Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Puskesmas Karangdadap terletak di jalan raya Karangdadap. Wilayah
kerja puskesmas meliputi wilayah Kecamatan Karangdadap, dengan batas
wilayah sebagi berikut :
Sebelah Utara : Kecamatan Buaran

Sebelah Selatan : Kecamatan Warungasem

Sebelah Barat : Kecamatan Doro

Sebelah Timur : Kecamatan Kedungwuni

Adapun jumlah desa ada 11 desa dengan luas 2.099.868 Ha


dengan desa terjauh Kaligawe dimana jaraknya ± 6 km dari puskemas induk.

1
Secara umum Puskesmas merupakan satuan organisasi yang
memberikan kewenangan kemandirian oleh dinas kesehatan untuk
melaksanakan satuan tugas operasional pembangunan di wilayah kerja.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun
2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, pada Pasal 4 disebutkan
bahwasanya puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan
kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat.
Adapun fungsi puskesmas sebagaimana tertuang pada Pasal 5
Permenkes RI No 75/2014 meliputi:
1. Penyelenggaraan UKM (upaya kesehatan masyarakat) tingkat
pertama di wilayah kerjanya
2. Penyelenggaraan UKP (upaya kesehatan perorangan) tingkat
pertama di wilayah kerjanya
Selain dua fungsi yang terdapat pada pasal 5, selanjutnya pasal 8
menyebutkan bahwa puskesmas juga dapat berfungsi sebagai wahana pendidikan
tenaga kesehatan.
Puskesmas sebagai salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama memiliki peranan penting dalam sistem kesehatan nasional, khususnya
subsistem upaya kesehatan; Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan
nasional diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh,
berjenjang dan terpadu. Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama di
Puskesmas Karangdadap meliputi:
a. Rawat jalan
b. Pelayanan gawat darurat
c. Rawat Inap
d. Persalinan/Poned

B. Tujuan Pedoman
Pedoman pelayanan klinis bertujuan untuk menjadi acuan bagi seluruh
aktifitas pelayanan klinis yang dilaksanakan di Puskesmas Karangdadap, sehingga
pada akhirnya pelayanan klinis dapat meningkatkan kepuasan pelanggan yang pada
akhirnya dapat mendukung pencapaian standar pelayanan minimal (SPM).

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang lingkup pelayanan klinis di Puskesmas Karangdadap meliputi:

1. Pendaftaran pasien
Sebelum mendapatkan pelayanan pemeriksaan atau konsultasi kesehatan,
pasien terlebih dahulu mendaftarkan diri di bagian pendafaran untuk dicatatkan data
sosialnya dan dibuatkan rekam mediknya. Selanjutnya pasien akan diarahkan ke
tempat pelayanan yang dituju.

2
2. Pemeriksaan pasien Rawat Jalan
Pemeriksaan pasien dilakukan di ruang pelayanan sesuai dengan keluhan
dan kondisi pasien. Pemeriksaan dilakukan di ruangan pemeriksaan umum untuk
pasien yang berusia ≥ 6 tahun, ruangan kesehatan anak untuk pasien yang berumur
< 6 tahun, ruangan kesehatan gigi dan mulut, ruangan Kesehatan Ibu dan
Imuniswasi, ruangan KB dan IVA. Jika pasien dengan kondisi membutuhkan
rujukan, maka rujukan tidak gawat darurat dilakukan oleh petugas di ruadilakukan
rujukan rawat inap atau Tindakan di UGD

3. Pemeriksaan penunjang
Apabila dianggap perlu maka dokter yang memeriksa kondisi pasien dapat
merujuk pasien ke unit penunjang (laboratorium) untuk mendapatkan pemeriksaan
penunjang yang sesuai demi mendapatkan informasi lebih lengkap mengenai
kondisi pasien.

4. Pelayanan kefarmasian
Apabila pasien sudah selesai diperiksa dan membutuhkan obat, maka pasien
akan diberi resep yang akan dibawa ke bagian farmasi untuk mendapatkan obat
sesuai dengan yang tertera dalam resep

5. Konsultasi pasien
Pasien yang membutuhkan penjelasan mengenai kondisi kesehatan yang
lebih rinci akan dirujuk ke klinik konsultasi terkait, misalnya klinik konsultasi gizi atau
klinik sanitasi.

D. Batasan Operasional
1. Rawat jalan adalah pelayanan medis yang diberikan kepada pasien untuk
tujuan pengamatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi dan pelayanan
kesehatan lainnya tanpa mengharuskan rawat inap.
2. Pelayanan gawat darurat adalah pelayanan kesehatan yang harus diberikan
secepatnya untuk mencegah terjadinya kematian, keparahan dan kecacatan
sesuai dengan kemampuan puskesmas.
3. Rawat Inap adalah pelayanan medis yang diberikan kepada pasien untuk
tujuan pengamatan, diagnostis, pengobatan.
4. Persalinan/Poned adalah pelayanan obstetri neonatal emergensi dasar yang
diberikan untuk ibu hamil, ibu bersalin dan bayi baru lahir untuk tujuan
pelayanan kehamilan resiko tinggi, pertolongan persalinan, pertolongan bayi
baru lahir normal, stabilisasi kasus persalinan dan neonatal resiko tinggi
sesuai kewenangan Poned.
5. Pasien rawat jalan
Pasien rawat jalan adalah pasien puskesmas yang setelah
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan kondisinya dapat pulang
ke rumah atau mendapat rujukan tidak gawat darurat ke rumah sakit.

3
6. Pasien gawat darurat
Pasien gawat darurat adalah pasien puskesmas yang mendapat
pertolongan gawat darurat sesuai Triase dan bisa segera pulang untuk yang
berlabel hijau, dirawat inap di puskesmas untuk yang berlabel kuning dan
dilakukan rujukan untuk yangf berlabel merah.
7. Pasien rawat inap
Pasien rawat inap adalah pasien puskesmas yang mendapatkan
pelayanan kesehatan umum yang dengan kondisi tertentu harus dilakukan
perawatan lebih lanjut di Puskesmas.
8. Pasien persalinan/ poned
Pasien persalinan/poned adalah pasien Puskesmas yang
mendapatkan pelayanan kehamilan resiko tinggi, pertolongan persalinan,
pertolongan bayi baru lahir normal, stabilisasi persalinan resiko tinggi dan
penanganan neonatal resiko tinggi
9. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan tambahan terhadap pemeriksaan kesehatan yang
dilakukan dokter untuk mendapatkan kepastian diagnosa dan ketepatan
terapi terhadap pasien.
10. Konsultasi
Upaya memberikan pengertian dan pengetahuan kepada pasien
mengenai hal hal yang harus diketahui berhubungan dengan kondisi
kesehatannya.

E. Landasan Hukum
1. Undang Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang Undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
3. Peraturan menteri Kesehatan No.75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat

4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia pelayanan klinis


Berikut ini tenaga kesehatan pada pelayanan klinis yang ada di Puskesmas
Karangdadap:

Pelayanan Profesi Petugas


dr. Ekp Wigiantoro,
Dokter umum dr. Sri Sulistiyawati,
Ilmiyah, AMK
Ikhwatina,AMK

Pemeriksaan umum Perawat Sarduki , AMK


Choirul Anwar ,AMK
Adin Sutanto,AMK
Retno Hidayah, S. Kep
Djumaroh, S. Kep
Dokter gigi drg. M. Asmuni
Pengobatan gigi
Perawat gigi Astri Wijayanti, AMKg
Dwi Ernawati, A.Md Keb
Kesehatan ibu Bidan Musarofah, A.Md Keb
Bidan desa yang piket
Imunisasi Bidan Sri Yuniarti, A. Md Keb
Keluarga Berencana Bidan Nurnaningsih, SSiT
dan IVA
Klinik Gizi Ahli Gizi Yoga Yuwono, AMG
Klinik Sanitasi Ahli Sanitasi Elmi Aniyati, Amd
Laboratorium Analis lab Indah Kurniawati, AMAK
Yunita Purbayani, AMAK
Kefarmasian Apoteker Ita Puspitasa, S.Farm. Apt
Gawat Darurat Perawat Sigit Prasetyo, AMK
Amin Dyah Nawang Wulan, S. Kep
Abdul Aziz, S. Kep
Zumaroh, AMK
Yuli Handayani, AMK
Sri Maryati, AMK
Pinky Putro Wiliyarso,AMK
Rosiana Rudini, AMK

5
Rawat Inap Perawat Abdul Aziz, S. Kep
Sigit Prasetyo, AMK
Amin Dyah Nawang Wulan, S. Kep
Zumaroh, AMK
Yuli Handayani, AMK
Sri Maryati, AMK
Pinky Putro Wiliyarso,AMK
Rosiana Rudini, AMK
Nurul Aftina
Nurhayati
Persalinan/PONED Bidan Tadziroh, Amd. Keb
Sulis Karyawati, Amd. Keb
Diana Novita Sari, Amd. Keb
Siti Mutmainah, Amd. Keb
Indana Inayatul Ulya, Amd. Keb
Anisa Ulfa, Amd. Keb
Sri Listiarini, Amd. Keb
Dewi Karniati, Amd. Keb
Rosa Noviana, Amd. Keb

B. Distribusi Ketenagaan dan pengaturan jadwal kegiatan


Puskesmas Karangdadap memiliki 2 (dua) puskesmas pembantu,
sehingga pelayanan dapat dilakukan di dalam gedung Puskesmas Induk juga
bisa di lakukan di luar gedung yang berada di Puskesmas Pembantu
Pegandon yang buka setiap hari kerja mulai jam 07.30 sampai denganpukul
12.00 dan Puskesmas Pembantu Kedungkebo yang buka mulai jam 08.00
sampai dengan pukul 11.00 . Sedangkan kegiatan luar gedung yang
dijadwalkan secara rutin adalah kegiatan puskesmas keliling yaitu 5
puskesmas keliling setiap bulan yang dimulai jam 08.00 sampai 11.00.
 Dokter setiap hari bertugas di ruangan pemeriksaan umum, Gawat
Darurat dan Rawat Inap. Jumlah dokter ada 2 (dua) yang masing-masing
mempunyai tugasnya sesuai jadwal. Bila ada pertemuan yang
menyangkut upaya klinis yang menjadi tugas keseharian dokter atau yang
berkaitan dengan tugas integrasinya, maka akan diatur pelimpahan
wewenang ke dokter lain dan atau ada pendelegasian wewenang ke
paramedis untuk melakukan pelayanan. Sedangkan untuk kegiatan di luar
gedung, seperti pelayanan di puskesmas pembantu dan puskesmas
keliling dilakukan oleh dokter dan perawat sesuai jadwal yang telah
ditetapkan.

6
 Perawat gigi setiap hari bertugas di ruangan kesehatan Gigi dan Mulut.
Jumlah dokter gigi ada 1 (satu). Dokter Gigi bertugas sebagai konsulen,
karena mempunyai tugas pokok sebagai kepala puskesmas.
 Bidan setiap hari melakukan pelayanan diruangan Kesehatan Ibu,
Kesehatan Anak, Imunisasi, KB dan IVA. Jumlah bidan ada 24 (dua puluh
empat) terdiri dari 4 bidan Puskesmas, 11 bidan desa dan 9 bidan
Persalinan/Poned. Masing-masing bidan mempunyai spesifikasi
ketugasan yang berbeda, misalnya sebagai bidan koordinator KIA,
penanggung jawab kesehatan anak, penanggung jawab imunisasi,
penanggung jawab pelayanan KB (Keluarga Berencana) dan IVA
(Inspeksi Visual dengan Asam Asetat), Penanggung jawab Persalinan/
PONED dan Bidan desa. Jika ada undangan pertemuan untuk bidan maka
yang ditugasi adalah disesuaikan dengan ketugasannya, sedangkan untuk
kegiatan puskesmas keliling dilakukan penjadwalan sesuai anggota tim.
Untuk melakukan kegiatan luar gedung, misalnya kunjungan ibu hamil
risiko tinggi, maka bidan akan menyesuaikan dengan kondisi pelayanan
yang ada di puskesmas.
 Perawat setiap hari melakukan ketugasan sesuai jadwal yang telah
ditetapkan. Dalam pembuatan jadwal perawat yang bertugas pada rawat
jalan dibuat oleh koordinator rawat jalan, sedangkan penjadwalan rawat
Inap dibuat oleh koordinator rawat inap. Ada tiga jenis pelayanan dalam
gedung yang dilakukan perawat yaitu di ruangan pemeriksaan umum,
ruangan Gawat Darurat dan tindakan dan ruangan Rawat Inap. Jumlah
perawat ada 17 (tujuh belas) orang. Perawat dibagi menjadi 2 bagian
tempat kerja yakni 7 ( tujuh) orang di rawat jalan dan 10 (sepuluh) orang di
ruangan Gawat Darurat dan Rawat Inap. Setiap perawat mempunyai
tugas integrasi atau tugas lain yang diberikan kepala puskesmas,
misalnya penanggung jawab TB, penanggung jawab PHN dll. Sehingga
jika ada undangan yang menyangkut ketugasanya perawat yang
bersangkutan akan didisposisi mengikuti kegiatan tersebut. Untuk
kegiatan puskesmas keliling, jadwal perawat sesuai dengan angggota tim.
 Perawat gigi setiap hari bertugas di poli gigi bersama dokter gigi. Jumlah
perawat gigi ada 1 (satu) yang memiliki tugas integrasi.
 Nutrisionis setiap hari bertugas di poli gizi. Jumlah nutrisionis ada 1 (satu)
dengan mempunyai tugas integrasi sebagai bendahara JKN.
 Analis laboratorium setiap hari bertugas di ruang laboratorium. Jumlah
analis ada 2 (dua) ada yang mempunyai tugas integrasi.
 Apoteker setiap hari bertugas di pelayanan farmasi. Jumlah apoteker ada
1 (satu) yang setiap hari dibantu petugas lain yang diberi wewenang
mengelola apotik. Jika petugas Apoteker ada undangan pertemuan maka
pelayanan farmasi dilayani oleh petugas yang diberi wewenang di apotik..

7
8
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

Pintu masuk GEDUNG RAWAT JALAN

PONED A B C D

E F
KAN LAB G
TIN
I
J
H

GA
RA K L M N O
SI
P Q
S
A
GEDUNG RAWAT INAP R

T H K J C A2 A1 M
1

T F G R E D I T B B B

GEDUNG GEDUNG GEDUNG


RAWAT JALAN RAWAT JALAN RAWAT INAP
A : Poli umum O : Toilet Petugas A 1 : R. Arjuna 1
B : Apotik P : Tempat parkir A2 : R.Arjuna 2
C : Poli Gigi karyawan B : R. Bima
D : Poli KIA Q : Gudang C : R. Rama
E : Poli Gizi R : Ruang TB D : R. Sinta
F : Poli KB MDR E : R. Nakula
G : Pendaftaran F : R. Sadewa
H : Ruang Laktasi G : R. Gudang
I : Ruang DOT R : Penyimpanan
J : Aula RM
K : Tempat T : Toilet Pasien
penyimpanan H : UGD
imunisasi I : R. Isolasi
L : Toilet Umum J : R. Perawat
M :Ruang Dokter K : R. Adm.dan
N : Ruang TU Keperawatan
B. Standar Fasilitas

9
1. Fasilitas dan sarana
Ruang pelayanan pasien di bagi menjadi 4 gedung dipisahkan berdasarkan
tujuan pasien datang. Gedung 1 (satu) terletak paling depan pada bagian
Puskesmas untuk pasien rawat jalan, Gedung 2 (dua) berlokasi di belakang gedung
rawat jalan untuk pasien rawat inap dan pasien yang memerlukan tindakan segera
di UGD. Gedung 3 (tiga) berlokasi disamping sebelah kiri gedung pertama untuk
pasien yang ingin melakukan pemeriksaan laboratorium serta gedung 4 (empat)
terletak disamping laboratorium untuk pasien yang memerlukan tindakan proses
persalinan yang disebut PONED. Pembagian keempat gedung ini bermaksud untuk
memudahkan pasien untuk mengakses pelayanan kesehatan. Poli umum
merupakan ruangan dengan ruang pemeriksaan dokter, termasuk didalamnya
terdapat bed/tempat tidur pasien. Di depan pintu masuk poli umum terdapat 1 (satu)
meja untuk melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pada pasien sedangkan 2
(dua) meja di dalam poli umum digunakan untuk pemeriksaan yang dilakukan oleh
dokter atau perawat.
Ruangan ini memiliki wastafel sebagai sarana cuci tangan bagi petugas.
Selain itu ruangan ini memiliki seperangkat komputer sebagai bagian dari sistem
informasi puskesmas yang terhubung dengan server untuk memasukkan data
pasien pada sistem informasi puskesmas.
Ruang KIA bersebelahan dengan ruang KB, sisi depan ruang KIA adalah
ruang laktasi. Ketiganya saling terkait, sehingga memudahkan pemberian pelayanan
KIA, seperti pemeriksaan ibu hamil, pelayanan KB, pemeriksaan calon pengantin
serta pemberian imunisasi pada balita. Ruangan KIA , dilengkapi dengan meja
administrasi, 2 (dua) bed pemeriksaan, lemari peralatan dan perangkat komputer
pendukung sistem informasi puskesmas yang diletakkan di atas meja dekat pintu
masuk ruang KIA. Ruang KB terdapat 1 (satu) tempat tidur tindakan dan 1 (satu)
tempat tidur ginekologi, sterilisator, wastafel dan lemari. Untuk penimbangan dan
tinggi badan serta tensi darah dilakukan di meja depan KIA dilakukan setiap hari
Rabu.
Ruang pelayanan Gigi dilakukan oleh 1 (satu) dokter gigi dan 1 (satu)
perawat gigi. Ruangan ini dilengkapi peralatan yang sudah memadai seperti satu
dental unit, almari alat, sterilisator, wastafel dan 2 (dua) meja administrasi.
Dilengkapi dengan komputer sebagai pendukung sistem informasi Puskesmas
Ruang Konsultasi Gizi memiliki ruang tersendiri sehingga memberikan privasi
kepada pasien untuk dapat berkonsultasi kepada petugas dengan nyaman. Selain
itu petugas juga lebih mudah dan nyaman ketika menyusun program maupun
menyusun laporan karena memiliki ruangan tersendiri yang akan menunjang
kinerjanya. Ruang ini terdiri dari dua meja kerja untuk konsultasi, timbangan,
wastafel, seperangkat alat bantu peraga seperti food model yang diletakkan di dalam
lemari dan dilengkapi dengan ruang bermain anak.
Ruang laboratorium terdiri dari 5 ruanganterdiri dari : 1 ruangan untuk
menerima pasien dan ruang tunggu, 1 ruangan untuk pengambilan sampel IMS, 1
ruangan untuk pemeriksaan laboratorium, 1 ruangan untuk konseling VCT, dan 1

10
ruangan untuk pemeriksaan BTA dilengkapi dengan kamar mandi. Fasilitas yang
lain terdapat 3 (tiga) meja kerja yang digunakan untuk penerimaan pasien, meja
komputer dan komputer sebagai pendukung sistem informasi Puskesmas, dan
untuk konseling VCT, 2 (dua) almari untuk penyimpanan alat dan bahan
laboratorium dan satu lemari lagi untuk dokumentasi dan obat VCT, wastafel, lemari
es dan beberapa peralatan pemeriksaan laboratorium.
Ruang farmasi terdiri dari 2 ruangan, yaitu ruang untuk pelayanan obat dan
ruang tempat penyimpanan obat. Ruang pelayanan obat terletak bersebelahan
dengan tempat penyimpanan obat, dilengkapi dengan almari obat, meja peracikan
obat dan seperangkat komputer untuk pendukung sistem informasi Puskesmas.
Ruang penyimpanan obat dilengkapi dengan AC dan rak-rak penyimpanan obat.
Ruang PONED terdiri dari 7 ruangan terdiri dari : ruang tunggu, ruang
tindakan, ruang bidan , ruang nifas, ruang bayi, gudang, ruang cuci alat. Fasilitas
pada PONED terdiri dari : 1 tempat tidur ginekologi, 1 tempat tidur tindakan, 2
tempat tidur nifas, 4 tempat tidur bayi, 1 lemari es, 3 kamar mandi di ruang tindakan,
bidan dan di ruang nifas, dilengkapi dengan peralatan kebidanan yang lain.
Ruang UGD terdapat 1 ruangan. Terdapat 3 bed tindakan, kursi roda,
brankar, sketsel, lemari obat dan alat, troly, timbangan bayi dan dewasa. Dilengkapi
peralatan yang lain.
Ruang Rawat Inap terdiri dari : Ruang keperawatan, ruang perawat dan
ruang pasien yang terdiri dari 26 bed. 4 ( empat) bed untuk pasien anak dan 21 bed
untuk pasien dewasa serta 1 bed untuk pasien isolasi. Di rawat inap juga dilengkapi
dengan peralatan yang menunjang pelayanan kepada pasien.
2. Peralatan
Ruang Alat
Poli Umum  Tensimeter
 stetoskop
 termometer
 senter
 timbangan
 pengukur tinggi badan
 pita pengukur

BP Gigi  scaling elektric


 light curing
 cabut gigi permanen
 tang cabut gigi decidui
 plastis instrumen
 sonde
 exavator
 pincet

11
 kaca mulut
 scalpel
 elevator
 tensimeter
 stetoscope
 dll
Ruang KIA  tensimeter
 stetoskop
 stetoskop laennec
 termometer
 doppler
 KB set
 USG
 Midline
 Spuit
 Pita pengukur lila

 Hammer
 Pengukur panggul
 Timbangan bayi
 Timbangan dewasa
 Pengukur tinggi badan
Ruang laboratorium  Centrifuge darah
 Centrifuge urine
 Box fiksasi
 Lampu spiritus
 Objek glass
 Deck galass
 Tabung
 Mikroskop
 Spuit
Ruang farmasi  Timbangan obat
 Blender
 Laminator
 Kalkulator
 Plastik obat
 Mesin puyer
 Kertas puyer
 Label obat
 Sendok obat
Pendaftaran  alat tulis
 buku register
 rak status
 komputer

12
 nomor antrian
 Lemari
PONED  Partus set
 Stetoscope
 Doppler
 Tensi meter
 Timbangan Dewasa
 Timbangan bayi
 Vacum ekstraksi set
 Curetase set
 Leanec
 Midline
 Slim secher
 Oksigen
 Infram warmer
 Incubator
 Hb Set
 Stirilisator
 Nebulizer
 Resusitasi set bayi
Rawat Inap dan UGD  Tabung O2 dan humidifier
 Nebulizer set
 Suction
 Lampu tindakan
 Sterilisator
 Sketsel
 Heacting set
 Spuit
 Aligator
 Nierbeken
 Kom
 Tromol kassa
 Timbangan bayi
 Timbangan dewasa
 Stetoscope
 Tensimeter
 Termometer

13
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. BP Umum
1. Petugas Penanggung jawab
 Dokter
2. Perangkat Kerja
 Tensimeter
 Stetoskop
 Termometer
3. Tatalaksana
 Petugas melakukan pemanggilan pasien.
 Petugas melakukan anamnese untuk mengetahui keluhan dan kondisi
pasien lebih lanjut dan memeriksa tanda vital pasien, kemudian
mencatatkannya di rekam medis. Pasien dipersilakan menuju meja
dokter.
 Dokter melakukan pemeriksaan terhadap pasien dan
mencatatkannya di rekam medis. Bila dokter merasa pasien perlu
mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut, maka dokter akan membuat
surat rujukan baik internal atau eksternal dan memberikannya kepada
pasien. Bila tidak, maka pasien mendapatkan resep sesuai kondisi
penyakitnya.

B. BP Gigi
1. Petugas Penanggung jawab
 Dokter gigi
 Perawat gigi
2. Perangkat kerja
 Tensi meter
 Stetoskop
 Dental unit
3. Tatalaksana
 Petugas memanggil pasien.
 Pasien masuk ke dalam ruangan poli gigi.
 Petugas melakukan anamnese dan pemeriksaan tanda vital pasien
dan mencatatkannya di rekam medis. Pasien disiapkan di kursi gigi
untuk diperiksa dokter.
 Dokter memeriksa kondisi kesehatan mulut pasien dan
mencatatkannya di rekam medis. Bila pasien memerlukan tindakan
perawatan gigi, maka dokter gigi akan melakukan tindakan. Bila
tidak dan pasien membutuhan obat, maka dokter akan menuliskan
resep untuk pengambilan obat di farmasi.

14
C. KIA dan KB
1. Petugas Penanggung jawab
 Bidan
2. Perangkat Kerja
 Tensi meter
 Stetoskop
 Doppler
 Spuit
 USG
3. Tatalaksana
 Petugas memanggil pasien.
 Pasien masuk ke poli KIA.
 Petugas akan melakukan anamnese dan pemeriksaan tanda vital
serta mencatatakannya di rekam medis.
 Pasien ibu hamil yang akan memeriksakan kehamilannya akan
dipersilakan naik ke bed periksa untuk dilakukan pemeriksaan
kondisi kehamilannya. Hasil pemeriksaan akan dicatat di rekam
medis.
 Bila memerlukan pemeriksaan penunjang yang lain, ibu hamil akan
dirujuk internal. Bila memerlukan imunisasi akan diberi immunisasi.
 Bila sudah selesai ibu hamil diberi resep untuk pengambilan
vitamin atau obat lainnya.
 Pasien bayi yang akan immunisasi akan diperiksa dulu apakah
cukup sehat untuk mendapatkan immunisasi hari ini.
 Bila kondisi bayi sehat, maka bayi akan diberi jenis immunisasi
sesuai jadwalnya. Untuk jenis immunisasi yang dapat menimbulkan
demam, kepada orang tua bayi akan deberi resep pengambilan
obat penurun panas.
 Pasien peserta KB akan dilakukan pemeriksaan dan konsultasi,
kemudian akan diberikan pelayanan KB sesuai keinginan pasien.
 Pasien yang akan dilakukan tindakan KB segera menuju ke poli KB
untuk mendapatkan tindakan.
 Pasien calon pengantin akan dilakukan pemeriksaan dan
konsultasi. Bila memerlukan immunisasi, maka calon pengantin
akan diberi immunisasi.

D. Laboratorium

1. Petugas Penanggung jawab


 Analis laboratorium
2. Perangkat Kerja

15
 Alat pelindung Diri
 Microscope
 Centrifuge
 Alat periksa gula darah, asam urat dan kolesterol
 Rotator
 Fotometer
 Hematologi analiser
 dll
3. Tatalaksana
 Petugas memanggil pasien sesuai dengan nomor urutnya dan
menerima surat permintaan laboratorium yang dibawa dari perujuk.
 Petugas menyiapkan peralatan dan bahan reagen yang sesuai
dengan pemeriksaan yang akan dilakukan.
 Petugas menerima spesimen yang akan diperiksa, atau petugas
sendiri yang melakukan pengambilan spesimen dari pasien.
 Petugas mempersilakan pasien menunggu diluar sementara petugas
melakukan pemeriksaan terhadap spesimen.
 Bila hasil pemeriksaan sudah keluar, petugas memanggil pasien dan
menyerahkan hasil pemeriksaan laboratorium untuk diserahkan ke
unit perujuk.
 Untuk pasien rawat inap, petugas laboratorium mendatangi ruang
rawat inap dan memeriksa RM untuk melihat apakah ada permintaan
laboratorium.
 Jika ada permintaan laboratorium petugas laboratorium segera
mengambil lembar permintaan laboratorium yang diselipkan di RM
pasien.
 Petugas laboratorium menyiapkan alat dan reagennya.
 Petugas laboratorium mengambil sampel yang akan diperiksa pada
pasien.
 Petugas memberikan hasil laboratorium kepada petugas rawat inap
untuk di follow up.

E. Farmasi
1. Petugas Penanggung jawab
 Apoteker
2. Perangkat Kerja
 Alat tulis
 Blender obat
 Kertas pembungkus obat
 Plastik pembungkus obat

16
 Alat pembungkus obat
3. Tatalaksana
 Pasien meletakkan lembar resep di kerangjang yang telah disediakan
dan menunggu obat disiapkan.
 Petugas mengambil lembar resep dan membacanya untuk
memastikan resep dapat dibaca dengan jelas dan obat-obat yang
tertulis di dalam lembar resep tersedia.
 Apabila ada keraguan atau kekurangjelasan, maka petugas akan
menanyakan kepada petugas yang menulis resep.
 Petugas kemudian menyiapkan obat yang tertera di resep dan
memasukkannya ke dalam bungkus plastik, menuliskan informasi
penggunaan obat di bungkusnya dan kemudian menyerahkannya
kepada pasien.
 Sambil menyerahkan obat, petugas juga menyampaikan informasi
yang perlu diketahui pasien atau keluarganya sehubungan dengan
penggunaan obat.

F. UGD DAN RAWAT INAP


1. Petugas Penanggung Jawab
Dokter
2. Perangkat Kerja
 Stetoskop
 Tensimeter
 Termometer
 Heacting set
 Nebulizer
 Dll
3. Tatalaksana
 Pasien masuk UGD
 Petugas menyarankan pasien tidur ditempat tidur tindakan
 Petugas/dokter melakukan anamnesa dan pemeriksaan TTV.
 Petugas / dokter melakukan pemeriksaan lain secara head to toe
 Bila pasien inidak indikasi mondok langsung diberi tindakan
pemasangan infus
 Jika pasien tidak indikasi mondok diberi tindakan sesuai dengan
keluhanya.
 Pasien yang indikasi mondok langsung dimasukkan ke dalam
ruang rawat inap.
 Pasien yang tidak indikasi mondok di perbolehkan pulang setelah
menyelesaikan administrasi.

17
 Sebelum pulang pasien diberi informasi tentang kapan kontrol,
apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan selama
perawatan di rumah.

18
BAB V
LOGISTIK

Untuk menunjang terselenggaranya pelayanan klinis yang bermutu, maka


perlu didukung oleh penyediaan logistik yang memadai dan optimal, melalui
perencanaan yang baik dan berdasarkan kebutuhan masyarakat dan usulan
pemegang program yang sudah berdasarkan hasil pemetaan masalah. Ketersediaan
logistik harus dijamin kecukupannya dan pemeliharaan yang sudah dianggarkan dan
dijadwalkan. Pengadaan alat dan bahan dalam pelaksanaan upaya klinis
Puskesmas diselenggarakan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

19
Ada enam sasaran keselamatan pasien, yaitu:
1. Tidak terjadinya kesalahan identifikasi pasien
2. Komunikasi efektif
3. Tidak terjadinya kesalahan pemberian obat
4. Tidak terjadinya kesalahan prosedur tindakan medis dan keperawatan
5. Pengurangan terjadinya resiko infeksi di Puskesmas
6. Tidak Terjadinya pasien jatuh
Upaya Puskesmas untuk mencapai enam sasaran keselamatan pasien tersebut
adalah :
1. Melakukan identifikasi pasien dengan benar
Indikator melakukan identifikasi pasien secara benar adalah:
a. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, seperti nama
pasien dan tanggal lahir pasien, tidak termasuk nomor dan lokasi kamar.
b. Pasien diidentifikasi sebelum  melakukan pemberian obat atau tindakan
lainnya.
c. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah, dan specimen lain untuk
keperluan pemeriksaan.
d. Pasien diidentifikasi sebelum memberikan perawatan atau prosedur
lainnya.
Prosedur dalam identifikasi pasien :
1. Petugas Puskesmas mengidentifikasi pasien dilakukan mulai saat pasien
mendaftar, memperoleh pelayanan sampai pasien pulang terutama
pasien anak dan bayi,
2. Petugas Puskesmas mengawali dengan memperkenalkan diri pada
pasien,
3. Petugas Puskesmas menanyakan data pasien meliputi: nama lengkap
pasien, umur/tanggal lahir dan pernah di rawat di Puskesmas
Karangdadap untuk pencarian nomor rekam medis yang lama (Jangan
menyebutkan nama atau menanyakan apakah nama pasien sudah
benar, Sebaliknya, minta pasien untuk menyebutkan namanya),
4. Setiap sebelum memberikan pelayanan pasien, petugas rawat inap
harus melakukan identifikasi pasien,
5. Petugas Puskesmas menggunakan komunikasi aktif (berupa pertanyaan
terbuka) dalam mengidentifikasi pasien ,
6. Petugas rawat inap memberikan pertanyaan terbuka menanyakan
nama lengkap pasien; “Siapa nama lengkap Bapak / Ibu?”
7. Saat pasien menyebutkan nama lengkapnya, petugas rawat inap
mencocokkan dengan gelang identitas pasien.
8. Petugas Puskesmas memberikan pertanyaan terbuka menanyakan
tanggal lahir pasien/ umur ; “Kapan tanggal lahir/ umur Bapak / Ibu?”
9. Saat pasien menyebutkan tanggal lahirnya, Petugas Puskesmas
mencocokkan dengan gelang identitas pasien.

20
10. Petugas Puskesmas dapat melanjutkan pelayanan medis yang akan
diberikannya bila kedua identitas yang disebutkan pasien telah sesuai
dengan yang tercantum dalam gelang identitas,
11. Petugas Puskesmas melakukan konfirmasi dengan keluarga bila salah
satu identitas yang disebutkan pasien tidak sesuai dengan yang tercantum
dalam gelang identitas,
12. Petugas Puskesmas menjelaskan kepada pasien mengenai pelayanan
medis yang akan diberikannya.
13. Pada kondisi pasien yang tidak dapat berkomunikasi mis pada pasien
tidak sadar , tidak dapat berkomunikasi karena terhalang masalah
bahasa dan tidak ada penterjemah, karena usia (bayi), gangguan kognitif
(dementia atau kelainan mental), Identifikasi dilakukan dengan
memeriksa Nama lengkap pasien dan Identitas lain (seperti tanggal lahir,
KTP) pada gelang identitas pasien, dicocokan dengan informasi yang
telah dimiliki ruang rawat inap (rekam medis, resep, atau tabung
specimen).
14. Petugas Puskesmas yang memasang gelang identitas pasien harus
menuliskan tanggal dan jam masuk Puskesmas pada gelang
identitas,Untuk identifikasi pasien terlantar/ tidak ada keluarga,
15. Petugas Puskesmas dalam mengidentifikasi pasien terlantar/ tidak ada
keluarga (Mr X1, Mr X2 dst) dengan mencocokkan gelang identitas pasien
yang meliputi nama pasien, tanggal dan jam masuk UGD Puskesmas dan
nomor rekam medis,
16. Dalam mengidentifikasi bayi baru lahir petugas Puskesmas memberikan
gelang identitas bayi lahir dengan memberikan nama lengkap ibu (Contoh:
By Ny. Ana Suryana) dan nomor rekam medis ibu. Dalam waktu 24 jam
pada gelang identitas bayi ditambahkan nomor rekam medis bayi dan
dibuatkan rekam medik baru dan terpisah dari ibu,
17. Petugas Puskesmas memberikan gelang identitas sesuai waktu bayi lahir
dengan memberikan nama ibu dan nomor rekam medis ibu ditambah
nomor urut kelahiran (Contoh: By Ny. Ana Suryana 1, By. Ny Ana Suryana
2) untuk mengidentifikasi bayi kembar baru lahir,
18. Koordinator rawat inap dan PONED melakukan monitoring dan evaluasi
pelaksanaan identifikasi pasien di tiap-tiap unit masing-masing,
Koordinator rawat inap dan PONED merencanakan tindak lanjut jika
pelaksanaan tidak sesuai dengan tujuan.
2. Pemasangan Gelang Identifikasi Pasien
Prosedur pemasangan gelang pasien yang benar adalah
a) Petugas Puskesmas menganamnesa identitas pasien pada saat proses
identifikasi pasien,
b) Petugas Puskesmas membuat label pada gelang identitas pasien memuat
4 (empat) identitas pasien, yaitu nama lengkap di sisi kiri atas, tanggal
lahir/ umur di sisi kiri bawah, jenis kelamin (P untuk perempuan dan L

21
Tn. Abdul Ghofur 313.10.88
13 Februari 1986 (28) L
untuk laki-laki) di sisi kanan bawah, dan nomor rekam medis di sisi kanan
atas.

c) Petugas UGD dan PONED memasangkan gelang identitas pasien


sewaktu pasien masuk pada unitnya masing-masing,
d) Petugas menanyakan nama lengkap dan tanggal lahir pasien sebelum
memasangkan gelang identitas pasien,
e) Petugas memasang gelang identitas pasien pada tangan yang tidak
dipasang infuse,
f) Pasang gelang identitas pasien dengan memberi ruang/ jarak kulit dengan
gelang ± 2 cm. (lihat gambar)

g) Petugas mengganti gelang identitas bila selama perawatan gelang


identitas rusak atau terjadi infeksi pada lokasi pemasangan gelang, .
h) Petugas melepaskan gelang identitas di ruang rawat inap / PONED bila
pasien pulang atau meninggal oleh perawat/ bidan penanggung jawab
pasien,
i) Petugas melepaskan gelang identitas dengan cara memasukkan jari
diantara tangan pasien dan gelang Identitas kemudian menggunting
gelang identitas tersebut,

Cara pengguntingan lihat gambar

a) Petugas membuang gelang yang sudah digunting ke tempat sampah,

22
b) Bila pasien menolak pemasangan gelang identitas maka pasien
harus menandatangani formulir penolakan tindakan,
c) Koordinator rawat inap dan PONED melakukan monitoring dan evaluasi
pelaksanaan pemasangan gelang identifikasi pasien di tiap-tiap unit
masing-masing,
d) Koordinator rawat inap dan PONED merencanakan tindak lanjut jika
pelaksanaan tidak sesuai dengan tujuan.

3. Meningkatkan komunikasi effektif


Prosedurnya adalah :
Metode Komunikasi Verbal
1. Petugas rawat inap/ PONED melaporkan kondisi pasien/ hasil test
laboratorium yang kritis kepada Dokter penaggungjawab menggunakan
teknik Komunikasi SBAR (Situation - Background – Assessment –
Recommendation),
2. Dokter memberi instruksi verbal kepada maka Petugas rawat inap/
PONED,
3. Petugas rawat inap/ PONED menerapkan write down read back/ TBaK 
Tulis Baca Kembali,
4. Petugas rawat inap/ PONED yang menerima instruksi per telepon/ lisan/
hasil test laboratorium yang kritis menuliskan/ Tulis (write down) pesan
yang disampaikan pengirim di catatan terintegrasi,
5. Petugas rawat inap/ PONED yang menerima instruksi secara verbal /
lisan bertanggung jawab untuk mencatat instruksi tersebut pada lembar
catatan terintegrasi di status rekam medis pasien meliputi :
a. Tanggal dan jam pesan diterima.
b. Dosis yang akan diberikan dan waktu pemberian harus spesifik
untuk menghindari kesalahan penafsiran.
6. Petugas rawat inap/ PONED membacakan kembali /BaK (read back)
kepada pengirim pesan per telepon/ lisan untuk konfirmasi kebenaran
pesan yang dituliskan, termasuk nama pasien, tanggal lahir dan
diagnosis.setelah dituliskan, pesan/ hasil test laboratorium yang kritis ,
7. Petugas rawat inap/ PONED menulis nama dokter yang memberikan
pesan,
8. Petugas rawat inap/ PONED menulis nama dan tanda tangan sebagai
tanda yang menerima pesan,
9. Petugas rawat inap/ PONED memverifikasi dokter pengirim pesan dengan
menandatangani catatan pesan yang ditulis penerima pesan sebagai
tanda persetujuan dalam waktu 1 x 24 jam.
Metode Komunikasi Tertulis:
10. Dokter menuliskan instruksi harus dilakukan secara lengkap dapat terbaca
dengan jelas agar sumber instruksi dapat dilacak bila diperlukan verifikasi,

23
11. Dokter menuliskan harus menuliskan nama lengkap dan tanda tangan
penulis, serta tanggal dan waktu penulisan instruksi setiap penulisan
instruksi,
12. Dalam menuliskan instruksi dokter hendaknya menghindari penggunaan
singkatan, akronim, dan simbol yang berpotensi menimbulkan masalah
dalam penulisan instruksi dan dokumentasi medis (misalnya catatan
lanjutan keperawatan, anamnesis, pemeriksaan fisis, pengkajian awal
keperawatan,),
13. Koordinator rawat inap dan Persalinan/PONED melakukan monitoring dan
evaluasi pelaksanaan komunikasi effektif di tiap-tiap unit masing-masing,
14. Koordinator rawat inap dan Persalinan/PONED merencanakan tindak
lanjut jika pelaksanaan tidak sesuai dengan tujuan.

4. Penerapan 7 benar dalam menunjang medication safety

Prosedur

a. Benar Pasien:
1. Petugas menggunakan minimal 2 identitas pasien dalam
mengidentifikasi pasien,
2. Petugas mencocokkan obat yang akan diberikan dengan instruksi
terapi tertulis,
3. Petugas menganamnesis riwayat alergi pasien,
4. Petugas menganamnesis kehamilan/ menyusui,
5. Petugas menganamnesis lengkap riwayat obat/ penggunaan obat saat
ini dan membuat daftar obat- obat tersebut,
6. Petugas membandingkan pemberian obat saat ini dengan daftar obat
yang digunakan pasien di rumah (termasuk kelalaian, duplikasi,
penyesuaian, kehilangan/ menghilangkan, interaksi, atau tambahan
obat).
7. Petugas mengidentifikasi pasien yang akan mendapat obat dengan
kewaspadaan tinggi dilakukan oleh dua orang yang kompeten  double
check.

b. Benar Obat
8. Petugas memberi label semua obat dan tempat obat (syringes, cangkir
obat, baskom obat), dan larutan lain.
9. Petugas menuliskan pada label nama obat, kekuatan, jumlah,
kuantitas, pengenceran dan volume, tanggal persiapan, tanggal
kadaluarsa jika tidak digunakan dalam 24 jam dan tanggal kadaluarsa
jika kurang dari 24 jam.

24
10. Petugas melakukan verifikasi semua obat dan larutan minimal 2 orang
secara verbal dan visual jika orang yang menyiapkan obat bukan yang
memberikannya ke pasien,
11. Petugas melakukan pemberian label tiap obat atau larutan segera
setelah obat disiapkan jika tidak segera diberikan,
12. Petugas memberi label pada syringes setelah obat disiapkan/diisi
( jangan pada saat syringe masih kosong)
13. Petugas menyiapkan satu obat atau larutan pada satu saat. Beri label
hanya untuk satu obat atau larutan pada satu saat,
14. Petugas membuang segera setiap obat atau larutan yang tidak ada
labelnya,
15. Saat pergantian tugas/ jaga, petugas mereview semua obat dan larutan
oleh petugas lama dan petugas baru secara bersama,
16. Petugas mengubah daftar obat/ kardeks jika terdapat perubahan obat,
17. Dua petugas yang berkompeten mengecek kebenaran jenis obat yang
perlu kewaspadaan tinggi ,
c. Benar Dosis
18. Dua orang yang berkompeten mengngecek dan menghitung (double
cek) jika ada untuk dosis/ volume obat, terutama yang memerlukan
kewaspadaan tinggi,
19. Petugas mengkonsultasikan dengan dokter yang menuliskan resep jika
ragu,.
20. Petugas saat menyiapkan obat berkonsentrasi penuh untuk
menghindari gangguan.
d. Benar Waktu
21. Petugas memberikan obat dan menginformasikan sesuai waktu yang
ditentukan:
 sebelum makan, setelah makan, saat makan.
 Perhatikan waktu pemberian:
 3 x sehari  tiap 8 jam.
 2 x sehari  tiap 12 jam. Sehari sekali  tiap 24 jam. Selang sehari
 tiap 48 jam
22. Petugas memberikan obat dengan segera setelah diinstruksikan oleh
dokter,
23. Petugas meneliti dengan benar bahwa obat belum memasuki masa
kadaluarsa.
e. Benar Cara/ Route Pemberian
24. Petugas memberikan obat sesuai dengan cara pemberian obat, bentuk
dan jenis obat :
 Slow-Release tidak boleh digerus
 Enteric coated tidak boleh digerus.

25
 Obat-obat yang akan diberikan per NGT sebaiknya adalah obat
cair/ sirup,
25. Petugas dalam memberikan obat obat sedapat mungkin berjarak dan
jadwal pemberian obat dan nutrisi juga berjarak.
f. Benar Dokumentasi
26. Petugas mendokumentasikan setiap perubahan yang terjadi pada
pasien setelah mendapat obat,
27. Petugas langsung menuliskan bukti nama dan tanda tangan/ paraf
setelah memberikan obat pada dokumen rekam medik,
28. Petugas/ dokter menuliskan nama dan paraf jika ada perubahan jenis/
dosis/ jadwal/ cara pemberian obat
29. Dokter memberikan coretan dan terakhir garis( ujungnya) diberi paraf
jika penulisan resep salah,
Contoh:
Lasix tab, 1 x 40 mg Jcmd  Lasix inj, 1 x 40 mg iv.
30. Petugas mendokumentasikan respon pasien terhadap pengobatan:
Efek Samping Obat (ESO) dicatat dalam rekam medik & Form
Pelaporan Insiden + Formulir Pelaporan Efek Samping Obat
31. Petugas melaporkan Insiden dikirim ke Tim Keselamatan Pasien di Unit
Pelayanan Jaminan Mutu. Pelaporan Efek Samping Obat dikirim ke
Komite Farmasi dan Terapi,
32. Petugas mendokumentasikan KNC terkait pengobatan, :
 Format Pelaporan Insiden ke Tim Keselamatan Pasien.
 Dokumentasikan Kejadian Tidak Diharapkan
 Format Pelaporan Insiden ke Tim Keselamatan Pasien.
g. Benar Informasi
33. Petugas mengkomunikasikan semua rencana tindakan/ pengobatan
harus dikomunikasikan pada pasien & atau keluarganya,
34. Petugas menjelaskan tujuan & cara mengkonsumsi obat yang benar,
35. Petugas menjelaskan efek samping yang mungkin timbul.
36. Petugas mengkomunikasikan rencana lama terapi pada pasien,

5. Pengkajian resep obat


Prosedur :
A. Pengkajian resep dari aspek administratif dan farmasetik :
1. Petugas memeriksa identitas pasien: nama pasien, nomor rekam
medis, penjamin, ruang rawat, berat badan (terutama pada pasien
pediatri),
2. Petugas memeriksa kelengkapan resep: diagnosis, nama dokter yang
merawat, nama obat, bentuk sediaan obat, jumlah obat, dan aturan
pakai,

26
3. Jika tertera pada aturan pakai “p.r.n” (“pro re nata” atau jika perlu),
maka petugas mengkonfirmasi ke dokter yang bersangkutan untuk
mengetahui dosis maksimal sehari sehingga etiket bisa dilengkapi
dan diketahui jumlah obat yang dibutuhkan,
4. Petugas memeriksa adanya masalah lain seperti masalah keuangan
atau kelengkapan persyaratan resep jaminan,
5. Petugas memeriksa adanya kesesuaian dengan pedoman
pelayanan/peraturan yang berlaku,

B. Pengkajian dari aspek klinik


6. Petugas memeriksa ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan
obat, terutama untuk pasien pediatri dan geriatric,
7. Petugas memeriksa adanya duplikasi obat,
8. Petugas memeriksa adanya alergi pada pasien disesuaikan dengan
rekam medic,
9. Petugas memeriksa adanya interaksi obat,
10. Petugas memeriksa adanya kontraindikasi,
11. Petugas mengidentifikasi masalah-masalah yang berkaitan dengan
resep/ instruksi pengobatan,
C. Penanganan Resep yang Bermasalah
12. Apoteker/ asisten apoteker menghubungi dokter penulis resep/
perawat sesuai dengan instruksi Kerja Penanganan Resep Tidak
Jelas ,
13. Dokter / perawat mencoret tulisan yang tidak jelas tersebut dan
menulis perbaikan di atas coretan kemudian membubuhkan parafdan
tidak boleh menindih dengan tulisan yang baru,
14. Jika dokter tidak dapat datang untuk memperbaiki resep
apoteker/asisten apoteker/ perawat dapat mengubah resep dokter
dengan memberi catatan nama dokter dan waktu (tanggal dan jam)
dilakukannya konfirmasi,
15. Jika dalam menulis resep dokter/ perawat terdapat lebih dari 2 (dua)
coretan maka harus diganti dengan lembar resep baru,
16. Jika dokter / perawat dalam menulis tanggal pada resep harus diganti
dengan resep baru.

6. Melakukan tindakan skin test sebelum memberikan injeksi antibiotik


Prosedur :
1) Dokter mencatat terapi obat injeksi di dalam rekam medis
2) Petugas selalu melakukan skin test dengan memasukkan obat yang akan
diberikan secara intra kutan
3) Petugas mengecek hasil test setelah 3-5 menit

27
4) Jika terdapat tanda – tanda alergi misal durasi membesar, kemerahan
dan pasien merasakan gatal disekeliling tempat suntikan, maka
dinyatakan hasil skin test positif
5) Jika tanda-tanda di atas tidak ada, maka dinyatakan negatif dan obat bisa
diberikan melalui intra vena.

7. Pengurangan Terjadinya Resiko Infeksi di Puskesmas


Penerapan cuci tangan dengan benar di setiap sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien
Indikator Usaha Menurunkan Infeksi Nosokomial:
a. Menggunakan panduan hand hygiene terbaru yang diakui umum.
b. Mengimplementasikan program kebersihan tangan yang efektif.
Semua petugas di rumah sakit termasuk dokter melakukan kebersihan tangan
pada 5 MOMEN yang telah ditentukan, yakni:
 Sebelum kontak dengan pasien
 Sesudah kontak dengan pasien
 Sebelum tindakan asepsis
 Sesudah terkena cairan tubuh pasien
 Sesudah kontak dengan lingkungan sekitar pasien

Alat Pelindung Diri


Alat yang digunakan untuk melindungi petugas dari pajanan darah, cairan
tubuh, ekskreta, dan selaput lendir pasien seperti sarung tangan, masker, tutup
kepala, kacamata pelindung, apron/ jas, dan sepatu pelindung.
Ada 2 cara cuci tangan yaitu :
1. HANDWASH – dengan air mengalir, waktunya : 40 – 60 detik
2. HANDRUB – dengan gel berbasis alcohol, waktunya : 20 – 30 detik

Prosedur cuci tangan :


1. Semua petugas dan Mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan
sebelum kontak dengan pasien,
2. Semua petugas dan Mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan
sebelum melakukan tindakan aseptik,
3. Semua petugas dan Mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan
setelah kontak dengan pasien,
4. Semua petugas dan Mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan
setelah terpajan dengan cairan tubuh pasien,
5. Semua petugas dan Mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan
setelah kontak dengan area sekitar pasien,
6. Keluarga, pegunjung, relawan dan individu yang berkunjung harus
melakukan kebersihan tangan sebelum makan, setelah makan, setelah

28
dari kamar mandi, setelah kontak dengan pasien, setelah kontak dengan
lingkungan sekitar pasien,
7. Koordinator rawat inap mengecek ketersediaan adanya handrub , poster
tentang kebersihan tangan didinding setiap ruangan pasien,
8. Semua petugas dan Mahasiswa melepaskan perhiasan atau jam tangan
saat mencuci tangan,
9. Semua petugas dan mahas iswa harus memotong kuku jika kuku panjang,
10. Semua petugas dan mahasiswa Mencuci tangan dengan air yang
mengalir dibutuhkan waktu 40-60 detik dengan handrub cukup 20-30
detik,
11. Semua petugas dan mahasiswa melakukan kebersihan tangan dengan
enam langkah sesuai dengan langkah yang sudah ditetapkan.

29
8. Penilaian pasien jatuh pada anak, dewasa dan geriatri
Indikator usaha menurunkan risiko cedera karena jatuh :
1. Semua pasien baru dinilai risiko jatuhnya dan penilaian diulang jika
diindikasikan oleh perubahan kondisi pasien atau pengobatan, dan
lainnya.
2. Hasil pengukuran dimonitor dan ditindak lanjuti sesuai derajat risiko jatuh
pasien guna mencegah pasien jatuh serta akibat tak terduga lainnya.

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh


masyarakat maka tuntutan pengelolaan program Keselamatan Kerja di puskesmas
semakin tinggi, karena Sumber Daya Manusia (SDM) puskesmas,
pengunjung/pengantar pasien, pasien dan masyarakat sekitar puskesmas ingin
mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja, baik
sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun karena kondisi
sarana dan prasarana yang ada di puskesmas yang tidak memenuhi standar.
Puskesmas sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan
karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang
harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau
oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya
pasal 165 :”Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan
melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga
kerja”. Berdasarkan pasal di atas maka pengelola tempat kerja di puskesmas
mempunyai kewajiban untuk menyehatkan para tenaga kerjanya. Salah satunya
adalah melalui upaya kesehatan kerja disamping keselamatan kerja. Puskesmas
harus menjamin kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyedia
layanan atau pekerja maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di
puskesmas.
Program keselamatan kerja di puskesmas merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan mutu pelayanan puskesmas, khususnya dalam hal kesehatan dan
keselamatan bagi SDM puskesmas, pasien, pengunjung/pengantar pasien,
masyarakat sekita.
Tujuan umum
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM
puskesmas, aman dan sehat bagi pasien, pengunjung/pengantar pasien,

30
masyarakat dan lingkungan sekitar sehingga proses pelayanan puskesmas berjalan
baik dan lancar.
Tujuan khusus
a. Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK (Penyakit Akibat Kerja) dan
KAK (Kecelakaan Akibat Kerja).
b. Peningkatan mutu, citra dan produktivitas puskesmas.

Alat Keselamatan Kerja


1. Pemadam kebakaran (hidrant)
2. Jas
3. Peralatan pembersih
4. Obat-obatan
5. Kapas
6. Plaster pembalut

Aturan umum dalam tata tertib keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk
memudahkan pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja.
b. Pakailah jas (dokter, dokter gigi, analis) saat bekerja
c. Harus mengetahui cara pemakaian alat darurat seperti pemadam
kebakaran, eye shower, respirator, dan alat keselamatan kerja yang lainnya.
d. Buanglah sampah pada tempatnya.
e. Lakukan latihan keselamatan kerja secara periodik.
f. Dilarang merokok

31
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu   (quality control) dalam manajemen mutu merupakan suatu


sistem kegiatan  teknis yang bersifat rutin yang dirancang  untuk mengukur dan
menilai mutu produk atau jasa yang diberikan kepada pelanggan.  Pengendalian
mutu pada pelayanan klinis diperlukan agar produk layanan klinis terjaga kualitasnya
sehingga memuaskan masyarakat sebagai pelanggan.
Ishikawa (1995) menyatakan bahwa pengendalian mutu adalah pelaksanaan
langkah-langkah yang telah direncanakan secara terkendali agar semuanya
berlangsung sebagaimana mestinya, sehingga mutu produk yang direncanakan
dapat tercapai dan terjamin. Dalam pengertian Ishikawa tersirat pula bahwa
pengendalian mutu itu dilakukan dengan orientasi pada kepuasan konsumen. Dalam
bahasa layanan kesehatan keseluruhan proses yang diselenggarakan oleh
puskesmas ditujukan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat sebagai konsumen.

32
BAB IX
PENUTUP

Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan


kesehatan di wilayah kabupaten Pekalongan adalah dinas kesehatan kabupaten
Pekalongan. Sedangkan Puskesmas bertanggungjawab hanya untuk sebagian
upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan kabupaten
Pekalongan sesuai dengan kemampuannya. Tujuan pembangunan kesehatan yang
diselenggarakan oleh Puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan nasional. Yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja
Puskesmas, agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

33

Anda mungkin juga menyukai