NIM : 08061282126031
Bunga
Bunga terdiri atas sebuah sumbutempat organ-organ bunga tumbuh. Bagian dari sumbu yang
berupa ruas yang berakhir dengan Bungan disebut pedisel. Ujung distal pedisel menggembung
dengan panjang yang beragam, disebut reseptakel bunga/thalamus. Organ-organ bunga melekat
pada reseptakel.
Organ bunga terdiri dari 4 macam :
Sepal merupakan organ terluar, secara bersama-sama membentuk kaliks, berwarna
hijau, paling rendah kedudukannya pada reseptakel
Korola berada pada sebelah dalam sepal, terdiri atas petal, umumnya memiliki warna.
Di dalam perhiasan bunga terdapat 2 macam organ reproduksi yaitu, stamen yang terdapat
di sebelah luar, bersama-sama membentuk androesium-benang sari dan karpel yang terdapat
disebelah dalam, bersama-sama membentuk ginoesium-putik.
Stamen (benang sari) terdiri atas sebuah filament yang di bagian distalnya menyangga anter.
Lapisan epidermis mempunyai kutikula. Epidermis terdiri atas parenkim dengan vakuola yang
jelas & ruang antar sel yang kecil. Anter ( kepala sari – bagian benang sari yang mengandung
serbuk sari/polen) terdiri atas 4 kantung polen (gamet jantan) yang berpasangan dalam 2 cuping.
Kedua cuping dipisahkan oleh jaringan steril yaitu konektivum yang memiliki berkas pembuluh.
Pada lapisan sub-epidermis anter akan berkembang sel sporogen primer yang akan
membentuk sel-sel induk polen (mikrosporosit) & sel parietal primer yang akan membentuk
dengan kantung polen & tapetum (lapisan paling dalam dari kantung polen yang kandungan sel-
nya diserap oleh sel induk polen & butir polen selama perkembangan butir polen). Sebelum terjadi
pembebasan butir polen, beberapa dinding tebal berbentuk U berkembang pada lapisan sub-
epidermis anter. Lapisan tebal ini disebut endotesium, menyebabkan merekahnya kantung polen.
Sel-sel tapetum yang membesar kaya akan proroplasma & multinukleat atau poliploid. 2 tipe
tapetum dibedakan menjadi tapetum kelenjar atau tapetum sekretori yang sel-selnya masih pada
posisi asal yang kemudian hancur, tapetum amuboid adalah yang proroplas dari sel-sel tapetum
menembus diantara sel-sel induk polen & butir polen yang sedang berkembang lalu slaing melebur
membentuk periplasmodium tapetum.
Mekanisme membuka anter adalah :
Selama proses dehidrasi anter, endotesium kehilangan air.
Dinding sel tertarik ke bagian tengah.
Karena tidak ada penebalan dalam dinding periklinal sebelah luar, terjadi banyak
lipatan pada dinding periklinikal luar dibanding dinding sebelah dalam yang
mempunyai banyak penebalan.
Karena endotesium kehilangan air & dinding luar melipat & berkerut, terjadilah
bukaan pada anter.
Sel-sel yang terdapat di sepanjang tepi anter yang merekah berdinding tipis.
Perekahan berupa celah yang disebut stomium
Sebelum terjadi perekahan, bagian sekat yang terdapat diantara ke 2 kantung polen
pada setiap lobus biasanya mengalami disintegrasi & daerah perekahan hanya
dilindungi oleh epidermis.
Sel epidermis yang melindungi daerah perekahan berukuran lebih kecil dibanding
sel-sel epidermis disekelilingnya & pecah dengan mudah saat anter masak.
Setiap sel induk polen (mikrosporosit) membelah secara meiosis membentuk tetrad butir
polen, yaitu 4 butir polen haploid. Butir polen yang masak memeliki komposisi seperti Protein (7-
26%), KH (24-48%), Lemak (0,9-14,4%), Abu(0,9-5,4%), Air(7-16%). Butir polen yang masak
dikelilingi oleh pelulosa yang tipis yang disebut intin. Diluar intin terdapat lapisan eksin yang
tersusun atas sporopolenin (suatu substansi keras, polimer oksidatif karotenoid, yag memberi daya
tahan hebat pada dinding butir polen). Eksin biasanya terdiri atas bagian luar yang terukir, disebut
seksin & bagian dalam disebut neksin. Neksin yang menutupi intin biasanya membentuk lapisan
licin.
Ukiran seksin diakibatkan adanya tangkai yang tersusun radial dengan bagian kepala
membesar, disebut bakula. Ukuran bakula bervariasi, dapat berkelompok/terpisah & pada
beberapa tumbuhan bakula melebur membentuk tectum. Pada pinus, kantung udara oleh
terpisahnya seksin dari neksin. Butir polen monokotil biasanya hanya punya 1 apertur, sedangkan
pada dikotil biasanya 3. Pada dikotil, butir polen dengan 1 apertur dijumpai pada piperaceae. Pada
nymphaceae ada beberapa genera yang memiliki butir polen dengan 1 apertur & ada yang 3
apertur.
Tipe aperture dibedakan menjadi 4 yaitu :
Sulkus : kerutan memanjang tegak lurus sumbu membujur di kutub butir polen.
Kolpa : kerutan memanjang dengan sudut tegak lurus bidang ekuator, akhir dengan
kerutan langsung menghadap kutub butir polen.
Ruga : kerutan memanjang dengan arah berbeda dengan kedua tipe diatas.
Porus : aperture bundar
Ukuran butir polen :
Perminuta : diameter kurang dari 10 µ
Minuta : diameter 10-25 µ
Media : diameter 25-50 µ
Magna : diameter 50-100 µ
Permagna : diameter 100-200 µ
Giganta : diameter lebih dari 200 µ