Anda di halaman 1dari 2

NASKAH LOMBA BERCERITA ISLAMI

KECAMATAN MUSUK

KISAH SUNAN KALI JAGA


Lagu ( Lir Ilir versi sholawat )
Ayo kawan ayo kawan
Mari kita dengarkan
Kisah tentang satu sunan
Raden Said lah namanya
Raden Said lah namanya

Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah hirabbil alamin., wabihi nas ta’inu ala umuriddun ya waddin. Waala alihi wa
ashabihi ajma’in. Ammaaa ba’du.
Dewan Juri yang kami hormati, serta teman-teman dan bapak ibu guru yang berbahagia. Pada
kesempatan ini saya akan menyampaikan sebuah cerita Islami, yakni tentang Kisah Sunan Kali Jaga
Teman-teman pasti sering mendengar lagu lir ilir, sluku sluku bathok. Nah itu adalah salah satu
lagu yang digunakan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga untuk mensyiarkan agama Islam di tanah jawa.
Alkisah, Perang saudara yang berkepanjangan di Majapahit, menyisakan penderitaan bagi
seluruh rakyatnya, penyakit dan kelaparan terjadi dimana-mana.
Raden Mas Said putra seorang Adipati Tuban, tergerak hatinya untuk menolong rakyat kadipaten
Tuban yang menderita kelaparan. Kemudian ia mencuri bahan pangan yang berada dilumbung pangan
Kaadipaten.
Merasa ada yang aneh, Adipati Wilwatika meminta Patih Gajah Lembana untuk mencari pencuri
tersebut dan dihadapkan kepada sang Adipati. Patih Gajah Lembana pun berhasil menangkap pencuri
itu.

Adhipati              : “Buka penutup wajahnya aku ingin tahu siapa orangnya..!!”, dengan nada tinggi
atau memerintah.

Kemudian sang Patih membuka penutup wajah pencuri tersebut. Dan begitu kagetnya sang
Adipati saat mengetahui siapa dibalik penutup wajah pencuri itu

Raden Said           : “Ampun ayahanda.. semua yang ananda lakukan untuk menolong rakyat
Kadipaten Tuban yang kelaparan, kasihan mereka ayahanda. Apa ananda salah menolong rakyat
Kadipaten?”
Karena sang Ayah merasa telah ditampar oleh anaknya sendiri, maka Adipati Wilwatikta
mengusir anaknya sendiri untuk keluar dari Kadipaten Tuban

Perjalanan Raden Mas Said setelah diusir dari Kadipaten Tuban sampai pada hutan lebat,,orang
sekitar menyebutnya hutan  Gelagah Wangi. Dari sini Raden Mas Said merampas semua pajak atau
upeti yang dikirim untuk Kerajaan Majapahit, dia dikenal dengan sebutan berandal Loka Jaya.

Suatu hari melintas orang tua di Hutan Gelagah Wangi, Loka Jaya mengejar orang tua itu karena
tertarik pada tongkatnya, dengan napas terengah Loka Jaya berhasil menyusul orang tua itu.
Loka Jaya             : “Berhenti Pak tua!” dengan napas terengah.
Sunan Bonang   : “Ada apa anak muda kamu menghentikan langkahku?”.
Loka Jaya             : “Aku menginginkan tongkatmu Pak tua, kelihatannya bagus dan mahal
harganya”.
Sunan Bonang   : “Tongkat ini hanya terbuat dari kayu  anak muda, dan tidak ada
harganya. Untuk apa kamu mencari harta seperti itu anak muda?”.
Loka Jaya             : “Akan ku bagikan kepada rakyat yang membutuhkan”.

Berniat menolong sesama manusia itu sangatlah bagus, namun tidak boleh dengan cara yang
salah. Apakah kita ingin membasuh kaki kita yang kotor dengan air kotor akan menjadi bersih ? Tidak…
Sunan Bonang : ? Kalau kamu mau harta lihatlah itu anak muda” menunjuk pohon dengan
tongkatnya. ”Itu pohon berbuah emas, itu halal anak muda, ambilah sesukamu..”

Loka Jaya kaget menghampiri pohon itu, memanjat dan mengambil buah yang dikiranya emas.
Nafsu yang menguasai sehingga ia terjatuh, dan buah itu menimpa tubuhnya, lalu berubah menjadi
pohon buah kolang kaling. Dia baru menyadari kalau orang tua yang di hadapannya tadi bukan orang
sembarangan. Maka dikejarlah orang tua itu dan Loka Jaya di Sungai Bengawan Solo. Ketika Loka Jaya
berhasil menyusul orang tua tersebut, kemudian ia langsung bersimpuh dihadapannya.
Loka Jaya             : “Izinkan aku tau siapa kamu orang tua?”.
Sunan Bonang   : “Orang-orang menyebutku Sunan Bonang”.
Akhirnya Loka Jaya atau Raden Mas Said mengikuti jejak dan menjadi murid dari Sunan Bonang. Sunan
Bonang kemudian menancapkan tongkatnya dan meminta Loka Jaya untuk menunggu sampai Sunan
Bonang datang dari Kerajaan Demak.
Bertahun-tahun, Loka Jaya atau Raden Mas Said tetap bertapa menunggu tongkat tersebut.
Ketika Sunan Bonang melintas, beliau sudah menjumpai tubuh Loka Jaya yang penuh dengan semak
belukar. Dengan terenyuh Sunan Bonang membersihkan tubuh Loka Jaya. Sunan Bonang tahu bahwa
Raden Mas Said mendapatkan Ma’rifat dari Allah SWT, dibangunkan dengan suara adzan dan iqomah
ditelinga kirinya.

Sunan Bonang : Alhamdulillah kamu berhasil menyelesaikan ujianmu, kamu mendapat


hidayah dari Allah dalam Ma’rifat lahiriyahmu juga batiniyahmu. Pakailah pakaian ini Said
(menyerahkan baju berupa jubah dan sorban putih). Kamu akan menggenapi wali di Demak,
menjadi wali songo”.

Namun Raden Mas Said tidak mau mengenakan pakaian yang diberi oleh Sunan Bonang. Beliau
tetap ingin memakai baju hitam ini agar selalu mengingat dosa-dosanya. Setelah itu Sunan Bonang
memberi nama Raden Mas Said yakni Jaga Kali, namun suatu saat nanti orang-orang akan menyebutnya
dengan Sunan Kali Jaga.
Pelajaran yang dapat kita ambil dari kisah Kanjeng Sunan Kali jaga ini adalah, Apa yang kita
ucapkan sebaiknya itu yang kita jalankan, jadi kita akan dipercaya oleh sesama. Dan Ketika kita ingin
menolong sesama, haruslah dengan cara yang benar.

Sekian cerita dari saya, semoga bermanfaat bagi kita semua. Ketupat ditutul Santen, menawi
lepat nyuwun pangapunten.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Anda mungkin juga menyukai