Anda di halaman 1dari 11

GUBERNUR SULAWESI UTARA

PERATURAN GUBERNUR SULAWESI UTARA


NOMOR 41 TAHUN 2013

TENTANG

TATARAN TRANSPORTASI WILAYAH PROVINSI SULAWESI UTARA


TAHUN 2012-2032

GUBERNUR SULAWESI UTARA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mencapai keseimbangan dan


pemerataan pembangunan antar daerah, meningkatkan
keterpaduan sektor transportasi dengan sektor lainnya
dan meningkatkan aspek keamanan, keselamatan dan
kenyamanan pelayanan sektor transportasi kepada
masyarakat serta meningkatkan peranan semua pihak
dalam kegiatan pembangunan sektor transportasi perlu
dikembangkan sistem transportasi wilayah;
b. bahwa sistem transportasi wilayah merupakan bagian
dari sistem transportasi nasional yang disusun dengan
mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Sulawesi Ut ara;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Gubernur Sulawesi Utara tentang Tataran Transportasi
Wilayah Provinsi Sulawesi Utara 2012 - 2032;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 47 Prp Tahun 1960 jo


Undang-undang no. 13 Tahun 1964 tentang antara lain
Pembentukan Propinsu Daerah Tingkat I Sulawesi Utara
Peraturan-Peraturan Negara Tahun 1950) sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun
1950 tentang Perubahan dalam Undang-Undang Nomor 2
Tahun 1950 (Himpunan Peraturan-Peraturan Negara
Tahun 1950);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104 Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

3.Undang
-2 -

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana
telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan
Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaga Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
4. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4444);
5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4700);
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang
Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4722);
7. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4725);
8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4849);
9. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4956);
10. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5025);
11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5059);

12.Undang
-3 -

12. Undang-Undang Nomor Nomor 39 Tahun 2009 tentang


Kawasan Ekonomi Khusus (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 147, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5066);
13. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5234);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1995 tentang
Angkutan Udara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1995 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3610);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang
Kebandarudaraan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2001 Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4146);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang
Jalan Tol (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4489) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Jalan Tol (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5019);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang
Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4655);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang
Penyelenggaraan Perkeretaapian (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 129, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5048);

21.Peraturan
-4 -

21. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang


Kepelabuhanan; (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5070);
22. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Kereta Api (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 176, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5086);
23. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang
Kenavigasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5093);
24. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 Tentang
Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 26, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5108) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22
Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di
Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5208);
25. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2011 tentang
Angkutan Multimoda (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2001 Nomor 20, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5199);
26. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 tentang
Manajemen Dan Rekayasa, Analisis Dampak, Serta
Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 61, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5221);
27. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2011 tentang
Forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 73, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5229);
28. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang
Kendaraan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2012 Nomor 120, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5317);
29. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-
2014;

30.Peraturan
-5 -

30. Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang


Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025;
31. Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2012 tentang Sistem
Logistik Nasional;
32. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : KM. 35 Tahun
2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Di Jalan
Dengan Kendaraan Umum;
33. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : KM. 49 Tahun
2005 tentang Sistem Transportasi Nasional;
34. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : KM. 14 Tahun
2006 Tentang Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas
di Jalan;
35. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : KM. 6 Tahun
2010 tentang Cetak Biru Pengembangan Transportasi
Penyeberangan Tahun 2010 – 2030;
36. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : KM. 11 Tahun
2010 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional;
37. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : KM. 15 Tahun
2010 tentang Cetak Biru Transportasi Antarmoda/
Multimoda Tahun 2010-2030;
38. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM. 36 Tahun
2011 tentang Perpotongan dan/atau Persinggungan antara
Jalur Kereta Api dan Bangunan Lain;
39. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM. 43 Tahun
2011 tentang Rencana Induk Perkeretaapian Nasional;
40. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM. 51 Tahun
2011 tentang Terminal Khusus dan Terminal Untuk
Kepentingan Sendiri;
41. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM. 68 Tahun
2011 tentang Alur Pelayaran di Laut;
42. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM. 26 Tahun
2012 tentang Penyelenggaraan Angkutan Penyeberangan.
43. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Daerah;
44. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Nomor 1
Tahun
2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2005-2025;

45.Peraturan
-6 -

45.Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Nomor 3


T ahun 1991 Tentang Rencana Struktur Tata Ruang
Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Utara.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG TATARAN


TRANSPORTASI WILAYAH PROVINSI SULAWESI UTARA
TAHUN 2012-2032.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan :


1. Wilayah adalah Wilayah Provinsi Sulawesi Utara.
2. Pemerintah Daerah Provinsi adalah Pemerintah Daerah
Provinsi Sulawesi
Utara.
3. Gubernur adalah Gubernur Sulawesi Utara.
4. Sistem Transportasi Nasional yang selanjutnya disebut
Sistranas adalah tatanan transportasi yang terorganisasi
secara kesisteman terdiri dari transportasi jalan,
transportasi kereta api, transportasi sungai dan danau,
transportasi penyeberangan, transportasi laut,
transportasi udara, serta transportasi pipa, yang masing-
masing terdiri dari sarana dan prasarana, yang saling
berinteraksi dengan dukungan perangkat lunak dan
perangkat pikir membentuk suatu sistem pelayanan jasa
transportasi yang efektif dan efisien, berfungsi melayani
perpindahan orang dan/atau barang yang terus
berkembang secara dinamis.
5. Tataran Transportasi Nasional yang selanjutnya disebut
Tatranas adalah tatanan transportasi terorganisasi secara
kesisteman, terdiri dari transportasi jalan, transportasi
kereta api, transportasi sungai dan danau, transportasi
penyeberangan, transportasi laut dan transportasi udara
yang masing-masing terdiri dari sarana dan prasarana,
yang saling berinteraksi dengan dukungan perangkat
lunak dan perangkat pikir membentuk suatu sistem
pelayanan jasa transportasi yang efektif dan efisien,
berfungsi melayani perpindahan orang dan/atau barang
antarsimpul atau kota nasional, dan dari simpul atau kota
nasional ke luar negeri atau sebaliknya.

6.Tataran
-7 -

6. Tataran Transportasi Wilayah yang selanjutnya disebut


Tatrawil adalah tatanan transportasi yang terorganisasi
secara kesisteman terdiri dari transportasi jalan,
transportasi kereta api, transportasi sungai dan danau,
transportasi penyeberangan, transportasi laut dan
transportasi udara yang masing-masing terdiri dari sarana
dan prasarana yang saling berinteraksi dengan dukungan
perangkat lunak dan perangkat pikir membentuk suatu
sistem pelayanan transportasi yang efektif dan efisien,
berfungsi melayani perpindahan orang dan/atau barang
antar simpul atau kota wilayah, dan dari simpul atau kota
wilayah ke simpul atau kota nasional atau sebaliknya.
7. Tataran Transportasi Lokal yang selanjutnya disebut
Tatralok adalah tatanan transportasi yang terorganisasi
secara kesisteman,terdiri dari transportasi jalan,
transportasi kereta api, transportasi sungai dan danau,
transportasi penyeberangan, transportasi laut, dan
transportasi udara yang masing-masing terdiri dari sarana
dan prasarana, yang saling berinteraksi dengan
dukungan perangkat lunak dan perangkat pikir
membentuk suatu sistem pelayanan jasa transportasi yang
efektif dan efisien, berfungsi melayani perpindahan orang
dan/atau barang antarsimpul atau kota lokal, dan dari
simpul atau kota lokal ke simpul atau kota wilayah, dan
simpul atau kota nasional terdekat atau sebaliknya, serta
dalam kawasan perkotaan dan pedesaan.

BAB II
RUANG LINGKUP

Pasal 2

Ruang lingkup Tatrawil meliputi pengaturan mengenai


kebijakan, strategi dan program pengembangan prasarana
dan sarana transportasi di wilayah.

BAB III
ASAS, MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 3

Tatrawil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, berdasarkan


pada asas:
a. transparan;
b. akuntabel;
c.berkelanjutan
-8 -

c. berkelanjutan;
d. partsipatif;
e. bermanfaat;
f. efisien dan efektif;
g. seimbang;
h. terpadu; dan
i. mandiri.

Pasal 4

(1) Tatrawil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2,


dimaksudkan sebagai pedoman bagi semua pihak terkait
dalam rangka penyusunan rencana kerja penyelenggaraan
transportasi di wilayah provinsi, kabupaten dan kota di
Provinsi Sulawesi
Utara.
(2) Pedoman sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dipergunakan dalam hal:
a. perumusan kebijakan pokok pengembangan
transportasi wilayah
b. mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan
keseimbangan antar moda transportasi wilayah
provinsi serta keserasian antara sektor transportasi
dengan sektor lainnya;
c. penentuan lokasi investasi pembangunan transportasi
wilayah yang dilaksanakan pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi, Badan Usaha dan masyarakat; dan
d. penataan dan pengembangan transportasi di
kabupaten/kota yang diwujudkan dalam Tatralok.

Pasal 5

Tatrawil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, bertujuan


untuk:
a. mewujudkan penyelenggaraan sistem transportasi wilayah
yang efektif dan efisien dalam menunjang dan
menggerakkan dinamika pembangunan;
b. mendukung pengembangan wilayah dan lebih
meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
c. mewujudkan ketertiban dan kepastian hukum dalam
penyelenggaraan pembangunan dan pelayanan
transportasi wilayah;
d. meningkatkan peran serta masyarakat dalam
pembangunan dan pelayanan transportasi wilayah; dan

e.mewujudkan
-9 -

e. mewujudkan pelayanan transportasi yang handal, ramah


lingkungan, tertib, nyaman, terjangkau, aman serta
berpihak pada kepentingan masyarakat.

Pasal 6

(1) Dalam mencapai maksud dan tujuan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 5, kegiatan
pembangunan sektor transportasi dilaksanakan dengan
tetap mengutamakan kepentingan masyarakat luas.
(2) Pelayanan transportasi wajib mengutamakan pelayanan
yang efektif, efisien, selamat, aman, nyaman, mudah,
murah dan terjangkau.

BAB IV
PERAN SERTA, HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT

Pasal 7

Dalam kegiatan mewujudkan pemanfaatan Tatrawil,


masyarakat dapat berperan serta dalam proses perencanaan
transportasi wilayah, pemanfaatan transportasi wilayah, dan
pengendalian kegiatan transportasi wilayah.

Pasal 8

Dalam pelaksanaan peran serta sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 7, masyarakat berhak:
a. mengetahui secara terbuka Tatrawil, rencana
pengembangan transportasi wilayah, dan rencana rinci
pengembangan transportasi wilayah;
b. memperoleh manfaat transportasi wilayah dan/atau
pertambahan nilai transportasi wilayah sebagai akibat dari
penataan transportasi wilayah; dan
c. memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang
dialaminya sebagai akibat pelaksanaan kegiatan
pembangunan dan pengembangan transportasi wilayah.

Pasal 9

(1) Hak memperoleh penggantian yang layak sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 8 huruf c diselenggarakan dengan
cara musyawarah antar pihak yang berkepentingan.

(2)Dalam
- 10 -

(2) Dalam hal tidak tercapai kesepakatan mengenai


penggantian yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) maka penyelesaiannya dilakukan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 10

(1) Dalam kegiatan pengembangan transportasi, semua pihak


wajib mentaati Tatrawil yang telah ditetapkan.
(2) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Tatrawil
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikenai sanksi.
(3) Ketentuan mengenai sanksi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) sesuai peraturan perundang-undangan.

BAB V KETENTUAN
LAIN-LAIN

Pasal 11

Ketentuan mengenai Tatrawil secara rinci sebagaimana


tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.

Pasal 12

Tatrawil memiliki jangka waktu 20 (dua puluh) tahun dan


dapat dilakukan peninjauan kembali paling lama 5 (lima)
tahun sekali.

BAB VI KETENTUAN
PENUTUP

Pasal 13

Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, maka semua


Tatralok yang berkaitan dengan pengelolaan dan
pengembangan transportasi di wilayah tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dan belum dilakukan
penyesuaian berdasarkan Peraturan Gubernur ini.

Pasal14
- 11 -

Pasal 14

Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan
penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Sulawesi Utara.

Ditetapkan di Manado
pada tanggal 2013

GUBERNUR SULAWESI UTARA

No Pengelola Paraf
1. Kabid PPS ttd
2. Kadishubkominfo
3. Karo Hukum
4. Ass. Bidang Pemerintahan
DR.S.H. SARUNDAJANG
5. Sekda Prov. Sulut
6. Wakil Gubernur Sulut
Untuk
7. Gubernur Sulut
ditandatangani

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai