Anda di halaman 1dari 10

TANGGUNG JAWAB MASKAPAI TERHADAP PEMBATALAN

KEBERANGKATAN PENUMPANG KARENA TIDAK MELENGKAPI


PERSYARATAN KESEHATAN (RAPID TEST)
(Studi Penelitian di Bandara Udara Kuala Namu)

Oleh:

Fandi Muhasyibi 1)
Gomgom T.P. Siregar 2)
Ria Sintha Devi 3)
Universitas Darma Agung, Medan
Email:
Fandimuhasyibi@gmail.com 1)
gomgomsiregar@gmail.com 2)
riasinthadevi04@gmail.com 3)

ABSTRAK
Faktor-faktor yang menyebabkan maskapai membatalkan penerbangan adalah faktor
komersial, teknis, operasional, cuaca dan bandara. Maskapai penerbangan bertanggung jawab
untuk membatalkan keberangkatan karena tidak melebihi persyaratan perawatan kesehatan
(pengujian dipercepat): jika penumpang tes positif untuk antigen, ia harus menjalani tes PCR,
jika negatif, mereka dapat melanjutkan, dan harga kembali dari tiket untuk terbang kembali
minimal 3 hari ke depan dan jika penumpang mendapatkan PCR maka harus dikarantina
selama 14 hari, menjadwal ulang tiket sesuai dengan status penumpang setelah karantina.
Atau seluruh tiket akan dikembalikan. Tidak ada ketentuan khusus untuk perlindungan
hukum konsumen untuk pembatalan keberangkatan karena kegagalan untuk menyelesaikan
perawatan kesehatan (pengujian dipercepat), tetapi kepatuhan tidak terbatas pada Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan tidak tercapai. Namun, penumpang
sebagai konsumen memiliki perlindungan hukum berdasarkan Undang-Undang Perlindungan
Konsumen yang berkaitan dengan hak-hak penumpang sebagai konsumen jasa angkutan
udara, dan KUH Perdata yang berkaitan dengan status penumpang sebagai pihak dalam
kontrak pengangkutan dengan seperti maskapai penerbangan.

Kata Kunci : Tanggung Jawab, Pembatalan Keberangkatan, (Rapid Test).

A. PENDAHULUAN segala upaya yang menjamin perlindungan


Kewajiban dalam penerbangan diatur hukum bagi konsumen.
dalam peraturan yang berkaitan dengan Percaya diri pada hukum merupakan
penerbangan di Indonesia yaitu Undang- ciri lahiriah manusia, ia tidak meragukan
Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang baik buruknya akhlak batin seseorang, yang
Penerbangan, Peraturan Menteri menjadi perhatiannya adalah sifat perbuatan
Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 tentang lahiriahnya. Kepastian hukum tidak
Tanggung Jawab Penerbangan, dan mengecualikan seseorang dengan kondisi
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 89 mental yang cacat, tetapi yang dapat diterima
Tahun 2015 tentang Penyelesaian adalah mencirikan kondisi mental yang
Keterlambatan Penerbangan . Selain itu, ada rusak, atau menjadikannya sebagai tindakan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 yang atau fakta yang nyata.
memberikan perlindungan hukum, kepada Salah satu contoh pembatalan
konsumen yang hak-haknya dilanggar oleh keberangkatan karena adanya persyaratan
produsen. Perlindungan Konsumen sebagai tambahan keberangkatan dalam rangka krisis
kesehatan (accelerated testing). Sesuai Surat based on fault dan non-liability on known
Edaran Nomor 11 Tahun 2022 tentang fault, yang disebut dengan accident liability
Pengaturan Perjalanan Domestik Selama atau total liability (strick liability).
Pandemi Corona Virus Disease 2019 2. Wanprestasi
(COVID-19). Rancangan surat tersebut Wanprestasi berasal dari bahasa
efektif karena ditandatangani oleh Kepala Belanda, wanprestie, yang artinya tidak akan
Staf Suharyanto pada 8 Maret 2022. Ruang memenuhi kewajiban yang wajib dan tersirat
lingkup surat ini adalah kebijakan kesehatan dalam kontrak, baik kontrak yang timbul dari
bagi Penumpang Dalam Negeri (PPDN) kontrak maupun undang-undang.
yang menggunakan moda transportasi apa 3. Pengangkutan Udara
pun di seluruh Indonesia. Transportasi berasal dari kata angkut
Dalam kehidupan New Normal ini, yang berarti mengangkat dan membawa,
masyarakat dan masyarakat yang ingin memuat atau mengirim. Pada titik ini dapat
menaiki penumpang diminta untuk dapat disimpulkan bahwa transportasi adalah suatu
hidup berdampingan atau beradaptasi dengan proses kegiatan atau perpindahan dari suatu
Covid-19 dengan tetap mengikuti anjuran tempat ke tempat lain.
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-
19 yaitu menjaga kebersihan dan diharuskan C. METODE PELAKSANAAN
mengenakan pakaian pelindung sesuai Penelitian ini merupakan bentuk
dengan protokol keselamatan kesehatan penelitian hukum empiris, namun
pribadi, serta mereka yang ingin naik ke metodologi yang digunakan untuk
penumpang. Penumpang diminta untuk melakukan penelitian ini menggunakan
melengkapi dokumentasi perjalanan yang pendekatan hukum. Sifat penelitian yang
diperlukan dan mengungkapkan kelengkapan digunakan penulis dalam penulisan kaidah
mereka. Sehingga jika persyaratannya tidak ini adalah penelitian deskriptif. Jenis data
lengkap, terutama pemeriksaan dipercepat, dalam penelitian ini berasal dari data primer
maka akan menimbulkan akibat hukum dan data sekunder. Dalam penelitian ini
dalam hal pembatalan penerbangan bagi dilakukan analisis data kualitatif.
penumpang.
Pembatalan penerbangan mau tidak D. HASIL PENELITIAN DAN
mau akan menimbulkan kerugian bagi PEMBAHASAN
penumpang sebagai konsumen, sehingga 1. Faktor Penyebab Terjadinya
sudah sewajarnya maskapai penerbangan Pembatalan Keberangkatan Yang
mengganti kerugian atau bertanggung jawab Dilakukan Maskapai Penerbangan
atas kerugian yang dialami penumpang Ketergantungan masyarakat terhadap
tersebut. Namun, industri penerbangan masih penerbangan saat ini sangat tinggi. Tren ini
belum memenuhi jaminan hukum memungkinkan maskapai untuk bersaing
perlindungan konsumen, meskipun sering dalam menarik kandidat dengan berbagai
mendengar bahwa masalah dan tantangan cara, mulai dari harga tiket yang murah
konsumen yang rentan tetap ada. hingga pelayanan terbaik dari masing-
masing maskapai. Namun secara umum,
B. TINJAUAN PUSTAKA dalam memberikan pelayanan angkutan
1. Tanggungjawab Perdata udara kepada penumpang, dalam dunia
Tanggung jawab adalah konsekuensi penerbangan seringkali terdapat berbagai
dari kebebasan seseorang mengenai tindakan macam hambatan, salah satunya penundaan
moral atau etisnya dalam melakukan suatu dan pembatalan penerbangan.
tindakan. Di bawah hukum perdata, Pembatalan penerbangan dapat
tanggung jawab dasar dibagi menjadi dua didefinisikan sebagai penundaan atau
kategori, yaitu, kesalahan dan kecelakaan. perubahan penerbangan karena alasan
Oleh karena itu dikenal sebagai non-liability tertentu. Penundaan dan pembatalan
keberangkatan penumpang diatur dalam Keterlambatan penerbangan (delays)
Undnag-Undang Nomor 1 Tahun 2009 pun berjejer, seperti penerbangan Lion Air
tentang Penerbangan, yang meliputi: JT898 rute Jakarta-Makassar. Para
a. Faktor niaga, penumpang sudah tidak sabar menunggu,
b. Faktor teknik, bahkan sampai mencegat penerbangan Lion
c. Faktor operasi, di rute yang sama yang hendak lepas landas.
d. Faktor cuaca dan Penundaan yang dilakukan Lion Air ini
e. Faktor bandara. bukan kali pertama dilakukan maskapai
Faktor bisnis termasuk masalah milik Rusdi Kirana. Dari Januari hingga
onboarding dan terlalu banyak penumpang. November 2015, Lion Air mengalami lebih
Sedangkan kegiatannya antara lain delay dari lima penundaan.
pilot dan restoran. Alasan pembatalan Penundaan pertama Lion Air terjadi
penerbangan dapat bersifat teknis dan non- pada tahun 2015, dimana ratusan penumpang
teknis. Menurut Pasal 146 ayat (2) UU Lion Air tujuan Jakarta-Ujung Pandang
Penerbangan dan Pasal 13 Peraturan Menteri marah karena merasa diabaikan. Penumpang
Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011, kondisi marah karena setelah naik nomor
cuaca seperti hujan lebat, petir, badai, kabut, penerbangan JT772, Lion Air meminta
asap, pembatalan pesawat disebabkan oleh mereka turun karena dugaan radar cuaca
penglihatan di bawah. ambang batas rusak di pesawat. Penundaan kedua terjadi
maksimum yang mengganggu keselamatan karena penerbangan Lion Air Jakarta-
penerbangan. Ini adalah tindakan Surabaya di Bandara Soekarno-Hatta
pengendalian penerbangan di luar teknologi tertunda beberapa jam. Akibatnya, ratusan
operasional. penumpang terdampar di Terminal 1A
Pasal 13 ayat (3) Keputusan Menteri Bandara Soekarno-Hatta. Skenario
Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 dengan keterlambatan lain yang terjadi, bisa juga
alasan Rekayasa Kinerja, antara lain: karena penyebab alam seperti terjadinya
a. Landasan pacu kedatangan dan letusan gunung berapi, sehingga abu dari
keberangkatan tidak boleh digunakan gunung berapi akan mengganggu
untuk pengoperasian pesawat udara; penerbangan.
b. Lingkungan menuju bandar udara atau
bandar udara rusak, misalnya retak, 2. Bentuk Tanggung Jawab Maskapai
banjir atau kebakaran; Penerbangan Terhadap Pembatalan
c. Penerbangan lepas landas, mendarat, atau Keberangkatan Karena Tidak
mengatur waktu keberangkatan bandara Melengkapi Persyaratan Kesehatan
secara linier; atau (Rapid Test)
d. Keterlambatan dalam injeksi minyak. Peran transportasi dalam kelancaran
Memperjelas Pasal 146 UU pergerakan barang dan penumpang di masa
Penerbangan bahwa pembatalan pandemi Covid-19 sangat penting. Kontrak
penerbangan disebabkan oleh faktor-faktor antara pengangkut dan penumpang atau
di luar Teknis Operasional, yaitu: pengangkut selalu menjadi prioritas utama
1. Penundaan oleh pilot, co-pilot dan kru; dalam pelayanan transportasi. Kontrak
2. Keterlambatan restoran; pengangkutan adalah kontrak yang membuat
3. Keterlambatan operasi darat; pengangkut terikat dalam keselamatan
4. Menunggu penumpang, baik yang baru pengangkutan penumpang dan/atau barang
melapor (check in), mengubah dari suatu titik ke titik yang telah ditentukan
penerbangan (transfered) atau dan penumpang atau pemilik barang
melanjutkan penerbangan (connecting mengikatkan dirinya untuk membayar
flight); dan sejumlah tertentu pengangkutan.
5. Kurangnya perawatan pesawat. Selengkapnya di Permenhub no. 185
Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan
Penumpang Kelas Ekonomi Angkutan Udara Proses penggantian menjadi sangat
Niaga Berjadwal Domestik, terjadinya beragam, seringkali berdasarkan komentar
kekuatan yang berlebihan selama operasi dari pemasok atau penyedia layanan.
penerbangan berdampak pada pembatalan Misalnya dalam pembelian tiket pesawat,
tiket. Karena kekuatan berlebihan langsung, ada skenario refund 100% (seratus persen).
pasti akan gagal transportasi sesuai dengan Namun, ada beberapa keadaan lain dan
jadwal yang ditentukan. Mengingat keadaan pengembalian dana tidak diberikan secara
ini, mereka didasarkan pada Pasal 10 ayat (1) penuh kepada konsumen. Ada juga beberapa
Kementerian Perhubungan Nomor 185 vendor yang tidak secara terbuka
Tahun 2015 menegaskan bahwa maskapai memberlakukan pengembalian uang atas
penerbangan wajib mengembalikan biaya barang dan jasa yang dijual. Tidak hanya itu,
jasa penerbangan yang dibayarkan oleh dari sisi turnaround time bagi konsumen,
calon penumpang. Pasal ini Ayat (3) permintaan refund juga sangat bervariasi,
mengatur bahwa jumlah yang akan mulai dari tiga hari, 60 hari hingga 90 hari.
dikembalikan tergantung pada keadaan Lantas bagaimana aturan rebate gaming
tertentu. Untuk penerbangan dengan akibat berbagai aplikasi rebate tentunya
kombinasi full service akan dikenakan biaya menjadi pertanyaan bagi masyarakat sebagai
administrasi sebesar 20% (dua puluh persen). konsumen. Anggota masyarakat juga
Untuk penerbangan dengan layanan seringkali tidak memahami haknya dalam
menengah dikenakan biaya administrasi proses reimbursement sehingga cenderung
sebesar 15% (lima belas persen) dan untuk bungkam. pengembalian uang termasuk
penerbangan dengan layanan pasif dikenakan dalam kategori pembayaran berdasarkan
biaya administrasi sebesar 10% (sepuluh default atau non-performance. Setidaknya
persen). ada tiga prasyarat ganti rugi, yaitu tidak
Selain pengembalian tarif, terlaksananya sesuatu yang disepakati untuk
pembayaran Passenger Service Charge dilaksanakan, tidak sesuai dan tidak
(PSC) juga harus dikembalikan. Mengenai terlaksananya kontrak tetapi tertunda.
jadwal kepulangan juga terdapat dalam Dalam wabah seperti sekarang ini,
Permenhub no. 185 Tahun 2015, selambat- ide refund tiket pesawat dengan
lambatnya 15 hari kerja sejak pengiriman mengeluarkan voucher penerbangan dengan
jika tiket dibeli secara tunai dan 30 hari kerja nilai nominal sama dengan harga tiket
sejak pengiriman jika dibeli dengan kartu penerbangan dibatalkan oleh maskapai atau
kredit. Maskapai akan mengembalikan biaya dibatalkan oleh penumpang karena alasan
yang dikeluarkan oleh penumpang tertentu. Penumpang dapat menggunakan
berdasarkan tarif yang dibayarkan kembali voucher tersebut untuk terbang ke
penumpang sesuai dengan tiket yang dipilih tujuan selanjutnya dan voucher tersebut
oleh maskapai. Hal ini telah direncanakan memiliki masa berlaku 1 (satu) tahun setelah
berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan voucher diterbitkan. Jenis pembayaran
No. 89 Tahun 2015. lainnya adalah melalui rebooking,
Pengembalian uang adalah bagian tak penumpang dapat melakukan rebook
terelakkan dari pembelian dan penjualan penerbangan ini 1 (satu) hingga 2 (dua) kali
barang dan jasa. Rebate adalah sesuai kebijakan maskapai yang dipilih, yang
pengembalian uang yang ditawarkan oleh ini, tanpa biaya tambahan. Pemerintah
penjual kepada pembeli dengan syarat-syarat mengatakan jenis pembayaran ini tidak
tertentu yang harus dipenuhi. Pengembalian melanggar hukum dan peraturan yang ada.
dana dapat diperoleh dalam bentuk Tidak ada undang-undang yang
pembelian pakaian, atau tiket transportasi, mengatur sifat pembayaran yang diberikan
baik transportasi darat, perjalanan laut, dan oleh broker dalam keadaan darurat seperti
penerbangan. ini. Jika melihat Permenhub No. 185 Tahun
2015, baik tiket dibatalkan atau tidak karena
force majeure, maskapai wajib Masa Mudik Idul Fitri 1441 Hijriah Dalam
mengembalikan biaya pelayanan Rangka Pencegahan Penyebaran Corona
penerbangan yang dibayarkan oleh Virus Disease 2019 (Covid-19).
konsumen. Pasal 24 Permenhub No. 25 Tahun
Hal yang sama juga dijelaskan dalam 2020 dimana pemerintah memberikan
Permenhub No. 25 Tahun 2020, meskipun kepastian hukum kepada penumpang yang
peraturan ini hanya membatasi larangan gagal penerbangan melalui pengembalian
masuk rumah sepanjang tahun 2020, namun penuh tiket pesawat tanpa biaya dan
jelas dari peraturan tersebut bahwa keringanan hukum kepada maskapai yang
penggantian biaya sebagaimana dijelaskan juga hilang dengan jumlah uang yang sama
dalam penjelasan di atas masih yang diberikan oleh penumpang untuk
diperbolehkan, lebih tepatnya pada pasal 24 membeli tiket nominal kakek saya Hal ini
yang menjelaskan bahwa maskapai tentunya sesuai dengan tujuan Undang-
penerbangan komersial dalam pengembalian Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
dana Tiket pesawat dapat dipesan dengan Perlindungan Konsumen yaitu untuk
cara berikut: menjamin kepastian hukum bagi penumpang
a. Re-book (re-book) bagi yang ingin sebagai konsumen. Namun jika mengacu
menaiki penumpang yang sudah pada proses refund dengan mengeluarkan
memiliki tiket gratis voucher, hal ini justru bertentangan dengan
b. Melakukan pengalihan penerbangan huruf g Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang
(rerouting) bagi yang hendak menaiki Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
penumpang bertiket yang ada secara Konsumen alasannya adalah timing dari
cuma-cuma apabila rute pada tiket maskapai penerbangan merupakan aturan
tersebut tidak bermaksud meninggalkan baru. .diatur secara sepihak oleh maskapai
area dan/atau masuk sebagaimana diatur penerbangan yang secara ekonomi
dalam Pasal 2 tidak Pembayaran nilai berperingkat lebih tinggi dari penumpang
layanan maskapai untuk mendapatkan sebagai konsumen.
poin keanggotaan di maskapai yang Ketentuan yang berkaitan dengan
dapat digunakan untuk membeli produk masa berlaku voucher secara sepihak yang
yang ditawarkan oleh maskapai telah ditetapkan sebelumnya oleh maskapai
c. Penerbitan kupon tiket (voucher ticket) penerbangan merusak atau melanggar
sejumlah jasa penerbangan (tiket) yang ketentuan undang-undang, surat Pasal 18
dibeli penumpang dapat digunakan untuk ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun
pembelian kembali tiket penerbangan 1999 tentang Perlindungan Konsumen, maka
lain dan berlaku minimal 1 (satu) tahun sesuai dengan Pasal 18 ayat (3) UU No. 8
dengan kemungkinan perpanjangan Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
maksimal 1 (satu) kali. dapat mengeluarkan voucher sebagai alat
Banyak sektor yang terdampak dalam pembayaran kepada konsumen dan dianggap
industri penerbangan akibat pandemi Covid- tidak berlaku. Namun dalam kasus Covid-19,
19, antara lain konsumen sebagai hal ini bisa dijadikan pengecualian, karena
penumpang, maskapai penerbangan sebagai undang-undang yang dikeluarkan pemerintah
pelaku bisnis, agen perjalanan sebagai pihak selama pandemi COVID-19 bertujuan atau
yang menjual tiket kepada masyarakat berusaha menyeimbangkan keuntungan
umum. Kerugian konsumen antara lain antara pelaku usaha dan konsumen karena
karena orang tersebut tidak terbang karena mereka yang terkena COVID-19 tidak hanya
maskapai membatalkan penerbangan atau konsumen yang terkena dampak
penumpang membatalkan karena alasan Tanggung jawab maskapai di masa
keselamatan pribadi. masa depan pandemi pandemi ini adalah memberikan alternatif
Covid-19 saat ini, Permenhub No. 25 Tahun jika penumpang tidak berangkat dengan
2020 tentang Pengendalian Lalu Lintas Pada alasan yang memungkinkannya tidak
berangkat di masa pandemi ini, misalnya
sebagai calon penerbangan Covid-19 3. Perlindungan Hukum Konsumen
bertemu sekali empat virus tentunya. Atas Pembatalan Keberangkatan
maskapai harus memberinya lebih banyak Karena Tidak Melengkapi
pilihan. Tanggung jawab ini tertuang dalam Persyaratan Kesehatan (Rapid
syarat & ketentuan setiap maskapai, seperti Test)
Lion Air yang memperbolehkan penumpang Undang-undang Nomor 8 Tahun
untuk mengubah (reschedule) penerbangan 1999 tentang Perlindungan Konsumen
tanpa dipungut biaya, karena Lion Air mendefinisikan perlindungan konsumen
mengizinkan penumpang untuk berganti sebagai segala upaya yang secara hukum
penerbangan sebanyak 2 kali. menjamin perlindungan konsumen. Perlunya
Sedangkan jika penumpang undang-undang perlindungan konsumen
menginginkan refund, bisa saja tetapi kedua tidak lebih dari sifat lemah konsumen
maskapai mengeluarkan voucher dengan dibandingkan dengan sifat produsen. Proses
nilai nominal 100% (seratus persen) sama tersebut dilakukan hingga tercapainya hasil
dengan tarif yang dibayarkan oleh nama produksi barang atau jasa tanpa campur
penumpang awalnya, dan masa berlaku tangan konsumen yang minimal.
kartu. adalah dalam waktu 1 Tahun sejak Konsekuensinya, pembeli yang berada dalam
tanggal penerbitan sertifikat oleh posisi lemah harus dilindungi undang-
party.airline. Sebenarnya tidak banyak faktor undang. Undang-undang perlindungan
yang mempengaruhi keterlambatan refund konsumen secara eksplisit bertujuan untuk
seorang penumpang, faktor ini dikarenakan meningkatkan prestise dan kesadaran
permintaan refund yang semakin meningkat konsumen, secara tidak langsung mendorong
di masa pandemi sehingga setiap maskapai produsen untuk melakukan usaha dengan
dan travel agent khawatir dan hal ini penuh tanggung jawab.
menyebabkan keterlambatan di masa Perlindungan hukum yang seimbang
pandemi hanya menyelesaikan refund saja. bagi pelaku usaha dan konsumen tidak lepas
Dalam hal ini, penumpang bisa dari pengaturan hubungan hukum yang
bersabar karena tidak bisa dipaksa untuk terjadi antara para pihak. Untuk memperoleh
mengembalikan uang dengan cepat karena segala hak dari konsumen dan kewajiban
semuanya dilakukan sesuai dengan antrian perantara terhadap konsumen sehubungan
yang masuk ke sistem maskapai dan agen dengan pembelian dan penjualan yang
perjalanan. Masing-masing pihak juga telah dilakukannya, konsumen yang mendapat
melakukan segala upaya untuk melakukan perlindungan berdasarkan Undang-Undang
pengembalian uang tepat waktu. Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Kewajiban maskapai untuk Konsumen hanyalah konsumen akhir.
membatalkan penerbangan karena tidak Perlindungan hukum dibagi menjadi
memenuhi persyaratan kesehatan (screening 2 (dua) bagian yaitu perlindungan hukum
dipercepat), yaitu: dan perlindungan hukum yang menindas.
a. Jika penumpang positif antigen, harus Menurut Philipus M. Hadjon, putusan sela
dilakukan tes PCR, jika negatif, mereka adalah pembelaan hukum yang diberikan
dapat melanjutkan, dan tiket akan diubah sebelum terjadinya suatu peristiwa atau
untuk terbang kembali setidaknya selama situasi yang merugikan atau tidak
3 hari ke depan. diinginkan, sehingga tujuan putusan sela
b. Jika penumpang dinyatakan positif PCR adalah untuk mencegah suatu perkara
maka harus dikarantina selama 14 hari, litigasi.
tiket akan disesuaikan dengan status Perlindungan hukum ini tertuang
penumpang setelah dikarantina. Atau dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun
berikan pengembalian dana penuh untuk 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan
tiket. tertuang dalam penyerahan hak dan
kewajiban kepada masing-masing pihak saat mengisi formulir pembelian tiket
yaitu pedagang dan konsumen sebagaimana pesawat di situs web perusahaan tiket.
diatur dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor Semua perjanjian dalam musyawarah
8 sd 7 Tahun 1999 tentang empat mufakat kemudian dijadikan sebagai dasar
Perlindungan Konsumen. Selanjutnya, perlindungan yang dapat diberikan kepada
perbuatan yang dilarang bagi calo diatur konsumen. Hal ini diatur dalam Pasal 1338
dalam Pasal 8 sampai dengan 17 Undang- ayat (1) KUHPerdata yang menyatakan
Undang Nomor 8. Adapun kewajiban bahwa “Segala kontrak hukum adalah sah
makelar diatur dalam Pasal 19 sampai sebagai hukum bagi para pihak di
dengan 28 Undang-Undang Nomor 8. Dalam dalamnya”. Asas ini sering disebut asas
konteks inilah yang dimaksud dengan Pacta Sunt Servanda dimana para pihak yang
Perlindungan hukum opresif adalah membuat kontrak harus membuat dan
perlindungan hukum yang diberikan setelah menegakkan kontrak sebagai hukum bagi
terjadinya suatu peristiwa atau keadaan yang mereka. Pasal 1338 KUHPerdata juga
merugikan atau tidak diinginkan. Pembelaan mengandung pengertian bahwa ada asas lain
hukum opresif bertujuan untuk selain asas tersebut di atas, yaitu asas
menyelesaikan konflik yang telah muncul. kebebasan berkontrak.
Perlindungan hukum yang opresif ini Berdasarkan asas kebebasan
sering diartikulasikan dalam bentuk tindakan berkontrak, para pihak diberi kebebasan
punitif terhadap pengusaha yang dapat untuk menentukan sendiri bentuk dan isi
berupa sanksi administratif. Dalam UU kontrak, sepanjang tidak bertentangan
Perlindungan Konsumen, perlindungan dengan peraturan perundang-undangan,
penindasan hukum diatur dalam Pasal 60 kenyamanan, dan ketertiban umum.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Keabsahan pribadi kontrak yang dibuat oleh
tentang Perlindungan Konsumen, yaitu pembeli dengan perusahaan penjualan
penetapan ganti kerugian sampai dengan Rp. didasarkan pada Pasal 1320 KUH Perdata
200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) juga yang menetapkan empat syarat sahnya suatu
dapat dipidana sebagaimana diatur dalam kontrak, yaitu.
Pasal 62 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1. Kesepakatan kedua belah pihak;
1999 tentang Perlindungan Konsumen, yaitu 2. Kecakapan;
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun 3. Suatu pokok persoalan tertentu;
atau denda paling banyak Rp. 4. Suatu sebab yang halal.
2.000.000.000,- (dua miliar rupiah), serta Dua kondisi pertama mengacu pada
sanksi pidana lainnya sebagaimana diatur properti logis, sedangkan dua properti
dalam Pasal 63 Undang-Undang Nomor 8 terakhir mengacu pada properti objektif.
Tahun 1999 tentang Perlindungan Menurut Subekti, pelanggaran keadaan
Konsumen, apabila terbukti pedagang pribadi mengancam kontrak dengan
tersebut telah melanggar hak konsumen. kemungkinan aplikasi pembatalan. Di sisi
Orang yang ingin terbang sebelum lain, jika kondisi objektif tidak terpenuhi,
keberangkatan melakukan bisnis pemesanan kontrak terancam batal. Untuk kontrak yang
tiket pesawat, kemudian menjalin hubungan terjadi antara konsumen dan perusahaan
hukum antara pembeli (orang yang meminta tiket, semua kondisi yang diatur dalam Pasal
tiket) dan maskapai (walaupun penjual 1338 dan Pasal 1320 KUH Perdata dipenuhi.
adalah pihak ketiga, seperti penjualan yang Dengan demikian, tunduk pada ketentuan
disediakan online empat traveloka, kedua undang-undang tersebut, kontrak yang
tiket.com, atau biro).outlet tiket lainnya). dibuat oleh konsumen dengan penjual tiket
Hubungan kontraktual antara adalah sah dan mengikat untuk memberikan
perusahaan lelang online diatur dalam perlindungan kepada konsumen dan penjual
kontrak elektronik yang disepakati dalam tiket, dimulai dengan persetujuan kedua
kontrak standar yang disetujui konsumen belah pihak dalam kontrak.
Dari perspektif perlindungan Pembatalan penerbangan cenderung
konsumen, berdasarkan Priivity of Contract berdampak pada konsumen atau penumpang,
Theory, bisnis memiliki kewajiban untuk karena maskapai memberikan pemberitahuan
melindungi konsumen, tetapi mereka hanya kepada konsumen/penumpang. Beberapa
dapat melakukannya jika ada hubungan konsumen merasa bahwa proses
kontraktual. Hubungan kontraktual ini penyelesaian peraturan yang dilakukan oleh
kemudian menciptakan suatu kepuasan yang maskapai penerbangan seringkali tidak
harus diwujudkan oleh para pihak. Yang efektif (karyawan sering menghabiskan
dimaksud dengan wanprestasi menurut J. waktu, dan konsumen memerlukan waktu
Satrio adalah keadaan dimana debitur tidak untuk mengumpulkan hak mereka). Selain
memenuhi janjinya atau tidak memenuhinya hal di atas, jika konsumen/penumpang
dengan baik dan semuanya dapat merasa dirugikan atas keterlambatan
dipersalahkan kepadanya. penerbangan, maka yang bersangkutan dapat
Pelanggan tidak dapat menuntut ganti rugi kepada maskapai.
mempermasalahkan ketersediaan maskapai Persyaratan dan tata cara pengajuan
penerbangan yang dapat mengangkut ganti rugi diatur dalam Peraturan Menteri
penumpang selama periode yang Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 tentang
bersangkutan. Hal ini merupakan praktik Tanggung Jawab Otoritas Angkutan Udara.
yang tidak diperbolehkan oleh pasar Tuntutan ganti rugi oleh konsumen yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan dirugikan kepada maskapai penerbangan
yang berlaku, sebagaimana dimaksud dalam dimungkinkan oleh Pasal 23 Tanggung
Pasal 9 ayat (1) huruf e, Pasal 4 huruf (c), Jawab Penyelenggara Angkutan Udara
dan Pasal 7 huruf (1) b) UU No. 8 tahun dalam Peraturan Menteri Perhubungan
1999 tentang Perlindungan Konsumen. Nomor 77 Tahun 2011, yang mengatur:
Nasabah wajib memberikan Besarnya ganti rugi yang diatur dalam pasal
informasi yang akurat, jelas, dan jujur ini tidak menghalangi penumpang, ahli
mengenai penunjukan. Jika penerbangan waris, pengangkut, atau pihak ketiga untuk
memang dibatalkan, pelaku bisnis harus mengajukan kepada pengangkut ke
sistematis dan tanggap dalam melakukan pengadilan negeri yang berada di wilayah
penyesuaian dan mencari alternatif yang Negara Indonesia Bersatu atau melalui
merugikan konsumen agar tidak ditanggung. arbitrase atau penyelesaian sengketa selain
Pelanggaran selanjutnya yang dari ketentuan hukum.
dilakukan oleh maskapai penerbangan adalah
hak konsumen sesuai Pasal 4 huruf (h) Jo. Kerugian pihak ketiga sebagaimana
Pasal 7 huruf (g) UUPK. Pasal 4 huruf h dimaksud dalam Pasal 2 hanya dapat
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 didasarkan pada bukti sebagai berikut:
tentang Perlindungan Konsumen 1. Dokumen yang membuktikan bahwa
menyatakan bahwa “konsumen berhak atas mereka adalah ahli waris sesuai dengan
ganti rugi, ganti rugi, dan/atau penggantian, ketentuan peraturan perundang-undangan
apabila barang dan/atau jasa yang diterima yang berlaku, tiket, bukti bagasi tercatat
tidak sesuai dengan kontrak”. tidak sesuai (claim tag) atau biaya bagasi udara
dengan apa yang seharusnya." Konsumen (airway charge) atau bukti lain yang
berhak atas ganti rugi atau ganti rugi dari ditetapkan dapat dibuktikan dan
Maskapai Penerbangan atas keterlambatan/ diverifikasi;
pembatalan penerbangan kepada konsumen. 2. Surat keterangan dari pejabat yang
Hak ganti rugi dimaksudkan untuk berwenang untuk memberikan bukti
membalikkan keadaan yang cacat (tidak hilangnya nyawa dan badan/atau harta
seimbang) akibat penggunaan jasa yang benda kepada pihak ketiga yang
tidak memenuhi harapan konsumen. menderita kerugian akibat pengoperasian
pesawat udara.
Sistem pembayaran yang ditetapkan kegiatannya menjamin perlindungan
berada di bawah sistem yang melakukan konsumen.
penerbangan yang sebenarnya, jika
penerbangan tersebut dilakukan oleh lebih E. KESIMPULAN
dari satu Badan Usaha Angkutan Udara. 1. Faktor-faktor yang menyebabkan
Sedangkan penyelesaian sengketa diatur maskapai membatalkan penerbangan
dalam Pasal 23 dan 24 Peraturan Menteri adalah bisnis, teknologi, operasi,
Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 tentang cuaca dan bandara. Faktor bisnis
Kewajiban Penyelenggara Angkutan Udara.. antara lain masalah dengan proses
Pasal 23: onboarding dan penumpang yang
Besaran ganti rugi yang diatur dalam berlebihan. Sedangkan fitur
pasal ini tidak menghalangi operasional antara lain penundaan
penumpang, ahli waris, pengangkut, pilot dan restoran, kondisi cuaca
atau pihak ketiga pengangkut untuk seperti hujan lebat, petir, badai,
mengajukan permohonan ke kabut, asap, jarak pandang di bawah
pengadilan negeri di wilayah Negara normal yang mengganggu
Indonesia Bersatu atau melalui keselamatan penerbangan.
arbitrase atau syarat dan ketentuan 2. Maskapai wajib membatalkan
penyelesaian sengketa lainnya. keberangkatan karena tidak melebihi
syarat kesehatan (expedited test),
Pasal 24: yaitu jika penumpang menoleransi
Upaya hukum pembuktian antigen maka harus dilakukan tes
sebagaimana diatur dalam bagian 19 PCR, jika negatif harus dilanjutkan,
dapat diperoleh melalui arbitrase atau dan akan tiket dijadwal ulang untuk
proses lainnya sesuai dengan terbang kembali setidaknya 3 hari ke
ketentuan undang-undang tersebut. depan, dan jika penumpang memiliki
PCR, Anda harus karantina selama
Penanganan pengaduan konsumen 14 hari, menyesuaikan tiket sesuai
oleh maskapai penerbangan sesuai dengan dengan status penumpang setelah
ketentuan penyelesaian sengketa karantina atau mengembalikan
sebagaimana diatur dalam Pasal 45 ayat (2) seluruh tiket.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 3. Tidak ada ketentuan undang-undang
tentang Perlindungan Konsumen yang khusus perlindungan konsumen
berbunyi bahwa sengketa konsumen dapat untuk pembatalan keberangkatan
diselesaikan melalui pengadilan atau di luar. karena kegagalan memberikan
pengadilan berdasarkan pilihan dan perawatan kesehatan (penyaringan
persetujuan para pihak yang bersengketa. yang dipercepat), tetapi tidak terbatas
Kelalaian maskapai penerbangan pada Undang-Undang Nomor 1
(default) dapat merugikan konsumen, Tahun 2009 tentang Penerbangan
sehingga apabila maskapai tidak memiliki yang tidak sesuai dengan aturan.
kewajiban untuk menyelesaikan masalah Namun demikian, penumpang
tersebut, konsumen dapat mengadukan sebagai konsumen menikmati
permasalahan tersebut ke Badan perlindungan hukum Undang-
Perlindungan Konsumen. Dalam ketentuan Undang Nomor 8 Tahun 1999
umum Undang-Undang Nomor 8 Tahun tentang Perlindungan Konsumen
1999 tentang Perlindungan Konsumen, yang yang berkaitan dengan hak-hak
dimaksud dengan lembaga perlindungan penumpang sebagai pengguna jasa
konsumen non pemerintah adalah lembaga angkutan udara, dan KUHPerdata
swadaya masyarakat yang terdaftar dan yang sudah tidak berlaku lagi
diakui hati oleh pemerintah yang terhadap kedudukan penumpang
sebagai pihak dalam suatu kontrak. Permenhub Nomor 77 Tahun 2011 tentang
maskapai penerbangan. Tanggung Jawab Angkutan Udara.

F. DAFTAR PUSTAKA Permenhub Nomor 89 Tahun 2015 tentang


1. Buku Penanganan Keterlambatan
Penerbangan.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 3. Jurnal
Balai Pustaka, Jakarta, 2017.
Caturjayanti, Vermonita Dwi,
Hadjon, Philipus M., Perlindungan Hukum “Perlindungan Hukum bagi
bagi Rakyat Indonesia, PT Bina Konsumen terhadap Keterlambatan
Ilmu, Surabaya, 1987. Penerbangan Akibat Kabut Asap
Kebakaran”, Media Iuris Vol. 3 No.
Satrio, J., Hukum Perikatan, Perikatan Yang 2, Juni 2020.
Lahir dari Perjanjian, PT Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2001. Nadine, Ainaya, dan Zulfa Zahara Imtiyaz,
“Analisis Upaya Pemerintah Dalam
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Menangani Mudik Melalui
Indonesia, Grasindo, Jakarta, 2006. Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor 25 Tahun 2020 Pada Masa
Sidabalok, Janus, Hukum Perlindungan Covid-19”, Media Iuris Vol. 3 No. 3,
Konsumen di Indonesia, PT Citra Oktober 2020.
Aditya Bakti, Bandung, 2014.
4. Internet
Siregar, Gomgom T.P., Pengantar Ilmu
Hukum, Medan: CV. Sentosa Deli Media Online Tirto.Id, “Inilah Ketentuan
Mandiri, 2020. Terbaru Perjalanan Orang Dalam
Negeri Di Masa Pandemi”, melalui
Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, https://www.kominfo.go.id/content/de
Jakarta, 1985. tail/40430/inilah-ketentuan-terbaru-
perjalanan-orang-dalam-negeri-di-
masa-pandemi/0/berita, diakses pada
2. Peraturan Perundang-Undangan tanggal 9 April 2022, Pukul 20.10
Wib.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Merdeka, “Deretan kasus delay Lion Air
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 hingga dicap 'doyan telat'”, melalui,
tentang Perlindungan Konsumen. https://www.merdeka.com/peristiwa/
deretan-kasus-delay-lion-air-hingga-
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 dicap-doyan-telat.html, diakses pada
tentang Penerbangan. tanggal 25 Juni 2022, pkl 17.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai