Anda di halaman 1dari 9

GHAYRUL IRTSI / ASHABAH YANG TIDAK DAPAT BAGIAN

DAN DALIL-DALIL TENTANG BAGIAN YANG FARDU


ATHAILAH NURUL IMAM
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
05010521006@student.uinsby.ac.id

PENDAHULUAN

Islam adalah agama yang sempurna. Agama yang menjadi tuntunan diseluruh lini
kehidupan makhluk ciptaan Allah Swt. Tidak ada satupun yang luput dari petunjuk-Nya. Adanya
tuntunan tersebut, tentu untuk kemaslahatan makhluk itu sendiri. Tidaklah ada satu perintah
ataupun larangan yang datang dari-Nya, kecuali bernilai kebaikan untuk urusan dunia dan
akhirat.Diantara tujuan adanya tuntunan dalam agama ini adalah menjaga kepemelikan harta
seseorang. Islam sangat melarang keras terjadinya perpindahan harta dari satu orang ke orang
yang lain dengan cara yang batil. Karena itu, merampok, mencuri, korupsi atau merampas harta
orang lain dengan cara yang tidak benar sangat dikecam dalam Islam.

Dalam hidup, perpindahan harta dari satu orang ke orang lain yang tak dapat dielakkan
adalah ketika seseorang meninggal dunia. Kepemilikan harta dari orang yang meninggal atau
yang disebut dengan pewaris akan berpindah kepada orang-orang terdekat yang berhak
menerimanya atau disebut ahli waris. Harta yang akan beralih pemiliknya ini disebut harta
waris atau warisan. Harta waris ini dibagikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan
ketentuan yang sudah diatur dalam syariat. Ilmu pembagian harta waris ini dikenal dengan ilmu
waris atau ilmu faraidh.Ilmu waris memiliki kedudukan yang istimewa dalam syariat.
Mempelajarinya adalah fardhu kifayah (wajib perwakilan), tapi pengamalan atau
mempraktikkan pembagian waris menurut syariat menjadi fardhu 'ain (wajib individu). Syariat
Islam menetapkan aturan waris dengan bentuk yang sangat teratur dan adil. Al-Qur'an
menjelaskan dan merinci secara detail hukum-hukum yang berkaitan dengan hak kewarisan
tanpa mengabaikan hak seorang pun.
Maka dalam tulisan ini kami berfokus terhadap dalil-dalil dalam al-qur’an yang
membahas tentang bagian yang fardu atau wajib yang telah dijelaskan di dalam al-quran dan
juga di dalam hadis nabi saw bukan hanya itu saja tulisan ini juga menambahkan penjelasan
tentang ghirul itsri atau khususnya ashaba yang tidak dapat bagian.

A. Ayat Al-qur’an yang menjadi dalil bagian fardhu

Dalam surah an-nisa ayat 111:

‫هّٰللا‬
‫ت‬ْ ‫ك ۚ َواِنْ َك ا َن‬ َ ‫ْن َفلَهُنَّ ُثلُ َث ا َم ا َت َر‬ ِ ‫ْن ۚ َف اِنْ ُكنَّ ن َِس ۤا ًء َف ْو َق ْاث َن َتي‬
ِ ‫ي ُْوصِ ْي ُك ُم ُ ف ِْٓي اَ ْواَل ِد ُك ْم ل َِّلذ َك ِر م ِْث ُل َح ِّظ ااْل ُ ْن َث َيي‬
ُ‫ان لَ ٗه َولَ ٌد ۚ َفاِنْ لَّ ْم َي ُكنْ لَّ ٗه َولَ ٌد وَّ َو ِر َث ٗ ٓه اَ َب ٰوه‬
َ ‫ك اِنْ َك‬ َ ‫َوا ِح َد ًة َفلَ َها ال ِّنصْ فُ ۗ َواِل َ َب َو ْي ِه لِ ُك ِّل َوا ِح ٍد ِّم ْن ُه َما ال ُّس ُدسُ ِممَّا َت َر‬
‫ْن ۗ ٰا َب ۤاُؤ ُك ْم َواَ ْب َن ۤاُؤ ُك ۚ ْم اَل َت ْدر ُْو َن‬
ٍ ‫ص يْ ِب َه ٓا اَ ْو دَ ي‬ ِ ‫ان لَ ٗ ٓه ا ِْخ َوةٌ َفاِل ُ ِّم ِه ال ُّس ُدسُ م ِۢنْ َبعْ ِد َو‬
ِ ‫ص َّي ٍة ي ُّْو‬ ُّ ‫َفاِل ُ ِّم ِه‬
ُ ُ‫الثل‬
َ ‫ث ۚ َفاِنْ َك‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
‫ان َعلِ ْيمًا َح ِك ْيمًا‬ َ ‫ْض ًة م َِّن ِ ۗ اِنَّ َ َك‬ َ ‫اَ ُّي ُه ْم اَ ْق َربُ لَ ُك ْم َن ْفعً ا ۗ َف ِري‬

Artinya:

Allah mensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian warisan untuk) anak-


anakmu, (yaitu) bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang anak perempuan.
Dan jika anak itu semuanya perempuan yang jumlahnya lebih dari dua, maka bagian mereka
dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Jika dia (anak perempuan) itu seorang saja, maka dia
memperoleh setengah (harta yang ditinggalkan). Dan untuk kedua ibu-bapak, bagian masing-
masing seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika dia (yang meninggal) mempunyai anak. Jika
dia (yang meninggal) tidak mempunyai anak dan dia diwarisi oleh kedua ibu-bapaknya (saja),
maka ibunya mendapat sepertiga. Jika dia (yang meninggal) mempunyai beberapa saudara,
maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) setelah (dipenuhi)
wasiat yang dibuatnya atau (dan setelah dibayar) utangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-

1
azanah tim, “Surat An-Nisa’ Ayat 11-12, Pembagian Harta Warisan bagi Orang Tua - Portal Jember,” para. 6,
diakses 11 Oktober 2022, https://portaljember.pikiran-rakyat.com/khazanah/pr-162709522/surat-an-nisa-ayat-11-
12-pembagian-harta-warisan-bagi-orang-tua.
anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih banyak manfaatnya bagimu.
Ini adalah ketetapan Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.

Penjelasan ayat ini:

Allah memerintahkan kalian untuk berlaku adil terhadap anak-anak mereka. Karena
dahulu orang-orang Jahiliyah memberikan semua harta pusaka hanya untuk ahli waris laki-laki
saja. Sedangkan ahli waris perempuan tidak mendapatkan sesuatu apapun dari harta
peninggalan. Maka Allah memerintahkan untuk berlaku adil kepada mereka (para ahli waris)
dalam membagi harta warisan. Akan tetapi bagian kedua jenis dibedakan oleh Allah; Dia
menjadikan bagian lakilaki sama dengan dua perempuan. Dengan alasan seorang laki-laki
dituntut kewajiban memberi nafkah, beban biaya lainnya, jerih payah dalam berniaga, dan
beruhasa serta menanggung semua hal yang berat.

Ketika turun ayat tersebut maka orang-orang merasa tidak suka atau sebagian dari
mereka tidak senang dengan pembagian itu. Di antara mereka ada yang mengatakan, “wanita
diberi seperempat atau seperdelapan dan anak perempuan diberi setengah serta anak laki-laki
kecil pun diberi, padahal tiada salah seorang pun dari mereka yang berperang membela
kaumnya dan tidak dapat merebut ghanimah.” Akan tetapi hadis ini didiamkan saja; barang kali
Rasulullah melupakannya, atau kita katakan kepadanya, lalu beliau bersedia mengubahnya.
Mereka berkata, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau memberikan harta warisan kepada anak
perempuan setengah dari harta yang ditinggalkan ayahnya, padahal ia tidak menaiki kuda dan
tidak pula berperang membela kaumnya?” bahkan anak kecil pun diberi bagian warisan,
padahal ia tidak dapat berbuat apa-apa.

Diketahuilah bahwa pada masa Jahiliyah mereka tidak memberikan warisan kecuali
hanya pada orang yang berperang membela kaumnya. Dan mereka hanya memberikannya
kepada anak yang tertua dan yang lebih tua lagi. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abi Hatim
dan Ibnu Jarir.
Dan di dalam ayat tersebut bukan hanya menjelaskan tentang anak lelaki dan perempuan
saja akan tetapi bagian-bagian yang lainnya seperti halnya ibu mendapatkan sepertiga
dikarenakan tidak memilki anak atau far’ulwaris dan yang lain-nya , dan ayat ini merupakan
salahsatu dari ayat yang lain yang menjelaskan tentang bagian fardhu dalam pembagian
warisan dalam islam seperti dalam surah an-nisa ayat 12 dan yang lainnya.

Dan juga dalam surah an-nisa’ ayat 12:

ٍ ‫ين ِب َه ٓا َأ ْو دَ ي‬
ۚ ‫ْن‬ َ ‫ُوص‬ ِ ‫ص َّي ٍة ي‬ َ ‫ك َأ ْز ٰ َو ُج ُك ْم ِإن لَّ ْم َي ُكن لَّهُنَّ َو َل ٌد ۚ َفِإن َك‬
ِ ‫ان َلهُنَّ َولَ ٌد َفلَ ُك ُم ٱلرُّ ُب ُع ِممَّا َت َر ْك َن ۚ م ِۢن َبعْ ِد َو‬ َ ‫َولَ ُك ْم نِصْ فُ َما َت َر‬
ٍ ‫ون ِب َه ٓا َأ ْو دَ ي‬
‫ْن ۗ َوِإن‬ ُ ‫ص َّي ٍة ُت‬
َ ‫وص‬ ِ ‫ٱلثمُنُ ِممَّا َت َر ْك ُتم ۚ م ِّۢن َبعْ ِد َو‬ ُّ َّ‫ان لَ ُك ْم َولَ ٌد َفلَهُن‬
َ ‫َولَهُنَّ ٱلرُّ ُب ُع ِممَّا َت َر ْك ُت ْم ِإن لَّ ْم َي ُكن لَّ ُك ْم َولَ ٌد ۚ َفِإن َك‬
‫ث ۚ م ِۢن َبعْ ِد‬ ُّ ‫ك َف ُه ْم ُش َر َكٓا ُء فِى‬
ِ ُ‫ٱلثل‬ َ ِ‫ت َفلِ ُك ِّل ٰ َو ِح ٍد ِّم ْن ُه َما ٱل ُّس ُدسُ ۚ َفِإن َكا ُن ٓو ۟ا َأ ْك َث َر مِن ٰ َذل‬
ٌ ‫ث َك ٰلَلَ ًة َأ ِو ٱ ْم َرَأةٌ َولَ ُهۥٓ َأ ٌخ َأ ْو ُأ ْخ‬
ُ ‫ُور‬ َ ‫َك‬
َ ‫ان َر ُج ٌل ي‬
‫ْن َغي َْر ُمضَٓارٍّ ۚ َوصِ ي ًَّة م َِّن ٱهَّلل ِ ۗ َوٱهَّلل ُ َعلِي ٌم َحلِي ٌم‬ ٍ ‫ُوص ٰى ِب َهٓا َأ ْو َدي‬
َ ‫َوصِ َّي ٍة ي‬

Artinya :

“Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika
mereka tidak mempunyai anak. Jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, maka kamu mendapat
seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau
(dan) seduah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu
tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para isteri
memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang
kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. Jika seseorang mati, baik laki-laki
maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi
mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu
saja), maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika
saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga
itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan
tidak memberi mudharat (kepada ahli waris). (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai)
syari'at yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun.”

Adapun penjelasan dalam ayat ini adalah Allah menyebutkan hak warisan bagi suami
istri, saudara, dan kalalah:Bagi kalian hai para suami, setengah dari harta yang ditinggalkan istri-
istri kalian jika mereka tidak memiliki anak. Jika mereka mimiliki anak dari kalian atau dari suami
yang lain, maka bagi kalian seperempat dari harta yang mereka tinggalkan. Bagian ini dihitung
setelah pembayaran hutang dan pelaksanaan wasiat yang sesuai syariat yang mereka
tinggalkan.

Dan bagi para istri, seperempat dari harta yang ditinggalkan para suami jika mereka tidak
memiliki anak; namun jika mereka memiliki anak maka bagi istrinya -baik itu suami memiliki
satu atau lebih istri- maka bagian mereka adalah seperdelapan. Bagian ini dihitung setelah
pembayaran hutang dan pelaksanaan wasiat yang sesuai syariat yang mereka tinggalkan.

Jika seorang laki-laki atau perempuan meninggal tanpa meninggalkan anak atau orangtua,
sedangkan ia memiliki saudara atau saudari seibu, maka saudara atau saudari ini mendapatkan
seperenam. Namun jika saudara atau saudarinya lebih dari satu maka mereka berserikat dalam
bagian sepertiga. Bagian ini dihitung setelah pembayaran hutang dan pelaksanaan wasiat yang
tidak merugikan para ahli waris, yaitu wasiat pemberian harta yang tidak melebihi sepertiga.

B. Hadis nabi saw tentang bagian fardhu

Menyangkut tata cara pembagian warisan2 ini dapat diketemukan ketentuan hukumnya
dalam sebuah hadis dari Ibnu Abbas ra., ia berkata : Bersabda Rasulullah saw.: Serahkanlah
pembagian warisan itu kepada ahlinya, bila ada yang tersisa, maka berikanlah kepada keluarga
laki-laki terdekat (Hadis disepakati Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim).

Hadis ini menjelaskan tentang ashaba bagi laki-laki yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan
Muslim, dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi saw. Bersabda : Berikanlah bagian-bagian yang telah
ditentukan itu kepada pemiliknya yang berhak menurut nash, dan apa yang tersisa maka
berikanlah kepada ashabah lak-laki yang terdekat kepada si mayit.

2
admin, “Hadis-Hadis Yang Berkaitan Dengan Masalah Kewarisan – Pengacara Waris,” KANTOR PENGACARA
ADVOKAT JOGJA (blog), 8 April 2020, para. 3, https://kantorpengacara-ram.com/hadis-hadis-yang-berkaitan-
dengan-masalah-kewarisan/.
Pembagian dalam hal seperti ini dapat ditemukan ketentuannya dalam hadis dari Ibnu
Mas’ud, ra., ia berkata tentang anak perempuan, cucu perempuan, dan saudara perempuan,
maka Rasulullah saw. Menghukumi bagi anak perempuan separuh bagian, cucu perempuan
dari anak laki-laki seperenam bagian dan sebagai pelengkap dari sepertiga, dan sisanya untuk
saudara perempuan. (Hadis diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari.yang dimaksud dengan bagian
anak perempuan, cucu perempuan, dan saudara perempuan di sini adalah apabila tidak ada ahli
waris laki-laki, dengan kata lain ahli waris yang tinggal keseluruhannya perempuan.

Menyangkut bagian datuk (Kakek) dari harta warisan cucu laki-lakinya yang meninggal
dapat ditemukan dalam sebuah hadis dari Imran putra Hushain, ra. Ia berkata: “Sesungguhnya
cucu laki-laki telah meninggal dunia, maka berapakah warisan yang harus kuterima?” Jawab
Rasulullah saw.: Kamu mendapat bagian waris seperenam. Setelah orang itu pergi, beliau
panggil lagi dan bersabda: Bagimu seperenam lagi, dan setelah orang itu pergi beliau panggil
lagi: Sesungguhnya seperenam ini adalah tambahan. (Hadis diriwayatkan oleh Imam Ahmad
dan imam yang empat). Imam At-Tirmizi menyatakan shahih. Dan hadis ini dari riwayat Imam
Hasan Al-Basri dan Imran putra Hushain, tetapi dalam hal ini mendengarnya dari Rasulullah
terdapat perselisihan.

Dalam hal seorang cucu meninggal dunia dan tidak mempunyai ibu, maka bagian nenek
dalam hadis diterangkan sebagai berikut: Dari Ibnu Buhaidah, dari ayahnya, ra., ia berkata :
“Rasulullah saw. Menetapkan seperenam buat nenek (kakek perempuan), bila cucunya itu
(yang meninggal dunia) tidak punya ibu”. (Hadis diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan An-
Nasa’i). Ibnu Huzaimah dan Ibnu Jarud menyatakan “shahih-nya”, dan Ibnu Adi memperkuat ke-
shahih-annya.

Dan masih banyak lagi hadis nabi SAW yang menjelaskan tentang bagian-bagian yang fardu
atas hak nya orang yang mendapatkan harta warisan yang telah ditinggalkan oleh mayit.

C. Ghayrul irtsi / ashabah yang tidak dapat bagian


Ghayrul irtsi merupakan Bahasa arab jikalau di artikan perkata ghayrul yang artinya selain
dan irtsi yang merupakan bagian atau warisan dan jikalau digabungkan dapat diartikan
bahwasanya ghayrul irtsi ini adalah bagian yang tidak dapat warisan. Sehingga jikalau berfokus
kepada ashabah ada 2 kemungkinan yang menjebabkan ashabah ini tidak mendapatkan harta
warisan :

1. Adanya sesuatu yang menjadi penghalang atau mawani al-irs

Mawani al -irs adalah hal-hal yang menyebabkan ahli waris tidak mendapatkan hak atas harta
warisan dikarenakan beberapa hal atau bisa disingkat tidak memenuhi syarat atas ahli waris 3

Maka ada beberapa hal yang menyebabkan ahli waris ini tidak mendapatkan hak warisannya,
yaitu:

a. Berlainan agama misalkan seorang mayit itu beragama islam dan ahli waris laki-lakinya
beragama Kristen maka anak laki-lakinya tidak dapat harta warisan dikarenakan
berlainan agama atapun si anak laki-laki ini murtad dari agama islam.
b. Hamba sahaya , ini tidak dapat mendapatkan harta warisan baik dari sayyidnya ( tuan
nya) ataupun dari orangtua nya sendiri , kecuali hamba sahaya ini sudah merdeka dan
terlepas dari hal ini maka dia berhak mendapatkan harta warisan.
c. Pembunuh , hal ini ditegaskan dalam hadis nabi saw :

“yang membunuh tidak(berhak) mewarisi apa pun ( dari yang dibunuhnya)”

(H.R an-nasa’i)

Hal ini sangat masuk akal dikarenakan tujuan sang ahli waris membunuh adalah untuk
mendapatkan harta warisan dengan cepat dan ini merupakan salah satu yang menjadikan
penghalang atas warisan yang dia dapatkan.

2. Adanya hijab atau adanya orang terdekat dari mayit sehingga ashaba ini terhalang

3
hasanuddin, fiqih mawaris (problematika dan solusi), t.t., 21.
Al- hajb atau hijab secara Bahasa berarti penghalang , maksud dari penghalang ini adalah
suatu keadaan dimana seorang ahli waris terhalang atau tidak mendapatkan bagian harta
warisan sama sekali atau berkurang dari bagian semula dikarenakan ada ahli waris yang dekat. 4
Dan al- hajb ini terbagi menjadi 2 yaitu hijab nuqsan ( berkurang ) dan hijab hirman ( tidak
mendapatkan sama sekali/mahjub). Maka contoh dari ashaba yang tidak menjadi bagian adalah
cucu laki-laki yang seharusnya ashaba akan tetapi dikarenkan adanya ibnun atau anak laki-laki
maka dia berubah menjadi mahjub atau tidak mendapatkan harta sama sekali dan masih
banyak yang awalnya ashaba akan tetapiberubah menjadi tidak dapat bagian harta dikarenakan
ada ahli waris yang terdekat.

KESIMPULAN

Syariat Islam menetapkan aturan waris dengan bentuk yang sangat teratur dan adil. Al-
Qur'an menjelaskan dan merinci secara detail hukum-hukum yang berkaitan dengan hak
kewarisan tanpa mengabaikan hak seorang pun.maka banyak sekali ayat al-qur’an yang
menjelaskan tentang bagian fardu dari harta warisan dan juga di dalam hadis nabi saw yang
menjelaskan tentang bagian harta warisan.

Dan juga Ghayrul irtsi / ashabah yang tidak dapat bagian terbagi menjadi 2 yaitu
keadaan yang menjadikan dia terhalang hak warisannya dan juga adanya orang terdekat dalam
ahli waris yang menjadikan ashaba ini tidak mendapatkan warisan atau harta yang ditinggalkan
oleh mayit.

4
hasanuddin, 62.
DAFTAR PUSTAKA

admin. “Hadis-Hadis Yang Berkaitan Dengan Masalah Kewarisan – Pengacara Waris.” KANTOR
PENGACARA ADVOKAT JOGJA (blog), 8 April 2020.
https://kantorpengacara-ram.com/hadis-hadis-yang-berkaitan-dengan-masalah-
kewarisan/.
hasanuddin. fiqih mawaris (problematika dan solusi), t.t.
tim, azanah. “Surat An-Nisa’ Ayat 11-12, Pembagian Harta Warisan bagi Orang Tua - Portal
Jember.” Diakses 11 Oktober 2022.
https://portaljember.pikiran-rakyat.com/khazanah/pr-162709522/surat-an-nisa-ayat-
11-12-pembagian-harta-warisan-bagi-orang-tua.

Anda mungkin juga menyukai