Anda di halaman 1dari 7

TAKWIL AN-NISA AYAT 11-14

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas kelompok


Mata kuliah : Tafsir Kabir
Dosen : KH. Ahmad Ali Al Asfar

Disusun oleh :
1. AHMAD IHLASUL AMAL

PROGRAM STUDY TAFSIR WA ULUMUHU


MA’HAD ALY AL-IMAN BULUS
1444/1445
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al- Qur’an merupakan salah satu wahyu yang berupa kitab suci yang diturunkan
Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an yang berupa kalam Allah ini merupakan
kitab atau wahyu yang istimewa dibandingkan dengan wahyu-wahyu yang lainnya.
Namun tidak semua ayat dari Al-Qur’an dapat dipahami dengan menggunakan
logika, tetapi perlu adanya penafsiran tersendiri supaya dapat menghasilkan makna yang
logis.
Oleh sebab itu, para mufassirin membantu kita untuk memahami maksud yang
terkandung dalam ayat-ayat Al-Qur’an tersebut dengan menggunakan kitab-kitab tafsir, yang
didalamnya membahas tentang pentakwilan ayat-ayat yang masih global.

B. Rumusan Masalah

Apa saja takwil yang terkandung dalam surat Al-nisa ayat 11-14

C. Tujuan

Mengetahui takwil yang terkandung dalam surat Al-Nisa ayat 11-14

BAB II
PEMBAHASAN
ً‫واح َدة‬ِ ‫َت‬ ْ ‫ق ْاثنَتَي ِْن فَلَه َُّن ثُلُثا َما ت ََركَ َوِإ ْن كان‬ َ ْ‫ُوصي ُك ُم هَّللا ُ فِي َأوْ ال ِد ُك ْم لِل َّذ َك ِر ِم ْث ُل َحظِّ اُأْل ْنثَيَي ِْن فَِإ ْن ُك َّن نِسا ًء فَو‬
ِ ‫ي‬
‫ُأِل‬ ‫َأ‬ َ َ َ ُ َ َ َ
‫ك ِإ ْن كانَ لهُ َول ٌد فَِإ ْن ل ْم يَك ْن لهُ َول ٌد َو َو ِرثهُ بَواهُ فَ ِّم ِه‬ ْ
َ ‫واح ٍد ِمنهُ َما ال ُّس ُدسُ ِم َّما تَ َر‬ ُ ‫َأِل‬
ِ ِّ‫فَلَهَا النصْ فُ َو بَ َو ْي ِه لِكل‬ ِّ
ُ‫ بِها َأوْ َد ْي ٍن آباُؤ ُك ْم َوَأبْناُؤ ُك ْم اَل تَ ْدرُونَ َأيُّهُ ْم َأ ْق َرب‬x‫صي‬ِ ‫صيَّ ٍة يُو‬ ِ ‫ث فَِإ ْن كانَ لَهُ ِإ ْخ َوةٌ فَُأِل ِّم ِه ال ُّس ُدسُ ِم ْن بَ ْع ِد َو‬ ُ ُ‫الثُّل‬
)11( ً ‫يضةً ِمنَ هَّللا ِ ِإ َّن هَّللا َ كانَ َعلِيما ً َح ِكيما‬ َ ‫لَ ُك ْم نَ ْفعا ً فَ ِر‬
Firman Allah Swt.:
‫م لِل َّذ َك ِر ِم ْث ُل َحظِّ اُأْل ْنثَيَي ِْن‬xْ ‫م هَّللا ُ فِي َأوْ ال ِد ُك‬xُ ‫صي ُك‬
ِ ‫يُو‬
Allah mewasiatkan dan memerintahkian kepada kalian perihal pembagian harta
warisan.Karena dahulu orang-orang Jahiliah menjadikan semua harta pusaka hanya
untuk ahli waris laki-laki saja. sedangkan ahli waris perempuan tidak mendapatkan
sesuatu pun darinya. Maka Allah memerintahkan agar berlaku adil di antara
sesama mereka (para ahli waris) dalam pembagian pokok harta warisan..
Dikarenakan itu karena seorang lelaki dituntut kewajiban memberi nafkah, dan
beban biaya lainnya. jerih payah dalam berniaga, dan berusaha serta menanggung
semua hal yang berat. Maka sangatlah sesuai laki-laki diberi dua kali lipat dari apa
yang diterima oleh perempuan.
َ َ‫ق ْاثنَتَي ِْن فَلَه َُّن ثُلُثا َما ت ََرك‬
xَ ْ‫فَِإ ْن ُك َّن نِسا ًء فَو‬
apabila seorang mayat (pewaris) meninggalkan anak perempuan tanpa anak laki-
laki, maka dua anak perempuan atau lebih mendapatkan dua pertiga dari harta yang
ditinggalkannya ‫ان‬dalam ayat ini menunjukkan x‫لالشتراط‬
ُ‫واح َدةً فَلَهَا النِّصْ ف‬
ِ ‫َت‬ْ ‫َوِإ ْن كان‬
apabila yang ditinggalkan hanya satu anak perempuan maka ia mendapatkan
setengah harta yang ditinggalkannya.
ِ ‫ َوَأِلبَ َو ْي ِه لِ ُك ِّل‬.
: ‫واح ٍد ِم ْنهُ َما ال ُّس ُدسُ ِم َّما تَ َركَ ِإ ْن كانَ لَهُ َولَ ٌد‬
“Dan untuk dua orang ibu bapak, bagi masing-masingnya seperenam dari harta
yang ditinggalkan.hak kedua orang tua. Apabila seseorang meninggal dunia dan ia
meninggalkan anak, baik laki-laki maupun perempuan, maka masing-masing orang
tua yaitu ibu dan bapak mendapat 1/6 dari jumlah harta. Sebaliknya apabila ia
tidak meninggalkan anak, maka ibu mendapat 1/3 dari jumlah harta dan sisanya
diberikan kepada bapak. Apabila yang meninggal itu selain meninggalkan ibu-
bapak ada pula saudara-saudaranya yang lain, laki-laki atau perempuan dua ke
atas, menurut jumhur maka ibu mendapat 1/6 dan bapak mendapat sisanya.
‫صي بِها َأوْ َدي ٍْن‬ ِ ‫ِم ْن بَ ْع ِد َو‬
ِ ‫صيَّ ٍة يُو‬
pembagian tersebut barulah dilaksanakan setelah lebih dahulu diselesaikan urusan
wasiat dan utangnya. Walaupun dalam ayat mendahulukan penyebutan wasiat dari
utang namun dalam pelaksanaannya menurut Sunah Rasul hendaklah didahulukan
pembayaran utang.
َ ‫م اَل تَ ْدرُونَ َأيُّهُ ْم َأ ْق َربُ لَ ُك ْم نَ ْفعا ً فَ ِر‬xْ ‫م َوَأبْناُؤ ُك‬xْ ‫آباُؤ ُك‬
‫يضةً ِمنَ هَّللا ِ ِإ َّن هَّللا َ كانَ َعلِيما ً َح ِكيم‬
Di antara orang tua dan anak, kamu tidak mengetahui mana yang lebih dekat atau
yang lebih memberi manfaat bagi kamu. Oleh karena itu janganlah kamu membagi
harta warisan sebagaimana yang dilakukan oleh orang jahiliah yang memberikan
hak warisan hanya kepada orang yang dianggap dapat ikut perang akan membela
keluarganya dan tidak memberikan hak warisan sama sekali bagi anak kecil dan
kaum perempuan.Ikutilah apa yang ditentukan Allah karena Dialah yang lebih tahu
mana yang bermanfaat untuk kamu baik di dunia maupun di akhirat. Hukum
warisan tersebut adalah suatu ketentuan dari Allah yang wajib dilaksanakan oleh
kaum Muslimin. Ketahuilah bahwa Allah Mengetahui segala sesuatu dan apa yang
ditentukan-Nya pastilah mengandung manfaat untuk kemaslahatan manusia.
ِ ‫م ِإ ْن لَ ْم يَ ُك ْن لَه َُّن َولَ ٌد فَِإ ْن كانَ لَه َُّن َولَ ٌد فَلَ ُك ُم الرُّ بُ ُع ِم َّما ت ََر ْكنَ ِم ْن بَ ْع ِد َو‬xْ ‫َولَ ُك ْم نِصْ فُ َما تَ َركَ َأ ْزوا ُج ُك‬
‫صيَّ ٍة‬
‫م ِم ْن بَ ْع ِد‬xُْ‫صينَ بِها َأوْ َدي ٍْن َولَه َُّن الرُّ بُ ُع ِم َّما تَ َر ْكتُ ْم ِإ ْن لَ ْم يَ ُك ْن لَ ُك ْم َولَ ٌد فَِإ ْن كانَ لَ ُك ْم َولَ ٌد فَلَه َُّن الثُّ ُمنُ ِم َّما تَ َر ْكت‬
ِ ‫يُو‬
‫واح ٍد ِم ْنهُ َما ال ُّس ُدسُ فَِإ ْن‬ ِ ِّ‫ت فَلِ ُكل‬ ‫ُأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ُ
ٌ ‫صيَّ ٍة تُوصُونَ بِها وْ َد ْي ٍن َوِإ ْن كانَ َر ُج ٌل يُو َرث َكاللَةً ِو ا ْم َر ةٌ َولَهُ ٌخ وْ ْخ‬ ‫َأ‬ ِ ‫َو‬
ُ ‫صيَّةً ِمنَ هَّللا ِ َوهَّللا‬
ِ ‫ضا ٍّر َو‬ َ ‫صيَّ ٍة يُوصى بِها َأوْ َد ْي ٍن َغي َْر ُم‬ ِ ‫ث ِم ْن بَ ْع ِد َو‬ ِ ُ‫كانُوا َأ ْكثَ َر ِم ْن ذلِكَ فَهُ ْم ُش َركا ُء فِي الثُّل‬
‫َعلِي ٌم َحلِيم‬
ِ ‫م ِإ ْن لَ ْم يَ ُك ْن لَه َُّن َولَ ٌد فَِإ ْن كانَ لَه َُّن َولَ ٌد فَلَ ُك ُم الرُّ بُ ُع ِم َّما ت ََر ْكنَ ِم ْن بَ ْع ِد َو‬xْ ‫َولَ ُك ْم نِصْ فُ ما تَ َركَ َأ ْزوا ُج ُك‬
‫صيَّ ٍة‬
perincian pembagian hak waris untuk suami atau istri yang ditinggal mati. Suami
yang ditinggalkan mati oleh istrinya jika tidak ada anak maka ia mendapat ½ dari
harta, tetapi bila ada anak, ia mendapat ¼ dari harta warisan. Ini juga baru
diberikan setelah lebih dahulu diselesaikan wasiat atau utang almarhum. Adapun
istri yang ditinggalkan mati suaminya dan tidak meninggalkan anak maka ia
mendapat ¼ dari harta, tetapi bila ada anak, istri mendapat 1/8. Lalu diingatkan
bahwa hak tersebut baru diberikan setelah menyelesaikan urusan wasiat dan
utangnya.
ُ ‫َوِإ ْن َكانَ َر ُج ٌل يُو َر‬
ً‫ث َكاللَة‬
Al-kalalah berakar dari kata iklil, artinya kalungan yang diletakkan di atas kepala
dan meliputi semua sisinya. Makna yang dimaksud ayat ini ialah sesorang yang
mati, kemudian harta peninggalannya diwarisi oleh kaum
kerabat dari sisi-sisinya, bukan dari pokok (orang tua), bukan pula dari cabang
(anak keturunannya).

{‫َولَهُ َأ ٌخ َأوْ ُأ ْخت‬


mufasirin sepakat bahwa Yang dimaksud dengan saudara dalam ayat ini ialah
saudara seibu.
‫ث‬ َ ِ‫اح ٍد ِم ْنهُ َما ال ُّس ُدسُ فَِإ ْن َكانُوا َأ ْكثَ َر ِم ْن َذل‬
ِ ُ‫ك فَهُ ْم ُش َر َكا ُء فِي الثُّل‬ ِ ‫فَلِ ُك ِّل َو‬
maka masing-masing saudara seibu itu apabila seorang diri bagiannya adalah 1/6
dari harta warisan dan apabila lebih dari seorang, mereka mendapat 1/3 dan
kemudian dibagi rata di antara mereka. Dalam hal ini tidak ada perbedaan antara
laki-laki dan perempuan.
‫صيَّ ٍة يُوصى بِها َأوْ َدي ٍْن‬
ِ ‫ِم ْن بَ ْع ِد َو‬
hal ini dilaksanakan setelah menyelesaikan hal-hal yang berhubungan dengan
wasiat dan utang almarhum.
َ ‫َغي َْر ُم‬
‫ضا ٍّر‬
lafal alnmidhor dinasobkan menjadi hal maksudnya Allah memperingatkan agar
wasiat itu hendaklah tidak memberi mudarat kepada ahli waris.
( ‫ت تَجْ ِري ِم ْن تَحْ تِهَا اَأْل ْنها ُر خالِ ِدينَ فِيها َوذلِكَ ْالفَوْ ُز ْال َع ِظي ُم‬ٍ ‫تِ ْلكَ ُحدُو ُد هَّللا ِ َو َم ْن يُ ِط ِع هَّللا َ َو َرسُولَهُ يُ ْد ِخ ْلهُ َجنَّا‬
)14( ‫ين‬ ٌ ‫ْص هَّللا َ َو َرسُولَهُ َويَتَ َع َّد ُحدُو َدهُ يُ ْد ِخ ْلهُ نَارًا خالِداً فِيها َولَهُ عَذابٌ ُم ِه‬
ِ ‫) َو َم ْن يَع‬13
Semua ini merupakan ketentuan dari Allah yang harus dilaksanakan oleh orang
yang bertakwa kepada-Nya. Allah Maha Mengetahui apa yang lebih bermanfaat
untuk manusia dan Maha Penyantun. Dia tidak segera memberi hukuman kepada
hamba-Nya yang tidak taat agar ada kesempatan baginya untuk bertobat dan
kembali kepada jalan yang diridai-Nya.Barang siapa yang taat melaksanakan apa
yang disyariatkan-Nya dan menjauhi apa yang dilarang-Nya, kepada mereka akan
diberikan kebahagiaan hidup di akhirat.Sebaliknya barang siapa yang durhaka dan
tidak mematuhi apa yang telah diperintahkan Allah dan Rasul-Nya maka Allah
memberikan peringatan akan memasukkan orang tersebut ke dalam neraka yang
penuh siksa dan derita.

Anda mungkin juga menyukai