Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Puskesmas Cidempet terletak di Jl. Raya Cidempet kecamatan Arahan Memiliki wilayah
kerja 8 desa yaitu Desa Arahan kidul, Arahan lor, Linggajati, Cidempet, Pranggong, Tawang
sari, Sukasari, Sukadadi.
Secara umum Puskesmas merupakan satuan organisasi yang memberikan kewenangan
kemandirian oleh dinas kesehatan untuk melaksanakan satuan tugas operasional
pembangunan di wilayah kerja. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, pada Pasal 4 disebutkan
bahwasanya puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung
terwujudnya kecamatan sehat.
Adapun fungsi puskesmas sebagaimana tertuang pada Pasal 5 Permenkes RI No
75/2014 meliputi:
1. Penyelenggaraan UKM (upaya kesehatan masyarakat) tingkat pertama di wilayah kerjanya
2. Penyelenggaraan UKP (upaya kesehatan perorangan) tingkat pertama di wilayah kerjanya
Selain dua fungsi yang terdapat pada pasal 5, selanjutnya pasal 8 menyebutkan bahwa
puskesmas juga dapat berfungsi sebagai wahana pendidikan tenaga kesehatan.
Puskesmas sebagai salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama
memiliki peranan penting dalam sistem kesehatan nasional, khususnya subsistem upaya
kesehatan; Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan nasional diselenggarakan
berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama di Puskesmas Bandar I meliputi :
a. Rawat jalan
b. Pelayanan gawat darurat
c. Rawat Inap

B. Tujuan Pedoman
Pedoman pelayanan klinis bertujuan untuk menjadi acuan bagi seluruh aktifitas
pelayanan klinis yang dilaksanakan di Puskesmas Cidempet, sehingga pada akhirnya
pelayanan klinis dapat meningkatkan kepuasan pelanggan yang pada akhirnya dapat
mendukung pencapaian standar pelayanan minimal (SPM).

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang lingkup pelayanan klinis di Puskesmas Cidempet meliputi:
1. Pendaftaran pasien
Sebelum mendapatkan pelayanan pemeriksaan atau konsultasi kesehatan, pasien terlebih
dahulu mendaftarkan diri di bagian pendafaran untuk dicatatkan data sosialnya dan dibuatkan
rekam mediknya. Selanjutnya pasien akan diarahkan ke ruang yang dituju.

2. Pemeriksaan pasien Rawat Jalan


Pemeriksaan pasien dilakukan di ruang pelayanan sesuai dengan keluhan dan kondisi pasien.
Pemeriksaan dilakukan di ruang kesehatan umum dan lansia, ruang kesehatan ibu dan KB dan
ruang kesehatan anak jika pasien dengan kondisi membutuhkan rujukan, maka dilakukan
rujukan rawat inap atau tindakan di ruang gawat darurat.
3. Pemeriksaan penunjang
Apabila dianggap perlu maka dokter yang memeriksa kondisi pasien dapat merujuk pasien ke
unit penunjang (laboratorium) untuk mendapatkan pemeriksa
an penunjang yang sesuai demi mendapatkan informasi lebih lengkap mengenai kondisi pasien.

4. Pelayanan kefarmasian

5
Apabila pasien sudah selesai diperiksa dan membutuhkan obat, maka pasien akan diberi resep
yang akan dibawa ke bagian farmasi untuk mendapatkan obat sesuai dengan yang tertera
dalam resep
5. Konsultasi pasien
Pasien yang membutuhkan penjelasan mengenai kondisi kesehatan yang lebih rinci akan
dirujuk ke unit terkait, misalnya konsultasi Gizi atau sanitasi.

D. Batasan Operasional
1. Rawat jalan adalah pelayanan medis yang diberikan kepada pasien untuk tujuan
pengamatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi dan pelayanan kesehatan lainnya
tanpa mengharuskan rawat inap.
2. Pelayanan gawat darurat adalah pelayanan kesehatan yang harus diberikan secepatnya
untuk mencegah terjadinya kematian, keparahan dan kecacatan sesuai dengan
kemampuan puskesmas.
3. Rawat Inap adalah pelayanan medis yang diberikan kepada pasien untuk tujuan
pengamatan, diagnostis, pengobatan.
4. Pasien rawat jalan
Pasien puskesmas yang setelah mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kondisinya dapat pulang ke rumah.
5. Pasien rawat inap adalah pasien Puskesmas yang mendapatkan pelayanan kesehatan
dengan kondisi harus dilakukan perawatan lebih lanjut di Puskesmas.
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan tambahan terhadap pemeriksaan kesehatan yang dilakukan dokter untuk
mendapatkan kepastian diagnosa dan ketepatan terapi terhadap pasien.
7. Konsultasi
Upaya memberikan pengertian dan pengetahuan kepada pasien mengenai hal hal yang
harus diketahui berhubungan dengan kondisi kesehatannya.

E. Landasan Hukum
1. Undang Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang Undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
3. Peraturan menteri Kesehatan No.75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat

BAB II

5
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia pelayanan klinis


Berikut ini tenaga kesehatan pada pelayanan klinis yang ada di Puskesmas Cidempet :
Pelayanan Profesi Petugas
dr. Taufik hadiyat
Dokter umum

Sukenda,Skep,Ners
Supyantoro,Skep,Ners
Pengobatan umum
Perawat Jenah Meriana,Skep,Ners
Hj Sri aryanti,Skep,Ners
Khotiah,AmdKep
Dariyah,AmdKep
Agus sutrisno,AmdKep
Tati Hertati,AmdKep
Carinih
Tarsono
Rahayu budiarti,Str,Keb
Kesehatan ibu dan KB Bidan Uswatun hasanah,AmKeb
Popop bahtera p,AmKeb
Dalinah,AmKeb
Tuti puspita dewi,AmKeb
Mutiah,AmKeb
Neni darkuni,AmKeb
Kesehatan Anak Bidan Wahyu ekawati,Str,Keb
Gizi Klinis Ahli Gizi Tartoyo,SKM
Laboratorium Analis lab Anis rahayu ningsih,AmdAK
Kefarmasian Apoteker Sunani,Amd,Farm
Gawat Darurat Perawat Tasinah,AmdKep
Warnengsih,AmdKep
Nori priyanto,AmdKep
Rawat Inap Perawat Sukenda,S.Kep.Ns
Kusdiyantinah,AmdKep
Faisal agus,AmdKep
Dian wisesa,AmdKep
Warnengsih,AmdKep
Persalinan Bidan Rita,Str,Keb
Suherni,Amkeb
Koriyah,AmKeb
Vina,Amkeb
Pipit f,AmKeb
Tika,Amkeb

5
B. Distribusi Ketenagaan dan pengaturan jadwal kegiatan
Puskesmas Cidempet memiliki 1 (satu) puskesmas pembantu, sehingga pelayanan
dapat dilakukan di dalam gedung yang berada di Pustu Sukasari ,Sedangkan kegiatan
luar gedung yang dijadwalkan secara rutin adalah kegiatan puskesmas keliling.
 Dokter setiap hari bertugas di balai pengobatan umum dan lansia, gawat darurat dan
Rawat Inap. Jumlah dokter ada 1 (satu) orang. Bila ada pertemuan yang menyangkut
upaya klinis yang menjadi tugas keseharian dokter atau yang berkaitan dengan tugas
integrasinya, maka akan didisposisi untuk melakukan pertemuan, sehingga
pelayanan dilayani oleh dan perawat yang diberi pendelegasian wewenang.
 Bidan setiap hari melakukan pelayanan diruangan Kesehatan Ibu dan KB. Jumlah
bidan ada 15 (lima belas) terdiri dari 7 bidan PNS dan 11 bidan PTT. Masing-masing
bidan mempunyai spesifikasi ketugasan yang berbeda, misalnya sebagai koordi
nator KIA, penanggung jawab kesehatan anak atau penanggung jawab pelayanan
KB (Keluarga Berencana) dan Penanggung jawab RUANG PERSALINAN. Jika ada
undangan pertemuan untuk bidan maka yang ditugasi adalah disesuaikan dengan
ketugasannya, sedangkan untuk kegiatan puskesmas keliling dilakukan penjadwalan
sesuai anggota tim. Untuk melakukan kegiatan luar gedung, misalnya kunjungan ibu
hamil risiko tinggi, maka bidan akan menyesuaikan dengan kondisi pelayanan yang
ada di puskesmas.
 Perawat setiap hari melakukan tugas sesuai jadwal yang dibuat oleh kepala
Puskesmas dan koordinator Rawat Inap. Dalam pembuatan jadwal perawat yang
bertugas pada rawat jalan dibuat oleh koodinator rawat jalan sedangkan penjadwalan
nrawat Inap dibuat oleh koordinator rawat inap. Ada tiga jenis pelayanan dalam
gedung yang dilakukan perawat yaitu di BP, RUANG GAWAT DARURAT dan Ruang
Rawat Inap. Jumlah perawat ada 16 (enam belas) orang. Perawat dibagi menjadi 2
bagian tempat kerja yakni 10 ( sepuluh ) orang di rawat jalan dan 6 (enam) orang di
rawat inap bergabung dengan RUANG GAWAT DARURAT. Setiap perawat
mempunyai tugas integrasi atau tugas lain yang diberikan kepala puskesmas,
misalnya penanggung jawab TB, penanggung jawab PHN dll. Sehingga jika ada
undangan yang menyangkut ketugasanya perawat yang bersangkutan akan
didisposisi mengikuti kegiatan tersebut. Untuk kegiatan puskesmas keliling, jadwal
perawat sesuai dengan angggota tim.
 Nutrisionis setiap hari bertugas di poli gizi. Jumlah nutrisionis ada 2 (dua).
 Analis laboratorium setiap hari bertugas di ruang laboratorium. Jumlah analis ada 1
(satu) ada yang mempunyai tugas integrasi.
 Apoteker setiap hari bertugas di pelayanan farmasi. Jumlah apoteker ada 1 (satu)
yang setiap hari dibantu petugas lain yang diberi wewenang mengelola apotik. Jika
petugas Apoteker ada undangan pertemuan maka pelayanan farmasi dilayani oleh
petugas yang diberi wewenang di apotik..

5
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

B. C. D. E. G. H.

7 8

6 5
PINTU
MASU
K
12
4
1
12

1 11

2 3

Keterangan ruangan (Gedung Rawat Jalan):


1. Ruang Pendaftaran dan Rekam Medik 9. Ruang Kesehatan Ibu dan KB
2. Gudang Obat 10. Ruang Kamboja (Konseling Penyakit
3. Ruang Kesehatan Umum dan Lansia Menular)
4. Ruang Konseling Terpadu 11. Pojok ASI
5. Ruang Laboratorium 12. Kamar Mandi
6. Ruang SDIDTK & Imunisasi
7. Ruang MTBS
8. Ruang Farmasi

5
Gedung Rawat Inap Lantai I
12

4 5
2

12

1
TANGG 8
A
12
3
12

12 6

12
7

10

11

12 12
13
Keterangan ruangan (Gedung Rawat Inap Lantai I):
1. Ruang Gawat Darurat 8. Ruang Rawat Dewasa Laki-laki
2. Ruang Dokter 9. Ruang Rawat Anak
3. Ruang Jaga Persalinan 10. Ruang Rawat Dewasa Perempuan
4. Ruang Jaga Perawat 11. Ruang Pasca Persalinan
5. Ruang Saji 12. Kamar Mandi
6. Ruang Mutu 13. Ruang Linen
7. Ruang Persalinan

Gedung Rawat Inap Lantai II

6
3 4

Tangga 7 7

Keterangan ruangan (Gedung Belakang Lantai II):


1. Ruang Kepala Puskesmas
2. Ruang Tata Usaha
3. Ruang Karyawan/ Administrasi
4. Aula
5. Mushola
6. Gudang
7. Kamar Mandi

I. Standar Fasilitas

7
1. Fasilitas dan sarana
Ruang pelayanan pasien di bagi menjadi 2 gedung dipisahkan berdasarkan tujuan
pasien datang. Gedung 1 (satu) terletak paling depan pada bagian Puskesmas untuk pasien
rawat jalan dan pemeriksaan laboratorium, Gedung 2 (dua) berlokasi di belakang gedung rawat
jalan untuk pasien rawat inap,pasien persalinan dan pasien yang memerlukan tindakan segera
di RUANG GAWAT DARURAT. Pembagian gedung ini bermaksud untuk memudahkan pasien
untuk mengakses pelayanan kesehatan. Ruang pemeriksaan umum dan lansia merupakan
ruangan dengan ruang pemeriksaan dokter/paramedis, termasuk didalamnya terdapat
bed/tempat tidur pasien. Di ruang pemeriksaan umum dan lansia terdapat 3 (tiga) meja,2 meja
untuk melakukan kajian awal oleh perawat dan 1 meja untuk pemeriksaan oleh
dokter/paramedic, sedangkan 1 (satu) meja untuk pengentrian data dan rujukan pasien.
Ruangan ini memiliki wastafel sebagai sarana cuci tangan bagi petugas. Selain itu
ruangan ini memiliki seperangkat komputer sebagai bagian dari sistem informasi puskesmas
yang terhubung dengan server untuk memasukkan data pasien pada sistem informasi
puskesmas.
Ruang KIA bersebelahan dengan ruang KB, sisi depan ruang KIA adalah ruang laktasi.
Ketiganya saling terkait, sehingga memudahkan pemberian pelayanan KIA, seperti
pemeriksaan ibu hamil, pelayanan KB, pemeriksaan calon pengantin serta pemberian imunisasi
pada balita. Ruangan KIA , dilengkapi dengan meja administrasi, 2 (dua) bed pemeriksaan,
lemari peralatan dan perangkat komputer pendukung sistem informasi puskesmas yang
diletakkan di atas meja dekat pintu masuk ruang KIA. Ruang KB terdapat 1 (satu) tempat tidur
tindakan dan 1 (satu) tempat tidur ginekologi, sterilisator, wastafel dan lemari. Untuk
penimbangan dan tinggi badan serta tensi darah dilakukan di meja depan KIA dilakukan setiap
hari Rabu.
Ruang Konseling Gizi memiliki ruang tersendiri sehingga memberikan privasi kepada
pasien untuk dapat berkonsultasi kepada petugas dengan nyaman. Selain itu petugas juga lebih
mudah dan nyaman ketika menyusun program maupun menyusun laporan karena memiliki
ruangan tersendiri yang akan menunjang kinerjanya. Ruang ini terdiri dari dua meja kerja untuk
konsultasi, timbangan, wastafel, seperangkat alat bantu peraga seperti food model yang
diletakkan di dalam lemari dan dilengkapi dengan ruang bermain anak.
Ruang laboratorium terdiri dari : 2 ruangan yang terpisah ,1 ruangan untuk pemeriksaan
umum, 1 ruangan untuk pemeriksaan BTA.
Ruang farmasi terdiri dari 2 ruangan, yaitu ruang untuk pelayanan obat dan ruang
tempat penyimpanan obat. Ruang pelayanan obat terletak bersebelahan dengan tempat
penyimpanan obat, dilengkapi dengan almari obat, meja peracikan obat dan seperangkat
komputer untuk pendukung sistem informasi Puskesmas. Ruang penyimpanan obat dilengkapi
dengan rak-rak penyimpanan obat.
Ruang RUANG PERSALINAN terdiri dari 7 ruangan terdiri dari : ruang tunggu, ruang
tindakan, ruang bidan , ruang nifas, ruang bayi, gudang, ruang cuci alat. Fasilitas pada RUANG
PERSALINAN terdiri dari : 1 tempat tidur ginekologi, 1 tempat tidur tindakan, 2 tempat tidur
nifas, 4 tempat tidur bayi, 1 lemari es, 3 kamar mandi di ruang tindakan, bidan dan di ruang
nifas, dilengkapi dengan peralatan kebidanan yang lain.
Ruang RUANG GAWAT DARURAT terdapat 1 ruangan. Terdapat 3 bed tindakan, kursi
roda, brankar, sketsel, lemari obat dan alat, troly, timbangan bayi dan dewasa. Dilengkapi
peralatan yang lain.
Ruang Rawat Inap terdiri dari : Ruang keperawatan, ruang perawat dan ruang pasien
yang terdiri dari 9 bed. 4 ( empat) bed untuk pasien anak dan 5 bed untuk pasien dewasa
serta 1 bed untuk pasien isolasi. Di rawat inap juga dilengkapi dengan peralatan yang
menunjang pelayanan kepada pasien.

2. Peralatan
Ruang Alat

8
Poli Umum  Tensimeter
 stetoskop
 termometer
 senter
 timbangan
 pengukur tinggi badan
 pita pengukur

Ruang Kesehatan Ibu dan  tensimeter


KB  stetoskop
 stetoskop laennec
 termometer
 doppler
 KB set
 USG
 Midline
 Spuit
 Pita pengukur lila
 Hammer
 Pengukur panggul
 Timbangan bayi
 Timbangan dewasa
 Pengukur tinggi badan
Ruang laboratorium  Centrifuge darah
 Centrifuge urine
 Box fiksasi
 Lampu spiritus
 Objek glass
 Deck galass
 Tabung
 Mikroskop
 Spuit
Ruang farmasi  Timbangan obat
 Blender
 Laminator
 Kalkulator
 Plastik obat
 Mesin puyer
 Kertas puyer
 Label obat
 Sendok obat
Pendaftaran  alat tulis
 buku register
 rak status
 komputer
 nomor antrian
 Lemari
Ruang persalinan  Partus set
 Stetoscope
 Doppler

9
 Tensi meter
 Timbangan Dewasa
 Timbangan bayi
 Vacum ekstraksi set
 Curetase set
 Leanec
 Midline
 Slim secher
 Oksigen
 Infram warmer
 Incubator
 Hb Set
 Stirilisator
 Nebulizer
 Resusitasi set bayi
Ruang Rawat Inap  Tabung O2 dan humidifier
 Nebulizer set
 Suction
 Lampu tindakan
 Sterilisator
 Sketsel
 Heacting set
 Spuit
 Aligator
 Nierbeken
 Kom
 Tromol kassa
 Timbangan bayi
 Timbangan dewasa
 Stetoscope
 Tensimeter
 Termometer

10
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. BP Umum
1. Petugas Penanggung jawab
 Dokter
2. Perangkat Kerja
 Tensimeter
 Stetoskop
 Termometer
3. Tatalaksana
 Petugas melakukan pemanggilan pasien.
 Petugas melakukan anamnese untuk mengetahui keluhan dan kondisi pasien
lebih lanjut dan memeriksa tanda vital pasien, kemudian mencatatkannya di
rekam medis. Pasien dipersilakan menuju meja dokter.
 Dokter melakukan pemeriksaan terhadap pasien dan mencatatkannya di rekam
medis. Bila dokter merasa pasien perlu mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut,
maka dokter akan membuat surat rujukan baik internal atau eksternal dan
memberikannya kepada pasien. Bila tidak, maka pasien mendapatkan resep
sesuai kondisi penyakitnya.

B. Kesehatan Ibu dan KB


1. Petugas Penanggung jawab
 Bidan
2. Perangkat Kerja
 Tensi meter
 Stetoskop
 Doppler
 Spuit
 USG
3. Tatalaksana
 Petugas memanggil pasien.
 Pasien masuk ke poli KIA.
 Petugas akan melakukan anamnese dan pemeriksaan tanda vital serta
mencatatakannya di rekam medis.
 Pasien ibu hamil yang akan memeriksakan kehamilannya akan dipersilakan
naik ke bed periksa untuk dilakukan pemeriksaan kondisi kehamilannya. Hasil
pemeriksaan akan dicatat di rekam medis.
 Bila memerlukan pemeriksaan penunjang yang lain, ibu hamil akan dirujuk
internal. Bila memerlukan imunisasi akan diberi immunisasi.
 Bila sudah selesai ibu hamil diberi resep untuk pengambilan vitamin atau obat
lainnya.
 Pasien bayi yang akan immunisasi akan diperiksa dulu apakah cukup sehat
untuk mendapatkan immunisasi hari ini.
 Bila kondisi bayi sehat, maka bayi akan diberi jenis immunisasi sesuai
jadwalnya. Untuk jenis immunisasi yang dapat menimbulkan demam, kepada
orang tua bayi akan deberi resep pengambilan obat penurun panas.
 Pasien peserta KB akan dilakukan pemeriksaan dan konsultasi, kemudian
akan diberikan pelayanan KB sesuai keinginan pasien.
 Pasien yang akan dilakukan tindakan KB segera menuju ke poli KB untuk
mendapatkan tindakan.
 Pasien calon pengantin akan dilakukan pemeriksaan dan konsultasi. Bila
memerlukan immunisasi, maka calon pengantin akan diberi immunisasi.

11
C. Kesehatan Anak
1. Petugas penanggung jawab
 Bidan
2. Perangkat kerja
 Stetoskop
 Timbangan
 Pengukur Tinggi Badan
3. Tata laksana
 Petugas memanggil pasien
 Pasien masuk ke ruangan
 Petugas melakukan anamnesa dan tanda-tanda vital serta mencatat di rekam
medis.

D. Laboratorium
1. Petugas Penanggung jawab
 Analis laboratorium
2. Perangkat Kerja
 Alat pelindung Diri
 Microscope
 Centrifuge
 Alat periksa gula darah, asam urat dan kolesterol
 Rotator
 Fotometer
 Hematologi analiser
 dll
3. Tatalaksana
 Petugas memanggil pasien sesuai dengan nomor urutnya dan menerima surat
permintaan laboratorium yang dibawa dari perujuk.
 Petugas menyiapkan peralatan dan bahan reagen yang sesuai dengan
pemeriksaan yang akan dilakukan.
 Petugas menerima spesimen yang akan diperiksa, atau petugas sendiri yang
melakukan pengambilan spesimen dari pasien.
 Petugas mempersilakan pasien menunggu diluar sementara petugas melakukan
pemeriksaan terhadap spesimen.
 Bila hasil pemeriksaan sudah keluar, petugas memanggil pasien dan
menyerahkan hasil pemeriksaan laboratorium untuk diserahkan ke unit perujuk.
 Untuk pasien rawat inap, petugas laboratorium mendatangi ruang rawat inap dan
memeriksa RM untuk melihat apakah ada permintaan laboratorium.
 Jika ada permintaan laboratorium petugas laboratorium segera mengambil
lembar permintaan laboratorium yang diselipkan di RM pasien.
 Petugas laboratorium menyiapkan alat dan reagennya.
 Petugas laboratorium mengambil sampel yang akan diperiksa pada pasien.
 Petugas memberikan hasil laboratorium kepada petugas rawat inap untuk di
follow up.

12
E. Farmasi
1. Petugas Penanggung jawab
 Apoteker
2. Perangkat Kerja
 Alat tulis
 Blender obat
 Kertas pembungkus obat
 Plastik pembungkus obat
 Alat pembungkus obat
3. Tatalaksana
 Pasien meletakkan lembar resep di kerangjang yang telah disediakan dan
menunggu obat disiapkan.
 Petugas mengambil lembar resep dan membacanya untuk memastikan resep
dapat dibaca dengan jelas dan obat-obat yang tertulis di dalam lembar resep
tersedia.
 Apabila ada keraguan atau kekurangjelasan, maka petugas akan menanyakan
kepada petugas yang menulis resep.
 Petugas kemudian menyiapkan obat yang tertera di resep dan memasukkannya
ke dalam bungkus plastik, menuliskan informasi penggunaan obat di bungkusnya
dan kemudian menyerahkannya kepada pasien.
 Sambil menyerahkan obat, petugas juga menyampaikan informasi yang perlu
diketahui pasien atau keluarganya sehubungan dengan penggunaan obat.

F. GAWAT DARURAT DAN RAWAT INAP


1. Petugas Penanggung Jawab
Dokter
2. Perangkat Kerja
 Stetoskop
 Tensimeter
 Termometer
 Heacting set
 Nebulizer
 Dll
3. Tatalaksana
 Pasien masuk Ruang Gawat Darurat
 Petugas menyarankan pasien tidur ditempat tidur tindakan
 Petugas/dokter melakukan anamnesa dan pemeriksaan TTV.
 Petugas / dokter melakukan pemeriksaan lain secara head to toe
 Bila pasien inidak indikasi mondok langsung diberi tindakan pemasangan
infus
 Jika pasien tidak indikasi mondok diberi tindakan sesuai dengan keluhanya.
 Pasien yang indikasi mondok langsung dimasukkan ke dalam ruang rawat
inap.
 Pasien yang tidak indikasi mondok di perbolehkan pulang setelah
menyelesaikan administrasi.
 Sebelum pulang pasien diberi informasi tentang kapan kontrol, apa yang
boleh dan yang tidak boleh dilakukan selama perawatan di rumah.

13
BAB V
LOGISTIK

Untuk menunjang terselenggaranya pelayanan klinis yang bermutu, maka perlu


didukung oleh penyediaan logistik yang memadai dan optimal, melalui perencanaan yang baik
dan berdasarkan kebutuhan masyarakat dan usulan pemegang program yang sudah
berdasarkan hasil pemetaan masalah. Ketersediaan logistik harus dijamin kecukupannya dan
pemeliharaan yang sudah dianggarkan dan dijadwalkan. Pengadaan alat dan bahan dalam
pelaksanaan upaya klinis Puskesmas diselenggarakan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

14
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Ada enam sasaran keselamatan pasien, yaitu :


1. Tidak terjadinya kesalahan identifikasi pasien
2. Komunikasi efektif
3. Tidak terjadinya kesalahan pemberian obat
4. Tidak terjadinya kesalahan prosedur tindakan medis dan keperawatan
5. Pengurangan terjadinya resiko infeksi di Puskesmas
6. Tidak Terjadinya pasien jatuh
Upaya Puskesmas untuk mencapai enam sasaran keselamatan pasien tersebut adalah :
1. Melakukan identifikasi pasien dengan benar
Indikator melakukan identifikasi pasien secara benar adalah:
a. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, seperti nama pasien dan
tanggal lahir pasien, tidak termasuk nomor dan lokasi kamar.
b. Pasien diidentifikasi sebelum  melakukan pemberian obat atau tindakan lainnya.
c. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah, dan specimen lain untuk keperluan
pemeriksaan.
d. Pasien diidentifikasi sebelum memberikan perawatan atau prosedur lainnya.
Prosedur dalam identifikasi pasien :
1. Petugas Puskesmas mengidentifikasi pasien dilakukan mulai saat pasien mendaftar,
memperoleh pelayanan sampai pasien pulang terutama pasien anak dan bayi,
2. Petugas Puskesmas mengawali dengan memperkenalkan diri pada pasien,
3. Petugas Puskesmas menanyakan data pasien meliputi: nama lengkap pasien,
umur/tanggal lahir dan pernah di rawat di Puskesmas Bandar I untuk pencarian
nomor rekam medis yang lama (Jangan menyebutkan nama atau menanyakan
apakah nama pasien sudah benar, Sebaliknya, minta pasien untuk
menyebutkan namanya),
4. Setiap sebelum memberikan pelayanan pasien, petugas rawat inap harus
melakukan identifikasi pasien,
5. Petugas Puskesmas menggunakan komunikasi aktif (berupa pertanyaan terbuka)
dalam mengidentifikasi pasien ,
6. Petugas rawat inap memberikan pertanyaan terbuka menanyakan nama lengkap
pasien; “Siapa nama lengkap Bapak / Ibu?”
7. Saat pasien menyebutkan nama lengkapnya, petugas rawat inap mencocokkan
dengan kalung identitas pasien.
8. Petugas Puskesmas memberikan pertanyaan terbuka menanyakan tanggal lahir
pasien/ umur ; “Kapan tanggal lahir/ umur Bapak / Ibu?”
9. Saat pasien menyebutkan tanggal lahirnya, Petugas Puskesmas mencocokkan
dengan kalung identitas pasien.
10. Petugas Puskesmas dapat melanjutkan pelayanan medis yang akan diberikannya
bila kedua identitas yang disebutkan pasien telah sesuai dengan yang tercantum
dalam kalung identitas,
11. Petugas Puskesmas melakukan konfirmasi dengan keluarga bila salah satu identitas
yang disebutkan pasien tidak sesuai dengan yang tercantum dalam kalung identitas,
12. Petugas Puskesmas menjelaskan kepada pasien mengenai pelayanan medis yang
akan diberikannya.
13. Pada kondisi pasien yang tidak dapat berkomunikasi mis pada pasien tidak sadar ,
tidak dapat berkomunikasi karena terhalang masalah bahasa dan tidak ada
penterjemah, karena usia (bayi), gangguan kognitif (dementia atau kelainan mental),
Identifikasi dilakukan dengan memeriksa Nama lengkap pasien dan Identitas lain
(seperti tanggal lahir, KTP) pada kalung identitas pasien, dicocokan dengan
informasi yang telah dimiliki ruang rawat inap (rekam medis, resep, atau tabung
specimen).

15
14. Petugas Puskesmas yang memasang kalung identitas pasien harus menuliskan
tanggal dan jam masuk Puskesmas pada kalung identitas,Untuk identifikasi pasien
terlantar/ tidak ada keluarga,
15. Petugas Puskesmas dalam mengidentifikasi pasien terlantar/ tidak ada keluarga (Mr
X1, Mr X2 dst) dengan mencocokkan kalung identitas pasien yang meliputi nama
pasien, tanggal dan jam masuk RUANG GAWAT DARURAT Puskesmas dan nomor
rekam medis,
16. Dalam mengidentifikasi bayi baru lahir petugas Puskesmas memberikan kalung
identitas bayi lahir dengan memberikan nama lengkap ibu (Contoh: By Ny. Ana
Suryana) dan nomor rekam medis ibu. Dalam waktu 24 jam pada kalung identitas
bayi ditambahkan nomor rekam medis bayi dan dibuatkan rekam medik baru dan
terpisah dari ibu,
17. Petugas Puskesmas memberikan kalung identitas sesuai waktu bayi lahir dengan
memberikan nama ibu dan nomor rekam medis ibu ditambah nomor urut kelahiran
(Contoh: By Ny. Ana Suryana 1, By. Ny Ana Suryana 2) untuk mengidentifikasi bayi
kembar baru lahir,
18. Koordinator rawat inap dan RUANG PERSALINAN melakukan monitoring dan
evaluasi pelaksanaan identifikasi pasien di tiap-tiap unit masing-masing,
Koordinator rawat inap dan RUANG PERSALINAN merencanakan tindak lanjut jika
pelaksanaan tidak sesuai dengan tujuan.
2. Pemasangan Kalung Identifikasi Pasien
Prosedur pemasangan kalung pasien yang benar adalah
a) Petugas Puskesmas menganamnesa identitas pasien pada saat proses identifikasi
pasien,
b) Petugas Puskesmas membuat label pada kalung identitas pasien memuat 4 (empat)
identitas pasien, yaitu nama lengkap di sisi kiri atas, tanggal lahir/ umur di sisi kiri
bawah, jenis kelamin (P untuk perempuan dan L untuk laki-laki) di sisi kanan bawah,
dan nomor rekam medis di sisi kanan atas.

Tn. Abdul Ghofur 313.10.88


13 Februari 1986 (28) L

c) Petugas RUANG GAWAT DARURAT dan RUANG PERSALINAN memasangkan


kalung identitas pasien sewaktu pasien masuk pada unitnya masing-masing,
d) Petugas menanyakan nama lengkap dan tanggal lahir pasien sebelum memasangkan
kalung identitas pasien,
e) Petugas memasang kalung identitas pasien ,
f) Petugas mengganti kalung identitas bila selama perawatan kalung identitas rusak
atau terjadi infeksi pada lokasi pemasangan kalung, .
g) Petugas melepaskan kalung identitas di ruang rawat inap / RUANG PERSALINAN
bila pasien pulang atau meninggal oleh perawat/ bidan penanggung jawab pasien,
a) Bila pasien menolak pemasangan kalung identitas maka pasien harus
menandatangani formulir penolakan tindakan,
b) Koordinator rawat inap dan RUANG PERSALINAN melakukan monitoring dan
evaluasi pelaksanaan pemasangan kalung identifikasi pasien di tiap-tiap unit masing-
masing,
c) Koordinator rawat inap dan RUANG PERSALINAN merencanakan tindak lanjut jika
pelaksanaan tidak sesuai dengan tujuan.

3. Meningkatkan komunikasi effektif


Prosedurnya adalah :
Metode Komunikasi Verbal

16
1. Petugas rawat inap/ RUANG PERSALINAN melaporkan kondisi pasien/ hasil test
laboratorium yang kritis kepada Dokter penaggungjawab menggunakan teknik
Komunikasi SBAR (Situation - Background – Assessment – Recommendation),
2. Dokter memberi instruksi verbal kepada maka Petugas rawat inap/ RUANG
PERSALINAN,
3. Petugas rawat inap/ RUANG PERSALINAN menerapkan write down read back/
TBaK  Tulis Baca Kembali,
4. Petugas rawat inap/ RUANG PERSALINAN yang menerima instruksi per telepon/
lisan/ hasil test laboratorium yang kritis menuliskan/ Tulis (write down) pesan yang
disampaikan pengirim di catatan terintegrasi,
5. Petugas rawat inap/ RUANG PERSALINAN yang menerima instruksi secara verbal /
lisan bertanggung jawab untuk mencatat instruksi tersebut pada lembar catatan
terintegrasi di status rekam medis pasien meliputi :
a. Tanggal dan jam pesan diterima.
b. Dosis yang akan diberikan dan waktu pemberian harus spesifik untuk
menghindari kesalahan penafsiran.
6. Petugas rawat inap/ RUANG PERSALINAN membacakan kembali /BaK (read back)
kepada pengirim pesan per telepon/ lisan untuk konfirmasi kebenaran pesan yang
dituliskan, termasuk nama pasien, tanggal lahir dan diagnosis.setelah dituliskan,
pesan/ hasil test laboratorium yang kritis ,
7. Petugas rawat inap/ RUANG PERSALINAN menulis nama dokter yang memberikan
pesan,
8. Petugas rawat inap/ RUANG PERSALINAN menulis nama dan tanda tangan sebagai
tanda yang menerima pesan,
9. Petugas rawat inap/ RUANG PERSALINAN memverifikasi dokter pengirim pesan
dengan menandatangani catatan pesan yang ditulis penerima pesan sebagai tanda
persetujuan dalam waktu 1 x 24 jam.
Metode Komunikasi Tertulis:
10. Dokter menuliskan instruksi harus dilakukan secara lengkap dapat terbaca dengan
jelas agar sumber instruksi dapat dilacak bila diperlukan verifikasi,
11. Dokter menuliskan harus menuliskan nama lengkap dan tanda tangan penulis, serta
tanggal dan waktu penulisan instruksi setiap penulisan instruksi,
12. Dalam menuliskan instruksi dokter hendaknya menghindari penggunaan singkatan,
akronim, dan simbol yang berpotensi menimbulkan masalah dalam penulisan
instruksi dan dokumentasi medis (misalnya catatan lanjutan keperawatan,
anamnesis, pemeriksaan fisis, pengkajian awal keperawatan,),
13. Koordinator rawat inap dan RUANG PERSALINAN melakukan monitoring dan
evaluasi pelaksanaan komunikasi effektif di tiap-tiap unit masing-masing,
14. Koordinator rawat inap dan RUANG PERSALINAN merencanakan tindak lanjut jika
pelaksanaan tidak sesuai dengan tujuan.

4. Penerapan 7 benar dalam menunjang medication safety

Prosedur

a. Benar Pasien:
1. Petugas menggunakan minimal 2 identitas pasien dalam mengidentifikasi pasien,
2. Petugas mencocokkan obat yang akan diberikan dengan instruksi terapi tertulis,
3. Petugas menganamnesis riwayat alergi pasien,
4. Petugas menganamnesis kehamilan/ menyusui,
5. Petugas menganamnesis lengkap riwayat obat/ penggunaan obat saat ini dan
membuat daftar obat- obat tersebut,
6. Petugas membandingkan pemberian obat saat ini dengan daftar obat yang
digunakan pasien di rumah (termasuk kelalaian, duplikasi, penyesuaian,
kehilangan/ menghilangkan, interaksi, atau tambahan obat).

17
7. Petugas mengidentifikasi pasien yang akan mendapat obat dengan kewaspadaan
tinggi dilakukan oleh dua orang yang kompeten  double check.

b. Benar Obat
8. Petugas memberi label semua obat dan tempat obat (syringes, cangkir obat,
baskom obat), dan larutan lain.
9. Petugas menuliskan pada label nama obat, kekuatan, jumlah, kuantitas,
pengenceran dan volume, tanggal persiapan, tanggal kadaluarsa jika tidak
digunakan dalam 24 jam dan tanggal kadaluarsa jika kurang dari 24 jam.
10. Petugas melakukan verifikasi semua obat dan larutan minimal 2 orang secara
verbal dan visual jika orang yang menyiapkan obat bukan yang memberikannya ke
pasien,
11. Petugas melakukan pemberian label tiap obat atau larutan segera setelah obat
disiapkan jika tidak segera diberikan,
12. Petugas memberi label pada syringes setelah obat disiapkan/diisi ( jangan pada
saat syringe masih kosong)
13. Petugas menyiapkan satu obat atau larutan pada satu saat. Beri label hanya untuk
satu obat atau larutan pada satu saat,
14. Petugas membuang segera setiap obat atau larutan yang tidak ada labelnya,
15. Saat pergantian tugas/ jaga, petugas mereview semua obat dan larutan oleh
petugas lama dan petugas baru secara bersama,
16. Petugas mengubah daftar obat/ kardeks jika terdapat perubahan obat,
17. Dua petugas yang berkompeten mengecek kebenaran jenis obat yang perlu
kewaspadaan tinggi.
c. Benar Dosis
18. Dua orang yang berkompeten mengngecek dan menghitung (double cek) jika ada
untuk dosis/ volume obat, terutama yang memerlukan kewaspadaan tinggi,
19. Petugas mengkonsultasikan dengan dokter yang menuliskan resep jika ragu,.
20. Petugas saat menyiapkan obat berkonsentrasi penuh untuk menghindari
gangguan.
d. Benar Waktu
21. Petugas memberikan obat dan menginformasikan sesuai waktu yang ditentukan:
 sebelum makan, setelah makan, saat makan.
 Perhatikan waktu pemberian:
 3 x sehari  tiap 8 jam.
 2 x sehari  tiap 12 jam. Sehari sekali  tiap 24 jam. Selang sehari  tiap 48
jam
22. Petugas memberikan obat dengan segera setelah diinstruksikan oleh dokter,
23. Petugas meneliti dengan benar bahwa obat belum memasuki masa kadaluarsa.
e. Benar Cara/ Route Pemberian
24. Petugas memberikan obat sesuai dengan cara pemberian obat, bentuk dan jenis
obat :
 Slow-Release tidak boleh digerus
 Enteric coated tidak boleh digerus.
 Obat-obat yang akan diberikan per NGT sebaiknya adalah obat cair/ sirup,
25. Petugas dalam memberikan obat obat sedapat mungkin berjarak dan jadwal
pemberian obat dan nutrisi juga berjarak.
f. Benar Dokumentasi
26. Petugas mendokumentasikan setiap perubahan yang terjadi pada pasien setelah
mendapat obat,
27. Petugas langsung menuliskan bukti nama dan tanda tangan/ paraf setelah
memberikan obat pada dokumen rekam medik,
28. Petugas/ dokter menuliskan nama dan paraf jika ada perubahan jenis/ dosis/
jadwal/ cara pemberian obat

18
29. Dokter memberikan coretan dan terakhir garis( ujungnya) diberi paraf jika
penulisan resep salah,
Contoh:
Lasix tab, 1 x 40 mg Jcmd  Lasix inj, 1 x 40 mg iv.
30. Petugas mendokumentasikan respon pasien terhadap pengobatan: Efek Samping
Obat (ESO) dicatat dalam rekam medik & Form Pelaporan Insiden + Formulir
Pelaporan Efek Samping Obat
31. Petugas melaporkan Insiden dikirim ke Tim Keselamatan Pasien di Unit Pelayanan
Jaminan Mutu. Pelaporan Efek Samping Obat dikirim ke Komite Farmasi dan
Terapi,
32. Petugas mendokumentasikan KNC terkait pengobatan, :
 Format Pelaporan Insiden ke Tim Keselamatan Pasien.
 Dokumentasikan Kejadian Tidak Diharapkan
 Format Pelaporan Insiden ke Tim Keselamatan Pasien.
g. Benar Informasi
33. Petugas mengkomunikasikan semua rencana tindakan/ pengobatan harus
dikomunikasikan pada pasien & atau keluarganya,
34. Petugas menjelaskan tujuan & cara mengkonsumsi obat yang benar,
35. Petugas menjelaskan efek samping yang mungkin timbul.
36. Petugas mengkomunikasikan rencana lama terapi pada pasien.
5. Pengkajian resep obat
Prosedur :
A. Pengkajian resep dari aspek administratif dan farmasetik :
1. Petugas memeriksa identitas pasien: nama pasien, nomor rekam medis,
penjamin, ruang rawat, berat badan (terutama pada pasien pediatri),
2. Petugas memeriksa kelengkapan resep: diagnosis, nama dokter yang merawat,
nama obat, bentuk sediaan obat, jumlah obat, dan aturan pakai,
3. Jika tertera pada aturan pakai “p.r.n” (“pro re nata” atau jika perlu), maka petugas
mengkonfirmasi ke dokter yang bersangkutan untuk mengetahui dosis maksimal
sehari sehingga etiket bisa dilengkapi dan diketahui jumlah obat yang
dibutuhkan,
4. Petugas memeriksa adanya masalah lain seperti masalah keuangan atau
kelengkapan persyaratan resep jaminan,
5. Petugas memeriksa adanya kesesuaian dengan pedoman pelayanan/peraturan
yang berlaku,
B. Pengkajian dari aspek klinik
6. Petugas memeriksa ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat,
terutama untuk pasien pediatri dan geriatric,
7. Petugas memeriksa adanya duplikasi obat,
8. Petugas memeriksa adanya alergi pada pasien disesuaikan dengan rekam
medic,
9. Petugas memeriksa adanya interaksi obat,
10. Petugas memeriksa adanya kontraindikasi,
11. Petugas mengidentifikasi masalah-masalah yang berkaitan dengan resep/
instruksi pengobatan,
C. Penanganan Resep yang Bermasalah
12. Apoteker/ asisten apoteker menghubungi dokter penulis resep/ perawat sesuai
dengan instruksi Kerja Penanganan Resep Tidak Jelas ,
13. Dokter / perawat mencoret tulisan yang tidak jelas tersebut dan menulis
perbaikan di atas coretan kemudian membubuhkan parafdan tidak boleh
menindih dengan tulisan yang baru,
14. Jika dokter tidak dapat datang untuk memperbaiki resep apoteker/asisten
apoteker/ perawat dapat mengubah resep dokter dengan memberi catatan nama
dokter dan waktu (tanggal dan jam) dilakukannya konfirmasi,

19
15. Jika dalam menulis resep dokter/ perawat terdapat lebih dari 2 (dua) coretan
maka harus diganti dengan lembar resep baru,
16. Jika dokter / perawat dalam menulis tanggal pada resep harus diganti dengan
resep baru.

6. Melakukan tindakan skin test sebelum memberikan injeksi antibiotik


Prosedur :
1) Dokter mencatat terapi obat injeksi di dalam rekam medis
2) Petugas selalu melakukan skin test dengan memasukkan obat yang akan diberikan
secara intra kutan
3) Petugas mengecek hasil test setelah 3-5 menit
4) Jika terdapat tanda – tanda alergi misal durasi membesar, kemerahan dan pasien
merasakan gatal disekeliling tempat suntikan, maka dinyatakan hasil skin test positif
5) Jika tanda-tanda di atas tidak ada, maka dinyatakan negatif dan obat bisa diberikan
melalui intra vena.

7. Pengurangan Terjadinya Resiko Infeksi di Puskesmas


Penerapan cuci tangan dengan benar di setiap sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien
Indikator Usaha Menurunkan Infeksi Nosokomial:
a. Menggunakan panduan hand hygiene terbaru yang diakui umum.
b. Mengimplementasikan program kebersihan tangan yang efektif.
Semua petugas di rumah sakit termasuk dokter melakukan kebersihan tangan pada 5
MOMEN yang telah ditentukan, yakni:
 Sebelum kontak dengan pasien
 Sesudah kontak dengan pasien
 Sebelum tindakan asepsis
 Sesudah terkena cairan tubuh pasien
 Sesudah kontak dengan lingkungan sekitar pasien

Alat Pelindung Diri


Alat yang digunakan untuk melindungi petugas dari pajanan darah, cairan tubuh, ekskreta,
dan selaput lendir pasien seperti sarung tangan, masker, tutup kepala, kacamata
pelindung, apron/ jas, dan sepatu pelindung.
Ada 2 cara cuci tangan yaitu :
1. HANDWASH – dengan air mengalir, waktunya : 40 – 60 detik
2. HANDRUB – dengan gel berbasis alcohol, waktunya : 20 – 30 detik

Prosedur cuci tangan :


1. Semua petugas dan Mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan sebelum
kontak dengan pasien,
2. Semua petugas dan Mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan sebelum
melakukan tindakan aseptik,
3. Semua petugas dan Mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan setelah kontak
dengan pasien,
4. Semua petugas dan Mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan setelah
terpajan dengan cairan tubuh pasien,
5. Semua petugas dan Mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan setelah kontak
dengan area sekitar pasien,
6. Keluarga, pegunjung, relawan dan individu yang berkunjung harus melakukan
kebersihan tangan sebelum makan, setelah makan, setelah dari kamar mandi,
setelah kontak dengan pasien, setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien,
7. Koordinator rawat inap mengecek ketersediaan adanya handrub , poster tentang
kebersihan tangan didinding setiap ruangan pasien,

20
8. Semua petugas dan Mahasiswa melepaskan perhiasan atau jam tangan saat
mencuci tangan,
9. Semua petugas dan mahas iswa harus memotong kuku jika kuku panjang,
10. Semua petugas dan mahasiswa Mencuci tangan dengan air yang mengalir
dibutuhkan waktu 40-60 detik dengan handrub cukup 20-30 detik,
11. Semua petugas dan mahasiswa melakukan kebersihan tangan dengan enam langkah
sesuai dengan langkah yang sudah ditetapkan.

8. Penilaian pasien jatuh pada anak, dewasa dan geriatri


Indikator usaha menurunkan risiko cedera karena jatuh :
1. Semua pasien baru dinilai risiko jatuhnya dan penilaian diulang jika diindikasikan
oleh perubahan kondisi pasien atau pengobatan, dan lainnya.
2. Hasil pengukuran dimonitor dan ditindak lanjuti sesuai derajat risiko jatuh pasien
guna mencegah pasien jatuh serta akibat tak terduga lainnya.

21
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat maka


tuntutan pengelolaan program Keselamatan Kerja di puskesmas semakin tinggi, karena Sumber
Daya Manusia (SDM) puskesmas, pengunjung/pengantar pasien, pasien dan masyarakat
sekitar puskesmas ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan
kerja, baik sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun karena kondisi
sarana dan prasarana yang ada di puskesmas yang tidak memenuhi standar.
Puskesmas sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik
tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan
teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan
pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya.
Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya pasal
165 :”Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya
pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja”. Berdasarkan pasal di
atas maka pengelola tempat kerja di puskesmas mempunyai kewajiban untuk menyehatkan
para tenaga kerjanya. Salah satunya adalah melalui upaya kesehatan kerja disamping
keselamatan kerja. Puskesmas harus menjamin kesehatan dan keselamatan baik terhadap
pasien, penyedia layanan atau pekerja maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi
bahaya di puskesmas.
Program keselamatan kerja di puskesmas merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan mutu pelayanan puskesmas, khususnya dalam hal kesehatan dan keselamatan
bagi SDM puskesmas, pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat sekita.
Tujuan umum
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM puskesmas, aman
dan sehat bagi pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat dan lingkungan sekitar
sehingga proses pelayanan puskesmas berjalan baik dan lancar.
Tujuan khusus
a. Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK (Penyakit Akibat Kerja) dan KAK
(Kecelakaan Akibat Kerja).
b. Peningkatan mutu, citra dan produktivitas puskesmas.

Alat Keselamatan Kerja


1. Pemadam kebakaran (hidrant)
2. Jas
3. Peralatan pembersih
4. Obat-obatan
5. Kapas
6. Plaster pembalut

Aturan umum dalam tata tertib keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk memudahkan
pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja.
b. Pakailah jas (dokter, dokter gigi, analis) saat bekerja
c. Harus mengetahui cara pemakaian alat darurat seperti pemadam kebakaran, eye shower,
respirator, dan alat keselamatan kerja yang lainnya.
d. Buanglah sampah pada tempatnya.
e. Lakukan latihan keselamatan kerja secara periodik.
f. Dilarang merokok

22
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu   (quality control) dalam manajemen mutu merupakan suatu sistem
kegiatan  teknis yang bersifat rutin yang dirancang  untuk mengukur dan menilai mutu produk
atau jasa yang diberikan kepada pelanggan.  Pengendalian mutu pada pelayanan klinis
diperlukan agar produk layanan klinis terjaga kualitasnya sehingga memuaskan masyarakat
sebagai pelanggan.
Ishikawa (1995) menyatakan bahwa pengendalian mutu adalah pelaksanaan langkah-langkah
yang telah direncanakan secara terkendali agar semuanya berlangsung sebagaimana
mestinya, sehingga mutu produk yang direncanakan dapat tercapai dan terjamin. Dalam
pengertian Ishikawa tersirat pula bahwa pengendalian mutu itu dilakukan dengan orientasi pada
kepuasan konsumen. Dalam bahasa layanan kesehatan keseluruhan proses yang
diselenggarakan oleh puskesmas ditujukan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat sebagai
konsumen.

23
BAB IX
PENUTUP

Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di


wilayah kabupaten Indramayu adalah dinas kesehatan kabupaten Indramayu. Sedangkan
Puskesmas bertanggungjawab hanya untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan yang
dibebankan oleh dinas kesehatan kabupaten Indramayu sesuai dengan kemampuannya.
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah mendukung
tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional. Yakni meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah
kerja Puskesmas, agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

24
BAB III
STANDAR FASILITAS

J. Denah Ruang

K. L. M. N. P. Q.

7 8

6 5
PINTU
MASU
K
12
4
1
12

1 11

2 3

25

Anda mungkin juga menyukai