Anda di halaman 1dari 10

Oseana, Volume 44, Nomor 2 Tahun 2019 : 49 - 53 p-ISSN: 0216-1877, e-ISSN: 2714-7185

MENGENAL PEREKAYASA EKOSISTEM

Oleh
Allsay Kitsash Addifisyukha Cintra1)

ABSTRACT
UNDERSTANDING THE ECOSYSTEM ENGINEERS. Ecosystem engineers are
organisms that can create, destroy or even maintain the sustainability of a particular habitat.
The process of ecosystem engineering begins with structural changes in the environment and
subsequently change the abiotic the biotic term or the existence of other organisms. Ecosystem
engineers are divided into two, namely autogenic and allogenic engineers. Autogenic
engineers change the habitat condition by shifting their body conditions, whereas allogenic
engineers that can directly change habitat conditions. The impact of ecosystem engineers on
the environment is determined by the magnitude and duration of structural changes made or
abandoned by the ecosystem engineer. Understanding the concept of ecosystem engineering is
useful as one of the efforts to restore habitat and conservation acts.
Keywords: Ecosystem engineers, autogenic, allogenic.

PENDAHULUAN selanjutnya akan menggunakan perekayasa


untuk mengacu pada organisme yang
Perekayasa ekosistem (ecosystem
merekayasa ekosistem.
engineer) pertama kali dikenalkan oleh
Konsep perekayasa ekosistem
Jones et al. (1994), didefinisikan sebagai
awalnya digunakan untuk mendefinisikan
organisme yang secara langsung maupun
dan mengidentifikasi peran organisme
tidak langsung mengatur ketersediaan
dalam menciptakan dan memelihara habitat
sumber daya untuk spesies lain dengan
tanpa adanya hubungan trofik antar
mengubah kondisi fisik materi biotik atau
organisme. Jones et al. (1994) menambah-
abiotik dengan cara memodifikasi,
kan, apabila organisme menyediakan
mempertahankan, dan/atau menciptakan
sumber daya (baik jaringan hidup atau mati
habitat. Bersamaan dengan itu dikenal juga
organisme tersebut) secara langsung
istilah proses rekayasa ekosistem
kepada organisme lain, maka tidak
(ecosystem engineering), yaitu kegiatan
termasuk dalam kategori perekayasa
yang dilakukan oleh perekayasa ekosistem.
ekosistem, tetapi bagian ekologi
Selanjutnya Jones et al. (1997)
kontemporer lainnya (hubungan predasi,
menambahkan kata physical pada istilah
jaring makanan, dan proses dekomposisi).
perekayasa ekosistem, sehingga menjadi
Salah satu contoh popular dari perekayasa
physical ecosystem engineer karena
adalah berang berang yang mampu
perubahan yang disebabkan oleh
mengubah habitat sungai dengan cara
perekayasa ekosistem dimulai dari
membangun bendungan dan mengakibat-
perubahan fisik perekasa dan/atau
kan dampak domino bagi kondisi abiotik
perubahan fisik lingkungan. Tulisan ini
dan biotik habitat asalnya. Tulisan ini akan

1)
Pusat Penelitian Oseanografi LIPI

49
menjelaskan tentang konsep perekayasa dan kelimpahan sumber daya lain
ekosistem, cara mengenali perekayasa contohnya dengan mengatur kecepatan
ekosistem, dan manfaat memahami konsep arus, laju pendangkalan, dan lain lain. Pada
perekayasa ekosistem terutama di daerah contoh kedua ini merupakan bentuk dari
pesisir dan lautan. rekayasa ekosistem autogenic.
Contoh skema ketiga (Gambar 1c)
PEMBAGIAN PEREKAYASA merupakan gambaran perekayasa allogenic
EKOSISTEM yang mengubah kondisi fisik lingkungan
dari satu keadaan ke keadaan baru sehingga
Karakteristik penting dari rekayasa
menyediakan sumber daya bagi organisme
ekosistem adalah harus mengubah
lain. Contoh dari skema tersebut adalah
ketersediaan (kualitas, kuantitas, dan
tingkah laku aligator (Alligator
distribusi) dari sumber daya yang
mississippiensi) yang membuat kubangan
digunakan oleh organisme lain. Perekayasa
yang kemudian berfungsi sebagai cadangan
ekosistem dibagi menjadi dua yaitu
air saat musim kemarau, serta menyediakan
perekayasa autogenic dan perekayasa
tempat perlindungan bagi ikan (Finlayson
allogenic. Perekayasa autogenic mengubah
& Moser dalam Jones et al., 1994). Pada
lingkungan melalui struktur fisik dari
kasus ini kubangan merupakan sumber
perekayasa sendiri, baik dengan jaringan
daya yang dihasilkan oleh aligator.
hidup perekayasa (contoh: kelp forest)
Organisme perekayasa dalam
maupun dengan jaringan mati perekayasa
contoh skema keempat (Gambar 1d)
(contoh: terumbu karang). Perekayasa
merupakan perekayasa allogenic yang
allogenic mengubah lingkungan dengan
mengambil materi dari lingkungan dan
mengubah materi biotik dan abiotik dari
mengubah kondisi fisik lingkungan
satu keadaan fisik ke keadaan fisik yang
tersebut. Perubahan ini lalu mengatur suplai
lain secara mekanis atau dengan cara lain
sumber daya yang akan mempengaruhi
contohnya berang berang (Jones et al.,
organisme lain, contohnya adalah berang-
1997, 1994). Klasifikasi organisme sebagai
berang yang mengambil kayu dari pohon
perekayasa dijelaskan oleh Jones et al.
dan mengubahnya menjadi potongan kayu
(1994) dalam beberapa contoh skema yang
mati untuk membangun bendungan,
terdapat pada Gambar 1.
sehingga membentuk sebuah kolam. Kolam
Skema kasus pertama (Gambar 1a),
hasil bendungan berang berang ini yang
dicontohkan oleh terumbu karang sebagai
akan berpengaruh terhadap rangkaian aliran
sumber langsung penyedia makanan dan
sumber daya yang digunakan oleh
tempat hidup organisme yang berasosiasi,
organisme lain. Jones et al. (1994)
namun produksi dari jaringan terumbu
menjelaskan bahwa langkah penting dari
karang tersebut tidak dapat dikatakan
proses rekayasa allogenic yang disebabkan
sebagai rekayasa ekosistem. Karena
berang berang adalah perubahan pohon dari
terumbu karang pada kasus ini tidak
keadaan pertama (pohon hidup) ke keadaan
mengubah kondisi lingkungan. Pada
kedua (bendungan). Perubahan tersebut
Gambar 1b perkembangan terumbu karang
mengatur suplai dari sumber daya
yang menyebabkan perubahan struktur fisik
khususnya air, sedimen, nutrien dan lain-
lingkungan. Perubahan ini mengubah
lain.
lingkungan sekitar dan mengatur distribusi

50
a b

c d

e f

Gambar 1. Contoh skema organisme sebagai perkeyasa ekosistem Jones et al. (1994).

Karakteristik penting dari perekayasa. Proses rekayasa bukan


perekayasa ekosistem adalah mampu merupakan penyediaan sumber daya secara
mengubah ketersediaan (kualitas, kuantitas langsung, misal seperti buah, daun, daging
dan distribusi) dari sumber daya yang ataupun bangkai. Pada kasus ini berang-
dimanfaatkan oleh organisme lain, namun berang bukan merupakan penyedia
tidak termasuk dari biomassa yang langsung dari sumber daya air melainkan
disediakan secara langsung oleh hasil dari bendungan aliran sungai.

50
Contoh skema kelima (Gambar 1e) struktural dalam lingkungan abiotik yang
sama seperti contoh skema kedua bisa disebut perekayasa ekosistem
sedangkan skema keenam (Gambar 1f) (Cuddington et al., 2007). Dampak dari
sama dengan skema keempat, hanya saja perekayasa ekosistem bergantung pada
skema kelima dan keenam mampu skala spasial dan temporal dari tindakan-
mempengaruhi faktor abiotik yang nya. Terdapat enam faktor untuk mengukur
memiliki dampak yang besar seperti dampak perekayasa (Jones et al., 1997):
kebakaran hutan/ladang dan badai/ 1. Masa hidup per aktivitas kapita dari
gelombang. Pada skema kelima (Gambar individual organisme perekayasa;
1e), menggambarkan proses rekayasa 2. Kepadatan populasi perekayasa;
autogenic yang mampu mempengaruhi 3. Distribusi spasial dari populasi
faktor abiotik yang memiliki energi/ perekayasa baik secara lokal maupun
dampak yang besar sehingga mempe- regional;
ngaruhi perubahan aliran sumber dayabagi 4. Lamanya populasi perekayasa berada
organisme lain. Pada skema ini contohnya di suatu daerah;
adalah alga Porolithon yang tumbuh 5. Daya tahan dari kontruksi, artefak,
bersama detritus dan membentuk alga (bentuk perubahan struktural yang
ridge. Alga ridge tersebut mampu memecah ditinggalkan) dan dampak saat tidak
air dan melindungi karang dari gelombang. adanya perekayasa; dan
Dalam skema ini, alga Porolithon berperan 6. Jumlah dan jenis sumber daya yang
sebagai perekayasa autogenic. dikontrol secara langsung maupun
Pada skema keenam (Gambar 1f) tidak langsung, cara sumber daya
proses rekayasa allogenic mempengaruhi tersebut dikontrol dan jumlah dari
faktor abiotik yang memiliki organisme lain yang bergantung pada
energi/dampak besar, sehingga sumber daya tersebut.
mempengaruhi aliran-aliran sumber daya Dari keenam faktor di atas, semakin
untuk organisme spesies lain. Pada skema tinggi nilainya maka semakin besar kondisi
ini contohnya adalah kerang bergaris lingkungan yang diubah maka
Geukensia demissa menyekresikan benang- mengindikasikan bahwa organisme
benang filamen yang mengikat dan tersebut adalah perekayasa. Jones et al.
melindungi sedimen, mencegah terjadinya (1994) menjelaskan bahwa organisme
erosi dan gangguan fisik dari badai (yang dengan efek per kapita yang besar, hidup
merupakan faktor abiotik dengan bersama dengan kepadatan yang tinggi, di
energi/dampak besar). Kestabilan sedimen wilayah yang luas untuk waktu yang lama,
dari hasil rekayasa kerang G demissa akan sehingga mampu menimbulkan struktur
memengaruhi keberadaan organisme lain yang bertahan selama ribuan tahun (bila
(Jones et al., 1994) tanpa adanya gangguan), dan memengaruhi
banyak aliran sumber daya seperti terumbu
PENENTUAN PEREKAYASA karang, maka akan memiliki dampak
EKOSISTEM rekayasa yang besar.
Perekayasa bisa berukuran besar
Tidak semuan organisme adalah
ataupun kecil asalkan memiliki beberapa
perekayasa, hanya organisme yang secara
faktor di atas maka akan mampu memberi
langsung menyebabkan perubahan
dampak terhadap lingkungan. Organisme

50
berukuran kecil yang dapat memiliki 3. Perubahan abiotik yang
dampak yang besar. Hal ini dapat dilihat menyebabkan perubahan biotik.
dari meifauna penggali, yang hidup dengan Untuk memahaminya, contohnya
kepadatan tinggi di wilayah yang luas pada adalah makrofita ekosistem pesisir
waktu yang lama, akan mengubah kondisi (mangrove dan lamun). Makrofita pesisir
sedimen habitatnya dan berpengaruh pada menyebabkan peningkatan kelimpahan dan
organisme lain (Jones et al., 1994). keragaman epibentik. Perubahan
Perekayasa memiliki dampak yang strukturalnya adalah dengan menciptakaan
lebih besar ketika aliran sumber daya yang luasan permukaan dari bagian tubuhnya
mereka modifikasi digunakan oleh banyak untuk tempat hidup organisme epibentik.
spesies lain atau ketika perekayasa Perubahan abiotiknya adalah meningkatnya
memodifikasi faktor abiotik yang kelimpahan dan keragaman permukaan
berdampak bagi spesies lain. Perekayasa yang dapat dikolonisasi epibentik dan
ekosistem yang memberikan pengaruh peningkatan daerah zonasi. Perubahan
terhadap tanah, sedimen, batuan, hidrologi, biotiknya adalah peningkatan kelimpahan
kebakaran, dan badai memiliki peran yang dan keragaman untuk epibentik (Gutiérrez
sangat penting. Pada saat perekayasa hilang et al., 2012).
maka habitat perekayasa akan berubah dan
organisme yang bergantung pada pereka- PEREKAYASA EKOSISTEM DI
yasa juga akan hilang (Jones et al., 1994). DAERAH PESISIR
Pada konsep rekayasa ekosistem Perekayasa ekosistem sangat
terdiri dari dua interaksi, yaitu 1) proses penting dalam mempertahankan struktur
rekayasa ekosistem dan 2) konsekuensi dan fungsi komunitas dalam suatu habitat,
rekayasa ekosistem (Cuddington et al., sehingga perlu dilakukan tindakan
2007). Proses rekayasa ekosistem adalah pencegahan agar perekayasa tidak hilang.
cara organisme mengubah lingkungan Di daerah pesisir yang sangat rentan
abiotik dan mencakup semua pengaruh fisik terhadap perubahan akibat pembangunan,
organisme pada lingkungan abiotik melalui maka sangat diperlukan mengenal
perubahan struktural (melalui autogenic perekayasa ekosistem dan dampaknya bagi
atau allogenic) terlepas perubahan abiotik lingkungan/habitat (Caro, 2010).
memiliki efek biotik atau tidak. Perekayasa ekosistem mayor di daerah
Konsekuensi rekayasa ekosistem adalah pesisir adalah mangrove, lamun, kelp, dan
efek biotik dari proses rekayasa terhadap makroalga lain, terumbu karang, bivalvia
spesies lain maupun perekayasa sendiri pembentuk terumbu, krustasea penggali,
(Gutiérrez et al., 2012). infauna, dune plant, dan tidal marsh plant.
Komponen dari rekayasa ekosistem Perekayasa perekayasa tersebut mayor
adalah perekayasa, struktur (yang diubah), karena memiliki dampak pada proses
faktor biotik dan abiotik yang dihubungkan sedimentasi, melindungi pesisir, dan
oleh hubungan sebagai berikut: memodifikasi habitat untuk tempat
1. Perekayasa atau organisme yang organisme lain. Pada contoh perekayasa
menyebabkan perubahan struktural; ekosistem tersebut dijelaskan pula (Tabel 1)
2. Perubahan struktural yang menyebab- perubahan strutural, abiotik, dan biotik
kan perubahan abiotik; dan yang terjadi (Gutiérrez et al., 2012).

51
Tabel 1. Perekayasa ekosistem pesisir dan mekanisme dalam merekayasa habitat
(Gutiérrez et al., 2012).
Perubahan Perubahan Perubahan Perekayasa
struktural Abiotik biotik ekosistem
Menciptakan dan Melindungi dari Mangrove, terumbu
memelihara struktur gelombang badai dan karang, tanaman rawa air
fisik emergent di dampak angin, asin, lamun, rumput pantai
daerah pesisir menurunkan erosi garis
pantai, dan melindungi
ekosistem di daratan
Menciptakan ruang Meningkatkan terjadinya Kepiting, isopoda, udang,
kosong dalam erosi akibat dari dan organisme penggali
sedimen intertidal peningkatan area yang intertidal lainnya
karena adanya liang terpaparoleh aliran air.
makrofaunal Dalam kasus daerah
intertidal yang curam,
bisa terjadi longsor
Mengikat partikel Meningkatkan kekuatan Polychaetes, amphipoda,
sedimen melalui sedimen dan ketahanan diatom.
sekresi lendir. terhadap erosi
Membuat lubang di Meningkatan potensi Bivalvia, anemon,
batu, kerang, atau untuk fragmentasi sipuncula (cacing kacang)
karang dengan batuan, kerang, atau
membor karang, dan pelepasan
partikel sedimen.
Menciptakan Meningkatnya Ketersediaan habitat Makrophita (cordgrass,
permukaan epibenthic kelimpahan dan untuk epibion. lamun, dan mangrove),
secara autogenik keragaman permukaan alga (misalnya kelps),
yang dapat dikolonisasi, karang, bivalvia,
peningkatan zonasi. polychaeta, epibenthos
sessile, beberapa
epibenthos (gastropoda dan
kepiting).
Terjadinya Mengurangi Menurunnya Polychaeta, bivalvia,
pencampuran pengumpulan sedimen, kelimpahan gastropoda.
sedimen, dan stabilitas dan shear organisme
pemecahan sedimen strength sedimen. filterfeeder, epifauna
Meningkatkan transport sessile yang sedikit
sedimen bergerak (mobile),
dan infauna yang
tinggal di permukaan.
Menghasilkan (bisa Meningkatkan kontur Meningkatnya jumlah Benthos peliang (kepiting,
banyak atau sedikit) basal, meningkatkan refugee species yang udang, polychaeta, dan
kontur permukaan ketersediaan rongga mencari perlindungan echiuran), organisme
basal yang kasar yang aman dari predator, pengebor batu (bivalvia,
(lubang, galian) dan menurunkan anemon, dan sipunculida),
melalui penggalian paparan ekstrem epibenthic deposit feeder
sedimen atau lingkungan (arus, suhu) (kepiting dan holoturia),
mengebor batuan. predator epibenthic yang
. memangsa infaunal
(kepiting dan ikan)

50
Di ekosistem laut lepas salah satu ditangkap oleh beruang cokelat, dan
perekayasa yang cukup menarik adalah bangkainya akan dimakan oleh organisme
paus abu abu/gray whale (Eschrichtius lain dan sisa sisa bangkai pada akhirnya
robustus). Paus abu abu mencari akan kembali mengalir ke lautan. Adanya
ampiphoda sebagai mangsanya dengan cara beruang cokelat yang menangkap salmon
mengaduk sedimen dasar di laut Bering. matang gonad dan meninggalkan sisa
Pengadukan sedimen ini meningkatkan bangkainya di daerah riparian akan
kopling bentik-pelagik dengan cara memberi kesempatan pada organisme lain
membawa nutrient di dasar ke kolom baik hewan, tumbuhan, atau mikroba yang
perairan yang nantinya dapat dimanfaatkan tidak memiliki akses dalam memanfaatkan
oleh produsen. Pengaruh lain dari salmon. Gende dan Quinn (2006) menyebut
pengadukan sedimen yang dilakukan paus beruang cokelat sebagai perekayasa
abu abau adalah mengubah topografi ekosistem (ecosystem engineer) yang
permukaan bawah laut Bering yang mengalirkan nutrien yang berasal dari laut
berpengaruh terhadap organisme bentik ke ekosistem riparian.
(Nelson et al., 1987)
Beberapa perekayasa tidak hanya FUNGSI MENGENALI PREKAYASA
berpengaruh terhadap satu ekosistem, EKOSISTEM
namun ada pula yang mampu Perekayasa ekosistem dapat
mempengaruhi dua atau lebih ekosistem. digunakan untuk merestorasi habitat (Byers
Contoh dari perekayasa ini adalah beruang et al., 2006). Penggunaan perekayasa
cokelat. Beruang cokelat (Ursus arctos) ekosistem dalam restorasi akan
yang memiliki peran penting dalam meminimalisasi campur tangan dari
menjembatani ekosistem riparian manusia; lebih mudah, murah,
(ekosistem tepian sungai yang terkena berkelanjutan, dan terkadang hanya satu-
banjiran sungai) dan ekosistem laut melalui satunya cara. Pada kasus ini contohnya
aliran nutrien. adalah kasus Beruang cokelat di atas. Di
Beruang cokelat memiliki tingkah daerah sungai Baker daerah Washington
laku yang vital bagi keberlangsungan dua yang populasi salmon dan beruang
ekosistem tersebut. Beruang cokelat selalu cokelatnya menurun dengan drastis,
membawa salmon hasil buruan dari sungai bangkai salmon disebarkan di daerah
ke dalam hutan sebelum dimakan untuk riparian dengan menggunakan helikopter.
menghindari konflik dengan beruang Hal ini dilakukan untuk meniru proses
lainnya. Kemudian, beruang cokelat hanya alami siklus nutrient yang terputus akibat
memakan 25% dari tubuh salmon yang penurunana populasi Beruang Cokelat.
kaya akan lemak yaitu telurnya (beruang Selain memakan biaya, usaha tersebut
cokelat tidak memakan salmon jantan memerlukan kontrol dari manusia.
ataupun salmon yang telah bertelur), sisa Perekayasa ekosistem juga dapat
tubuh salmon yang tidak dimakan digunakan untuk mengkonservasi habitat
ditinggalkan di daerah hutan, lalu beruang (Crain & Bertness, 2006). Dampak positif
cokelat akan menangkap salmon kembali yang ditimbulkan oleh perekayasa
(Gende & Quinn, 2006). ekosistem antara lain: menjadikan
Secara alami salmon setelah perekayasa sebagai target konservasi
bertelur akan mati meskipun tidak

50
karena hanya dengan mengendalikan satu Besarnya pengaruh perekayasa
spesies, dan dapat memengaruhi seluruh terhadap aliran sumber daya menunjukan
komunitas. Menurut (Gutiérrez et al., bahwa perekaya merupakan titik awal yang
2012), menggunakan perekayasa sebagai baik dalam upaya konservasi melalui
salah satu alat untuk pengelolaan berbasis manajemen berbasis ekosistem. Penanaman
ekosistem merupakan cara yang paling mangrove dapat dilakukan di daerah yang
efektif dan efisien. Beberapa perekayasa mangrovenya telah mengalami degradasi,
memiliki pengaruh yang dominan terhadap sehingga biota lain yang berhubungan
ekosistem tersebut misalnya terumbu dengan mangrove dapat kembali ada.
karang, mangrove dan lamun, sehingga Penanaman mangrove tentunya akan lebih
perlindungan dan restorasi kepada mudah daripada melakukan usaha budidaya
perekayasa- perekayasa tersebut untuk mengembalikan macam macam
merupakan cara yang hemat dan efektif juvenile dari ikan dan invertebrata yang
untuk menjamin keberadaan jasa dan fungsi hilang di daerah tersebut.
ekosistem (Gutiérrez et al., 2012). Manajemen berbasis ekosistem
Mangrove mampu membentuk dengan mengkonservasi perekayasa
habitat untuk bermacam macam spesies. ekosistem dan daerah yang direkayasanya
Bila dilihat dari konsep perekayasa telah dilakukan di Laut Utara di bawah
ekosistem misalnya sebagai daerah asuhan European Habitats Directive dan The EU
bagi juvenil spesies ikan maupun Marine Strategy Framework Directive
invertebrata. Tingginya kelimpahan (Braeckman et al, 2014). Berdasarkan
juvenile ikan dan invertebrata di daerah kebijakan mereka untuk dalam
mangrove karena 1) ketersediaan makanan mempertahankan keberlanjutan fungsi
yang tinggi. Mangrove dengan struktur ekosistem di Laut Utara dipilih organisme
yang dibuat oleh akar dan pohonnya yang memiliki aspek keragaman
sebagai sediment trap yang menjebak fungsional, yaitu yang mampu memenga-
makanan bagi biota lain agar tidak langsung ruhi kondisi abiotik dan biotik lingkungan-
hanyut ke laut. 2) Rendahnya predasi dari nya yaitu spesies perekayasa. Perekayasa
pemangsa. Hal ini mangrove membentuk ekosistem yang hidup di dasar Lau Utara
mikrohabitat berupa peraian dangkal yang seperti bulldozing ekinodermata, udang
memiliki kekeruhan tinggi sehingga pembuat liang dan bio-irrigating polikaeta
membuat pemangsa tidak bisa berburu merupakan sasaran konservasi karena
dengan baik. 3) Kompleksitas dari struktur memiliki peranan fungsional yang penting.
fisik mangrove yaitu adanya akar nafas dan Suatu perekayasa dapat diintroduksi
akar lainnya. (Beck, 2001). Juvenil lobster pada habitat lain untuk mengubah struktur
berduri (Panulirus argus) memiliki komunitas di habitat tersebut sesuai dengan
populasi yang tinggi di area mangrove keinginan manusia (Gribben et al., 2009).
karena akar akar mangrove memberikan Studi dari Gribben et al. (2009) menyatakan
tempat perlindungan bagi juvenil lobster bahwa interaksi antara perekayasa
berduri (Panulirus argus) dari ekosistem asli dan perekayasa introduktif
pemangsanya (Acosta & IV, 1997). (perekayasa baru yang didatangkan dari
Mangrove berkontribusi terhadap 30% habitat/kawasan lain) dapat mengatur
tangkapan ikan dan 100% tangkapan udang keanekaragaman komunitas dan
di Asia Tenggara (Ronnback, 1999). kelimpahan spesies. Adanya perekayasa

51
introduktif yaitu alga Caulerpa taxifolia ekosistem sudah rusak, akibat ada spesies
menyebabkan perekayasa asli kerang yang hilang baik karena overeksploitasi
Anadara trapezia hanya mengubur atau kerusakan habitat. Upaya untuk
sebagian tubuhnya karena kondisi sedimen mengidentifikasi perekayasa ekosistem,
yang kekurangan oksigen. Hal ini membuat memahami dampak perekayasa dalam
cangkang yang tidak terkubur menjadi ekosistem dan melindunginya merupakan
substrat keras yang dimanfaatkan oleh tindakan yang lebih mudah dibandingkan
epibion (organisme yang hidupnya menggantikan tugas dari perekayasa
menempel pada substrat). Karena itu ekosistem tersebut. Pemahamanan yang
kelimpahan dan keanekaragaman jenis baik tentang konsep perekayasa ekosistem
epibion yang hidup bersama kerang A juga dapat memanipulasi perekayasa
trapezia dan C taxifolia lebih tinggi ekosistem dengan mengintroduksi ke
daripada yang hidup hanya bersama A habitat baru dalam upaya konservasi atau
trapezia. Meskipun introduksi perekayasa penyelamatan habitat.
ekosistem dapat dilakukan untuk
memperbaiki habitat, namun dalam hal ini DAFTAR PUSTAKA
perlu diketahui interaksinya dengan spesies Acosta, C. A., & IV, M. J. B. (1997). Role
asli yang telah ada karena bisa of mangrove habitat as a nursery for
menimbulkan dampak negatif bagi habitat juvenile spiny lobster, Panulirus
dan spesies asli (Haram et al., 2018). argus, in Belize. Marine Freshwater
Research, 48, 721–727.
PENUTUP Braeckman, U., Rabaut, M., Vanaverbeke,
Pada dasarnya perekayasa J., Degraer, S., & Vincx, M. (2014).
ekosistem merupakan organisme yang Protecting the Commons: The Use
memiliki nilai fungsional bagi habitatnya of Subtidal Ecosystem Engineers in
terlepas dari fungsinya secara trofik. Marine Management. Aquatic
Beberapa perekayasa ekosistem khususnya Consent’ Mar. Freshw. Ecosyst.
di ekosistem pesisir dan laut sudah banyak https://doi.org/10.1002/aqc.2448
dipelajari dan dimasukkan dalam kebijakan Byers, J. E., Cuddington, K., Jones, C. G.,
oleh pemerintah maupun masyarakat lokal Talley, T. S., Hastings, A.,
contohnya mangrove, padang lamun dan Lambrinos, J. G., … Wilson, W. G.
terumbu karang. Di sisi lain, masih banyak (2006). Using ecosystem engineers
perekayasa yang belum diketahui jenis to restore ecological systems.
maupun fungsinya yang menyebabkan TRENDS in Ecology and Evolution,
mereka tidak masuk dalam objek 21(9), 493–500. https://doi.org/
konservasi, misalnya kepiting penggali dan 10.1016/j.tree.2006.06.002
berbagai jenis dari infauna yang mampu Caro, T. (2010). Conservation by Proxy :
mengubah kondisi sedimen bentik. Indicator, umbrella, keystone,
Mengenali perekayasa di suatu flagship, and other surrogate
ekosistem sangat penting untuk species. Washington DC: Island
kelangsungan ekosistem dan upaya Press.
konservasinya. Namun sayangnya, terka- Crain, C. M., & Bertness, M. D. (2006).
dang manusia baru mengetahuinya ketika Ecosystem Engineering across

52
Environmental Gradients : Ecosystem Engineers. Ecology,
Implications for Conservation. 78(7), 1946–1957.
BioScience, 56(March), 1–7. Jones, C. G., Lawton, J. H., Shachak, M.,
https://doi.org/10.1641/0006- Jones, C. G., Lawton, J. H., &
3568(2006)056 Shachak, M. (1994). Organisms as
Cuddington, K., Byers, J. E., Wilson, W. ecosystem engineers. OIKOS,
G., & Hastings, A. (Eds.). (2007). 69(3), 373–386.
Ecosystem Engineers: Plants to Nelson, C. H., Johnson, K. R., & John H.
Protists. New York: Academic Barber, J. (1987). Gray Whale And
Press. Walrus Feeding Excavation On The
Gende, S. M., & Quinn, T. P. (2006). The Bering Shelf, Alaska. Journal of
Fish and The Forest: Overview/Sea Sedimentary Petrology, 57(3), 419–
to Shore. SCIENTIFIC 430.
AMERICAN, 84–89. Retrieved Ronnback, P. (1999). The ecological basis
from for economic value of seafood
https://www.scientificamerican.co production supported by mangrove
m/article/the-fish-and-the-forest-o/ ecosystems. Ecological Econimics,
Gribben, P., Byers, J., Clements, M., 29, 235–252.
McKenzie, L. A., Steinberg, P. D.,
& Wright, J. T. (2009). Behavioural
interactions between ecosystem
engineers control community
species richness. Ecology Letters,
12, 1127–1136. https://doi.org/
10.1111/j.1461-0248.2009.01366.x
Gutiérrez, J. L., Jones, C. G., Byers, J. E.,
Arkema, K. K., Berkenbusch, K.,
Commito, J. A., … Wild, C. (2012).
Physical Ecosystem Engineers and
the Functioning of Estuaries and
Coasts. In Treatise on Estuarine
and Coastal Science (Vol. 7).
https://doi.org/10.1016/B978-0-12-
374711-2.00705-1
Haram, L. E., Kinney, K. A., Sotka, E. E.,
& Byers, J. E. (2018). Mixed effects
of an introduced ecosystem
engineer on the foraging behavior
and habitat selection of predators.
Ecology, 0(0), 1–12. https://doi.org/
10.1002/ecy.2495
Jones, C. G., Lawton, J. H., & Shachak, M.
(1997). Positive and Negative
Effects of Organisms as Physical

53

Anda mungkin juga menyukai