I. LATAR BELAKANG
Hasil SUPAS 2015 menyebutkan Angka Kematian Ibu (AKI) 305/100.000 kelahiran hidup
(KH) sedangkan target 2030 secara global adalah 70/100.000 KH. Hasil SDKI 2017
menyebutkan Angka Kematian Neonatal (AKN) adalah 15/1.000 kelahiran hidup dan
Angka Kematian Bayi (AKB) 24/1.000 KH. Berdasarkan SRS Litbang 2016, penyebab
kematian ibu paling banyak disebabkan oleh preeklamsia-eklamsia, perdarahan dan
infeksi. Sedangkan penyebab kematian bayi baru lahir adalah komplikasi kejadian pada
intrapartum, gangguan respirasi dan kardiovaskular, BBLR dan prematur, serta kelainan
kongenital.
Distribusi Kematian Ibu berdasarkan SRS 2014, terjadi pergeseran tempat kematian ibu dari
kematian di non fasyankes menjadi kematian di fasyankes. Kematian ibu paling banyak
terjadi di fasyankes sebesar 75%, kematian di rumah sakit sebesar 10%, kematian di rumah
sebesar 4%, lainnya sebesar 2%. Untuk itu, pentingnya penyediaan dan penguatan
fasyankes, baik fasyankes primer dan fasyankes rujukan serta sistem rujukannya dalam
penurunan AKI dan AKN
Salah satu upaya penurunan AKI dan AKN adalah memberikan perhatian serius dalam
mengatasi masalah komplikasi pada saat kehamilan, persalinan dan nifas. Diperkirakan 15 –
20 persen kehamilan dan persalinan akan mengalami komplikasi. Sebagian besar
komplikasi dapat dicegah dan ditangani apabila : 1) ibu segera mencari pertolongan ke
tenaga kesehatan; 2) tenaga kesehatan melakukan prosedur penanganan yang sesuai
antara lain menggunakan partograf untuk memantau perkembangan persalinan dan
pelaksanaan manajemen aktif kala III untuk mencegah perdarahan paska persalinan; 3)
Tenaga kesehatan mampu melakukan identifikasi dini komplikasi; 4) Apabila komplikasi
terjadi, tenaga kesehatan dapat memberikan pertolongan pertama dan melakukan tindakan
stabilisasi pasien sebelum melakukanrujukan; 5) Proses rujukan efektif; 6) Pelayanan di
rumah sakit yang cepat dan tepat guna.
Salah satu faktor utama yang menentukan keberhasilan pelayanan kesehatan tersebut
adalah kualitas sumber daya manusia kesehatan yang melaksanakan pelayanan. Pelatihan
klinis dan orientasi terkait maternal dan neonatal telah banyak ragamnya dengan sasaran
jenis tenaga kesehatan yang sama yaitu dokter, bidan dan perawat antara lain orientasi
antenatal terpadu, pelatihan asuhan persalinan normal (APN), orientasi persalinan dan nifas
di fasilitas kesehatan, pelatihan KB paska persalinan, pelatihan PONED dan PPGDON.
Dalam rangka peningkatan kemampuan klinis tenaga kesehatan yang lebih komprehensif
dalam penanganan kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal maka dibuat suatu
pelatihan penanganan kegawatdaruratan maternal dan neonatal.
Fokus pelatihan bagi pelatih (TOT) penanganan kegawatdaruratan maternal dan
neonatal ditujukan pada kemampuan tim tenaga kesehatan (Dokter, Bidan dan Perawat) di
Rumah Sakit untuk melakukan penanganan awal (resusitasi), stabilisasi dan transportasi
(rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih mampu). Diharapkan tim tenaga kesehatan
tersebut dapat melatih tim tenaga kesehatan (Dokter, Bidan dan Perawat) di Puskesmas
sesuai dengan kurikulum dan modul yang telah ditetapkan.
2. Tahapan Kegiatan
Untuk mendapatkan output kegiatan yang ingin dicapai maka dilakukan tahapan
kegiatan berikut ini :
a) Persiapan
Persiapan kegiatan ini meliputi menentukan tempat dan waktu pelatihan
termasuk tempat praktek lapangan, pembuatan dan pengiriman surat ke peserta
serta mengkonfirmasinya, pengajuan reakreditasi pelatihan, mempersiapkan
bahan kurikulum dan modul pelatihan.
b) Pelaksanaan kegiatan
Kegiatan dilaksanakan selama 14 hari dengan 117 Jam Pelajaran. Sebagai
penanggung jawab kegiatan adalah Direktur Gizi dan KIA dan ketua pelaksana
adalah Ketua Tim Kerja Kesehatan Maternal dan Neonatal.
V. PESERTA
A. Peserta, Panitia dan Pengajar / Pelatih
Peserta terdiri dari Kementerian Kesehatan RI sebagai panitia penyelenggara /
narasumber, Organisasi Profesi yang merupakan pengajar/pelatih serta peserta
latih dari daerah. Adapun rincian peserta adalah sebagai berikut :
1) Kementerian Kesehatan RI
• Direktur Gizi dan KIA
• Ketua Tim Kerja Kesehatan Maternal dan Neonatal
• Anggota Tim Kerja Kesehatan Maternal dan Neonatal
• Pengendali diklat
Asal Peserta :
a. Dokter :
• Pendidikan S1 kedokteran umum
• Diutamakan PNS dan bekerja sebagai fungsional/pemberi pelayanan di
Rumah Sakit
• Telah mengikuti pelatihan pelayanan kegawatdaruratan maternal dan
neonatal / PONED / PONEK / Tata laksana Bayi Baru Lahir /
Manajemen Asfiksia dan BBLR
• Bersedia mengikuti pelatihan dari awal sampai akhir pelatihan dengan
aktif.
• Bersedia sebagai pelatih pada pelatihan penanganan kegawatdaruratan
maternal dan neonatal
• Bersedia mengaplikasikan hasil pelatihan di tempat kerjanya minimal
selama 2 tahun setelah dilatih dibuktikan dengan surat rekomendasi
dari atasan
b. Bidan
• Minimal pendidikan D3
• Diutamakan PNS dan bekerja sebagai fungsional/pemberi pelayanan di
Rumah Sakit
• Telah mengikuti pelatihan pelayanan kegawatdaruratan maternal dan
neonatal / PONED / PONEK / Tata laksana Bayi Baru Lahir /
Manajemen Asfiksia dan BBLR;
• Bersedia mengikuti pelatihan dari awal sampai akhir pelatihan dengan
aktif
• Bersedia sebagai pelatih pada pelatihan penanganan kegawatdaruratan
maternal dan neonatal
• Bersedia mengaplikasikan hasil pelatihan di tempat kerjanya minimal
selama 2 tahun setelah dilatih dibuktikan dengan surat rekomendasi
dari atasan
c. Perawat
• Minimal pendidikan D3
• Diutamakan PNS dan bekerja sebagai fungsional/pemberi pelayanan di
Rumah Sakit
• Telah mengikuti pelatihan pelayanan kegawatdaruratan maternal
dan neonatal / PONED / PONEK / Tata laksana Bayi Baru Lahir /
Manajemen Asfiksia dan BBLR /TPPK
• Bersedia mengikuti pelatihan dari awal sampai akhir pelatihan dengan
aktif.
• Bersedia sebagai pelatih pada pelatihan penanganan kegawatdaruratan
maternal dan neonatal
• Bersedia mengaplikasikan hasil pelatihan di tempat kerjanya minimal
selama 2 tahun setelah dilatih dibuktikan dengan surat rekomendasi
dari atasan
VIII. BIAYA
Penyelenggaraan kegiatan Pelatihan bagi Pelatih (TOT) Penanganan
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal bagi Dokter Umum, Bidan dan Perawat di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer dibiayai oleh dana DIPA Satker Direktorat Gizi
dan KIA Tahun 2022.ohmawati, 00122001