tp
s:
//su
m
en
ep
k ab
.b
ps
.go
.id
ht
tp
s:
//s
um
en
ep
ka
b.
bp
s.
go
.id
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
KABUPATEN SUMENEP
MENURUT PENGELUARAN 2018- 2022
id
Naskah:
.
go
BPS Kabupaten Sumenep s.
bp
Penyunting:
b.
Gambar Kulit:
en
Diterbitkan Oleh:
s:
Dicetak oleh:
CV.INSERTCOIN
Penyunting
Ribut Hadi Candra, SH., MM.
Penulis
Arvia Dwi Royani, SST.
id
.
Saurina Banjarnahor, A.md
go
s.
bp
Pengolah Data
b.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu perangkat data
ekonomi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja pembangunan ekonomi
suatu wilayah (provinsi maupun kabupaten/kota). Perangkat data ini dapat pula
digunakan untuk kepentingan dan tujuan lain, seperti sebagai dasar pengembangan
model-model ekonomi dalam rangka menyusun formulasi kebijakan, tingkat percepatan
uang beredar (velocity of money), pendalaman sektor keuangan (finacial deepening),
penetapan pajak, kajian ekspor dan impor dan sebagainya.
.id
go
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah, Investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto dan
s.
Perubahan Inventori), Ekspor Luar Negeri, Impor Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar
bp
b.
Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor antar daerah). Data PDRB dalam
ka
publikasi ini serta publikasi-publikasi selanjutnya menggunakan tahun dasar 2010, serta
ep
en
memberikan dukungan data diucapkan terima kasih. Semoga kerjasama yang telah
ht
Halaman
Kata Pengantar …………………………………………………………………............. v
Daftar Isi ………………………………………………………………………………….. vii
Daftar Tabel ……………………………………………………………………………… ix
Daftar Grafik ……………………………………………………………………………... xi
Daftar Lampiran ………………………………………………………………………….. xiii
id
1.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ………….. 3
.
go
1.2. Kegunaan Statistik PDRB ………………………………………….. s. 6
bp
b.
PENUTUP …………………………………………………………………... 61
LAMPIRAN ………………………………………………………………… 65
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………...... 71
. id
go
s.
bp
b.
ka
ep
en
m
su
s ://
tp
ht
id
Tabel 6 Sumber Pertumbuhan PDRB Menurut Pengeluaran, Kabupaten
.
go
Sumenep, Tahun 2018-2022............................................................................
s. 42
bp
Tabel 7 Perkembangan Komponen Konsumsi Rumah Tangga Kabupaten
b.
2022..................................................................................................................... 50
Tabel 11 Perkembangan dan Struktur Perubahan Inventori Kabupaten
Sumenep, Tahun 2018-2022............................................................................ 52
Tabel 12 Perkembangan Net Ekspor Barang dan Jasa Kabupaten Sumenep,
Tahun 2018 – 2022 ........................................................................................... 53
Tabel 13 Produk Domestik Regional Bruto dan PDRB Perkapita Kabupaten
Sumenep, Tahun 2018-2022 ........................................................................... 57
Tabel 14 Proporsi Total Pengeluaran Konsumsi Akhir Terhadap PDRB
Kabupaten Sumenep, Tahun 2018-2022........................................................ 58
Tabel 15 Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Sumenep, Tahun
2017 - 2021......................................................................................................... 60
id
Pengeluaran, Kabupaten Sumenep Tahun 2018–2022................................ 40
.
go
s.
bp
b.
ka
ep
en
m
su
s ://
tp
ht
Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Pengeluaran Kabupaten Sumenep Tahun 2018 – 2022 (Miliar Rupiah).. 67
Tabel 2 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010
Menurut Pengeluaran Kabupaten Sumenep Tahun 2018 – 2022 (Miliar
Rupiah) ............................................................................................................. 67
Tabel 4 Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut
Pengeluaran Kabupaten Sumenep Tahun 2018 - 2022............................... 68
id
Tabel 5 Indeks Harga Implisit PDRB (2010=100) Menurut Pengeluaran
.
go
Kabupaten Sumenep Tahun 2018 – 2022......................................................
s. 69
bp
xiv Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa Timur Menurut Pengeluaran 2012 - 2016
id.
go
s.
bp
b.
ka
ep
en
m
su
s ://
tp
ht
id
Pengeluaran ini seperti variabel Pengeluaran Konsumsi Akhir, pembentukan modal tetap bruto
.
atau investasi fisik, serta ekspor dan impor.
go
s.
bp
PDRB Pengeluaran diestimasi secara independen dengan menggunakan data dasar yang relatif
en
m
berbeda. PDRB Produksi menggambarkan aktivitas produksi, serta pendapatan yang diterima
su
pemilik faktor produksi yang terlibat (balas jasa faktor produksi)1. Sedangkan PDRB Pengeluaran
s ://
tp
mendapatkan barang dan jasa yang diproduksi tersebut. Melalui PDRB Pengeluaran juga dapat
dilihat keterkaitannya dengan penyediaan barang dan jasa yang berasal dari domestik maupun
dari impor. Melalui hubungan ini terlihat titik keseimbangan makro antara sisi penyediaan
(supply side) dan sisi permintaan (demand side) barang dan jasa.
Secara konsep2 penghitungan PDRB dari sisi yang berbeda di atas dimaksudkan untuk: i)
memastikan konsistensi dan kelengkapan di dalam membuat estimasi; ii) memberi manfaat lebih
di dalam melakukan analisis; dan iii) mengontrol kelayakan hasil estimasi. Secara teoritis, kedua
pendekatan tersebut akan menghasilkan nilai yang sama besar (equivalent). Namun karena
pendekatan estimasi dan metode pengukuran yang digunakan berbeda, maka akan muncul
selisih statistik (statistical descrepancy).
1 Termasuk di dalamnya penyusutan dan pajak tidak langsung “neto” (pajak tidak langsung dikurangi subsidi)
2 Handbook of National Accounting. Accounting for Production: Sources and Methods (Series F no 30 United Nations)
PDRB Kabupaten Sumenep Menurut Pengeluaran 3
2018 – 2022
Dengan demikian PDRB Pengeluaran menjelaskan besarnya nilai barang dan jasa (output)
yang dihasilkan dalam wilayah domestik, yang digunakan sebagai konsumsi “akhir” oleh
masyarakat. Secara spesifik, yang dimaksud dengan konsumsi akhir adalah penggunaan barang
dan jasa yang tidak dimaksukan untuk diproses lebih lanjut (dikonsumsi habis). Penggunaan
produk akhir tersebut diwujudkan dalam bentuk “permintaan akhir”. Permintaan akhir yang
dimaksud terdiri dari komponen-komponen Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah tangga (PK-
RT), Pengeluaran Konsumsi Akhir Lembaga Non Profit Yang Melayani Rumah tangga (PK-
LNPRT), Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah (PK-P), Pembentukan Modal Tetap Bruto
(PMTB), Perubahan Inventori (PI), serta komponen Ekspor barang dan jasa.
Dalam menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi permintaan akhir masyarakat
tersebut, tidak terlepas dari ketergantungan pada produk yang berasal dari dari luar wilayah
atau luar negeri (impor). Berbagai barang dan jasa yang menjadi konsumsi akhir masyarakat di
id
dalamnya akan terkandung produk impor. Sehingga dalam mengukur besarnya nilai tambah
.
go
domestik (PDRB), komponen impor barang dan jasa harus dikeluarkan atau dikurangkan dari
s.
bp
penghitungan konsumsi atau permintaan akhir. Tingginya permintaan tidak selalu diimbangi
b.
oleh penyediaan domestik, sehingga kondisi ini menjadi peluang bagi masuknya produk impor.
ka
ep
Data empiris menunjukkan bahwa dari waktu ke waktu, perdagangan produk impor terus
en
Secara konsep, PDRB Produksi (Y) sama besar dengan PDRB Pengeluaran (E), namun
s ://
dalam kenyataannya tidaklah demikian. Selain berbeda dalam struktur atau komposisi,
tp
ht
pendekatan pengukuran antar keduanya juga berbeda. Dalam penyajian data PDRB, perbedaan
ini diletakkan pada sisi PDRB Pengeluaran. Unsur yang menyebabkan perbedaan tersebut antara
lain adalah konsep dan basis pengukuran, metode dan cakupan pengukuran, serta data dasar
yang digunakan untuk estimasi. Melalui penjelasan ini para pengguna data PDRB tidak
mempermasalahkan adanya perbedaan (statistical descrepancy) tersebut.
3. - Yang dimaksud adalah rumahtangga, pemerintah, lembaga non profit yang melayani rumah tangga serta sektor produksi (produsen) di
wilayah domestik
- Disebut sebagai pendekatan “riil”
- Siklus ekonomi secara umum yang menjelaskan tentang hubungan antara balas jasa faktor produksi (pendapatan) dengan pengeluaran atas
penggunaan berbagai produk barang dan jasa oleh faktor produksi tersebut
4 PDRB Kabupaten Sumenep Menurut Pengeluaran
Tahun 2018 – 2022
untuk pembelian barang dan jasa dari produk domestik maupun impor (termasuk untuk
diekspor) merupakan bentuk analisis yang sederhana dari data PDRB. Keharusan memiliki
jumlah yang sama pada kedua model pendekatan PDRB tersebut, secara simultan dapat
ditunjukkan melalui model atau persamaan Keynesian sebagai berikut :
Y = C + GFCF + Δ Inventori + X – M
id
.
X = Ekspor
go
M
s.
= Impor
bp
b.
ka
ep
Persamaan di atas menunjukkan pendapatan atau nilai tambah bruto dari hasil
en
penghitungan PDRB Produksi akan “identik” dengan PDRB Pengeluaran. Jika Y adalah
m
su
pendapatan, C adalah konsumsi akhir, dan GFCF serta Δ Inventori merupakan bentuk investasi
://
fisik, maka selisih antara ekspor dengan impor menggambarkan surplus atau defisit dari
s
tp
aktivitas perdagangan barang dan jasa antar wilayah, baik dengan wilayah lain ataupun dengan
ht
luar negeri.
Sebagaimana PDRB Produksi, dari PDRB Pengeluaran juga dapat diturunkan berbagai data
agregat terntang perekonomian wilayah seperti nilai nominal, struktur atau distribusi
pengeluaran konsumsi akhir, pertumbuhan “riil”, serta indeks harga implisit. Data yang
dimaksud tersedia baik untuk masing-masing komponen PDRB Pengeluaran maupun untuk
total perekonomian.
Selama sepuluh tahun terakhir, banyak perubahan yang terjadi pada kondisi perekonomian
global maupun lokal, yang sangat berpengaruh terhadap perekonomian nasional. Krisis finansial
global yang terjadi tahun 2008, penerapan perdagangan bebas antara China-ASEAN (CAFTA),
perubahan sistem pencatatan perdagangan internasional, serta semakin meluasnya jasa layanan
pasar modal merupakan beberapa contoh perubahan yang perlu diantisipasi dalam mekanisme
pencatatan data statistik nasional.
Satu bentuk implementasi dari System of National Accounts (SNA) adalah melakukan
perubahan tahun dasar PDB/PDRB. Di Indonesia kegiatan perubahan tahun dasar dari tahun
2000 ke 2010 dilakukan bersamaan dengan upaya mengimplementasi rekomendasi Perserikatan
id.
go
Bangsa-Bangsa (PBB) yang tertuang dalam buku panduan SNA 2008. Kegiatan ini diawali
s.
dengan menyusun kerangka kerja dalam bentuk Supply and Use Tables (SUT) Indonesia untuk
bp
b.
tahun data 2010. Dari kerangka SUT tersebut diperoleh nilai estimasi PDB dan komponen-
ka
komponennya. Selanjutnya nilai PDB maupun komponennya ini dijadikan sebagai acuan
ep
en
(benchmark) ketika BPS Provinsi maupun BPS Kabupaten/Kota menyusun PDRB-nya. Untuk itu,
m
guna menjaga konsistensi dengan hasil penghitungan PDB, maka perubahan tahun dasar PDRB
su
://
SNA 2008 merupakan rekomendasi internasional tentang tata cara pengukuran aktivitas
ekonomi, yang telah sesuai dengan penghitungan konvensional berdasarkan prinsip-prinsip
ekonomi. Rekomendasi dinyatakan dalam sekumpulan konsep, definisi, cakupan, dan
klasifikasi, serta aturan neraca yang disepakati secara internasional dalam mengukur indikator
ekonomi makro (account) seperti PDB/PDRB.
SNA dirancang guna menyediakan informasi tentang aktivitas yang dilakukan oleh para
pelaku ekonomi, utamanya aktivitas produksi, konsumsi, dan aktivitas akumulasi aset fisik. SNA
dapat dimanfaatkan antara lain untuk kepentingan analisis, perencanaan dan penetapan
kebijakan ekonomi. Melalui kerangka SNA, fenomena suatu perekonomi wilayah dapat
dijelaskan dan dipahami dengan lebih baik.
a. Meningkatkan nilai PDRB, yang pada gilirannya berpengaruh pada perubahan kelompok
pendapatan (dari wilayah berpendapatan rendah menjadi menengah atau tinggi), serta
pergeseran struktur ekonomi;
b. Perubahan besaran indikator makro seperti rasio pajak, rasio hutang, rasio investasi dan
id
tabungan, neraca perdagangan, serta struktur dan pertumbuhan ekonomi;
.
c. Perubahan input data untuk keperluan modeling dan forecasting.
go
s.
bp
b.
Terpilihnya tahun 2010 sebagai tahun dasar didasarkan atas beberapa alasan sbb:
en
m
4
SNA1993, para 16.76: “constant price series should not be allowed to run for more than five, or at the most, ten years without rebasing”
PDRB Kabupaten Sumenep Menurut Pengeluaran 7
2018 – 2022
Terdapat 118 revisi di SNA 2008 dari SNA sebelumnya, dan 44 diantaranya merupakan
revisi yang utama. Beberapa revisi yang diadopsi dalam penghitungan PDB/PDRB tahun dasar
2010 antara lain adalah:
a. Sumber daya hayati (cultivated biological resources/CBR). CBR merupakan nilai aset alam
hasil budidaya manusia, yang diperlakukan sebagai bagian dari output pertanian dan
PMTB. Contoh nilai tegakan padi, kelapa sawit dan karet yang belum dipanen, serta
nilai sapi perah yang belum menghasilkan.
b. Sistem persenjataan (military weapon systems/MWS). MWS merupakan nilai pengeluaran
pemerintah untuk pengadaan alat pertahanan dan keamanan, yang diperlakukan
sebagai bagian dari output industri peralatan militer dan PMTB seperti pesawat
tempur, kendaraan lapis baja, dan peluru kendali.
id
c. Penelitian dan pengembangan (research and development/RnD). RnD merupakan nilai
.
go
s.
pengeluaran untuk aktivitas penelitian dan pengembangan, yang diperlakukan sebagai
bp
bagian dari output industri yang melakukannya dan PMTB seperti RnD tentang
b.
ka
merupakan nilai pengeluaran untuk aktivitas eksplorasi dan evaluasi barang tambang
su
cadangan tambang atau mineral. Biaya eksplorasi dan evaluasi diperlakukan sebagai
tp
ht
• Metodologi
Output jasa intermediasi keuangan. Output industri ini diestimasi dengan metode FISIM
(Financial intermediation services indirectly measured / FISIM). FISIM dihitung berdasarkan
tingkat suku bunga simpanan (deposits), bunga pinjaman (loans), dan suku bunga referensi
(reference). Metode ini menggantikan metode Imputed Bank Services Charge (IBSC).
• Valuasi
Nilai tambah bruto lapangan usaha dinilai dengan harga dasar (Basic Price). Harga dasar
merupakan harga keekonomian suatu barang atau jasa pada tingkat produsen, sebelum ada
intervensi pemerintah dalam bentuk pajak dan subsidi atas produk.
id
.
go
• Klasifikasi
s.
bp
rev.4) dan Central Product Classification (CPC rev.2). BPS mengadopsi kedua jenis
ep
Perubahan Klasifikasi PDRB Menurut Pengeluaran Tahun Dasar 2000 dan 2010
s ://
tp
i. Pendahuluan
Sektor rumah tangga mempunyai peran yang cukup besar dalam perekonomian. Hal ini
tercermin dari besarnya sumbangan komponen konsumsi rumah tangga dalam pembentukan
PDRB pengeluaran5. Di samping berperan sebagai konsumen akhir barang dan jasa, rumah
tangga juga berperan sebagai produsen serta penyedia faktor produksi untuk aktivitas produksi
yang dilakukan oleh sektor institusi lainnya.
Pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga (PK-RT) merupakan pengeluaran atas barang
dan jasa oleh rumah tangga untuk tujuan konsumsi. Rumah tangga didefinisikan sebagai
individu atau kelompok individu yang tinggal bersama dalam suatu bangunan tempat tinggal.
. id
Mereka mengumpulkan pendapatan, memiliki harta dan kewajiban, serta mengkonsumsi barang
go
dan jasa secara bersama-sama utamanya kelompok makanan dan perumahan.
s.
bp
b.
iii. Cakupan
ka
ep
PK-RT mencakup pengeluaran atas barang dan jasa oleh rumah tangga residen, baik yang
en
m
dilakukan di dalam maupun di luar wilayah domestik suatu region. Jenis barang dan jasa tersebut
su
5
Untuk Kabupaten/Kota yang mempunyai hasil tambang/industri/perkebunan dan nilai ekspornya sangat tinggi, umumnya nilai konsumsi
rumahtangganya relatif lebih rendah
PDRB Kabupaten Sumenep Menurut Pengeluaran 13
2018 – 2022
Karena keterbatasan data, maka dalam penyajian di publikasi ini, 12 COICOP tersebut
dikelompokkan kembali menjadi 7 COICOP, yaitu:
id
Nilai perkiraan sewa rumah milik sendiri harus diperhitungkan karena rumah tangga
.
go
pemilik, dianggap menghasilkan jasa persewaan rumah bagi dirinya sendiri. Imputasi
s.
bp
sewa rumah diperkirakan atas dasar harga pasar, meskipun status rumah tersebut milik
b.
sendiri. Apabila rumah tangga benar-benar menyewa, maka yang dihitung adalah biaya
ka
ep
sewa yang dibayar, baik dibayar penuh maupun tidak penuh karena mendapat
en
•
ht
Barang dan jasa yang dibeli langsung (direct purchase) oleh residen diluar wilayah atau
diluar negeri (diperlakukan sebagai impor)
Terdapat beberapa catatan yang perlu diketahui berkaitan dengan PKRT ini, yaitu:
Data dasar yang digunakan untuk mengestimasi komponen PK-RT bersumber dari :
• Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS, dalam bentuk pengeluaran konsumsi
per-kapira seminggu untuk makanan, dan pengeluaran per-kapita sebulan untuk
kelompok bukan makanan;
• Survei Khusus Konsumsi Rumah tangga Triwulanan (SKKRT), BPS;
• Sensus Penduduk 2010, BPS ;
• Data Sekunder (dari dalam maupun luar BPS), dalam bentuk data atau indicator
suplai komoditas dari jenis pengeluaran tertentu;
• Indeks Harga Konsumen (IHK), BPS.
.id
go
v. Metode Estimasi
s.
bp
b.
bentuk indikator suplai (di luar Susenas) dari beberapa komoditi tertentu. Hasil
s
tp
penghitungan dari data sekunder tersebut dianggap lebih mencerminkan PKRT yang
ht
id.
go
i Pendahuluan
s.
bp
b.
Komponen konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah tangga (LNPRT) muncul
ka
sebagai sektor tersendiri di dalam perekonomian suatu wilayah. Komponen ini berperan dalam
ep
en
menyediakan barang dan jasa bagi anggota maupun bagi kelompok rumah tangga tertentu
m
secara gratis atau pada tingkat harga yang tidak berarti secara ekonomi. Harga yang tak berarti
su
://
secara ekonomi artinya harga yang ditawarkan di bawah tingkat harga pasar (tidak mengikuti
s
tp
LNPRT merupakan bagian dari lembaga non profit (LNP). Untuk diketahui, sesuai dengan
fungsinya LNP dapat dibedakan atas LNP yang melayani rumah tangga (LNPRT) dan LNP yang
melayani bukan rumah tangga.
• LNP umumnya adalah lembaga formal, tetapi terkadang merupakan lembaga informal
yang keberadaannya diakui oleh masyarakat;
• pengawasan terhadap jalannya organisasi dilakukan oleh anggota terpilih yang punya
hak sama, termasuk hak bicara atas keputusan lembaga;
• setiap anggota mempunyai tanggung jawab tertentu dalam organisasi, dan tidak
berhak menguasai profit atau surplus, karena profit yang diperoleh dari kegiatan
usaha produktif dikuasai oleh lembaga;
LNPRT merupakan lembaga yang melayani anggota atau rumah tangga, serta tidak
dikontrol oleh pemerintah. Anggota yang dimaksud bukan berbentuk badan usaha. LNPRT
dibedakan atas 7 jenis lembaga, yaitu: Organisasi kemasyarakatan, Organisasi sosial, Organisasi
profesi, Perkumpulan sosial/ kebudayaan/olahraga/hobi, Lembaga swadaya masyarakat,
Lembaga keagamaan, dan Organisasi bantuan kemanusiaan/beasiswa.
iii. Cakupan
id
Nilai PK-LNPRT merupakan nilai output non-pasar yang dihasilkan oleh LNPRT. Nilai
.
go
output non-pasar diestimasi berdasarkan nilai seluruh pengeluaran LNPRT dalam rangka
s.
bp
melakukan kegiatan operasionalnya. Pengeluaran yang dimaksud terdiri dari :
b.
a. Konsumsi antara, contoh : pembelian alat tulis dan barang cetakan; pembayaran
ka
ep
rekening listrik, air, telepon, teleks, faksimili; biaya rapat, seminar, perjamuan; biaya
en
transportasi, bahan bakar, perjalanan dinas; belanja barang dan jasa lainnya; sewa
m
su
b. Kompensasi tenaga kerja, contoh : upah, gaji, lembur, honor, bonus dan tunjangan
s
tp
lain
ht
c. Penyusutan
d. Pajak lainnya atas produksi (dikurangi subsidi), contoh: PBB, STNK, BBN dll.
id.
go
Catatan : s.
bp
kegiatan SK-LNPT.
en
m
su
i. Pendahuluan
Unit pemerintah merupakan unit institusi yang terbentuk melalui proses politik, serta
mempunyai kekuasaan di bidang legislatif, yudikatif, dan eksekutif atas unit institusi lain yang
berada di dalam batas-batas teritori suatu wilayah atau negara. Pemerintah juga berperan
sebagai penyedia barang dan jasa bagi individu atau kelompok rumah tangga tertentu,
pemungut dan pengelola pajak atau pendapatan lainnya, serta berfungsi untuk mendistribusikan
pendapatan melalui aktivitas transfer. Dari sudut pandang lain, unit pemerintah terlibat dalam
produksi non-pasar.
1. Memproduksi barang yang sejenis dengan barang yang diproduksi unit perusahaan
seperti publikasi, kartu pos, reproduksi karya seni, dan pembibitan tanaman di kebun
percobaan. Aktivitas menghasilkan barang-barang semacam itu bersifat insidentil dan di
luar fungsi utama dari unit pemerintah.
2. Memproduksi jasa, seperti penyelenggaraan rumah sakit, sekolah, perguruan tinggi,
id
museum, perpustakaan, tempat rekreasi dan penyimpanan hasil karya seni yang dibiayai
.
go
oleh pemerintah. Dalam parktek, pemerintah akan memungut biaya, namun umumnya
s.
bp
biaya yang dikenakan tidak akan melebihi seluruh biaya yang dikeluarkan pemerintah.
b.
Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas semacam ini disebut sebagai penerimaan non-
ka
ep
iii. Cakupan
su
://
Komponen konsumsi pemerintah terdiri dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
s
tp
Dalam melakukan aktivitasnya, unit pemerintah pusat akan mengacu pada dokumen Anggaran
ht
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sedangkan unit pemerintah daerah (baik Provinsi,
Kabupaten/Kota, maupun Desa) mengacu pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah
Daerah (APBD).
Data dasar yang digunakan untuk mengestimasi PK-P kabupaten/kota tahunan adalah:
v. Metode Estimasi
id
Belanja pengadaan barang/jasa, bantuan sosial dalam bentuk barang (yg dibeli dengan
.
harga pasar ), belanja pegawai, dan penyusutan.
go
s.
bp
Untuk level Kabupaten, PKP Kabupaten atas dasar harga berlaku, dihitung
b.
ka
Catatan :
i Pendahuluan
Aktivitas investasi merupakan salah satu faktor penentu di dalam perkembangan atau
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Dalam konteks PDRB, aktivitas investas yang dimaksud
adalah investasi dalam bentuk fisik. Aktivitas investasi akan tercermin melalui komponen
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan Perubahan Inventori (PI). Komponen PMTB
terkait dengan keberadaan aset tetap (fixed asset) yang terlibat dalam proses produksi. Aset tetap
dapat diklasifikasi menurut jenis barang modal, yakni dalam bentuk bangunan dan konstruksi
lainnya; mesin dan perlengkapan; kendaraan; tumbuhan dan ternak; serta barang modal lainnya.
PMTB didefinisikan sebagai penambahan dan pengurangan barang modal yang ada pada
id
.
unit produksi dalam kurun waktu tertentu. Penambahan barang modal mencakup pengadaan,
go
s.
pembuatan, pembelian, sewa beli (financial leasing) barang modal baru dari dalam negeri, serta
bp
barang modal baru maupun barang modal bekas dari luar negeri (termasuk perbaikan besar,
b.
ka
transfer dan barter), serta pertumbuhan aset sumberdaya hayati yang dibudidaya (Cultivated
ep
atau barter, serta sewa beli (financial leasing) barang modal bekas pada pihak lain. Dalam hal
su
pengurangan barang modal yang disebabkan oleh bencana alam tidak dicatat sebagai
s://
tp
pengurangan.
ht
Barang modal mempunyai usia pakai lebih dari satu tahun, serta mengalami penyusutan
sepanjang usia pakai-nya. Istilah ”bruto” mengindikasikan bahwa di dalamnya mengandung
unsur penyusutan. Penyusutan atau konsumsi barang modal (Consumption of Fixed Capital)
menggambarkan penurunan nilai barang modal karena digunakan dalam proses produksi secara
normal selama periode tertentu.
iii Cakupan
PMTB mencakup :
1. Penambahan dikurangi pengurangan barang modal baik baru maupun bekas, seperti
bangunan tempat tinggal, bangunan bukan tempat tinggal, bangunan dan konstruksi
lainnya, mesin & perlengkapan, alat transportasi, tumbuhan dan hewan yang
dibudidaya (cultivated asset), produk kekayaan intelektual (intellectual property products);
2. Biaya alih kepemilikan atas aset non-finansial yang tidak diproduksi seperti lahan dan
3. Perbaikan besar barang modal, yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi
dan usia pakai-nya seperti overhaul mesin produksi, reklamasi pantai, pembukaan,
pengeringan dan pengairan hutan, serta pencegahan banjir dan erosi.
iv Sumber Data
id.
go
e. Publikasi Statistik Industri Besar dan Sedang, BPS
s.
f. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB), BPS
bp
b.
v Metode estimasi
Penghitungan PMTB dapat dilakukan melalui metode langsung maupun tidak langsung,
tergantung pada ketersediaan data yang diperoleh di wilayah masing-masing. Pendekatan
“langsung” adalah dengan cara menghitung pembentukan modal (harta tetap) yang dilakukan
oleh berbagai sektor ekonomi (produsen) secara langsung. Sedangkan pendekatan “tidak
langsung” adalah dengan menghitung berdasarkan alokasi dari total penyediaan produk (barang
dan jasa) yang menjadi barang modal di berbagai industri, atau disebut sebagai pendekatan “arus
komoditas”. Dalam hal ini penyediaan atau “supply” dari barang modal dapat berasal dari
produksi dalam negeri (domestik) maupun dari produk luar negeri (impor).
✓ Metode Langsung:
Pada dasarnya data untuk penghitungan PMTB secara langsung dapat diperoleh
dari laporan keuangan perusahaan. Data yang tersedia meliputi informasi/data tentang
perubahan atas aset tetap (PMTB) yang dinilai atas dasar harga berlaku atau harga
pembelian (perolehan). Untuk memperoleh nilai PMTB atas dasar harga konstan, maka
PMTB atas dasar harga berlaku tersebut di “deflate” (dibagi) dengan indeks harga
perdagangan besar (IHPB) yang sesuai dengan kelompok barang modal.
id
PMTB atas dasar harga Berlaku (Domestik) = Barang Modal Domestik + TTM + Pajak
.
go
atas Produk (PPN) + Biaya Instalasi
s.
bp
PMTB atas dasar harga Berlaku (Impor) = Barang Modal Impor + TTM +Bea Impor
b.
ka
+ Biaya Instalasi
ep
en
PMTB atas dasar harga Konstan diperoleh dengan cara men-deflate PMTB atas dasar
m
su
𝑃𝑀𝑇𝐵𝐴𝐷𝐻𝐵
tp
𝑃𝑀𝑇𝐵𝐴𝐷𝐻𝐾 =
𝐼𝐻𝑃𝐵
ht
IHPB yang digunakan adalah IHPB Nasional (2010=100) sesuai jenis barang modal.
Penghitungan PMTB dalam bentuk mesin, alat angkutan dan barang modal
Pendekatan kedua, yang harus dilakukan bila data output tidak tersedia adalah
dengan cara “ekstrapolasi” atau mengalikan PMTB atas dasar harga konstan dengan
indeks produksi jenis barang modal yang sesuai. Untuk itu penghitungan PMTB diawali
dengan menghitung PMTB atas dasar harga konstan terlebih dahulu. Selanjutnya untuk
memperoleh PMTB atas dasar harga berlaku, nilai PMTB atas dasar harga konstan
id
tersebut di “reflate”(dikalikan) dengan indeks harga masing-masing jenis barang modal
.
go
yang sesuai (sebagai inflator). Hal ini mensyaratkan bahwa PMTB atas dasar harga
s.
bp
konstan di tahun sebelumnya sudah tersedia secara lengkap.
b.
ka
Penghitungan PMTB dalam bentuk mesin, alat angkutan dan barang modal lain
ep
Pertama, PMTB atas dasar harga berlaku diperoleh dari total nilai barang impor.
su
Selanjutnya, barang modal tersebut dirinci menurut kelompok utama seperti mesinmesin,
s://
tp
alat angkutan dan barang modal lain. Apabila rician tersebut tidak tersedia dapat
ht
digunakan rasio tertentu sebagai alokator (barang modal impor kode HS 2 digit). Kedua,
untuk memperoleh PMTB atas dasar harga konstan adalah dengan cara men“deflate”
PMTB atas dasar harga berlaku dengan menggunakan indeks harga yang sesuai.
PMTB atas dasar harga berlaku untuk barang modal tak-berwujud seperti
eksplorasi mineral, dihitung dengan cara mengumpulkan data laporan keuangan
perusahaan terbuka di bidang industri pertambangan. Dengan menggunakan data panel,
pertumbuhan atas dasar harga berlaku dari aktivitas pertambangan itu menjadi pengali
nilai eksplorasi mineral pada periode sebelumnya. Sedangkan PMTB atas dasar harga
Konstan-nya diperoleh dengan men-deflate nilai atas dasar harga berlaku dengan indeks
implisit dari PDRB industri pertambangan. Selain itu, data dari ESDM dan BP Migas
diharapkan menjadi dasar atau data kontrol untuk data tahunan-nya.
Untuk perangkat lunak, PMTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara
mengumpulkan data laporan keuangan perusahaan terbuka di bidang software. Untuk
Penghitungan PMTB hasil karya hiburan, sastra, dan seni original (entertainment,
literary, or artistic original products), data dikumpulkan adalah nilai sinetron dan
program acara televisi yang dapat dibuat. Sedangkan data Impor film diperoleh dari nilai
impor film. PMTB atas dasar harga konstan-nya diperoleh dengan cara mendeflate nilai
atas dasar harga berlaku dengan indeks implisit industri jasa hiburan dan IHPB barang
impor.
Pendekatan Supply = PMTB atas dasar harga Berlaku = Total Supply Barang
x Rasio PMTB
Pendekatan Ekstrapolasi = PMTB atas dasar harga Konstan (t) = PMTB atas dasar
harga (t-1) x Indeks Produksi (t)
id
.
go
Terdapat beberapa permasalahan yang terjadi dalam penghitungan PMTB melalui
s.
bp
pendekatan tak-langsung (arus komoditas), yaitu:
b.
a. Rasio penggunaan output industri yang menjadi barang modal cenderung statis.
ka
ep
b. Nilai margin perdagangan dan angkutan (Trade and Transport Margin) sulit
su
diperoleh.
s ://
tp
c. Selang (Lag) waktu antara data tahun pengukuran (referensi) dengan data
ht
i. Pendahuluan
Dalam suatu perekonomian, inventori atau persediaan merupakan salah satu komponen
penting yang dibutuhkan untuk kelangsungan suatu proses produksi, di samping tenaga kerja
dan barang modal. Komponen tersebut menjadi bagian dari pembentukan modal bruto atau
investasi fisik, yang terjadi di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu. Komponen inventori
menggambarkan bagian dari investasi yang direalisasikan dalam bentuk barang jadi, barang
setengah jadi, serta bahan baku dan bahan penolong. Ketersediaan data tentang perubahan
inventori pada suatu periode akuntansi menjadi penting guna memenuhi kebutuhan analisis
tentang aktivitas investasi.
Pengertian sederhana dari inventori adalah barang yang dikuasai oleh produsen untuk
tujuan diolah lebih lanjut (intermediate consumption) menjadi barang lainnya, yang mempunyai
nilai ekonomi atau manfaat yang lebih tinggi. Termasuk dalam pengertian tersebut adalah
barang yang masih dalam proses pengerjaan (work in progress), serta barang jadi yang belum
dipasarkan dan masih dikuasai oleh produsen.
Nilai perubahan inventori merupakan selisih antara nilai inventori di akhir periode dengan
nilai inventori pada awal periode (akuntansi). Perubahan inventori menjelaskan perubahan
posisi barang inventori, yang dapat bermakna penambahan (bertanda positif) ataupun
pengurangan (bertanda negatif).
Bagi produsen, keberadaan inventori diperlukan untuk menjaga kelangsungan dari proses
produksi sehingga perlu dicadangkan, baik dalam bentuk bahan baku ataupun bahan penolong.
id.
Faktor ketidakpastian yang disebabkan oleh pengaruh dari faktor eksternal juga menjadi
go
s.
pertimbangan bagi pengusaha untuk melakukan pencadangan (khususnya bahan baku). Bagi
bp
pedagang, pengadaan inventori lebih disebabkan oleh unsur spekulasi, dengan harapan agar
b.
ka
menjaga stabilitas ekonomi, sosial dan politik. Karena menyangkut kepentingan masyarakat
su
://
luas, maka beberapa komoditas bahan pokok seperti beras, tepung terigu, minyak goreng dan
s
tp
gula pasir perlu dicadangkan oleh pemerintah. Namun bagi rumah tangga, pengadaan inventori
ht
iii. Cakupan
Sumber data yang digunakan untuk mengestimasi komponen perubahan inventori adalah
:
1. Laporan keuangan perusahaan hasil kegiatan survei atau website Bursa Efek Indonesia
(www.idx.co.id);
2. Laporan Keuangan Perusahaan BUMN/BUMD, Data Sekunder dari luar BPS
3. Data komoditas pertambangan, Statistik Pertambangan dan Penggalian BPS;
id
.
go
4. Data Inventori Publikasi Tahunan Industri Besar Sedang, BPS;
s.
5. Data komoditas perkebunan;
bp
b.
8. Data persediaan beras, Bulog; data semen, Asosiasi Semen Indonesia; data gula,
m
v. Metode Estimasi
a. Metode Revaluasi
Metode ini digunakan untuk komoditas pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan
dan pertambangan.
PI atas dasar harga Berlaku = Volume inventori (t) – Volume inventori (t-1)) x Harga
per unit
PI atas dasar harga Konstan = PI atas dasar harga Berlaku / IHPB
b. Metode Deflasi
Metode ini digunakan untuk komoditas industri pengolahan dan komoditas lainnya.
PI atas dasar harga Berlaku = PI atas dasar harga Konstan x IHPB rata-rata (t)
id
harga komoditas inventori mengikuti indeks implisit PDRB.
.
go
s.
bp
i Pendahuluan
ep
en
Aktivitas ekspor-impor dalam suatu wilayah diyakini telah terjadi sejak lama, bahkan
m
su
sebelum wilayah itu ditetapkan sebagai wilayah pemerintahan. Ragam barang dan jasa yang
://
diproduksi maupun disparitas harganya menjadi faktor utama munculnya aktivitas tersebut.
s
tp
Wilayah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan-nya sendiri berusaha untuk mendatangkan dari
ht
luar wilayah atau bahkan dari luar negeri. Di sisi lain, wilayah yang memproduksi barang dan
jasa melebihi kebutuhan domestik-nya, terdorong untuk memperluas pasar ke luar wilayah atau
bahkan ke luar negeri.
Selisih antara ekspor dan impor didefinisikan sebagai Net Ekspor Barang dan Jasa.
iv Sumber Data
id
pemisahan Net Ekspor Barang dan Jasa menjadi ekspor dan impor dengan mengunakan metode
.
tidak langsung.
go
s.
bp
b.
ka
ep
en
m
su
s://
tp
ht
id
.
go
dan jasa mendorong pemulihan permintaan domestik serta menyebabkan peningkatan dari sisi
s.
produksi.
bp
b.
ka
Dari sisi permintaan akhir, kondisi perekonomian dapat dihitung dengan pendekatan
ep
pengeluaran yaitu sebagai akumulasi seluruh komponen permintaan akhir yang meliputi :
en
permintaan konsumsi akhir (Rumah Tangga, LNPRT dan Pemerintah), investasi fisik dalam
m
su
bentuk PMTB dan perubahan inventori, serta ekspor neto. Data yang ada menunjukkan bahwa
://
s
setiap komponen pengeluaran mempunyai perilaku yang berbeda sesuai dengan tujuannya.
tp
ht
Adapun perilaku pada masing-masing komponen tersebut akan diuraikan pada bab ini.
Secara total, PDRB Kabupaten Sumenep Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) di tahun 2022
dibandingkan tahun 2021 mengalami peningkatan sebesar 14,04 persen, yakni dari 35,30 Triliun
Rupiah menjadi 40,26 Triliun Rupiah. Jika dinilai atas dasar harga Konstan 2010, juga mengalami
peningkatan, yakni dari 24,16 Triliun Rupiah (2010=100) menjadi 24,91 Triliun Rupiah
(2010=100), atau meningkat sebesar 3,11 persen.
Di tengah munculnya wabah Covid-19 mulai Bulan Maret 2020, perekonomian Indonesia
tahun 2020 melemah di berbagai sektor, begitu pula yang terjadi pada Kabupaten Sumenep. Pada
tahun 2020, ekonomi Kabupaten Sumenep sempat terkontraksi cukup dalam. Namun, kondisi
ini tidak berlangsung lama karena pada tahun 2021 dan 2022 dengan lebih terkendalinya
id
penanganan wabah Covid-19 dan optimism permintaan akhir masyarakat membawa
.
go
perekonomian Kabupaten Sumenep melaju kembali. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten
s.
bp
Sumenep selama lima tahun terakhir masing-masing sebesar 3,63 persen (2018); 0,14 persen
b.
(2019); -1,13 persen (2020); 2,61 persen (2021); dan 3,11 persen (2022). Peningkatan volume
ka
ep
ekonomi tersebut tercermin baik dari sisi produksi (supply side) maupun sisi permintaan akhir
en
(demand side).
m
su
s ://
(Miliar Rupiah)
Komponen Pengeluaran 2018 2019 2020 2021* 2022**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Konsumsi Rumah Tangga 21.835,80 23.098,77 23.098,22 24.381,04 27.987,60
2. Konsumsi LNPRT 286,31 305,13 313,62 324,73 356,39
3. Konsumsi Pemerintah 2.505,12 2.718,34 2.566,42 2.626,43 2.556,51
4. Pembentukan Modal
7.945,99 8.538,97 8.388,92 8.732,20 9.908,21
Tetap Bruto
5. Perubahan Inventori 32,50 6,82 1,37 1,82 2,05
6. Net Ekspor Barang dan
97,84 -1.369,40 -1.618,32 -766,06 -555,43
Jasa
PDRB 32.703,55 33.298,64 32.750,24 35.300,16 40.255,32
Sumber : Badan Pusat Statistik
Keterangan : *) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara
Dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada kategori transportasi dan
pergudangan, yang tahun 2022 ini tumbuh sebesar 18,92 persen. Selain itu, kategori jasa lainnya
34 PDRB Kabupaten Sumenep Menurut Pengeluaran
Tahun 2018 – 2022
yang tumbuh sebesar 15,12 persen, dan kategori penyediaan akomodasi dan makan minum yang
tumbuh sebesar 10,89 persen. Ketiga kategori ini tumbuh melesat setelah mengalami kontraksi
yang cukup dalam pada tahun 2020. Kemudian, dari sisi permintaan akhir, pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Sumenep didominasi pertumbuhan komponen Pengeluaran Konsumsi
Rumah tangga (PK-RT), yakni tumbuh sebesar 6,80 persen pada tahun 2022. Komponen ini
menyumbang lebih dari separuh total PDRB Kabupaten Sumenep.
Pada periode tahun 2018-2022 PDRB Kabupaten Sumenep atas dasar harga Berlaku
meningkat cukup signifikan, yakni sebesar 32,70 Triliun Rupiah (2018); 33,30 Triliun Rupiah
(2019); 32,75 Triliun Rupiah (2020); 35,30 Triliun (2021); dan 40,26 Triliun Rupiah (2021). Pada
tahun 2020, PDRB Kabupaten Sumenep atas dasar harga berlaku sempat menurun. Namun,
selama kurun waktu lima tahun terakhir tumbuh sebesar 23,09 persen. Peningkatan ini
dipengaruhi baik oleh perubahan harga maupun perubahan volume. Peningkatan PDRB sisi
id
produksi diikuti oleh peningkatan PDRB dari sisi permintaan akhir atau PDRB pengeluaran.
.
go
Peningkatan PDRB atas dasar harga berlaku menurut komponen pengeluaran Kabupaten
s.
bp
Sumenep pada periode 2018-2022 dapat dilihat dari tabel 1 dan grafik 1.
b.
ka
ep
76,76
15,00 77,00
Juta Jiwa
10,00 76,00
75,30
5,00 75,00
0,00 74,00
2018 2019 2020 2021* 2022**
-5,00 73,00
Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi LNPRT Konsumsi Pemerintah PMTB
Perubahan Inventori Net Ekspor proporsi konsumsi akhir
Selain dinilai atas dasar harga yang berlaku, PDRB pengeluaran juga dapat dinilai atas
dasar harga Konstan 2010 atau atas dasar harga dari berbagai jenis produk yang dievaluasi
id
1. Konsumsi Rumah Tangga 15.832,19 16.332,81 16.274,07 16.881,85 18.030,41
.
go
2. Konsumsi LNPRT 163,27 168,79 171,37 175,23 186,14
s.
3. Konsumsi Pemerintah 1.527,62 1.595,79 1.579,03 1.580,57 1.604,24
bp
4. Pembentukan Modal
b.
Dari Tabel 2, terlihat bahwa nilai PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Kabupaten
Sumenep periode tahun 2018 – 2022 meningkat, kendati sempat mengalami kontraksi pada tahun
2020. Adapun nilai PDRB ADHK Kabupaten Sumenep selama periode 2018 – 2022 berturut-turut
yakni sebesar : 23,78 Triliun Rupiah (2018); 23,82 Triliun Rupiah (2019); 23,55 Triliun Rupiah
(2020); 24,16 Triliun Rupiah (2021); dan 24,91 Triliun Rupiah (2022). Kemudian, dari Grafik 2,
terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sumenep melambat di tahun 2019, yakni
dari 3,63 persen turun menjadi 0,14 persen pada tahun 2019. Kemudian pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Sumenep terkontraksi di tahun 2020 akibat adanya wabah Covid-19, yakni menjadi
sebesar -1,13 persen. Sejalan dengan mulai berkurangnya kasus Covid-19 dan meningkatnya
pemberian vaksin, aktivitas ekonomi pun mulai bangkit dan pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Sumenep perlahan tumbuh kembali sebesar 2,61 persen pada tahun 2021 dan tumbuh sebesar
3,11 persen pada tahun 2022. Meskipun sempat mengalami kontraksi pada tahun 2019 dan 2020,
2,00
10,00
1,00
5,00
0,14
0,00
-1,13
id
0,00
-1,00
.
go
2018 2019 2020 2021* 2022**
s.
-5,00 -2,00
bp
Pertumbuhan Ekonomi
ep
en
Grafik 3. Perbandingan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2010
ht
32,75
32,70
TRILLIUN RUPIAH
24,91
24,16
23,82
23,78
23,55
id
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
.
go
1. Konsumsi Rumah Tangga 66,77 69,37 70,53 69,07 69,53
s.
2. Konsumsi LNPRT 0,88 0,92 0,96 0,92 0,89
bp
b.
4. Pembentukan Modal
24,30 25,64 25,61 24,74 24,61
ep
Tetap Bruto
en
Jasa
://
Dari tabel 3 terlihat bahwa selama periode 2018-2022, lebih dari setengah PDRB Kabupaten
Sumenep digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi akhir rumah tangga (PK-RT), yaitu
selalu lebih besar dari 60 persen selama lima tahun terakhir. Selain itu, pengeluaran untuk
aktivitas pembentukan modal (PMTB) juga mempunyai kontribusi yang relatif besar, yakni
sekitar 24 s.d 25 persen.
Kontribusi komponen konsumsi pemerintah (PK-P) berada pada rentang 6 s.d 8 persen. Hal
tersebut menunjukkan peran pemerintah dalam menyerap PDRB tidak terlalu besar. Di sisi lain,
pada tahun 2018-202 perdagangan dengan luar wilayah yang direpresentasi oleh komponen
ekspor dan impor, menunjukkan ekspor yang cenderung lebih tinggi dari impor. Kecenderungan
pada periode itu selalu menunjukkan posisi “surplus” atau menguntungkan, akan tetapi pada
tahun 2019 hingga tahun 2022 ini, ekspor lebih kecil dari pada impornya. Hal ini didorong oleh
produksi migas yang melambat di Indonesia, termasuk Kabupaten Sumenep.
120,00
40,00
66,77 69,37 70,53 69,07 69,53
20,00
.id
go
Sumber : Badan Pusat Statistik
Keterangan : *) Angka Sementara
s.
bp
**) Angka Sangat Sementara
b.
ka
ep
Agregat makro lain yang diturunkan dari data PDRB adalah pertumbuhan riil PDRB atau
en
pembangunan ekonomi suatu wilayah. Sebagaimana terlihat dari tabel 4, selama periode tahun
://
positif. Anomali terjadi pada tahun 2020, ekonomi Sumenep terkontaksi sebesar -1,13 persen
ht
Adapun pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sumenep selama periode 2018 – 2022 berturut-
turut sebagai berikut: 3,63 persen (2018); 0,14 persen (2019); -1,13 persen (2020); 2,61 persen
(2021); dan 3,11 persen (2022). Pada tahun 2019 pertumbuhan ekonomi Kabupaten sumenep
mengalami perlambatan sebesar 3,49 persen poin. Kemudian, pada tahun 2020 pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Sumenep terkontraksi dan sejalan dengan pemulihan ekonomi pada tahun
2021 dan 2022, perlahan ekonomi Sumenep tumbuh positif kembali pada tahun 2021 dan 2022.
Pada Grafik 5 terlihat pertumbuhan masing-masing komponen PDRB selama periode tahun yang
sama. Pada saat adanya wabah Covid-19, hanya komponen konsumsi LNPRT yang tumbuh
positif, komponen lainnya mengalami kontraksi. Kemudian, di tahun 2021 dan 2022 semua
komponen tumbuh positif dengan pertumbuhan terbesar adalah konsumsi rumah tangga.
id.
go
Grafik 5. Pertumbuhan PDRB atas dasar harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran,
s.
Kabupaten Sumenep Tahun 2018 – 2022
bp
b.
ka
ep
8,00
6,80
en
5,92
m
4,46
://
3,73 4,60
4,00 4,37
s
3,38
tp
3,46 2,45
ht
-2,76
-4,00
id
.
go
Indeks implisit6 PDRB pengeluaran menggambarkan besarnya perubahan harga yang
s.
bp
terjadi dari sisi konsumen (rumah tangga, LNPRT, pemerintah, dan perusahaan) akhir barang
b.
dan jasa, baik yang digunakan untuk keperluan konsumsi, investasi maupun ekspor/impor. Dari
ka
ep
tabel 5 akan terlihat tingkat kenaikan harga selama periode tahun 2018 – 2022, baik perubahan
en
harga yang terjadi secara umum maupun pada masing-masing komponen. Terlihat bahwa
m
su
selama kurun waktu 5 tahun terakhir, terjadi kenaikan harga pada semua komponen
://
6 Indeks perkembangan
id.
go
s.
bp
Perubahan struktur perekonomian suatu wilayah sebagai akibat dari upaya pembangunan
ep
en
ekonomi yang dilaksanakan pada periode tertentu, tidak terlepas dari perilaku masing-masing
m
komponen pengguna akhir. Setiap komponen mempunyai perilaku yang berbeda sesuai dengan
su
://
tujuan akhir penggunaan barang dan jasa. Data empiris menunjukan bahwa sebagian besar
s
tp
produk atau barang dan jasa yang tersedia pada periode tertentu digunakan untuk memenuhi
ht
permintaan konsumsi akhir oleh rumah tangga, LNPRT dan pemerintah, sebagian lagi
digunakan untuk investasi fisik dalam bentuk PMTB dan perubahan inventori. Berikut perilaku
masing-masing komponen PDRB pengeluaran Kabupaten Sumenep untuk periode 2018 – 2022.
. id
Total Konsumsi Rumah Tangga
go
a. ADHB (Miliar Rp) 21.835,80
s.
23.098,77 23.098,22 24.381,04 27.987,60
bp
b. ADHK 2010 (Miliar Rp) 15.832,19 16.332,81 16.274,07 16.881,85 18.030,41
b.
7 Diturunkan dari perhitungan PDRB atas dasar harga konstan (ADHK 2010)
PDRB Kabupaten Sumenep Menurut Pengeluaran 43
2018 – 2022
Data berikut menunjukkan bahwa pada periode tahun 2018 – 2022 pengeluaran konsumsi
akhir rumah tangga mengalami peningkatan signifikan, baik dari sisi nominal (atas dasar harga
berlaku) maupun secara riil (atas dasar harga konstan). Kenaikan jumlah penduduk menjadi
salah satu pendorong terjadinya kenaikan nilai pengeluaran konsumsi rumah tangga. Pada
gilirannya kenaikan tersebut juga akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi secara
keseluruhan.
Pada Tabel 7 terlihat bahwa dalam kurun waktu 2018– 2022 konsumsi akhir rumah tangga
mengalami peningkatan signifikan baik dalam nominal maupun riil, sejalan dengan kenaikan
jumlah penduduk. Akan tetapi pada tahun 2020, akibat adanya wabah Covid-19 secara tidak
langsung membuat masyarakat mengurangi pengeluaran untuk konsumsi rumah tangganya.
Selama periode 2018 – 2022 proporsi pengeluaran konsumsi rumah tangga terhadap total PDRB
fluktuatif, yaitu 66,77 persen (2018); 69,37 persen (2019); 70,53 persen (2020); 69,07 persen (2021)
id
dan 69,53 persen (2022). Posisi tertinggi terjadi pada tahun 2020 sebesar 70,53 persen dan
.
terendah pada tahun 2018 sebesar 66,77 persen.
go
s.
bp
b.
Konsumsi rumah tangga Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) selama periode 2018 hingga
ka
ep
2022 mengalami akselerasi, namun pada tahun 2022 mengalami kontraksi akibat adanya wabah
en
Covid-19. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2022 sebesar 6,80 persen, sementara
m
su
pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2020 sebesar -0,36 persen. Sementara itu,
://
pertumbuhan konsumsi per kapita tertinggi juga terjadi pada tahun 2022 sebesar 6,16 persen dan
s
tp
terendah tahun 2020 sebesar -3,34 persen. Dalam kondisi normal, nampak bahwa peningkatan
ht
keseluruhan konsumsi rumah tangga secara “riil” lebih tinggi jika dibandingkan dengan
peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat
perubahan tingkat kemakmuran masyarakat, meskipun tidak dapat dijelaskan lebih jauh melalui
perangkat data PDRB ini. Sementara itu, dalam kondisi pandemi, konsumsi rumah tangga
terdampak signifikan sehingga mengalami penurunan. Hal ini turut berdampak pada penurunan
konsumsi per kapita pada tahun 2020.
Pandemi Covid-19 yang terjadi selama tahun 2020 berdampak pada terkontraksinya
konsumsi rumah tangga pada tahun tersebut. Selama pandemi terjadi, masyarakat cenderung
untuk mengutamakan pemenuhan kebutuhan primer dan menunda konsumsi kebutuhan
sekunder ataupun tersier. Pengurangan konsumsi ini juga didorong oleh adanya indikasi
penurunan pendapatan masyarakat sebagai akibat terhambatnya kinerja ekonomi serta ruang
gerak masyarakat selama pandemi. Pada masa pemulihan ekonomi, biasanya institusi rumah
tangga memperbaiki perilaku atau pola konsumsinya. Hal tersebut terjadi karena secara umum
id
Kemudian, rata-rata konsumsi per rumah tangga per tahun selama periode 2018 – 2021
.
go
juga terus mengalami peningkatan meskipun sempat turun pada tahun 2020 akibat wabah
s.
bp
Covid-19. Rata-rata rumah tangga di Kabupaten Sumenep menghabiskan dana sekitar 66,74 juta
b.
rupiah setahun untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya pada tahun 2018. Pengeluaran
ka
ep
tersebut meningkat menjadi 70,41 juta Rupiah (2019); dan turun menjadi 68,44 juta rupiah pada
en
tahun 2020, kemudian naik kembali menjadi 71,80 juta rupiah pada tahun 2021, angka ini
m
su
Secara umum, konsumsi akhir rumah tangga Kabupaten Sumenep sedikit didominasi
tp
ht
konsumsi bukan makanan. Proporsi pengeluaran untuk makanan cenderung berada pada
kisaran yang sama. Pola proporsi konsumsi tersebut, menunjukkan Tarik menarik antara
kebutuhan rumah tangga atas makanan dan non makanan yang masih cukup kuat. Meskipun
demikian, pengeluaran untuk kebutuhan non-makanan menjadi semakin penting sebagai akibat
dari perubahan dan pengaruh tekanan ekonomi sosial dalam masyarakat. Pengeluaran tersebut
meliputi biaya untuk Pendidikan, pembelian alat dan perlengkapan elektronik, pembelian alat
transportasi, jasa komunikasi, jasa transportasi, jasa komunikasi, jasa transportasi, jasa
Kesehatan, perjalanan wisata, restoran, sewa bangunan tempat tinggal, jasa hiburan dan
sebagainya.
Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) adalah salah satu unit
institusi yang melakukan kegiatan produksi, konsumsi dan akumulasi aset. Keberadaannya
diakui oleh hukum atau masyarakat, terpisah dari orang atau entitas lain yang memiliki atau
mengendalikan. Dalam kegiatannya, LNPRT merupakan mitra pemerintah dalam mengatasi
berbagai masalah sosial seperti kemiskinan dan lingkungan hidup. Konsumsi akhir LNPRT
peranannya dalam PDRB menurut pengeluaran sangat kecil dibandingkan dengan komponen
pengeluaran lainnya. Proprosi konsumsi akhir LNPRT dapat dilihat pada Tabel 10.
Total pengeluaran konsumsi LNPRT dalam kurun waktu tahun 2018-2022 mengalami
peningkatan baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Pada tahun 2018
konsumsi LNPRT sebesar 286,31 Miliar Rupiah, kemudian pada tahun-tahun berikutnya terus
meningkat, yaitu 305,13 Miliar Rupiah (2019); 313,62 Miliar Rupiah (2020); 324,73 Miliar Rupiah
id.
go
(2021); dan 356,39 Miliar Rupiah (2022). Pertumbuhan pengeluaran konsumsi LNPRT tahun
s.
dasar 2010 berfluktuatif, yakni berturut-turut 4.37 persen (2018); 3.38 persen (2019); 1.53 persen
bp
b.
Sedangkan barang dan jasa kolektif ekuivalen dengan barang publik yang memiliki ciri
a) Non rivalry, yaitu pengeluaran satu konsumen terhadap suatu barang tidak mengurangi
kesempatan konsumen lain untuk juga mengkonsumsi barang tersebut. b) Non excludable, yaitu
apabila suatu barang publik tersedia, maka tidak ada yang dapat menghalangi siapapun untuk
memperoleh manfaat dari barang tersebut atau dengan kata lain setiap orang memiliki akses ke
barang tersebut. Contoh barang dan jasa yang dihasilkan pemerintah dan tergolong sebagai
barang dan jasa kolektif adalah jasa pertahanan yang dilakukan TNI dan keamanan yang
dilakukan kepolisian.
id
.
go
Konsumsi akhir pemerintah ditambah pengeluaran akhir rumah tangga dan LNPRT
s.
merupakan jumlah dari konsumsi akhir dalam suatu perekonomian suatu wilayah. Peranan
bp
b.
Secara total, selama periode tahun 2018 – 2022, pengeluaran konsumsi akhir pemerintah
m
su
atas dasar harga berlaku menunjukan peningkatan, sedangkan atas dasar harga konstan 2010
s ://
sempat mengalami penurunan pada tahun 2020. Pada tahun 2018 total pengeluaran konsumsi
tp
ht
akhir pemerintah atas dasar harga berlaku adalah sebesar 2,51 Triliun Rupiah, kemudian pada
tahun-tahun berikutnya sebesar 2,72 Triliun Rupiah (2019); 2,57 Triliun Rupiah (2020); 2,63
Triliun Rupiah; dan 2,56 Triliun Rupiah (2021). Demikian halnya dengan konsumsi pemerintah
atas dasar harga konstan 2010, yang mengalami peningkatan pada setiap tahunnya, namun
menurun pada tahun 2020. Hal ini mengindikasikan, bahwa secara riil telah terjadi penurunan
pengeluaran pemerintah dari sisi kuantitas pada tahun 2020, namun tumbuh kembali pada tahun
2021 dan 2022.
Menarik untuk dicermati lebih lanjut bahwa proporsi pengeluaran akhir pemerintah
terhadap PDRB juga terus menurun meskipun sempat naik pada tahun 2020, yakni dari 7,66
persen pada tahun 2018 hingga mencapai 6,35 persen pada tahun 2022. Sepanjang periode
tersebut, proporsi terendah terjadi pada tahun 2022, sedangkan proporsi tertinggi terjadi pada
tahun 2019 sebesar 8,16 persen. Turunnya proporsi pengeluaran pemerintah ini disebabkan oleh
terhambatnya realisasi anggaran pemerintah akibat pembatasan gerak selama masa Pandemi
id
Konsumsi Pemerintah per-pegawai
.
go
pemerintah (Ribu Rp) s.
a. ADHB 274.053,54 297.378,73 287.167,40 300.300,73 331.712,54
bp
Pertumbuhan8
ka
c. Konsumsi per-pegawai
m
Salah satu fungsi pemerintah adalah memberikan jasa layanan pada publik atau
masyarakat dalam bentuk jasa kolektif maupun individual. Dalam prakteknya, pengeluaran
pemerintah ini selalu dikaitkan dengan luasnya cakupan layanan yang diberikan pada
masyarakat (publik), meskipun tidak seluruh masyarakat dapat merasakan manfaatnya secara
langsung. Kondisi tersebut dapat diartikan bahwa setiap rupiah pengeluaran pemerintah harus
ditujukan untuk melayani penduduk, baik langsung maupun tidak langsung. Peningkatan
konsumsi pemerintah seyogyanya juga diikuti oleh peningkatan pada rata-rata konsumsi
8 Diturunkan dari perhitungan PDRB atas dasar harga konstan (ADHK 2010)
9 Tidak termasuk polisi dan militer
48 PDRB Kabupaten Sumenep Menurut Pengeluaran
Tahun 2018 – 2022
pemerintah per kapita. Pengeluaran konsumsi pemerintah secara total menunjukkan
peningkatan, hal ini diikuti oleh adanya peningkatan pada rata-rata konsumsi pemerintah per-
kapita. Pada tahun 2018 rata-rata konsumsi pemerintah per-kapita atas dasar harga berlaku
sebesar 2,31 Juta Rupiah, terus meningkat pada tahun 2019 menjadi 2,5 Juta Rupiah; pada tahun
2020 turun menjadi 2,29 Juta Rupiah, kemudian sempat naik pada tahun 2021 menjadi 2,32 juta
rupiah namun pada tahun 2022 turun kembali menjadi 2,25 juta rupiah.
Rata-rata konsumsi pemerintah per-kapita atas dasar harga konstan 2010 tahun 2018
hingga tahun 2022 berfluktuatif namun secara umum mengalami sedikit peningkatan. Adapun
rata-rata konsumsi pemerintah per-kapita atas dasar harga konstan masing-masing senilai 1,41
Juta Rupiah (2018); 1,46 Juta Rupiah (2019); pada tahun 2020 turun menjadi 1,41 Juta Rupiah, dan
turun lagi menjadi 1,40 Juta Rupiah pada tahun 2021, dan naik menjadi 1,41 Juta Rupiah pada
tahun 2022.
id
.
go
Kemudian, selama periode tahun 2018 – 2022, rata-rata konsumsi per pegawai
s.
pemerintah atas dasar harga konstan terus menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2018
bp
b.
konsumsi pemerintah per-pegawai pemerintah sebesar 274,05 Juta Rupiah, kemudian pada
ka
tahun-tahun berikutnya masing-masing 297,38 Juta Rupiah (2019); turun menjadi 287,17 Juta
ep
en
Rupiah pada tahun 2020; meningkat kembali manjadi 300,30 Juta Rupiah (2021); dan 331,71 Juta
m
Rupiah (2022). Kendati terus tumbuh positif, namun pertumbuhannya kian melambat. Pada
su
://
tahun 2018, rata-rata konsumsi pemerintah per pegawai pemerintah tumbuh sebesar 10,79
s
tp
persen, pertumbuhannya terus turun hingga hanya tumbuh 2,28 persen pada tahun 2021. Namun
ht
pada tahun 2022 terjadi lonjakan yaitu tumbuh sebesar 15,18 persen. Hal ini disebabkan karena
menurunnya jumlah pegawai pada tahun 2022.
Komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) pada sajian PDRB menurut
pengeluaran, lebih menjelaskan tentang bagian dari pendapatan (income) yang direalisasikan
menjadi investasi (fisik). Atau pada sisi yang berbeda dapat pula diartikan sebagai gambaran
dari berbagai produk barang dan jasa yang sebagian digunakan sebagai investasi fisik (kapital)10.
Fungsi kapital adalah sebagai input tidak langsung (indirect input) di dalam proses produksi
pada berbagai lapangan usaha. Kapital ini dapat berasal dari produksi domestik maupun dari
impor.
id
Total PMTB
.
go
a. ADHB (Miliar Rp) 7.945,99 8.538,97s. 8.388,92 8.732,20 9.908,21
5.676,28 5.963,35 5.799,03 5.941,37 6.214,70
bp
b. ADHK 2010 (Miliar Rp)
b.
ADHB)
ep
Selain peningkatan yang terjadi pada komponen konsumsi akhir (rumah tangga, LNPRT,
dan pemerintah), PMTB juga menunjukkan peningkatan baik secara nominal maupun riil. Dalam
kurun waktu lima tahun, nilai PMTB Kabupaten Sumenep mengalami peningkatan yang cukup
signifikan. Jika dinilai secara ADHB, PMTB Kabupaten Sumenep naik dari 7,95 Triliun Rupiah
pada tahun 2018 menjadi 9,91 Triliun Rupiah pada tahun 2022.
10 Selain bagian lain yang menjadi konsumsi antara, konsumsi akhir, ataupun diekspor
50 PDRB Kabupaten Sumenep Menurut Pengeluaran
Tahun 2018 – 2022
negatif sebesar -2,76 persen. Pada tahun 2022 perekonomian mulai pulih sehingga pertumbuhan
PMTB sudah mulai normal yakni sebesar 4,60 persen.
Ditinjau menurut jenisnya, PMTB dibedakan menjadi dua jenis aset, yakni bangunan dan
non bangunan. Struktur PMTB Kabupaten Sumenep sepanjang tahun 2018 hingga 2022 selalu
didominasi oleh PMTB bangunan. Kedua jenis aset ini sama-sama mengalami kontraksi pada
tahun 2020. Pandemi Covid-19 yang melanda Sumenep turut menghambat proses pembangunan
beberapa proyek infrastruktur, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta.
Terhambatnya proses kontruksi ini berdampak pada terbatasnya penciptaan aset fisik pada
tahun tersebut. Tidak hanya infrastruktur, pemenuhan barang-barang modal juga turut
terhambat akibat wabah Covid-19. Namun demikian, upaya pemerintah dalam rangka
menggerakkan kembali roda perekonomian di tengah pandemi cukup membuahkan hasil dan
perlu mendapatkan apresiasi, karena pada tahun 2022 pertumbuhan PMTB sudah tumbuh cukup
id
baik.
.
go
s.
bp
Secara konsep, yang dimaksud dengan perubahan inventori adalah perubahan dalam
ep
en
bentuk “persediaan” berbagai barang yang belum digunakan lebih lanjut dalam proses produksi,
m
konsumsi ataupun investasi (kapital). Perubahan yang dimaksud disini bisa berarti penambahan
su
://
komponen yang hasilnya bisa memiliki 2 (dua) tanda angka, positif atau negatif (disamping
komponen Net Ekspor Barang dan Jasa antar daerah). Apabila perubahan inventori bertanda
positif berarti terjadi penambahan persediaan barang, sedangkan apabila bertanda negatif berarti
terjadi pengurangan persediaan. Terjadinya penumpukan barang inventori mengindikasikan
bahwa distribusi atau pemasaran tidak berjalan dengan sempurna. Secara umum, komponen
perubahan inventori dihitung berdasarkan pengukuran terhadap nilai persediaan barang pada
awal dan akhir tahun dari dua posisi nilai persediaan (konsep stok).
Berbeda dengan komponen pengeluaran lain yang dapat dianalisis lebih rinci, perubahan
id
inventori baru dapat dianalisis dari sisi proporsinya saja. Perbedaan dalam pendekatan dan tata
.
go
cara estimasi menyebabkan komponen inventori tidak banyak dikaji lebih jauh sebagaimana
s.
bp
dilakukan pada pada komponen pengeluaran lainnya. Hal utama yang dapat dilihat dari
b.
komponen ini adalah, bahwa proporsi perubahan inventori dalam PDRB secara umum
ka
ep
Pada tahun 2018 perubahan inventori atas dasar harga berlaku sebesar 32,50 Miliar
su
://
Rupiah, kemudian mulai mengalami penurunan pada tahun 2019 dan 2020, namun perlahan
s
tp
meningkat pada tahun 2021 dan 2022, yaitu berturut-turut 6,82 Miliar Rupiah (2019); 1,37 Miliar
ht
Rupiah (2020); 1,82 Miliar Rupiah (2021); dan sedikit naik pada tahun 2022 menjadi 2,05 Miliar
Rupiah.
Sementara itu, proporsi perubahan inventori terhadap total PDRB di Kabupaten Sumenep
mengalami penurunan. Pada tahun 2018, proporsi perubahan inventori adalah 0,10 persen,
selanjutnya pada tahun 2019– 2020 terus mengalami penurunan menjadi 0,02 persen (2019) dan
0,004 persen pada tahun 2020, kemudian pada tahun 2021 dan 2022 sedikit meningkat menjadi
0,01 persen kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten Sumenep.
Net ekspor antar daerah didefinisikan sebagai ekspor antar daerah dikurangi impor antar
daerah. Dalam struktur permintaan akhir, transaksi ekspor menggambarkan berbagai produk
barang dan jasa yang tidak dikonsumsi di wilayah ekonomi Kabupaten Sumenep, tetapi
dikonsumsi oleh pihak yang berdomisili di wilayah lain, baik itu kabupaten lain di dalam satu
id
penyediaan (supply) produk di wilayah ekonomi domestik yang berasal dari non residen. Impor
.
go
terdiri dari produk barang maupun jasa, meskipun rincian penggolongannya bisa berbeda
s.
bp
dengan ekspor. Komponen impor termasuk pembelian berbagai produk barang dan jasa secara
b.
langsung (direct purchase) oleh penduduk (resident) Kabupaten Sumenep di luar domestik, baik
ka
ep
yang berupa makanan maupun bukan makanan (termasuk jasa). Perkembangan yang terjadi
en
pada transaksi impor barang dan jasa dapat menunjukkan seberapa besar ketergantungan
m
su
Kabupaten Sumenep terhadap ekonomi atau produk wilayah lain, baik wilayah kabupaten/kota
://
Pada tahun 2018, net ekspor barang dan jasa Kabupaten Sumenep surplus 97,84 Miliar
Rupiah, namun pada tahun 2019 menjadi defisit 1,37 Triliun Rupiah hingga tahun 2022 menjadi
defisit 555 Miliar Rupiah. Kemudian jika dilihat atas dasar harga konstan, net ekspor Kabupaten
id
Sumenep tahun 2018 surplus sebesar 562,95 Miliar Rupiah menjadi defisit 248,66 Miliar Rupiah
.
go
pada tahun 2019 dan menjadi defisit 1,12 Triliun Rupiah pada tahun 2022.
s.
bp
b.
ka
ep
en
m
su
s://
tp
ht
Agregat ini menjelaskan nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan di dalam wilayah
ekonomi Kabupaten Sumenep, di mana di dalamnya masih terkandung nilai penyusutan. PDRB
dapat digunakan sebagai ukuran “produktivitas”, karena menjelaskan kemampuan wilayah
dalam menghasilkan produk domestik, yang dihitung melalui 3 (tiga) pendekatan, yaitu
pendekatan nilai tambah, pengeluaran, dan pendapatan.
Dari series data PDRB pengeluaran dapat diturunkan beberapa ukuran yang berkaitan
dengan PDRB maupun variabel pendukung lain (seperti rumah tangga, dan tenaga kerja). Untuk
id
melihat perkembangan tingkat pemerataan, misalnya, dapat dilihat dari data PDRB perkapita.
.
go
s.
bp
Tabel 13 menunjukkan perkembangan PDRB per kapita Kabupaten Sumenep dari tahun
ke tahun seiring dengan kenaikan jumlah penduduk. Indikator ini menunjukkan bahwa secara
Pada tahun 2018 pertumbuhan per kapita secara “riil” meningkat sebesar 3,25 persen.
Pertumbuhan ini juga diikuti oleh penambahan jumlah penduduk. Dengan demikian
pertumbuhan per kapita tidak saja terjadi secara “riil” tetapi juga secara kualitas. Selanjutnya
pada tahun 2020, pertumbuhan PDRB per kapita mengalami kontraksi akibat pandemi Covid-19
sebesar 4,09 persen. Kemudian, tahun 2021, perekonomian mulai membaik meskipun belum
mencapai kondisi tahun sebelum pandemi. Kemudian pada tahun 2022 tumbuh sebesar 2,49
persen. Walaupun perkonomian belum pulih 100 persen, namun kondisi saat ini dapat dikatakan
hampir mendekati kondisi sebelum pandemi Covid-19.
id.
go
Yang dimaksud dengan konsumsi akhir adalah penggunaan berbagai produk barang dan
s.
bp
jasa akhir (baik berasal dari produk domestik maupun impor), untuk menunjang aktivitas
b.
ka
ekonomi. Pelaku konsumsi akhir meliputi rumah tangga, LNPRT, dan pemerintah. Walaupun
ep
ketiga institusi tersebut mempunyai fungsi yang berbeda dalam sistem ekonomi, tetapi sama-
en
id
Kapital diartikan sebagai barang modal fisik yang dibuat oleh manusia dari sumber daya
.
go
alam, untuk digunakan secara terus menerus dan berulang dalam proses produksi. Sedangkan
s.
bp
output adalah besarnya nilai keluaran dari suatu proses ekonomi (produksi) yang dalam hal ini
b.
ka
Dengan menggunakan rasio ini, maka ICOR mampu menjelaskan perbandingan antara
m
su
penambahan kapital terhadap output atau yang diartikan juga bahwa setiap pertambahan satu
://
unit nilai output (keluaran) akan membutuhkan penambahan kapital sebanyak “K” unit.
s
tp
ht
Formula :
∆𝐾 𝐼 𝐼𝑡
𝐼𝐶𝑂𝑅 = = =
∆𝑌 ∆𝑌 𝑌𝑡 − 𝑌𝑡−1
Di mana:
It = PMTB tahun ke t
Yt = Output tahun ke t
Yt-1 = Output tahun ke t-1
PDRB (ADHK 2010) (Miliar Rp) 23.783,32 23.816,44 23.546,51 24.161,35 24.912,62
PMTB (ADHK 2010) (Miliar Rp) 5.676,28 5.963,35 5.799,03 5.941,37 6.214,70
ICOR Kabupaten Sumenep berfluktuatif selama periode tahun 2018 – 2022 berfluktuatif.
.id
go
Pada tahun 2020 saat adanya pandemi Covid-19 nilai ICOR Kabupaten Sumenep negatif. Pada
s.
tahun 2022, nilainya sebesar 8,27 artinya untuk menaikkan output sebesar 1 poin maka
bp
b.
2. Publikasi ini menyajikan analisis sederhana tentang perilaku konsumsi, investasi, dan
perdagangan antar daerah yang dimaksud. Analisis didasarkan pada indikator yang
diturunkan dari PDRB pengeluaran. Analisis tersebut juga dilengkapi dengan indikator
id
sosial demografi (seperti penduduk, rumah tangga, dan pegawai negeri), sehingga hasil
.
go
analisis yang disajikan menjadi lebih informatif.s.
bp
3. Data dapat disajikan dalam bentuk series data dari tahun 2018 s.d 2022, sehingga mudah
b.
ka
persentase, rasio, unit, dsb) sesuai dengan tujuan analisis dan karakteristik masing-
su
masing data.
s://
tp
4. Data dan indikator yang diturunkan dari sajian data PDRB menurut pengeluaran, dapat
ht
dijadikan acuan bagi pengembangan dan perluasan indikator ekonomi makro lain seperti
pendapatan disposabel, tabungan, serta model ekonomi sederhana yang saling berkaitan
antara seluruh variabel ekonomi dan variabel yang tersedia. Bahkan secara langsung
maupun tidak langsung dapat dikaitkan dengan tampilan data ekonomi makro lain
seperti PDRB menurut lapangan usaha (industri), Tabel Input-Output, Sistem Neraca
Sosial Ekonomi (SNSE) dan bahkan Neraca Arus Dana (NAD).
5. Sebagian data tentang interaksi dengan luar daerah (external account) secara agregat
disajikan di sini, seperti ekspor dan impor. Transaksi eksternal ini menggambarkan
seberapa jauh ketergantungan ekonomi Kabupaten Sumenep terhadap ekonomi luar
daerah.
id
6. Net Ekspor Barang dan Jasa
.
go
PRODUK DOMESTIK REGIONAL
32.703,55 s. 33.298,64 32.750,24 35.300,16 40.255,32
BRUTO
bp
Sumber : Badan Pusat Statistik
b.
Tabel 2. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010
su
6. Net Ekspor Barang dan Jasa 562,95 -248,66 -277,87 -418,81 -1.124,09
id
6. Net Ekspor Barang dan Jasa 0,30 -4,11 -4,94 -2,17 -1,38
.
go
PRODUK DOMESTIK REGIONAL
100,00 100,00
s. 100,00 100,00 100,00
BRUTO
bp
5. Perubahan Inventori - - - - -
6. Net Ekspor Barang dan Jasa 17,38 550,71 582,40 182,91 49,41
id
.
go
PRODUK DOMESTIK REGIONAL
137,51 s. 139,81 139,09 146,10 161,59
BRUTO
bp
Sumber : Badan Pusat Statistik
b.
5. Perubahan Inventori - - - - -
id
.
go
8. __________________, Retrieved from https://sumenepkab.bps.go.id/indicator/11/61/1/
s.
pdrb-kabupaten-sumenep-atas-dasar-harga-konstan-2010-menurut-pengeluaran-juta-
bp
b.
rupiah-.html
ka
ep
10. Frenken Jim, How To Measure Tangible Capital Stocks, Netherlands, 1992.
su
://
11. Host Poul, Madsen, Macroeconomic Accounts An Overview, Pamphlet Series, No. 29,
s
tp
12. Keuning. J. Steven, An Estimate of the Fixed Capital Stock By Industry and Types of Capital Goods
in Indonesia, Statistical Analysis Capability Program, Project Working Paper, Series No.4,
Jakarta 1988.
13. , Input-Output Table and Analysis, Studies in Methods, Series F No. 14 Rev
1, New York, 1973.
14. __ , Handbook of National Accounting for Production, Sources and Methods, Series
F No. 39, New York, 1986.
15. Verbiest Piet, Investment Matrix, Hasil Kerjasama Asian Development Bank dengan Badan
Pusat Statistik, Jakarta, 1997.
16. Ward, Michael, The Measurement of Capital: Methodology of Capital Stock Estimates in OECD
Countries, Paris, 1976.