Anda di halaman 1dari 20

LAMPIRAN I

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS


CIBALONG
NOMOR : 800/……/PKM-TGD/2022
TENTANG PEDOMAN PELAYANAN
KESEHATAN GIGI DAN MULUT

PEDOMAN
PELAYANAN KESEHATAN DI BP UMUM
Kata Pengantar
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Puskesmas Cibalong terletak di kp.kibodasrea memiliki wilayah
kerja 5 desa yaitu Desa Cibalong,Neglasari, Tanjungjaya, Tanjungmulya,
Karangsari. Sacara umum puskesmas merupakan satuan organisasiyang
memberikan kewenangan kemandirian oleh dinas kesehatan untuk
melaksanakan satuan tugas oprasional pembangunan di wilayah kerja.
Menurut Peraturan Mentri Kesehatan Republic Indonesia Nomor
43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat , pada pasal 4
disebut bahwa puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan
kesehatan untuk mencapai tujuan pembangun kesehatan di wilayah
kerjanya.
Adapun fungsi puskesmas sebagaimana tertuang pada Pasal 5
permenkes RI No 43/2019 meliputi :
1. Penyelenggara UKM ( Upaya kesehatan masyarakat) tingkat pertama
di wilayah kerja
2. Penyelenggara UKP (Upaya Kesehatan Perorangan) tingkat pertama di
wilayah kerja

Selain dua Fungsi yang terdapat pada pasal 5, selanjutnya pasal 9


menyebutkan bahwa puskesmas juga dapat berfungsi sebagai wahan
pendidikan tenaga kesehatan.

Puskesmas sebagai salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan


tingkat pertama memiliki peranan penting dalam system kesehatan
nasional, khususnya subsistem upaya kesehatan;

Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan nasional


diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara
menyeluruh ,berjenjang dan terpadu. Upaya kesehatan perorangan
tingkat pertama di puskesmas Cibalong meliputi :

a. Rawat Jalan ( Baik kunjungan sehat atau kunjungan sakit )


b. Pelayanan gawat darurat dan Tindakan
c. Pelayanan satu hari ( one day care) ;
d. Home care ; dan atau
e. Pelayanan persalinan normal
f. Laboraturium sederhana
g. Pelayanan keparmasian.
B. Tujuan Pedoman
Pedoman Pelayanan Klinis bertujuan untuk menjadi acuan bagi seluruh
aktivitas pelayanan klinis yang di laksanakan di puskesmas Cibalong,
sehingga pada akhirnya pelayanan klinis dapat meningkatkan kepuasan
pelanggan yang pada akhirnya dapat mendukung pencapaian standar
pelayanan minimal ( SPM)
C. Ruang lingkup pelayanan
Ruang lingkup pelayannan klinis di puskesmas Cibalong meliputi :
1. Pendaftaran pasien
Sebelum mendapatkan pelayanan pemeriksaan atau konsultasi
kesehatan, pasien terlebih dahulu mendaftarkan diri di bagian
pendaftaran untuk dicatatkan data sosialnya dan di buatkan rekam
mediknya. Selanjutnya pasien akan di arahkan ke unit pelayanan
yang di tuju.
2. Pemeriksaan Pasien
Pemeriksaan psien dilakukan di unit pelayanan sesuai dengan
keluhan dan kondisi pasien, pemeriksaan dilakukan di bp umum, BP
Gigi, KIA atau ruang tindakan.
3. Pemeriksaan Penunjang
Apabila dianggap perlu maka dokter yang memeriksa kondisi pasien
dapat merujuk passion ke unit penunjang ( laboraturium) untuk
mendapatkan pemeriksaan penunjang yang sesuia demi
mendapatkan informasi lebih lengkap mengenai kondisi pasien
4. Pelayanan Keparmasian
Apabila pasien sudah selesai diperika dan membutuhkan obat, maka
pasien akan diberi resep yang akan dibawa ke bagian farmasi untuk
mendapatkan obat sesuai dengan yang tertera dalam resep
5. Konsultasi Pasien
Pasien yang membutuhkan penjelasan mengenai kondisi kesehatan
yang lebih rinci akan dirujuk ke unit terkai, misalnya, konsultasi Gizi,
konsultasi sanitasi.
D. Batasan Oprasional
1. Rawat Jalan adalah pelayanan medis yang diberikan kepada pasien
untuk tujuan pengobatan, diagnosis, rehabilitasi dan pelayanan
kesehatan lainnya tanpa mengharuskan rawat inap
2. Layana Gawat darurat adalah pelayanankesehatan yang harus
diberikan secepatnya untuk mencegah terjadinya, kematian,
keparahan, dan kecacatan sesuai dengan kemampuan puskesmas
3. Pasien rawat jalan adalah pasien puskesmas yang telah mendapatkan
pelayanan kesehatan sesuai dengan kondisinya dapat pulang ke
rumah.
4. Pemeriksaan Penunjang adalah pemeriksaan tambahan terhadap
pemeriksaan kesehatan yang dilakukan dokter untuk mendapatkan
kepastian diagnose dan ketepatan terapi terhadap pasien
5. Konsultaasi upaya memeberikan pengertian dan pengetahuan kepada
pasien mengenai hal-hal yang harus diketahui berhubungan dengan
kondisi kesehatannya
E. Landasan Hukum
1. Undang-undnag no 36 tahun 2009 Tentang kesehatan
2. Undang-iundang no 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran
3. Peraturan mentri kesehatan no 43 tahun 2019 tentang pusat
kesehatan masyarakat.
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia Pelyanana Klinis


Berikut ini tenaga ksehatan pada pelayannan klinis yang ada di
puskesmas Cibalong

Pelayanan Propesi Petugas

Dokter Dr.Ayu Apritasari

Perawat Tamidin S.Kep.Ners

Erik Sumarna S.Kep,Ners

Iksan Taupik Amd.Kep

Heru Ilham Nurulhuda

Yoseu Lutvia Sopanty Amd.Kep

Eka Prima Amaliani, Amd.Kep

Rizki Ganjar Rahayu Amd.Kep

Popi Mustika Amd.Kep

Agi Tri sandi Amd.Kep

Eki Septian S.kep, Ners

Pengobatan Gigi Dokter Gigi -

Perawat Gigi Widya Arum N. Amd.,KG

Kesehatan Ibu Bidan Evi Nurhayati ,S.Tr.Keb


dan anak

Nur badriah Amd.Keb

Siti Zenab Amd.Keb

Siti Nurasiah Amd.Keb

Siti Saadah Amd.Keb

Eneng Saripah S,Tr.Keb

Sopi Sopiah , Amd.Keb

Aas Waita Amd.Keb

Neng Susi, Amd.Keb

Desi Tutiyanti, Amd.Keb


Neng Nurlaela Amd.Keb

Ai Fatimah Azahra Amd.Keb

Fera Andani Amd.Keb

Rima Siti Nurhalimah Amd.Keb

Gizi Klinis Ahli Gizi Fera Andani Amd.Keb

Laboraturium Analis Lab Elis Lia Aryani Amd.AK

Keparmasian Apoteker Apt.Tian Rustiani, S.Si

Asisten Apoteker Merina Widawati S.farm

Konsultasi Sanitarian -
Terpadu

BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang

Denah Ruang Bawah

R.GUDANG OBAT
R.MTBM MTBS R.STERILISASI
R.BP
R.APOTEK

PARKIR R. TUNGGU
PEGAWAI R. KIA PASIEN R.GIGI
DAN
AMBULAN

TANGGA R.LAB
WC L WC P

R. PENDAFTARAN
R.RM
R. IGD

R. TUNGGU R. KONSELING
PENDAFTARAN
R.TB/PARU

PARKIR
LAPANGAN APEL & TITIK KUMPUL
PENGUNJUNG RUMAH
DINAS
MASUK KELUAR

AULA RAPAT

WC L R.TATA USAHA R.KASUBAG R.KAPUS

WC P

MUSHOLA
DAPUR

R.ASET R.DOKTER

TANGGA R.BENDAHARA

AULA RAPAT

Ruang Pemeriksaan Umum

STANDAR
NO JENIS PERALATAN STANDAR JUMLAH YANG
SUDAH ADA
I. SET PEMERIKSAAN UMUM
a. Alat Kesehatan 1 buah 0 buah
1. Alat deteksi Dini gangguan 1 buah 0 buah
indera penglihatan
a) Bingkai uji-coba untuk 1 buah 0 buah
pemeriksaan refraksi
b) Buku Ishihara Tes 1 buah 0 buah
c) Lensa uji-coba untuk 1 set 0 buah
pemeriksaan refraksi
d) Lup Binokuler (lensa 1 buah 0 buah
pembesar) 3 – 5 Dioptri
e) Opthalmoscope 1 buah 0 buah
f) Snellen Chart 2 jenis (E 1 buah 0 buah
Chart + Alphabet Chart)
g) Tonometer 1 buah 0 buah
2. Alat deteksi dini gangguan 1 buah 1 buah
a) Corong Telinga/ Spekulum 1 set 2 buah
Telinga Ukuran Kecil, Sedang,
Besar
b) Garputala 512 Hz 1 set 1 buah
c) Lampu kepala/Head Lamp + 1 buah 1 set
Adaptor AC/DC
d) Otoscope 1 buah 1 set
3. Alat pengukur tekanan darah/ 1 buah 1 buah
tensimeter dengan manset
untuk anak dan dewasa
4. Handle kaca laring /Larynx 1 buah 0 buah
Handle Mirror
5. Kaca laring ukuran 2,4,5,6 1 set 2 buah
6. Palu reflex /Dejerine Reflex 1 buah 0 buah
Hammer
7. Skinfold calliper 1 buah 0 buah
8. Spekulum hidung 1 buah 4 buah
9. Spekulum vagina (cocor bebek 1 buah 0 buah
Grave)
10. Stetoskop untuk dewasa 1 buah 0 set
11. Sudip lidah logam Sesuai kebutuhan 0 set
12. Tempat tidur periksa dan 1 buah 0 set
perlengkapannya
13. Termometer 1 buah 1 buah
14. Timbangan berat badan dewasa 1 buah 0 buah
b. Perbekalan kesehatan Lain

1. Alat ukur tinggi badan ( satuan 1 buah 1 buah


meter mikrotois )
2. Acut Respiratory infections (ARI) 1 unit 0 buah
timer/ARI SOUNDTIMER
3. Baki logam tempat alat steril 5 buah 2 buah
tertutup
4. Pengukur lingkar pinggang 1 buah 0 buah

STANDAR
STANDAR
NO JENIS PERALATAN YANG SUDAH
JUMLAH
ADA

II. BAHAN HABIS PAKAI

1. Alkohol Sesuai kebutuhan

2. Kapas Sesuai kebutuhan

3. Kasa non steril Sesuai kebutuhan

4. Kasa steril Sesuai kebutuhan

5. Masker wajah Sesuai kebutuhan

6. Pelilit kapas /cotton applicator Sesuai kebutuhan

7. Pavidon iodine Sesuai kebutuhan

8. Sabun tangan atau antiseptic Sesuai kebutuhan

9. Sarung tangan steril Sesuai kebutuhan

10. Sarung tangan non steril Sesuai kebutuhan

III. PERLENGKAPAN

1. Bantal 1 buah
2. Emesis basin /Nierbeken besar 1 buah
/Kidney bowl manual surgical
instrument

3. Lampu senter untuk periksa 1 buah


/penlight

4. Lampu spiritus 1 buah

5. Lemari alat 1 buah

6. Meja instrumen 1 buah

7. Perlak 2 buah

8. Pispot 1 buah

9. Sarung bantal 1 buah

10. Sikat untuk membersihkan 1 buah


peralatan

11. Stop Watch 1 buah

12. Tempat sampah tertutup yang 2 buah


dilengkapi dengan injakan
pembuka penutup

IV. MEUBELAIR

1. Komputer 1 unit

2. Kursi kerja 3 buah

3. Lemari arsip 1 buah

4. Meja tulis ½ biro 1 buah

STANDAR YANG
NO JENIS PERALATAN STANDAR JUMLAH
SUDAH ADA

V. PENCATATAN DAN PELAPORAN

1. Buku register pelayanan Sesuai kebutuhan 0 buah

2. Formulir dan surat Sesuai kebutuhan


keterangan lain sesuai
kebutuhan pelayanan yang
diberikan

3. Formulir Informed Consent Sesuai kebutuhan

4. Formulir rujukan Sesuai kebutuhan

5. Formulir pemeriksaan Sesuai kebutuhan


kekerasan pada perempuan
dan anak

6. Kartu carta prediksi risiko Sesuai kebutuhan


kardiovaskular

7. Kertas resep Sesuai kebutuhan

8. Kartu Wayne Indeks (untuk Sesuai kebutuhan


skrining gangguan tiroid)

9. Kuesioner penilaian mandiri Sesuai kebutuhan


untuk skrining gangguan
tiroid

10. Surat Keterangan Sakit Sesuai kebutuhan

11. Surat Keterangan Sehat Sesuai kebutuhan


BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. BP Umum
1. Petugas penanggung jawab
a. Dokter
b. Perawat supervisor
2. Perangkat kerja
a. Tensimeter
b. Stetoskop
c. Termometer
3. Tatalaksana
a. Petugas melakukan pemanggilan pasien
b. Petugas melakukan anamnesa untuk mengetahui keluhan dan
kondisi pasien lebih lanjut dan memeriksa tanda vital pasien,
kemudian mencatat di rekam medis ,pasien diperiksa di meja
dokter
c. Dokter melakukan pemeriksaan terhadap pasien dan mencatatnya
di rekam medis . bila dokter merasa pasien perlu mendapat
pemeriksaan lebih lanjut, maka dokter akan membuat surat
rujukanbaik internam maupun eksternal dan memberikannya
kepada pasien . bila tidak, maka pasien mendapatkan resep sesuai
kondisi penyakitnya.
BAB V

LOGISTIK

Logistik adalah bahan-bahan atau kebutuhan yang sifatnya habis pakai.


Logistik di Pelayanan Kesehatan BP Umum UPT Puskesmas Cibalong
meliputi :
A. Bahan habis pakai untuk pelayaan di BP
1. Masker
2. Sarung tangan
B. Bahan habis pakai untuk pencatatan dan pelaporan
1. Buku Register BP
2. Buku pencatatan kegiatan luar gedung
3. ATK
C. Bahan habis pakai untuk kebersihan alat kesehatan dan kebersihan
ruangan
1. Sabun cuci tangan
2. Handrub
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
SASARAN I : KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN
Standar SKP I Puskesmas mengembangkan pendekatan untuk
memperbaiki/meningkatkan ketelitian identifikasi pasien.
Maksud dan Tujuan Sasaran I
Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi
dihampir semua aspek/tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan
identifikasi pasien bisa terjadi pada pasien yang dalam keadaan
terbius/tersedasi, mengalami disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat
tidur/kamar/ lokasi di puskesmas, adanya kelainan sensori, atau akibat
situasi lain.
Maksud sasaran ini adalah untuk melakukan dua kali pengecekan yaitu:
pertama, untuk identifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima
pelayanan atau pengobatan; dan kedua, untuk kesesuaian pelayanan atau
pengobatan terhadap individu tersebut. Kebijakan dan/atau prosedur yang
secara kolaboratif dikembangkan untuk memperbaiki proses identifikasi,
khususnya pada proses untuk mengidentifikasi pasien ketika pemberian obat,
darah, atau produk darah; pengambilan darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis; atau pemberian pengobatan atau tindakan lain. Kebijakan
dan/atau prosedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi
seorang pasien, seperti nama pasien, tanggal lahir, dan nomor rekam medis.
Kebijakan dan/atau prosedur juga menjelaskan penggunaan dua identitas
berbeda di lokasi yang berbeda di puskesmas, seperti di pelayanan rawat jalan.
Suatu proses kolaboratif digunakan untuk mengembangkan kebijakan
dan/atau prosedur agar dapat memastikan semua kemungkinan situasi
untuk dapat diidentifikasi.
Elemen Penilaian Sasaran I
1. Pasien diidentifikasi menggunakan minimal dua identitas pasien
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian cairan intravena.
3. Pasien diidentifikasi sebelum prosedur tindakan di ruang tindakan dan
gawat darurat.
4. Pasien diidentifikasi sebelum prosedur tindakan di ruang kesehatan ibu dan
KB, anak dan imunisasi.
5. Pasien diidentifikasi sebelum prosedur tindakan di ruang pelayanan gigi.
6. Pasien diidentifikasi sebelum prosedur pengambil sampel.
7. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang
konsisten pada semua situasi dan lokasi.

SASARAN IV : MEMASTIKAN LOKASI PEMBEDAHAN YANG


BENAR, PROSEDUR YANG BENAR, PEMBEDAHAN PADA PASIEN
YANG BENAR
Standar SKP IV Puskesmas mengembangkan suatu pendekatan
untuk memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang
benar, pembedahan pada pasien yang benar.
Maksud dan Tujuan Sasaran IV
Dilakukan penandaan sisi operasi/tindakan medis secara
konsisten oleh pemberi pelayanan yang akan melakukan tindakan
sesuai kebijakan dan prosedur yang ditetapkan. Dilakukan
verifikasi sebelum operasi/tindakan medis untuk memastikan
prosedur telah dilakukan dengan benar. Dilakukan time-out
sebelum operasi/tindakan medis, untuk memastikan semua
pertanyaan sudah terjawab atau meluruskan kerancuan.
Elemen Penilaian Sasaran IV
1. Mengisi formulir penandaan lokasi tindakan sebelum
melakukan tindakan
2. Mengisi time-out sebelum operasi/tindakan medis, untuk
memastikan semua pertanyaan sudah terjawab atau
meluruskan kerancuan

SASARAN V : PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT


PELAYANAN KESEHATAN
Standar SKP V Puskesmas mengembangkan suatu pendekatan
untuk mengurangi risiko infeksi yang terkait pelayanan
kesehatan.
Maksud dan Tujuan Sasaran V
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan
terbesar dalam tatanan pelayanan kesehatan dan peningkatan
biaya untuk mengatasi infeksi yang berhubungan dengan
pelayanan kesehatan merupakan keprihatinan besar bagi pasien
maupun para profesional pelayanan kesehatan. Infeksi biasanya
dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk
infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah (blood stream
infections) dan pneumonia (sering kali dihubungkan dengan
ventilasi mekanis). Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-
infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat.
Pedoman hand hygiene bisa dibaca kepustakaan WHO, dan
berbagai organisasi nasional dan internasional. Puskesmas
mempunyai proses kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan
dan/atau prosedur yang menyesuaikan atau petunjuk hand
hygiene yang diterima secara umum dan untuk implementasi
petunjuk itu di puskesmas.
Elemen Penilaian Sasaran V
1. Puskesmas mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand
hygiene terbaru yang diterbitkan dan sudah diterima secara
umum.

2. Puskesmas menerapkan program hand hygiene pada 5 momen


yaitu sebelum kontak dengan pasien, sebelum tindakan
aseptik, setelah kontak dengan pasien, setelah terkena cairan
tubuh, dan sebelum meninggalkan lingkungan pasien.
3. Hand hygiene dilakukan dengan menggunakan hand rub atau
hand wash.
4. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk
mengarahkan pengurangan secara berkelanjutan risiko dari
infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan


kesehatan oleh pasien dan keluarga pasien maka tuntutan pengelolaan
program Keselamatan Kerja di Puskesmas semakin tinggi, karena
Sumber Daya Manusia (SDM) puskesmas, pengunjung/pengantar
pasien, pasien sekitar puskesmas ingin mendapatkan perlindungan
dari gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja, baik sebagai dampak
proses kegiatan pemberian pelayanan maupun karena kondisi sarana
dan prasarana yang ada di puskesmas yang tidak memenuhi standar.
Puskesmas sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi
masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh
perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan
kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu
meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan,
khususnya pasal 165 :”Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala
bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan,
pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja”. Berdasarkan pasal di
atas maka pengelola tempat kerja di puskesmas mempunyai kewajiban
untuk menyehatkan para tenaga kerjanya. Salah satunya adalah
melalui upaya kesehatan kerja disamping keselamatan kerja.
Puskesmas harus menjamin kesehatan dan keselamatan baik terhadap
pasien, penyedia layanan atau pekerja maupun masyarakat sekitar
dari berbagai potensi bahaya di puskesmas.
Program keselamatan kerja di Poli Umum merupakan salah satu
upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan puskesmas, khususnya
dalam hal kesehatan dan keselamatan bagi SDM puskesmas, pasien,
keluarga pasien, masyarakat sekitar.
a. Tujuan umum

Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif


untuk SDM puskesmas, aman dan sehat bagi pasien,
pengunjung/pengantar pasien

Masyarakat dan lingkungan sekitar sehingga proses pelayanan


puskesmas berjalan baik dan lancar.
b. Tujuan khusus
1. Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK
(Penyakit Akibat Kerja) dan KAK (Kecelakaan Akibat Kerja).
2. Peningkatan mutu, citra dan rawat inap puskesmas.

Alat Keselamatan Kerja

1. Pemadam kebakaran (hidrant)

2. APD (alat Pelindung Diri)

3. Peralatan pembersih

4. Pembersih tangan di depan poli umum dan didalam ruangan


BP Umum

Aturan umum dalam tata tertib keselamatan kerja adalah


sebagai berikut:

1. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan


letaknya untuk memudahkan pertolongan saat terjadi
kecelakaan kerja,
2. Pakailah APD saat bekerja

3. Orientasi pada petugas baru

4. Harus mengetahui cara pemakaian alat darurat seperti


pemadam kebakaran

5. Harus mengetahui cara mencuci tangan dengan benar

6. Buanglah sampah pada tempatnya

7. Lakukan latihan keselamatan kerja secara periodic

8. Dilarang merokok

BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu (quality control) dalam manajemen mutu


merupakan suatu sistem kegiatan teknis yang bersifat rutin yang
dirancang untuk mengukur dan menilai mutu produk atau jasa yang
diberikan kepada pelanggan. Pengendalian mutu pada pelayanan klinis
diperlukan agar produk layanan klinis terjaga kualitasnya sehingga
memuaskan masyarakat sebagai pelanggan.
Ishikawa (1995) menyatakan bahwa pengendalian mutu adalah
pelaksanaan langkah-langkah yang telah direncanakan secara
terkendali agar semuanya berlangsung sebagaimana mestinya,
sehingga mutu produk yang direncanakan dapat tercapai dan terjamin.
Dalam pengertian Ishikawa tersirat pula bahwa pengendalian mutu itu
dilakukan dengan orientasi pada kepuasan konsumen. Dalam bahasa
layanan kesehatan keseluruhan proses yang diselenggarakan oleh
puskesmas ditujukan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat
sebagai konsumen.

BAB XII

PENUTUP

Penanggung jawab utama penyelenggara seluruh upaya pembangunan


kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah dinas kesehatan
kabupaten/kota. Tujian pembangunan kesehatan yang di selenggarakan oleh
puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan
nasional. Yakni meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas,
agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Anda mungkin juga menyukai