Anda di halaman 1dari 26

Judul

WORLD BANK

Disusun oleh:
ALMUTMAINAH

MAN 1 KOTA BIMA


TAHUN AJARAN 2022/2023
BAB 1
A. Pengertian Bank Dunia
Bank dunia adalah Lembaga Keuangan Internasional yang
memiliki perwakilan hampir di setiap negara khususnya
negara-negara berkembang. Berbicara mengenai Bank
Dunia berarti akan menggambarkan sebuah lembaga
keuangan internasional yang memberikan pinjaman ke
negara-negara berkembang untuk program permodalan.
Bank Dunia didirikan dengan tujuan untuk memecahkan
masalah-masalah internasional terutama yang berkaitan
dengan masalah moneter dan keuangan laainnya.
Kegiatan utamanya pada waktu itu lebih difokuskan untuk
membantu proses rekontruksi bagi Negara-negara yang
menderita karena Perang Dunia II. Bantuan bank dunia
selanjutnya dialihkan kepada pemberian bantuan pinjaman
dalam rangka membantu negara-negara berkembang
menjadi anggota bank dunia. Pinjaman yang dibiayai oleh
Bank Dunia hanya ditujukan untuk proyek-proyek yang
produktif.
Dana untuk itu berasal dari modal Bank Dunia sendiri, yang
terdiri dari konstribusi pemerintah negara-negara asing dan
melalui mobilisasi modal swasta. Modal saham Bank Dunia
disusun sedemikian rupa sehingga setiap resiko dalam
melaksanakan kegiatannya dibebankan kepada negara-
negara asingnya dengan berdasarkan kekuatan ekonomi
mereka masing-masing. Bank dunia juga merupakan
organisasi antarpemerintahan (intergovermental) yang
mendasarkan pada pasar-pasar modal di dunia untuk
sumber keuangannya.
World Bank Group terdiri dari lima organisasi, yaitu:
1. IBRD (International Bank for Reconstruction and
Development)
2. IDA (International Development Association)
3. IFC (International Finance Corporation)
4. MIGA (Multilateral Investment Guarantee Agency)
5. ICSID (International Center for the Settlement of
Investment Disputes)
B. Sejarah Bank Dunia
Pada awal perang dunia II ahli-ahli keuangan dan gabungan
beberapa negara, menganggap bahwa setelah Perang Dunia
II akan membawa pengaruh akan adanya kebutuhan atas
peraturan peraturan mengenai kerja sama internasional
untuk memecahkan masalah dalam hal moneter dan
permasalahan-permasalahan keuangan lainnya.
Bank Dunia didirkan pada 27 Desember 1945 setelah
ratifikasi internasional mengenai perjanjian yang dicapai
pada konferensi yang berlangsung pada 1 Juli–22 Juli 1944
di kota Bretton Woods. Konferensi itu diikuti oleh delegasi
dari 44 negara, namun yang paling berperan dalam
negosiasi pembentukan Bank Dunia adalah AS dan Inggris,
USA pada konferensi itu dicanangkan Anggaran Dasar yaitu
dengan terbentuknya dua Lembaga keuangan Internasional:
1. IMF (International Montary Fund)
2. IBRD (International Bank For Reconstruction and
Development) kemudian lebih dikenal Word Bank.
Fasilitas kredit yang diberikan oleh Bank Dunia pertama kali
dilaksanakan tahun 1947 dan berjumlah U$ 500 juta untuk
Program Rekonstruksi diempat Negara Eropa. Semula
sumber sumber yang dimiliki oleh Bank dunia ditunjukan
untuk membantu proses terkonstruksi bagi negara-negara
yang menderita karena perang. Dengan kemajuan Marshall
Plan dari Amerika Serikat pada tahun 1948 Bank Dunia
mengalihkan usaha-usahanya terutama ditunjukan untuk
kegiatan pembangunan. Sejak tahun 1960-an, pemberian
pinjaman difokuskan kepada negara-negara non-Eropa
untuk membiayai proyek-proyek yang bisa menghasilkan
uang, supaya negara yang bersangkutan bisa membayar
kembali hutangnya. Pada Era 1968-1980, pinjaman Bank
Dunia banyak dikucurkan kepada negara-negara Dunia
Ketiga, dengan tujuan ideal untuk mengentaskan
kemiskinan di negara-negara tersebut.

A. Yang Menjalankan Operasi Perusahaan Bank Dunia


Seluruh kekuasaan Bank dunia berara di bawah Dewan
Komisaris yang terdiri dari para komisaris yang mewakili
negara anggota (masing-masing negara anggota
menunjukkan satu orang kombisarisnya). Dewan Komisaris
bertemu satu tahun sekali dan dapat mengirimkan suaranya
melalui surat atau kawan kecuali kekuasaan tertentu yang
di tentukan secara spesifik dalam anggaran dasarseperti
keputusan keanggotaan, alokasi pendapatan bersih dan
perubahan perubahan dalam modal saham ; Dewan
komisaris menyerahkan kekuasaannya kepada Dewan
Direksi (Board of Dirater) yang melaksanakan tugas-tugas
mereka secara penuh pada markas besar Bank Dunia di
Washingron D. C. Umumnya para direksi mengadakan
pertemuan seminggu sekali 5 dari direksi ditunjuk olehh 5
pemegang saham terbesar, dan lainnya (15 orang direksi
dipilih oleh negara anggota lainnya).
Setiap pemilihan suara yang diberikan oleh Direksi
merupakan jumlah dari suatu yang berikan negara anggota
yang diwakilinya. Pemilihan suara dari setiap direksi itu
kemudian diberi bobot (urighted). Para direksi memilih
Direktur Utama dari Bank dunia berdasarkan keputusan
dari para direktur atas beberapa pertanyaan menganai
kebijakan Bank Dunia dinilai mampu untuk melaksanakan
usaha dan mengurus organisasi Bank Dunia menunjukan
dan memberhentikan para pegawai, Offcer, dan Staff.
Hanya Direktur Utama yang dapat mengusulkan fasilitas
kredityang akan diberikan.
Kebijakan secara luas diputuskan oleh Direktur pelaksana
berdasarkan batasan-batasan dari anggraran Dasar.
Kebijakan bank merupakan proses yang mengalami
perubahan secara perlahann-lahan. Anggaran dasar secara
umum memberikan kelonggaran kepada bank untuk
menjalankan operasinya, sehingga dapat dapat
menyesuaikan kebijkan tersebut terhadap kenyataan di
dunia yang selalu berubah. Biasanya analisis yang terperinci
mengenai setiap perubahan kebijakan, di kemukakan oleh
Direktur Utama Bank Dunia kepada Para Direktur pelaksana
untuk dipertimbangkan dan diputuskan.

B. Tujuan Bank Dunia


Pada awalnya tujuan bank dunia adalah untuk membantu
proses rekonstruksi Negara-negara yang menderita
kerugian akibat perang. Seiring dengan berjalannya waktu
Negara-negara yang mengalami peperangan semakin
berkurang drastis jumlahnya akibatnya kebutuhan akan
rekontruksi pasca perang pun semakin sedikit pula
jumlahnya. Oleh sebab itu, Bank Dunia kemudian
menggeser fokusnya ke arah pembangunan infrastruktur,
pengentasan kemiskinan, pendidikan, kesehatan, dan
pelayanan publik, terutama di negara-negara dunia ketiga
yang tidak lain tertinggal dari negara maju. Namun tujuan
rekonstruksi pasca perang juga tidak dihilangkan.
Bank Dunia didirikan untuk memecahkan masalah
internasional terutama yang berkaitan dengan masalah
moneter dan keuangan lainnya. Bank Dunia secara umum
bertujuan untuk mengurangi tingkat kemiskinan di dalam
suatu Negara. Apabila kita lihat dengan lebih spesifik Bank
Dunia memiliki tujuan lain yang diantaranya adalah untuk
membantu rekonstruksi dan pembangunan di daerah
anggota dengan cara memfasilitasi investasi modal untuk
tujuan produktif, termasuk pemulihan kembali ekonomi
yang hancur atau rusak karena perang, perubahan kembali
fasilitas-fasilitas produktif yang dibutuhkan untuk usaha
damai dan dorongan pembagnunan untuk fasiltas produktif
dan sumber-sumber di negara-negara miskin.
Tujuan berikutnya adalah untuk mendorong investasi
swasta luar negeri lewat jaminan atau partisipasi dalam
pemberian pinjaman dan investasi lainnya oleh investor
swasta; dan ketika modal swasta tidak tersedia dalam
syarat-syarat yang wajar, sebagai tambahan investasi
swasta dengan menyediakan, berdasarkan persyaratan
yang cocok, membiayai untuk tujuan-tujuan produktif di
luar dari modal mereka sendiri, pengumpulan dan oleh
sumber-sumber sendiri maupun sumber lainnya. Bank
dunia juga mendorong keseimbangan perkembangan
jangka panjang perdagangan internasional dan untuk
mempertahankan keseimbangan saldo pembayaran dengan
mendorong investasi internasional untuk kemajuan
sumber-sumber produktif para anggota, dengan cara
membantu menaikkan produktivitas, standar kehidupan
dan keadaan buruh di daerah mereka.
Melalui bank dunia di susun pula pinjaman-pinjaman yang
dibuat atau dijamin olehnya dalam hubungannya dengan
pinjaman internasional melalui sumber lainnya sehingga
dapat lebih berguna dana proyek-proyek yang mendesak,
besar ataupun kecil, dapat diatasi segera. Selain itu bank
dunia juga menjalankan kegiatannya dengan dasar untuk
mempengaruhi investasi internasional dalam persyaratan
bisinis di dalam daerah anggota.
Selain itu ada beberpa tujuan Bank Dunia Sebagai Berikut :
1. Untuk membantu rekonstruksi dan pembangunan di
daerah anggota dengan cara memfasilitasi investasi modal
untuk tujuan produktif, termasuk pemulihan kembali
ekonomi yang hancur atau rusak karena perang, perubahan
kembali fasilitas-fasilitas produktif yang dibutuhkan untuk
usaha damai dan dorongan pembanunan untuk fasiltas
produktif dan sumber-sumber di negara-negara miskin.
2. Untuk mendorong investasi swasta luarnegeri lewat
jaminan atau partisipasi dalam pemberian pinjaman dan
investasi lainnya oleh investor swasta; dan ketika modal
swasta tidak tersedia dalam syarat-syarat yang wajar,
sebagai tambahan investasi swasta dengan menyediakan,
berdasarkan persyaratan yang cocok, membiayai untuk
tujuan-tujuan produktif di luar dari modal mereka sendiri,
pengumpulan dan oleh sumber-sumber sendiri maupun
sumber lainnya.
3. Untuk mendorong keseimbangan perkembangan
jangka panjang perdagangan internasional dan untuk
mempertahankan keseimbangan saldo pembayaran dengan
mendorong investasi internasional untuk kemajuan
sumber-sumber produktif para anggota, dengan cara
membantu menaikkan produktivitas, standar kehidupan
dan keadaan buruh di daerah mereka.
4. Untuk meyusun pinjaman-pinjaman yang dibuat atau
dijamin olehnya dalam hubungannya dengan pinjaman
internasional melalui sumber lainnya sehingga dapat lebih
berguna dna proyek-proyek yang mendesak, besar ataupun
kecil, dapat diatasi segera.
5. Untuk menjalankan kegiatannya dengan dasar untuk
mempengaruhi investasi internasional dalam persyaratan
bisinis di dalam daerah anggota dan, dalam tahun tahun
setelah perang, untuk membantu membuat masa transisi
dari suasana perang ke keadaan ekonomi yang damai.

C. Fungsi Bank Dunia


Bank dunia berfungsi untuk mengurangi serta
menghilangkan kemiskinan di negara-negara terkait.
Aktivitas Bank Dunia saat ini difokuskan dalam bidang
seperti pendidikan, pertanian dan industri. Bank Dunia
memberi pinjaman dengan tarif preferensial kepada
negara-negara anggota yang sedang dalam kesusahan.
Sebagai balasannya, pihak Bank juga meminta bahwa
langkah-langkah ekonomi perlu ditempuh agar misalnya,
tindak korupsi dapat dibatasi atau dengan
dikembangkannya demokrasi.
Tugas prinsip dari Bank Dunia saat ini adalah memberikan
pinjaman untuk proyek-proyek produktif demi
pertumbuhan ekonomi di negara-negara sedang
berkembang yang menjadi anggotanya. Sebanyak kira-kira
US $ 2,4 milyar telah diberikan oleh Bank Dunia untuk
proyek-proyek pembangunan di Eropa, Australia dan New
Zeland selama 23 tahun terakhir ini (dari data tahun 1970,
sebanyak US $ 1,9 milyar untuk 28 Negara Afrika, US $ 4,3
milyar untuk 16 negara Asia dan US $ 3,8 milyar untuk 22
negara-negara bagian Amerika Serikat bagian barat).
Pinjaman ini digunakan untuk industri pembangkit tenaga
listrik,pembangunan jalan, rel kereta api, pelabuhan-
pelabuhan, pembangunan saluran pipa gas alam,
telekomunikasi, pertanian, industri, pengadaan pendidikan
dan dalam hal-hal tertentu ditunjukan untuk program
pembangunan yang lebih umum termasuk impor.
Bank Dunia memiliki dua keanggotaan yaitu :
1. IFC (International Finance Corporation) yang memulai
kegiatannya pada tahun 1956
2. IDA (International Development Association) yang
memulai kegiatannya pada tahun 1960.
Kedua lembaga ini dan Bank Dunia membentuk kelompok
Bank Dunia (World Bank Group).
Keanggotaan dari Bank Dunia merupakan persyaratan
keanggotaan IFC (yang kegiatannya ditujukan untuk sektor
swasta di negara-negara berkembang) dan keanggotaan IDA
(yang kegiatannya ditunjukan untuk sektor yang sama
dengan kebijakan dan sesuai dengn Bank Dunia. Namun
bantuan yang diberikan hanya ditujukan untuk negara-
negara miskin, dengan syarat-syarat yang lebih mudah dari
pada pinjaman-pinjaman yang bisa diberikan oleh Bank
Dunia. Bank Dunia juga mensponsori International
Center The Satlenses Invesment Development (ICSID).

F. Peran Bank Dunia


1. Peran Bank Dunia Secara Global
Bank dunia memiliki dampak yang sangat besar di dunia
internasional melalui peran-peran yang telah di
tunjukkannya di pentas dunia. Dari awal dibentuknya Bank
Dunia telah memiliki peranan yang sangat besar dalam
membantu negara-negara korban perang, terutama di
wilayah Eropa, untuk segera merekonstruksi infrastruktur
dan perekonomiannya yang hancur pasca perang dunia
kedua. Dengan berakhirnya perang dunia kedua Bank Dunia
memulai mentransformasikan peran baru sebagai lembaga
pemberi pinjaman uang berbunga rendah untuk negara-
negara berkembang yang membutuhkan untuk membangun
kesejahteraan dan mengentaskan kemiskinan di Negara
tersebut, sebagaimana yang telah dijelaskan pada tujuan
dan fungsi bank dunia.
Bank Dunia menjadi suatu alternative kuat demi terciptanya
harapan tersebut.
Bank Dunia mendanai proyek-proyek di berbagai negara
untuk mengembangkan beberapa hal, seperti
pembangunan infrastruktur, pendidikan, kesehatan,
pelayanan publik, pengentasan kemiskinan, hingga
lingkungan hidup. Bank Dunia seringkali memberikan
bantuan dalam bentuk dua hal sekaligus, dana pinjaman
dan juga rekomendasi kebijakan, terutama terkait kebijakan
keuangan atau yang berhubungan dengan proyek yang
didanai.
Namun juga tidak dapat di pungkiri, Jika dilihat secara
global, bantuan-bantuan dana kepada masing-masing
negara peminjam telah menjadi penyangga, sehingga
perekonomian dunia menjadi lebih stabil dan terkendali.
Hal ini tentunya juga sesuai dengan tujuan keberadaan dari
Bank Dunia.
2. Peran Bank Dunia (World Bank) Bagi Perkembangan
Perekonomian Indonesia
Bank Dunia telah banyak memberikan peranannya bagi
situasi dan kondisi perekonomian Indonesia. Bank Dunia
mulai berperan sebagai lembaga pemberi pinjaman bagi
Indonesia pada saat awal masa pemerintahan Presiden
Soeharto, yaitu sekitar tahun 1968. Peranan bank dunia ini
terlihat dari kinerjanya dalam menjalankan tugas di
Indonesia. Beberapa hal syang menjadi tugas bank dunia
untuk Indonesia pada saat itu antara lain yaitu memimpin
Forum CGI. Aggota CGI (Consultative Group meeting on
Indonesia) adalah 33 negara dan lembaga-lembaga donor
yang dikoordinasikan oleh Bank Dunia. CGI membantu
pembangunan di Indonesia dengan cara memberikan
pinjaman uang serta bantuan teknik untuk menciptakan
aturan-aturan pasar dan aktivitas ekonomi liberal. Dalam
hal ini, Bank Dunia bertugas menciptakan pasar yang kuat
bagi kepentingan negara-negara dan lembaga donor.
Tugas berikutnya Bank Dunia adalah menyediakan hutang
dalam jumlah besar, bekerjasama dengan Jepang dan ADB
(Asian Development Bank). Sebelum memberikan pinjaman,
Bank Dunia menjajaki Indonesia dengan memberikan
bantuan teknis untuk identifikasi kebijakan makroekonomi,
kebijakan sektoral yang diperlukan, dan kebutuhan
pendanaan yang kritis
Di masa-masa awal pemberian pinjaman. Pada tahun-tahun
berikutnya, Indonesia berhasil menunjukkan performa
ekonomi yang memuaskan, dengan rata-rata pertumbuhan
ekonomi sebesar 7 persen per tahun, jauh lebih besar dari
rata-rata pertumbuhan ekonomi negara peminjam yang
lain. Oleh karena itu, sejak akhir dekade 70-an Indonesia
sudah mulai memperoleh pinjaman Bank Dunia yang
konvensional atau dengan menggunakan skema
IBRD.Namun, sayangnya, hutang ini justru menjadi alat bagi
Bank Dunia untuk memasarkan barang dan jasa dari negara-
negara pemegang saham utama, seperti Amerika, Inggris,
Jepang dan lainnya kepada Indonesia. Untuk hutang dana
segar bisa dicairkan bila Indonesia menerima Program
Penyesuaian Struktural (SAP). SAP mensyaratkan
pemerintah untuk melakukan perubahan kebijakan yang
bentuknya, antara lain: swastanisasi (Privatisasi) BUMN dan
lembaga – lembaga pendidikan, deregulasi dan pembukaan
peluang bagi investor asing untuk memasuki semua sector,
pengurangan subsidi kebutuhan- kebutuhan pokok, seperti:
beras, listrik, pupuk dan rokok serta menaikkan tarif
telepon dan pos, menaikkan harga bahan bakar (BBM).
Tugas Bank Dunia yang lain adalah mendorong pemerintah
Indonesia untuk melakukan privatisasi dan kebijakan yang
memihak pada perusahaan-perusahaan besar.
Selain itu, Bank Dunia memiliki Peran Negatif peran di
Indonesia. Setiap tindakan biasanya akan memiliki
kosekuensi yang memiliki dua sisi yang berlainan seperti
baik-buruk, untung-rugi, positif-negatif dan hasil-hasil
lainnya. Begitu juga kosekuensi dari kerjasama yang
dilakukan Indonesia dengan Bank Dunia. Peranan yang
diberikan bank dunia bagi Indonesia dapat berdampak baik
atau malah berdampak buruk dikemudian harinya. Dampak
negative dari peran bank dunia terlihat dari Besarnya
jumlah hutang (yang terus bertambah) membuat
pemerintah juga harus terus mengalokasikan dana APBN
untuk membayar hutng dan bunganya.

Bank Dunia sebagai salah satu organ PBB mendapatkan


mandat untuk membantu meningkatkan kesejahteraan
bangsa-bangsa. Namun Bank Dunia malah memfokuskan
operasinya pada penguatan pasar dan keuangan melalui
ekspansi ekonomi perusahaan multinasional, dan
membiarkan Indonesia selalu berada dalam jeratan hutang
tak berkesudahan.
Dari Penjelasan di atas dapat kita lihat bahwa bank
dunia memegang peranan besar bagi perkembangan
perekonomian Indonesia baik dalam pembangunan maupun
pasang surut perekonomian nasional. Mulai dari
pembangunan masa 1970-an hingga di era reformasi yang
menciptakan kebijakan-kebijakan baru, semuanya tidak
terlepas dari peran Bank Dunia.

G. Hubungan Antara Bank Dunia Dan PBB


Perjanjian resmi antara PBB dan Bank Dunia di
tandatangani pada tanggal November 1947 Isinya mengenai
kebebesan Bank Dunia untuk melaksanakan kegiatannya
karena salah satu anggotanya ada yang bukan anggota PBB,
yaitu Republik Federal Jerman. Bank Dunia memelihara
hubungan yang sangat baik dengan PBB Bank Dunia
memililiki kantor di markas Besar PBB dengan para staf
yang berugas sebagai perantara PBB dan Bank Dunia
misalnya memperhatikan atau menyusun seluruh
pertemuan antara PBB dan Bank Dunia Misalnya
memperhatikan atau menyusun seluruh pertemuan antara
PBB dan Bank Dunia sehubungan dengan kepentingan PBB
terhadap Bank Dunia.
Direktur Utama dari Bank Dunia adalah anggota dari
Administration Commiter coordination yang ketuanya
adalah Sekretaris jendral PBB dan para anggotanya adalah
ketua dari badan-badan PBB Direktur Utama mengirimkan
laporan tahunan kepada United Nation Economics and
Sosial Council. Bank Dunia Juga Memiliki Hubungan dengan
organisasi-organisasi dibawah naungan PBB seperti, IMF,
United Nation, UNDP, PAD, UNESCO.
H. Kriteria Dasar Membuat Keputusan dalam
Memberikan Pinjaman
Kecuali dalam hal-hal khusus, pinjaman yang diberikan oleh
Bank Dunia harus ditujukan untuk proyek-proyek tertentu
di negara anggota, atau di wilayah yang diawasi oleh
negaraanggota. Proyek yang dibayar harus layak, baik
teknis maupun ekonomis, dan merupakan salah satu
prioritas utama bagi pembangunan ekonomi sebuah
negara. Proyek tersebut harus dikelola secara baik, dari
sebelum pelaksanaan sampai setelah proyek itu selesai.
Harus ada jaminan yang dapat dipercaya bahwa pinjaman
akan dilunasi dan pinjaman tersebut tidak akan merupakan
beban bagi perekonomian negara peminjam. Bank Dunia
juga harus yakin bahwa negara peminjam yang prospektif
tidak dapat memperoleh pembiayaan dengan syarat-syarat
yang wajar dari sumber-sumber yang lain.

BAB ll

World Bank Dianggap sebagai Penyebab Krisis Global


Sejak Oktober 2008, Bank Dunia dikritik telah menyebabkan
krisis iklim, krisis financial dan krisis pangan. Kritikan ini
berasal dari Sejumlah LSM antara lain Koalisi Anti Utang
(KAU), Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Serikat
Petani Indonesia (SPI), dan Solidaritas Perempuan (SP).
Kritikan ini sangat beralasan, karena telah diketahui bahwa
Bank Dunia telah membiayai proyek bernilai miliaran rupiah
untuk membiayai industri ekstraktif seperti batu bara,
minyak, dan gas. Setiap tahun, utang milyaran dolar
digunakan untuk membiayai proyek yang menghancurkan
lingkungan dan iklim. Proyek itu menghancurkan lingkungan
dan merupakan faktor utama penyebab krisis iklim. Proyek
di industri ekstraktif tersebut antara lain pembangunan
dam besar dan pengembangan agrofuel. Disamping itu,
utang tersebut dibayar lewat anggaran publik, perusahaan
transnasional mengeruk keuntungan dari proyek tersebut.
Bank Dunia adalah pemberi utang terbesar untuk industri
ekstraktif di dunia, yang nilainya mencapai US$28 miliar
dari 133 paket program sejak 1992. Skema utang baru Bank
Dunia untuk perubahan iklim (climate investment fund)
yang mencapai 5 miliar dollar AS dituding sebagai tidak
lebih dari upaya untuk memanfaatkan krisis iklim demi
keuntungan Bank Dunia. Selama 3 dekade World Bank
menjadikan utang sebagai alat untuk mengintervensi
kebijakan negara selatan termasuk Indonesia yang
mendorong liberalisasi keuangan, ekstraksi kekayaan alam
dan konsentarasi kekayaan pada segelintir orang serta
penghisapan ekonomi negara selatan oleh negara utara dan
perusahaan transnasional. Mendorong pola pembangunan
neoliberal yang menyebabkan terjadinya krisis iklim,
finansial dan pangan.
Sikap Dunia terhadap Skandal World Bank sebagai
Penyebab Krisis Global. Sebuah sikap telah dilakukan
Pemerintah India melalui Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanannya. Bank Dunia tidak dapat membantu India
untuk mengatasi perubahan iklim. Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan India menyatakan menolak institusi
yang menyediakan Dana Investasi Iklim bagi negara
berkembang untuk mengatasi perubahan iklim. Dalam
penolakannya, menteri lingkungan itu mengatakan bahwa
kementerian keuangan tidak tertarik untuk mendapatkan
dana dari Bank Dunia dalam menghadapi perubahan iklim.
Bagi India, penolakan itu merupakan sikap kemandirian
sebagaimana di setiap perundingan Perserikatan Bangsa-
Bangsa. Di Ghana, India yang memimpin Kelompok G77 dan
China menuntut negara-negara kaya, yang
bertanggungjawab atas pelepasan terbesar gas rumah kaca
di atmosfir, seharusnya langsung mentransferkan dana
kepada negara-negara berkembang atau miskin yang
terpengaruh. Negara-negara kaya berkewajiban dalam
transfer dana dan teknologi untuk membantu negara
berkembang dan ini bukanlah dalam bentuk pinjaman.
Krisis iklim menyebabkan banyak kerusakan di Negara
berkembang. Pertama, merusak produksi pertanian dan
security food. Perubahan iklim akan berdampak pada curah
hujan, temperatur, dan ketersediaan air untuk pertanian.
Tanah-tanah pertanian akan mengalami gangguan dalam
pasokan air, sehingga produksi pertanian akan merosot.
Daerah kering sub-Sahara Afrika, misalnya, diperkirakan
luasnya akan bertambah sebesar 60-90 juta hektar.
Kedua, kelangkaan air. Perubahan pola aliran air dan
pencairan es akan meningkatkan ekologi stres yang akan
mempengaruhi aliran air untuk irigasi dan ketersediaan air
untuk penduduk. Pada tahun 2080 diperkirakan dunia
mendapatkan tambahan 1,8 miliar orang yang kekurangan
air. Sebaliknya, Asia Tengah dan Cina bagian utara dalam
jangka pendek akan mengalami kenaikan aliran sungai
akibat pencairan glaisser yang berkisar 10-15 meter di
Pegunungan Himalaya.
Ketiga, hancurnya ekosistem dan keragaman hayati.
Perubahan iklim juga akan mengubah sistem ekologi. Saat
ini diperkirakan setengah dari terumbu karang dunia
mengalami kerusakan (bleaching) akibat pemanasan global.
Ekologi yang berbasis es seperti yang terdapat di kawasan
Arctic dan Antartica akan mengalami dampak serius.
Sebagian binatang dan tumbuhan mungkin dapat
beradaptasi, namun cepatnya perubahan iklim ini membuat
sebagian tidak dapat mengikuti perkembangan itu. Dengan
peningkatan suhu pemanasan sebesar 3 derajat celcius, 20-
30 persen spesies tanah akan mengalami kepunahan.
Pemberian pinjaman untuk membiayai proyek
pencegahan dampak perubahan iklim adalah jebakan Bank
Dunia agar Negara berkembang tetap terbelit utang.
Bantuan yang ditujukan untuk menanggulangi dampak
negatif perubahan iklim untuk negara berkembang
sepantasnya dalam bentuk hibah, karena kelompok negara
ini merupakan korban dari proyek pembangunan dan
industri penyebab gas rumah kaca di negara-negara maju.
Dalam hal penyebab perubahan iklim AS dan Negara maju
tercatat sebagai Negara yang paling rakus dalam
penggunaan energy yang menjadi penyebab utama
perubahan iklim sehingga menyebabkan pemanasan global.
Ekonomi pasar (liberal) yang mendorong model produksi
yang tak henti-hentinya, telah mengubah sumber daya alam
menjadi komoditi yang terus-menerus menciptakan
permintaan baru merupakan penyebab utama
meningkatnya konsumsi akan bahan-bahan bakar fosil di
Negara maju.
Proyek utang yang dilakukan oleh World Bank tersebut,
tidak hanya menyebabkan krisis iklim, proyek utang
tersebut juga mendorong liberalisasi keuangan yang
sekarang juga menjadi pemicu terjadinya krisis finansial
terkini. Kebijakan liberalisasi ekonomi yang mendorong
penghapusan subsidi juga mengakibatkan terjadinya krisis
pangan yang ditandai dengan naiknya harga-harga bahan
pokok makanan. Tudingan lainnya yang muncul adalah
Selama tiga dekade institusi keuangan internasional itu
menjadikan utang sebagai alat untuk mengintervensi
kebijakan negara selatan, termasuk Indonesia, yang
mendorong liberalisasi keuangan, ekstraksi kekayaan alam,
dan konsentrasi kekayaan kepada segelintir orang.
B. Solusi
Extractive Industries Review (EIR), yang merupakan komisi
evaluasi independen dari aktivitas-aktivitas Bank Dunia di
sektor ekstraktif, merekomendasikan bahwa Bank Dunia
harus segera menghentikan utang untuk program-program
batubara dan keluar dari proyek-proyek utang untuk
minyak pada tahun 2008. Akan tetapi, justru utang Bank
Dunia untuk proyek-proyek minyak meningkat hingga 93%
dari US $ 450 Juta ke US $ 869 Juta dari tahun keuangan
2005 ke 2006.
Sedangkan pada tahun 2008 utang Bank Dunia untuk
minyak dan gas naik sebesar 97% dari tahun 2007, dengan
total sebesar $3 Milyar. Untuk pembiayaan batu bara saja
jumlah utang tersebut naik 256% dari tahun 2007. Di
Indonesia, utang Bank Dunia lewat IFC untuk PT. Adaro
Energy Tbk sebesar $ 25 Juta mendorong penggunaan batu
bara sebagai sumber energi yang menyebabkan kerusakan
lingkungan.
Dalam rangkaian Pekan Aksi Global Melawan Utang dan
Lembaga Keuangan International (Global Week of Action
Against Debt and IFIs) pada 13-18 Oktober 2008 yang
dilaksanakan serentak di seluruh dunia, kalangan LSM
menuntut beberapa hal, diantaranya:
1. Mendesak dilakukannya penghapusan utang yang
tidak sah (illegitimate debt) Bank Dunia yang memicu
terjadinya krisis iklim.
2. Penolakan skema utang baru Bank Dunia untuk
perubahan iklim juga
3. Penolakan skema utang untuk adaptasi dan mitigasi
perubahan iklim, serta
4. Mendesak pengakuan dan pembayaran utang
ekologis (ecological debt) negara utara ke negara selatan
Sebenarnya pada tahun 2004, terdapat desakan dari
public global kepada World Bank agar menghentikan proyek
minyak dan batu baranya. Namun, pada tanggal 22 Juli
2004, Dewan Direktur Bank Dunia memutuskan untuk
melanjutkan kebijakan dibidang minyak, gas dan
pertambangan yang berarti tetap meletakkan profit bagi
korporasi di atas rakyat dan planet.
Desakan dari publik global semakin kuat terhadap
Wolfensohn (Presiden Bank Dunia) untuk segera melakukan
reformasi kebijakannya dibidang minyak, gas dan
pertambangan. Data Bank Dunia sendiri menunjukkan
bahwa negara-negara yang bergantung kepada minyak
sebagai ekspor utamanya lebih cenderung terlibat perang
saudara dibandingkan dengan negara lain.
Padahal seharusnya pada saat itu Pihak Bank Dunia
World Bank Dianggap sebagai Penyebab Krisis Global

Sejak Oktober 2008, Bank Dunia dikritik telah menyebabkan krisis iklim, krisis financial dan
krisis pangan. kritikan ini berasal dari Sejumlah LSM antara lain Koalisi Anti Utang (KAU),
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Serikat Petani Indonesia (SPI), dan Solidaritas
Perempuan (SP). Kritikan ini sangat beralasan, karena telah diketahui bahwa Bank Dunia telah
membiayai proyek bernilai miliaran rupiah untuk membiayai industri ekstraktif seperti batu bara,
minyak, dan gas. Setiap tahun, utang milyaran dolar digunakan untuk membiayai proyek yang
menghancurkan lingkungan dan iklim. Proyek itu menghancurkan lingkungan dan merupakan
faktor utama penyebab krisis iklim. proyek di industri ekstraktif tersebut antara lain pembangunan
dam besar dan pengembangan agrofuel. Disamping itu, utang tersebut dibayar lewat anggaran
publik, perusahaan transnasional mengeruk keuntungan dari proyek tersebut.
Bank Dunia adalah pemberi utang terbesar untuk industri ekstraktif di dunia, yang nilainya
mencapai US$28 miliar dari 133 paket program sejak 1992. Skema utang baru Bank Dunia untuk
perubahan iklim (climate investment fund) yang mencapai 5 miliar dollar AS dituding sebagai
tidak lebih dari upaya untuk memanfaatkan krisis iklim demi keuntungan Bank Dunia. Selama 3
dekade World Bank menjadikan utang sebagai alat untuk mengintervensi kebijakan negara
selatan termasuk Indonesia yang mendorong liberalisasi keuangan, ekstraksi kekayaan alam
dan konsentarasi kekayaan pada segelintir orang serta penghisapan ekonomi negara selatan
oleh negara utara dan perusahaan transnasional. Mendorong pola pembangunan neoliberal
yang menyebabkan terjadinya krisis iklim, finansial dan pangan.
Sikap Dunia terhadap Skandal World Bank sebagai Penyebab Krisis Global. Sebuah sikap
telah dilakukan Pemerintah India melalui Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanannya. Bank
Dunia tidak dapat membantu India untuk mengatasi perubahan iklim. Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan India menyatakan menolak institusi yang menyediakan Dana Investasi Iklim bagi
negara berkembang untuk mengatasi perubahan iklim. Dalam penolakannya, menteri lingkungan
itu mengatakan bahwa kementerian keuangan tidak tertarik untuk mendapatkan dana dari Bank
Dunia dalam menghadapi perubahan iklim.
Bagi India, penolakan itu merupakan sikap kemandirian sebagaimana di setiap perundingan
Perserikatan Bangsa-Bangsa. Di Ghana, India yang memimpin Kelompok G77 dan China
menuntut negara-negara kaya, yang bertanggungjawab atas pelepasan terbesar gas rumah
kaca di atmosfir, seharusnya langsung mentransferkan dana kepada negara-negara
berkembang atau miskin yang terpengaruh. negara-negara kaya berkewajiban dalam transfer
dana dan teknologi untuk membantu negara berkembang dan ini bukanlah dalam bentuk
pinjaman.

Krisis iklim menyebabkan banyak kerusakan di Negara berkembang. Pertama, merusak


produksi pertanian dan security food. Perubahan iklim akan berdampak pada curah hujan,
temperatur, dan ketersediaan air untuk pertanian. Tanah-tanah pertanian akan mengalami
gangguan dalam pasokan air, sehingga produksi pertanian akan merosot. Daerah kering sub-
Sahara Afrika, misalnya, diperkirakan luasnya akan bertambah sebesar 60-90 juta hektar.
Kedua, kelangkaan air. Perubahan pola aliran air dan pencairan es akan meningkatkan
ekologi stres yang akan mempengaruhi aliran air untuk irigasi dan ketersediaan air untuk
penduduk. Pada tahun 2080 diperkirakan dunia mendapatkan tambahan 1,8 miliar orang yang
kekurangan air. Sebaliknya, Asia Tengah dan Cina bagian utara dalam jangka pendek akan
mengalami kenaikan aliran sungai akibat pencairan glaisser yang berkisar 10-15 meter di
Pegunungan Himalaya.
Ketiga, hancurnya ekosistem dan keragaman hayati. Perubahan iklim juga akan mengubah
sistem ekologi. Saat ini diperkirakan setengah dari terumbu karang dunia mengalami kerusakan
(bleaching) akibat pemanasan global. Ekologi yang berbasis es seperti yang terdapat di
kawasan Arctic dan Antartica akan mengalami dampak serius. Sebagian binatang dan tumbuhan
mungkin dapat beradaptasi, namun cepatnya perubahan iklim ini membuat sebagian tidak dapat
mengikuti perkembangan itu. Dengan peningkatan suhu pemanasan sebesar 3 derajat celcius,
20-30 persen spesies tanah akan mengalami kepunahan.
Pemberian pinjaman untuk membiayai proyek pencegahan dampak perubahan iklim adalah
jebakan Bank Dunia agar Negara berkembang tetap terbelit utang. Bantuan yang ditujukan untuk
menanggulangi dampak negatif perubahan iklim untuk negara berkembang sepantasnya dalam
bentuk hibah, karena kelompok negara ini merupakan korban dari proyek pembangunan dan
industri penyebab gas rumah kaca di negara-negara maju.
Dalam hal penyebab perubahan iklim AS dan Negara maju tercatat sebagai Negara yang
paling rakus dalam penggunaan energy yang menjadi penyebab utama perubahan iklim
sehingga menyebabkan pemanasan global. ekonomi pasar (liberal) yang mendorong model
produksi yang tak henti-hentinya, telah mengubah sumber daya alam menjadi komoditi yang
terus-menerus menciptakan permintaan baru merupakan penyebab utama meningkatnya
konsumsi akan bahan-bahan bakar fosil di Negara maju.
Proyek utang yang dilakukan oleh World Bank tersebut, tidak hanya menyebabkan krisis iklim,
proyek utang tersebut juga mendorong liberalisasi keuangan yang sekarang juga menjadi
pemicu terjadinya krisis finansial terkini. kebijakan liberalisasi ekonomi yang mendorong
penghapusan subsidi juga mengakibatkan terjadinya krisis pangan yang ditandai dengan
naiknya harga-harga bahan pokok makanan. Tudingan lainnya yang muncul adalah Selama tiga
dekade institusi keuangan internasional itu menjadikan utang sebagai alat untuk mengintervensi
kebijakan negara selatan, termasuk Indonesia, yang mendorong liberalisasi keuangan, ekstraksi
kekayaan alam, dan konsentrasi kekayaan kepada segelintir orang.

B. Solusi

Extractive Industries Review (EIR), yang merupakan komisi evaluasi independen dari
aktivitas-aktivitas Bank Dunia di sektor ekstraktif, merekomendasikan bahwa Bank Dunia harus
segera menghentikan utang untuk program-program batubara dan keluar dari proyek-proyek
utang untuk minyak pada tahun 2008. Akan tetapi, justru utang Bank Dunia untuk proyek-proyek
minyak meningkat hingga 93% dari US $ 450 Juta ke US $ 869 Juta dari tahun keuangan 2005
ke 2006.
Sedangkan pada tahun 2008 utang Bank Dunia untuk minyak dan gas naik sebesar 97% dari
tahun 2007, dengan total sebesar $3 Milyar. Untuk pembiayaan batu bara saja jumlah utang
tersebut naik 256% dari tahun 2007. Di Indonesia, utang Bank Dunia lewat IFC untuk PT. Adaro
Energy Tbk sebesar $ 25 Juta mendorong penggunaan batu bara sebagai sumber energi yang
menyebabkan kerusakan lingkungan.
Dalam rangkaian Pekan Aksi Global Melawan Utang dan Lembaga Keuangan International
(Global Week of Action Against Debt and IFIs) pada 13-18 Oktober 2008 yang dilaksanakan
serentak di seluruh dunia, kalangan LSM menuntut beberapa hal, diantaranya:

1. Mendesak dilakukannya penghapusan utang yang tidak sah (illegitimate debt) Bank Dunia yang
memicu terjadinya krisis iklim.

2. Penolakan skema utang baru Bank Dunia untuk perubahan iklim juga

3. Penolakan skema utang untuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, serta

4. Mendesak pengakuan dan pembayaran utang ekologis (ecological debt) negara utara
ke negara selatan
Sebenarnya pada tahun 2004, terdapat desakan dari public global kepada World
Bank agar menghentikan proyek minyak dan batu baranya. Namun, pada tanggal 22
Juli 2004, Dewan Direktur Bank Dunia memutuskan untuk melanjutkan kebijakan
dibidang minyak, gas dan pertambangan yang berarti tetap meletakkan profit bagi
korporasi di atas rakyat dan planet.
Desakan dari publik global semakin kuat terhadap Wolfensohn (Presiden Bank
Dunia) untuk segera melakukan reformasi kebijakannya dibidang minyak, gas dan
pertambangan. Data Bank Dunia sendiri menunjukkan bahwa negara-negara yang
bergantung kepada minyak sebagai ekspor utamanya lebih cenderung terlibat perang
saudara dibandingkan dengan negara lain.
Padahal seharusnya pada saat itu Pihak Bank Dunia seharusnya sadar akan hal
tersbut dan sudah saatnya angkat kaki dari sektor yang destruktif terhadap rakyat dan
lingkungan ini. Keterlibatan Bank Dunia dalam sektor ini secara nyata tidak sesuai
dengan misi yang diemban oleh Bank Dunia.
Jika Bank Dunia ingin memenuhi mandatnya untuk mencapai pengentasan
kemiskinan, maka seharusnya hanya mendukung industri extractif jika sejumlah kondisi
'good governance' dan kondisi yang positif lainnya sudah ada.
Sudah cukup kemerosotan lingkungan yang diakibatkan oleh industri ekstraktif, dan
seharusnya pihak Bank Dunia tanpa alasan harus mengadopsi hasil rekomendasi ini
dan lebih mendorong investasinya kepada energi terbarukan dan ramah lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai