Anda di halaman 1dari 24

PEDOMAN PELAYANAN KIA/KB

PUSKESMAS GARUNG

PUSKESMAS GARUNG
KABUPATEN WONOSOBO
JL.DIENG KM 09 GARUNG WONOSOBO
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terwujudnya kondisi kesehatan masyarakatyang baik adalah tugas dan tanggungjawab
dari negara sebagai bentuk amanah konstitusi yaitu Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945. Dalam pelaksanaanya negara berkewajiban menjaga
mutu pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Mutu pelayanan kesehatan sangat
ditentukan oleh fasilitas kesehatan tenaga kesehatan yang berkwalitas.
Untuk mewujudkan tenaga kesehatan yang berkwalitas, negara sangat membutuhkan
peran organisasi profesi tenaga kesehatan yang memiliki peran menjaga kompetensi
anggotanya.

B. Tujuan Pedoman
Tersedianya pedoman bagi dokter dan bidan dalam melakukan pelayanan KIA/KB di
Puskesmas. Sehingga pelayanan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana serta
memperolah hasil sesuai dengan yang diharapkan.
Tujuan khusus
a. Terlaksananya penilaian terhadap kinerja pelayanan medik dasar di Puskesmas
b. Terlaksananya perbaikan berkelanjutan program
c. Meningkatnya kepuasan dan harapan pelanggan terhadap pelayanan kesehatan di
Puskesmas.
C. Sasaran Pedoman
Sasaran Pedoman Pelayanan KIA/KB Puskesmas Garung adalah semua pelanggan yang
membutuhkan segala bentuk pelayanan Kesehatan Ibu Dan Anak dan pelayanan
Keluarga Berencana yaitu : pelayanan pemeriksaan kesehatan pasangan calon
pengantin,pemeriksaan dan konsultasi kehamilan, pelayanan kontrasepsi Keluarga
Berencana ( kondom,pil,suntik,Implant)
D. Ruang lingkup

Ruang Lingkup pedoman ini adalah input,proses dan output pelayanan kesehatan
dasar,keselamatan kerja dan keselamatan pasien pada unit KIA/KB/MTBS
E. Batasan Operasional
1. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

2. Upaya Kesehatan Perseorangan yang selanjutnya disingkat UKP adalah suatu


kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan
untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan
penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan

3. Upaya Pelayanan kesehatan ibu anak dan Keluarga berencana adalah bagian yang terpadu
( integral ) dalam program pembangunan nasional dan bertujuan untuk menciptakan
kesejahteraan ekonomi, spiritual dan social budaya penduduk Indonesia agar dapat dicapai
keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi nasional.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Tenaga pelaksana yang digunakan untuk pelayanan medik dasar adalah tenaga yang
memiliki surat izin praktek /surat izin kerja
1.Dokter
2.Tenagsa Bidan
Tenaga baru harus melalui orietasi petugas.Tenaga kesehatan mengikuti seminar, work shop
dan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.

B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadwalan pelayanan dikoordinir oleh penanggungjawab poli
KIA/KB/MTBS.
Unit Pelayanan Standart Tenaga Kondisi Riil Keterangan
KIA/KB Bidan Minimal D3 Masih ada bidan dengan Dalam pelayanan
pendidikan D1 selalu ada
pendamping
bidan pendidikan
D3

C. Jadual Kegiatan,
Jadwal Tenaga Rawat Jalan di Poli KIA /KB/MTBS

NO HARI NAMA BIDAN Jam Pelayanan


1 Senin Wahyu handayani, Ernawati,Malida erfi,Diah 07.30 – 11.30 WIB
Kusuma SP
2 Selasa Heni Susanawati,Asriyah,Suharyanti 07.30 – 11.30 WIB
3 Rabu Siti alifah, iva firliana, Astri Aryani 07.30 – 11.30 WIB
4 Kamis Erma Lenawati,Etik M,Dwi wahyu Budiarti 07.30 – 11.30 WIB
5 Jumat Wasilatun,Murniati,Wilda Inayah 07.30 – 10.30 WIB
6 Sabtu Catur Riwayati,Lina mardiana,Usri M 07.30 – 11.00 WIB
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang KIA/KB

WAST ST
MEJA Almari troli TEMPAT
AFEL ERI
PERIKSA Almari TIDUR PASIEN
DOKTER
TEMPAT
TIDUR
TEMPAT
PASIEN
TIDUR
PASIEN

Keterangan :
1. Pintu masuk Pasien dan keluar
2. Pintu tengah
3. Pembatas / gorden

B. Standar Fasilitas
Standar Peralatan Kesehatan Ibu, Anak (KIA), KB (PERMENKES 75 tahun 2014) :
1. Meja anamnesa
2. Meja periksa
3. Meja komputer
4. Rak buku

C.Ruangan Kesehatan Ibu, Anak (KIA), KB


I. Set Pemeriksaan Kesehatan Ibu
1. 1/2 Klem Korcher 1 buah 1 buah
2. Anuskop 3 buah 3 buah
3. Bak Instrumen dengan tutup 1 buah 1 buah
4. Baki Logam Tempat Alat Steril Bertutup 1 buah 1 buah
5. Doppler 1 buah 1 buah
6. Gunting Benang 1 buah 1 buah
7. Gunting Verband 1 buah 1 buah
8. Korcher Tang 1 buah 1 buah
9. Mangkok untuk Larutan 1 buah 1 buah
10. Meja Instrumen / Alat 1 buah 1 buah
11. Meja Periksa Ginekologi dan kursi pemeriksa 1 buah 1 buah
12. Palu Refleks 1 buah 1 buah
13. Pen Lancet 1 buah 1 buah
14. Pinset Anatomi Panjang 1 buah 1 buah
15. Pinset Anatomi Pendek 1 buah 1 buah
16. Pinset Bedah 1 buah 1 buah
17. Silinder Korentang Steril 1 buah 1 buah
18. Sonde mulut 1 buah 1 buah
19. Spekulum Vagina (Cocor Bebek) Besar 3 buah 3 buah
20. Spekulum Vagina (Cocor Bebek) Kecil 2 buah 2 buah
21. Spekulum Vagina (Cocor Bebek) Sedang 5 buah 5 buah
22. Spekulum Vagina (Sims) 1 buah 1 buah
23. Sphygmomanometer Dewasa 1 buah 1 buah
24. Stand Lamp untuk tindakan 1 buah 1 buah
25. Stetoskop Dewasa 1 buah 1 buah
26. Stetoskop Janin / Fetoscope 1 buah 1 buah
27.Sudip lidah logam / Spatula Lidah Logam panjang 12 cm 2 buah 2 buah
28.Sudip lidah logam / Spatula Lidah Logam panjang 16,5 cm 2 buah 2 buah
29. Tampon Tang 1 buah 1 buah
30. Tempat Tidur Periksa 1 buah 1 buah
31. Termometer Dewasa 1 buah 1 buah
32. Timbangan Dewasa 1 buah 1 buah
33. Torniket Karet 1 buah 1 buah

II. Set Pelayanan KB


1. Baki Logam Tempat Alat Steril Bertutup 1 buah 1 buah
2. Implant Kit 1 buah 1 buah
3. IUD Kit 1 buah 1 buah

III. Bahan Habis Pakai

1. Alkohol Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan


2. Benang Chromic Catgut Sesuai KebutuhanSesuai Kebutuhan
3. Cairan Desinfektan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan
4. Disposable Syringe, 1 cc Sesuai Kebutuhan SesuaiKebutuhan
5. Disposable Syringe, 2,5 – 3 cc Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan
6. Disposable Syringe, 5 cc Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan
7. Kain Steril Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan
8. Kapas Sesuai Kebutuhan SesuaiKebutuhan
9. Kasa Non Steril Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan
10. Kasa Steril Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan
11. Lidi kapas SterilSesuaiKebutuhanSesuaiKebutuhan
12. Lubrikan gel 1 tube 1 tube
13. Masker Sesuai Kebutuhan SesuaiKebutuhan
14. Podofilin Tinctura 25% Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan
15. Sabun Tangan atau Antiseptik Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan

BAB IV

TATALAKSANA PELAYANAN
A.Lingkup Kegiatan

1. Penanggung jawab poli KIA/KB/MTBS harus ditetapkan.


Pelayanan KIA/KB/MTBS adalah pelayanan perseorangan yang dilakukan secara continu.
2. Prinsip pelayanan adalah :
a. Kontak pertama
b. Layanan bersifat pribadi
c. Pelayanan paripurna
d. Paradigma sehat
e. Pelayanan berkesinambungan
f. Berorientasi pada keluarga dan masyarakat family and community
oriented.memperhatikan hak dan kewajiban pasien,pendidikan pasien dan
keluarga sehingga pasien dan keluarga dan berperan aktif dalam pengambilan
keputusan tidakan kedokteran berdasarkan pengetahuan yang benar dan
ilmiah.
g. Pelayanan memperhatikan keselamatan kerja dan keselamatan pasien.
3. Jenis pelayanan KIA/KB/MTBS di puskesmas adalah;
1. Prinsip umum pelayanan KIA
2. Kehamilan,nifas normal
3. Kegawatdaruratan pada kehamilan,persalinan dan nifas
4. Kehamilan persalinan dengan penyulit obstetri
5. Kehamilan persalinan dengan penyulit non obstetri
6. Masalah nifas
7. Kontrasepsi
8. Prosedur obstetri
9. Kesehatan reproduksi (pemeriksaan pasangan calon pengantin)
10. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dilakukan melalui rekam medis yang disusun sedemikian rupa sehingga
memudahkan dokter mendapat informasi penting yang perlu diketahui setiap
pasiendatang.Pengkodean klasifikasi diagnosis perlu ditetapkan oleh manajemen

B.Metode

Pasien datang ke unit Pendaftarankemudian pasien masuk ke unit KIA/KB sesuai nomor antrian
Dilakukan pelayanan di KIA/KB untuk pasien yang memerlukan pemeriksaan penunjang dilakukan
rujukan internal ke unit Laboratorium, pasien diberitahu hasil pemeriksaan dan mendapatkan resep,
untuk pasien dengan kasus-kasus resiko tinggi yang memerlukan konsultasi dilakukan konsultasi
sesuai kebutuhan.

Mekanisme rujukan
1. Rujukan dilakukan kefasyankes terdekat sesuai dengan sistem rujukan
2. Rujukan berdasarkan indikasi medis

SISTEM DAN CARA RUJUKAN


Rujukan ibu hamil dan neonatus yang berisiko tinggi merupakan komponen yang penting
dalam sistem pelayanan kesehatan maternal. Dengan memahami sistem dan cara rujukan
yang baik, tenaga kesehatan diharapkan dapat memperbaiki kualitas pelayanan pasien.

INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI


Secara umum, rujukan dilakukan apabila tenaga dan perlengkapan di suatu fasilitas kesehatan
tidak mampu menatalaksana komplikasi yang mungkin terjadi. Dalam pelayanan kesehatan
maternal dan pernatal, terdapat dua alasan untuk merujuk ibu hamil, yaitu ibu dan/atau janin
yang dikandungnya.
Berdasarkan sifatnya, rujukan ibu hamil dibedakan menjadi:
• Rujukan kegawatdaruratan
Rujukan kegawatdaruratan adalah rujukan yang dilakukan sesegera mungkin karena
berhubungan dengan kondisi kegawatdaruratan yang mendesak.
• Rujukan berencana
Rujukan berencana adalah rujukan yang dilakukan dengan persiapan yang lebih panjang
ketika
keadaan umum ibu masih relatif lebih baik, misalnya di masa antenatal atau awal persalinan
ketika didapati kemungkinan risiko komplikasi. Karena tidak dilakukan dalam kondisi gawat
darurat, rujukan ini dapat dilakukan dengan pilihan modalitas transportasi yang lebih
beragam, nyaman, dan aman bagi pasien.
Adapun rujukan sebaiknya tidak dilakukan bila:
• Kondisi ibu tidak stabil untuk dipindahkan
• Kondisi janin tidak stabil dan terancam untuk terus memburuk
• Persalinan sudah akan terjadi
• Tidak ada tenaga kesehatan terampil yang dapat menemani
• Kondisi cuaca atau modalitas transportasi membahayakan

PERENCANAAN RUJUKAN

 Komunikasikan rencana merujuk dengan ibu dan keluarganya, karena rujukan harus
medapatkan pesetujuan dari ibu dan/atau keluarganya. Tenaga kesehatan perlu
memberikan kesempatan, apabila situasi memungkinkan, untuk menjawab pertimbangan
dan pertanyaan ibu serta keluarganya. Beberapa hal yang disampaikan sebaiknya
meliputi:
• Diagnosis dan tindakan medis yang diperlukan
• Alasan untuk merujuk ibu
• Risiko yang dapat timbul bila rujukan tidak dilakukan
• Risiko yang dapat timbul selama rujukan dilakukan
• Waktu yang tepat untuk merujuk dan durasi yang dibutuhkan untuk merujuk
• Tujuan rujukan
• Modalitas dan cara transportasi yang digunakan
• Nama tenaga kesehatan yang akan menemani ibu
• Jam operasional dan nomer telepon rumah sakit/pusat layanan kesehatan yang dituju
• Perkiraan lamanya waktu perawatan
• Perkiraan biaya dan sistem pembiayaan (termasuk dokumen kelengkapan untuk
Jampersal, Jamkesmas, atau asuransi kesehatan)
• Petunjuk arah dan cara menuju tujuan rujukan dengan menggunakan modalitas
transportasi lain
• Pilihan akomodasi untuk keluarga, Hubungi pusat layanan kesehatan yang menjadi tujuan
rujukan dan sampaikan
kepada tenaga kesehatan yang akan menerima pasien hal-hal berikut ini:
• Indikasi rujukan
• Kondisi ibu dan janin
•Rencana terkait prosedur teknis rujukan (termasuk kondisi lingkungan dan cuaca
menuju tujuan rujukan)
• Kesiapan sarana dan prasarana di tujuan rujukan
• Penatalaksanaan yang sebaiknya dilakukan selama dan sebelum transportasi,
berdasarkan pengalaman-pengalaman rujukan sebelumnya
 Hal yang perlu dicatat oleh pusat layanan kesehatan yang akan menerima pasien adalah:
• Nama pasien
• Nama tenaga kesehatan yang merujuk
• Indikasi rujukan
• Kondisi ibu dan janin
• Penatalaksanaan yang telah dilakukan sebelumnya
• Nama dan profesi tenaga kesehatan yang mendampingi pasien
 Saat berkomunikasi lewat telepon, pastikan hal-hal tersebut telah dicatat dan diketahui
oleh tenaga kesehatan di pusat layanan kesehatan yang akan menerima pasien.
 Lengkapi dan kirimlah berkas-berkas berikut ini (secara langsung ataupun melalui
faksimili) sesegera mungkin:
 Formulir rujukan pasien (minimal berisi identitas ibu, hasil pemeriksaan, diagnosis kerja,
terapi yang telah diberikan, tujuan rujukan, serta nama dan tanda tangan tenaga kesehatan
yang memberi pelayanan)
• Fotokopi rekam medis kunjungan antenatal
• Fotokopi rekam medis yang berkaitan dengan kondisi saat ini
• Hasil pemeriksaan penunjang
• Berkas-berkas lain untuk pembiayaan menggunakan jaminan kesehatan
 Pastikan ibu yang dirujuk telah mengenakan gelang identifikasi.
 Bila terdapat indikasi, pasien dapat dipasang jalur intravena dengan kanul berukuran 16
atau 18.
 Mulai penatalaksanaan dan pemberian obat-obatan sesuai indikasi segera setelah
berdiskusi dengan tenaga kesehatan di tujuan rujukan. Semua resusitasi, penanganan
kegawatdaruratan dilakukan sebelum memindahkan pasien.
 Periksa kelengkapan alat dan perlengkapan yang akan digunakan untuk merujuk, dengan
mempertimbangkan juga kemungkinan yang dapat terjadi selama transportasi.
 Selalu siap sedia untuk kemungkinan terburuk.
 Nilai kembali kondisi pasien sebelum merujuk, meliputi:
• Keadaan umum pasien
• Tanda vital (Nadi, Tekanan darah, Suhu, Pernafasan)
• Denyut jantung janin
• Presentasi
• Dilatasi serviks
• Letak janin
• Kondisi ketuban
• Kontraksi uterus: kekuatan, frekuensi, durasi
Catat dengan jelas semua hasil pemeriksaan berikut nama tenaga kesehatan dan jam
pemeriksaan terakhir
Untuk memudahkan dan meminimalkan resiko dalam perjalanan rujukan,
keperluan untuk merujuk ibu dapat diringkas menjadi BAKSOKU (Bidan, Alat,
Keluarga, Surat, Obat, Kendaraan, dan Uang)

C.Langkah Kegiatan

Pendafta
ran KIA/KB Unit pelayanan Pasien
obat Pulang

Rujukan
internal
(Lab,gizi,gigi,
Konsul
Dokter)

BAB V
LOGISTIK
Semua kegiatan KIA/KB di danai oleh dan BLUD (Badan Layanan Umum Daerah)
Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan upaya pelayanan
perorangan direncanakan dalam pertemuan UKP sesuai dengan tahapan kegiatan
dan metode yang akan dilaksanakan
1. Register rawat jalan KIA KB
2. Surat rujukan
3. Buku Register rujukan
4. Buku register surat keterangan sakit
5. Surat keterangan sakit
6. Form permohonan pemeriksaan Laboratorium
7. Form pembayaran
8. Stetostop
9. Tensimeter
10. Termometer
11. Pengukur tinggi dan berat badan
12. Palu reflex
13. Bolpoint
14. Penggaris
15. Rak buku
16. Satu set komputer
17. Pita Lila
18. Leanec / dopler
19. Form Skreening KB
20. Form inform consen
21. IUD set
22. Implan Set
23. Troly

BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN
Keselamatan pasien puskesmas adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat asuhan
pasien
lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu:
1. hak pasien
2. mendidik pasien dan keluarga
3. keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien tindakan
yang seharusnya diambil
SASARAN KESELAMATAN PASIEN
SASARAN I : KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN
Standar SKP I
Puskesmas mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki/meningkatkan ketelitian
identifikasi pasien.
Maksud dan Tujuan Sasaran I
Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi di hampir semua
aspek/tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan identifikasi pasien bisa terjadi pada
pasien
yang dalam keadaan terbius/tersedasi, mengalami disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat
tidur/kamar/ lokasi di puskesmas, adanya kelainan sensori, atau akibat situasi lain. Maksud
sasaran ini adalah untuk melakukan dua kali pengecekan yaitu: pertama, untuk identifikasi
pasien sebagai individu yang akan menerima pelayanan atau pengobatan; dan kedua, untuk
kesesuaian pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut.
Kebijakan dan/atau prosedur yang secara kolaboratif dikembangkan untuk memperbaiki
proses
identifikasi, khususnya pada proses untuk mengidentifikasi pasien ketika pemberian obat,
darah,
atau produk darah; pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau
pemberian pengobatan atau tindakan lain. Kebijakan dan/atau prosedur memerlukan
sedikitnya
dua cara untuk mengidentifikasi seorang pasien, seperti nama pasien, nomor rekam medis,
tanggal lahir, gelang identitas pasien dengan bar-code, dan lain-lain. Nomor kamar pasien
atau
lokasi tidak bisa digunakan untuk identifikasi. Kebijakan dan/atau prosedur juga menjelaskan
penggunaan dua identitas berbeda di lokasi yang berbeda di puskesmas, seperti di pelayanan
rawat jalan, unit gawat darurat, atau ruang operasi termasuk identifikasi pada pasien koma
tanpa
identitas. Suatu proses kolaboratif digunakan untuk mengembangkan kebijakan dan/atau
prosedur agar dapat memastikan semua kemungkinan situasi untuk dapat diidentifikasi.
Elemen Penilaian Sasaran I
1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh menggunakan nomor
kamar atau lokasi pasien.
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.
3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan
klinis.
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/prosedur.
5. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang konsisten pada semua
situasi dan lokasi.

SASARAN II : PENINGKATAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF


Standar SKP II
Puskesmas mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan efektivitas komunikasi antar
para
pemberi layanan.
Maksud dan Tujuan Sasaran II
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh pasien,
akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi
dapat berbentuk elektronik, lisan, atau tertulis. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan
kebanyakan terjadi pada saat perintah diberikan secara lisan atau melalui telepon.
Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan yang lain adalah pelaporan kembali hasil
pemeriksaan
kritis, seperti melaporkan hasil laboratorium klinik cito melalui telepon ke unit pelayanan.
Puskesmas secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur untuk
perintah
lisan dan telepon termasuk: mencatat (atau memasukkan ke komputer) perintah yang lengkap
atau hasil pemeriksaan oleh penerima perintah; kemudian penerima perintah membacakan
kembali (read back) perintah atau hasil pemeriksaan; dan mengkonfirmasi bahwa apa yang
sudah dituliskan dan dibaca ulang adalah akurat. Kebijakan
dan/atau prosedur pengidentifikasian juga menjelaskan bahwa diperbolehkan tidak
melakukan
pembacaan kembali (read back) bila tidak memungkinkan seperti di kamar operasi dan
situasi
gawat darurat di IGD atau ICU.
Elemen Penilaian Sasaran II
1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan dituliskan
secara lengkap oleh penerima perintah.
2. Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan dibacakan kembali secara
lengkap
oleh penerima perintah.
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang
menyampaikan
hasil pemeriksaan
4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan komunikasi lisan
atau
melalui telepon secara
SASARAN III : PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU DIWASPADAI
(HIGH-ALERT)
Standar SKP III
Puskesmas mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki keamanan obat-obat yang
perlu diwaspadai (high-alert).
Maksud dan Tujuan Sasaran III
Bila obat-obatan menjadi bagian dari rencana pengobatan pasien, manajemen harus berperan
secara kritis untuk memastikan keselamatan pasien. Obat-obatan yang perlu diwaspadai
(highalert
medications) adalah obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius
(sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan
(adverse
outcome) seperti obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa
dan
Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Soun Alike/LASA). Obat-obatan yang sering
disebutkan
dalam isu keselamatan pasien adalah pemberian elektrolit konsentrat secara tidak sengaja
(misalnya, kalium klorida 2meq/ml atau yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida
lebih
pekat dari 0.9%, dan magnesium sulfat =50% atau lebih pekat). Kesalahan ini bisa terjadi bila
perawat tidak mendapatkan orientasi dengan baik di unit pelayanan pasien, atau bila perawat
kontrak tidak diorientasikan terlebih dahulu sebelum ditugaskan, atau pada keadaan gawat
darurat. Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau
mengeliminasi kejadian tersebut adalah dengan meningkatkan proses pengelolaan obat-obat
yang
perlu diwaspadai termasuk memindahkan
elektrolit konsentrat dari unit pelayanan pasien ke farmasi. Puskesmas secara kolaboratif
mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur untuk membuat daftar obat-obat yang
perlu
diwaspadai berdasarkan data yang ada di puskesmas. Kebijakan dan/atau prosedur
juga mengidentifikasi area mana saja yang membutuhkan elektrolit konsentrat, seperti di IGD
atau kamar operasi, serta pemberian label secara benar pada elektrolit dan bagaimana
penyimpanannya di area tersebut, sehingga membatasi akses, untuk mencegah pemberian
yang
tidak sengaja/kurang hati-hati.
Elemen Penilaian Sasaran III
1. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan agar memuat proses identifikasi, menetapkan
lokasi, pemberian label, dan penyimpanan elektrolit konsentrat.
2. Implementasi kebijakan dan prosedur.
3. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika dibutuhkan secara
klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian yang kurang hati-hati di area tersebut
sesuai kebijakan
SASARAN V : PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN
KESEHATAN
Standar SKP V
Puskesmas mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko infeksi yang terkait
pelayanan kesehatan.
Maksud dan Tujuan Sasaran V
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam tatanan pelayanan
kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang berhubungan dengan
pelayanan
kesehatan merupakan keprihatinan besar bagi pasien maupun para profesional pelayanan
kesehatan. Infeksi biasanya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk
infeksi
saluran kemih, infeksi pada aliran darah (blood stream infections) dan pneumonia (sering kali
dihubungkan dengan ventilasi mekanis).
Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene)
yang tepat. Pedoman hand hygiene bisa dibaca kepustakaan WHO, dan berbagai organisasi
nasional dan internasional.
Puskesmas mempunyai proses kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan dan/atau
prosedur
yang menyesuaikan atau petunjuk hand hygiene yang diterima secara umum dan untuk
implementasi petunjuk itu di puskesmas.

Elemen Penilaian Sasaran V


1. Puskesmas mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru yang diterbitkan
dan sudah diterima secara umum (al.dari WHO
Patient Safety).
2. Puskesmas menerapkan program hand hygiene yang efektif.
3. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan secara
berkelanjutan risiko dari infeksi yang terkait
pelayanan kesehatan.
SASARAN VI : PENGURANGAN RISIKO PASIEN JATUH
Standar SKP VI
Puskesmas mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko
pasien dari cedera karena jatuh.
Maksud dan Tujuan Sasaran VI
Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera bagi pasien rawat inap. Dalam
konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan yang disediakan, dan fasilitasnya,
puskesmas perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk
mengurangi
risiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat dan telaah
terhadap
konsumsi alkohol, gaya jalan dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan
oleh
pasien. Program tersebut harus diterapkan puskesmas.
Elemen Penilaian Sasaran VI
1. Puskesmas menerapkan proses asesmen awal atas pasien terhadap risiko jatuh dan
melakukan
asesmen ulang pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan, dan
lainlain.
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang pada hasil
asesmen dianggap berisiko jatuh.
3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan pengurangan cedera akibat jatuh
dan
dampak dari kejadian tidak diharapkan.
4. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan
berkelanjutanrisiko pasien cedera akibat jatuh di puskesmas.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Puskesmas sebagai tempat kerja mempunyai potensi bahaya beragamterhadap
kesehatan,terdapat disemua tempat baik didalam maupun diluar gedung yang dapat timbul
dari lingkungan tempat kerja,proses kerja,cara kerja,alat dan bahan kerja yang dapat
menimbulkan penyakit akibat kerja.
tujuan dari pengenalan potensi bahaya di puskesmas dan masalah yang ditimbulkannya
adalah agar petugas puskesmas dapat melakukan pengendalian resiko dengan benar sehingga
terhindar dari berbagai masalah yang ditimbulkan akibat pekerjaan
A.Identifikasi Potensi Bahaya di unit kia/kb
Lokasi Potensi Bahaya Jehis bahaya Masalah Kesehatan/kecelakaan kerja KIA/KB
 Kecelakaan kerja
 Benda tajam,alatmedis
 Tertusuk,tersayat,cedera
 biologi  mikroorganisme,virus bakteri dll
 infeksihepatitis,tbc,cacarair,influenza,HIV,ebola, jamur
 kimia  mercuri,clorin  gangguam SSP,ginjal, dermatitis
 ergonomi  posisi janggal  musculoskeletal disorder
 Psikososial  Bekerja yangmonoton
 Stres kerja
1. Pengendalian resiko dengan upaya;
i. Promotif;
a. Menginformasikan potensi bahaya ditempat kerja kpd seluruh petugas
b. Memasang leaflet,brosur budaya kesehatan dan keselamatan kerja.
c. Melaksanakan latihan fisik,bimbingan rohani,rekreasi
ii. Preventif
a. Penerapan prinsip pencegahan meliputi cuci tangan pakai
sabun,APD,mengganti alat berbahaya,pengaturan shift kerja
b. Vaksinasi hepatitis
Penatalaksanaan limbah poli kia/kb puskesmas
1 Limbah domestik Kegiatan dapur,kardus obat, plastik lain yang tidak
infeksius,terkontaminasi
 Ditampung dalam kantonghitam
 Selanjutnya di bawa ke TPA 2 Limbah benda tajam Materi padat yang memiliki sudut
lancip ,dapat menyebabkan luka tusuk ataupun iris ;contohnya ;jarum suntik,kaca
sedian,infus set,vial obat
 Tidak boleh recappinglangsung
 Dikumpul dalam safety boxatau kontener lain yang tidak bocor
 Tidak boleh didaur ulang 3 Limbah infeksius Limbah yang diduga
 Ditampung dalam wadah yangmengandung patogen dalam jumlah cukup untuk
menyebabkan infeksi misalnya limbah kultur,stok agen infeksius dari laboratorium.limbah
hasil operasi, limbah pasien dengan penyakit menular kuat dan tidak bocor,tidak boleh
dicampur dengan limbah lain
 Penyimpanan di pkm tidak boleh lebih dari 48 jam sejak mulai dari penyimpanan
 Penyimpanan di ruang khusus,tertutup,ada pencatatan jumlah timbulan limbah setiap hari,
tidak mungkin binatang pengerat masuk,termasuk pembatasan orang masuk keruang
tersebut.4 Limbah patologis Limbah berasal dari organ tubuh misalnya janin,organ
tubuh,darah,muntahan.
Masukkan dalam kontener kuat dan tidak bocor
 Perlakuannya sama dengan limbah infeksius
 Jika limbah padat maka diolah dengan alat pengolahan limbah padat
 Jika cair diolah dengan alat pengolahan limbah cair 5 Limbah Farmasi Limbah yang
mengandung bahan bahan obat,vaksin,produk farmasi, serum kadaluarsa
 Dapat dikembalikan pada produsannya
 Bila terjadi tumpahan obat dapat menggunakan pasir absorben untk menyerap
Tumpahan farmasi,tumpahan farmasi termasuk sampah B3 dan harus dikelola dan diolah
oleh pihak yang khusus dapat mengelola limbah farmasi 6 Limbah Kimia Limbah berasal
dri zat kimia misalnya formaldehid,zat rontgen,dll,
 Jika jumlahnya kecil pengelolaannya sama dengan limbah infeksius.7 Limbah logam
Berat Berasal dari alat medis yang mengandung logam berat misalnya dari bocoran tensi air
raksa
 Penampungannya ditempat yang tidak bocor dan kuat pengelolaannya bekerjasama
dengan dinas atau lingkugan hidup
d.Deteksi dini melalui medical check up;pemeriksaan pekerja sebelum masuk
kerja,pindah,pemeriksaan berkala pada pekerja ,pemeriksaan khusus pada
petugas yang terpajan bahan berbahaya seperti petugas lab,radiologi.

iii. Kuratif:
1. Penatalaksanaan kecelakaan kerja seperti tertusuk jarum
2. Penatalaksanaaan kecelakaan akibat kerja
3. Melakukan pengobatan penyakit akibat kerja
4. Melakukan rujukan kasus

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Mutu pelayanan medik adalah:Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada seorang
pasien sebaik-baiknya mealui pengetahuan yang konsisten sesuai dengan pengetahuan
terkini,sehingga probabilitas outcome yang diharapkan meningkat (IOM 1990)
Pelayanan individual Yang dilandasi ilmu klinik sebagai kesehatan perorangan meliputi
;aspek pencegahan primer,pencegahan sekundr,pencegahan tersier berupa rehabilitasi
medik.
Demi menjamin tercapai dan terpeliharanya mutu dari waktu ke waktu, diperlukan
bakuan mutu berupa pedoman/bakuan yang tertulis yang dapat dijadikan pedoman kerja
bagi tenaga pelaksana.
1. Tiap pelaksana yang ditunjuk memiliki pegangan yang jelas tentang apa dan
bagaimana prosedur melakukan suatu aktifitas.
2. Standar yang tertulis memudahkan proses pelatihan bagi tenaga pelaksana baru yang
akan dipercayakan untuk mengerjakan suatu aktifitas.
3. Kegiatan yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur baku yang tertulis akan
menjamin konsistensinya mutu hasil yang dicapai.
4. Kebijakan mutu dibuat oleh penanggung jawab poli.
5. Standar Operasional Prosedur dan instruksi kerja dibuat oleh tenaga teknis
laboratorium dan disahkan oleh penanggung jawab poli Puskesmas.
6. Indikator mutu pelayanan rawat jalan meliputi;
Input Rincian Kegiatan Target

BAB IX

PENUTUP
Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan( Dokter/ Bidan ) puskesmas Garung dalam
melaksanakan pelayanan medikdasar KIA/KB di Puskesmas
Keberhasilan pelayanan medik dasar terkait dengan kepatuhan pemberi layanan terhadap
standar dan prosedur yang ditetapkan

Anda mungkin juga menyukai