2023
INSTRUKSI
GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN
Nomor: 002/INS-Kwarpus/E/IX/2023
Tentang
PELAKSANAAN KEPUTUSAN KWARTIR PUSAT
GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN
NOMOR 001/SK-Kwarpus/A/IX/2023
TENTANG TANFIDZ KEPUTUSAN MUKTAMAR KE-4
GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN
MENGINSTRUKSIKAN
Kepada : Kwartir Wilayah, Kwartir Daerah, Kwartir Cabang, dan Qabilah di seluruh
Indonesia.
UNTUK
Pertama : Melaksanakan Keputusan Muktamar ke-4 Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan
yang telah ditanfidzkan Kwartir Pusat Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Nomor
001/SK-Kwarpus/A/IX/2023 tanggal 19 Shafar 1445 Hijriyah bertepatan tanggal
04 September 2023 Miladiyah masing-masing sesuai dengan tugas dan fungsinya;
Kedua : Memberikan bimbingan, petunjuk, melakukan koordinasi dan monitoring terhadap
pelaksanaan instruksi ini serta melaporkan hasilnya, masing-masing sesuai dengan
jalur hierarki yang telah ditentukan;
Ketiga : Keputusan ini berlaku mulai tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Yogyakarta
Pada tanggal : 26 Shafar 1445 H.
11 September 2023 M
SURAT KEPUTUSAN
KWARTIR PUSAT GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN
Nomor: 001/SK-Kwarpus/A/IX/2023
Tentang
TANFIDZ KEPUTUSAN MUKTAMAR KE-4
GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN
Ditetapkan di : Yogyakarta
Pada tanggal : 19 Shafar 1445 H.
04 September 2023 M.
MEMUTUSKAN
V. REKOMENDASI ORGANISASI
Menyampaikan pokok-pokok pikiran berupa rekomendasi organisasi.
Ditetapkan di : Malang
Pada tanggal : 11 Muharram 1445 H.
29 J u l i 2023 M.
DJALI B. SANGADJI
NBM 769817
DAFTAR ISI
A. Pendahuluan
Visi :
Terwujudnya Sumber Daya Kader Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan
Berkemajuan dalam Regenerasi Kader Persyarikatan, Keumatan dan
Kebangsaan yang Memiliki Jati Diri Kepanduan Islami.
Misi :
1. Mengembalikan jati diri Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan sebagai
gerakan dakwah Islamiyah dalam menghadapi abad ke-2 HW;
2. Menggerakkan potensi sumber daya kader kepanduan melalui
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan yang kreatif, inovatif dan Islami;
3. Regenerasi kader Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan menghadapi
peradaban bangsa di era global dan digital yang santun dan
beradab;
4. Meningkatkan kemandirian dan sikap berdikari Gerakan Kepanduan
Hizbul Wathan melalui gerakan kewirausahaan;
5. Merespon isu-isu kemanusiaan dan lingkungan hidup untuk
ketercapaian SDGs dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Tujuan
1. Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan kembali pada jati diri sebagai
kepanduan yang berperan sebagai pendukung dan penunjang
gerakan dakwah amar makruf nahi munkar Muhammadiyah di abad
ke-2;
2. Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan dalam gerakannya dapat
memposisikan sebagai organisasi otonom yang berperan sebagai
institusi yang memfasilitasi kader-kader pandu yang unggul dan
berkemajuan;
Sasaran
D. Sistem Gerakan
Membangun sistem organisasi Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan
yang yang efektif dan efesien. Adapun diantara yang dapat dijadikan
model pengembangan sistem organisasi gerakan kepanduan harus
mengedepankan hal-hal berikut:
1) Sistem gerakan yang profesional, modern, memajukan dan
menyebarkan faham-faham keislaman dalam Kepanduan Hizbul
Wathan yang berkarakter tajdid Muhammadiyah;
2) Sistem Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan membuat formulasi peta
jalan (road map) Gerakan Kepanduan untuk peningkatan kualitas
nilai positioning jati diri kepanduan Hizbul Wathan dalam ruang dan
lingkup persyarikatan, kebangsaan dan keumatan;
3) Sistem Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan menyusun konsep-
konsep pembinaan dan pemberdayaan dengan model problem
solver terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi Kwartir
Pusat, Wilayah, Daerah, Cabang dan Qabilah Hizbul Wathan;
1) Administrasi Pelayanan
Membuat sistem layanan administrasi Gerakan Kepanduan Hizbul
Wathan dengan sistem administrasi sentralisasi-otonomi berbasis
digital. Memperkuat sistem informasi digital berbasis website yang
terkoneksi seluruh kwartir di Indonesia. Layanan administrasi
berbagai kegiatan di tingkat kwartir menggunakan layanan elektronik
digital.
2) Administrasi Keuangan
Membuat sistem keuangan terintegrasi dengan menggunakan
aplikasi keuangan praktis dan sederhana. Memaksimalkan sumber-
sumber keuangan berbasis anggota pandu dari tingkat kwartir pusat
hingga qabilah. Pengawasan keuangan secara terbuka dan
transparan. Membuat usaha atau kedai milik kwartir atau qabilah dan
juga milik anggota pandu di bawah pengawasan dan pembinaan
kwartir, baik pusat, wilayah maupun daerah. Pendayagunaan aset
milik Muhammadiyah yang belum tergarap secara maksimal,
Kepanduan Hizbul Wathan memberdayakan tanah dan aset wakaf
untuk jadikan sumber keuangan organisasi.
MUQADDIMAH
ِبِس ِم ه
اَّلل الهر ْْحَ ِن الهرِحْيم ْ
Persyarikatan Muhammadiyah merupakan Gerakan Islam, Da’wah Amar Ma’ruf Nahi
Munkar dan Tajdid, bersumber pada Al Qur’an dan As-Sunnah, bermaksud dan bertujuan
menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya.
Bahwa untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan harus diperjuangakan secara terus
menerus antara lain dengan membina generasi muda yang memiliki aqidah, fisik dan
mental kuat, berilmu dan berteknologi serta berakhlaqul karimah.
Allah berfirman:
۟ ۟ ۟ ۟
ً ٱَّللَ َولْيَ ُقولُوا قَ ْوًًل َس ِد
يدا ين لَ ْو تَ َرُكوا ِم ْن َخ ْل ِف ِه ْم ذُ ِريهةً ِض ََٰع ًفا َخافُوا َعلَْي ِه ْم فَ ْليَ ته ُقوا ه ِ ولْيخ ه
َ ش ٱلذ
َ ْ ََ
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang
mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh
sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar” (Q.S. 4:9)
Bahwa membina dan menggerakkan angkatan muda dengan cara memperteguh
iman, mempergiat ibadah, mempertinggi akhlak dan meningkatkan semangat jihad,
sehingga menjadi manusia muslim yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa,
merupakan bagian dari usaha Muhammadiyah.
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan sebagai organisasi otonom mempunyai misi dan
mengemban misi Muhammadiyah dalam pendidikan anak, remaja dan pemuda, sehingga
mereka jadi muslim yang sebenar-benarnya dan siap menjadi kader Persyarikatan, Umat
dan Bangsa.
Kepanduan Hizbul Wathan adalah sistem pendidikan di luar keluarga dan sekolah
untuk anak, remaja dan pemuda dilakukan di alam terbuka dengan metode yang menarik,
menyenangkan dan menantang, dalam rangka untuk membentuk warga negara yang
berguna dan mandiri.
Dalam mewujudkan cita-cita diatas, pada tanggal 10 Sya’ban 1420 H bertepatan
dengan tanggal 18 November 1999 M, Persyarikatan Muhammadiyah membangkitkan
kembali Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan, yang dalam seluruh kegiatannya
bersemboyan fastabiqul khairat (berlomba-lombalah dalam berbuat kebaikan)
Allah berfirman:
Pasal 1
Nama
Gerakan Kepanduan dalam Muhammadiyah bernama Hizbul Wathan disingkat HW.
Pasal 2
Pendiri
HW didirikan oleh pendiri Muhammadiyah K.H. Ahmad Dahlan pada tahun 1336 H
(Hijriyah) / 1918 M (Miladiyah) di Yogyakarta yang dibangkitkan pada tanggal 10 Sya’ban
1420 H bertepatan dengan tanggal 18 November 1999 M oleh pimpinan Pusat
Muhammadiyah dengan Surat Keputusan Nomor 92/SK-PP/VI-B/1.b/1999 tanggal 10
Sya’ban 1420 H / 18 November 1999 M dan dipertegas dengan Surat Keputusan Pimpinan
Pusat Muhammadiyah Nomor 10/Kep/I.0/B/2003 tanggal 1 Dzulhijjah 1423 H / 2 Februari
2003 M, untuk jangka waktu yang tidak terbatas.
Pasal 3
Tempat Kedudukan
HW berkedudukan di tempat kedudukan Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
BAB II
IDENTITAS DAN ASAS
Pasal 4
Identitas dan Asas
1. HW adalah kepanduan Islami, artinya dalam melaksanakan metode kepanduan
adalah untuk menanamkan aqidah Islam dan membentuk peserta didik berakhlak
mulia;
2. HW adalah organisasi otonom Muhammadiyah yang tugas utamanya mendidik anak,
remaja dan pemuda dengan sistem kepanduan;
3. HW berasas Islam.
BAB III
LAMBANG, SIMBOL, BENDERA, SALAM, MARS, DAN HIMNE
Pasal 5
Lambang, Simbol, Bendera, dan Salam
1. Lambang HW adalah matahari bersinar utama dua belas dan di tengahnya tertulis
inisial HW;
2. Simbol HW adalah sekuntum bunga melati dengan pita di bawahnya yang bertuliskan:
ْ استَبِ ُقوا
اْلَْ َْيات ْ َف
Pasal 6
Mars dan Himne
1. HW mempunyai Mars dan Himne yang menyatakan jati diri dan perjuangan dalam
bentuk lirik lagu yang bernada dan berirama;
2. Ketentuan lain tentang Mars dan Himne diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB IV
KODE KEHORMATAN
Pasal 7
Janji dan Undang-Undang Pandu HW
1. Kode kehormatan merupakan janji, semangat dan akhlak Pandu HW, baik dalam
kehidupan pribadi maupun bermasyarakat;
2. Kode kehormatan Pandu HW adalah Janji Pandu HW dan Undang-Undang Pandu HW;
3. Ketentuan lain tentang Janji dan Undang-Undang Pandu HW diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga.
BAB V
SIFAT DAN CIRI KHAS
Pasal 8
Sifat
HW bersifat nasional, terbuka dan sukarela adalah sistem pendidikan untuk anak, remaja
dan pemuda di luar lingkungan keluarga dan sekolah, serta tidak terkait dan tidak
berorientasi pada partai politik.
Pasal 9
Ciri Khas
1. Ciri khas HW hakikatnya adalah bahwa Prinsip Dasar Kepanduan dan Metode
Kepanduan yang harus diterapkan dalam setiap kegiatan yang pelaksanaannya
disesuaikan dengan kepentingan, keperluan, situasi, kondisi masyarakat serta
kepentingan Persyarikatan Muhammadiyah;
2. Prinsip Dasar Kepanduan adalah:
a. Pengamalan aqidah Islamiah;
BAB VI
MAKSUD DAN TUJUAN SERTA USAHA
Pasal 10
Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan HW adalah menyiapkan dan membina anak, remaja dan pemuda yang
memiliki aqidah, fisik dan mental, berilmu dan berteknologi serta berakhlaqul karimah
sehingga terwujud pribadi muslim yang sebenar-benarnya dan siap menjadi kader
Persyarikatan, Umat dan Bangsa.
Pasal 11
Usaha
1. Untuk mencapai maksud dan tujuan, HW ikut melaksanakan Da’wah Amar Ma’ruf
Nahi Munkar yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
kepanduan bagi anak, remaja dan pemuda muslim;
2. Penentu kebijakan dan penanggung jawab usaha, program dan kegiatan adalah
Kwartir Pusat;
3. Usaha HW diwujudkan dalam bentuk program dan kegiatan, yang macam dan
penyelenggaraannya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB VII
KEANGGOTAAN
Pasal 12
Anggota, Kewajiban dan Hak
1. Anggota HW terdiri atas:
a. Anggota Biasa sebagai peserta didik yang dikelompokkan menurut umur;
b. Anggota Biasa sebagai pemimpin ialah warga negara Indonesia beragama Islam
dan anggota Muhammadiyah;
c. Anggota Kehormatan ialah perorangan warga negara Indonesia, dan/atau warga
negara asing beragama Islam yang berjasa terhadap HW, dan/atau karena
kewibawaan dan keahliannya bersedia membantu HW.
2. Ketentuan lain tentang anggota, kewajiban dan hak diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga.
Pasal 13
Susunan Organisasi
Susunan organisasi HW dari atas ke bawah secara bertingkat sebagai berikut:
1. Pusat ialah kesatuan wilayah dalam negara;
2. Wilayah ialah kesatuan daerah dalam satu provinsi;
3. Daerah ialah kesatuan cabang dalam satu kota atau kabupaten;
4. Cabang ialah kesatuan qabilah dalam satu kecamatan;
5. Qabilah ialah kesatuan anggota dalam satu tempat atau kawasan.
Pasal 14
Penetapan Organisasi
1. Penetapan organisasi tingkat pusat dengan ketentuan luas lingkungannya ditetapkan
oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah;
2. Penetapan organisasi tingkat Wilayah, Daerah, Cabang dan tingkat Qabilah masing-
masing dengan ketentuan luas lingkungannya ditetapkan oleh pimpinan kwartir
setingkat di atasnya;
3. Dalam hal yang luar biasa Kwartir Pusat dapat mengambil ketetapan dan keputusan
lain.
BAB IX
KWARTIR
Pasal 15
Pengertian
Kwartir adalah nama sebutan pimpinan pada tingkat Pusat, Wilayah, Daerah dan Cabang
yang dalam melaksanakan kepemimpinan pada tingkat masing-masing bersifat kolektif
kolegial. Sedangkan pada tingkat Ranting disebut Qabilah.
Pasal 16
Kwartir Pusat
1. Kwartir Pusat adalah pimpinan tertinggi yang memimpin HW secara keseluruhan;
2. Kwartir Pusat terdiri atas sekurang-kurangnya tiga belas orang, dipilih dan ditetapkan
oleh Muktamar untuk satu masa jabatan dari calon-calon yang diusulkan oleh Tanwir,
serta disahkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah;
3. Ketua Umum Kwartir Pusat ditetapkan oleh Muktamar dari dan atas usul anggota
Kwartir Pusat terpilih;
4. Anggota Kwartir Pusat terpilih menetapkan Sekretaris Umum dan diumumkan dalam
forum Muktamar;
5. Kwartir Pusat dapat menambah anggotanya apabila dipandang perlu melalui
rekomendasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah;
Pasal 17
Kwartir Wilayah
1. Kwartir Wilayah memimpin HW dalam wilayahnya serta melaksanakan kebijakan
Kwartir Pusat;
2. Kwartir Wilayah terdiri atas sekurang-kurangnya sebelas orang, ditetapkan oleh
Kwartir Pusat untuk satu masa jabatan dari calon-calon Kwartir Wilayah yang dipilih
dalam Musyawarah Wilayah;
3. Ketua Kwartir Wilayah ditetapkan oleh Kwartir Pusat dari dan atas usul calon-calon
anggota Kwartir Wilayah terpilih yang telah disahkan oleh Musyawarah Wilayah;
4. Kwartir Wilayah dapat menambah anggotanya apabila dipandang perlu dengan
mengusulkan kepada Musyawarah Kwartir Wilayah yang kemudian dimintakan
ketetapan Kwartir Pusat.
Pasal 18
Kwartir Daerah
1. Kwartir Daerah memimpin HW dalam daerahnya serta melaksanakan kebijakan
Kwartir di atasnya;
2. Kwartir Daerah terdiri atas sekurang-kurangnya sembilan orang, ditetapkan oleh
Kwartir Wilayah untuk satu masa jabatan dari calon-calon Kwartir Daerah yang dipilih
dalam Musyawarah Daerah;
3. Ketua Kwartir Daerah ditetapkan oleh Kwartir Wilayah dari dan atas usul calon-calon
Kwartir Daerah terpilih yang telah disahkan oleh Musyawarah Daerah;
4. Kwartir Daerah dapat menambah anggotanya apabila dipandang perlu dengan
mengusulkan kepada Musyawarah Kwartir Daerah yang kemudian dimintakan
ketetapan Kwartir Wilayah.
Pasal 19
Kwartir Cabang
1. Kwartir Cabang memimpin HW dalam cabangnya serta melaksanakan kebijakan
Kwartir diatasnya;
2. Kwartir Cabang terdiri atas sekurang-kurangnya tujuh orang, ditetapkan oleh Kwartir
Daerah untuk satu masa jabatan dari calon-calon Kwartir Cabang yang dipilih dalam
Musyawarah Cabang;
3. Ketua Kwartir Cabang ditetapkan oleh Kwartir Daerah dari dan atas usul calon-calon
anggota Kwartir Cabang terpilih yang telah disahkan oleh Musyawarah Cabang;
4. Kwartir Cabang dapat menambah anggotanya apabila dipandang perlu dengan
mengusulkan kepada Musyawarah Kwartil Cabang yang kemudian dimintakan
ketetapan Kwartir Daerah.
Pasal 21
Pemilihan Kwartir dan Qabilah
1. Anggota Kwartir dan Qabilah adalah anggota HW dan anggota Muhammadiyah;
2. Pemilihan Kwartir dan Qabilah dapat dilakukan secara langsung atau formatur;
3. Syarat anggota Kwartir dan Qabilah serta cara pemilihan diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga.
Pasal 22
Masa Jabatan
1. Masa jabatan Kwartir Pusat, Wilayah, Daerah, Cabang dan Qabilah masing-masing
lima tahun;
2. Jabatan Ketua Umum Kwartir Pusat, Ketua Kwartir Wilayah, Ketua Kwartir Daerah,
Ketua Kwartir Cabang dan Ketua Qabilah, masing-masing dapat dijabat oleh orang
yang sama dua kali masa jabatan berturut-turut;
3. Serah terima jabatan Kwartir Pusat dilakukan pada saat Muktamar telah menetapkan
Kwartir Pusat baru. Sedang serah terima jabatan Kwartir Wilayah, Kwartir Daerah,
Kwartir Cabang, dan Qabilah dilakukan setelah disahkan oleh Kwartir di atasnya.
4. Setiap pergantian kwartir dan qabilah harus menjamin adanya peningkatan kinerja,
penyegaran dan kaderisasi Kwartir.
Pasal 23
Ketentuan Luar Biasa
Dalam hal-hal luar biasa yang terjadi berkenaan dengan ketentuan pada pasal 13 sampai
dengan pasal 22, Kwartir Pusat dapat mengambil ketetapan lain.
Pasal 24
Penasihat
1. Kwartir HW dapat mengangkat penasihat;
2. Ketentuan tentang penasihat diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 25
Bidang dan Urusan
1. Unsur pembantu Kwartir terdiri atas Bidang dan Urusan;
2. Bidang adalah Unsur Pembantu Kwartir yang menjalankan sebagian tugas pokok HW;
3. Urusan adalah Unsur Pembantu Kwartir yang menjalankan tugas khusus HW;
4. Ketentuan tentang tugas dan pembentukan Unsur Pembantu Kwartir, diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga.
BAB XI
PERMUSYAWARATAN
Pasal 26
Muktamar
1. Muktamar adalah Pemusyawaratan tertinggi dalam HW yang diselenggarakan oleh
dan tugas tanggung jawab Kwartir Pusat;
2. Anggota Muktamar terdiri atas:
a. Anggota Kwartir Pusat yang telah disahkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah;
b. Ketua Kwartir Wilayah;
c. Anggota Tanwir wakil wilayah yang telah disahkan oleh Kwartir Pusat;
d. Ketua Kwartir Daerah;
e. Wakil Daerah yang dipilih oleh Musyawarah Kwartir Daerah, terdiri atas wakil
cabang berdasarkan perimbangan jumlah cabang dalam tiap daerah;
f. Ketua dan Sekretaris Qabilah Perguruan Tinggi.
3. Muktamar diadakan satu kali dalam lima tahun;
4. Acara dan ketentuan lain tentang Muktamar diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 27
Muktamar Luar Biasa
1. Muktamar Luar Biasa adalah muktamar darurat disebabkan oleh keadaan yang
membahayakan HW, dan/atau kekosongan kepemimpinan, sedang Tanwir tidak
berwenang memutuskannnya;
2. Muktamar Luar Biasa diadakan oleh Kwartir Pusat atas keputusan Tanwir;
3. Ketentuan mengenai Muktamar Luar Biasa diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 28
Tanwir
1. Tanwir adalah permusyawaratan dalam HW di bawah Muktamar, diselenggarakan
oleh dan atas tanggung jawab Kwartir Pusat;
2. Anggota Tanwir terdiri atas:
a. Anggota Kwartir Pusat;
b. Ketua Kwartir Wilayah;
Pasal 29
Musyawarah Wilayah
1. Musyawarah Wilayah adalah permusyawaratan HW dalam wilayah, diselenggarakan
oleh dan atas tanggung jawab Kwartir Wilayah;
2. Anggota Musyawarah Wilayah terdiri atas:
a. Anggota Kwartir Wilayah;
b. Ketua Kwartir Daerah;
c. Anggota Musyawarah Kwartir Wilayah wakil daerah;
d. Ketua Kwartir Cabang;
e. Wakil Cabang yang dipilih oleh musyawarah Kwartir Cabang yang jumlahnya
ditetapkan oleh Kwartir Wilayah atas dasar perimbangan jumlah qabilah dalam
tiap cabang;
f. Ketua dan Sekretaris Qabilah Perguruan Tinggi di wilayahnya.
3. Musyawarah Wilayah diadakan satu kali dalam lima tahun;
4. Acara dan ketentuan lain tentang Musyawarah Wilayah diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga.
Pasal 30
Musyawarah Daerah
1. Musyawarah Daerah adalah permusyawaratan HW dalam daerah, diselenggarakan
oleh dan atas tanggung jawab Kwartir Daerah;
2. Anggota Musyawarah Daerah terdiri atas:
a. Anggota Kwartir Daerah;
b. Ketua Kwartir Cabang;
c. Anggota Musyawarah Kwartir Daerah wakil cabang;
d. Ketua Qabilah;
e. Wakil Qabilah yang dipilih oleh Musyawarah Qabilah yang jumlahnya ditetapkan
oleh Kwartir Daerah atas dasar perimbangan jumlah anggota.
3. Musyawarah Daerah diadakan satu kali dalam lima tahun;
4. Acara dan ketentuan lain tentang Musyawarah Daerah diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga.
Pasal 31
Musyawarah Cabang
1. Musyawarah Cabang adalah permusyawaratan HW dalam cabang, diselenggarakan
oleh dan atas tanggung jawab Kwartir Cabang;
2. Anggota Musyawarah Cabang terdiri atas:
a. Anggota Kwartir Cabang;
b. Ketua Qabilah;
c. Anggota Musyawarah Kwartir Cabang wakil qabilah.
3. Musyawarah Cabang diadakan satu kali dalam lima tahun;
Pasal 32
Musyawarah Qabilah
1. Musyawarah Qabilah adalah permusyawaratan HW dalam qabilah, diselenggarakan
oleh dan atas tanggung jawab Pimpinan Qabilah;
2. Anggota Musyawarah Qabilah terdiri atas Anggota HW dalam qabilah:
a. Pemimpin Qabilah;
b. Pemimpin Satuan dalam Qabilah.
3. Musyawarah Qabilah diadakan satu kali dalam lima tahun;
4. Acara dan ketentuan lain tentang Musyawarah Qabilah diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga.
Pasal 33
Musyawarah Kwartir
1. Musyawarah Kwartir ialah permusyawaratan kwartir dalam HW pada tingkat wilayah
sampai dengan qabilah yang berkedudukan di bawah musyawarah pada masing-
masing tingkat;
2. Musyawarah Kwartir diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab kwartir HW tiap-
tiap tingkat;
3. Acara dan ketentuan lain mengenai Musyawarah Kwartir diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga.
Pasal 34
Peraturan Permusyawaratan
1. Setiap musyawarah yang diselenggarakan di tingkat Wilayah, Daerah, Cabang dan di
tingkat Qabilah mengundang kwartir setingkat di atasnya;
2. Keabsahan musyawarah tersebut dalam pasal 26 sampai dengan pasal 33 kecuali
pasal 27 dinyatakan sah apabila dihadiri oleh dua pertiga anggotanya yang telah
diundang secara sah oleh kwartir HW di tingkat masing-masing;
3. Keputusan musyawarah tersebut dalam pasal 26 sampai dengan pasal 33 kecuali
pasal 27 diusahakan dengan cara mufakat. Apabila keputusan secara mufakat tidak
tercapai maka dilakukan pemungutan suara dengan suara terbanyak mutlak.
BAB XII
RAPAT DAN TANFIDZ
Pasal 35
Rapat Anggota Kwartir dan Qabilah
1. Rapat Anggota Kwartir dan Qabilah adalah rapat dalam HW di tingkat Kwartir Pusat,
Kwartir Wilayah, Kwartir Daerah, Kwartir Cabang, Qabilah, yang diselenggarakan oleh
dan atas tanggung jawab Kwartir dan Qabilah;
Pasal 36
Rapat Kwartir dan Rapat Qabilah
1. Rapat Kwartir dan Rapat Qabilah adalah rapat dalam HW di tingkat Kwartir Pusat,
Kwartir Wilayah, Kwartir Daerah, Kwartir Cabang dan Qabilah diselenggarakan oleh
dan atas tanggung jawab Kwartir dan Qabilah HW apabila diperlukan;
2. Rapat Kwartir dan Rapat Qabilah untuk membahas masalah mendesak dan kebijakan
organisasi;
3. Ketentuan lain mengenai Rapat Kwartir dan Rapat Qabilah diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga.
Pasal 37
Rapat Kerja
1. Rapat Kerja ialah rapat yang diadakan untuk membicarakan segala sesuatu yang
menyangkut program dan kegiatan organisasi;
2. Rapat Kerja dibedakan dalam dua jenis yaitu Rapat Kerja Kwartir dan Rapat Kerja
Unsur Pembantu Kwartir
3. Rapat Kerja Kwartir pada tiap tingkat diadakan sekurang-kurangnya satu kali dalam
satu tahun;
4. Rapat Kerja Unsur Pembantu Kwartir diadakan sekurang-kurangnya dua kali dalam
satu masa jabatan;
5. Ketentuan mengenai masing-masing jenis Rapat Kerja diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga.
Pasal 38
Tanfidz
1. Tanfidz adalah pernyataan berlakunya keputusan Muktamar, Tanwir, Musyawarah,
Rapat Kwartir dan Rapat Qabilah, serta Rapat Kerja yang dilakukan oleh Kwartir pada
tingkatnya masing-masing dan Qabilah;
2. Keputusan Muktamar, Tanwir, Musyawarah, Rapat Kwartir dan Rapat Qabilah, serta
Rapat Kerja berlaku sejak ditanfidzkan oleh Kwartir HW tingkat masing-masing dan
Qabilah;
3. Tanfidz keputusan Muktamar, Tanwir, Musyawarah, dan Rapat semua tingkat:
a. Bersifat redaksional;
b. Mempertimbangkan kemaslahatan;
c. Tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 39
Pengertian
Keuangan dan kekayaan HW adalah semua harta benda yang diperoleh dari sumber yang
sah dan halal serta digunakan untuk kepentingan pelaksanaan program dan kegiatan HW.
Pasal 40
Sumber
Keuangan dan kekayaan HW diperoleh dari:
1. Uang pangkal, iuran dan bantuan;
2. Hasil hak milik HW;
3. Zakat, infaq, shadaqah, wakaf, wasiat dan hibah;
4. Usaha-usaha perekonomian HW, dan sumber-sumber lain yang halal dan tidak
mengikat.
Pasal 41
Pengelolaan dan Pengawasan
Ketentuan mengenai pengelolaan, pengawasan keuangan dan kekayaan diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga.
BAB XIV
LAPORAN
Pasal 42
Laporan
1. Kwartir di semua tingkat dan Qabilah wajib membuat laporan perkembangan
organisasi dan laporan pertanggungjawaban keuangan serta kekayaan, disampaikan
kepada Muktamar, Musyawarah Kwartir dan Musyawarah Qabilah;
2. Ketentuan lain tentang laporan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB XV
ANGGARAN RUMAH TANGGA
Pasal 43
Anggaran Rumah Tangga
1. Anggaran Rumah Tangga menjelaskan dan mengatur hal-hal yang tidak diatur dalam
Anggaran Dasar;
2. Anggaran Rumah Tangga dibuat oleh Kwartir Pusat berdasarkan Anggaran Dasar dan
disahkan oleh Tanwir dan/atau Muktamar;
3. Dalam keadaan yang sangat memerlukan perubahan, Kwartir Pusat dapat mengubah
Anggaran Rumah Tangga dan berlaku sampai disahkan oleh Tanwir.
Pasal 44
Pembubaran
1. HW hanya dapat dibubarkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah;
2. Jika HW dibubarkan, kekayaan organisasi diserahkan kepada Pimpinan Pusat
Muhammadiyah.
BAB XVII
ANGGARAN DASAR
Pasal 45
Perubahan Anggaran Dasar
1. Perubahan Anggaran Dasar ditetapkan oleh Muktamar;
2. Rencana perubahan Anggaran Dasar diusulkan oleh Tanwir dan harus sudah
tercantum dalam acara Muktamar;
3. Perubahan Anggaran Dasar dinyatakan sah apabila diputuskan oleh sekurang-
kurangnya dua pertiga dari jumlah anggota Muktamar yang hadir.
BAB XVIII
PENUTUP
Pasal 46
Penutup
1. Anggaran Dasar ini telah disahkan dan ditetapkan oleh Muktamar ke-4 Gerakan
Kepanduan Hizbul Wathan yang berlangsung pada tanggal 8 s.d. 11 Muharram 1445
H bertepatan dengan tanggal 26 s.d. 29 Juli 2023 M di Malang, dan dinyatakan mulai
berlaku sejak ditanfidzkan;
2. Setelah Anggaran Dasar ini ditetapkan, Anggaran Dasar sebelumnya dinyatakan tidak
berlaku lagi.
Pasal 1
Tempat Kedudukan
1. HW berkedudukan di tempat kedudukan Pimpinan Pusat Muhammadiyah di
Yogyakarta;
2. Kwartir Pusat sebagai pimpinan tertinggi memimpin HW secara keseluruhan dan
menyelenggarakan aktivitasnya di dua kantor, Yogyakarta dan Jakarta.
Pasal 2
Lambang
1. Lambang HW adalah lingkaran matahari bersinar utama dua belas dan di tengahnya
tertulis inisial HW;
2. Sinar utama matahari bermakna bahwa setiap Pandu HW diharapkan mampu
memancarkan sinar pribadi muslim sehari penuh kepada masyarakat, bangsa dan
negara;
3. Lambang HW sebagai dalam Anggaran Dasar pasal 5 adalah sebagai berikut:
Pasal 3
Simbol
1. Simbol HW adalah sekuntum bunga melati dengan pita di bawahnya yang bertuliskan:
ْ استَبِ ُقوا
اْلَْ َْيات ْ َف
2. Kuncup melati dengan daun mahkota berwarna putih bermakna suci, berjumlah lima
helai bermakna Rukun Islam. Daun kelopak berjumlah enam bermakna Rukun Iman.
Dua lembar daun berarti dua kalimah Syahadat, ditopang oleh selembar pita
berbentuk mulut tersenyum artinya Pandu HW itu selalu riang gembira;
3. Simbol HW sebagaimana tersebut dalam Anggaran Dasar pasal 5 adalah sebagai
berikut:
Pasal 5
Salam HW
1. Salam HW berupa ucapan “Assalamu’alaikum”, dan dijawab dengan ucapan
“Wa’alaikumsalam”;
2. Salam HW diberikan kepada:
a. Sesama pandu;
b. Pemimpin Pandu, Pemimpin Muhammadiyah, dan Pembesar Negara;
c. Jenazah;
3. Cara memberi salam:
a. Mengangkat tangan kanan dengan tegak, kelima jari dirapatkan sampai dikening.
Jika memakai topi letak kelima jari di ujung kanan topi;
b. Kepada sesama pandu, dan/atau pemimpin diiringi ucapan “Assalamu’alaikum”
jika berdekatan;
c. Berjabat tangan sesama pandu putra dan sesama pandu putri;
d. Kepada jenazah dilakukan sebagaimana penghormatan umum.
4. Ketentuan salam selengkapnya ditetapkan dalam pedoman organisasi.
Pasal 6
Mars HW
Mars HW adalah “Mars Hizbul Wathan”
Pasal 7
Himne HW
Himne HW adalah “Hizbul Wathan Panduku”
Pasal 9
Kode Kehormatan Pandu Tunas Athfal
Kode Kehormatan Pandu Tunas Athfal adalah Janji Pandu Tunas Athfal dan Undang-
Undang Pandu Tunas Athfal.
1. Janji Pandu Tunas Athfal:
ِبِس ِم ه
اَّلل الهر ْْحَ ِن الهرِحْيم ْ
ِ أَ ْشه ُد أَ ْن ًَل إِلَه إِهًل هللا وأَ ْشه ُد أَ هن ُُم هم ًدا رسو ُل
هللا ُْ َ َ َ َُ َ َ
Mengingat harga perkataan saya, maka saya berjanji dengan sungguh-sungguh:
Setia mengerjakan kewajiban saya terhadap Allah dan setiap hari berbuat kebajikan.
2. Undang-Undang Pandu Tunas Athfal:
Satu, Pandu Tunas Athfal itu selalu setia dan berbakti kepada ramanda dan bunda;
Dua, Pandu Tunas Athfal itu selalu ceria dan teguh hati.
Pasal 10
Kode Kehormatan Pandu Athfal
Kode Kehormatan Pandu Athfal adalah Janji Pandu Athfal dan Undang-Undang Pandu
Athfal.
1. Janji Pandu Athfal:
ِبِس ِم ه
اَّلل الهر ْْحَ ِن الهرِحْيم ْ
ِ أَ ْشه ُد أَ ْن ًَل إِلَه إِهًل هللا وأَ ْشه ُد أَ هن ُُم هم ًدا رسو ُل
هللا ُْ َ َ َ َُ َ َ
Mengingat harga perkataan saya, maka saya berjanji dengan sungguh-sungguh:
Satu, setia mengerjakan kewajiban saya terhadap Allah;
Dua selalu mentaati Undang-Undang Pandu Athfal dan setiap hari berbuat kebajikan.
Pasal 11
Kode Kehormatan Pandu Pengenal, Penghela, Penuntun dan Anggota Dewasa
Kode Kehormatan Pandu Pengenal, Penghela, Penuntun dan Anggota Dewasa adalah Janji
Pandu HW dan Undang-undang Pandu HW.
1. Janji Pandu HW:
ِبِس ِم ه
اَّلل الهر ْْحَ ِن الهرِحْيم ْ
ِ أَ ْشه ُد أَ ْن ًَل إِلَه إِهًل هللا وأَ ْشه ُد أَ هن ُُم هم ًدا رسو ُل
هللا ُْ َ َ َ َُ َ َ
Mengingat harga perkataan saya, maka saya berjanji dengan sungguh-sungguh:
Satu, setia mengerjakan kewajiban saya terhadap Undang-Undang dan Tanah Air;
Dua, menolong siapa saja semampu saya;
Tiga, setia mentaati Undang-undang pandu HW.
2. Undang-undang Pandu Hizbul Wathan:
Satu, Pandu Hizbul Wathan itu, dapat dipercaya;
Dua, Pandu Hizbul Wathan itu, setia dan teguh hati;
Tiga, Pandu Hizbul Wathan itu, siap menolong dan wajib berjasa;
Empat, Pandu Hizbul Wathan itu, suka perdamaian dan persaudaraan;
Lima, Pandu Hizbul Wathan itu, sopan santun dan perwira;
Enam, Pandu Hizbul Wathan itu, menyayangi semua makhluk;
Tujuh, Pandu Hizbul Wathan itu, melaksanakan perintah tanpa membantah;
Delapan, Pandu Hizbul Wathan itu, sabar dan pemaaf;
Sembilan, Pandu Hizbul Wathan itu, teliti dan hemat;
Sepuluh, Pandu Hizbul Wathan itu, suci dalam hati, pikiran, perkataan dan perbuatan.
Pasal 12
Pakaian Seragam
1. Sebagai Gerakan Kepanduan untuk anak, remaja dan pemuda, Pandu HW memiliki
pakaian seragam yang berfungsi untuk menyatakan jati diri, memperkuat jiwa korsa,
menambah daya tarik, mengendalikan disiplin, menjamin kebersamaan dan
mencerminkan kerapian;
2. Sesuai dengan ciri Pandu HW, maka pakaian seragam harus memenuhi norma agama,
pendidikan, memiliki daya tarik bagi anggota didik, sesuai untuk kegiatan di lapangan,
selaras dengan perkembangan zaman dan mengandung makna;
3. Warna pakaian seragam dan kelengkapannya adalah:
a. Baju/blus: coklat khaki tua;
b. Celana/rok: biru tua;
c. Jilbab: coklat khaki tua;
d. Tutup kepala: disesuaikan dengan kelompok, jabatan dan kegiatan;
e. Setengah leher: dasar hijau tua dengan warna strip/pelisir sesuai kelompok;
f. Ikat pinggang: warna hitam, dan/atau coklat;
Pasal 13
Atribut
1. Atribut adalah tanda-tanda yang dikenakan Anggota Pandu HW untuk menunjukkan
jabatan, jenjang, tingkat, kecakapan, satuan dan daerah;
2. Model, bentuk dan warna dirancang dan dibuat dengan sebaik-baiknya agar dapat
dibanggakan serta menambah daya tarik sesuai tingkatannya;
3. Ketentuan atribut selengkapnya ditetapkan oleh Kwartir Pusat.
Pasal 14
Usaha
Untuk mencapai maksud dan tujuan, HW berusaha:
1. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan kepanduan bagi anak, remaja dan
pemuda muslim;
2. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan kepanduan untuk para pelatih,
pimpinan dan pemimpin peserta didik;
3. Mengembangkan HW di seluruh Indonesia;
4. Mengadakan kerjasama kelembagaan di dalam dan di luar negeri;
5. Memupuk dan mengembangkan rasa cinta dan setia kepada Persyarikatan, Tanah air
dan Bangsa;
6. Menumbuhkan rasa percaya diri, tanggung jawab, sikap dan perilaku yang kreatif dan
inovatif, disiplin dan istiqomah;
7. Melakukan usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuan HW dan
Muhammadiyah.
Pasal 15
Keanggotaan
1. Anggota Biasa sebagai peserta didik putra dan putri yang berusia 4 tahun sampai
dengan 22 tahun, dikelompokkan sebagai berikut:
a. Tunas Athfal;
b. Athfal;
c. Pengenal;
d. Penghela;
e. Penuntun.
Jenjang umur diatur dalam pedoman organisasi.
2. Anggota Biasa sebagai pemimpin mempunyai tugas pokok sebagai pelatih dan
pengelola kwartir dan qabilah, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Warga negara Indonesia beragama Islam;
b. Laki-laki dan perempuan berumur 23 tahun atau sudah menikah;
c. Menyetujui maksud dan tujuan Muhammadiyah dan HW;
d. Mendaftarkan diri menjadi Anggota HW.
Pasal 16
Kewajiban dan Hak
1. Anggota Biasa dan Anggota Kehormatan berkewajiban:
a. Taat menjalankan ajaran Islam;
b. Menjaga nama baik dan setia kepada HW serta perjuangannya;
c. Menjunjung tinggi dan mengamalkan kode kehormatan HW;
d. Menaati semua peraturan yang berlaku di lingkungan HW;
e. Mendukung dan mengindahkan kepentingan HW serta melaksanakan usahanya;
f. Memakai seragam HW pada saat pelatihan, upacara dan kegiatan HW lainnya
yang diatur dalam Buku Peraturan Dasar;
g. Membayar iuran anggota yang jumlahnya ditentukan oleh Kwartir Pusat;
h. Membayar infaq.
2. Anggota Biasa berhak:
a. Mendapat Kartu Tanda Anggota HW;
b. Mengikuti pendidikan dan pelatihan;
c. Memilih dan dipilih;
d. Menyatakan pendapat.
3. Anggota Kehormatan berhak:
a. Mendapat Kartu Tanda HW;
b. Menyatakan pendapat.
Pasal 17
Pusat
Pusat adalah kesatuan wilayah dalam Negara Republik Indonesia yang berfungsi:
a. Melakukan pembinaan, pemberdayaan dan koordinasi wilayah;
b. Penyelenggaraan, pembinaan dan pengawasan pengelolaan HW;
c. Perencanaan program kegiatan.
Pasal 18
Wilayah
1. Wilayah adalah kesatuan daerah di provinsi yang terdiri atas sekurang-kurangnya tiga
daerah yang berfungsi:
Pasal 19
Daerah
1. Daerah adalah kesatuan cabang di kabupaten/kota yang terdiri atas sekurang-
kurangnya tiga cabang yang berfungsi:
a. Melakukan pembinaan, pemberdayaan dan koordinasi cabang;
b. Penyelenggaraan, pembinaan dan pengawasan pengelolaan HW;
c. Perencanaan program dan kegiatan.
2. Syarat pendirian daerah sekurang-kurangnya mempunyai:
a. Kegiatan pelatihan berkala untuk anggota Kwartir Daerah dan Unsur Pembantu
Kwartir, Kwartir Cabang, sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan;
b. Pengajian dalam dalam lingkungan daerahnya, sekurang-kurangnya sekali dalam
sebulan;
c. Anggota Biasa sebagai pemimpin, sekurang-kurangnya 15 orang;
d. Kantor.
3. Pengesahan pendirian daerah dan ketentuan luas lingkungannya ditetapkan oleh
Kwartir Pusat atas usul cabang setelah memperhatikan pertimbangan Kwartir
Wilayah;
4. Pendirian suatu daerah yang merupakan pemisahan dari daerah yang telah ada
dilakukan dengan persetujuan Kwartir Daerah/Musyawarah Kwartir tingkat Daerah.
Pasal 20
Cabang
1. Cabang adalah kesatuan qabilah di suatu tempat yang terdiri atas sekurang-
kurangnya tiga qabilah yang berfungsi:
a. Melakukan pembinaan, pemberdayaan dan koordinasi qabilah;
b. Penyelenggaraan pengelolaan HW.
2. Syarat pendirian cabang sekurang-kurangnya mempunyai:
a. Kegiatan pelatihan berkala untuk anggota Kwartir Cabang dan Unsur Pembantu
Kwartir, Qabilah, sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan;
Pasal 21
Qabilah
1. Qabilah adalah kesatuan anggota di suatu tempat atau kawasan yang terdiri atas
sekurang-kurangnya 8 orang yang berfungsi melakukan pembinaan dan
pemberdayaan anggota;
2. Syarat pendirian qabilah sekurang-kurangnya mempunyai:
a. Kegiatan pelatihan berkala peserta didik sekurang-kurangnya sepekan sekali;
b. Anggota Biasa Pandu HW.
3. Pengesahan pendirian qabilah dan ketentuan luas lingkungannya ditetapkan oleh
Kwartir Daerah atas usul anggota setelah mendengar pertimbangan Kwartir Cabang;
4. Qabilah di Perguruan Tinggi, untuk pertama kali disahkan dan dikukuhkan oleh
Kwartir Pusat, selanjutnya oleh Kwartir Wilayah di wilayahnya masing-masing;
5. Kedudukan dan status qabilah di Perguruan Tinggi setara dengan Kwarda, di bawah
garis kebijakan Kwartir Pusat dan Kwartir Wilayah, dan dapat bekerjasama dengan
lintas Kwarda;
6. Qabilah di Perguruan Tinggi memiliki nama khas menggunakan nama tokoh
Muhammadiyah atau Hizbul Wathan;
7. Qabilah di Perguruan Tinggi wajib membentuk, membina satuan Kepanduan HW
jenjang Penuntun dalam wadah Kafilah Penuntun;
8. Qabilah di Perguruan Tinggi dalam melakukan kegiatan organisasi melibatkan Kafilah
Penuntun sesuai dengan prinsip-prinsip pengkaderan Muhammadiyah;
9. Pendirian suatu qabilah yang merupakan pemisahan dari qabilah yang telah ada
dilakukan dengan persetujuan qabilah yang bersangkutan atas keputusan
Musyawarah Cabang/Daerah/Wilayah atau Musyawarah Kwartir tingkat
Cabang/Daerah/Wilayah;
10. Tempat pelatihan peserta didik.
Pasal 22
Kwartir Pusat
1. Kwartir Pusat bertugas:
a. Menetapkan kebijakan HW berdasarkan keputusan Muktamar dan Tanwir, serta
memimpin dan mengendalikan pelaksanaannya;
b. Membuat pedoman kerja dan pembagian wewenang bagi para anggotanya;
c. Membimbing dan meningkatkan usaha serta kegiatan wilayah;
Pasal 23
Kwartir Wilayah
1. Kwartir Wilayah bertugas:
a. Menetapkan kebijakan HW dalam wilayahnya berdasarkan kebijakan Kwartir
Pusat, keputusan Musyawarah Wilayah, Musyawarah Kwartir Wilayah dan Rapat
Kwartir tingkat Wilayah;
b. Memimpin dan mengendalikan pelaksanaan kebijakan/instruksi Kwartir Pusat
dan Unsur Pembantu Kwartir;
c. Membimbing dan meningkatkan usaha serta kegiatan daerah dalam wilayahnya
sesuai dengan kewenangannya;
d. Membina, membimbing, mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kegiatan
Unsur Pembantu Kwartir tingkat Wilayah.
2. Kwartir Wilayah berkantor di ibu kota provinsi;
3. Anggota Kwartir Wilayah dapat terdiri dari laki-laki dan perempuan;
4. Anggota Kwartir Wilayah tidak harus berdomisili di kota tempat kantor Kwartir
Wilayah atau sekitarnya;
5. Kwartir Wilayah menunjuk salah seorang Wakil Ketua untuk ditetapkan sebagai
anggota Tanwir apabila Ketua Kwartir Wilayah tidak dapat menunaikan tugasnya
sebagai anggota Tanwir;
6. Kwartir Wilayah dapat mengusulkan tambahan anggotanya kepada Musyawarah
Kwartir Wilayah sebanyak-banyaknya separuh dari jumlah anggota Kwartir Wilayah
terpilih kemudian dimintakan pengesahannya kepada Kwartir Pusat. Selama
menunggu keputusan Musyawarah Kwartir tingkat Wilayah dan ketetapan dari
Kwartir Pusat, calon tambahan anggota Kwartir Wilayah sudah dapat menjalankan
tugasnya atas tanggung jawab Kwartir Wilayah;
7. Kwartir Wilayah mengusulkan kepada Musyawarah Kwartir Wilayah calon pengganti
Ketua Kwartir Wilayah yang karena sesuatu hal berhenti dalam tenggang masa
jabatan untuk ditetapkan dan dimintakan pengesahannya kepada Kwartir Pusat.
Selama menunggu ketetapan Musyawarah Kwartir tingkat Wilayah dan ketetapan
dari Kwartir Pusat, Ketua Kwartir Wilayah dijabat oleh salah seorang Wakil Ketua atas
keputusan Kwartir Wilayah.
Pasal 25
Kwartir Cabang
1. Kwartir Cabang bertugas:
a. Menetapkan kebijakan HW dalam cabangnya berdasarkan kebijakan kwartir di
atasnya, keputusan Musyawarah Cabang dan Musyawarah Kwartir tingkat
Cabang;
b. Memimpin dan mengendalikan pelaksanaan kebijakan/instruksi Kwartir Pusat,
Kwartir Wilayah, Kwartir Daerah serta Unsur Pembantu Kwartirnya;
c. Membimbing dan meningkatkan usaha serta kegiatan qabilah dalam cabangnya
sesuai dengan kewenangannya;
d. Membina, membimbing, mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kegiatan
Unsur Pembantu Kwartir tingkat Cabang.
2. Kwartir Cabang berkantor di ibu kota kecamatan;
3. Anggota Kwartir Cabang dapat terdiri dari laki-laki dan perempuan;
Pasal 26
Qabilah
1. Qabilah bertugas:
a. Menetapkan kebijakan HW dalam qabilahnya berdasarkan kebijakan kwartir di
atasnya, keputusan Musyawarah Qabilah, Musyawarah Qabilah;
b. Memimpin dan mengendalikan pelaksanaan kebijakan/instruksi Kwartir Pusat,
Kwartir Wilayah, Kwartir Daerah, Kwartir Cabang serta Unsur Pembantu
Kwartirnya;
c. Membimbing dan meningkatkan usaha serta kegiatan qabilah sesuai dengan
kewenangannya;
d. Membina, membimbing, mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kegiatan
Unsur Pembantu Qabilah.
2. Anggota Qabilah dapat terdiri laki-laki dan perempuan;
3. Anggota Qabilah harus berdomisili di kawasannya;
4. Qabilah menunjuk salah seorang Wakil Ketua untuk ditetapkan sebagai anggota
Musyawarah Kwartir tingkat Cabang;
5. Qabilah dapat mengusulkan tambahan anggotanya kepada Musyawarah Qabilah
sebanyak-banyaknya separuh dari jumlah anggota Qabilah terpilih kemudian
dimintakan pengesahannya kepada Kwartir Cabang. Selama menunggu keputusan
Musyawarah tingkat Qabilah dan ketetapan dari Kwartir Cabang, calon tambahan
anggota Qabilah sudah dapat menjalankan tugasnya atas tanggung jawab Qabilah;
6. Qabilah mengusulkan kepada Musyawarah Qabilah calon pengganti Ketua Qabilah
yang karena sesuatu hal berhenti dalam tenggang masa jabatan untuk ditetapkan dan
dimintakan pengesahannya kepada Kwartir Cabang. Selama menunggu ketetapan
Musyawarah Kwartir tingkat Qabilah dan ketetapan dari Kwartir Cabang, Ketua
Qabilah dijabat oleh salah seorang Wakil Ketua atas keputusan Qabilah.
Pasal 28
Masa Jabatan Kwartir dan Qabilah
1. Masa jabatan Kwartir Wilayah, Kwartir Daerah, Kwartir Cabang dan Qabilah sama
dengan masa jabatan Kwartir Pusat;
2. Pergantian Kwartir Wilayah, Kwartir Daerah, Kwartir Cabang dengan segenap Unsur
Pembantu Kwartir serta Qabilah, disesuaikan dengan pergantian Kwartir Pusat dan
pelaksanaannya dilakukan setelah Muktamar dan Musyawarah di atasnya;
3. Kwartir Wilayah, Kwartir Daerah, Kwartir Cabang, dan Qabilah yang telah habis masa
jabatannya, tetap menjalankan tugasnya sampai dilakukan serah terima dengan
Kwartir dan Qabilah yang baru;
4. Setiap pergantian Kwartir HW harus menjamin adanya peningkatan kinerja,
penyegaran dan kaderisasi Kwartir.
Pasal 30
Penasihat
1. Penasihat terdiri atas perorangan yang diangkat oleh Kwartir HW masing-masing
tingkat;
2. Penasihat bertugas memberi nasihat kepada Kwartir HW, baik diminta maupun atas
kemauan sendiri;
3. Syarat untuk dapat diangkat sebagai penasihat:
a. Anggota HW;
b. Pernah menjadi anggota Kwartir HW, atau mempunyai pengalaman dalam
organisasi, atau memiliki keahlian bidang tertentu.
Pasal 31
Unsur Pembantu Kwartir
1. Pengertian dan pembentukan Unsur Pembantu Kwartir:
a. Bidang:
1. Bidang bertugas menyelenggarakan program dan kegiatan pokok dalam
bidang tertentu;
2. Bidang dibentuk oleh Kwartir Pusat, Kwartir Wilayah, Kwartir Daerah, Kwartir
Cabang, dan Qabilah di tingkat masing-masing sesuai dengan kebutuhan.
b. Urusan:
1. Urusan bertugas melaksanakan program dan kegiatan pendukung yang
bersifat khusus;
2. Urusan dapat berupa Badan, Biro, Dewan, atau Lembaga
3. Urusan dibentuk oleh Kwartir Pusat di tingkat pusat;
4. Kwartir Wilayah, Kwartir Daerah, Kwartir Cabang, dan Qabilah apabila
dipandang perlu dapat membentuk urusan tertentu di tingkat masing-masing
dengan persetujuan Kwartir HW setingkat di atasnya.
2. Ketentuan lain tentang Unsur Pembantu Kwartir diatur dalam Pedoman Organisasi
yang dibuat dan ditetapkan oleh Kwartir Pusat.
Pasal 32
Muktamar
1. Muktamar diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab serta dipimpin oleh Kwartir
Pusat;
2. Ketentuan tentang pelaksanaan, tata tertib dan susunan acara Muktamar ditetapkan
oleh Kwartir Pusat;
3. Undangan dan acara Muktamar dikirim kepada anggota Muktamar selambat-
lambatnya tiga bulan sebelum Muktamar berlangsung;
Pasal 33
Muktamar Luar Biasa
1. Muktamar Luar Biasa diadakan berdasarkan Keputusan Tanwir atas usul Kwartir Pusat
atau dua pertiga Kwartir Wilayah;
2. Undangan dan acara Muktamar Luar Biasa dikirim kepada Anggota Muktamar
selambat-lambatnya satu bulan sebelum Muktamar Luar Biasa berlangsung;
Pasal 34
Tanwir
1. Tanwir diadakan oleh Kwartir Pusat atau permintaan sekurang-kurangnya
seperempat dari jumlah anggota Tanwir di luar anggota Kwartir Pusat;
2. Tanwir diselenggarakan oleh dan atas tanggungjawab serta dipimpin Kwartir Pusat;
3. Ketentuan tentang pelaksanaan, tata tertib dan susunan acara Tanwir ditetapkan oleh
Kwartir Pusat;
4. Undangan dan acara Tanwir dikirim kepada anggota Tanwir selambat-lambatnya satu
bulan sebelum Tanwir berlangsung;
5. Acara Tanwir:
a. Laporan Kwartir Pusat;
b. Masalah yang oleh Muktamar atau menurut Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga diserahkan kepada Tanwir;
c. Masalah yang akan dibahas dalam Muktamar sebagai pembicaraan pendahuluan;
d. Masalah mendesak yang tidak dapat ditangguhkan sampai berlangsungnya
Muktamar;
e. Usul-usul.
6. Tanwir dihadiri oleh:
a. Anggota Tanwir terdiri atas:
1. Anggota Kwartir Pusat;
2. Ketua Kwartir Wilayah atau penggantinya yang telah disahkan oleh Kwartir
Pusat;
3. Wakil Wilayah sekurang-kurangnya 2 orang dan sebanyak-banyaknya 5 orang
berdasar atas jumlah perimbangan daerah dalam tiap wilayah, atas dasar
keputusan Musyawarah Kwartir Wilayah;
Ketentuan perimbangan ditetapkan oleh Kwartir Pusat.
b. Peserta Tanwir terdiri atas:
1. Ketua Unsur Pembantu Kwartir tingkat Pusat;
2. Ketua Dewan Sugli Pusat;
3. Undangan khusus dari kalangan HW yang ditentukan oleh Kwartir Pusat;
c. Peninjau Tanwir ialah mereka yang diundang oleh Kwartir Pusat.
7. Anggota Kwartir berhak menyatakan pendapat, memilih dan dipilih. Peserta Tanwir
berhak menyatakan pendapat. Peninjau Tanwir tidak mempunyai hak menyatakan
pendapat, memilih dan dipilih;
8. Keputusan Tanwir harus sudah ditanfidzkan oleh Kwartir Pusat selambat-lambatnya
dua bulan sesudah Tanwir;
9. Pertemuan dan atau kegiatan lain yang diselenggarakan bersamaan waktu
berlangsungnya Tanwir diatur oleh penyelenggara.
Pasal 36
Musyawarah Daerah
1. Musyawarah Daerah diselenggarakan oleh dan atas tanggungjawab serta dipimpin
oleh Kwartir Daerah;
2. Ketentuan tentang pelaksanaan, tata tertib dan susunan acara Musyawarah Daerah
ditetapkan oleh Kwartir Daerah;
3. Undangan dan acara Musyawarah Daerah dikirim kepada Anggota Musyawarah
Daerah selambat-lambatnya satu bulan sebelum Musyawarah Daerah berlangsung;
4. Acara Musyawarah Daerah:
a. Laporan Kwartir Daerah Tentang:
1. Kebijakan Kwartir;
2. Organisasi;
3. Pelaksanaan keputusan-keputusan Musyawarah dan Kwartir di atasnya serta
pelaksanaan keputusan Musyawarah Daerah, Musyawarah Kwartir Daerah
dan Rapat Kwartir Tingkat Daerah;
4. Keuangan.
b. Program Daerah
1. Pemilihan Anggota Kwartir Daerah dan pengesahan Ketua;
2. Pemilihan Anggota Musyawarah wakil Daerah;
3. Masalah HW dalam Daerah;
4. Usul-usul.
5. Musyawarah Daerah dihadiri oleh:
a. Anggota Musyawarah Daerah terdiri atas:
1. Anggota Kwartir Daerah yang sudah disahkan oleh Kwartir Wilayah;
2. Ketua Kwartir Cabang atau penggantinya yang sudah disahkan oleh Kwartir
Daerah;
3. Wakil Cabang yang dipilih oleh Musyawarah Kwartir Cabang yang jumlahnya
ditetapkan oleh Kwartir Daerah atas dasar perimbangan jumlah qabilah
dalam tiap cabang;
4. Ketua Qabilah atau penggantinya yang sudah disahkan oleh Kwartir Cabang;
5. Wakil Qabilah yang dipilih oleh Musyawarah Qabilah yang jumlahnya
ditetapkan oleh Kwartir Daerah atas dasar perimbangan jumlah anggota.
b. Peserta Musyawarah Daerah terdiri atas:
1. Ketua Unsur Pembantu Kwartir tingkat Daerah;
2. Ketua Dewan Sugli Daerah;
3. Undangan Khusus dari kalangan HW yang ditentukan oleh Kwartir Daerah.
c. Peninjau Musyawarah Daerah ialah mereka yang diundang oleh Kwartir Daerah.
6. Anggota Musyawarah Daerah berhak menyatakan pendapat, memilih dan dipilih.
Peserta Musyawarah Daerah berhak menyatakan pendapat. Peninjau Musyawarah
Daerah tidak mempunyai hak menyatakan pendapat, memilih dan dipilih;
7. Keputusan Musyawarah Daerah harus dilaporkan kepada Kwartir Wilayah selambat-
lambatnya satu bulan sesudah Musyawarah Daerah. Apabila dalam waktu satu bulan
Pasal 37
Musyawarah Cabang
1. Musyawarah Cabang diselenggarakan oleh dan atas tanggungjawab serta dipimpin
oleh Kwartir Cabang;
2. Ketentuan tentang pelaksanaan, tata-tertib dan susunan acara Musyawarah Cabang
ditetapkan oleh Kwartir Cabang;
3. Undangan dan acara Musyawarah Cabang dikirim kepada Anggota Musyawarah
Cabang selambat-lambatnya lima belas hari sebelum Musyawarah Cabang
berlangsung;
4. Acara Musyawarah Cabang:
a. Laporan Kwartir Cabang tentang:
1. Kebijakan Kwartir;
2. Organisasi;
3. Pelaksanaan keputusan-keputusaan Musyawarah dan keputusan Kwartir di
atasnya serta pelaksanaan keputusaan Musyawarah Cabang, Musyawarah
Kwartir Cabang dan Rapat Kwartir tingkat Cabang;
4. Keuangan.
b. Program Cabang;
c. Pemilihan Anggota Kwartir Cabang dan pengesahan ketua;
d. Pemilihan Anggota Musyawarah Wakil Cabang;
e. Masalah HW dalam Cabang;
f. Usul-usul.
5. Musyawarah Cabang dihadiri oleh:
a. Anggota Musyawarah Cabang terdiri atas:
1. Anggota Kwartir Cabang yang sudah disahkan oleh Kwartir Daerah;
2. Ketua Qobilah atau penggantinya yang sudah disahkan oleh Kwartir Cabang;
3. Wakil Qabilah yang dipilih oleh Musyawarah Qabilah yang jumlahnya
ditetapkan oleh Kwartir Cabang atas dasar perimbangan jumlah anggota.
b. Peserta Musyawarah Cabang terdiri atas:
1. Ketua Unsur Pembantu Kwartir tingkat Cabang;
2. Ketua Dewan Sugli Cabang;
3. Undangan khusus dari kalangan HW yang ditentukan oleh Kwartir Cabang.
c. Peninjau Musyawarah Cabang ialah mereka yang diundang oleh Kwartir Cabang.
6. Anggota Musyawarah Cabang berhak menyatakan pendapat, memilih dan dipilih.
Peserta Musyawarah Cabang berhak menyatakan pendapat. Peninjau Musyawarah
Cabang tidak mempunyai hak menyatakan pendapat, memilih dan dipilih;
7. Keputusan Musyawarah Cabang harus dilaporkan kepada Kwartir Daerah selambat-
lambatnya satu bulan sesudah Musyawarah Cabang. Apabila dalam waktu satu bulan
sesudah laporan dikirim, tidak ada keterangan atau keberatan dari Kwartir Daerah,
maka keputusan Musyawarah Cabang dapat ditanfidzkan oleh Kwartir Cabang;
Pasal 38
Musyawarah Qabilah
1. Musyawarah Qabilah diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab serta dipimpin
oleh Qabilah;
2. Ketentuan tentang pelaksanaan, tata-tertib dan susunan acara Musyawarah Qabilah
ditetapkan oleh Qabilah;
3. Undangan dan acara Musyawarah Qabilah dikirim kepada anggota Musyawarah
Qabilah selambat-lambatnya empat belas hari sebelum Musyawarah Qabilah
berlangsung;
4. Acara Musyawarah Qabilah:
a. Laporan Qabilah tentang:
1. Kebijakan Qabilah;
2. Organisasi;
3. Pelaksanaan keputusan-keputusan Musyawarah dan keputusan Kwartir di
atasnya serta pelaksanaan keputusaan Musyawarah Qabilah dan Rapat
Qabilah;
4. Keuangan.
b. Program Qabilah;
c. Pemilihan anggota Qabilah dan pengesahan Ketua;
d. Masalah HW dalam Qabilah;
e. Usul-usul.
5. Musyawarah Qabilah dihadiri oleh:
a. Anggota Musyawarah Qabilah terdiri atas:
Anggota Qabilah yang sudah disahkan oleh Kwartir Cabang atau Kwartir Daerah.
b. Peserta Musyawarah Qabilah terdiri atas:
1. Ketua Unsur Pembantu Kwartir tingkat Qabilah;
2. Ketua Dewan Amaliah tingkat Qobilah;
3. Undangan khusus dari kalangan HW yang ditentukan oleh Qabilah.
c. Peninjau Musyawarah Qabilah ialah mereka yang diundang oleh Qabilah.
6. Anggota Musyawarah Qabilah berhak menyatakan pendapat, memilih dan dipilih.
Peserta Musyawarah Qabilah berhak menyatakan pendapat. Peninjau Musyawarah
Qabilah tidak mempunyai hak menyatakan pendapat, memilih dan dipilih;
7. Keputusan Musyawarah Qabilah harus dilaporkan kepada Kwartir Cabang selambat-
lambatnya lima belas hari sesudah Musyawarah Qabilah. Apabila dalam lima belas
hari sesudah laporan dikirim, tidak ada keterangan atau keberatan dari Kwartir
Cabang, maka keputusan Musyawarah Qabilah dapat ditanfidzkan oleh Qabilah;
8. Pertemuan dan kegiatan lain yang diselenggarakan bersamaan waktu berlangsungnya
Musyawarah Qabilah diatur oleh penyelenggara.
Pasal 40
Keabsahan Musyawarah
Musyawarah dinyatakan sah apabila dihadiri oleh dua pertiga dari anggota Musyawarah.
Apabila anggota Musyawarah tidak memenuhi dua pertiga, maka atas kesepakatan
anggota yang hadir musyawarah dapat dinyatakan sah tanpa memperhitungkan jumlah
kehadiran anggota Musyawarah.
Pasal 41
Keputusan Musyawarah
1. Keputusan Musyawarah diambil dengan cara mufakat;
2. Apabila keputusan secara mufakat tidak tercapai, maka dilakukan pemungutan suara
dengan suara terbanyak mutlak;
3. Keputusan Musyawarah yang dilakukan dengan pemungutan suara dapat dilakukan
secara terbuka atau tertutup/rahasia.
Pasal 42
Rapat Anggota Kwartir dan Qabilah
1. Rapat Anggota Kwartir sebagaimana dimaksud pada pasal 35 Anggaran Dasar dihadiri
oleh:
a. Kwartir Pusat: Anggota Kwartir Pusat;
b. Kwartir Wilayah, Kwartir Wilayah, Kwartir Cabang, Qabilah: Anggota Kwartir dan
Qabilah.
2. Dilakukan secara rutin sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan atau menurut
keperluan, dipimpin Ketua Umum/Ketua.
Pasal 43
Rapat Kwartir dan Rapat Qabilah
1. Rapat Kwartir dan Rapat Qabilah sebagaimana dimaksud pada pasal 36 Anggaran
Dasar dihadiri oleh:
a. Pada Tingkat Pusat
1. Anggota Kwartir Pusat;
2. Ketua dan Sekretaris Kwartir Wilayah;
Pasal 44
Rapat Kerja Kwartir
1. Rapat Kerja Kwartir ialah rapat yang diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab
serta dipimpin oleh Kwartir Pusat, Kwartir Wilayah, Kwartir Daerah, Kwartir Cabang
dan Qabilah untuk membahas pelaksanaan program dan mendistribusikan tugas
kepada Unsur Pembantu Kwartir HW;
2. Rapat Kerja Kwartir dihadiri oleh:
a. Pada Tingkat Pusat
1. Anggota Kwartir Pusat;
2. Wakil Unsur Pembantu Kwartir tingkat Pusat.
b. Pada Tingkat Wilayah
1. Anggota Kwartir Wilayah;
2. Wakil Unsur Pembantu Kwartir tingkat Wilayah.
c. Pada Tingkat Daerah
1. Anggota Kwartir Daerah;
2. Wakil Unsur Pembantu Kwartir tingkat Daerah.
d. Pada Tingkat Cabang
1. Anggota Kwartir Cabang;
2. Wakil Unsur Pembantu Kwartir tingkat Cabang.
e. Pada Tingkat Qabilah
1. Anggota Qabilah;
2. Wakil Unsur Pembantu Kwartir tingkat Qabilah.
3. Keputusan Rapat Kerja Kwartir mulai berlaku setelah ditanfidzkan oleh Kwartir dan
Qabilah yang bersangkutan.
Pasal 46
Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan
1. Seluruh Keuangan dan Kekayaan HW termasuk keuangan dan kekayaan unsur
Pembantu Kwartir pada semua tingkatan secara hukum milik Pimpinan Pusat
Muhammadiyah;
2. Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan:
a. Pengelolaan keuangan dalam HW diwujudkan dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja HW;
b. Pengelolaan Kekayaan dalam HW diwujudkan dalam jurnal.
3. Ketentuan tentang pengelolaan keuangan dan kekayaan HW ditetapkan oleh Kwartir
Pusat.
Pasal 47
Pengawasan Keuangan dan Kekayaan
1. Pengawasan Keuangan dan Kekayaan dilakukan terhadap Kwartir HW dan Unsur
Pembantu Kwartir pada semua tingkat;
Pasal 48
Laporan
Laporan terdiri dari:
1. Laporan pertanggungjawaban dibuat oleh Kwartir HW dan Unsur Pembantu Kwartir
disampaikan kepada Musyawarah tingkat masing-masing, Tanwir atau Muktamar;
2. Laporan Tahunan tentang perkembangan HW termasuk laporan Unsur Pembantu
Kwartir, dibuat oleh tiap-tiap Kwartir dan disampaikan kepada Kwartir di atasnya
untuk dipelajari dan ditindaklanjuti.
Pasal 49
Ketentuan Lain-lain
1. HW menggunakan tahun takwim dimulai tanggal 1 Januari dan berakhir tanggal 31
Desember;
2. Surat-surat resmi HW menggunakan tanggal Hijriyah dan Miladiyah;
3. a. Surat resmi HW ditandatangani:
1. Di tingkat Pusat oleh Ketua Umum/Ketua bersama Sekretaris
Umum/Sekretaris. Surat Resmi mengenai masalah keuangan ditandatangani
oleh Ketua Umum/Ketua bersama Bendahara Umum/Bendahara;
2. Di tingkat Wilayah ke bawah ditandatangani oleh Ketua/Wakil Ketua bersama
Sekretaris/Wakil Sekretaris. Surat resmi mengenai masalah keuangan
ditandatangani oleh Ketua/Wakil Ketua bersama Bendahara/Wakil Bendahara.
b. Surat-surat yang bersifat rutin dapat ditandatangani oleh Sekretaris
Umum/Sekretaris atau petugas yang ditunjuk.
4. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ditetapkan oleh Kwartir
Pusat.
Pasal 50
Penutup
1. Anggaran Rumah Tangga ini telah disahkan dan ditetapkan oleh Muktamar yang
berlangsung pada tanggal 8 s.d. 11 Muharram 1445 H bertepatan dengan tanggal 26
s.d. 29 Juli 2023 M di Malang, dan dinyatakan mulai berlaku sejak ditanfidzkan;
2. Setelah Anggaran Rumah Tangga ini ditetapkan, Anggaran Rumah Tangga sebelumnya
dinyatakan tidak berlaku lagi.
A. Eksternal
B. Internal
RISALAH SAMBUTAN DAN CERAMAH MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN| 51
TANFIDZ KEPUTUSAN MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN
Hizbul Wathan harus betul-betul menjadi gerakan kepanduan yang
unggul melebihi yang lain. Karena termasuk gerakan kepanduan yang
tertua.
RISALAH SAMBUTAN DAN CERAMAH MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN| 52
TANFIDZ KEPUTUSAN MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN
Sambutan Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Dalam Pembukaan Muktamar ke-4
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan
Dalam kesempatan ini, Prof. Dr. H. Abdul Mu’ti, M.Ed. memberi arahan
dan masukan diantaranya:
RISALAH SAMBUTAN DAN CERAMAH MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN| 53
TANFIDZ KEPUTUSAN MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN
kita jawab dengan prestasi, marilah kita jawab dengan langkah-
langkah yang penuh dengan optimisme.
“Saya menangkap masih ada kebimbangan, bahkan masih ada
sebagian kalangan, bahkan di internal Muhammadiyah sendiri yang
belum cukup percaya diri dan belum ikhlas untuk menjadikan Pandu
Hizbul Wathan sebagai satu-satunya kepanduan di lingkungan
Persyarikatan Muhammadiyah.”
Karena itu maka, Laa Takhaf wa Laa Tahzan, jangan takut jangan
khawatir, teruslah melangkah. Tetapi, tentu saja kita harus melangkah
sekali lagi dengan keunggulan, dengan prestasi dan dengan manfaat
yang dirasakan langsung oleh semua kalangan.
“Kami melihat sebagian dari tantangan itu juga berasal dari Undang-
Undang termasuk di dalamnya adalah Undang-Undang Pramuka yang
saya kira sudah waktunya Undang-Undang itu kita ajukan untuk
dilakukan perubahan-perubahan.”
“Saya ingat ketika Undang-Undang ini disusun, Muhammadiyah
mengusulkan agar nama Undang-Undang itu adalah Undang-Undang
Kepanduan Nasional yang dengan nama kepanduan itu, semua
kepanduan yang ada di Indonesia ini, apapun latar belakang
organisasinya merasa memiliki rumah dan merasa mendapatkan
perhatian yang luas bagi semua kepanduan oleh para penyelenggara
negara.”
“Kami tidak anti Pramuka, tetapi kami ingin agar eksistensi semua
kepanduan termasuk Hizbul Wathan ini menjadi bagian tak
terpisahkan dari gerakan kepanduan nasional yang memiliki peranan
penting dalam membangun generasi yang hebat, generasi yang
berakhlakul karimah dan generasi yang cinta tanah air dan bangsa.”
RISALAH SAMBUTAN DAN CERAMAH MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN| 54
TANFIDZ KEPUTUSAN MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN
Karena itu, dalam Pandu HW tidak ada lagi persoalan antara Islam
dengan Indonesia karena dalam diri Pandu HW, Islam itu
diterjemahkan dalam langkah cinta tanah air, memajukan bangsa dan
negara.
“Forum Muktamar ini tidak sekedar menjadi forum di mana kita hanya
melakukan romantisme secara belaka tetapi harus secara realistis
mengajak semua kalangan Pandu HW menatap masa depan
Indonesia dengan optimistis. Kita memang mengalami banyak sekali
tantangan, mengalami banyak sekali rintangan tetapi sebagai kaum
beriman kita semua meyakini, Fa Inna Ma'al Usri Yusra Inna Ma'al
Usri Yusra.”
Karena itulah, maka yang terpenting dalam forum Muktamar ini
bukanlah terbatas hanya pada siapa yang nanti memimpin HW di
masa depan, tetapi bagaimana HW di masa depan itu dapat lebih kuat
lagi, dapat lebih berkembang lagi sebagai salah satu kepanduan
tertua di Indonesia, dan kepanduan yang memiliki komitmen yang
tinggi untuk memajukan Indonesia.
RISALAH SAMBUTAN DAN CERAMAH MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN| 55
TANFIDZ KEPUTUSAN MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN
Pidato Iftitah Ketua Umum Kwartir Pusat
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Periode 2016-2023
Dalam Pembukaan Muktamar ke-4
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan
RISALAH SAMBUTAN DAN CERAMAH MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN| 56
TANFIDZ KEPUTUSAN MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN
• Menambah Jenjang Tunas Athfal Hizbul Wathan di TK ABA
Kemajuan ini tentu saja tidak lepas dari semangat altruisme yang
berlebih dari para pimpinan. Dalam upaya menanamkan semangat
cinta tanah air lebih dini, Kwarpus Pusat Hizbul Wathan menambah
jenjang tingkatan di TK dengan sebutan Tunas Athfal. Keputusan
ini diambil mengingat TK ABA milik ‘Aisyiah yang banyak tersebar
di seluruh tanah air itu mendapatkan pendidikan kepanduan bukan
dari Hizbul Wathan.
RISALAH SAMBUTAN DAN CERAMAH MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN| 57
TANFIDZ KEPUTUSAN MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN
• Kerjasama HW Lintas Lembaga dan Internasional
Peningkatan kerja sama lintas lembaga semakin dirasakan
manfaatnya bagi semangat gerakan berkemajuan yaitu: Hizbul
Wathan dalam proses terdaftar di World Organisation of The Scout
Movement yang berkedudukan di Swiss; Kerja sama dengan SD
Muhammadiyah Sapen Yogyakarta berturut-turut sampe tahun
keempat menyelenggarakan Kemah Prestasi Lima Negara di
Prambanan Yogyakarta yang diikuti Malaysia, Brunei, Singapore,
Thailand, Indonesia.
Kerja sama dengan Kemenkes dalam partisipasi 5 juta kader
kesehatan; Kerja sama dengan BNPB dan MDMC dalam diklat
Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) dengan pilot projek di
Banyuwangi, Maluku, Lampung dan Pesisir Sumatra Barat; Kerja
sama dengan Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah diklat
kader lingkungan yang diikuti HW penuntun seluruh Indonesia.
Dilanjutkan kerja sama dengan PRIM Soedirman dan PCIM Jerman
Raya dalam inisiasi HW Bahari diikuti oleh HW pengenal dan
penuntun se-Indonesia di UMJ dan Pulau Seribu Jakarta; Bekerja
sama dengan Universitas Muhammadiyah Jakarta dalam
pengadaan seragam dan atribut HW bagi mahasiswa; Bekerja
sama dengan Graha Suara Muhammadiyah dalam pengadaan
seragam batik Muhammadiyah; Kerja sama dengan PDM
Gunungkidul dalam pengelolaan tanah wakaf dari dr. Muhammad
Taufiq untuk HW di Bunder, Wonosari; Bekerja sama dengan PP
`Aisyiah dalam rangka menambah jenjang kepanduan di TK ABA.
RISALAH SAMBUTAN DAN CERAMAH MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN| 58
TANFIDZ KEPUTUSAN MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN
5. Harapan HW Kedepan
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan kedepan akan mencair dengan
era global yang penuh kompetisi. Bila kita ingin menghadirkan
kemaslahatan bagi gerakan kita dan umat persyarikatan, maka kita
harus memiliki sikap uswah hasanah, kata sejalan dengan tindakan
dan tidak mencari keuntungan pribadi serta tidak menciptakan
problem di tubuh Hizbul Wathan.
“Kita harus yakin dengan berbekal semangat berkemajuan Hizbul
Wathan akan menjadi organisasi kepanduan yang diperhitungkan
dalam skala nasional maupun internasional. Persyarikatan sudah
mengajarkan semua itu, dan Muktamar ini adalah momentum suplai
energi menuju tujuan,” ujar Ramanda Endra.
RISALAH SAMBUTAN DAN CERAMAH MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN| 59
TANFIDZ KEPUTUSAN MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN
Cemarah Muktamar (I)
“Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan
dalam Perspektif Fiqih Kepanduan”
RISALAH SAMBUTAN DAN CERAMAH MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN| 60
TANFIDZ KEPUTUSAN MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN
kita sholat, ada najis yang tidak diketahui seperti itu, maka itu
dimaafkan.
“Karena sulit menghindarkan yang seperti itu, maka berlakulah
‘adamul haraj. Tapi sebaliknya kalau sesuatu itu longgar, justru
hukum aturannya sangat ketat,” ujar KH Saad.
c) Bertahap atau tidak serta-merta sekaligus (at tadaruj)
Kalau aqidah tidak ada yang bertahap, misalnya keyakinan
kepada Allah Yang Maha Esa lalu dimulai dari keyakinan seribu
dewa lalu kemudian dikurangi, kemudian baru menjadi satu.
Tetapi kalau dalam konteks hukum (fiqih) berlaku at tadaruj di situ.
d) Memelihara kemaslahatan umum (riayatu jami’i muslihan)
Jadi, seluruh aturan-aturan agama itu berbasis pada
kemaslahatan. Abu Dzar Al-Ghifari mengatakan: “maa min hukmin
fil Islam illa kaana fiihil maslahatulinnas.” Tidak ada satu pun
hukum Islam itu, kecuali ada kemaslahatan bagi umat manusia.
RISALAH SAMBUTAN DAN CERAMAH MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN| 61
TANFIDZ KEPUTUSAN MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN
Ceramah Muktamar (II)
“Menggerakan Koperasi dan UMKM,
Membangun Potensi Ekonomi Umat”
2. Saat ini Indonesia masih dihadapkan kepada arah trend atau mega
trend dunia di tahun 2045 yang saat ini kita rasakan sudah mulai
antara lain kalau kita lihat penggunaan teknologi informasi, robotik dan
artificial intelligence (AI) yang sudah semakin meningkat.
Berkembangnya teknologi informasi terutama artificial intelligence (AI)
paling tidak akan berdampak akan banyak bidang pekerjaan yang
hilang dan digantikan oleh teknologi.
“Nah, kalau bapak dan ibu sekalian lihat perkembangan artificial
intelligence bahkan mereka nanti bisa menggantikan peran penyiar
TV,” ujarnya.
RISALAH SAMBUTAN DAN CERAMAH MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN| 62
TANFIDZ KEPUTUSAN MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN
nantinya. Artinya apa? bonus demografi ini harus diiringi dengan
penyediaan lapangan usaha untuk mereka mengembangkan potensi
ekonominya secara cukup sehingga tidak menjadi beban baru bagi
negara.
RISALAH SAMBUTAN DAN CERAMAH MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN| 63
TANFIDZ KEPUTUSAN MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN
Koperasi bisa menjadi wadah bagi kita semua yang punya potensi
untuk menjadi anggota sekaligus konsumen (pembeli).
Misalnya di kalangan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan ini juga
ingin dalam tanda kutip menggerakan potensi ekonomi di kalangan
anggotanya. Melalui koperasi UMKM, mikro kecil ini bisa
terbergabung dalam koperasi bagi para anggota. Sehingga, bisa
fokus bagaimana menghasilkan produk yang bagus. Soal penyediaan
bahan baku soal pemasaran produknya biarkan koperasinya yang
memikirkan.
8. Ekonomi digital
Kemenkop UKM mendorong bagaimana agar para pelaku UMKM dan
koperasi kita bisa masuk ke dalam ekosistem ekonomi digital dan saat
ini data yang saya punya sudah sebesar 20,76 juta UMKM kita yang
sudah on boarding ke dalam ekosistem ekonomi digital target kita
tahun 2024 sebanyak 30 juta UMKM bisa masuk ke ekosistem digital.
Ketika kita bicara pengembangan koperasi di Indonesia baru sekitar
10,68% penduduk Indonesia yang masih yang menjadi anggota
koperasi. Masih di bawah rata-rata dunia yang sebesar 16,31%.
“Nah saya kira di sini peran bapak dan ibu sekalian di Gerakan
Kepanduan ini akan sangat bermanfaat dalam mendorong masyarakat
kita terutama yang punya usaha mikro kecil ini untuk bekerja sama
dalam wadah koperasi,” ujarnya.
RISALAH SAMBUTAN DAN CERAMAH MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN| 64
TANFIDZ KEPUTUSAN MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN
9. UMKM naik kelas
Kendala dan tantangan dasar untuk mendorong UMKM kita segera
bertransformasi tumbuh menjadi lebih maju dan naik kelas untuk
mewujudkan hal pertumbuhan di atas.
Kementerian Koperasi dan UKM menyiapkan 4 langkah transformasi
besar dalam mendorong tagrt penciptaan koperasi modern dan UMKM
naik kelas, yaitu:
a) Transformasi dari informal ke formal
b) Transformasi digital dan pemanfaatan teknologi
c) Transformasi ke dalam rantai nilai (value chain)
d) Modernisasi koperasi
Upaya transformasi tersebut dijabarkan dalam rencana program
kegiatan prioritas Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2023 yaitu
antara lain pendataan lengkap koperasi dan UMKM.
RISALAH SAMBUTAN DAN CERAMAH MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN| 65
TANFIDZ KEPUTUSAN MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN
Ceramah Muktamar (III)
“Membangun Potensi Ekonomi Umat”
RISALAH SAMBUTAN DAN CERAMAH MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN| 66
TANFIDZ KEPUTUSAN MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN
e. Punya prinsip kerja empat -as, (kerja keras, kerja cerdas, kerja
tuntas, kerja ikhlas)
4. Menparekraf meningkatkan dan mengembangkan SDM
Kementerian parekraf akan terus mengembangkan dan meningkatkan
SDM khususnya di 30 bidang sektor pariwisata dan ekonomi kreatif
mulai dari hotel, restoran, cafe sampai kuliner, kriya dan fashion dan
juga televisi, aplikasi dan radio. Khususnya generasi muda, ini adalah
bekal kita untuk menciptakan 4,4 juta lapangan kerja di tahun 2024.
Peran kami adalah terus menciptakan kebijakan dan memudahkan
lingkungan dengan program-program tepat sasaran, tepat manfaat
dan tepat waktu berbasis up skilling (peningkatan kompetensi), re
skilling (penyesuasian kompetensi) dan new skilling (penambahan
kompetensi baru).
Kemenparekraf memiliki, motto 3 -si, yaitu inovasi, adaptasi dan
kolaborasi dengan semangat 3G yaitu Gercep (gerak cepat), Geber
(gerak bersama), dan Gaspol (garap semua potensi untuk ciptakan
peluang usaha dan lapangan kerja).
5. Mengajak kerjasama Hizbul Wathan
Kami (Kemenparekraf) ingin mengajak HW untuk bekerja sama
dengan program-program unggulan kami, seperti Apresiasi Kreasi
Indonesia (AKI), Kabupaten dan Kota Kreatif (KoTa), Anugerah Desa
Wisata Indonesia (ADWI), Santri Digital Preneur Indonesia dan
Wirausaha Digital Mandiri (WIDURI) Ekonomi Kreatif.
Dengan prinsip hidup Rasulullah SAW, yaitu FAST, yang merupakan
singkatan dari Fathonah (cerdas), Amanah (dapat bertanggung
jawab), Shidiq (jujur), dan Tabligh (menyampaikan khususnya yang
baik-baik).
“Saya ingin, keluarga besar Kwartir Pusat Gerakan Kepanduan Hizbul
Wathan bekerjasama dan kolaborasi menciptakan calon-calon
wirausaha muda, calon-calon pemimpin masa depan, pemimpin
bangsa, dan melahirkan generasi yang berakhlakul karimah tapi juga
inovatif dan kreatif,” harap Sandiaga Uno.
RISALAH SAMBUTAN DAN CERAMAH MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN| 67
TANFIDZ KEPUTUSAN MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN
Ceramah Muktamar (IV)
“Arah Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan
di Era Digital dan Generasi Milenial”
RISALAH SAMBUTAN DAN CERAMAH MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN| 68
TANFIDZ KEPUTUSAN MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN
Indonesia yang di Tokyo (Jepang), ada banyak sekolah Indonesia di
luar negeri. Misalnya, di Manila, Bangkok, Kuala Lumpur. Sekolah
Indonesia itu siswanya anak-anak diplomat atau PMI atau Pekerja
Migran Indonesia dengan kurikulum kurtilas.
Sekolah Indonesia, milik Muhammadiyah. Alhamdulillah punya
Muhammadiyah Australia College, siswanya tiada ada orang
Indonesia dengan kurikulum Australia, dan gurunya Australia serta
tidak punya uang APBN Negara Indonesia.
Muhammadiyah adalah organisasi pertama di Indonesia yang bisa
bikin sekolah di luar negeri. Siswa pertama 50 sekarang 129 dan
sedang minta izin agar diberi izin pemerintah siswanya 200.
“Ini, belum ada organisasi yang belum ada yang bikin sekolah di luar
negeri. Jadi Muhammadiyah organisasi pertama yang bikin sekolah di
luar negeri,” sebut Sayuti.
Termasuk, Kampus-kampus PTN berikut alumninya belum ada yang
bikin sekolah di luar negeri. Jadi pertama-tama yang bisa bikin
sekolah dan kampus dan dapat izin adalah Muhammadiyah.
“Jadi, Bapak Ibu, Muhammadiyah dan HW ini bukan kaleng-kaleng,
kata anak muda,” ujarnya.
Di kampus Muhammadiyah UMAM (Malaysia) punya 5 program studi
kesemuanya adalah progam doktoral tidak ada S1 nya. UMAM hanya
S3, ini tentu banyak sumber menjadi bersyukur menjadi bagian dari
Muhammadiyah.
Kesemuanya ini tidak lepas dari dedikasi Kyai Dahlan yang
mewariskan amal usaha sehingga bisa dirasakan manfaatnya sampai
saat ini.
5. HW harus mandiri
Kita warga Muhammadiyah bukan organisasi kaleng-kaleng yang
sudah teruji 115 tahun dan tidak ada tanda-tanda berhenti.
Jadi harus disyukuri oleh seluruh warga Muhammadiyah termasuk
Hizbul Wathan sehingga Muhammadiyah harus terus menyinari.
Diantara prestasi, kita juga punya banyak pekerjaan rumah dan masih
banyak, misalnya keluhan ranting yang tidak aktif. Ditambah
tantangan eksternal Muhammadiyah.
Untuk mengerjakan pekerjaan tersebut harus mendaur ulang
organisasi, jadi kalau organisasi masih kecil harus terus didorong,
AUM nya kecil harus terus dirawat supaya besar.
RISALAH SAMBUTAN DAN CERAMAH MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN| 69
TANFIDZ KEPUTUSAN MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN
Kalau pengurus sehat, misalnya HW sehat, menjadi organisasi yang
sehat terus bergerak juga menjadi besar. Sehingga mampu mandiri
dan menjadi organisasi yang berkemajuan.
6. Nilai-nilai yang membuat Muhammadiyah bertahan
Ada nilai-nilai yang membuat Muhammadiyah bertahan sampai usia
satu abad lebih, kewajiban untuk terus menjaga agar persyarikatan,
organisasi otonom Muhammadiyah termasuk HW menjaga itu.
Nilai yang dimiliki oleh anggota Muhammadiyah:
- Berakidah murni
- Taat ibadah
- Istiqomah
- Keikhlasan
- Berjiwa gerakan
- Keshalehan
- Suka beramal
- Bermasyarakat
- Keteladanan
- Moderat
- Tajdid
7. Pemimpin harus Good Governance
Pemimpin Muhammadiyah harus good governance punya wujud tata
kelola yang baik, diantaranya ditandai dengan prorgam-program yang
terukur.
Misalnya tata kelola yang baik di HW, program-programnya harus
terukur, dengan data bese jumlah aggota.
“Hizbul Wathan kedepan harus punya data real (nyata) anggotanya,”
harap M. Sayuti.
8. Hizbul Wathan harus beradaptasi dengan perubahan
Hizbul Wathan dari pusat sampai yang paling bawah, harus mau
beradaptasi dengan perubahan. Tidak boleh bilang, “dulu begini” tapi
harus “besok begini”. Terlebih kita menghadapi perilaku anak remaja.
Menurut survei, orang bersentuhan internet sama dengan orang yang
tidur 8 jam sehari.
“Makanya saya bersyukur, anak saya yang laki-laki di Mu’allimin,
aktivis HW. Saya sangat bersyukur anak saya ikut HW karena menjadi
penyaluran energi semangat untuk remaja,” ujar M. Sayuti.
Hizbul Wathan butuh alternatif yang menarik, misalnya lagu-lagu baru.
Jadi menciptakan lagu-lagu agar semarak.
RISALAH SAMBUTAN DAN CERAMAH MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN| 70
TANFIDZ KEPUTUSAN MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN
9. HW harus inovasi tiada henti
Di PP Muhammadiyah, di seluruh majelis dan lembaga unsur
pembantu pimpinan (UPP) harus ada satu inovasi.
“Nah, di HW harus ada standar kerjanya, standar inovasinya. Misalnya
setiap Kwarwil harus punya lagu baru,” ujarnya.
10. Mendorong Kantor Kwartir Pusat HW tersertifikasi ISO 9001
Pertama tata kelola harus baik, organisasi harus baik, sehat dan ada
regenerasi, rapatnya jalan dan sistemnya jalan.
Saat menjabat sebagai Sekretaris Majelis Dikti PP Muhammadiyah,
M. Sayuti mengatakan, Kantor Majelis Dikti menjadi satu-satunya
majelis di PP Muhammadiyah yang tersertifikasi ISO 9001 oleh
Lembaga ISO yang merupakan standar internasional yang digunakan
untuk menetapkan kebijakan dan sasaran mutu (quality objektive).
Termasuk harus mengubah tata kelola kantor menjadi bersih dan
nyaman digunakan, sehingga menjadi nyaman bagi tamu yang
datang.
11. HW harus beradaptasi dengan teknologi baru dan milenial
Prediksi dari Prof. Linda Garand, orang sepuh harus bergaul dengan
anak muda, saling bersinergi tua dan muda.
Dan inovasi tiada henti, menciptakan permainan baru.
“Ini adalah salah satu cara, strategi agar HW terus lestari hingga
sampai akhir zaman,” ujarnya.
RISALAH SAMBUTAN DAN CERAMAH MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN| 71
TANFIDZ KEPUTUSAN MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN
Ceramah Muktamar (V)
“Visi-Misi Hizbul Wathan
untuk Kepentingan Kaderisasi Muhammadiyah”
RISALAH SAMBUTAN DAN CERAMAH MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN| 72
TANFIDZ KEPUTUSAN MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN
3. Upaya HW diterima di luar sekolah dan perguruan tinggi
Muhamamdiyah
Memang supaya HW bisa diterima di luar memang harus ada upaya-
upaya kreatif, upaya-upaya yang lebih kreatif supaya keberadaan HW
bisa diterima.
Dan ini membutuhkan satu upaya lebih supaya keberadaan HW bisa
berkembang di luar sekolah dan perguruan tinggi Muhamadiyah.
Pekerjaan rumah adalah bagaimana dakwah dan kaderisasi bisa
meluas.
RISALAH SAMBUTAN DAN CERAMAH MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN| 73
TANFIDZ KEPUTUSAN MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN
“Kalau piramida terbaik, dari angkatan empat puluh ke sini semakin
sedikit. Ini berarti kaderisasi dan regenerasi tidak berjalan,” ujarnya.
Berdasarkan survei kecil-kecilan dari peserta ternyata bukan seperti
piramida tetapi seperti belah ketupat. Generasi tua sedikit, generasi
menengah semakin besar, generasi mudanya mengecil. Tentu
semakin kesana semakin berubah.
Ini tentu menjadi ukuran apakah HW dari sisi kaderisasi dan dakwah
berkembang atau tidak. Ketika postur peserta muktamar menunjukan
atau model belah ketupat setidaknya bisa mengatakan HW relatif
berkembang.
“Jika melihat dengan lebih berkemajuan, mestinya itu piramida, bukan
segitiga terbalik apalagi belah ketupat. Senior sedikit semakin ke
bawah semakin besar,” ujar M. Izzul Muslimin.
Kalau ini terjadi, maka hal ini sebenarnya potensi dakwah, potensi
kaderisasi sesuai dengan prediksi atau menjadi kepentingan dari
Muhammadiyah.
RISALAH SAMBUTAN DAN CERAMAH MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN| 74
TANFIDZ KEPUTUSAN MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN
8. Spirit KH Ahmad Dahlan untuk pembaharuan HW
Paling penting dari spirit Kyai Ahmad Dahlan yang kemudian harus
dilanjutkan oleh Hizbul Wathan adalah pemurnian dalam arti merujuk
Qur’an, As-Sunah dan tajdid (pembaharuan).
Gerakan Kyai Dahlan bukan sekedar fisiknya yang kembali tetapi
semangatnya. Tetapi dalam gerakannya harus melakukan tadjid
(pembaharuan).
“Ini saya kembalikan ke Hizbul Wathan. HW itu kan spiritnya cerita
sukses hingga 1961”
Generasi sekarang yang kita ambil adalah spirit pada saat itu, tetapi
spirit harus dimaknai sesuai yang dilakukan Kyai Dahlan tetapi ada
sisi pembaharuannya.
Ini barangkali yang penting untuk dikombinasikan karena memang,
tantangan kedepan gerakan dakwah melalui Hizbul Wathan tentu
akan jauh berbeda dengan tantangan yang dihadapi tahun-tahun
sebelumnya.
“Oleh karena itu, penting menjadi keniscayaan, menjadi kewajiban,
keharusan bagi Hizbul Wathan juga memperbaharui gerakannya,” ujar
M. Izzul Muslimin.
Soal bagaimana model pembaharuannya kembali kepada Hizbul
Wathan bagaimana bisa dibicarakan bersama, dan forum semacam
Muktamar adalah yang paling tepat membicarakannya.
Sehingga ke depannya apa yang menjadi semangat dari Hizbul
Wathan untuk berkembang bisa tercapai.
RISALAH SAMBUTAN DAN CERAMAH MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN| 75
TANFIDZ KEPUTUSAN MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN
Sambutan Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Dalam Penutupan Muktamar ke-4
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan
RISALAH SAMBUTAN DAN CERAMAH MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN| 76
TANFIDZ KEPUTUSAN MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN
“Saya belum menyampaikan ini, semacam tanda-tanda ya kalau di
Muktamar kemarin sudah ditetapkan Soedirman sebagai Bapak
Pandu Hizbul Wathan. Ini kebetulan ketua yang terpilih inikan dari
Purwokerto. Mudah-mudahan, semangat Jenderal Soedirman
atau Soedirman bisa kita kembalikan menjadi semangat baru
Hizbul Wathan.”
• Tantangan dakwah HW
Tantangan dakwah di masa depan tentu sangat berbeda dan
boleh dikatakan sebuah tantangan tersendiri bagi Hizbul
Wathan. Oleh karena itu, yang diharapkan bagaimana pandangan
ke depan. Kalau ibarat mobil, mobil itu ada spion dan ada muka.
Spion itu kacanya cuman kecil ada dua kanan kiri kemudian di
kaca depan itu jauh lebih lebar, kalau kita bijak berkendara maka
kita tidak boleh terlalu sering melihat spion. Spion penting untuk
sekali-kali melihat ke belakang.
Karena kita harus melihat juga samping kiri-kanan dan terutama di
belakang kita supaya kendaraan kita tetap selamat tetapi jangan
terlalu sering juga melihat ke belakang. Kita juga harus punya
pandangan yang lebih luas ke depan.
“Nah, ini saya kira tantangan ke depan HW. Bagaimana kemudian
kita harus melihat ke depan sehingga HW di masa yang akan
datang semakin dirasakan manfaatnya baik oleh Muhammadiyah
maupun juga umat dan lebih luas lagi bangsa Indonesia,” ujarnya.
RISALAH SAMBUTAN DAN CERAMAH MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN| 77
TANFIDZ KEPUTUSAN MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN
• HW garda terdepan kaderisasi Muhammadiyah
Salah satu ciri Hizbul Wathan dan itu menjadi ciri juga
Muhammadiyah adalah sikap altruismenya. Altruisme itu
semangat untuk memberi atau semangat untuk selalu menolong
orang lain, pihak lain. Nah ini, saya kira bentuk-bentuk, sifat atau
sikap altruisme yang seperti apa yang mungkin harus dirumuskan
kembali oleh Hizbul Wathan sehingga bisa kemudian menarik
minat segenap masyarakat untuk dapat bergabung di Hizbul
Wathan.
“Apakah mungkin Hizbul Wathan itu mengambil salah satu ikon
dalam gerakan, misalnya gerakan lingkungan atau gerakan
kegiatan-kegiatan yang mungkin itu bisa langsung dirasakan oleh
masyarakat. Yang barang kali ini terus terang semakin ke sini itu
agak kurang dirasakan peran-peran yang sifatnya populis di
likungan Muhammadiyah.”
Harapannya, Hizbul Wathan dapat masuk pada wilayah yang lebih
populis. Bentuk-bentuk aktivitas populis ini penting untuk
dilakukan. Bukan karena kita ingin riya tetapi bagaimana kita bisa
semakin dirasakan keberadaan Hizbul Wathan. Tentu ini harus
dikemas oleh Kepanduan Hizbul Wathan supaya bentuknya bisa
lebih menarik.
“Nah, ke depan kita berharap Hizbul Wathan akan semakin
sukses dan Insya Allah akan menjadi garda terdepan bagi dakwah
dan kaderisasi Muhammadiyah,” kata M. Izuul Muslimin.
RISALAH SAMBUTAN DAN CERAMAH MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN| 78
TANFIDZ KEPUTUSAN MUKTAMAR KE-4 GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN
KWARTIR PUSAT
GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN