Anda di halaman 1dari 3

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Alhamdulillahi rabbil ‘alamina, washolatu was salaamu ‘ala asyrofil anbiyaa-i wal mursaliina
sayyidina wa maulaana muhammadin, wa ‘ala aalihi wa shohbihi ajma’iina. Amma ba’du.

Dewan Juri yang saya hormati,perkenalkan nama saya …………… dari SD Negeri 2 Ciarus,
disini saya akan menceritakan kisah tentang

“Raden Said Menjadi Sunan Kalijaga”

Raden Said adalah putra Adipati Temenggung Wilatikta Tuban. Setelah dewasa Raden Said
melihat pemberontakan rakyat miskin di Kadipaten Tuban Pajak selalu ditarik paksa oleh
pemungut pajak kadipaten. Raden Said mencuri hasil bumi tarikan rakyat yang akan dikirim
ke Kadipaten Majapahit di Gudang Tuban. hasil curiannya dibagikan kepada orang yang
membutuhkan pada waktu malam hari.
Suatu malam, saat Raden Said sedang mengambil hasil bumi di gudang. Salah satu penjaga
gudang yang sedang tidur mendengar suara dari dalam gudang, dan
"Siapa itu?"
Raden Said langsung keluar dari gudang. Tapi, tiga penjaga gudang sudah berhadapan.
"Siapa kamu?" menunjuk ke arah Raden Said yang berpakaian preman serba hitam dan
memakai topeng.
Tanpa pikir panjang Raden Said langsung menuju tiga penjaga Gudang.
“Hiiiaaaa….aaa……” Raden Said melawan
Namun, Raden Said belum mampu mengalahkan ketiga pengawal di gudang tersebut dan
akhirnya berhasil dilumpuhkan dan langsung dibawa menghadap Adipati Tuban yang tidak
lain adalah ayahnya sendiri.
Singkat cerita Raden Said akhirnya diusir dari kadipaten Tuban.
Kemana Raden Said setelah diusir dari kadipaten Tuban?
Setelah mengembara tanpa tujuan pastinya. Raden Said akhirnya bermukim di hutan
Jatiwangi. Selama bertahun-tahun. Raden Said menjadi seorang perampok yang baik. Kenapa
disebut perampok?. Sebab, hasil razia tak pernah dimakan. Seperti yang pertama, selalu
diberikan kepada fakir miskin. Di hutan Jatiwangi membuang nama aslinya Raden Said
menjadi Brandal Lokajaya.
Suatu hari, ada seorang kakek berjubah putih yang sendirian melalui hutan dengan tongkat
berkilau. Raden Said telah mengincar dan mengawasinya, setelah Raden Said mendekat ia
langsung merebut tongkat yang dibawa kakek hingga kakek itu jatuh ke tanah. Dengan susah
payah kakek itu bangun, sepasang mata menangis walaupun tidak ada suara yang keluar dari
mulutnya. Raden Said Itu sedang memperhatikan tongkat yang dipegangnya. Tongkat itu
bukan emas yang dia kira kuningan. Dengan sekejap kakek langsung merebut tongkat itu
“Jangan menangis kakek, aku kembalikan tongkat ini”
“Bukan karena tongkat ini aku menangis” jawab kakek sambil memegang rumput di
tangannya yang tidak sengaja dia cabut
“lihat, saya telah berbuat dosa mencabut rumput ini dari tanah”
“Hanya beberapa potong rumput. Apakah kamu merasa bersalah?" tanya Raden Said heran.
"Ya, itu berdosa! Jika kamu mencabut rumput ini untuk makanan ternak tidak mengapa, tapi
untuk kesombongan itu benar-benar dosa!" jawab pria itu.
Raden Said bergetar hati atas jawaban yang mengandung nilai keimanan.
“Anak muda benar-benar apa yang kamu cari di hutan ini?”
"Aku ingin harta karun itu?"
"Untuk apa?"
"Saya memberi kepada orang miskin dan menderita".
“Hem, sungguh mulia hatimu anak muda….apa kamu salah”.
"Apa maksudmu?"
"Bolehkah aku bertanya padamu anak muda?" desah kakek itu, "Kalau kau mencuci baju
kotormu dengan air seni, apakah itu langkah yang benar?"
“Dasar tindakan bodoh” kata Raden Said. "Tambahkan saja pakaian kotor dan bau itu saja."
Kakek itu tersenyum, “Jadi kamu beramal. Kamu memberikan barang yang ada di dalam
kaleng itu haram, merampok atau mencuri, sama saja dengan mencuci baju dengan air
kencing.”
Raden Said tegang. Kakek itu melanjutkan, “Allah itu zat yang baik, terima saja amal
kebaikan atau yang halal.” Dengan menjauhi Raden Said
Tiba-tiba kakek itu menghilang, dengan usaha mencari ujung ia melihat bayangan orang yang
berhenti di depan sungai yang lebar.
“Tunggu…” ucap Raden saat melihat kakek itu melangkah pergi lagi.
"Akankah tuanku menerima sebagai murid?" Raden Said memohon.
"Menjadi muridku? Bersedia belajar sesuatu?" tanya kakek itu.
“Apa saja, asalkan anda menerima saya sebagai murid…..”
"Sulit anak muda, maukah kamu menerima persyaratannya?"
“Saya bersedia…” jawab Raden Said tegas.
Kakek itu menancapkan tongkatnya di tepi sungai dan memerintahkan Raden Said untuk
menjaganya. tidak boleh pindah dari tempat itu sebelum dia kembali menemuinya.
Raden Said tertidur selama tiga tahun setelah membaca satu surat Al-Quran. Berselang 3
tahun akhirnya kakek itu kembali menemuinya. Akar dan rerumputan telah menutupi seluruh
tubuh Raden Said. Raden Said lalu terbangun oleh suara yang disuarakan olehnya.
Akhir cerita, ternyata kakek berkulit putih tersebut adalah Sunan Bonang, yang merupakan
salah satu Wali Songo yang ada. Akhirnya Raden Said menjadi salah satu bagian dari Wali
Songo untuk menyebarkan agama Islam yang diberi nama oleh walikota Sunan Kalijaga.

‫ب‌ؕ َو َك ٰفى بِ ٖۤه اِ ۡث ًما ُّمبِ ۡينًا‬ ‫هّٰللا‬


َ ‫اُ ْنظُ ۡر َك ۡيفَ يَ ۡفتَر ُۡونَ َعلَى ِ ۡالـ َك ِذ‬
Unzur kaifa yaftaruuna 'alal laahil kazib, wakafaa bihiii ismamm mubiinaa
Perhatikanlah, betapa mereka mengada-adakan dusta terhadap Allah! Dan cukuplah
perbuatan itu menjadi dosa yang nyata (bagi mereka).

Anda mungkin juga menyukai