Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Puskesmas Busungbiu II terletak di Jl. Raya Pupuan-Dapdap Putih,
Busungbiu. Memiliki wilayah kerja 5 desa yaitu Desa Sepang, Desa Tista, Desa
Sepang Kelod, Desa Pucaksari, Desa Bongancina
Secara umum Puskesmas merupakan satuan organisasi yang memberikan
kewenangan kemandirian oleh dinas kesehatan untuk melaksanakan satuan tugas
operasional pembangunan di wilayah kerja. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat,
pada Pasal 4 disebutkan bahwasanya puskesmas mempunyai tugas melaksanakan
kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat.
Adapun fungsi puskesmas sebagaimana tertuang pada Pasal 5 Permenkes RI
No 75/2014 meliputi:
1. Penyelenggaraan UKM (upaya kesehatan masyarakat) tingkat pertama di wilayah
kerjanya
2. Penyelenggaraan UKP (upaya kesehatan perorangan) tingkat pertama di wilayah
kerjanya
Selain dua fungsi yang terdapat pada pasal 5, selanjutnya pasal 8
menyebutkan bahwa puskesmas juga dapat berfungsi sebagai wahana pendidikan
tenaga kesehatan.
Puskesmas sebagai salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama memiliki peranan penting dalam sistem kesehatan nasional, khususnya
subsistem upaya kesehatan; Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan nasional
diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan
terpadu. Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama di Puskesmas Busungbiu II
meliputi:
a. Rawat jalan
b. Pelayanan gawat darurat

B. Tujuan Pedoman
Pedoman pelayanan klinis bertujuan untuk menjadi acuan bagi seluruh
aktifitas pelayanan klinis yang dilaksanakan di Puskesmas Busungbiu II, sehingga
pada akhirnya pelayanan klinis dapat meningkatkan kepuasan pelanggan yang pada
akhirnya dapat mendukung pencapaian standar pelayanan minimal (SPM).

1
C. Ruang Lingkup Pelayanan
Ruang lingkup pelayanan klinis di Puskesmas Busungbiu II meliputi:
1. Pendaftaran pasien
Sebelum mendapatkan pelayanan pemeriksaan atau konsultasi kesehatan, pasien
terlebih dahulu mendaftarkan diri di bagian pendaftaran untuk dicatatkan data
sosialnya dan dibuatkan rekam mediknya. Selanjutnya pasien akan diarahkan ke poli
yang dituju.
2. Pemeriksaan pasien Rawat Jalan
Pemeriksaan pasien dilakukan di poliklinik sesuai dengan keluhan dan kondisi pasien.
Pemeriksaan dilakukan di Poli umum, Poli gigi, KIA, jika pasien dengan kondisi
membutuhkan rujukan, maka dilakukan rujukan / tindakan di UGD
3. Pemeriksaan penunjang
Apabila dianggap perlu maka dokter yang memeriksa kondisi pasien dapat merujuk
pasien ke unit penunjang (laboratorium) untuk mendapatkan pemeriksaan penunjang
yang sesuai demi mendapatkan informasi lebih lengkap mengenai kondisi pasien.
4. Pelayanan kefarmasian
Apabila pasien sudah selesai diperiksa dan membutuhkan obat, maka pasien akan
diberi resep yang akan dibawa ke bagian farmasi untuk mendapatkan obat sesuai
dengan yang tertera dalam resep
5. Konsultasi pasien
Pasien yang membutuhkan penjelasan mengenai kondisi kesehatan yang lebih rinci
akan dirujuk ke unit terkait, misalnya konsultasi Gizi atau sanitasi.

D. Batasan Operasional
1. Rawat jalan adalah pelayanan medis yang diberikan kepada pasien untuk
tujuan pengamatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi dan pelayanan
kesehatan lainnya tanpa mengharuskan rawat inap.
2. Pelayanan gawat darurat adalah pelayanan kesehatan yang harus diberikan
secepatnya untuk mencegah terjadinya kematian, keparahan dan kecacatan
sesuai dengan kemampuan puskesmas.
3. Pasien rawat jalan
Pasien puskesmas yang setelah mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
dengan kondisinya dapat pulang ke rumah.
4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan tambahan terhadap pemeriksaan kesehatan yang dilakukan
dokter untuk mendapatkan kepastian diagnosa dan ketepatan terapi terhadap
pasien.

2
5. Konsultasi
Upaya memberikan pengertian dan pengetahuan kepada pasien mengenai hal
hal yang harus diketahui berhubungan dengan kondisi kesehatannya.

E. Landasan Hukum
1. Undang Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang Undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
3. Peraturan menteri Kesehatan No.43 Tahun 2019 Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat

3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia pelayanan klinis


Berikut ini tenaga kesehatan pada pelayanan klinis yang ada di Puskesmas
Busungbiu II :

Pelayanan Profesi Petugas


dr. I Ketut Suantara
Dokter umum dr. Dewa Made Endika S.
dr. Made Surya Listyarini
Ns. Putu Sukabrata, S.Kep

Pengobatan umum Ns. Ni Made Prasetyawati, S.Kep


I Made Suwardana, Amd.Kep
Perawat
I Wayan Sunantra, Amd.Kep
Kadek Yama Diatha, Amd.Kep
Desak Made Erna Ulandari, Amd,Kep
Ns. Kade Juni Arta Yasa, S.Kep

Dokter gigi drg. Ni Ketut Ayu Feriyanti


Pengobatan gigi
Perawat gigi
Komang Purnamawati, Amd.Keb
Ni Kadek Ersiani, Amd.Keb
Kesehatan ibu dan anak Bidan
Ni Wayan Menuh Ratniati, Amd.Keb
Ni Ketut Juliawati, Amd.Keb
Ni Wayan Suastini, Amd.Keb
Kadek Widiartaningsih, Amd.Keb
Ketut Sugiartini, Amd.Keb
Keluarga Berencana Bidan Lodika Diana Sabono, Amd.Keb
Gizi Klinis Ahli Gizi I Wayan Bayu Sukma, Amd.Gz
Laboratorium Analis lab Ni Kadek Alit Ardiani, Amd.AK
Kefarmasian Apoteker Apt. Ni Putu Intan Ratnadi, S.Farm

UGD Perawat Putu Ayu Purba Sari, Amd.Kep

B. Distribusi Ketenagaan dan pengaturan jadwal kegiatan


Pelayanan dapat dilakukan di dalam gedung Puskesmas Induk juga bisa di
lakukan di luar gedung yang berada di Pustu. Sedangkan kegiatan luar gedung
yang dijadwalkan secara rutin adalah kegiatan puskesmas keliling.
 Dokter setiap hari bertugas di balai pengobatan umum dan UGD. Jumlah
dokter ada 3 (tiga) yang masing-masing mempunyai tugasnya sendiri-

4
sendiri sesuai jadwal. Bila ada pertemuan yang menyangkut upaya klinis
yang menjadi tugas keseharian dokter atau yang berkaitan dengan tugas
integrasinya, maka akan didisposisi untuk melakukan pertemuan, sehingga
pelayanan dilayani oleh 1 (satu) dokter dan perawat yang diberi
pelimpahan wewenang. Sedangkan dokter yang satu lagi menangani pasien
di UGD.
 Dokter gigi setiap hari bertugas di BP Gigi atau poli gigi. Jumlah dokter
gigi ada 1 (satu) menempati ruang gigi. Bidan setiap hari melakukan
pelayanan diruangan KIA. Jumlah bidan ada 9 (sembilan) terdiri dari 8
bidan PNS dan 1 bidan kontrak. Masing-masing bidan mempunyai
spesifikasi ketugasan yang berbeda, misalnya sebagai koordinator KIA,
penanggung jawab kesehatan anak atau penanggung jawab pelayanan KB
(Keluarga Berencana). Jika ada undangan pertemuan untuk bidan maka
yang ditugasi adalah disesuaikan dengan ketugasannya, sedangkan untuk
kegiatan puskesmas keliling dilakukan penjadwalan sesuai anggota tim.
Untuk melakukan kegiatan luar gedung, misalnya kunjungan ibu hamil
risiko tinggi, maka bidan akan menyesuaikan dengan kondisi pelayanan
yang ada di puskesmas.
 Perawat setiap hari melakukan ketugasan sesuai jadwal yang dibuat oleh
kepala Puskesmas dan penanggung jawab UKP. Ada dua jenis pelayanan
dalam gedung yang dilakukan perawat yaitu di BP dan UGD. Jumlah
perawat ada 8 (delapan) orang. Perawat dibagi menjadi 2 bagian tempat
kerja yakni 2 (dua) orang di rawat jalan dan 2 (dua) orang di UGD. Setiap
perawat mempunyai tugas integrasi atau tugas lain yang diberikan kepala
puskesmas, misalnya penanggung jawab TB, penanggung jawab PHN dll.
Sehingga jika ada undangan yang menyangkut ketugasanya perawat yang
bersangkutan akan didisposisi mengikuti kegiatan tersebut. Untuk kegiatan
puskesmas keliling, jadwal perawat sesuai dengan angggota tim.
 Nutrisionis setiap hari bertugas di poli gizi. Jumlah nutrisionis ada 1 (satu)
dengan mempunyai tugas integrasi.
 Analis laboratorium setiap hari bertugas di ruang laboratorium. Jumlah
analis ada 1 (satu) ada yang mempunyai tugas integrasi.
 Apoteker setiap hari bertugas di pelayanan farmasi. Jumlah apoteker ada 2
(dua) yang setiap hari dibantu petugas lain yang diberi wewenang
mengelola apotik. Jika petugas Apoteker ada undangan pertemuan maka
pelayanan farmasi dilayani oleh petugas yang diberi wewenang di apotik

5
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Standar Fasilitas
1. Fasilitas dan sarana
Ruang pelayanan pasien di bagi menjadi 2 gedung dipisahkan berdasarkan
tujuan pasien datang. Gedung 1 (satu) terletak paling depan pada bagian Puskesmas
untuk pasien rawat jalan dan pasien yang memerlukan tindakan segera di UGD.
Gedung 2 (dua) berlokasi di belakang gedung pertama untuk pasien yang ingin
melakukan pemeriksaan laboratorium dan pasien yang memerlukan pemeriksaan atau
tindakan di poli KIA / poli KB. Pembagian kedua gedung ini bermaksud untuk
memudahkan pasien untuk mengakses pelayanan kesehatan. Poli umum merupakan
ruangan dengan ruang pemeriksaan dokter, termasuk didalamnya terdapat bed/tempat
tidur pasien. Di depan pintu masuk poli umum terdapat 1 (satu) meja untuk
melakukan anamnesa dan pemeriksaan tanda-tanda vital pada pasien. Ruangan ini
memiliki wastafel sebagai sarana cuci tangan bagi petugas.
Ruang KIA bersebelahan dengan ruang KB. Ketiganya saling terkait,
sehingga memudahkan pemberian pelayanan KIA, seperti pemeriksaan ibu hamil,
pelayanan KB. Ruangan KIA , dilengkapi dengan meja administrasi, 2 (dua) bed
pemeriksaan, lemari peralatan dan perangkat komputer pendukung sistem informasi
puskesmas yang diletakkan di atas meja dekat pintu masuk ruang KIA. Ruang KB
terdapat 1 (satu) tempat tidur tindakan dan 1 (satu) tempat tidur ginekologi,
sterilisator, wastafel dan lemari. Untuk penimbangan dan tinggi badan serta tensi
darah dilakukan di meja depan KIA dilakukan setiap hari Senin dan Rabu.
Ruang pelayanan Gigi dilakukan oleh 1 (satu) dokter gigi. Ruangan ini
dilengkapi peralatan yang sudah memadai seperti satu dental unit, almari alat,
sterilisator, wastafel dan 1 (satu) meja administrasi.
Ruang Konsultasi Gizi memiliki ruang tersendiri sehingga memberikan
privasi kepada pasien untuk dapat berkonsultasi kepada petugas dengan nyaman.
Selain itu petugas juga lebih mudah dan nyaman ketika menyusun program maupun
menyusun laporan karena memiliki ruangan tersendiri yang akan menunjang
kinerjanya. Ruang ini terdiri dari tiga meja kerja untuk konsultasi, timbangan,
wastafel, seperangkat alat bantu peraga seperti food model yang diletakkan di dalam
lemari.
Ruang laboratorium terdiri dari 1 ruangan terdiri dari : 1 ruangan untuk
menerima pasien dan ruang tunggu, 1 ruangan untuk pengambilan sampel IMS, 1
ruangan untuk pemeriksaan laboratorium, dan 1 ruangan untuk pemeriksaan BTA
dilengkapi dengan kamar mandi. Fasilitas yang lain terdapat 2 (dua) meja kerja yang
digunakan untuk penerimaan pasien, meja komputer dan komputer sebagai

6
pendukung sistem informasi Puskesmas, 1 (satu) almari untuk penyimpanan alat dan
bahan laboratorium dan untuk dokumentasi, wastafel, dan beberapa peralatan
pemeriksaan laboratorium.
Ruang farmasi terdiri dari 1 ruangan, yaitu ruang untuk pelayanan obat dan
ruang tempat penyimpanan obat. Ruang pelayanan obat terletak bersebelahan dengan
tempat penyimpanan obat, dilengkapi dengan almari obat, meja peracikan obat dan
seperangkat komputer untuk pendukung sistem informasi Puskesmas. Ruang
penyimpanan obat dilengkapi dengan rak-rak penyimpanan obat.
Ruang UGD terdapat 1 ruangan. Terdapat 2 bed tindakan, kursi roda, brankar,
sketsel, lemari obat dan alat, troly, timbangan bayi dan dewasa. Dilengkapi peralatan
yang lain.
2. Peralatan
Ruang Alat
Poli Umum  Tensimeter
 stetoskop
 termometer
 senter
 timbangan
 pengukur tinggi badan
 pita pengukur

BP Gigi  scaling elektric


 light curing
 cabut gigi permanen
 tang cabut gigi decidui
 plastis instrumen
 sonde
 exavator
 pincet
 kaca mulut
 scalpel
 elevator
 tensimeter
 stetoscope
 dll
Ruang KIA  tensimeter
 stetoskop
 stetoskop laennec
 termometer
 doppler

7
 KB set
 USG
 Midline
 Spuit
 Pita pengukur lila
 Hammer
 Pengukur panggul
 Timbangan bayi
 Timbangan dewasa
 Pengukur tinggi badan
Ruang laboratorium  Centrifuge darah
 Centrifuge urine
 Box fiksasi
 Lampu spiritus
 Objek glass
 Deck galass
 Tabung
 Mikroskop
 Spuit
Ruang farmasi  Timbangan obat
 Blender
 Laminator
 Kalkulator
 Plastik obat
 Mesin puyer
 Kertas puyer
 Label obat
 Sendok obat
Pendaftaran  alat tulis
 buku register
 rak status
 komputer
 nomor antrian
 Lemari
UGD  Tabung O2
 Nebulizer set
 Lampu tindakan
 Sterilisator
 Sketsel
 Heacting set
 Spuit
 Aligator
 Nierbeken
 Kom
 Tromol kassa

8
 Timbangan bayi
 Timbangan dewasa
 Stetoscope
 Tensimeter
 Termometer

9
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. BP Umum
1. Petugas Penanggung jawab
 Dokter
2. Perangkat Kerja
 Tensimeter
 Stetoskop
 Termometer
3. Tatalaksana
 Petugas melakukan pemanggilan pasien.
 Petugas melakukan anamnesa untuk mengetahui keluhan dan kondisi
pasien lebih lanjut dan memeriksa tanda vital pasien, kemudian
mencatatkannya di rekam medis. Pasien dipersilakan menuju meja
dokter.
 Dokter melakukan pemeriksaan terhadap pasien dan mencatatkannya
di rekam medis. Bila dokter merasa pasien perlu mendapatkan
pemeriksaan lebih lanjut, maka dokter akan membuat surat rujukan
baik internal atau eksternal dan memberikannya kepada pasien. Bila
tidak, maka pasien mendapatkan resep sesuai kondisi penyakitnya.

B. BP Gigi
1. Petugas Penanggung jawab
 Dokter gigi
2. Perangkat kerja
 Tensi meter
 Stetoskop
 Dental unit
3. Tatalaksana
 Petugas memanggil pasien.
 Pasien masuk ke dalam ruangan poli gigi.
 Petugas melakukan anamnesa dan pemeriksaan tanda vital pasien
dan mencatatkannya di rekam medis. Pasien disiapkan di kursi gigi
untuk diperiksa dokter.
 Dokter memeriksa kondisi kesehatan mulut pasien dan
mencatatkannya di rekam medis. Bila pasien memerlukan tindakan
perawatan gigi, maka dokter gigi akan melakukan tindakan. Bila

10
tidak dan pasien membutuhan obat, maka dokter akan menuliskan
resep untuk pengambilan obat di farmasi.

C. KIA dan KB
1. Petugas Penanggung jawab
 Bidan
2. Perangkat Kerja
 Tensi meter
 Stetoskop
 Doppler
 Spuit
3. Tatalaksana
 Petugas memanggil pasien.
 Pasien masuk ke poli KIA.
 Petugas akan melakukan anamnesa dan pemeriksaan tanda vital
serta mencatatakannya di rekam medis.
 Pasien ibu hamil yang akan memeriksakan kehamilannya akan
dipersilakan naik ke bed periksa untuk dilakukan pemeriksaan
kondisi kehamilannya. Hasil pemeriksaan akan dicatat di rekam
medis.
 Bila memerlukan pemeriksaan penunjang yang lain, ibu hamil akan
dirujuk internal. Bila memerlukan imunisasi akan diberi imunisasi.
 Bila sudah selesai ibu hamil diberi resep untuk pengambilan
vitamin atau obat lainnya.
 Pasien bayi yang akan immunisasi akan diperiksa dulu apakah
cukup sehat untuk mendapatkan immunisasi hari ini.
 Bila kondisi bayi sehat, maka bayi akan diberi jenis imunisasi
sesuai jadwalnya. Untuk jenis imunisasi yang dapat menimbulkan
demam, kepada orang tua bayi akan deberi resep pengambilan obat
penurun panas.
 Pasien peserta KB akan dilakukan pemeriksaan dan konsultasi,
kemudian akan diberikan pelayanan KB sesuai keinginan pasien.
 Pasien yang akan dilakukan tindakan KB segera menuju ke poli KB
untuk mendapatkan tindakan.
 Pasien calon pengantin akan dilakukan pemeriksaan dan konsultasi.
Bila memerlukan imunisasi, maka calon pengantin akan diberi
imunisasi.

11
D. Laboratorium

1. Petugas Penanggung jawab


 Analis laboratorium
2. Perangkat Kerja
 Alat pelindung Diri
 Microscope
 Centrifuge
 Alat periksa gula darah, asam urat dan kolesterol
 Rotator
 Fotometer
 Hematologi analiser
 dll
3. Tatalaksana
 Petugas memanggil pasien sesuai dengan nomor urutnya dan
menerima surat permintaan laboratorium yang dibawa dari perujuk.
 Petugas menyiapkan peralatan dan bahan reagen yang sesuai dengan
pemeriksaan yang akan dilakukan.
 Petugas menerima spesimen yang akan diperiksa, atau petugas sendiri
yang melakukan pengambilan spesimen dari pasien.
 Petugas mempersilakan pasien menunggu diluar sementara petugas
melakukan pemeriksaan terhadap spesimen.
 Bila hasil pemeriksaan sudah keluar, petugas memanggil pasien dan
menyerahkan hasil pemeriksaan laboratorium untuk diserahkan ke unit
perujuk.
 Jika ada permintaan laboratorium petugas laboratorium segera
mengambil lembar permintaan laboratorium yang diselipkan di RM
pasien.
 Petugas laboratorium menyiapkan alat dan reagennya.
 Petugas laboratorium mengambil sampel yang akan diperiksa pada
pasien.
 Petugas memberikan hasil laboratorium kepada petugas rawat jalan
untuk di follow up.

12
E. Farmasi
1. Petugas Penanggung jawab
 Apoteker
2. Perangkat Kerja
 Alat tulis
 Blender obat
 Kertas pembungkus obat
 Plastik pembungkus obat
 Alat pembungkus obat
3. Tatalaksana
 Pasien meletakkan lembar resep di kerangjang yang telah disediakan
dan menunggu obat disiapkan.
 Petugas mengambil lembar resep dan membacanya untuk memastikan
resep dapat dibaca dengan jelas dan obat-obat yang tertulis di dalam
lembar resep tersedia.
 Apabila ada keraguan atau kekurangjelasan, maka petugas akan
menanyakan kepada petugas yang menulis resep.
 Petugas kemudian menyiapkan obat yang tertera di resep dan
memasukkannya ke dalam bungkus plastik, menuliskan informasi
penggunaan obat di bungkusnya dan kemudian menyerahkannya
kepada pasien.
 Sambil menyerahkan obat, petugas juga menyampaikan informasi
yang perlu diketahui pasien atau keluarganya sehubungan dengan
penggunaan obat.

F. UGD
1. Petugas Penanggung Jawab
Dokter
2. Perangkat Kerja
 Stetoskop
 Tensimeter
 Termometer
 Heacting set
 Nebulizer
 Dll
3. Tatalaksana
 Pasien masuk UGD

13
 Petugas menyarankan pasien tidur ditempat tidur tindakan
 Petugas/dokter melakukan anamnesa dan pemeriksaan TTV.
 Petugas / dokter melakukan pemeriksaan lain secara head to toe
 Pasien diberi tindakan sesuai dengan keluhanya.
 Pasien di perbolehkan pulang setelah menyelesaikan administrasi.
 Sebelum pulang pasien diberi informasi tentang kapan kontrol,
apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan selama perawatan
di rumah.

14
BAB V
LOGISTIK

Untuk menunjang terselenggaranya pelayanan klinis yang bermutu, maka


perlu didukung oleh penyediaan logistik yang memadai dan optimal, melalui
perencanaan yang baik dan berdasarkan kebutuhan masyarakat dan usulan pemegang
program yang sudah berdasarkan hasil pemetaan masalah. Ketersediaan logistik harus
dijamin kecukupannya dan pemeliharaan yang sudah dianggarkan dan dijadwalkan.
Pengadaan alat dan bahan dalam pelaksanaan upaya klinis Puskesmas
diselenggarakan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

15
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Ada enam sasaran keselamatan pasien, yaitu:


1. Tidak terjadinya kesalahan identifikasi pasien
2. Komunikasi efektif
3. Tidak terjadinya kesalahan pemberian obat
4. Tidak terjadinya kesalahan prosedur tindakan medis dan keperawatan
5. Pengurangan terjadinya resiko infeksi di Puskesmas
6. Tidak Terjadinya pasien jatuh
Upaya Puskesmas untuk mencapai enam sasaran keselamatan pasien tersebut adalah :
1. Melakukan identifikasi pasien dengan benar
Indikator melakukan identifikasi pasien secara benar adalah:
a. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, seperti nama
pasien dan tanggal lahir pasien.
b. Pasien diidentifikasi sebelum melakukan pemberian obat atau tindakan
lainnya.
c. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah, dan spesimen lain untuk
keperluan pemeriksaan.
d. Pasien diidentifikasi sebelum memberikan perawatan atau prosedur
lainnya.
Prosedur dalam identifikasi pasien :
1. Petugas Puskesmas mengidentifikasi pasien dilakukan mulai saat pasien
mendaftar, memperoleh pelayanan sampai pasien pulang terutama pasien
anak dan bayi,
2. Petugas Puskesmas mengawali dengan memperkenalkan diri pada pasien,
3. Petugas Puskesmas menanyakan data pasien meliputi: nama lengkap
pasien, umur/tanggal lahir dan pernah berobat di Puskesmas Busungbiu II
untuk pencarian nomor rekam medis yang lama (Jangan menyebutkan
nama atau menanyakan apakah nama pasien sudah benar,
Sebaliknya, minta pasien untuk menyebutkan namanya),
4. Setiap sebelum memberikan pelayanan pasien, petugas rawat jalan harus
melakukan identifikasi pasien,
5. Petugas Puskesmas menggunakan komunikasi aktif (berupa pertanyaan
terbuka) dalam mengidentifikasi pasien,
6. Petugas rawat jalan memberikan pertanyaan terbuka menanyakan nama
lengkap pasien; “Siapa nama lengkap Bapak / Ibu?”

16
7. Saat pasien menyebutkan nama lengkapnya, petugas rawat jalan
mencocokkan dengan identitas pasien.
8. Petugas Puskesmas memberikan pertanyaan terbuka menanyakan tanggal
lahir pasien / umur ; “Kapan tanggal lahir/ umur Bapak / Ibu?”
9. Saat pasien menyebutkan tanggal lahirnya, Petugas Puskesmas
mencocokkan dengan identitas pasien.
10. Petugas Puskesmas dapat melanjutkan pelayanan medis yang akan
diberikannya bila kedua identitas yang disebutkan pasien telah sesuai
dengan yang tercantum dalam identitas,
11. Petugas Puskesmas melakukan konfirmasi dengan keluarga bila salah satu
identitas yang disebutkan pasien tidak sesuai dengan yang tercantum dalam
identitas,
12. Petugas Puskesmas menjelaskan kepada pasien mengenai pelayanan medis
yang akan diberikannya.
13. Pada kondisi pasien yang tidak dapat berkomunikasi misal pada pasien
tidak sadar, tidak dapat berkomunikasi karena terhalang masalah bahasa
dan tidak ada penterjemah, karena usia (bayi), gangguan kognitif (dementia
atau kelainan mental), Identifikasi dilakukan dengan memeriksa Nama
lengkap pasien dan Identitas lain (seperti tanggal lahir, KTP) pada
identitas pasien, dicocokan dengan informasi yang telah dimiliki ruang
rawat jalan (rekam medis, resep, atau tabung spesimen).

2. Meningkatkan komunikasi efektif


Prosedurnya adalah :
Metode Komunikasi Verbal
1. Petugas rawat jalan melaporkan kondisi pasien / hasil test laboratorium
yang kritis kepada Dokter penaggung jawab menggunakan teknik
Komunikasi SBAR (Situation – Background – Assessment -
Recommendation),
2. Dokter memberi instruksi verbal kepada petugas rawat jalan,
3. Petugas rawat jalan menerapkan write down read back / TBaK (Tulis Baca
Kembali),
4. Petugas rawat jalan yang menerima instruksi per telepon / lisan / hasil test
laboratorium yang kritis menuliskan / Tulis (write down) pesan yang
disampaikan pengirim di catatan terintegrasi,
5. Petugas rawat jalan yang menerima instruksi secara verbal / lisan
bertanggung jawab untuk mencatat instruksi tersebut pada lembar catatan
terintegrasi di status rekam medis pasien meliputi :
a. Tanggal dan jam pesan diterima.

17
b. Dosis yang akan diberikan dan waktu pemberian harus spesifik untuk
menghindari kesalahan penafsiran.
6. Petugas rawat jalan membacakan kembali / BaK (read back) kepada
pengirim pesan per telepon / lisan untuk konfirmasi kebenaran pesan yang
dituliskan, termasuk nama pasien, tanggal lahir dan diagnosis. Setelah
dituliskan, pesan / hasil test laboratorium yang kritis,
7. Petugas rawat jalan menulis nama dokter yang memberikan pesan,
8. Petugas rawat jalan menulis nama dan tanda tangan sebagai tanda yang
menerima pesan,
9. Petugas rawat jalan memverifikasi dokter pengirim pesan dengan
menandatangani catatan pesan yang ditulis penerima pesan sebagai tanda
persetujuan dalam waktu 1 x 24 jam.
Metode Komunikasi Tertulis:
10. Dokter menuliskan instruksi harus dilakukan secara lengkap dapat terbaca
dengan jelas agar sumber instruksi dapat dilacak bila diperlukan verifikasi,
11. Dokter harus menuliskan nama lengkap dan tanda tangan penulis, serta
tanggal dan waktu penulisan instruksi setiap penulisan instruksi,
12. Dalam menuliskan instruksi dokter hendaknya menghindari penggunaan
singkatan, akronim, dan simbol yang berpotensi menimbulkan masalah
dalam penulisan instruksi dan dokumentasi medis (misalnya catatan
lanjutan keperawatan, anamnesis, pemeriksaan fisis, pengkajian awal
keperawatan),
13. Koordinator rawat jalan melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan
komunikasi efektif di tiap unit masing-masing,
14. Koordinator rawat jalan merencanakan tindak lanjut jika pelaksanaan tidak
sesuai dengan tujuan.

3. Penerapan 7 benar dalam menunjang medication safety

Prosedur

a. Benar Pasien:
1. Petugas menggunakan minimal 2 identitas pasien dalam
mengidentifikasi pasien,
2. Petugas mencocokkan obat yang akan diberikan dengan instruksi terapi
tertulis,
3. Petugas menganamnesis riwayat alergi pasien,
4. Petugas menganamnesis kehamilan / menyusui,
5. Petugas menganamnesis lengkap riwayat obat / penggunaan obat saat ini
dan membuat daftar obat- obat tersebut,

18
6. Petugas membandingkan pemberian obat saat ini dengan daftar obat
yang digunakan pasien di rumah (termasuk kelalaian, duplikasi,
penyesuaian, kehilangan / menghilangkan, interaksi, atau tambahan
obat).
7. Petugas mengidentifikasi pasien yang akan mendapat obat dengan
kewaspadaan tinggi dilakukan oleh dua orang yang kompeten (double
check).

b. Benar Obat
8. Petugas memberi label semua obat dan tempat obat (syringes, cangkir
obat, baskom obat), dan larutan lain.
9. Petugas menuliskan pada label nama obat, kekuatan, jumlah,
kuantitas, pengenceran dan volume, tanggal persiapan, tanggal
kadaluarsa jika tidak digunakan dalam 24 jam dan tanggal kadaluarsa
jika kurang dari 24 jam.
10. Petugas melakukan verifikasi semua obat dan larutan minimal 2 orang
secara verbal dan visual jika orang yang menyiapkan obat bukan yang
memberikannya ke pasien,
11. Petugas melakukan pemberian label tiap obat atau larutan segera setelah
obat disiapkan jika tidak segera diberikan,
12. Petugas memberi label pada syringes setelah obat disiapkan / diisi
(jangan pada saat syringe masih kosong)
13. Petugas menyiapkan satu obat atau larutan pada satu saat. Beri label
hanya untuk satu obat atau larutan pada satu saat,
14. Petugas membuang segera setiap obat atau larutan yang tidak ada
labelnya,
15. Saat pergantian tugas / jaga, petugas mereview semua obat dan larutan
oleh petugas lama dan petugas baru secara bersama,
16. Petugas mengubah daftar obat / kardeks jika terdapat perubahan obat,
17. Dua petugas yang berkompeten mengecek kebenaran jenis obat yang
perlu kewaspadaan tinggi,
c. Benar Dosis
18. Dua orang yang berkompeten mengecek dan menghitung (double cek)
jika ada untuk dosis / volume obat, terutama yang memerlukan
kewaspadaan tinggi,
19. Petugas mengkonsultasikan dengan dokter yang menuliskan resep jika
ragu,
20. Petugas saat menyiapkan obat berkonsentrasi penuh untuk menghindari
gangguan.

19
d. Benar Waktu
21. Petugas memberikan obat dan menginformasikan sesuai waktu yang
ditentukan:
 sebelum makan, setelah makan, saat makan.
 Perhatikan waktu pemberian:
 3 x sehari  tiap 8 jam.
 2 x sehari  tiap 12 jam. Sehari sekali  tiap 24 jam. Selang sehari
 tiap 48 jam
22. Petugas memberikan obat dengan segera setelah diinstruksikan oleh
dokter,
23. Petugas meneliti dengan benar bahwa obat belum memasuki masa
kadaluarsa.
e. Benar Cara / Route Pemberian
24. Petugas memberikan obat sesuai dengan cara pemberian obat, bentuk
dan jenis obat :
 Slow-Release tidak boleh digerus
 Enteric coated tidak boleh digerus.
 Obat-obat yang akan diberikan per NGT sebaiknya adalah obat
cair / sirup,
25. Petugas dalam memberikan obat obat sedapat mungkin berjarak dan
jadwal pemberian obat dan nutrisi juga berjarak.
f. Benar Dokumentasi
26. Petugas mendokumentasikan setiap perubahan yang terjadi pada pasien
setelah mendapat obat,
27. Petugas langsung menuliskan bukti nama dan tanda tangan / paraf
setelah memberikan obat pada dokumen rekam medik,
28. Petugas / dokter menuliskan nama dan paraf jika ada perubahan jenis /
dosis / jadwal / cara pemberian obat
29. Dokter memberikan coretan dan terakhir garis (ujungnya) diberi paraf
jika penulisan resep salah,
Contoh:
Lasix tab, 1 x 40 mg Jcmd  Lasix inj, 1 x 40 mg iv.
30. Petugas mendokumentasikan respon pasien terhadap pengobatan : Efek
Samping Obat (ESO) dicatat dalam rekam medik & Form Pelaporan
Insiden + Formulir Pelaporan Efek Samping Obat
31. Petugas melaporkan Insiden dikirim ke Tim Keselamatan Pasien di Unit
Pelayanan Jaminan Mutu. Pelaporan Efek Samping Obat dikirim ke
Komite Farmasi dan Terapi,

20
32. Petugas mendokumentasikan KNC (Kejadian Nyaris Cedera) terkait
pengobatan :
 Format Pelaporan Insiden ke Tim Keselamatan Pasien.
 Dokumentasikan Kejadian Tidak Diharapkan
 Format Pelaporan Insiden ke Tim Keselamatan Pasien.
g. Benar Informasi
33. Petugas mengkomunikasikan semua rencana tindakan / pengobatan
harus dikomunikasikan pada pasien & atau keluarganya,
34. Petugas menjelaskan tujuan & cara mengkonsumsi obat yang benar,
35. Petugas menjelaskan efek samping yang mungkin timbul.
36. Petugas mengkomunikasikan rencana lama terapi pada pasien,

4. Pengkajian resep obat


Prosedur :
A. Pengkajian resep dari aspek administratif dan farmasetik :
1. Petugas memeriksa identitas pasien : nama pasien, nomor rekam
medis, penjamin, ruang rawat, berat badan (terutama pada pasien
pediatri),
2. Petugas memeriksa kelengkapan resep : diagnosis, nama dokter yang
merawat, nama obat, bentuk sediaan obat, jumlah obat, dan aturan
pakai,
3. Jika tertera pada aturan pakai “p.r.n” (“pro re nata” atau jika perlu),
maka petugas mengkonfirmasi kedokter yang bersangkutan untuk
mengetahui dosis maksimal sehari sehingga etiket bisa dilengkapi dan
diketahui jumlah obat yang dibutuhkan,
4. Petugas memeriksa adanya masalah lain seperti masalah keuangan atau
kelengkapan persyaratan resep jaminan,
5. Petugas memeriksa adanya kesesuaian dengan pedoman pelayanan /
peraturan yang berlaku,

B. Pengkajian dari aspek klinik


6. Petugas memeriksa ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan
obat, terutama untuk pasien pediatri dan geriatric,
7. Petugas memeriksa adanya duplikasi obat,
8. Petugas memeriksa adanya alergi pada pasien disesuaikan dengan
rekam medic,
9. Petugas memeriksa adanya interaksi obat,
10. Petugas memeriksa adanya kontraindikasi,

21
11. Petugas mengidentifikasi masalah-masalah yang berkaitan dengan
resep / instruksi pengobatan,
C. Penanganan Resep yang Bermasalah
12. Apoteker / asisten apoteker menghubungi dokter penulis resep /
perawat sesuai dengan instruksi Kerja Penanganan Resep Tidak Jelas,
13. Dokter / perawat mencoret tulisan yang tidak jelas tersebut dan
menulis perbaikan di atas coretan kemudian membubuhkan paraf dan
tidak boleh menindih dengan tulisan yang baru,
14. Jika dokter tidak dapat datang untuk memperbaiki resep apoteker /
asisten apoteker / perawat dapat mengubah resep dokter dengan
memberi catatan nama dokter dan waktu (tanggal dan jam)
dilakukannya konfirmasi,
15. Jika dalam menulis resep dokter / perawat terdapat lebih dari 2 (dua)
coretan maka harus diganti dengan lembar resep baru,
16. Jika dokter / perawat dalam menulis tanggal pada resep harus diganti
dengan resep baru.

5. Melakukan tindakan skin test sebelum memberikan injeksi antibiotik


Prosedur :
1) Dokter mencatat terapi obat injeksi di dalam rekam medis
2) Petugas selalu melakukan skin test dengan memasukkan obat yang akan
diberikan secara intra kutan
3) Petugas mengecek hasil test setelah 3-5 menit
4) Jika terdapat tanda–tanda alergi misal durasi membesar, kemerahan dan
pasien merasakan gatal disekeliling tempat suntikan, maka dinyatakan hasil
skin test positif
5) Jika tanda-tanda di atas tidak ada, maka dinyatakan negatif dan obat bisa
diberikan melalui intra vena.

6. Pengurangan Terjadinya Resiko Infeksi di Puskesmas


Penerapan cuci tangan dengan benar di setiap sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien
Indikator Usaha Menurunkan Infeksi Nosokomial:
a. Menggunakan panduan hand hygiene terbaru yang diakui umum.
b. Mengimplementasikan program kebersihan tangan yang efektif.
Semua petugas di rumah sakit termasuk dokter melakukan kebersihan tangan
pada 5 MOMEN yang telah ditentukan, yakni:
 Sebelum kontak dengan pasien
 Sesudah kontak dengan pasien

22
 Sebelum tindakan asepsis
 Sesudah terkena cairan tubuh pasien
 Sesudah kontak dengan lingkungan sekitar pasien

Alat Pelindung Diri


Alat yang digunakan untuk melindungi petugas dari pajanan darah, cairan
tubuh, ekskreta, dan selaput lendir pasien seperti sarung tangan, masker, tutup
kepala, kacamata pelindung, apron / jas, dan sepatu pelindung.
Ada 2 cara cuci tangan yaitu :
1. HANDWASH – dengan air mengalir, waktunya : 40 – 60 detik
2. HANDRUB – dengan gel berbasis alcohol, waktunya : 20 – 30 detik

Prosedur cuci tangan :


1. Semua petugas harus melakukan kebersihan tangan sebelum kontak dengan
pasien,
2. Semua petugas harus melakukan kebersihan tangan sebelum melakukan
tindakan aseptik,
3. Semua petugas harus melakukan kebersihan tangan setelah kontak dengan
pasien,
4. Semua petugas harus melakukan kebersihan tangan setelah terpajan dengan
cairan tubuh pasien,
5. Semua petugas harus melakukan kebersihan tangan setelah kontak dengan
area sekitar pasien,
6. Keluarga, pengunjung, relawan dan individu yang berkunjung harus
melakukan kebersihan tangan sebelum makan, setelah makan, setelah dari
kamar mandi, setelah kontak dengan pasien, setelah kontak dengan
lingkungan sekitar pasien,
7. Koordinator rawat jalan mengecek ketersediaan adanya handrub, poster
tentang kebersihan tangan di dinding setiap ruangan pasien,
8. Semua petugas melepaskan perhiasan atau jam tangan saat mencuci tangan,
9. Semua petugas harus memotong kuku jika kuku panjang,
10. Semua petugas mencuci tangan dengan air yang mengalir dibutuhkan
waktu 40-60 detik dengan handrub cukup 20-30 detik,
11. Semua petugas melakukan kebersihan tangan dengan enam langkah sesuai
dengan langkah yang sudah ditetapkan.

23
7. Penilaian pasien jatuh pada anak, dewasa dan geriatri
Indikator usaha menurunkan risiko cedera karena jatuh :
1. Semua pasien baru dinilai risiko jatuhnya dan penilaian diulang jika
diindikasikan oleh perubahan kondisi pasien atau pengobatan, dan
lainnya.
2. Hasil pengukuran dimonitor dan ditindak lanjuti sesuai derajat risiko
jatuh pasien guna mencegah pasien jatuh serta akibat tak terduga lainnya.

24
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh


masyarakat maka tuntutan pengelolaan program Keselamatan Kerja di puskesmas
semakin tinggi, karena Sumber Daya Manusia (SDM) puskesmas, pengunjung /
pengantar pasien, pasien dan masyarakat sekitar puskesmas ingin mendapatkan
perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja, baik sebagai dampak
proses kegiatan pemberian pelayanan maupun karena kondisi sarana dan prasarana
yang ada di puskesmas yang tidak memenuhi standar.
Puskesmas sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan
karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus
tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya pasal
165 : ”Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan
melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga
kerja”. Berdasarkan pasal di atas maka pengelola tempat kerja di puskesmas
mempunyai kewajiban untuk menyehatkan para tenaga kerjanya. Salah satunya
adalah melalui upaya kesehatan kerja disamping keselamatan kerja. Puskesmas harus
menjamin kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyedia layanan atau
pekerja maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di puskesmas.
Program keselamatan kerja di puskesmas merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan mutu pelayanan puskesmas, khususnya dalam hal kesehatan dan
keselamatan bagi SDM puskesmas, pasien, pengunjung / pengantar pasien,
masyarakat sekitar.

Tujuan umum
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM puskesmas,
aman dan sehat bagi pasien, pengunjung / pengantar pasien, masyarakat dan
lingkungan sekitar sehingga proses pelayanan puskesmas berjalan baik dan lancar.

Tujuan khusus
a. Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK (Penyakit Akibat Kerja)
dan KAK (Kecelakaan Akibat Kerja).
b. Peningkatan mutu, citra dan produktivitas puskesmas.

25
Alat Keselamatan Kerja
1. Pemadam kebakaran (hidrant)
2. Jas
3. Peralatan pembersih
4. Obat-obatan
5. Kapas
6. Plaster pembalut

Aturan umum dalam tata tertib keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk
memudahkan pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja.
b. Pakailah jas (dokter, dokter gigi, analis) saat bekerja
c. Harus mengetahui cara pemakaian alat darurat seperti pemadam kebakaran, eye
shower, respirator, dan alat keselamatan kerja yang lainnya.
d. Buanglah sampah pada tempatnya.
e. Lakukan latihan keselamatan kerja secara periodik.
f. Dilarang merokok

26
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu (quality control) dalam manajemen mutu merupakan suatu sistem
kegiatan  teknis yang bersifat rutin yang dirancang  untuk mengukur dan menilai
mutu produk atau jasa yang diberikan kepada pelanggan.  Pengendalian mutu pada
pelayanan klinis diperlukan agar produk layanan klinis terjaga kualitasnya sehingga
memuaskan masyarakat sebagai pelanggan.
Ishikawa (1995) menyatakan bahwa pengendalian mutu adalah pelaksanaan langkah-
langkah yang telah direncanakan secara terkendali agar semuanya berlangsung
sebagaimana mestinya, sehingga mutu produk yang direncanakan dapat tercapai dan
terjamin. Dalam pengertian Ishikawa tersirat pula bahwa pengendalian mutu itu
dilakukan dengan orientasi pada kepuasan konsumen. Dalam bahasa layanan
kesehatan keseluruhan proses yang diselenggarakan oleh puskesmas ditujukan pada
pemenuhan kebutuhan masyarakat sebagai konsumen.

27
BAB IX
PENUTUP

Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan


kesehatan di wilayah kabupaten Buleleng adalah dinas kesehatan kabupaten
Buleleng. Sedangkan Puskesmas bertanggung jawab hanya untuk sebagian upaya
pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan kabupaten Buleleng
sesuai dengan kemampuannya. Tujuan pembangunan kesehatan yang
diselenggarakan oleh Puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan
kesehatan nasional. Yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas, agar
terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

28

Anda mungkin juga menyukai