Pemberian Dukungan Psikologis Awal (DPA) sebagai bentuk Dukungan Kesehatan Jiwa dan
Psikososial (DKJPS) dalam Layanan bagi Korban Kekerasan Berbasis Gender (KBG) di Situasi
Bencana termasuk Wabah”
PENGANTAR
Terjadinya wabah seperti: pandemi COVID-19 merupakan suatu situasi bencana yangberdampak
signifikan dalam berbagai aspek kehidupan individu, keluarga, komunitas dan negara Indonesia.
Situasi ini menuntut realokasi sumber daya untuk merespons kebutuhan mendesak terutama di
sektor kesehatan. Dalam perkembangannya, situasi pandemi juga sangat mempengaruhi beberapa
kelompok masyarakat yang sebelum pandemi sudah berada dalam situasi rentan, misalnya:
kelompok perempuan dan anak-anak, terutama kelompok ibu mengandung, penyintas kekerasan
berbasis gender (KBG), orang hidup dengan HIV/AIDS (ODHIV), orang lanjut usia (lansia), dan
kelompok penyandang disabilitas.Pandemi semakin meningkatkan kesenjangan yang telah ada
sebelumnya pada kelompok rentan tersebut dalam mengakses layanan kesehatan serta pemenuhan
kebutuhan pendidikan dan kesejahteraan ekonomi. Langkah pembatasan mobilisasi yang menjadi
strategi untuk memutus rantai infeksi wabah juga berpotensi meningkatkan diskriminasi terhadap
kelompok rentan tersebutKetakutan, ketegangan, dan stress terkait wabah dapat memperburuk dan
meningkatkan bahaya serta risiko kelompok rentan tersebut mengalami kekerasan.
Oleh karena itu, layanan dukungan kesehatan jiwa dan psikososial sangat relevan dalam konteks
bencana termasuk wabah. Penyedia layanan yang ada di komunitas perlu diberdayakan untuk siap
memberikan dukungan kesehatan jiwa dan psikososial (DKJPS), terutama dukungan psikologis awal
(DPA) sebagai bentuk layanan bagi korban kekerasan berbasis gender (KBG) di situasi bencana
termasuk Wabah. Tersedianya DKJPS dalam bentuk DPA di komunitas sangatlah penting dalam
rangka pencegahan dan penanganan awal.
Untuk melindungi dan memenuhi kebutuhan terkait kesehatan jiwa dan psikososial terutama
DPA bagi kelompok rentan dan memperkuat kapasitas penyedia layanan bagi korban KBG dalam
konteks bencana termasuk Wabah, UNFPA Indonesia mendukung Pemerintah Indonesia melalui
kerja sama erat dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional/ BAPPENAS) dalam memberikan
bantuan teknis kepada Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA).
KPPPA melalui perannya diharapkan dapat mengarusutamakan gender dalam mekanisme respons
kebencanaan dengan mengaktivasi sub-klaster gender.
Pada pertengahan 2021, UNFPA-Indonesia dan BAPPENAS mendapat dukungan dari Pemerintah
Jepang (Government of Japan) untuk menjawab tantangan penanganan wabah terutama
permasalahan dalam pemberian layanan kesehatan reproduksi, KBG termasuk didalamnya dukungan
kesehatan jiwa dan psikososial (DKJPS) yang efektif dan terintegrasi. Yayasan Pulih, sebagai anggota
sub-klaster perlindungan dari kekerasan berbasis gender dan juga merupakan mitra strategis KPPPA,
Yayasan PULIH mengacu pada dokumen Inter-Agency Standing Committee (IASC) tentang Guidelines
for Integrating Gender Violence Intervention in Humanitarian Action (2015). IASC dalam dokumen
tersebut merumuskan bentuk dukungan minimum sebagai upaya yang perlu disediakan dalam
rangka mengurangi resiko, mempromosikan resiliensi dan membantu pemulihan. Dukungan
minimum tersebut merupakan bentuk pemenuhan kebutuhan penyintas KBG terhadap tersedianya
dukungan yang dapat diakses untuk mengatasi dampak langsung dari kekerasan yang dialami seperti:
luka fisik, penghayatan emosi negatif, menarik diri secara sosial, dan hilangnya rasa aman. Dukungan
tersebut termasuk didalamnya upaya perlindungan dalam proses hukum.
Harapannya melalui modul pelatihan ini, tenaga kesehatan, pendamping dan relawan dari lembaga
penyedia layanan memiliki pengetahuan baru dan keterampilan yang relevan serta kualitas diri yang
efektif, misalnya: peka dan empati, dalam membantu penyintas KBG dalam konteks bencana
termasuk pandemi. Pengetahuan, keterampilan dan kualitas diri yang dilatih dalam pelatihan ini
fokus pada upaya pemberian DKJPS, terutama Dukungan Psikologis Awal (DPA) dalam layanan bagi
korban KBG yang terintegrasi.
Fokus dari modul pelatihan ini tidak hanya pada dimilikinya pemahaman yang tepat, juga
keterampilan yang relevan serta kualitas diri yang efektif dari relawan, pendamping dan tenaga
kesehatan penyedia layanan bagi korban KBG. Sejak awal pelatihan, peserta akan diberikan
penjelasan bahwa sasaran utama dari pelatihan adalah mempersiapkan diri untuk nantinya mampu
melatih rekan kerja, anggota tim, relawan atau tenaga kesehatan lainnya di komunitas mengenai
pemberian Dukungan Psikologis Awal (DPA) sebagai bentuk DKJPS dalam layanan bagi korban KBG
yang terintegrasi di wilayah kerja masing-masing. Hal ini tentunya diawali dengan dimilikinya
pemahaman dan keterampilan dasar yang tepat mengenai pemberian DPA sebagai bentuk DKJPS
yang terintegrasi dalam suatu layanan bagi korban KBG.
Tujuan utama modul pelatihan ini adalah mempersiapkan peserta sebagai pelatih yang efektif
tentang topik: Pemberian Dukungan Psikologis Awal (DPA) sebagai bentuk Dukungan Kesehatan Jiwa
dan Psikososial (DKJPS) yang terintegrasi dalam layanan bagi korban KBG di situasi bencana termasuk
1. Peserta menguasai pengetahuan dan keterampilan dasar yang menjadi inti dari modul
2. Peserta mengetahui prinsip dasar pembelajaran orang dewasa & teknik fasilitasi
3. Peserta memahami isi modul dan cara menjalankan modul
Upaya mempersiapkan peserta sebagai pelatih dalam suatu pelatihan DPA sebagai bentuk DKJPS
dalam layanan bagi korban KBG diawali dengan membekali para relawan, pendamping dan tenaga
kesehatan pengetahuan dan keterampilan dasar sebagai berikut:
1. Pengetahuan dasar mengenai Kekerasan Berbasis Gender (KBG) terutama di situasi bencana
termasuk wabah,
2. Pengetahuan dan keterampilan dasar pemberian Dukungan Psikologis Awal (DPA) sebagai bentuk
dukungan kesehatan jiwa dan psikososial (DKJPS) bagi penyintas KBG, dan
3. Pengetahuan dan keterampilan dasar dalam menjaga kesehatan jiwa diri sendiri sebagai
relawan/pendamping/tenaga kesehatan penyedia layanan.
Pengetahuan dan keterampilan dasar yang dilatihkan dalam modul ini fokus pada upaya
pemberian Dukungan Psikologis Awal (DPA) sebagai bentuk DKJPS yang terbuktif efektif untuk
dilakukan di tingkat komunitas (keluarga, sekolah, kelompok masyarakat) oleh kalangan awam
misalnya: relawan/pendamping/anggota komunitas. Meskipun bukan merupakan profesional
kesehatan jiwa, DPA yang dilakukan oleh kalangan awam tersebut dapat mengurangi dampak
kesehatan jiwa/psikososial yang negatif (mitigasi) pada korban KBG dan keluarganya. Pemberian
DPA bagi korban dan keluarganya juga mendukung resiliensi dan pemulihannya.
Secara umum modul dalam TOT ini terbagi dalam 3 bagian, yaitu:
BAGIAN 1: DPA sebagai bentuk DKJPS dalam konteks layanan bagi korban KBG
● Materi Inti 1: Kekerasan berbasis Gender di situasi bencana termasuk wabah
● Materi Inti 2: DPA sebagai bentuk DKJPS dalam layanan terintegrasi bagi korban KBG
BAGIAN 3: Pendukung
Materi inti BAGIAN 1 fokus pada pengetahuan dan keterampilan dasar terkait pemberian DPA
sebagai bentuk DKJPS dalam layanan terintegrasi bagi korban KBG. Peserta perlu memahami terlebih
dahulu tentang isu relevan KBG dalam situasi bencana termasuk wabah. Tujuannya adalah peserta
dapat mengembangkan perspektif yang tepat terhadap korban KBG. Selanjutnya peserta difasilitasi
untuk memahami berbagai bentuk praktis pemberian DPA yang merupakan bentuk konkret DKJPS
sebagai suatu layanan yang terintegrasi. Hal yang penting untuk disadari peserta adalah kehadiran
diri mereka sebagai pendamping/relawan/tenaga kesehatan merupakan instrumen utama dalam
pemberian DPA. Oleh karena itu upaya merawat dan memelihara kondisi kesehatan diri termasuk
kesehatan jiwa/mental diri sendiri merupakan hal yang sangat penting. Materi inti pelatihan BAGIAN
1 ini nantinya peserta akan gunakan ketika melatih relawan/pendamping/tenaga kesehatan
lainnya.
Selanjutnya, materi inti BAGIAN 2 fokus pada pengetahuan dan keterampilan dalam memfasilitasi
orang lain untuk belajar dan mengubah tingkah lakunya. Kompetensi sebagai pelatih berbeda dengan
kompetensi sebagai pendamping/relawan/tenaga kesehatan meskipun ada beberapa keterampilan
yang sama diharapkan dimiliki oleh seorang pendamping dan pelatih yang efektif, misalnya:
keterampilan komunikasi yang efektif. Dalam materi inti BAGIAN 2, peserta akan diberikan
pemahaman mengenai pembelajaran orang dewasa dan keterampilan memfasilitasi. Pemahaman
dan keterampilan memfasilitasi sesi pelatihan ini perlu dimiliki sebagai seorang pelatih yang efektif.
Melalui materi inti ini, peserta juga akan diberikan kesempatan untuk mengintegrasikan
pemahamannya tentang pengetahuan dan keterampilan dasar DPA sebagai bentuk DKJPS dalam
konteks KBG situasi bencana termasuk wabah dengan keterampilan memfasilitasi melalui
kesempatan praktik menjalankan sesi pelatihan sesuai modul yang digunakan dalam pelatihan.
Kriteria ideal sebagai peserta TOT ini adalah relawan, pendamping, tenaga kesehatan yang
dalam kesehariannya memberikan layanan bagi korban KBG di situasi bencana termasuk wabah
terutama bagi kelompok rentan yaitu: kelompok anak, kelompok lansia dan kelompok orang dengan
disabilitas. Beberapa hal yang sebaiknya dimiliki peserta pelatihan adalah:
● Memiliki pengetahuan dasar terkait gender dan kekerasan berbasis gender di situasi
umum/bukan bencana yang diperoleh dari pelatihan sebelumnya,
● Memiliki sejumlah pengalaman bekerja memberikan layanan dan pendampingan bagi penyintas
KBG dalam berbagai situasi: umum/bukan bencana dan bencana,
● Memiliki keinginan dan keterbukaan untuk belajar hal yang baru,
Modul TOT ini diperuntukkan bagi peserta sebagai panduan untuk berpartisipasi secara aktif dalam
TOT dalam rangka mempersiapkan peserta menjadi pelatih/fasilitator. Selanjutnya modul ini TOT ini
juga akan digunakan sebagai panduan dan acuan bagi peserta ketika berperan sebagai
pelatih/fasilitator di komunitasnya memfasilitasi Pelatihan ‘Dukungan Psikologis Awal (DPA) sebagai
bentuk Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial (DKJPS) bagi korban KBG di situasi Bencana
termasuk wabah’ bagi relawan/pendamping dan tenaga kesehatan sebagai para pemberi layanan di
komunitas.
Modul pelatihan ini dirancang untuk diselenggarakan sebanyak 4 (empat) hari, yang terdiri dari:
(1) PARUH pertama yang terdiri dari dua hari pelatihan tentang 3 materi inti tentang DPA sebagai
bentuk DKJPS dalam layanan bagi korban KBG dalam situasi bencana termasuk wabah
● Materi Inti 1: Kekerasan berbasis Gender dalam situasi bencana termasuk wabah;
● Materi Inti 2: DPA sebagai bentuk DKJPS dalam layanan bagi korban KBG dalam situasi
bencana termasuk wabah; dan
● Materi Inti 3: Self-care Pendamping/Relawan/Tenaga Kesehatan
(2) PARUH kedua yang terdiri dari dua hari pelatihan dengan fokus persiapan memfasilitasi pelatihan
dan praktik memfasilitasi pelatihan
● Materi Inti 4: modul pembelajaran orang dewasa dan teknik memfasilitasi pelatihan
Modul Pelatihan TOT ini dirancang untuk dijalankan secara luring (offline) Apabila kondisi tidak
memungkinkan untuk dijalankan secara luring, pembagian sesi dan alokasi waktu dapat disesuaikan
tanpa mengubah alur pelatihan. Alur pelatihan yang dimaksud adalah diawali dengan pemantapan
materi terkait KBG dalam rangka kesamaan perspektif pendamping/relawan/tenaga kesehatan
tentang korban, dilanjutkan materi tentang DPA sebagai bentuk DKJPS dalam layanan KBG dalam
situasi bencana termasuk tentang self-care. Selanjutnya peserta difasilitasi untuk memahami tentang
pembelajaran orang dewasa, teknik memfasilitasi dan diberikan kesempatan praktek menjalankan
sesi.
Materi bacaan yang dilampirkan dalam modul terutama mengenai Materi Inti 1 – 3 akan diberikan
kepada peserta TOT dan nantinya dapat berikan kepada peserta pelatihan yang akan dilatihnya
Modul ini terdiri dari materi penunjang dan materi inti yang perlu diberikan secara
berkesinambungan, hal ini dikarenakan materi yang saling terkait antara satu dan lainnya.
2. Materi inti 1: Risiko dan Kerentanan KBG di situasi bencana termasuk wabah
Sebagai materi pertama, peserta diharapkan menyadari bahwa fokus dari konteks
penyediaan dukungan melalui layanan yang diberikan adalah mengenai KBG. Dalam materi
ini, peserta difasilitasi untuk memahami dengan baik dinamika dan kompleksitas KBG dalam
situasi normal dan situasi bencana. Pemahaman ini sangat relevan dalam rangka
menyediakan layanan sesuai kebutuhan penyintas KBG dan keluarga. Akhirnya melalui materi
ini, peserta diharapkan memiliki kepekaan dan perspektif gender yang relevan dalam rangka
3. Materi Inti 2: DPA sebagai bentuk dukungan DKJPS bagi korban KBG dalam situasi bencana
termasuk wabah.
Materi ini adalah bagian terbesar dari modul pelatihan ini. Materi ini fokus pada upaya
mempersiapkan peserta untuk dapat merencanakan dan menjalankan secara konkrit DPA
sebagai bentuk dukungan DKJPS bagi korban KBG dalam situasi bencana termasuk wabah.
Dalam materi inti ini, peserta akan difasilitasi untuk memahami terlebih dahulu konsep DKJPS
terutama DPA sebagai salah bentuk layanan yang dibutuhkan korban KBG. Selanjutnya, dalam
materi ini peserta difasilitasi untuk mengenali dan mengembangkan keterampilan yang
diperlukan dalam menjalankan DPA melalui latihan dan simulasi kegiatan pendampingan
korban KBG.
AGENDA KEGIATAN
Waktu Kegiatan
Hari 1 09.00 - 10.15 Pembukaan, perkenalan, Membangun Komitmen Belajar
10.00 - 10.15 Pre – Test
10.15 – 10.30 Rehat Kopi
10.30 – 12.30 Materi inti 1 : Risiko dan Kerentanan KBG Dalam situasi bencana
12.30 - 13.30 ISHOMA
13.30 – 15.30 Materi inti 2 A. DPA sebagai bentuk DKJPS dalam Layanan
Kespro dan KBG
15.30 – 16.00 Rehat Kopi
16.00 – 16.45 Lanjutan Modul 2A
16.45 – 17.00 Review dan penutup
Modul TOT ini dirancang untuk dilaksanakan secara luring (off-line). TOT ini menerapkan prinsip
pembelajaran orang dewasa melalui beberapa metode pelatihan:
1. Ceramah atau paparan materi
2. Diskusi kelompok
3. Studi kasus
4. Role-play atau simulasi praktik keterampilan
Proporsi antara teori dan praktik dalam modul ini adalah 40 % (teori)dan 60 % (aplikasi terutama
praktik)
Aspek utama dalam evaluasi TOT ini adalah kesiapan dan kesanggupan peserta untuk nantinya paska
TOT menjalankan peran sebagai fasilitator/pelatih bagi relawan/pendamping/tenaga kesehatan
mengenai Dukungan Psikologis Awal sebagai bentuk DKJPS dalam layanan bagi korban KBG.
● Listen/Support
● Link/Refer
Indikator Hasil Belajar Materi Pokok dan Submateri Pokok Metode Media dan Alat Bantu Daftar Pustaka
Materi pokok dan sub-materi pokok Metode yang akan Media dan alat bantu 1. Inter-Agency Standing
Setelah mengikuti sesi pelatihan pada pelatihan ini adalah sebagai digunakan pada yang akan digunakan Committee. (2007). IASC
ini, peserta diharapkan dapat: berikut: pelatihan ini adalah dalam pelatihan ini Guidelines on Mental Health
1. Mengenali karakteristik 1. Karakteristik perkembangan & sebagai berikut: adalah sebagai berikut: and Psychosocial Support in
perkembangan, kebutuhan khusus/korban KBG: 1. Studi kasus Emergency Settings.
● Case vignette
psikososial sebagai individual 2. Inter-Agency Standing
● Anak korban/ penyintas
kekhasan pengalaman 2. Diskusi Committee. (2020). Basic
kelompok KBG Psychosocial Skills: A Guide
individual ● Remaja
penyintas/korban 3. Presentasi ● Lembar Isian for COVID-19 Responders.
2. Mengidentifikasi ● Dewasa kelompok 3. Pusat Krisis Fakultas
Individual
kebutuhan khusus 4. Simulasi Psikologi Universitas
penyintas/korban. ● Lansia Penanganan ● Panduan tugas Indonesia. (2013). Dukungan
3. Mengidentifikasi bentuk kelompok Psikososial: Membangun Desa
● Disabilitas
layanan DPA yang Tangguh Dari Kita, Oleh Kita,
dibutuhkan 2. Layanan DPA yang terintegrasi ● Lembar Instruksi Untuk Kita.
penyintas/korban (Look - Listen - Link) sesuai tahapan simulasi 4. Kementerian Sosial RI.
4. Merencanakan alur perkembangan dan kebutuhan (2020). Panduan untuk
khusus. ● Alur rujukan
layanan DPA yang Pekerja dan Relawan
terintegrasi bagi layanan Kemanusiaan di Masa
● Luring - Daring
penyintas/korban Kenormalan Baru dalam
5. Memahami bagaimana ● Persiapan - Memulai - Konteks Pandemik COVID-
langkah – langkah Pemberian layanan - 19.
menjalankan sesi ini Mengakhiri, termasuk: upaya
Evaluasi/monitoring.
Daftar
Indikator Hasil Belajar Materi Pokok dan Submateri Pokok Metode Media dan Alat Bantu
Pustaka
Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta dapat:
- Perkenalan fasilitator, Papan tulis,
- Melakukan perkenalan
perkenalan peserta meta-plan/Kertas ,
- Memetakan harapan peserta Permainan
- Pemetaan harapan dan alat tulis,
- Mencari solusi bersama atas kekhawatiran peserta Curah
kekhawatiran agenda kegiatan,
dalam proses belajar pendapat
- Penjelasan agenda belajar kumputer dan proyektor
- Memahami agenda belajar Diskusi kelas
- Komitmen dan pengurus kelas pre-test
- Menetapkan komitmen kelas dan memilih
- Pre-test
pengurus kelas
Daftar
Indikator Hasil Belajar Materi Pokok dan Submateri Pokok Metode Media dan Alat Bantu
Pustaka
Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta dapat: - Perencanaan kegiatan Diskusi Papan tulis,
- Menyusun rencana kegiatan lanjutan pasca - Perencanaan monitoring kelompok meta-plan/kertas, alat tulis, formulir
pelatihan - Perencanaan evaluasi RTL
- Menyusun rencana monitoring
Materi Inti 2
DPA sebagai bentuk Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial (DKJPS) dalam layanan bagi Korban Kekerasan
Berbasis Gender (KBG) di Situasi Bencana termasuk Wabah
Tujuan
Pembelajaran ● Peserta dapat menjelaskan mengenai Dukungan Psikologis Awal (DPA) sebagai bentuk
Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial (DKJPS) bagi korban KBG.
● Curah pendapat
● Tugas Individu
● Video
2. Fasilitator menjelaskan mengenai DKJPS dan pentingnya bagi korban KBG dan keluarga
dalam situasi bencana.
4. Fasilitator menjelaskan tentang DPA sebagai salah bentuk DKJPS bagi korban KBG dan
keluarga dalam situasi bencana termasuk wabah.
6. Fasilitator menayangkan video mengenai DPA bagi korban KBG dan meminta peserta
menganalisis praktik baik dan kurang tepat dari video pembelajaran.
7. Fasilitator juga menggali pengalaman peserta dalam memberikan DPA sebagai bentuk
DKJPS bagi korban KBG.
8. Fasilitator menjelaskan tiga prinsip aksi DPA, yaitu: Look, Listen/Support, Link/Refer
secara interaktif disertai contoh-contoh
10. Fasilitator membagi peserta dalam kelompok yang terdiri dari dua orang dan secara
bergantian mempraktikkan DPA.
11. Fasilitator memberikan feedback terkait praktik DPA yang sudah dilakukan oleh peserta
Pesan Kunci
● DKJPS menjelaskan mengenai berbagai dukungan, baik yang diberikan ke individu
maupun komunitas/kelompok/lingkungan social tertentu, untuk melindungi dan
meningkatkan kesejahteraan psikologis, mencegah berkembangnya masalah menjadi
gangguan psikologis yang lebih serius serta meningkatkan keberfungsian dan dukungan
sosial individu.
● DPA merupakan bagian dari layanan DKJPS terintegrasi yang bertujuan untuk
memberikan tanggapan pertama, praktis, berdampak positif meskipun dilakukan dalam
durasi yang singkat.
● DPA juga meliputi seperangkat keterampilan praktis, mis: komunikasi efektif yang
dibutuhkan oleh pendamping/relawan/tenaga kesehatan dalam pemberian layanan
DKJPS yang lebih lanjut.
● Fasilitator perlu menekankan mengenai kekhasan KBG dalam pemberian DPA, terutama
terkait dengan isu keamanan.
● Fasilitator lalu mengaitkan pengalaman peserta dengan materi DPA yang dipaparkan.
DPA sebagai bentuk Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial (DKJPS) dalam layanan bagi Korban Kekerasan
Berbasis Gender (KBG) di Situasi Bencana termasuk Wabah
Materi pelatihan ini fokus pada penerapan DPA sebagai bagian dalam DKJPS untuk kelompok target penerima
layanan tertentu sebagai korban KBG. Peserta akan difasilitasi untuk mengenali kebutuhan spesifik dalam masing-
masing kelompok target berdasarkan usia/tahapan perkembangan: (1) kelompok anak, (2) kelompok remaja, (3)
kelompok perempuan dewasa, (4) kelompok lansia. Selain itu, peserta juga akan difasilitasi untuk mengenali
kebutuhan khusus pada (5) penyintas/korban KBG dengan disabilitas. Peserta diajak untuk merencanakan bentuk
layanan DPA yang dapat disediakan bagi penyintas/korban dengan berbagai karakteristik spesifiknya yang datang
secara langsung maupun tidak langsung mengakses pendamping/lembaga penyedia layanan termasuk melalui
daring (online).
Materi ini bertujuan untuk melatih peserta merencanakan dan menjalankan DPA yang efektif dan bermanfaat (no
harm) bagi korban KBG dengan karakteristik perkembangan dan kebutuhan khususnya.
Materi ini diharapkan dapat memberikan kesempatan bagi peserta untuk mengintegrasikan pemahaman dan
keterampilan dalam memberikan DPA sebagai bentuk DKJPS dalam rangka upaya perlindungan terhadap korban,
mencegah dan mengurangi dampak kesehatan jiwa dan psikososial yang negatif bagi korban dan keluarganya.
Tujuan Setelah mengikuti sesi pelatihan ini, peserta diharapkan dapat:
Pembelajaran 1. Mengenali karakteristik perkembangan, dampak psikososial sebagai kekhasan
pengalaman individual korban
2. Mengidentifikasi kebutuhan khusus korban.
3. Mengidentifikasi bentuk layanan DPA yang dibutuhkan korban
4. Merencanakan alur layanan DPA yang terintegrasi bagi korban
Durasi 2 jam 30 menit
Metode ● Paparan materi
● Diskusi kelompok
● Membahas kasus
● Simulasi praktek
● 5 contoh kasus
● Kertas kecil/metaplan
● Lakban kertas
● Peserta dibagi kedalam kelompok dimana terdiri dari 4-5 orang peserta. Setiap
kelompok akan diberi tugas untuk membahas 1 kasus KBG yang berbeda-beda. Kasus
● Setelah proses diskusi kasus selesai. Setiap kelompok berdiskusi selama 15 menit untuk
mempersiapkan diri serta membagi peran untuk melakukan simulasi DPA untuk tiap
kasus.
● Tiap kelompok secara bergantian melakukan simulasi pendampingan DPA selama 10
menit.
● Setelah semua kelompok melakukan simulasi, fasilitator menggali insight mengenai:
● Hal yang masih menantang dalam melakukan praktik DPA dan bagaimana cara
mengatasinya.
● Setelah semua kelompok selesai. Fasilitator menutup sesi dengan menggarisbawahi
informasi yang kunci dalam memberikan DPA.
● Fasilitator juga memberikan apresiasi kepada semua peserta. Sebagai bentuk apresiasi
tambahan, semua peserta dalam kelas bisa memilih 1 kelompok yang melakukan DPA
paling baik menurut mereka.
Pesan Kunci ● DPA adalah teknik merespon awal bagi korban yang bersifat praktis, berdampak
● Fasilitator melakukan ceramah interaktif sesuai materi pada materi tayang, dimulai
dari penjelasan tentang berbagai peran individu sebagai pekerja kemanusiaan,
sampai dengan berbagai konsekuensi yang mungkin menyertai, yaitu stres, burnout,
kelelahan kepedulian, serta trauma sekunder.
MATERI INTI 4
Materi pelatihan ini fokus pada pemahaman peserta mengenai pelatihan sebagai bentuk pembelajaran orang
dewasa dan keterampilan memfasilitasi pelatihan. Dalam materi ini peserta akan difasilitasi untuk menyadari
prinsip yang perlu dipahami seorang pelatih/trainer tentang peserta pelatihan sebagai orang dewasa dengan
pengalaman dan latar belakang masing-masing yang berbeda-beda dan juga sifat dan karakteristik peserta yang
bervariasi. Peserta akan difasilitasi untuk mengenali beberapa teknik fasilitasi yang bertujuan untuk membuat
peserta aktif terlibat dalam pelatihan. Peserta juga akan diajak untuk mengenali berbagai metode pelatihan
dalam rangka memfasilitasi sesi sesuai tujuan sesi dalam modul.
Materi ini bertujuan untuk mempersiapkan peserta untuk dapat memfasilitasi pelatihan DPA sebagai bentuk
DKJPS bagi Korban KBG dalam situasi bencana termasuk wabah sesuai Materi Inti 1-3 yang sebelumnya telah
diikuti oleh peserta sebagai calon trainer/pelatih. Persiapan yang dimaksud berupa: (1) persiapan diri yang
bertujuan menumbuhkan rasa percaya diri pada peserta, (2) persiapan materi yang bertujuan untuk
memantapkan pemahaman tentang materi dan keterampilan yang dirumuskan dalam kurikulum materi inti 1-3
termasuk alur memfasilitasi dan penyiapan alat dan bahan yang dibutuhkan sesuai dengan modul yang ada.
Materi ini diharapkan dapat memberikan kesempatan bagi peserta untuk mendapatkan umpan balik dan
● Diskusi kelas
● Praktek simulasi
Alat dan
● Bahan presentasi/slide materi
Bahan
● Kertas besar (karton atau flipchart)
● Kertas kecil/metaplan
● Fasilitator menjelaskan tentang prinsip memfasilitasi dalam pelatihan, dan hal yang
sebaiknya dilakukan/tidak dilakukan (DOs and DONTs) dalam memfasilitasi.
● Fasilitator menjelaskan berbagai metode dalam pelatihan dengan menggunakan contoh
dari pengalaman peserta mengikuti pelatihan dari Sesi Pengantar dan Sesi Materi Inti 1 dan
Materi Inti 2. Fasilitator juga menjelaskan tentang pentingnya variasi metode dalam
pelatihan dikaitkan dengan berbagai modalitas belajar peserta.
● Fasilitator mengemukakan apa yang dilakukan oleh pelatih/trainer ketika memfasilitasi
dalam berbagai macam metode dalam Pelatihan DPA sebagai bentuk DKJPS.
● Fasilitator menjelaskan pentingnya 3 bentuk persiapan dalam rangka penguasaan seorang
pelatih/trainer: (1) Penguasaan Audiens, (2) Penguasaan Diri, dan (3) Penguasaan Materi
Persiapan terkait Penguasaan Audiens (15’)
● Fasilitator meminta peserta untuk mendiskusikan tentang: Tipe Peserta pelatihan yang: (1)
Sulit, dan (2) Mudah.
● Fasilitator memfasilitasi peserta untuk mengumpulkan strategi atau cara konkret dalam
rangka mengaktifkan peserta dan mengatur lalu-lintas partisipasi/keaktifan peserta
(menghadapi peserta yang dominan)
● Fasilitator memberikan tugas kepada peserta untuk menyiapkan sebuah pengalaman yang
dianggap menarik untuk dibagikan ke peserta selama 1 menit. Selanjutnya peserta
diberikan kesempatan untuk menyiapkan kisah tentang pengalamannya
● Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk berbagi pengalamannya ke
peserta lain.
● Fasilitator memberikan umpan balik tentang komunikasi peserta.
Persiapan terkait Penguasaan Diri (15’)
● Fasilitator mengajak peserta untuk menemukan satu sosok/figur yang dinilai peserta
sebagai seorang pelatih/trainer yang efektif.
● Fasilitator mengumpulkan jawaban peserta terhadap pertanyaan: Apa yang dimiliki oleh
pelatih/trainer tersebut sehingga dinilai mampu menampilkan diri sebagai pelatih/trainer
yang efektif.
● Fasilitator memfasilitasi peserta untuk menemukan 2-3 kualitas diri pelatih/trainer efektif
yang merupakan bentuk dari penguasaan diri peserta, misalnya: ketenangan, antusiasme
dan kepercayaan diri.
● Fasilitator memfasilitasi peserta dengan mengajak peserta melakukan latihan ‘Aktivasi
Resources’: Peserta diminta untuk membayangkan dirinya berada dalam suatu pengalaman
konkret dimana dirinya menampilkan kualitas pelatih/trainer yang mampu menguasai diri:
tenang, percaya diri dan antusias.
Persiapan terkait Penguasaan Materi (30’)
● Peserta dibagi kedalam 3-4 kelompok, dimana dalam tiap kelompok, peserta mendapatkan
giliran selama 15 menit untuk membawakan satu bagian tertentu dalam sesi sesuai modul
pelatihan DPA sebagai bentuk DKJPS.
● Masing-masing peserta diminta untuk menjalankan sesi selama 10 menit, kemudian 5 menit
untuk sesi tanya jawab dengan peserta lain mengenai materi sesi dalam modul yang
dibawakannya.
● Fasilitator memfasilitasi peserta untuk dapat merefleksi performance nya dalam pelatihan
tersebut. Sejauh mana peserta puas dengan performance nya.
● Peserta mendapatkan umpan balik dari peserta lain dan fasilitator. Umpan balik yang
disampaikan adalah mengenai:
- Hal baik yang sudah dilakukan dalam memfasilitasi
- Hal yang masih dapat ditingkatkan dalam memfasilitasi
● Peserta diminta untuk mempersiapkan diri sekali lagi dan berlatih dalam kelompok kecil
sebagai suatu tim pelatih
Praktik memfasilitasi sesi dalam pleno/kelas besar (180’)
● Peserta kembali diminta untuk menjalankan suatu sesi pelatihan dengan mengambil bagian
tertentu dalam modul dalam kelas pleno. Peserta memfasilitasi sesuai modul dan
menyelenggarakan suatu sesi umpan balik.
● Peserta mendapatkan umpan balik dari fasilitator dan peserta lain
Pesan Kunci
● Pelatihan DPA sebagai bentuk DKJPS sesuai modul yang ada merupakan suatu bentuk
pembelajaran orang dewasa dan peran peserta adalah sebagai trainer/pelatih yang
memfasilitasi peserta.
● Pentingnya persiapan dalam rangka Penguasaan Diri, Materi dan Audiens.
Catatan
● Materi ini sangat menekankan pada keterampilan memfasilitasi sehingga terdapat
Fasilitator
kesempatan peserta untuk praktik menjalankan sesi.
● Fasilitator perlu memastikan setiap peserta mendapatkan kesempatan untuk berlatih dan
Materi Pendukung 1
● Paparan
● Kertas kecil/metaplan
● Lakban kertas
● Nama
● Peran/pekerjaan
Menyusun komitmen bersama
● Sebelum sesi dimulai, fasilitator menyiapkan dua lembar kertas besar yang masing-
masing bertuliskan “Harapan” dan “Kekhawatiran”.
● Fasilitator membagikan dua kertas yang berbeda warna kepada tiap peserta.
Kemudian fasilitator memberikan instruksi bagi peserta untuk menuliskan
● Peserta yang sudah selesai menulis, dipersilakan maju untuk menempelkan kertas
warna mereka pada 2 kertas besar yang sudah disiapkan di depan kelas.
● Dalam kertas besar atau flip chart, fasilitator menuliskan beberapa hal penting yang
harus disepakati kelas. Kesepakatan itu disebut sebagai kontrak belajar.