Anda di halaman 1dari 35

PANDUAN PRAKTIS

Corporate Life-Saving Rules (CLSR)


PT PHE Subholding Upstream

HSSE SUBHOLDING UPSTREAM


12 CLSR PERTAMINA
3 CLSR SUBHOLDING UPSTREAM

CLSR Spesifik Subholding Upstream

13. Ground Disturbance 14. Hot Work 15. Management of Change


1. TOOLS & EQUIPMENT
ALAT BISA DIGANTI, KAMU TIDAK

Pastikan peralatan dan perlengkapan layak pakai, terawat, dan sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan

Do’s Dont’s
• Mengikuti prosedur pengunaan peralatan. • Menonaktifkan sistem pengaman peralatan.
• Menggunakan peralatan yang
• Membuka pelindung/cover.
layak/sesuai/bersertifikat/tagging, dan dicoba
fungsinya. • Menggunakan peralatan listrik di area yang basah.
• Menginspeksi peralatan dan perkakas secara • Memasukkan/mencabut colokan dengan tangan
berkala. yang basah.
• Menggunakan APD yang sesuai. • Menarik kabel Ketika akan menaikkan atau
• Menghentikan pekerjaan bila dirasa tidak aman. menurunkan peralatan.
• Selesai bekerja, membersihkan dan mengembalikan • Memodifikasi peralatan tanpa MoC.
peralatan ke tempatnya.
• Menggunakan peralatan di luar peruntukannya.
• Memastikan peralatan hanya dioperasikan oleh
pekerja yang kompeten dan ditunjuk. • Memakai pakaian dan perhiasan yang longgar
• Mematikan peralatan dan meletakkan di tempat Ketika mengoperasikan peralatan.
aman.
1. TOOLS & EQUIPMENT
LESSON LEARNED

Saat memasang peralatan dalam operasi pengeboran, rotary table dan rotary tong ikut
berputar dan menyebabkan paha korban terjepit sling penahan tong. Kejadian ini diakibatkan
tidak terpasangnya safety sling pada tong dan tidak terpasangnya beberapa penanda
peralatan pada drilling console. Kejadian ini menyebabkan pekerja tersebut meninggal.
Seharusnya kelayakgunaan peralatan wajib diperiksa sebelum aktivitas pekerjaan atau
kontrak dimulai, dan Program industrial hygiene perlu dilakukan secara menyeluruh dan
konsisten.
2. SAFE ZONE POSITION
POSISI TEPAT, ANDA SELAMAT

Pastikan Anda bekerja di posisi zona aman. Posisi Zona Aman adalah area lokasi bekerja yang terhindar dari peralatan
bergerak. Bekerja pada area berbahaya (line of fire) dari pergerakan peralatan (contoh: derek dan peralatan lainnya) dan
peralatan energi (peralatan berputar, peralatan listrik, atau bertekanan) berpotensi untuk terjadinya insiden.

Do’s Dont’s
• Memastikan bekerja di lokasi terlindungi dari peralatan bergerak.
• Mengikuti instruksi dari petugas yang berwenang atau orang yang
• Melebihi batas operasional peralatan yang ditentukan.
bertanggung jawab untuk mengoperasikan peralatan.
• Berada di daerah titik buta maupun area lintasan alat berat
• Mengkonfirmasikan dengan supervisor atau pemegang aset terkait
atau kendaraan.
keamanan untuk bekerja di zona terbatas.
• Berada di bawah tumpukan material yang tidak stabil.
• Mematuhi prosedur penggunaan peralatan bergerak yang berlaku.
• Berada di bawah benda yang diangkat.
• Menyetujui tindakan pencegahan dengan pengawas kerja saat
bekerja di dekat peralatan bergerak.
• Memastikan telah membatasi area berbahaya (line of fire) dan telah
memasangi rambu/barikade.
• Memastikan hanya personel yang berwenang yang bekerja di area
line of fire yang berada di area aman pergerakan peralatan.
• Memastikan bahwa sinyal dan metode komunikasi disepakati dan
dipahami oleh semua orang.
• Memastikan ada pencahayaan yang cukup jika pekerjaan dilakukan
pada malam hari.
2. SAFE ZONE POSITION
LESSON LEARNED

Korban terhantam Crank Counterweight pada perut bagian


Counterweight
bawah karena terpeleset saat bersenda gurau. Korban
berada di lokasi Sucker Rod Pump (SRP) yang belum
dilengkapi pagar, sehingga menjadi area berbahaya
yang terbuka. Seharusnya diberi barikade/barrier untuk
membatasi area kerja agar tidak diakses oleh personil
yang tidak berkepentingan.*

1 orang meninggal dunia dan 1 orang patah telapak kaki


kiri (LTI) saat penyusunan casing 13 3/8” di Sumur B-1404.
IP 1 dan IP 2 berdiri di atas tool box yang searah dengan
arah gerakan casing yang menggelinding. Seharusnya
memastikan posisi Kerja yang aman, yaitu tidak berdiri pada
tumpukan material (pipe rack) dan tidak berdiri pada line of fire
pergerakan peralatan.*

* Ilustrasi tidak menggambarkan situasi ataupun lokasi sebenarnya


3. PERMIT TO WORK
IZIN DULU, BARU KERJA

Setiap pekerjaan wajib mempunyai izin kerja yang sesuai dengan risikonya

Do’s Dont’s
 Memiliki ijin kerja, masih berlaku dan ditandatangani  Melakukan pekerjaan tanpa kajian risiko dan ijin
oleh pejabat yang berwenang. kerja yang sesuai.
 Mendapatkan pelatihan dan memiliki kompetensi  Bekerja tanpa memahami sistem ijin kerja dan
mengelola ijin kerja. mendapatkan otorisasi.
 Memahami potensi bahaya pekerjaan sesuai dengan  Bekerja tanpa memiliki kompetensi dan keahlian.
kajian risiko.  Melakukan perubahan lingkup kerja dari
 Menghentikan pekerjaan jika berpotensi terjadinya rencana yang telah disepakati dan disahkan.
kecelakaan, tindakan dan kondisi tidak aman.  Bekerja dalam kondisi tidak aman.
 Melakukan inspeksi menyeluruh untuk memastikan
kondisi aman setelah pekerjaan selesai.
 Memastikan ijin kerja ditutup jika pekerjaan telah
selesai.
3. PERMIT TO WORK
LESSON LEARNED
Terbakarnya tanki crude oil karena korban membuka
manhole dan menyalakan korek api tanpa izin serta
kurang ketatnya pengawasan di lapangan (proses
pembersihan tanki sebelumnya tidak tuntas, belum gas free,
dan masih terdapat sisa minyak). Seharusnya pekerjaan
dilakukan setelah izin kerja diperoleh, potensi bahaya
diidentifikasi & dikendalikan, serta mendapatkan
pengawasan yang memadai.*

Kekurangan oksigen ketika memasuki bak penampung


sludge. Pekerjaan tersebut tidak dilengkapi dengan izin
kerja dan tanpa berkoordinasi dengan pihak berwenang.
Seharusnya pekerjaan dilakukan setelah izin kerja
diperoleh, koordinasi dilakukan, dan pengetesan gas atas
kecukupan kadar O2 dilakukan.*

* Ilustrasi tidak menggambarkan situasi ataupun lokasi sebenarnya


4. ISOLATION
INSPEKSI DULU, LOTO KEMUDIAN
Verifikasi Isolasi Energi (mechanical, electrical, process, hydraulic dan lainnya) dan Sisa Energi
telah di-release sebelum pekerjaan dimulai.

Do’s Dont’s
• Mematuhi Prosedur Kerja yang telah ditetapkan sesuai dengan izin
kerja.
• Memastikan sumber energi dan sisa energi telah released. • Melakukan Pekerjaan sebelum metode isolasi dan pelepasan
• Isolasi Energi: energi disetujui oleh pengawas pekerjaan.
 Menutup valve, tempatkan isolator yang standar pada titik isolasi • Melakukan pekerjaan sebelum energi diisolasi secara sempurna
yang aman (sesuai P&ID). oleh personil yang berkompeten, ditandai dengan terpasangnya
 Mematikan MCB. LOTO.
• Memastikan sumber energi yang diisolasi telah dikunci (lock) dan diberi • Melepas/membuka LOTO tanpa otorisasi dan koordinasi.
tanda (tag). • Melakukan pekerjaan tanpa memastikan kehandalan isolasi
• Memeriksa integritas. Lakukan test untuk memastikan Isolasi Energi telah (pengecekan).
efektif.
• Melakukan pemantauan secara berkala terhadap kehandalan Isolasi
Energi selama pekerjaan berlangsung.
• Melakukan Pekerjaan Isolasi Energi dengan Buddy System.
• Sebelum bekerja dengan isolasi energi, memastikan “task specific ERP”
telah tersedia.
• Memastikan Task Specific ERP telah diketahui dan disetujui oleh Tim
Emergency di lokasi
• Seluruh Pekerja dalam Tim isolasi energi telah memahami Emergency
Rescue Plan (ERP).
4. ISOLATION
LESSON LEARNED

Terjadi Fatality Incident kepada seorang Pekerja pada kegiatan


segment clearing & grabbing. IP turun ke sisi kiri mesin di atas track
crawler untuk memompa machine fuel. Dozzer kemudian dihidupkan
oleh Operator Excavator namun posisi gigi porsnelling tidak netral
sehingga Dozzer berjalan. IP panik dan berusaha melompat di antara
blade dan roda crawler, namun terpeleset, terjatuh dan terlindas
Crawler. Seharusnya dilakukan kaji risiko, pemeriksaan peralatan
kerja berfungsi dengan baik sebelum dioperasikan, serta memastikan
perbaikan alat dilakukan oleh pekerja yang berkompeten dan sesuai
STK.*

Korban beserta tiga rekannya bekerja mengambil/membersihkan tanah


Foto Kejadian
yang terkontaminasi minyak di sekitar Sucker Rod Pump (SRP) Sumur, di mana
pada saat kejadian pompa tetap beroperasi. Pada pukul 14.20 WIB turun
hujan dan mereka berteduh di bawah electromotor pompa. Tiba-tiba pada
pukul 14.30 WIB korban ditemukan tergeletak di lantai di bawah crank
counterweight dalam kondisi luka berat di bagian perut bawah hingga ke
bagian celah kedua paha. Seharusnya dilakukan pemagaran (barrier) dan
penandaan peringatan khusus bahwa di area SRP terdapat benda bergerak
secara terus menerus dan merupakan daerah berbahaya serta memperbaiki
sistem pengawasan terhadap Kontraktor/Pihak ke-3.*
* Ilustrasi tidak menggambarkan situasi ataupun lokasi sebenarnya
5. CONFINED SPACE ENTRY
JANGAN MASUK SENDIRIAN!
Pastikan Anda kompeten, menerapkan buddy system, dan memahami persyaratan bekerja di
ruang terbatas.

Do’s Dont’s
 Memiliki kompetensi dan sertifikasi untuk melaksanakan pekerjaan dalam
ruang terbatas.
 Memastikan kajian risiko telah dilakukan, prosedur tersedia, dan ijin kerja
• Masuk ke dalam confined space tanpa dilengkapi dengan izin
telah disahkan.
kerja dan kajian risiko.
 Memastikan sistem komunikasi tersedia dan berfungsi dengan baik.
• Mengizinkan personil yang tidak berkepentingan bekerja di
 Menggunakan APD sesuai jenis pekerjaan & layak pakai.
dalam confined space selain yang telah tercantum dalam izin kerja
 Memiliki buddy system dan telah dikomunikasikan kepada yang
dan dipantau serta tercatat pengendalian batas waktu kerja.
berkepentingan.
• Melakukan penyelamatan baik sendiri atau bersama tim tanpa
 Memahami prosedur dan melakukan emergency drill sebelum aktivitas di
peralatan yang memadai.
dalam confined space.
• Bekerja tanpa APD yang sesuai dan alat komunikasi yang
 Memastikan ada Entry Watcher & Entry Supervisor sebelum masuk ke
berfungsi dengan baik.
confined space.
• Bekerja sendirian dalam confined space.
 Memastikan isolasi energi telah dilakukan di lokasi dan dinyatakan aman.
• Mengabaikan gas testing dan pencatatan nama personil sebelum
 Memastikan gas testing dilakukan dan dicatat secara berkala sebelum, dan
dan selama aktivitas di confined space.
selama aktivitas di confined space.
 Menghentikan pekerjaan jika kondisi tidak aman.
 Melakukan pengamanan lokasi dan menghentikan aktivitas pekerjaan.
 Melakukan pertolongan dan/atau mendampingi korban.
 Melakukan kontak emergency dan meminta pertolongan medis serta
melaporkan kepada pengawas.
 Melakukan pertolongan pertama jika sudah terlatih sebagai First Aider
 Membantu tim Medevac jika dibutuhkan.
5. CONFINED SPACE ENTRY
LESSON LEARNED

Saat operasi Coil Tubing Unit, operator masuk ke dalam tangki


dan pingsan karena kekurangan oksigen (asfiksia). 5 rekan
kerjanya berusaha membantu menyelamatkan dengan masuk ke
dalam tangki. 3 orang pekerja tidak dapat diselamatkan, 3
pekerja lainnya dirawat di Rumah Sakit. Pekerja tidak mengikuti
prosedur bekerja di ruang terbatas. Seharusnya melakukan gas
test, melakukan eliminasi gas berbahaya, pemasangan barikade,
melakukan analisis risiko bekerja di ruang terbatas.*

Pada kegiatan Fracturing Sumur, ada kebutuhan untuk mengeluarkan slick


water dan ditampung di tangki penampung sementara (T3) yang semula
dipersiapkan untuk proses mixing. Setelah proses unloading sumur selesai, T3
harus dikosongkan kembali dan dibersihkan. Pada saat pengosongan T3
seorang pekerja masuk ke dalam tangki dan diperkirakan mengalami oxygen
deficiency, karena masih adanya N2 ikutan dalam Tangki T3 serta menjadi
fatal akibat tenggelam (drowned). Kemudian pekerja yang lain (4 orang),
yang bermaksud menolong masuk ke dalam tangki, juga mengalami oxygen
deficiency dan akhirnya 4 orang meninggal dunia serta 1 orang dirawat
intensif. Seharusnya pekerjaan dilakukan berdasarkan kajian risiko, gas
testing dilakukan, dan seluruh pekerja terkait dipastikan memiliki kompetensi
pekerjaan di ruang terbatas.*
* Ilustrasi tidak menggambarkan situasi ataupun lokasi sebenarnya
6. LIFTING OPERATION
PATUHI LIFTING PLAN, HINDARI LINE OF FIRE!

Pastikan operasi pengangkatan terencana, terawasi dan dilaksanakan oleh personil yang berkompeten.

Do’s Dont’s
 Pastikan operator dan rigger memiliki kompetensi dan sertifikasi
alat angkat angkut yang masih berlaku.
 Memastikan kajian risiko dan lifting plan (crane & aksesorisnya)  Bekerja tanpa memiliki kompetensi dan sertifikasi alat angkat
telah disiapkan, disahkan dan dikomunikasikan sebelum operasi angkut.
pengangkatan.  Berada di line of fire.
 Memastikan clear zone area (line of fire) Lifting operation  Bekerja tanpa melakukan kajian risiko dan ijin kerja yang
teridentifikasi dan terpasang barikade. disahkan.
 Mematuhi prosedur, kajian risiko, SIKA & dapat persetujuan dari  Bekerja tanpa lifting plan yang disepakati dan dikomunikasikan.
Pengawas Pekerjaan.  Bekerja dengan alat angkat yang belum diinspeksi sesuai
 Memastikan peralatan lifting dan aksesorisnya serta peralatan standar.
pendukung keselamatan (support safety equipment) sesuai standar  Bekerja ketika cuaca buruk.
dan telah diinspeksi sebelum digunakan.
 Menghentikan pekerjaan jika kondisi tidak aman.
 Melakukan pengamanan lokasi dan menghentikan aktivitas
pekerjaan.
 Melakukan pertolongan dan/atau mendampingi korban.
 Melakukan kontak emergency dan meminta pertolongan medis serta
melaporkan kepada pengawas.
 Melakukan pertolongan pertama jika sudah terlatih sebagai First
Aider
 Membantu tim Medevac jika dibutuhkan.
6. LIFTING OPERATION
LESSON LEARNED
Kepala Terbentur Master Link 1.5 Inch pada Saat Terjatuh Bersama
Injector Head (Coil Tubing Unit) saat kegiatan pengangkatan di
offshore platform. Pekerjaan tetap dijalankan saat kondisi ombak
tidak aman/bergelombang. Pengangkatan dilakukan dalam kondisi
crane operator tidak dapat melihat pergerakan beban (blind lift).
Seharusnya Lifting Plan mencakup risiko dan mitigasi terkait blind
lift dalam kondisi laut bergelombang dan mencakup batasan
interval waktu yang aman (allowable) terhadap terjadinya alun
ombak.

Pekerja tertimpa mast (salah satu bagian crane 650T) pada saat
perakitan crane 180T, yang mana pekerjaan tersebut dibantu dengan
crane 180T dengan memakai wire sling diameter 1.5 inch. Ketika mast
sedang dinaikkan sling yang digunakan putus. IP berusaha
menghindar dengan meloncat namun ke area yang berbahaya.
Seharusnya peralatan lifting dan aksesorisnya serta peralatan
pendukung keselamatan (support safety equipment) sesuai standar
Crane
dan telah diinspeksi sebelum digunakan, serta pekerja tidak berada Mast
di line of fire. *

* Ilustrasi tidak menggambarkan situasi ataupun lokasi sebenarnya


7. FIT TO WORK
JANGAN SAKIT, NANTI AKU SEDIH
Tingkat kesehatan pekerja dapat berdampak pada keselamatan dalam pelaksanaan pekerjaan.
Pastikan Anda memenuhi persyaratan medis dan fit untuk bekerja sesuai pekerjaan.

Do’s
• Melakukan Medical Check Up (MCU) sesuai dengan potensi bahaya di
Dont’s
lingkungan kerja dan jadwal yang telah.
• Menjalankan rekomendasi hasil MCU sampai dinyatakan fit untuk bekerja oleh
dokter Perusahaan. • Melaksanakan pekerjaan bagi personel yang belum melakukan
• Memastikan setiap pekerja telah memenuhi persyaratan kesehatan untuk pemeriksaan kesehatan atau masa berlaku MCU telah habis.
bekerja. • Melakukan pekerjaan saat kondisi tubuh sedang tidak fit.
• Memantau hasil pemeriksaan kesehatan. • Bekerja saat berada dalam pengaruh obat dan alkohol.
• Melakukan pemeriksaan kesehatan (health surveillance): • Mengabaikan aturan kesehatan khusus yang berlaku di
a. Saat sebelum berangkat ke lokasi kerja, termasuk embarkasi laut dan Perusahaan saat terjadi wabah penyakit menular/kondisi
udara. pandemi.
b. Saat tiba di tempat kerja.
c. Setiap hari (DCU) sebelum memulai pekerjaan untuk pekerjaan yang
memiliki aktivitas fisik berat (berisiko tinggi) seperti bekerja di ketinggian,
bekerja di ruang terbatas, operator alat berat, pengemudi,
penyelam/teknik bawah air, tenaga security dan fireman.
d. Setiap hari (DCU) kepada pekerja yang memiliki risiko kesehatan.
e. Pekerja yang melebihi jadwal kerja yang telah ditentukan.
f. Setiap minggu kepada seluruh pekerja.
• Melaporkan kepada supervisor jika merasa tidak sehat atau tidak layak untuk
bekerja.
• Menjalankan aturan protokol kesehatan yang ditetapkan Perusahaan,
khususnya jika terjadi wabah penyakit menular/kondisi pandemi.
7. FIT TO WORK
LESSON LEARNED

1 (satu) orang Personil Roustabout ditemukan tidak sadar dan


meninggal di kabin kamar Rig pengeboran lepas pantai. IP
tidak menginformasikan ke Paramedik dan Tim Dokter tentang
kondisi sakit yang dirasakan IP saat mulai bekerja di lokasi
Rig. Seharusnya pemeriksaan kesehatan pekerja dilakukan
sesuai STK, memastikan kemutakhiran/sosialisasi/implementasi
DCU, serta melakukan review dan sosialisasi MERP.*

1 (satu) orang Personil WIDP Supervisor Power meninggal


karena Covid-19. IP tidak menuliskan gejala sakit tenggorokan
di dalam form kewaspadaan detail. IP dan rekan kerja lainnya
melaksanakan rapat di kamar selama dua hari berturut-turut
dengan durasi melebihi ketentuan yang ditetapkan.
Seharusnya Menjalankan aturan protokol kesehatan yang
ditetapkan perusahan yaitu mematuhi batas maksimal durasi
rapat secara offline dan melaporkan keadaan jika merasa
tidak sehat.*
* Ilustrasi tidak menggambarkan situasi ataupun lokasi sebenarnya
8. WORKING AT HEIGHT
JANGAN JATUH, KARENA JATUH ITU SAKIT

Gunakan alat pencegah jatuh saat bekerja di ketinggian

Do’s Dont’s
• Memastikan Pekerja memiliki kompetensi, kajian risiko dan ijin Kerja
untuk bekerja di ketinggian. • Melakukan Pekerjaan tanpa kompetensi, kaji risiko dan Ijin Kerja
• Pekerja WAH harus menggunakan peralatan pelindung bekerja di untuk bekerja di ketinggian.
ketinggian (Full Body Harness & Lanyard) yang telah terinspeksi. • Menggunakan peralatan pelindung bekerja yang belum
• Melakukan pengecekan peralatan (perancah/tangga/man lift) dan terinspeksi/tersertifikasi.
pelindung bekerja di ketinggian sebelum digunakan. • Melakukan pekerjaan saat cuaca ekstrim.
• Memastikan peralatan/barang yang digunakan sudah terikat sempurna • Mencoba menjangkau di luar batas aman.
untuk menghindari potensi jatuh dan objek benda yang jatuh (drop • Menggunakan tangga pada permukaan yang rapuh/tidak datar.
object). • Melakukan pekerjaan sendirian (tanpa buddy system).
• Memastikan bahwa lanyard/lifeline selalu terpasang pada anchor point.
• Terapkan prinsip Three Point Contact.
• Mengkomunikasikan prosedur, rencana kerja dan rescue plan kepada
semua pelaksana pekerjaan.
• Memastikan physical barriers (sign/line) pada area pelaksanaan
pekerjaan.
• Sebelum mulai kerja di ketinggian (WAH), memastikan “task specific
ERP” telah tersedia.
• Memastikan Task Specific ERP telah diketahui dan disetujui oleh Tim
Emergency di lokasi (SERT).
• Seluruh Pekerja dalam Tim WAH telah memahami Rescue Plan (ERP).
8. WORKING AT HEIGHT
LESSON LEARNED
Terjadi Fatality Pada Pekerjaan Pembongkaran Menara
Penyalur Petir (triangle tower), di mana pada saat kejadian
terjadi angin kencang yang mengakibatkan menara penyalur
petir rubuh (collaps) sehingga korban jatuh bersama menara
tersebut. Seharusnya dilakukan identifikasi bahaya (JSA)
terhadap semua potensi bahaya bekerja di ketinggian yang
mungkin terjadi, seperti perubahan cuaca secara tiba-
tiba/ekstrim, termasuk melakukan pengawasan atas pekerjaan
di ketinggian.

Terjadi Fatality pada saat korban melakukan pekerjaan


pemelesteran dinding dengan menggunakan Scaffolding.
Pada saat akan turun, korban menginjak atap tanpa penguat
sehingga jatuh ke lantai (tinggi 5 m) dan langsung tidak
sadarkan diri. Seharusnya untuk melakukan pekerjaan di
ketinggian para Personel dilengkapi penggunaan Full Body
Harness atau platform yang memadai termasuk mengetahui
bahaya atas pekerjaan tersebut. *

* Ilustrasi tidak menggambarkan situasi ataupun lokasi sebenarnya


9. PERSONAL FLOATATION DEVICE
Makin PD pake APD
Pastikan perangkat apung digunakan saat bekerja di area yang memiliki potensi risiko tenggelam.
Pelampung atau alat apung lainnya harus selalu dipakai di daerah yang diidentifikasi memiliki potensi bahaya jatuh ke dalam
air untuk melindungi dari kemungkinan tenggelam

Do’s Dont’s
• Mengenakan perangkat alat apung pribadi saat bekerja di
• Bekerja tanpa pelampung di atas perairan ataupun berada di
daerah yang berpotensi tenggelam.
transportasi air tanpa pelampung.
• Mengenakan perangkat alat apung pribadi dengan benar dan
• Menggunakan pelampung yang rusak atau cacat/tidak sesuai
sebagaimana dimaksud (misalnya ukuran yang benar, diikat jika
standar.
diperlukan, dll.)
• Memakai pelampung yang tidak sesuai ukuran
• Memastikan kondisi perangkat alat apung pribadi berfungsi
(kebesaran/kekecilan).
dengan baik.
• Menggunakan pelampung yang tidak sesuai fungsinya.
• Memastikan semua pekerja menggunakan perangkat alat apung
pribadi sesuai dengan instruksi yang telah ditentukan.
• Memastikan bahwa perangkat alat apung pribadi diperiksa secara
teratur dan cocok untuk digunakan.
• Menyampaikan instruksi penggunaan perangkat alat apung
kepada semua pelaksana kerja.
• Lakukan Inspeksi berkala kondisi alat apung pribadi yang akan
digunakan.
9. PERSONAL FLOATATION DEVICE
LESSON LEARNED
1 (orang) personil meninggal akibat terjatuh saat berpindah
tempat dari Kapal ke Barge. IP tidak Memakai Personal
Floatation Device/Alat-Apung-Pribadi pada saat akan
berpindah tempat ke barge dengan kondisi kapal yang masih
bergerak kemudian terseret arus perairan dan tenggelam.
Seharusnya Kenakan perangkat alat apung selama menaiki
kapal dan selama bekerja di daerah yang berpotensi
tenggelam.*

1 (orang) personil crew meninggal akibat terjatuh ke Sungai. IP


berusaha mengambil pelampung di atas atap kapal dari sisi
sebelah kiri. Saat pelampung akan diambil korban terpeleset
sehingga terjatuh ke sungai dalam keadaan belum
menggunakan pelampung kemudian terseret arus bawah sungai
dan tenggelam. Korban ditemukan 2 hari kemudian dalam
kondisi mengapung dan tidak bernyawa. Seharusnya Kenakan
perangkat alat apung sebelum menaiki kapal dan selama
bekerja di daerah yang berpotensi tenggelam.*

* Ilustrasi tidak menggambarkan situasi ataupun lokasi sebenarnya


10. SYSTEM OVERRIDE
INGAT, JANGAN SHORT CUT!
Pastikan mendapatkan izin dan otorisasi sebelum melakukan override/bypass atau
menonaktifkan/disabling Safety & Environment Critical equipment (SECE).

Do’s Dont’s
• Meminta izin dan mengkomunikasikan dengan pihak
terkait, sebelum melakukan override.
• Memastikan bypass/override yang diperlukan (untuk
• Melakukan bypass/override tanpa izin dari pihak
aktifitas pekerjaan tertentu) sudah dilakukan.
berwenang.
• Melakukan monitoring dan pengendalian selama override
• Menunda untuk mengembalikan peralatan ke
berlangsung. Segera laporkan bila ada perubahan
kondisi.
mode operasi normal.
• Mengembalikan bypass ke kondisi normal sesegera
mungkin.
• Mencatat semua override yang belum dinormalkan di
catatan handover.
• Menginformasikan Bypass/override berkepanjangan/Long
Term Inhibition kepada pihak berwenang/tertinggi.
• Override dilakukan oleh orang yang berkompeten dan
berwenang.
• Ikuti petunjuk khusus override terkait kondisi darurat.
10. SYSTEM OVERRIDE
LESSON LEARNED

Pada saat terjadi kebocoran pipa kondensat di sungai, produksi tetap diteruskan
dengan mem-bypass closing Shut Down Valve (SDV). Tumpahan kondensat tidak
terkendali, dan setelah kapal warga melintas terjadi kebakaran besar. 5 korban
jiwa dan 2 orang terluka pada kejadian ini.
Seharusnya bypass tidak boleh dilakukan tanpa risk assessment dan ijin dari pihak
berwenang.

SDV

* Ilustrasi tidak menggambarkan situasi ataupun lokasi sebenarnya


11. ASSET INTEGRITY
PANTAU DAN LAPORKAN YANG TIDAK LAYAK!

Pastikan fasilitas telah dilakukan inspeksi, pengujian, dan pemeliharaan sesuai dengan prosedur dan
peraturan.

Do’s Dont’s
• Memastikan fasilitas yang dioperasikan memenuhi • Mengoperasikan fasilitas yang tidak standar, tidak
standar dan layak digunakan. layak pakai, melebihi dari kapasitas alat.
• Mengoperasikan fasilitas sesuai manual/prosedur • Memakai spare part yang tidak sesuai standar.
operasi. • Memodifikasi fasilitas tanpa rekomendasi dari ahli
• Melaporkan setiap penyimpangan dan pabrikan.
tekanan/aliran/suhu/suara/getaran/bau.
• Memastikan pemeriksaan dan pengetesan fasilitas
telah dilakukan oleh personil yang kompeten.
• Melaporkan setiap kondisi fasilitas yang menyimpang
(cacat/retakan/kerusakan) untuk perbaikan.
• Memastikan peralatan/fasilitas yang kondisinya tidak
layak/belum diinspeksi/akan diperbaiki sudah ditandai
dan diketahui pekerja di sekitarnya.
11. ASSET INTEGRITY
LESSON LEARNED
Mud Gas Separator (MGS) dioperasikan dengan modifikasi tambalan, tanpa disertai data
kalkulasi engineering dan inspeksi teknis. Kerusakan pada komponen dan tidak adanya
peralatan pengaman menyebabkan separator terlempar sejauh 23,5 meter. Peristiwa ini
menyebabkan 1 orang meninggal dan 1 orang membutuhkan perawatan first aid.
Foto Kejadian
Seharusnya fasilitas dan alat yang akan dipakai telah diinspeksi dan dinyatakan layak
pakai oleh pihak berwenang.

Mud Gas
Separator
12. DRIVING SAFETY
TETAP JAGA JARAK AMAN

Pastikan pengemudi, penumpang, dan kendaraan telah mematuhi peraturan keselamatan berkendara yang berlaku.
Saat mengemudi gunakan sabuk pengaman Anda, jangan gunakan ponsel & jangan melebihi batas kecepatan.

Do’s Dont’s
• Memastikan pengemudi memiliki kompetensi/Defensive Driving dan
dalam kondisi fit sebelum diizinkan mengemudi kendaraan di area
perusahaan. • Pengemudi menggunakan perangkat seluler apa pun
• Semua pekerja harus memakai sabuk pengaman dengan benar saat (misalnya, ponsel, tablet, laptop, atau perangkat digital
berada di kendaraan yang bergerak. lainnya) atau mengirim atau membaca teks atau pesan
• Pengemudi harus mengamati dan mematuhi aturan lalu lintas (marka elektronik lainnya saat mengemudi.
dan rambu), rute perjalanan, menjaga jarak aman dan batas • Mengemudi ketika lelah dan dalam pengaruh obat terlarang
kecepatan. dan alkohol; pengemudi diharuskan untuk menepi dan
• Pengemudi harus menyesuaikan berkendara untuk mengakomodasi beristirahat ketika diperlukan.
cuaca, medan, dan kondisi lingkungan lainnya yang berlaku. • Mengemudikan kendaraan yang tidak layak atau rusak.
• Penumpang harus turun tangan jika salah satu aturan Keselamatan • Mengangkut penumpang atau barang melebihi kapasitas
Berkendara tidak diikuti. angkut.
• Memastikan manajemen risiko perjalanan tersedia dan
mengkomunikasikan kepada pengemudi dan pihak-pihak yang perlu
mengambil tindakan jika terjadi insiden.
• Memastikan kelayakan dan kelengkapan kendaraan beserta surat-
surat yang sesuai dengan aturan yang berlaku setiap akan
berkendara.
12. DRIVING SAFETY
LESSON LEARNED
1 orang meninggal dunia dan 1 orang cedera akibat kecelakaan
lalu lintas antara road tank Crude Oil dengan angkutan umum
dikarenakan angkutan umum berhenti mendadak serta lampu rem
dan lampu malam mati sehingga tabrakan tidak terhindarkan.
Seharusnya memastikan kelayakan dan kelengkapan kendaraan
beserta surat-surat yang sesuai dengan aturan yang berlaku
setiap akan berkendara dan pengemudi harus mengamati dan
mematuhi aturan lalu lintas (marka dan rambu), rute perjalanan,
menjaga jarak aman dan batas kecepatan.*

1 orang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas antara road


tank Crude Oil dengan sepeda motor, di mana korban dalam
keadaan pengaruh alkohol mengendarai sepeda motor dan
menabrak plang belakang mobil tangki yang sedang berjalan.
Seharusnya tidak mengemudi ketika lelah dan dalam
pengaruh obat terlarang dan alkohol; pengemudi diharuskan
untuk menepi dan beristirahat ketika diperlukan.*

* Ilustrasi tidak menggambarkan situasi ataupun lokasi sebenarnya


13. GROUND DISTURBANCE
JANGAN GALI KUBURANMU SENDIRI!
Pastikan semua bahaya bawah tanah seperti pipa dan kabel telah diidentifikasi, diketahui,
ditandai lokasinya, serta diisolasi bila diperlukan

Do’s Dont’s
• Memiliki izin kerja untuk melakukan aktifitas penggalian.
• Mengidentifikasi instalasi bawah tanah pada area penggalian dengan denah
instalasi bawah tanah dan memberikan penanda. • Melakukan penggalian tanpa mempunyai izin kerja.
• Mendapatkan otorisasi dari pejabat berwenang (Safety, Production, Electrical, • Melakukan penggalian tanpa identifikasi instalasi
Instrumentation, Telecommunication) terkait penggalian.
• Menentukan dan melaksanakan tindakan pengendalian untuk penggalian
bawah tanah.
berdekatan dengan instalasi bawah tanah. (contoh: isolasi peralatan – check
energy isolation).
• Mempertimbangkan kemungkinan adanya bahaya terkait ruang terbatas
(check confined space).
• Mengisi dengan lengkap Ground Disturbance/Excavation Checklist.
• Menyiapkan akses masuk dan keluar dari lubang penggalian.
• Memberikan area penggalian tanda untuk mencegah akses yang tidak
diizinkan.
• Memperhatikan bahaya terjebak longsor, gas berbahaya, penambahan air
saat penggalian.
• Memperhatikan peralatan/fasilitas di lokasi penggalian atas (overhead
obstruction)
• Memeriksa kestabilan tanah dan peralatan di sekitar lokasi penggalian dan
menerapkan tindakan pengendalian (sloping/shoring).
13. GROUND DISTURBANCE
LESSON LEARNED

Pekerjaan penggalian untuk trenching mengenai pipa kondensat yang tidak


teridentifikasi. Kemudian terjadi condensate spill ke sungai, yang terbakar ketika
kapal warga melintas. Terdapat 5 korban jiwa dan 2 korban luka pada kejadian ini.
Seharusnya semua pekerjaan penggalian melibatkan semua pihak berwenang untuk
mengidentifikasi instalasi dan potensi bahaya bawah tanah.
14. HOT WORK
API KECIL ITU KAWAN, KALAU BESAR JADI LAWAN

Amankan sumber panas dan material mudah terbakar

Do’s Dont’s
• Memastikan Pekerja memiliki kompetensi, ijin kerja, dan JSA untuk pekerjaan “Hot
Work”.
• Memastikan sumber energi/panas sudah diisolasi dan lakukan LOTO. • Melakukan Pekerjaan tanpa memiliki kompetensi, ijin Kerja, dan Kaji
• Memastikan “gas test” sudah dilakukan sebelum pelaksanaan Hot Work, Confined Risiko.
Space dan pekerjaan lainnya yang memiliki potensi gas berbahaya & beracun • Menggunakan peralatan yang tidak sesuai (selang/kabel/tabung)
yang dilakukan oleh Authorized Gas Tester. yang rusak atau modifikasi yang tidak disetujui.
• Menghentikan pekerjaan jika mencium bau gas. • Melakukan pengelasan/pemotongan terhadap pipa yang belum
• Melakukan “gas test” secara berkala berdasarkan hasil Kaji Risiko. diketahui keamanannya.
• Memastikan area kerja “Hot Work” sudah aman terhadap sumber bahan bakar • Melakukan pekerjaan pada area dekat material/bahan yang mudah
dan benda/material yang mudah terbakar. terbakar.
• Memastikan penggunaan peralatan kerja yang telah terinspeksi dan/tersertifikasi. • Melakukan penyelamatan jika area sekitar belum dinyatakan aman.
• Memastikan alat pengaman telah tersedia (Safety Guard, flash back arrestor,
Blower).
• Menggunakan Alat Pelindung Diri sesuai kaji risiko.
• Memastikan kesiapan Fire Watcher, APAR, dan Gas Tester untuk penangan kondisi
darurat.
• Mengkomunikasikan prosedur, rencana kerja dan rescue plan kepada semua
pelaksana pekerjaan.
• Sebelum bekerja Hot Work, memastikan “task specific ERP” telah tersedia.
• Memastikan Task Specific ERP telah diketahui dan disetujui oleh Tim Emergency di
lokasi.
• Memastikan seluruh Pekerja Hot Work telah memahami Rescue Plan (ERP)
14. HOT WORK
LESSON LEARNED
Engine Room
Terjadi Fatality pada pekerjaan Hot Work di Engine Room
FSO yang mengakibatkan kebakaran dan ledakan
sehingga jatuh korban 1 pekerja meninggal dan 4 pekerja
mengalami luka bakar. Seharusnya gas test dilakukan
sebelum pelaksanaan dan dimonitor secara berkala oleh
Authorized Gas Tester (AGT).*

Terjadi Fatality Pada Pekerjaan/Program Perawatan Sumur. Pada


saat akan dilakukan penyambungan stand ke-9, terjadi semburan
Foto
dari annulus setinggi ± 1,5 meter di atas floor.Kejadian
Sesaat kemudian
tiba-tiba muncul api dari sekitar rig floor dan tanki (T-1) yang
langsung membesar (kebakaran), serta menyambar semua crew.
Seharusnya tersedia gas detector dengan spesifikasi minimal 4
parameter (CH4/LEL, CO, H2S, O2) sebagai perlengkapan wajib
di Rig dan tata kelola pembuatan program kerja perawatan
sumur dilengkapi dengan identifikasi bahaya.*

* Ilustrasi tidak menggambarkan situasi ataupun lokasi sebenarnya


15. MANAGEMENT OF CHANGE
KOMUNIKASI DAN SOSIALISASI, KUNCI MOC
Pastikan setiap perubahan manajemen yang dilakukan telah melalui kajian risiko, disetujui, dan
dikomunikasikan

Do’s Dont’s
 Mengidentifikasi perubahan sebelum melaksanakan  Melakukan perubahan baik teknis maupun non teknis
pekerjaan: organisasi, instalasi/fasilitas (misalnya P&ID), tanpa melakukan kajian risiko dan tanpa persetujuan
peralatan yang digunakan, metode kerja dan prosedur pejabat yang berwenang.
(TKI, TKPA, dsb).  Melanjutkan pekerjaan perubahan instalasi/fasilitas
 Melakukan identifikasi kajian risiko terhadap kegiatan (misalnya P&ID), peralatan yang digunakan, metode
operasi karena adanya perubahan. kerja dan prosedur (TKI, TKPA, dsb) yang belum
 Mengkomunikasikan perubahan kepada pejabat yang dilakukan pembaharuan kajian risiko dan/atau belum
berwenang. mendapat persetujuan.
 Memastikan semua pihak sudah mendapatkan informasi  Melakukan improvisasi terhadap MOC yang sudah
terkait perubahan yang terjadi. disetujui.
 Memastikan pendokumentasian MOC dilakukan dengan  Melakukan pekerjaan tanpa sosialiasi terhadap MOC
baik. yang telah disahkan.
15. MANAGEMENT OF CHANGE
LESSON LEARNED

Lengan kanan bagian atas IP tertarik ke bagian mixer yang sedang berputar
dalam kegiatan konstruksi pengecoran. Terdapat perubahan metode kerja
(pembuatan beton cor dari Batching plant menjadi mixing truck), modifikasi
peralatan kegiatan konstruksi, dan perubahan layout alat dan material saat
bekerja.
Seharusnya setiap perubahan terhadap scope pekerjaan, peralatan,
prosedur dilakukan kajian risiko kembali, mendapat persetujuan pejabat
yang berwenang dan telah dikomunikasikan kepada setiap pekerja terkait
sebelum pekerjaan dilaksanakan (Management of Change).

Pada saat akan melakukan penyemenan casing 9 5/8” di kedalaman 250 m,


dilakukan pemompaan spacer 30 bbls & kemudian drop Bottom Plug dan lanjut
cement mixing. Cement mixing menggunakan surge tank independent (ada 3 kaki),
di mana tank tidak mempunyai skid dan diganjal dengan susunan kayu (ex-palet).
Ketika cement mixing sedang berlangsung, surge tank bergoyang. Kaki tank
bergeser dan meleset dari kayu ex-palet, amblas sehingga tank roboh menimpa
korban yang sedang berada di dekat surge tank. Korban tertimpa surge tank
yang berisi semen beratnya + 4 ton. Terdapat perubahan peruntukan
penggunaan peralatan tank yang awalnya di offshore, kemudian digunakan di
onshore. Seharusnya desain alat diperbaiki sesuai penggunaannya. Setiap
perubahan fungsi peralatan, perubahan desain, dan perubahan prosedur
penggunaan alat dilakukan kajian risiko kembali. Perubahan-perubahan yang
ada disetujui pejabat yang berwenang dan dikomunikasikan kepada setiap
pekerja.

Anda mungkin juga menyukai