Full Text
Full Text
SKRIPSI
DAMAYANTI
10538 2531 12
Nama : Damayanti
Setelah diperiksa dan diteliti, maka skripsi ini telah memenuhi persyaratan dan
layak untuk diujikan.
Disetujui Oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
iii
SURAT PERJANJIAN
Nama : Damayanti
NIM : 10538 2531 12
Jurusan : Pendidikan Sosiologi
Judul skripsi : Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan mangrove
kabupaten sinjai
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut :
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai dengan selesainya skripsi ini, saya
akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam penyusunan skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing yang telah ditettapkan oleh pimpinan fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat dalam penyusunan skripsi
saya).
4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir (1), (2), dan (3) maka
saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Damayanti
Diketahui oleh:
Dengan menyatakan bahwa skripsi ini saya ajukan didepan tim penguji
adalah hasil karya saya sendiri, bukan merupakan jiplakan dan tidak dibuat oleh
siapapun. Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Damayanti
MOTTO
Kesuksesan membutuhkan pengorbanan dan kesabaran dan engkau dikatakan sukses jika telah
mampu membuat orang lain merasakan kesuksesanmu, dan tidak ada sesuatu didapatkan
dengan mudah melainkan membutuhkan perjuangan yang tak kenal waktu baik siang maupun
PERSEMBAHAN
tratr*p;rten Sirjai.
Nama : Damayanti
Ni1\.{ : 1053S253i12
Setelah ditcliti r}:n tlipedhsa ulang, shripxi ini telah uremcnulri s-Yarat trntLrli
drpertanggung janr,f;krul di de1..16 tirn penplji. sktips; f-ahrltas Kegurtmn rla.n ]irnu
Drl:,i*rarr i:ieh.
Pemt"rinbing II
-fr\ \
Il rrh..,,rmad A!h-ir,
G;4#
S. Pd- l!.1)4
Mengetahui
-
PAHITL.q [J.TLA.H
,\{engetah*i
Ketua .Iui-r.tsa:t
an Scsicl*sr
if"rr:j;'i$it j'
,;tu#,4
Alhamdulillahi, puji syukur atas izin dan petunjuk allah Swt, sehingga
kepada Allah Swt. Atas apa yang di berikan kepada penulis dalam menyelasaikan
karya ini yang tidak dapat di ucapkan dengan kata-kata dan tulisan dengan kalimat
apapun. Demikian pula salam dan Shalawat kepada Nabi Muhammad Saw. Yang
sosiologi yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
pendidikan yang berorientasi pada penerapan dan sekaligus latihan untuk ilmu
hasil dari jerih payah penulis secara pribadi. Akan tetapi semua ini terwujud
berkat adanya usaha dan bantuan baik berupa moral maupun spiritual dari
kedua orang tua tercinta Ayahanda Syammali Dan Ibunda Ruaedah yang telah
membesarkan dan mendidik penulis dengan segala jerih payahnya serta selalu
tingginya dan terima kasih juga penulis hanturkan kepada Dr.H.Nursalam, M.Si,
i
pembimbing I dan Muhammad Akhir, S.Pd, M.Pd,. pembimbing II, atas
kepada penulis.
Dan juga senior saya Amriadi, S.Pd dan teman-teman mahasiswa jurusan
Harapan dan doa penulis semoga semua amal kebaikan dan jasa-jasa dari
semua pihak yang telah membantu hingga terselasaikannya karya ini dapat di
terima di sisi Allah Swt, serta mendapatkan balasan yang lebih baik dan berlipat
ganda.
Penulis juga menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari
ii
Oleh karena itu penulis mengharapkan seran dan kritik yang konstruksi dari
Akhirnya, hanya kepada Allah Swt. Bermohon semoga berkat dan rahmat
serta limpahan pahala yang berlipat ganda selalu dicurahkan kepada kita. Dan
semoga niat baik, serta usaha yang sungguh-sungguh mendapat ridho disisi-Nya.
Amin Ya Rabbal’Alamin.
Penulis,
Damayanti
iii
ABSTRAK
HALAMAN SAMPUL........................................................................................i
ABSRTAK ...........................................................................................................vii
KATA PENGANTAR.........................................................................................viii
DAFTAR ISI........................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN
xi
4. Pengelolah Hutan Mangrove Berbasis Masyarakat ..........................13
5. Hutan Mangrove.................................................................................15
6. Habitat Hutan Mangrove................................................................... 17
7. Klasifikasi Hutan Mangrove.............................................................. 19
8. Fungsi Hutan Mangrove.................................................................... 21
9. Faktor Penyebab Kerusakan Hutan Mangrove.................................. 23
10.KajianTeori....................................................................................... 25
xii
1. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengambilan Keputusan.............. 48
2. Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan.................................. 49
3. Partisipasi Masyarakat Dalam Evaluasi........................................ 50
4. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengambilan Kemanfaatan........... 51
B. Penjabaran Hasil Penelitian.......................................................................52
C. Interpretasi Hasil Penelitian ......................................................................53
BAB VI BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM
PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE
A. Hutan mangrove di Tongke-Tongke .........................................................55
B. Bentuk Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Hutan Mangrove .....57
1. Rehabilitasi.......................................................................................... 57
2. Pemeliharaan....................................................................................... 60
3. Pengawasan......................................................................................... 60
C. Penjabaran Hasil Penelitian....................................................................... 62
D. Interpretasi Hasil Penelitian ......................................................................63
A. Simpulan ...................................................................................................67
B. Saran..........................................................................................................67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
DAFTAR GAMBARAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tetap lestari. Dan bertujuan untuk menganalisis potensi hutan mangrove serta
Kabupaten Sinjai.
yang ada, membentuk kawasan hutan lindung mangrove yang tidak dapat
1
2
penting ditinjau dari sisi ekologis maupun aspek sosial ekonomi. Hutan mangrove
adalah tipe hutan yang ditumbuhi dengan pohon bakau (mangrove) yang khas
terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai dan dipengaruhi oleh pasang surut
air laut. Hutan mangrove mempunyai fungsi ganda dan merupakan mata rantai
perairan.
terdapat dua konsep utama. Pertama, perlindungan hutan mangrove yaitu suatu
dilakukan terhadap lahan-lahan yang dulu merupakan salah satu upaya rehabilitasi
yang bertujuan bukan saja untuk mengembalikan nilai estetika, tetapi yang paling
menyediakan habitat bagi berbagai jenis ikan. Hutan mangrove sebagai salah satu
lahan basah di daerah tropis dengan akses yang mudah serta kegunaan komponen
biodiversitas dan lahan yang tinggi telah menjadikan sumberdaya tersebut sebagai
sumberdaya tropis yang kelestariannya akan terancam dan menjadi salah satu
3
pusat dari isu lingkungan global. Konversi hutan mangrove terus meningkat untuk
mangrove yang cukup luas adalah Kabupaten Sinjai. Pengelolaan hutan mangrove
beberapa waktu yang lalu ketika mereka melaut ke berbagai daerah, maka pada
banyak fungsi, di antaranya dapat menahan angin kencang, ombak yang besar dan
Hutan mangrove yang telah ditanam oleh masyarakat tersebut tumbuh dan
tanaman mangrove tersebut sudah dapat dimanfaatkan, dan setelah tanaman tersebut
Tongke merupakan hutan terluas yang ada di Kabupaten Sinjai, ternasuk hutan
mangrovenya.
4
mangrove yang dijadikan kayu bakar untuk kebutuhan rumah tangga dan bara arang
untuk diperdagangkan, tanpa memperhatikan daya dukung dan daya pulihnya, serta
beberapa waktu lalu, telah menjadi perhatian oleh masyarakat Desa Tongke-Tongke,
kayu bakar, atau dijadikan arang untuk dijual, perluasan areal tambak secara tidak
terkendali, sehingga apabila hal ini tidak segera dihentikan, maka suatu saat kita tidak
melihat lagi hutan mangrove di Kabupaten Sinjai dan hal ini merupakan bencana
besar.
upaya rehabilitasi hutan mangrove oleh Pemerintah Daerah yang didukung dengan
dan pengambilan keputusan untuk berkonstribusi sumber daya atau kerjasama dan
5
organisasi atau kegiatan khusus, berbagai manfaat dari program pembangunan dan
lebih efektif dibandingkan dengan pengelolaan satu arah yang hanya melibatkan
pemerintah.
maka akan timbul rasa tanggung jawab di dalam diri mereka akan pentingnya
fungsi hutan mangrove bagi daerah pesisir. Berdasarkan 2 hal tersebut, maka perlu
mangrove kabupaten sinjai. Lokasi penelitian ini berada di ambang kritis, karena
sebagian areal hutan mangrove sudah dikonversi menjadi lahan tambak, juga
B. Rumusan Masalah
yaitu :
mangrove ?
6
C. Tujuan Penelitian
mangrove.
mangrove.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
atau sebagai bahan imformasi bagi para pihak, khususnya pemerintah daerah dan
2. Manfaat Praktis
a. Bagi masyarakat
sebagai upaya mengatasi masalah secara mandiri yang tentunya di topang oleh
program-program pemerintah.
Sebagai sumber data atau bentuk masukan bagi pemerintah sehingga dapat
c. Bagi peneliti
Sebagai latihan untuk menyusun buah pikiran secara tertulis dan sistematik dalam
bentuk karya ilmiah dan sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lain yang ingin
E. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah ruang lingkup atau batasan istilah yang digunakan
2. Masyarakat adalah orang yang tinggal dan menetap serta melakukan aktifitas
4. Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam individu itu sendiri
5. Faktor eksternal adalah faktor yang timbul dari luar individu itu sendiri
BAB II
A. Kajian Pustaka
Sekitar Hutan Terhadap Keamanan Hutan (Kasus Desa Pelang Lor, Kedunggalar -
sosial budaya masyarat desa pelang. Hal itu tidak dapat dipisahkan dari peran
Kabupaten Demak. Undip Press. Ada pun hasil penelitian ini adalah persepsi
8
9
mangrove dapat dikatakan sudah cukup baik, yakni telah terbentuk suatu persepsi
tentang hutan mangrove yakni sebagai tanaman yang bermanfaat untuk penahan
2. Defenisi Partisipasi
diartikan sebagai upaya peran serta masyarakat dalam suatu kegiatan baik dalam
Pada dasarnya partisipasi dibedakan menjadi dua, yaitu partisipasi yang bersifat
mengandung arti bahwa keikutsertaan dan peran sertanya atas dasar kesadaran dan
sumbangan bagi tercapainya tujuan kelompok dan turut bertanggung jawab atas
ada tidaknya hak 4 rakyat untuk ikut menentukan arah dan tujuan proyek yang
akan dibangun diwilayah mereka. Ukuran lain yang dipakai adalah ada tidaknya
kesempatan dan wewenang yang lebih luas kepada masyarakat untuk secara
permasalahan yang lebih baik dalam suatu komunitas dengan membuka lebih
sekedar peran serta. Partisipasi memiliki peran yang lebih aktif dan mengandung
unsure kesetaraan dan kedaulatan dari pelaku partisipasi. Sedangkan peran serta
Seperti kita lihat bahwa ada beberapa pendapat para ahli yang
partisipasi yang diberikan dalam bentuk nyata (memiliki wujud) dan juga
bentuk partisipasi yang diberikan dalam bentuk tidak nyata (abstrak). Bentuk
partisipasi yang nyata misalnya uang, harta benda, tenaga dan keterampilan
sedangkan bentuk partisipasi yang tidak nyata adalah partisipasi buah pikiran,
2012).
harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang harta benda, biasanya
berupa alat-alat kerja atau perkakas. Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang
12
9
masyarakat lain yang membutuh kannya. Dengan maksud agar orang tersebut
pendapat atau buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun program maupun
kegiatan yang diikutinya. Partisipasi sosial diberikan oleh partisipan sebagai tanda
paguyuban. Misalnya arisan, menghadiri kematian, dan lainnya dan dapat juga
sumbangan perhatian atau tanda kedekatan dalam rangka memotivasi orang lain
terdiri atas beberapa bentuk. Menurut Ericson (1994) dalam Yulianti (2012)
bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan terbagi atas tiga tahap, yaitu:
Partisipasi pada tahap ini maksudnya adalah pelibatan seseorang pada tahap
diadakan.
ataupun material atau barang serta ide-ide sebagai salah satu wujud
ini berupa tenaga dan uang untuk memelihara proyek yang telah dibangun.
c. Tingkat pendidikan dan buta huruf. Faktor ini sangat berpengaruh bagi
heterogenitas yang tinggi, terutama dari segi agama dan budaya akan
Salah satu ekosistem pesisir yang mengalami tingkat degradasi cukup tinggi
dan berkembang, bila mereka merasa memiliki dan merasa yakin bahwa kegiatan
mangrove merupakan sumber daya alam yang sangat potensial dan kaya, yang
ekosistem mangrove tidak semata sistem ekologi, tetapi juga system sosial, maka
menjadi sebuah pendekatan yang penting. Bila mereka berdaya maka aturan
lokal bisa melengkapi hukum formal dan dapat menjadi pengawas yang efektif
dalam hal ini pengelolaan hutan bakau (mangrove) yang ada diwilayah pesisir,
sendiri dalam hal ini adalah hutan bakau (mangrove) dengan terlebih dahulu
membudidayakan ikan dan udang dalam bentuk tambak secara besar-besaran bagi
yarakat nelayan yang sebelumnya hidup secara tradisional, kini sudah banyak
transportasi kemajuan peradaban manusia dari berbagai dunia dan kepulauan yang
kebiasaan dan serta mendorong mereka untuk mengeksplotasi sumber daya alam
5. Hutan Mangrove
khas pesisir dan juga estuaria, yang di Indonesia luasny a saat ini mencapai
24.000 km2 atau sekitar 1,3 % dari luas Indonesia. Vegetasi yang hidup di
mangrove harus mampu beradaptasi dengan salinitas yang tinggi dan oxygen yang
dengan cirri utama menghasilkan buah berbentuk kappal selam agar dapat
mengapung di laut dan menancap di pesisir. Setiap jenis beradaptasi dengan cara
yang unik terhadap keadaan anoxic. Contohnya akar napas dengan lentisel
17
9
berukuran besar dan lubang pernafasan pada batang rhizo phoraceae, akar yang
tumbuh melengkung pada bruguiera, dan akar yang menjulang ke atas seperti
mangrove merupakan hutan yang terdapat di daerah pantai yang selalu atau secara
teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut tetapi tidak
terpengaruh oleh iklim sedangkan daerah pantai adalah daratan yang terdapat di
bagian hilir daerah aliran sungai (DAS) yang berbatasan dengan laut dan masih
Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di daerah pantai yang selalu
atau secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut
tetapi tidak terpengaruh oleh iklim. Sedangkan daerah pantai adalah daratan
yang terletak di bagian hilir Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berbatasan dengan
laut dan masih dipengaruhi oleh pasang surut, dengan kelerengan kurang dari 8%
(Santoso, 2000).
Mangrove mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan, baik dari segi
ekologis maupun ekonomi. Menurut Himakel (2012) fungsi dari hutan mangrove
adalah:
a. Sebagai peredam gelombang dan angin badai, pelindung pantai dari abrasi,
penahan lumpur dan penahan sedimen (sediment trap) yang diangkut oleh
b. Sebagai penghasil sejumlah besar detritus, terutama yang berasal dari serasah
daun dan ranting pohon mangrove yang rontok. Sebagian dari detritus ini
perikanan di laut. Selain organisme perairan beberapa hewan dari jenis reptil,
Menurut Samadi (2007) hutan mangrove merupakan tipe hutan khas daerah
tropis yang hanya dapat hidup dan berkembang dengan baik dengan suhu 19o C-
40o C. Hutan mangrove terdapat disepanjang pantai dan muara sungai yang
Hewan-hewan yang dapat bertahan hidup di habitat hutan mangrove antara lain
muara sungai, dan delta di tempat yang terlindung daerah tropis dan subtropis.
daratan dan lautan dan pada kondisi yang sesuai mangrove akan membentuk hutan
yang ekstensif dan produktif. Karena hidupnya di dekat pantai, mangrove sering
juga dinamakan hutan pantai, hutan pasang surut, hutan payau, atau hutan bakau.
Istilah bakau itu sendiri dalam bahasa Indonesia merupakan nama dari salah satu
percaturan bidang keilmuan untuk tidak membuat bias antara bakau dan mangrove
maka bakau dan mangrove sudah ditetapkan merupakan istilah baku dalam
dkk., 2009).
mempunyai gradient sifat lingkungan yang ekstrim. Pasang surut air laut
dan salinitas. Oleh karena itu, hanya beberapa jenis tumbuhan yang memiliki daya
toleransi yang tinggi terhadap lingkungan yang ekstrim tersebut saja yang
Faktor-faktor tersebut adalah pasang surut, gelombang, arus, limpasan air tawar,
habitat yang berbeda maka jenis mangrove yang ada disuatu tempat tidak sama
dengan tempat yang lain, karena keberadaannya dipengaruhi oleh beberapa factor
seperti: (1) tipe tanah, keras atau lembek, perbandingan kandungan pasir dan
tanah litany, (2) variasi salinitas, frekuensi dan jangka waktu genangan (pasang
surut), (3) ketahanan jenis terhadap arus dan ombak, (4) kondisi perkecambahan
tercatat sebanyak 202 jenis yang terdiri atas 89 jenis pohon, 5 jenis palem, 19
jenis liana, 44 jenis epipit, dan 1 jenis sikas. Namun demikian hanya terdapat
kurang lebih 47 jenis tumbuhan yang spesipik hutan mangrove. Paling tidak di
dalam hutan mangrove terdapat salah satu jenis tumbuhan dominan yang termasuk
a. Kelompok Mayor
serta membentuk tegakan murni, tetapi tidak pernah meluas sampai ke dalam
dan yang jarang berbentuk tegakan murni. Jenis-jenis ini biasanya bersekutu
dengan mangrove yang tumbuh pada pinggiran yang mengarah ke darat dan
terdapat secara musiman pada rawa air tawar, pantai, dataran landai, dan
lokasilokasi mangrove lain yang marginal. Walaupun jenis ini ada di mangrove,
tetapi jenis-jenis ini tidak terbatas pada zona litoral. Jenis-jenis ini yang
c. Asosiasi mangrove
garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dari erosi laut/abrasi, intrusi air
laut, mempercepat perluasan lahan, dan mengolah bahan limbah), fungsi biologis
(tempat pembenihan ikan, udang, tempat pemijahan beberapa biota air, tempat
bersarangnya burung, habitat alami bagi berbagai jenis biota) dan fungsi ekonomi
ditinjau dari segi lingkungannya, baik terhadap lahannya sendiri yaitu sebagai
penahan erosi pantai (abrasi), bagi kehidupan satwa liar, untuk perkembang
biakan ikan dan biota laut, maupun dari segi pemanfaatannya oleh manusia untuk
a. Fungsi Fisik
1. Menjaga garis pantai agar tetap stabil atau mencegah kerusakan pantai dari
b. Fungsi Biologi
laut lainnya.
c. Fungsi Ekonomi
Berbagai fungsi dan manfaat hutan mangrove bagi manusia dan lingkungan
sekitarnya telah diketahui secara umum. Mangrove, magal, bakau, hutan pantai,
dan hutan api-api adalah sebutan untuk komunitas tumbuhan pantai yang
lingkungan fisik, seperti penahan ombak, angin dan intrusi air laut, serta
ikan, udang, kepiting, kerang, siput, dan hewan jenis lainnya. Disamping itu,
hutan mangrove juga merupakan tempat habitat kehidupan satwa liar seperti
monyet, ular, berang-berang, biawak, dan burung. Adapun arti penting hutan
tempat wisata alam. Selain itu juga sebagai kehidupan dan sumber rezeki
masyarakat nelayan dan petani di tepi pantai yang sangat tergantung kepada
lahan yang bersifat tidak ramah lingkungan juga akan mengancam keberadaan
2012).
9 25
dan pertanian. Selain itu, juga meningkatnya permintaan terhadap produksi kayu
tambak untuk budidaya perairan, baik udang maupun ikan. 19 Kegiatan terakhir
kota pantai, pembangunan tambak dan lahan pertanian telah menjadi bukti
pantai terkatakan belum jelas disamping penegakannya juga kurang tegas yang
bisa saja disebabkan oleh tindakan mekanis secara langsung, seperti memotong,
9 26
minyak dan sebagainya. Oleh karena itu, hutan mangrove yang bertindak sebagai
2005).
pendekatan ini karena teori ini memusatkan penelitian atau penjelasan pada
dari dua suku kata, yaitu sosiologi dan lingkungan. Oleh karena itu untuk lebih
memahami paper ini akan kami jelaskan terlebih dahulu pengertian masing-
lingkungan, menurut UURI No.4 Tahun 1982 & UURI No. 23 Tahun 1997
dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya
Dalam buku sosiologi lingkungan yang kutip oleh Rachma K. Dwi Susilo,
M.A. ( 2008 : 77-78) menyatakan bahwa hutan mangrove dibabat habis demi
9 27
semakin sempit. Padahal, spesies-spesies yang hidup diudara dan darat amat
Olehnya itu perlu kesadaran untuk menjaga hutan karena Hutan adalah salah
satu bagian dari lingkungan. Pengelolaan hutan yang bersifat kompleks dengan
masyarakat, dalam hal ini masyarakat di dalam dan sekitar hutan. Masyarakat
tersebut dipandang sebagai bagian dari ekosistem hutan, sehingga tidak hanya
Teori fungsional struktural melihat suatu system sosial yang terdiri atas
bagian atau elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam
keseimbangan (Ritzer, 2010: 21). Perubahan yang terjadi pada satu bagian akan
membawa perubahan pula terhadap bagian yang lain. Focus utama dari berbagai
perhatiannya pada masyarakat, dalam hal ini masyarakat di sekitar hutan. Para
penganut teori fungsional structural ini cenderung untuk melihat hanya kepada
sumbangan satu sistem atau peristiwa terhadap sistem yang lain dan karena itu
Secara ekstrim penganut teori ini beranggapan bahwa semua peristiwa dan
semua struktur adalah fungsional bagi suatu masyarakat. Maka jika terjadi
dalam keseimbangan.
sistem sosial itu. Demikian pula semua institusi yang ada, diperlukan oleh sosial
Struktural masyarakat berada dalam kondisi statis atau tepatnya bergerak dalam
konflik itu atas dua tipe. Kelompok semu (quasi group) dan kelompok
pemegang kekuasaan atau jabatan dengan kepentingan yang sama yang terbentuk
yakni kelompok kepentingan terbentuk dari kelompok semu yang lebih luas.
anggota yang jelas. Kelompok kepentingan inilah yang menjadi sumber nyata
B. Kerangka Konsep
pengelolaan konservasi hutan mangrove agar lebih baik. Bila konservasi hutan
Hutan mangrove
Bentuk
Dampak
Peran
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
yang digunakan untuk meneliti pada objek alamiah yang mana peneliti adalah
informasi tentang status gejala saat penelitian dilakukan atau dengan kata lain
meneliti objek tujuan secara alamiah dan peneliti adalah sebagai instrument kunci.
pada fakta yang teramati dan menggali fakta dibalik fakta yang teramati. Dalam
hal ini tentunya fakta-fakta yang berkaitan dengan partisipasi masyarakat dalam
31
32
pengelolaan hutan mangrove masih sangat tinggi. Hal ini terlihat dari partisipasi
B. Lokasi Penelitian
C. Informan Penelitian
hutan mangrove Kabupaten Sinjai. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yang
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
mangrove. Informan yang dipilih adalah mereka yang mudah diajak bicara,
mengerti tentang informasi yang peneliti butuhkan, dan yang senang diajak
D. Fokus Penelitian
Kabupaten Sinjai.
E. Instrumen Penelitian
(human instrument). Hal ini di dasari oleh adanya potensi manusia yang memiliki
yang baik, yaitu : sifatnya yang responsisve, adaptif,lebi holistic, ke sadaran pada
peneliti yang berfungsi sebagai alat pengumpul data serta alat pemotret (kamera).
34
1. Data primer merupakan data yang didapatkan dari informan utama yaitu
penelitian. Semakin banyak data yang diperoleh maka semakin bagus pula hasil
akhir dari suatu penelitian. Dalam penelitian mengenai partisipasi masyarakat ini,
Sinjai
suatu fakta, sehingga didapatkan penjelasan secara langsung dan lebih akurat
H. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data
angka, tetapi lebih banyak berupa narasi, deskripsi, cerita, dokumen tertulis dan
tidak tertulis (gambar, foto) ataupun bentuk-bentuk non angka lainnya. Analisis
3. Peneliti akan menganalisis data atau informasi yang dikumpulkan dari hasil
yang peneliti dapatkan dilapangan serta mencari hubungan antara data dan
pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut, dan teknik
sumber yang lainnya. Sebelum menganalisa data lebih lanjut perlu diperiksa
keabsahan data yang dikumpulkan agar supaya keabsahan data yang diperoleh
peneliti benar-benar sah atau abash, seperti yang dikemukakan oleh moleong
bahwa pemeriksaan keabsahan data dapat dilakukan melalui beberapa cara satu
diantaranya adalah dengan teknik trianggulasi yang meliputi tiga unsure, yaitu :
1. Sumber
2. Metode
maka dari itu perlu adanya pengabsahan data yang didapat agar dapat
3. Teori
tertentu tidak dapat diperiksa derajat kepercayaan dengan satu teori. Hal ini tidak
34 37
mungkin dilakukan peneliti yang hanya menggunakan satu teori. Dalam penelitian
ini digunakan beberapa sumber buku sebagai acuan teoritis (referensi), sehingga
benar-benar dapat dibandingkan antara teori yang satu dengan yang lain sekaligus
didukung dengan data yang ada, sehingga peneliti dapat melaporkan hasil
Di antara ketiga sumber diatas, peneliti terapkan hanya pada sumber untuk
memeriksa keabsahan data. Hal ini dilakukan dengan mencocokkan data dari
masyarakat yang mengelolah hutan mangrove, serta mencari teori dari beberapa
sumber buku.
35 38
J. Jadwal Penalitian
Bulan Ke Ket
No Jenis Kegiatan
I II III IV V VI
4. Pelaksanakan penelitian
6. Penulisan skripsi
7. Konsultasi skripsi
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Ekosistem mangrove yang menjadi pokok perhatian dalam paper ini adalah
kawasan hutan mangrove di daerah Tongke-tongke yang berada di pulau Sulawesi. Tongke-
tongke adalah sebuah desa yang berada pada bagian Barat teluk Bone. Lokasi ini dilalui oleh
dua buah sungai yaitu sungai Baringeng dan sungai Tui, yang membawa sedimen dari
gunung Bawakaraeng hingga ke pesisir pantai, sehingga tanah yang berada pada kawasan
Samaritang yang berada pada kecamatan Sinjai Timur. kabupaten Sinjai yang berjarak
sekitar 20 km dari Balanipa (ibukota kabupaten Sinjai) yang dapat dijangkau dengan
menggunakan kendaraan bermotor dalam waktu 30 menit. Daerah yang memiliki luas 2,25
km2, secara umum merupakan kawasan konservasi hutan Mangrove dan daerah pertanian.
dibagi atas 2 (dua) golongan, golongan pertama adalah penduduk lokal yang kebanyakan
adalah petani sawah dan palawija, sedangkan golongan kedua adalah pendatang yang
Sebagian besar pendatang berasal dari daerah Mare kabupaten Bone yang memiliki keahlian
dalam penangkapan ikan tuna dan pencarian terumbu karang (coral reef) yang oleh masyarakat
ini disebut dengan “taka-taka”. Pendatang inilah yang kemudian mengolah
3839
40
Penanaman berbagai jenis varietas tanaman juga banyak di jumpai di sekitar rumah-
rumah penduduk seperti, kelapa, pisang, mangga, papaya, dan bibit mangrove. Keberadaan
tanaman ini, menjadikan di halaman di sekitar rumah penduduk Nampak sehat, asri, teratur,
indah dan nyaman. Selain menanam berbagai jenis tumbuh-tumbuhan, para penduduk juga
dengan kumpulan bangunan tempat tinggal yang umumnya berjajar memanjang mengikuti
pinggiran jalan dan di ataur secara berkelompok dalam posisi saling berhadapan satu sama
lain. Demikian pula daerah empang penduduk berada di bahagian belakang rumah
pemukiman penduduk. Bentuk rumah penduduk awal mulahnya rumah panggung, dinding
dan lantainya terbuat dari papan dan atapnya terbuat dari seng, keadaan rumah tertata rapih,
di mana terdapat teras, ruang tamu, ruang tengah, dan ruang dapur. Tidak ketinggalan pula
setiap rumah sudah memiliki ventilasi yang cukup sebagai tempat keluar masuknya udara.
masih sangat asri di desa ini masih sangat tenang selain karena belum banyaknya kendaraan
umum yang lalu lalang sehingga jauh dari kebisingan seperti kota. Selain itu Kecamatan
mangrove yang setiap hari hamper sebagain waktunya mereka menghabiskan di sawah di
mana para petani mangrove tersebut berangkat kesawahnya pada pagi hari dan baru pulang
Sinjai adalah sebuah Kabupaten yang berada di Provinsi Sulawesi Selatan. Nama
Sinjai berasal dari Kata Sijai’ (Bahasa Bugis) artinya sama jahitannya. Hal ini diperjelas
Kabupaten Sinjai pada masa lalu semakin jelas dengan didirikannya Benteng pada tahun
1557. Benteng ini dikenal dengan nama Benteng Balangnipa, sebab didirikan di
Balangnipa yang sekarang menjadi Ibukota Kabupaten Sinjai.Disamping itu, benteng ini
pun dikenal dengan nama Benteng Tellulimpoe, karena didirikan secara bersama-sama
oleh 3 (tiga) kerajaan yakni Lamatti, Bulo-bulo, dan Tondong lalu dipugar oleh Belanda
jatuh ke tangan belanda. Tahun 1636 orang Belanda mulai datang ke daerah Sinjai.
yang ada di suilawesi Selatan. Hal ini mencapai puncaknya dengan terjadinya peristiwa
Peristiwa ini terjadi tahun 1639. Hal ini disebabkan oleh rakyat Sinjai tetap
Hindia Belanda VAN DER CAPELLAN datang dari Batavia untuk membujuk I CELLA
ARUNG ( PUANG CELLA MATA) Bulo-Bulo XXI agar menerima perjanjian Bongaya
dan mengisinkan Belanda Mendirikan Loji atau Kantor Dagang di Lappa tetapi ditolah
dengan tegas. Tahun 1861 berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sulawesi dan Daerah,
sebutan Goster Districten. Tanggal 24 pebruari 1940, Gubernur Grote Gost menetapkan
pembangian administratif untuk daerah timur termasuk residensi Celebes, dimana Sinjai
terdiri dari beberapa adats Gemenchap, yaitu Cost Bulo-bulo, Tondong, Manimpahoi,
Lamatti West, Bulo-bulo, Manipi dan Turungeng. Pada masa pendudukan Jepang,
struktur pemerintahan dan namanya ditatah sesuai dengaan kebutuhan Bala Tentara
Jepang yang bermarkas di Gojeng. Setelah Proklamasi Kemerdekaan 1945 yakni tanggal
pertama di WAWO BULU Manipi Kecamatan Sinjai Barat di sebelah timur Malino
dipimpin oleh orang yang digelar PUATTA TIMPAE’ TANA ataui TO PASAJA yaitu
Arung Manurung Tanralili. Keturunan Arung Tanralili, salah seorang diantaranya adalah
43
wanita yang kemudian puteri Tanralili inilah yang mengembangkan wilayah Wawo Bulu
menjadi Kerajaan TURUNGENG. Raja wanita tersebut diperisterikan oleh putera Raja
Tallo yang kemudian salah seorang turunannya adalah wanita kawin dengan salah
seeorang putera Raja Bone. Dari hasil perkawinan itulah yang kemudian melahirkan
enam orang putera dan satu orang puteri. Akan tetapi puterinyalah yang menggantikan
wilayah lain sehingga ada yang bermukim di Manimpahoi, Terasa, Pao, Manipi, Suka,
Bala Suka dan masing-masing berusaha membentuk wilayah kekuasaan. Dari keturunan
Puatta Timpae’ Tana atau To Pasaja inilah yang berhasil membentuk kerajaan dalam
wilayah dekat pantai yang dikenal dengan kerajaan Tondong, Bulo-Bulo, dan Lamatti.
Untuk memelihara hubungan dan keutuhan wilayah kerajaan yang bersumber dari satu
keturunan, maka muncullah gagasan dari I Topacebba (anak dari La Padenring) yang
satu jahitan. Sinjai artinya bersatu dalam jahitan. Dari istilah sijai menjadi sinjai,
Bugis. Dari pertumbuhan dan perkembangan kerajaan yang ada, muncul pemikiran baru
tentang perlunya memperkuat persatuan dan kesatuan dalam memelihara dan melindungi
kerajaan yang ada, maka dibentuklah kelompok gabungan kerajaan yang berbentuk
tinggi , yaitu kerajaan Turungeng, Manimpahoi, Terasa, Pao, Manipi, Suka, Balasuka.
Federasi kerajaan Tellu Limpoe’ dan Pitu Limpoe’ merupakan dua kekuatan yang
akan membendung arus ekspansi dari barat dan selatan, juga merupakan kekuatan
pertahanan untuk membendung arus ekspansi dari utara dan penyelamatan garis pantai.
Kewedanaan Sinjai sebagai anggota DPR ialah St. Marwah Sulaiman dan M. Syurkati
Said, dan A. Muh. Saleh. Konon wakil dari kewedanaan Sinjai cukup berpengaruh, karena
St. Marwah Sulaiman dalam sejarahnya pernah membubarkan rapat DPR Bonthain karena
BAB V
A. Hasil Penelitian
pesisir Kabupaten Sinjai melakukan pengembangan dan pengelolaan hutan mangrove dari tahun
1980 sampai sekarang. Data Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Sinjai tahun 2011,
membawa berbagai pihak (Instansi/lembaga pemerintah dan swasta, akademisi, dll), baik dari
dalam negeri maupun dari luar negeri berkunjung ke Sinjai. Tujuan kunjungan berbagai pihak
tersebut untuk melihat dan menggali informasi tentang partisipasi masyarakat dalam
keputusan untuk menangani masalah yang ada disekitarnya. Saat rumah dan tambak mereka
rusak akibat abrasi, terjangan ombak besar dan angin kencang, mereka mengambil keputusan
“...Isbandi dan dkk (2007 :12) mengemukakan bahwa partisipasi masyarakat adalah
keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di
masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk
menangani masalah...”.
47
48
Kelompok yang pertama di bentuk masyarakat pesisir Kabupaten Sinjai yaitu Kelompok
Pada tahun 1988 kelompok tani ACI di Tongke-tongke dibakukan dengan nama
Kelompok Pelestari Sumberdaya Alam – Aku Cinta Indonesia (KPSA–ACI) melalui program
pembinaan kelembagaan dan penyuluhan dari instansi terkait lingkup Pemerintah Kabupaten
Sinjai. Saat ini di desa-desa lain juga telah dibentuk kelompok-kelompok tani sebagaimana
“...Menurut Goldsmith dan dkk, bahwa masyarakat tergerak untuk berpartisipasi jika
partisipasi itu dilakukan melalui organisasi yang sudah dikenal atau yang sudah ada di
tengah- tengah masyarakat, partisipasi itu memberikan manfaat langsung kepada
masyarakat yang bersangkutan, manfaat yang diperoleh melalui partisipasi itu dapat
memenuhi kepentingan masyarakat setempat serta dalam proses partisipasi itu
terjamin adanya kontrol yang dilakukan oleh masyarakat...”(Goldsmith nurdin 1990).
kelompok pengurus dan anggota kelompok menyepakati jenis, volume, lokasi, waktu, dan
hutan mangrove yang disepakati yakni wilayah penanaman dan pemeliharaan mangrove
dibagi per blok untuk masing-masing anggota, Jarak tanam bakau yang rapat, pengaturan jalur
jalan dan penambatan perahu, penanaman dilakukan pada musim yang tepat, penerapan teknik
mangrove dilihat saat kegiatan penanaman. Penanam mangrove dilakukan pada blok
anggota dan keluarganya. Waktu Penanaman dilakukan pada saat air laut surut dan diutamakan
Partisipasi masyarakat juga terlihat saat pengambilan benih mangrove dan pembuatan
ajir bambu. Pada kegiatan ini perempuan dan anak-anak mengambil peran dalam pekerjaannya.
Menurut Gaventa dan Valderma dalam Siti Irene Astuti D. (2009) bahwa partisipasi
masyarakat memiliki ciri-ciri bersifat proaktif dan bahkan reaktif (artinya masyarakat ikut
menalar baru bertindak), ada kesepakatan yang dilakukan oleh semua yang terlibat, ada
50
tindakan yang mengisi kesepakatan tersebut, ada pembagian kewenangan dan tanggung
Partisipasi masyarakat dalam penanam yang cukup besar dan memakan waktu yang lama
terlihat saat mangrove yang telah mereka tanam tidak tumbuh. Mereka dengan sabar kembali
besar. Untuk menangani masalah tersebut masyarakat pesisir bergotong royong membangun
masyarakat pesisir juga ikut berpartisipasi. Program pemerintah yang melibatkan masyarakat
Kabupaten Sinjai pada tahap evaluasi meliputi pemeliharaan, pengawasan dan pertemuan
pemeliharaan, dan pertemuan evaluasi hasil kegiatan yang telah dilakukan. Kegiatan
Pertemuan evaluasi dilakukan untuk menyampaikan hasil – hasil pelaksanaan dan masalah
yang dihadapi. Pada pertemuan evaluasi disepakati tindak lanjut pemecahan masalah.
Keaktifan masyarakat pada tahap evaluasi ini sangat perlu untuk diberdayakan, karena
dengan mengetahui permasalahan yang timbul dari kegiatan yang dilakukan akan dapat
merencanakan kegiatan berikut yang lebih baik dan dapat mengatasinya. Partisipasi
masyarakat tahap evaluasi ini akan menimbulkan tanggung jawab dan rasa memiliki lebih
Keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap ini dapat dilihat dari seberapa besar
a. Manfaat langsung, yaitu manfaat yang langsung diambil dari sumber daya. Manfaat
langsung tersebut berupa manfaat usaha tambak, manfaat dari hasil kayu, manfaat
b. Manfaat tidak langsung, yaitu nilai yang secara tidak langsung dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat, dapat berupa fisik yang mendukung nilai guna langsung
misalnya hutan mangrove sebagai penahan abrasi pantai. Selain manfaat tidak
langsung berupa fisik, hutan mangrove juga memiliki manfaat biologi sebagai
nursery ground yaitu tempat berkembang biaknya ikan yang tentunya akan
Manfaat yang dirasakan masyarakat pesisir Kabupaten Sinjai dengan adanya hutan
mangrove antara lain : Pemukiman telah bebas dari terjangan ombak dan angin kencang, tambak
tidak mengalami kerusakan, tersedianya nener, benur alam dan kepiting yang dapat dengan
mudah ditangkap, pengelolaan sumber benih kurangnya rembesan air laut ke sumur masyarakat,
aksesibilitas masyarakat.
BAB VI
Hutan mangrove merupakan sumberdaya yang sangat penting bagi wilayah pesisir
Tongke-Tongke dan erat kaitannya dengan mata pencaharian masyarakat sekitar yang
sebagian besar profesi sebagai petani tambak dan nelayan. Areal mangrove di Tongke-
Tongke seluas 1.157 Ha telah mengalami berbagai perubahan fungi, baik sebagai
areal mangrove. Rusaknya hutan mangrove ini memerlukan sebuah bentuk rehabilitasi,
alba,Avicennia alba dan Nhypa fruticans. Jenis family atau spesies yang paling dominan
selaku responden dan beliau merupakan salah satu petani mangrove dengan menjelaska
bahwa:
55
56
perubahan hutan mangrove menjadi penggunaan lain (tambak, kayu bakar, pariwisata,
terputusnya siklus sumberdaya ikan dan udang sekitarnya. Hal ini sejalan dengan hasil
mangrove di sebabkan oleh hilangnya sebagian besar areal hutan mangrove yang
merupakan tempat peninjahan berbagai macam biota laut baik ikan, udang, kepiting dan
lain sebagainya. Perubahan areal hutan mangrove menjadi penggunaan lain sudah
membuat berbagai sumberdaya yang ada di sekitarnya menjadi semakin tersudut dan
mulai berkurang jumlahnya serta sangat berdampak negatif bagi mata pencaharian
pesisir.
1. Rehabilitasi
Pengelolaan ekosistem mangrove didasarkan atas tiga tahap utama yaitu proses
ekosistem sumberdaya pesisir yang telah mengalami kerusakan, baik yang di sebabkan
kembali ekosistem sumberdaya pesisir yang telah mengalami kerusakan, baik yang di
pengambilan kayu bakar, alat perahu maupun yang di akibatkan oleh pola penggunaan
Ekosistem mangrove merupakan salah satu faktor yang penting di wilayah pesisir
dan menjadi penopang ekonomi masyarakat, yang sebagian besar berfrosi sebagai
nelayan, sehingga perlu suatu bentuk pelestarian terhadap ekosistem mangrove tersebut.
58
lakukan sejak terjadinya kerusakan hutan mangrove pada wilayah kabupaten sinjai.
Kegiatan rehabilitasi mangrove ini tidak saja di lakukan oleh pemerintah daerah secara
kondisi lahan kelurahan Tongke-Tongke terdiri atas tanah berlumpur, sehingga yang baik
untuk jenis tanaman mangrove adalah Rhizopora mucronata dan Avicennia. Seperti
lakukan untuk menghijaukan kembali hutan mangrove yang telah rusak, maka dari itu
tanah ke playbang
pada pohon induk yang sudah di identifikasi, di mana mempunyai diameter diatas
c. Pengisian polybang dengan propagul, yaitu benih yang telah di ambil dari pohon
ketebalan 0.03 cm. setelah itu benih di masukkan kedalam bedagan yang
berukuran 6x1 m.
d. Monitoring secara berkala untuk mengontrol kondisi air, kondisi bibit dan
2. Proses penanaman mangrove biasanya di lakukan pada bulan April dan Agustus.
a. Langkah pertama yaitu pengadaan bibit yan sudah siap dalam ploybang dan siap
untuk di tanam.
c. Langkah ketiga di masukannya bibit tanaman mangrove yang sudah siap dalam
Kegiatan penanaman dan pembibitan yang pernah di lakukan antara lain: pada
tahun 1930 melakukan penanaman mangrove adalah mangrove yang tumbuh alami
seperti Avicenia sp., Nipa fructicans, dan rhyzophora sp. Dengan jumlah yang sangat
alami. Tidak lama kemudian hutan mangrove telah mengalami kerusakan sehingga
menurun fungsinya sebagai penyangga kehidupan pesisir. Kerusakan terjadi karena abrasi
60
pantai. Pada tahun 1980 selama kurang lebih 40 tahun tingkat kerusakn hutan mangrove
hutan mangrove secara swadaya dan membawa perubahan yang di rasakan manfaatnya
sampai sekarang.
2. Pemeliharaan
bibit yang telah di tanam di areal mangrove tersebut serta menggati tanaman yang tidak
dapat bertahan hidup dengan tanaman baru. Hasil wawancara dengan responden, di
ketahui terdapat areal yang telah di Tanami bibit mangrove terjangkit hama berupa lumut
yang menempel pada batang, dan adanya juga tiram yang menempel pada batang
akibat tidak munculnya akar baru yang berfungsi menyerp nutrisi dan menjaga tumbuhan
mangrove dari hempasan ombak. Ada pun cara yang di lakukan untuk mengatasi kondisi
tersebut adalah dengan menghilangkan lumut dan tiram tersebut menggunakan pisau
dengan cara mengerok lumut dan mencungkil tiram yang menempel pada batang
3. Pengawasan
sekitar areal hutan, bahwa kegiatan mereka di lakukan jangan sampai rusak ekosistem
mangrove, karna sumber daya tersebut merupakan hal yang sangat penting bagi
61
keseimbangan wilayah pesisier. Segi pengawasan pada ekosistem hutan mangrove, masih
sangat kurang karena di sebabkan oleh sebagian besar waktunya untuk bekerja, baik
sebagai nelayan, petani mangrove, pengawai negeri, buruh tani, amupun pengawai
Hingga saat ini, tingkat keberhasilan rehabilitasi masih belum di ketahui secara
pasti karena terbatasnya data dan imformasi mengenai persentase jumlah tanaman hidup.
Sementara sebagian besar pelaksana tidak melakukan monitoring , contoh, dan evaluasi
Tongke, baik dari proses rehabitasi, emeliharaan, dan pengawasan tidak terlepas dari
peran penting lembaga swadaya masyarakat dalam pengelolaan hutan mangrove. Peran
serta dan keterlibatan lembaga swadaya masyarakat dalam berbagai kegiatan pengelolaan
a. Mengurangi dampak negatif dan intesitas yang berlebihan terhadap lingkungan dan
b. Menghasilkan atau mendatangkan dana dari para donator yang peduli terhadap
memperluas tujuan dan mengurangi dampak konversi yang lebih besar dengan cara
d. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap sumber daya alam yang tidak dapat di
pemerintah.
f. Sebagai pelatih dan penyedia sumber imformasi yang relevan yang berhubungan isu-isu
g. Sebagai pengawas terhadap aktivitas masyarakat yang ada di sekitar hutan mangrove
serta keadaan areal hutan yan telah di rehabilitasi, agar usaha yang telah di lakukan tidak
h. Sebagai rekan kerja sama pada pengelolaan kawasan mangrove, dalam upaya penerapan
tujuan dari pengembangan areal hutan tersebut, seperti program pendidikan lingkungan.
Ada pun kerjasama yang di lakukan antara lembaga swadaya masyarakat, dengan melibatkan
kepiting bakau.
wilayah pesisir dan lautan. Selain mempunyai fungsi ekologis sebagai penyedia nutrien bagi
63
biota perairan, tempat pemijahan dan asuhan bagi berbagai macam biota, penahan abrasi,
amukan angin taufan, dan tsunami, penyerap limbah, pencegah intrusi air laut dan lain
sebagainya, hutan mangrove juga mempunyai fungsi ekonomis penting seperti, penyedia
Ada pun beberapa bentuk partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan mangrove di
maksud rehabilitasi yaitu kegiatan yang di lakukan untuk memulihkan ekosistem mangrove
yang sudah mengalami kerusakan, dan pemeliharaan yang di maksud yaitu memelihara
kondisi bibit mangrove yang telah di tanam di areal mangrove, sedangkan pengawasan yaitu
di lakukan untuk mengawasi bibit mangrove yang di ganggu hama, seperti tiram yang
melengket di batang mangrove, dan lumut yang terlilit di batang mangrove sehingga
Dari penjelasan di atas maka dapat di simpulkan bahwa bentuk partisipasi masyarakat
mangrove, karna
kurang serapan
nutrisi dari
pohon tersebut
sudah di Tanami
mangrove, dan
menindih bibit
tersebut dan
mati
rehabilitasi ini di
lakukan untuk
menghijaukan kembali
hutan mangrove
tersebut
kencang
67
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai antara lain meliputi, rehabilitasi di lakukan
bertujuan untuk memulih kan kembali ekosistem sumberdaya pesisir yang telah
yang telah di tanam di areal mangrove tersebut, pengawasan yang di lakukan terhadap
B. Saran
Malihat kesimpulan di atas, dan berdasarkan hasil penelitian serta data yang di
1. Bagi masyarakat perlu adanya sosialisasi dan penyuluhan oleh pihak terkait tentang
penegakan aturan yang ada dalam masyarakat berkaitan dengan sanksi yang berlaku
67
68
hutan mangrove
semakin banyak dan perlunya sebagai rangsangan jika ada kelompok yang berhasil
3. Penulis menyadari karya ilmiah ini masih terdapat banyak kekurangan dan masih
tergolong minim sumber data serta analisis yang masih dangkal dan kurang, oleh
karena itu penulis menyarankan kepada penulis selanjutnya untuk lebih banyak
Adinugroho, w.c, dkk. 2004. Paduan Pengendalian Kebakaran Hutan Dan Lahan
Gambut. Bogor. Wetlands Internasional.
Hogarth, P.J., 1999. The Biology of Mangroves. Oxford University Press, Oxford
39
40
Valiela, I., J.L. Bowen, dan J.K. York. 2001. Mangrove Forest: One of the
World’s Threatened Major Tropical Environments. Bioscience 51
(10): 807 – 815.
Waasp, dan B. Nababan, 2010. Pemetaan dan ana-lisis index vegetasi mangrove di
Pulau Saparua, Maluku Tengah. e - J. Ilmu dan Teknologi Kelautan
Tropis 2 (1): 50 – 58,
42
Walters, BB., P. Ronnback, JM. Kovacs, B. Crona, S.A. Hussain, R. Badola, J.H.
Primavera, E. Barbier, dan F. Dahdouh-Guebas, 2008. Ethnobio-
logy, Socio-Economic and Manage-ment of Mangrove Forests: a
review. Aquatic Botany 89: 220 – 236.
NO
KEGIATAN OBSERVASI YA TIDAK KETERANGAN
1. Memulai percakapan (Salam)
2. Memberikan pertanyaan
3. Memberikan penguatan
penelitian
wawancara
A. Masyarakat
setempat?
B. Pemerintah
mangrove tersebut?
mangrove?
PROFIL IMFORMAN
Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara terhadap 3 (tiga) orang petani
Informan Pertama
Nama : H. Rumatayeb
Usia : 78 Tahun
Informan Kedua
Nama : Sanuddin
Usia : + 55 Tahun
Imforman Ketiga
Nama : Baharuddin
Usia : + 45 Tahun
Usia : + 45 Tahun
Informan Kelima
Nama : Hasriani
Pekerjaan : Mahasiswa/Masyarakat
Usia : 22 Tahun
Imforman Keenam
Nama : Fajriah
Pekerjaan : Mahasiswa/Masyarakat
Usia : 21 Tahun
Buareng Kabupaten Bone, dan selasai pada tahun 2007. Kemudian pada tahun
Kajuara kabupaten bone dan selesai pada tahun 2009. Kemudian pada tahun yang
Kajuara Kabupaten Bone dan selesai pada tahun 2012. Pada tahun yang sama
Ilmu Pendidikan (FKIP) pada Jurusan Pendidikan Sosiologi, pada program strata
satu (S1). Pada tahun 2016, penulis menyelasikan studi dengan mengerjakan