PUSKESMAS GARUNG
PUSKESMAS GARUNG
KABUPATEN WONOSOBO
JL.DIENG KM 09 GARUNG WONOSOBO
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terwujudnya kondisi kesehatan masyarakatyang baik adalah tugas dan tanggungjawab
dari negara sebagai bentuk amanah konstitusi yaitu Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945. Dalam pelaksanaanya negara berkewajiban menjaga
mutu pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Mutu pelayanan kesehatan sangat
ditentukan oleh fasilitas kesehatan tenaga kesehatan yang berkwalitas.
Untuk mewujudkan tenaga kesehatan yang berkwalitas, negara sangat membutuhkan
peran organisasi profesi tenaga kesehatan yang memiliki peran menjaga kompetensi
anggotanya.
B. Tujuan Pedoman
Tersedianya pedoman bagi dokter dan bidan dalam melakukan pelayanan KIA/KB di
Puskesmas. Sehingga pelayanan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana serta
memperolah hasil sesuai dengan yang diharapkan.
Tujuan khusus
a. Terlaksananya penilaian terhadap kinerja pelayanan medik dasar di Puskesmas
b. Terlaksananya perbaikan berkelanjutan program
c. Meningkatnya kepuasan dan harapan pelanggan terhadap pelayanan kesehatan di
Puskesmas.
C. Sasaran Pedoman
Sasaran Pedoman Pelayanan KIA/KB Puskesmas Garung adalah semua pelanggan yang
membutuhkan segala bentuk pelayanan Kesehatan Ibu Dan Anak dan pelayanan
Keluarga Berencana yaitu : pelayanan pemeriksaan kesehatan pasangan calon
pengantin,pemeriksaan dan konsultasi kehamilan, pelayanan kontrasepsi Keluarga
Berencana ( kondom,pil,suntik,Implant)
D. Ruang lingkup
Ruang Lingkup pedoman ini adalah input,proses dan output pelayanan kesehatan
dasar,keselamatan kerja dan keselamatan pasien pada unit KIA/KB/MTBS
E. Batasan Operasional
1. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
3. Upaya Pelayanan kesehatan ibu anak dan Keluarga berencana adalah bagian yang terpadu
( integral ) dalam program pembangunan nasional dan bertujuan untuk menciptakan
kesejahteraan ekonomi, spiritual dan social budaya penduduk Indonesia agar dapat dicapai
keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi nasional.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadwalan pelayanan dikoordinir oleh penanggungjawab poli
KIA/KB/MTBS.
Unit Pelayanan Standart Tenaga Kondisi Riil Keterangan
KIA/KB Bidan Minimal D3 Masih ada bidan dengan Dalam pelayanan
pendidikan D1 selalu ada
pendamping
bidan pendidikan
D3
C. Jadual Kegiatan,
Jadwal Tenaga Rawat Jalan di Poli KIA /KB/MTBS
WAST ST
MEJA Almari troli TEMPAT
AFEL ERI
PERIKSA Almari TIDUR PASIEN
DOKTER
TEMPAT
TIDUR
TEMPAT
PASIEN
TIDUR
PASIEN
Keterangan :
1. Pintu masuk Pasien dan keluar
2. Pintu tengah
3. Pembatas / gorden
B. Standar Fasilitas
Standar Peralatan Kesehatan Ibu, Anak (KIA), KB (PERMENKES 75 tahun 2014) :
1. Meja anamnesa
2. Meja periksa
3. Meja komputer
4. Rak buku
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
A.Lingkup Kegiatan
B.Metode
Pasien datang ke unit Pendaftarankemudian pasien masuk ke unit KIA/KB sesuai nomor antrian
Dilakukan pelayanan di KIA/KB untuk pasien yang memerlukan pemeriksaan penunjang dilakukan
rujukan internal ke unit Laboratorium, pasien diberitahu hasil pemeriksaan dan mendapatkan resep,
untuk pasien dengan kasus-kasus resiko tinggi yang memerlukan konsultasi dilakukan konsultasi
sesuai kebutuhan.
Mekanisme rujukan
1. Rujukan dilakukan kefasyankes terdekat sesuai dengan sistem rujukan
2. Rujukan berdasarkan indikasi medis
PERENCANAAN RUJUKAN
Komunikasikan rencana merujuk dengan ibu dan keluarganya, karena rujukan harus
medapatkan pesetujuan dari ibu dan/atau keluarganya. Tenaga kesehatan perlu
memberikan kesempatan, apabila situasi memungkinkan, untuk menjawab pertimbangan
dan pertanyaan ibu serta keluarganya. Beberapa hal yang disampaikan sebaiknya
meliputi:
• Diagnosis dan tindakan medis yang diperlukan
• Alasan untuk merujuk ibu
• Risiko yang dapat timbul bila rujukan tidak dilakukan
• Risiko yang dapat timbul selama rujukan dilakukan
• Waktu yang tepat untuk merujuk dan durasi yang dibutuhkan untuk merujuk
• Tujuan rujukan
• Modalitas dan cara transportasi yang digunakan
• Nama tenaga kesehatan yang akan menemani ibu
• Jam operasional dan nomer telepon rumah sakit/pusat layanan kesehatan yang dituju
• Perkiraan lamanya waktu perawatan
• Perkiraan biaya dan sistem pembiayaan (termasuk dokumen kelengkapan untuk
Jampersal, Jamkesmas, atau asuransi kesehatan)
• Petunjuk arah dan cara menuju tujuan rujukan dengan menggunakan modalitas
transportasi lain
• Pilihan akomodasi untuk keluarga, Hubungi pusat layanan kesehatan yang menjadi tujuan
rujukan dan sampaikan
kepada tenaga kesehatan yang akan menerima pasien hal-hal berikut ini:
• Indikasi rujukan
• Kondisi ibu dan janin
•Rencana terkait prosedur teknis rujukan (termasuk kondisi lingkungan dan cuaca
menuju tujuan rujukan)
• Kesiapan sarana dan prasarana di tujuan rujukan
• Penatalaksanaan yang sebaiknya dilakukan selama dan sebelum transportasi,
berdasarkan pengalaman-pengalaman rujukan sebelumnya
Hal yang perlu dicatat oleh pusat layanan kesehatan yang akan menerima pasien adalah:
• Nama pasien
• Nama tenaga kesehatan yang merujuk
• Indikasi rujukan
• Kondisi ibu dan janin
• Penatalaksanaan yang telah dilakukan sebelumnya
• Nama dan profesi tenaga kesehatan yang mendampingi pasien
Saat berkomunikasi lewat telepon, pastikan hal-hal tersebut telah dicatat dan diketahui
oleh tenaga kesehatan di pusat layanan kesehatan yang akan menerima pasien.
Lengkapi dan kirimlah berkas-berkas berikut ini (secara langsung ataupun melalui
faksimili) sesegera mungkin:
Formulir rujukan pasien (minimal berisi identitas ibu, hasil pemeriksaan, diagnosis kerja,
terapi yang telah diberikan, tujuan rujukan, serta nama dan tanda tangan tenaga kesehatan
yang memberi pelayanan)
• Fotokopi rekam medis kunjungan antenatal
• Fotokopi rekam medis yang berkaitan dengan kondisi saat ini
• Hasil pemeriksaan penunjang
• Berkas-berkas lain untuk pembiayaan menggunakan jaminan kesehatan
Pastikan ibu yang dirujuk telah mengenakan gelang identifikasi.
Bila terdapat indikasi, pasien dapat dipasang jalur intravena dengan kanul berukuran 16
atau 18.
Mulai penatalaksanaan dan pemberian obat-obatan sesuai indikasi segera setelah
berdiskusi dengan tenaga kesehatan di tujuan rujukan. Semua resusitasi, penanganan
kegawatdaruratan dilakukan sebelum memindahkan pasien.
Periksa kelengkapan alat dan perlengkapan yang akan digunakan untuk merujuk, dengan
mempertimbangkan juga kemungkinan yang dapat terjadi selama transportasi.
Selalu siap sedia untuk kemungkinan terburuk.
Nilai kembali kondisi pasien sebelum merujuk, meliputi:
• Keadaan umum pasien
• Tanda vital (Nadi, Tekanan darah, Suhu, Pernafasan)
• Denyut jantung janin
• Presentasi
• Dilatasi serviks
• Letak janin
• Kondisi ketuban
• Kontraksi uterus: kekuatan, frekuensi, durasi
Catat dengan jelas semua hasil pemeriksaan berikut nama tenaga kesehatan dan jam
pemeriksaan terakhir
Untuk memudahkan dan meminimalkan resiko dalam perjalanan rujukan,
keperluan untuk merujuk ibu dapat diringkas menjadi BAKSOKU (Bidan, Alat,
Keluarga, Surat, Obat, Kendaraan, dan Uang)
C.Langkah Kegiatan
Pendafta
ran KIA/KB Unit pelayanan Pasien
obat Pulang
Rujukan
internal
(Lab,gizi,gigi,
Konsul
Dokter)
BAB V
LOGISTIK
Semua kegiatan KIA/KB di danai oleh dan BLUD (Badan Layanan Umum Daerah)
Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan upaya pelayanan
perorangan direncanakan dalam pertemuan UKP sesuai dengan tahapan kegiatan
dan metode yang akan dilaksanakan
1. Register rawat jalan KIA KB
2. Surat rujukan
3. Buku Register rujukan
4. Buku register surat keterangan sakit
5. Surat keterangan sakit
6. Form permohonan pemeriksaan Laboratorium
7. Form pembayaran
8. Stetostop
9. Tensimeter
10. Termometer
11. Pengukur tinggi dan berat badan
12. Palu reflex
13. Bolpoint
14. Penggaris
15. Rak buku
16. Satu set komputer
17. Pita Lila
18. Leanec / dopler
19. Form Skreening KB
20. Form inform consen
21. IUD set
22. Implan Set
23. Troly
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN
Keselamatan pasien puskesmas adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat asuhan
pasien
lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu:
1. hak pasien
2. mendidik pasien dan keluarga
3. keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien tindakan
yang seharusnya diambil
SASARAN KESELAMATAN PASIEN
SASARAN I : KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN
Standar SKP I
Puskesmas mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki/meningkatkan ketelitian
identifikasi pasien.
Maksud dan Tujuan Sasaran I
Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi di hampir semua
aspek/tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan identifikasi pasien bisa terjadi pada
pasien
yang dalam keadaan terbius/tersedasi, mengalami disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat
tidur/kamar/ lokasi di puskesmas, adanya kelainan sensori, atau akibat situasi lain. Maksud
sasaran ini adalah untuk melakukan dua kali pengecekan yaitu: pertama, untuk identifikasi
pasien sebagai individu yang akan menerima pelayanan atau pengobatan; dan kedua, untuk
kesesuaian pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut.
Kebijakan dan/atau prosedur yang secara kolaboratif dikembangkan untuk memperbaiki
proses
identifikasi, khususnya pada proses untuk mengidentifikasi pasien ketika pemberian obat,
darah,
atau produk darah; pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau
pemberian pengobatan atau tindakan lain. Kebijakan dan/atau prosedur memerlukan
sedikitnya
dua cara untuk mengidentifikasi seorang pasien, seperti nama pasien, nomor rekam medis,
tanggal lahir, gelang identitas pasien dengan bar-code, dan lain-lain. Nomor kamar pasien
atau
lokasi tidak bisa digunakan untuk identifikasi. Kebijakan dan/atau prosedur juga menjelaskan
penggunaan dua identitas berbeda di lokasi yang berbeda di puskesmas, seperti di pelayanan
rawat jalan, unit gawat darurat, atau ruang operasi termasuk identifikasi pada pasien koma
tanpa
identitas. Suatu proses kolaboratif digunakan untuk mengembangkan kebijakan dan/atau
prosedur agar dapat memastikan semua kemungkinan situasi untuk dapat diidentifikasi.
Elemen Penilaian Sasaran I
1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh menggunakan nomor
kamar atau lokasi pasien.
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.
3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan
klinis.
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/prosedur.
5. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang konsisten pada semua
situasi dan lokasi.
iii. Kuratif:
1. Penatalaksanaan kecelakaan kerja seperti tertusuk jarum
2. Penatalaksanaaan kecelakaan akibat kerja
3. Melakukan pengobatan penyakit akibat kerja
4. Melakukan rujukan kasus
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Mutu pelayanan medik adalah:Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada seorang
pasien sebaik-baiknya mealui pengetahuan yang konsisten sesuai dengan pengetahuan
terkini,sehingga probabilitas outcome yang diharapkan meningkat (IOM 1990)
Pelayanan individual Yang dilandasi ilmu klinik sebagai kesehatan perorangan meliputi
;aspek pencegahan primer,pencegahan sekundr,pencegahan tersier berupa rehabilitasi
medik.
Demi menjamin tercapai dan terpeliharanya mutu dari waktu ke waktu, diperlukan
bakuan mutu berupa pedoman/bakuan yang tertulis yang dapat dijadikan pedoman kerja
bagi tenaga pelaksana.
1. Tiap pelaksana yang ditunjuk memiliki pegangan yang jelas tentang apa dan
bagaimana prosedur melakukan suatu aktifitas.
2. Standar yang tertulis memudahkan proses pelatihan bagi tenaga pelaksana baru yang
akan dipercayakan untuk mengerjakan suatu aktifitas.
3. Kegiatan yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur baku yang tertulis akan
menjamin konsistensinya mutu hasil yang dicapai.
4. Kebijakan mutu dibuat oleh penanggung jawab poli.
5. Standar Operasional Prosedur dan instruksi kerja dibuat oleh tenaga teknis
laboratorium dan disahkan oleh penanggung jawab poli Puskesmas.
6. Indikator mutu pelayanan rawat jalan meliputi;
Input Rincian Kegiatan Target
BAB IX
PENUTUP
Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan( Dokter/ Bidan ) puskesmas Garung dalam
melaksanakan pelayanan medikdasar KIA/KB di Puskesmas
Keberhasilan pelayanan medik dasar terkait dengan kepatuhan pemberi layanan terhadap
standar dan prosedur yang ditetapkan