menetapkan spesifikasi teknis/KAK;
3) menetapkan rancangan Kontrak;
4) menetapkan HPS;
5) menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan kepada Penyedia;
6) mengusulkan perubahan jadwal kegiatan;
7) menetapkan Tim Pendukung;
8) menetapkan Tim/Tenaga Ahli;
9) menetapkan SPPBJ;
10) mengendalikan Kontrak;
11) melaporkan pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan kepada PA/KPA;
12) menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada PA/KPA dengan berita
acara penyerahan;
13) menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan kegiatan; dan
14) menilai kinerja Penyedia.

d. Pejabat Pengadaan; memiliki tugas dan kewenangan melaksanakan persiapan dan


pelaksanaan Pengadaan Langsung.

e. Pokja Pemilihan; memiliki tugas dan kewenangan:


1) Melaksanakan persiapan dan pelaksanaan pemilihan Penyedia;
2) Melaksanakan persiapan dan pelaksanaan pemilihan Penyedia untuk katalog
elektronik;
3) Menetapkan pemenang pemilihan/Penyedia.

f. Agen pengadaan; melaksanakan pengadaan barang/jasa sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan.

g. PjPHP/PPHP; memiliki tugas memeriksa administrasi hasil pekerjaan pengadaan


Pekerjaan Konstruksi

h. Penyedia.

C. ANALISIS KASUS PELANGGARAN ETIKA PADA TAHAPAN PENGADAAN


JASA KONSTRUKSI
Pelanggaran Etika Profesi pada Proyek Hambalang
Pelaksanaan pembangunan proyek sport center Hambalang tersebut banyak sejumlah
kasus dugaan tindak pidana korupsi yang melibatkan banyak pihak petinggi Negara dan
BUMN terlibat, diantaranya para elite Partai Demokrat, Anas Urbaningrum; Istri dari Anas
Urbaningrum qq komisaris PT Dutasari Citralaras; Menteri Pemuda dan Olah Raga RI,
Andi Malarangeng; Mahfud Suroso, Direktur PT Dutasari Citralaras, Direktur BUMN PT
Adhi Adhi Karya. Tender proyek ini dipegang oleh kontraktor dimana mereka merupakan
BUMN, yaitu PT Adhi Karya dan PT Wijaya Karya yang diduga men-subtenderkan
sebagian proyek kepada PT Dutasari Citralaras senilai 300M. Berikut prosedur yang
dilanggar dalam proyek hambalang , yaitu sebagai berikut :
1) Kepala BPN menerbitkan surat keputusan pemberian hak pakai tanggal januari 2010
bagi Kemenpora atas tanah seluas 312.448 m2 di desa Hambalang. Padahal, persyaratan
berupa surat pelepasan hak dari pemegang hak sebelumnya patut diduga palsu.
2) Kabag Persuratan dan Kearsipan BPN atas perintah Sestama BPN menyerahkan SK hak
pakai bagi Kemenpora kepada IM tanpa ada surat kuasa dari Kemenpora selaku pemohon
hak, sehingga diduga melanggar kep ka. BPN tahun 2005 jo kep. Ka. BPN 1 tahun 2010.
3) Bupati Bogor menandatangani site plan meskipun Kemenpora belum/tidak melakukan
studi Amdal terhadap proyek pembangunan P3SON Hambalang, sehingga diduga
melanggar UU 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
dan diduga melanggar Peraturan Bupati Bogor Nomor 30 tahun 2009 tentang Pedoman
Pengesahan Master Plan, site plan dan peta situasi.
4) Kepala Badan Perizinan Terpadu Kabupaten Bogor menerbitkan IMB meskipun
Kemenpora belum melakukan studi Amdal terhadap proyek pembangunan P3SON
sehingga diduga melanggar Perda Kabupaten Bogor Nomor 12 tahun 2009 tentang
Bangunan Gedung.
5) Direktur Penataan dan Lingkungan Kementerian PU memberikan pendapatan teknis
yang dimaksud dalam PMK 56/PMK.02/2010, tanpa memperoleh pendelegasian dari
Menteri Pekerjaan umum sehingga diduga melanggar Permen PU Nomor 45 tahun 2007.
6) Menteri Keuangan dan Dirjen Anggaran setelah melalui proses penelaahan secara
berjenjang menyetujui memberikan disperisasi perpanjangan batas waktu revisi RKA-KL
tahun 2010 dan didasarkan pada data dan informasi yang tidak benar, yaitu Sesmenpora
mengajukan permohonan revisi RKAKL tahun 2010 pada tanggal 16 November 2010,
sehingga diduga melanggar PMK 69/PMK.02/2010 dan 180/PMK.02/ 2010.
7) Sesmenpora menandatangani surat permohonan persetujuan kontrak tahun jamak tanpa
memperoleh pendelegasian dari menpora sehingga diduga melanggar PMK
56/PMK.52/2010.
8) Menpora diduga membiarkan Sesmenpora melaksanakan wewenang Menpora dan tidak
melaksanakan pengendalian serta pengawasan sebagaimana dimaksud PP 60 tahun 2008.
9) Menteri Keuangan menyetujui kontrak tahun jamak dan dirjen anggaran menyelesaikan
proses persetujuan kontrak tahun jamak setelah melalui proses penelaahan secara
berjenjang secara bersama-sama meskipun diduga melanggar PMK 56/PMK.52/2010
antara lain Tidak seluruh unit bangunan yang hendak dibangun secara teknis harus
dilaksanakan dalam waktu lebih dari satu tahun anggaran, Permohonan persetujuan
kontrak tahun jamak tidak diajukan oleh menteri atau pimpinan lembaga. Dan RKA-KL
kemenpora 2010 (revisi) yang menunjukkan kegiatan lebuh dari satu tahun anggaran
belum ditandatangani oleh dirjen anggaran.
10) Dirjen anggaran menetapkan RKA-KL Kemenpora tahun 2011 dengan skema tahun
jamak sebelum penetapan proyek tahun jamak disetujui. Dirjen anggaran diduga
melanggar PMK 104/PMK.02/2010.
11) Sesmenpora menetapkan pemenang lelang konstruksi dengan nilai kontrak di atas Rp
50 miliar tanpa memperoleh pendelegasian dari Menpora. Sehingga diduga melanggar
Keppres 80 tahun 2003.
12) Menpora diduga membiarkan Sesmenpora melaksanakan wewenang Menpora tersebut
dan tidak melakukan pengendalian dan pengawasan melainkan diatur oleh rekanan yang
direncanakan akan menang. Diduga melanggar Keppres Nomor 80 Tahun 2003.
13) Proses evaluasi dan prakualifikasi dan teknis terhadap pekerjaan konstruksi
pembangunan P3SON Hambalang (bukan) dilakukan oleh panitia pengadaan melainkan
diatur oleh rekanan yang direncanakan akan menang. Sehingga diduga melanggar Keppres
80 tahun 2008.
14) Adanya rekayasa proses pelelangan pekerjaan konstruksi pembangunan P3SON
Hambalang untuk memenangkan kerja sama operasi (KSO) AW yang dilakukan dengan
cara : Mengumumkan lelang dengan informasi yang tidak benar dan Untuk mengevaluasi
kemampuan dasar (KD) KSOAW digunakan dengan cara penggabungan nilai dua
pekerjaan sedangkan untuk peserta lain KD digunakan dengan nilai proyek tertinggi yang
pernah digunakan, sehingga menguntungkan KSOAW. Hal ini diduga melanggar
PP 29 tahun 2000 dan Keppres 80 Tahun 2003.
15) Pelaksanaan pekerjaan konstruksi KSO-AW menyubkontrakkan pekerjaan utamanya
(konstruksi) kepada perusahaan lain sehingga diduga melanggar keppres 80 tahun 2003.

Ketidakjujuran Hasil Survey (Lokasi Bukit Hambalang Tidak Layak Di Bangun


Komlpek Sport Centre)
Ketidak jujuran hasil survey/ penipuan data survey adalah salah satu pelanggaran
Dewan Akreditasi Rekayasa dan Teknologi (ABET) kode etik insinyur atas dasar prinsip
point ke II yang berbunyi “Bersikap jujur dan tidak memihak, dan melayani dengan
kesetiaan masyarakat, petinggi mereka dan klien”. Dalam hal ini konsultan perencana tidak
bertindak jujur tidak menunjukan hasil survey yang sebenarnya karena pada kawasan
hambalang tidak layak untuk dibangun gedung sarana olah raga Sport Centre. Salah satu
kegiatan yang pertama kali dilakukan oleh seorang perencana / insinyur adalah melakukan
survey lokasi / study kelayakan untuk menentukan apakah layak atau tidaknya kawasan
tersebut dibangun sebuah gedung atau bangunan lainnya sehingga bangunan tersebut dapat
kokoh berdiri sesuai dengan umur rencana.
Namun pada kenyataanya sebagian lahan proyek Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sarana
Olahraga Nasional Hambalang, Bogor, Jawa Barat, ternyata memiliki struktur tanah yang
sangat labil. Pertengahan Desember tahun lalu, sebagian area di pusat olahraga tersebut
ambles, yang mengakibatkan dua bangunan, yakni gedung bulu tangkis dan power house
(rumah genset), hampir roboh.

Adanya Mark Up Anggaran Proyek


Salah satu isu-isu yang melanggar kode etik profesi pada peroses pembangunan sarana
olah raga sport centre adalah adanya Mark Up Anggaran proyek. Mark Up anggaran
proyek biasanya dilakukan kontraktor untuk menghindari kerugian akibat naiknya harga
barang/ material. Namun pada kasus proyek hambalang Mark Up anggaran sengaja
dilakukan oleh beberapa pihak untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Mark Up
yang seperti inti bisa dikategorikan dalam tindak pidana korupsi.

Pelanggaran Prinsip Dasar Dan Etika Panitia Lelang


Pada kasus pembangunan sarana olah raga sport centre ada beberapa kasus pelanggaran
prinsip dasar dan etika panitia lelang, diantaranya adala sebagai berikut :
1) Dalam proyek pembangunan sarana olah raga sport centre, pihak yang memenangkan
tender, yaitu PT Adhi Karya , mensubkontrakkan kembali PT yang lain dalam
pembangunannya. Penelusuran Tempodi Hambalang juga menemukan Dutasari ternyata
menggarap rekrutmen personel satuan keamanan proyek. Pekerjaan Dutasari pun ada yang
disubkontrakkan lagi ke perusahaan lain, antara lain PT Kurnia Mutu yang menyuplai pipa
tembaga untuk penyejuk udara dan PT Bestindo Aquatek Sejahtera yang menyediakan
sistem pengolahan limbah domestik.
2) Proses pemenangan tender yang terkesan asal-asalan. Hal ini terbukti PT adhi karya
yang merupakan pihak yang memenangkan tender, padahal ada suatu hal yang
menyebabkan Adhi tidak menang, namun tetap diloloskan.
3) Proses pembangunan yang tidak di pantau lebih lanjut pelaksanaanya, hal kini terlihat
dalam proses proyek , pihak kemenpora membiarkan dalam artian menyerahkan
sepenuhnya pada sesmenpora bertindak sendiri dalam menjalankan proyek. Disini cukup
membuktikan bahwa SDM yang terlibat dalam proyek hambalang ini mengandung aspek
SDM yang tidak berkualitas sehingga mengakibatkan buruknya pengendalian dalam
pelaksanaan proyek yang ada.

Sanksi yang diteima oleh pelanggar berupa tersangka kasus korupsi sehingga harus
dihukum penjara dan juga denda. Selain itu, dampak yang terjadi akibat kasus Hambalang
ini adalah kerugian karena dana yang di korupsi pihak terkait. Dan juga kualitas mutu
bangunan yang rendah karena adanya dugaan ketidakjujuran hasil survei sehingga
bangunan tidak memiliki daya layan yang maksimal.

Sumber :
Kurdi, A. (2018) “PELANGGARAN ETIKA PROFESI PADA PROYEK
HAMBALANG,” Jurnal Teknik Sipil - Arsitektur, 17(1), hal. 73–81.

Anda mungkin juga menyukai