Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

ADAPTASI MAHLUK HIDUP

Disusun Oleh :

1.M.Alif al bukhori
2.M.Rehan Kashifil
3.Ali Nurohman
4.M.Rayhan
5.Reyhan Saputra
6.Akbar Mulyanto Putra

MADRASAH TSANAWIYAH MATHLA’UL ANWAR LANDBAW


KEC. GISTING KAB. TANGGAMUS
TAHUN AJARAN 2023/2024
Adaptasi Makhluk Hidup Terhadap Lingkungannya

Adaptasi makhluk hidup terhadap lingkungannya – Materi Kelangsungan Hidup Makhluk


Hidup, dipelajari pada semester ganjil jenjang SMP/MTs Kelas IX. Pembahasan artikel ini
tertuju pada review materi di sekolah yang menerapkan Kurikulum 2006 atau KTSP (Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan).

Bentuk paruh burung pelikan (pixabay.com)

Review materi pelajaran konsep kelangsungan hidup makhluk hidup dilakukan secara bertahap.

Pada tahap pertama akan dibahas Adaptasi Makhluk Hidup sebagai cara meneruskan
kelangsungan hidupnya.

Adaptasi hewan dan tumbuhan

Konsep kelangsungan hidup makhluk hidup lebih terfokus pada kelompok hewan dan tumbuhan.
Dua kelompok makhluk hidup ini secara alamiah menjalani proses kelangsungan hidup.
Tujuannya agar jenisnya menjadi lestari dan tidak mengalami kepunahan maupun kelangkaan.
Artinya, hewan atau tumbuhan yang sudah langka atau punah berarti tidak dapat melangsungkan
proses kelangsungan hidupnya.

Bagaimana cara hewan dan tumbuhan meneruskan kelangsungan hidup jenisnya?


Secara garis besar ada 3 cara hewan dan tumbuhan meneruskan kelangsungan hidupnya, yaitu :
(a) beradaptasi dengan lingkungan dan habitatnya, (b) menjalani proses seleksi alam, dan (c)
perkembangbiakan
Adaptasi adalah proses penyesuaian diri makhluk hidup dengan lingkungan maupun habitatnya.
Dalam hal ini, hewan maupun tumbuhan beradaptasi melalui 3 cara, yaitu adaptasi morfologis,
fisiologis dan adaptasi tingkah laku.

1.Adaptasi morfologis
Penyesuaian diri makhluk hidup berdasarkan bentuk dan struktur tubuh.
Misalnya, bentuk paruh dan bentuk kaki burung (unggas) disesuaikan dengan jenis makanan dan
habitatnya.
Adaptasi ini mudah diamati dari bentuk dan struktur fisik sehingga disebut sebagai adaptasi
morfologis.
-Paruh burung yang pendek dan kuat, menunjukkan jenis makanannya berupa biji-bijian.
Misalnya, burung nuri dan pipit.
-Paruh burung yang runcing, agak panjang, dan ujung paruh agak membengkok ke bawah
menunjukkan burung tersebut berguna untuk merobek makanan berupa daging (karnivora).
Misalnya burung elang.
-Bentuk paruh yang panjang, lebar dan agak berkantong menunjukkan jenis makanannya licin
(ikan). Bentuk paruh ini memudahkannya menangkap ikan di air. Contohnya burung pelikan.
-Bentuk paruh kecil, runcing dan panjang merupakan burung yang mengisap madu. Misalnya
burung kolibri.
-Bentuk paruh panjang, kuat dan runcing adalah ciri burung pemakan serangga misalnya burung
pelatuk.

Selain bentuk paruh, bentuk kaki pun menjadi cara bagi burung untuk beradaptasi dengan
habitatnya. Misalnya:
-Burung petengger memiliki bentuk kaki panjang dan semua jari terletak pada sebuah bidang
datar.

Bentuk kaki ini sesuai untuk burung yang hinggap di ranting-ranting pohon kecil. Misalnya,
burung kutilang dan kakatua.
-Burung pemanjat memiliki bentuk kaki dua jari ke depan dan ke belakang. Contohnya burung
pelatuk.
-Burung pencengkram memiliki bentuk kaki kuat, kuku tajam untuk mencengkram mangsanya.
Misalnya elang, rajawali dan burung hantu.
Adaptasi morfologi juga berlaku pada bentuk mulut serangga. Ada tipe mulut serangga penggigit
(belalang, jangkrik dan kecoa), penghisap dan penusuk (kutu dan nyamuk).

Adaptasi morfologis pada tumbuhan dapat diamati melalui bentuk batang dan daunnya. Misalnya
tumbuhan xeropit (tumbuhan kering).
Tumbuhan xeropit seperti kaktus beradaptasi dengan bentuk daun tidak berupa lembaran
melainkan berbentuk duri atau sisik.
Kemudian seluruh permukaan batangnya dilapisi oleh lilin untuk mengurangi penguapan dan
menyimpan air pada batangnya.

Tumbuhan hidrofit (Tumbuhan air) seperti teratai, eceng gondok dan teratai. Tumbuhan ini
memiliki rongga di seluruh sel-sel tubuhnya sehingga terapung di atas permukaan air.
Daunnya berbentuk lebar dan memiliki stomata di permukaan atas daun.
Sedangkan tumbuhan lembab dan basah (higrofit) beradaptasi dengan bentuk daun yang tipis dan
lebar. Misalnya tumbuhan paku, talas, dll.

2.Adaptasi fisiologis
Merupakan penyesuaian diri berdasar fungsi kerja organ tubuh. Adaptasi ini pada umumnya
tidak begitu mudah diamati karena tidak tampak. Misalnya,

-.Ikan dengan habitat air laut harus beradaptasi dengan salinitas (kadar garam). Cairan tubuh ikan
air laut lebih rendah dari kadar garam habitatnya.
Ikan air laut minum lebih sedikit maupun mengeluarkan urine namun lebih pekat.
-Sistem pencernaan hewan pemakan rumput (sapi, kerbau, kambing, kuda, dll) akan
menghasilkan enzim selulosa untuk mencerna selulosa pada rumput.
-Rayap dan cacing teredo yang menghasilkan enzim selulosa untuk mencerna kayu.

3.Adaptasi tingkah laku (behavioral)


Merupakan bentuk tingkah laku yang unik dimana hewan maupun tumbuhan beradaptasi dengan
lingkungan dengan cara mengubah tingkah laku. Berikut contoh adaptasi tingkah laku pada
hewan dan tumbuhan.
-Cicak beradaptasi dengan cara memutus ekor saat menghadapi ancaman musuhnya (autotomi).

-Ikan paus naik ke permukaan laut untuk mengambil oksigen


-Bunglon dan gurila berkamuflase dengan dengan lingkungan (mimikri).
-Tumbuhan jati menggugurkan daun pada musim kemarau untuk mengurangi penguapan.
-ular, kura-kura, ikan dan bengkarung beradaptasi dengan tetap tinggal di sarangnya selama
musim dingin (hibernasi)
-Kerbau suka berkubang untuk menghindari panas lingkungan yang tinggi

Anda mungkin juga menyukai