Anda di halaman 1dari 8

HADITS TARBAWI

Lingkungan Pendidikan Islam, meliputi


Lingkungan Keluarga & Teman

Kelompok 7 :
- Risma Dwilandari A.
- Rivka Nurlian
- Rahmaddhani
A. Pengertian Lingkungan Pendidikan

Lingkungan secara umum diartikan kesatuan ruang


dengan segala benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup.
Termasuk manusia dan perilakunya. Yang mempengaruhi
elangsungan keidupan dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lainnya. Lingkungan buatan dan sosial.
Sebagai contoh saat berada disekolah, lingkungan
biotiknya berupa teman-teman sekolah. Bapak Ibu guru
serta karyawan, da semua oran yang berada disekolah.
Juga bebagai jenis tumbuha yang ada di kebun sekolah
serta hewan-hewan yang ada di sekitranya.adapun
linkungan abiotik berupa udara, meja kursi, papan tulis,
gedung sekolah. Dan berbagai macam benda yang ada di
sekitarya.
Pendidikan adalah usaha sadar manusia untuk
membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam
masyarakat dan kebudayaan. Dan juga diartikan sebagai usaha
yang di jalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain
agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau
penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.

Sedangkan lingkungan pendidkan dapat diartikan


sebagai faktor lingkungan yang berpengaruh terhaddap
praktek pendidikan. Lingkungan pendidikan sebaai tempat
berlangsungnya proses pendidikan, yang merupakan bagian
dari ligkungan sosial.
Secara umum lingkungan pendidikan yaitu membantu
peserta didik dalam interaksi dengan berbagai lingkugan
sekitarnya, terutama berbgai sumber daya pendidikan yang
tersedia agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang
optimal.

Mengacu pada pengertian di atas lingkungan pendidikan


dapat di bedakan menjadi 2 macam lingkungan antara lain:
1. Lingkungan Keluarga
2. Lingkungan Teman
‫‪Surah Luqman ayat (31): 12-19‬‬

‫لِل َو َمن يَ ۡش ُك ۡر فَإِنَ َما يَ ۡش ُك ُر ِلن َۡف ِس ِهۦۖ َو َمن َكفَ َر فَإِ َن َ َ‬
‫ٱلِل‬ ‫َولَقَ ۡد َءات َ ۡينَا لُ ۡق َٰ َمنَ ۡٱل ِح ۡك َمةَ أ َ ِن ۡ‬
‫ٱش ُك ۡر ِ َ ِۚ ِ‬
‫ظ ۡل ٌم‬
‫ٱلش ۡر َك لَ ُ‬ ‫ي ََل ت ُ ۡش ِر ۡك بِ َ ۖ ِ‬
‫ٱلِل ِإ َن ِ‬ ‫ي َح ِم ‪ٞ‬يد ‪َ ١٢‬و ِإ ۡذ قَا َل لُ ۡق َٰ َم ُن ِل ِۡبنِ ِهۦ َو ُه َو يَ ِع ُ‬
‫ظهُۥ َٰيَبُنَ َ‬ ‫َغنِ ٌّ‬
‫صلُهُۥ فِي َعا َم ۡي ِن أ َ ِن‬ ‫سنَ ِب َٰ َو ِل َد ۡي ِه َح َملَ ۡتهُ أ ُ ُّمهُۥ َو ۡهنًا َعلَ َٰى َو ۡه ٖن َوفِ َٰ َ‬ ‫ص ۡينَا ۡ ِ‬
‫ٱۡلن َٰ َ‬ ‫َع ِظ ‪ٞ‬يم ‪َ ١٣‬و َو َ‬
‫س لَ َك بِ ِهۦ‬ ‫اك َعلَ َٰ ٰٓى أَن ت ُ ۡش ِر َك بِي َما لَ ۡي َ‬ ‫ير ‪َ ١٤‬و ِإن َٰ َج َه َد َ‬ ‫ص ُ‬‫ي ۡٱل َم ِ‬‫ٱش ُك ۡر ِلي َو ِل َٰ َو ِل َد ۡي َك ِإلَ َ‬ ‫ۡ‬
‫ي‬‫ي ث ُ َم ِإلَ َ‬ ‫َاب ِإلَ ِۚ َ‬‫س ِبي َل َم ۡن أَن َ‬ ‫اح ۡب ُه َما ِفي ٱلد ُّۡنيَا َمعۡ ُروف ۖا َوٱت َ ِب ۡع َ‬ ‫ص ِ‬ ‫ِع ۡل ‪ٞ‬م فَ ََل ت ُ ِطعۡ ُه َم ۖا َو َ‬
‫ي ِإنَ َها ٰٓ ِإن ت َكُ ِم ۡثقَا َل َحب َٖة ِم ۡن خ َۡر َد ٖل فَت َ ُكن فِي‬ ‫َم ۡر ِجعُ ُك ۡم فَأُن َِبئ ُ ُكم ِب َما ُكنت ُ ۡم تَعۡ َملُونَ ‪َٰ ١٥‬يَبُنَ َ‬
‫ي أَقِ ِم‬ ‫َ‬ ‫ن‬‫ُ‬ ‫ب‬‫َ‬ ‫ي‬ ‫َٰ‬ ‫‪١٦‬‬ ‫ير‬
‫‪ٞ‬‬ ‫ب‬
‫ِ‬ ‫َ‬
‫خ‬ ‫يف‬‫ٌ‬ ‫ط‬‫ِ‬ ‫َ‬ ‫ل‬ ‫ٱلِل‬
‫َ‬ ‫ن‬‫َ‬ ‫إ‬ ‫ِۚ‬
‫لِل‬ ‫َ‬ ‫ٱ‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ب‬
‫ِ‬ ‫ت‬‫ِ‬ ‫ض يَ ۡ‬
‫أ‬ ‫ت أ َ ۡو فِي ۡٱۡل َ ۡر ِ‬ ‫ص ۡخ َرةٍ أ َ ۡو فِي ٱل َ‬
‫س َٰ َم َٰ َو ِ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ِ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫صابَ ۖ َك ِإ َن َٰ َذ ِل َك ِم ۡن َع ۡز ِم‬ ‫وف َو ۡٱنهَ َع ِن ۡٱل ُمن َك ِر َوٱصۡ ِب ۡر َعلَ َٰى َما ٰٓ أ َ َ‬ ‫صلَ َٰوة َ َو ۡأ ُم ۡر ِب ۡٱل َمعۡ ُر ِ‬ ‫ٱل َ‬
‫ب ُك َل‬ ‫ٱلِل ََل يُ ِح ُّ‬ ‫ض َم َر ًح ۖا ِإ َن َ َ‬ ‫اس َو ََل ت َ ۡم ِش فِي ۡٱۡل َ ۡر ِ‬ ‫ص ِع ۡر َخد ََك ِللنَ ِ‬ ‫ور ‪َ ١٧‬و ََل ت ُ َ‬ ‫ۡٱۡل ُ ُم ِ‬
‫ص ۡوتُ‬ ‫ت لَ َ‬ ‫ص ۡو ِت ِۚ َك ِإ َن أَن َك َر ۡٱۡلَصۡ َٰ َو ِ‬ ‫ض ِمن َ‬ ‫ض ۡ‬ ‫ٱغ ُ‬ ‫ص ۡد ِفي َم ۡش ِي َك َو ۡ‬ ‫ور ‪َ ١٨‬و ۡٱق ِ‬ ‫ُم ۡخت َ ٖ‬
‫ال فَ ُخ ٖ‬
‫ير ‪١٩‬‬ ‫ۡٱل َح ِم ِ‬
12. Dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu: “Bersyukurlah
kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia
bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka
Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.

13. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.
14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah,
dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang
tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-
Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang
telah kamu kerjakan.
16. (Luqman berkata): “Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat
biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan
mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha
mengetahui.
17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan
cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang
menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh
Allah).
18. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
19. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya
seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
Ayat ini menjelaskan sekelumit fragmen kehidupan seorang
tokoh masa lampau yang sedang menasehati anaknya. Tokoh tersebut
adalah Luqman al-Hakim. Nama Luqman al-Hakim diabadikan oleh
Allah di dalam al-Qur’an dan menjadi salah satu icon kebaikan,
kesalehan, tanggung jawab orang tua kepada anak, di dalam al-Qur’an.
Sebuah nama yang diabadikan tentu dikarenakan pemilik nama
tersebut memiliki keistimewaan dibanding orang pada umumnya.
Nama Luqman dijadikan icon kebaikan oleh Allah, sementara itu ada
pula nama orang yang dijadikan icon kekufuran di dalam al-Qur’an
seperti nama Firaun.
Para mufassir, antara lain Ibn Katsir menjelaskan bahwa
Luqman adalah orang yang dipandang oleh masyarakat sebagai
berstatus sosial rendah. Dia bukan dari kalangan berstatus sosial tinggi,
ningrat atau bangsawan. Dia hanya seorang pembantu rumah tangga.
Berkenaan dengan kisah Luqman ini banyak riwayat yang menjelaskan
secara berbeda-beda. Ada yang mengatakan bahwa ia adalah hakim
pada masa nabi Musa, ada pula yang menjelaskan sebagai pemabantu
rumah tangga yang berkulit hitam akan tetapi shalih dan ahli ibadah.
Bahkan saking alimnya diriwayatkan bahwa dia tidak pernah
mengatakan sesuatu kecuali mengandung hikmah.
Sabda Rosululloh Saw sebagai berikut ;
ُ‫ع ْنه‬ َ ُ‫ي هللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ع ْن أ َ ِب ْي ُه َري َْرة َ َر‬ َ ‫قَا َل‬: ‫هللا صلى‬ ِ ‫س ْو ُل‬ ُ ‫قَا َل َر‬
ُ‫ط َر ِة فَأ َ بَ َواه‬ ْ ‫علَى ْال ِف‬ َ ‫هللا عليه وسلم َما ِم ْن َم ْو لُ ْو ٍد ِإ ََل يُ ْولَ ُد‬
‫سا نِ ِه َك َم ت ُ ْنت َ ُج ْالبَ ِه ْي َمةُ بَ ِه ْي َمةً َج ْمعَا َء‬ َ ‫َص َرانِ ِه أ َ ْو يُ َم ِج‬
ِ ‫يُ َه ِو َدانِ ِه َويُن‬
ُ‫ي هللا‬ َ ‫ض‬
ِ ‫ر‬ َ َ ‫ة‬ ‫ْر‬
َ ‫ي‬ ‫ر‬
َ ُ
‫ه‬ ‫و‬ ْ ُ ‫ب‬َ ‫أ‬ ُ
‫ل‬ ‫و‬
ْ ُ ‫ق‬َ ‫ي‬ ‫م‬
َ ُ َ ‫س ْو نَ فِ ْي َها ِم ْن َج ْد‬
‫عا َء ث‬ ُّ ‫َه ْل ت ُ ِح‬
‫هللا ذَ ِل َك‬ ِ ‫ق‬ ِ ‫علَ ْي َها ََل ت َ ْب ِد ْي َل ِلخ َْل‬ َ ‫اس‬ َ َ‫ط َرالن‬ َ َ‫هللا الَتِ ْي ف‬ ْ ِ‫ع ْنهُ ف‬
ِ َ ‫ط َرة‬ َ
‫عليه(الدي ُْن ْالقَ ِي ُم‬
ِ ‫)متفق‬

Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah Saw. Bersabda: ”Tidak


ada dari seorang anak (Adam) melainkan dilahirkan atas fitrah
(islam), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya beragama
Yahudi atau beragama Nasrani atau beragama Majusi. Bagaikan
seekor binatang yang melahirkan seekor anak. Bagaimana
pendapatmu, apakah didapati kekurangan? Kemudian Abu Hurairah
membaca firman Allah (Q.S. ar-Rum: 30). (Tetaplah atas) fitrah Allah
yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
perubahan pada fitrah Allah (agama Allah).(HR. Muttafaq ‘Alaih)

Anda mungkin juga menyukai