Anda di halaman 1dari 37

NEUROANATOMI FUNGSIONAL

DAN FISIOLOGI SISTEM MASTIKASI

Disusun oleh:

Hanni Handriani 160321220002


Sri Yudiati Suprapto 160321220014

Dosen Pembimbing:
Dr. Rudi Hartanto, drg., M.S

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS


DEPARTEMEN PROSTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS PADJAJARAN
BANDUNG
2023

0
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iii
BAB I PENDAHULUAN 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 Anatomi dan Fungsi dari Sistem Neuromuskular 5
2.1.1 Struktur Neurologi 5
2.1.1.1 Neuron 5
2.1.1.2 Reseptor Sensorik 6
2.1.1.3 Batang Otak dan Otak 8
2.1.2 Otot 14
2.1.2.1 Unit Motorik 14
2.1.2.2 Otot 16
2.1.2.3 Fungsi Otot 18
2.1.2.4 Reseptor Sensorik Otot 19
2.1.3 Fungsi Neuromuskular 23
2.1.3.1 Fungsi Reseptor sensorik 23
2.1.3.2 Aksi Refleks 23
2.1.3.3 Resiprocal Innervation 30
2.1.3.4 Regulation of Muscle Activity 31
2.1.3.5 Influence from the Higher Centers 32
2.1.3.6 The Influence of the Higher Center on Muscle Function 33
DAFTAR PUSTAKA 34

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Beberapa jenis reseptor sensorik (eksteroseptor) yang bila dirangsang
menghasilkan input saraf spesifik ke neuron aferen primer 5
Gambar 2.2 Grafis dari input saraf perifer ke sumsum tulang belakang 6
Gambar 2.3 Sebuah penggambaran grafik dari saraf trigeminal 7
Gambar 2.4 Hubungan neuromuskular 13
Gambar 2.5 Keseimbangan otot kepala dan leher yang tepat dan kompleks 15
Gambar 2.6 Spindel otot 21
Gambar 2.7 Myotactic reflex 26
Gambar 2.8 Nociceptive reflex 29

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Fungsi sistem pengunyahan kompleks. Kontraksi diskriminasi pada otot kepala

dan leher bervariasi diperlukan untuk menggerakkan mandibula secara secara akurat

dan membuat fungsi efektif. Sistem kontrol neurologic mengatur dan mengkoordinasi

aktivitas seluruh sistem pengunyahan keseluruhan. Sistem ini terutama terdiri dari otot-

otot dan saraf; sehingga disebut sistem neuromuskular. Dasar pengertian anatomi dan

fungsi sistem neuromuskular penting untuk mengerti keterlibatan kontak gigi dan

kondisi lain pada gerakan mandibular.

Makalah ini dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama membahas detail

neuroanatomi dasar dan fungsi sistem neuromuskular. Kedua membahas aktivitas

fisiologik pengunyahan, penelanan dan bicara. Bagian ketiga membahas konsep penting

dan mekanisme yang diperlukan untuk mengerti nyeri orofasial. Menyentuh konsep ini

pada tiga bagian seharusnya meningkatkan kemampuan klinisi untuk mengerti keluhan

pasien dan menyediakan terapi efektif.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan fungsi sistem neuromuskular

Untuk tujuan diskusi, sistem neuromuskular dibagi menjadi dua komponen

utama: struktur neurologi dan otot. Anatomi dan fungsi setiap komponen dibahas

terpisah, meskipun pada banyak contoh sulit untuk memisahkan fungsinya. Dengan

pengertian komponen-komponen ini, fungsi dasar neuromuskular dapat dijelaskan.1

2.1.1 Struktur neurologi

2.1.1.1 Neuron

Unit struktural dasar dari sistem saraf adalah neuron. Neuron terbentuk dari

massa protoplasma yang disebut nerve cell body dan protoplasmic pocessed dari nerve

cell body yang disebut dendrit dan akson. Nerve cell body berlokasi pada batang otak

dan ditemukan pada substansi abu-abu sistem saraf pusat (SSP). Cell bodies ditemukan

diluar SSP dikelompokkan dalam ganglia. Akson (dari bahasa Yunani axon, berarti

poros atau sumbu) merupakan inti pusat yang membentuk bagian pengatur penting pada

neuron dan perluasannya pada sitoplasma dari sel saraf. Banyak neuron dikelompokkan

untuk membentuk serabut saraf. Neuron ini mampu menghantarkan impuls elektrik dan

kimia sepanjang sumbunya, sehingga memungkinkan informasi melewati masuk dan

keluar SSP. Tergantung pada lokasi dan fungsinya, neuron disebut dengan istilah

berbeda. Neuron aferen menghantarkan impuls saraf kearah SSP, sementara neuron

eferen menghantarkannya ke perifer. Neuron internuncial atau interneurons, berada

seluruhnya dalam SSP. Neuron sensori pertama disebut neuron primer atau first-order

neuron. Second dan third-order sensory neuron merupakan interneuron. Neuron

5
motorik atau eferen membawa impuls neuron untuk membuat efek muskular atau

sekresi. 1

Impuls saraf di transmisikan dari satu neuron ke neuron lain hanya pada

synaptic junction, atau synapse, di mana prosesus kedua neuron berdekatan. Semua

sinapses afferen berlokasi dalam substansi abu-abu SSP; normalnya, tidak ada koneksi

perifer anatomis antara serabut-serabut sensoris. Semua koneksi antara SSP dan

transmisi perifer dari impuls sensoris dari satu serabut ke serabut lainnya adalah

abnormal. 1

2.1.1.2 Reseptor sensorik

Reseptor sensorik merupakan struktur neurologik atau organ yang terletak pada

seluruh jaringan tubuh yang menyediakan informasi pada CNS dengan jalan neuron

afferent tergantung keadaan jaringan. Seperti bagian lain tubuh, berbagai tipe reseptor

sensorik berlokasi diseluruh jaringan yang membuat sistem penguyahan. Reseptor

sensorik khusus menyediakan informasi spesifik untuk neuron afferen dan kembali ke

SSP. 1

Reseptor sensorik ditemukan dalam jaringan perifer misalnya kulit dan mukosa

mulut yang disebut exteroceptor. Reseptor ini memberikan informasi dari jaringan

exterior tubuh menuju SSP mengenai kondisi lingkungan. Ada exteroceptor khusus

untuk panas, dingin, sentuhan ringan dan tekanan. Ada juga reseptor yang spesifik

untuk rasa tidak nyaman dan sakit. Reseptor ini disebut nosiseptor. Nosiseptor berlokasi

tidak hanya pada jaringan perifer, tetapi juga diseluruh tubuh (Gambar 2.1). 1

6
Gambar 2.1 Beberapa jenis reseptor sensorik (eksteroseptor) yang bila dirangsang
menghasilkan input saraf spesifik ke neuron aferen primer. 1

Reseptor lain menyediakan informasi mengenai poisi dan gerakan mandibula

dan struktur oral yang berhubungan. Ini disebut proprioseptor dan ditemukan pertama

kali pada seluruh struktur muskuloskeletal. Reseptor yang membawa informasi

tergantung status organ internal disebut sebagai interoseptor. Interoseptor memberikan

informasi SSP mengenai status struktur internal dan prosesus misalnya aliran darah,

pencernaan dan pernapasan. Input konstan diterima dari seluruh reseptor ini

mengijinkan cortex dan batang otak untuk mengkoordinasi aksi otot individual atau

kelompok otot untuk memberikan respon yang tepat. 1

Informasi dari jaringan diluar SSP harus ditransfer kedalam SSP dan ke sentral

yang lebih tinggi pada batang otak dan cortex untuk interpretasi dan evaluasi. Sekali

informasi ini dievaluasi, harus diambil aksi yang tepat. Pusat yang lebih tinggi

kemudian mengirim impuls ke bawah saraf tulang belakang dan keluar ke perifer pada

organ eferen untuk aksi yang diinginkan. Neuron afferent primer (neuron first-order)

menerima stimulus dari reseptor sensoris. Impuls ini dibawa oleh neuron afferent primer

kedalam SSP dengan jalan akar dorsal untuk bersinapsis dalam tanduk dorsal saraf

tulang belakang dengan neuron sekunder (second-order) (Gambar 2.2). Badan sel dari

7
neuron afferent primer berlokasi dalam dorsal root ganglia. Impuls kemudian dibawa

oleh second-order neuron melintasi saraf tulang belakang ke anterolateral

spinothalamic pathway, yang naik ke pusat yang lebih tinggi. Mungkin terdapat

interneuron multiple (third-order, fourth-order, dll) terlibat pada transfer impuls ke

talamus dan korteks. Ada juga interneuron berlokasi dalam tanduk dorsal yang dapat

terlibat dengan impuls selama sinapsis langsung dengan neuron efferent yang diarahkan

keluar d yari SSP dengan cara akar ventral untuk stimulasi organ efferen, misalnya otot.
1

Gambar 2.2 Gambaran grafis input saraf perifer ke dalam saraf tulang belakang.
Perhatikan bahwa first-order neuron (aferen primer) membawa input ke dalam tanduk
dorsal untuk bersinapsis dengan second-order neuron. Second-order neuron kemudian
melintas dan naik ke pusat yang lebih tinggi. Interneuron kecil menghubungkan neuron
aferen primer dengan neuron motor primer (eferen), memungkinkan aktivitas lengkung
refleks. Dorsal root ganglion (DRG) mengandung badan sel neuron aferen primer. 1

2.1.1.3 Batang Otak dan Otak

Setelah impuls saraf telah melewati second-order neuron, kemudian dibawa ke

pusat yang lebih tinggi untuk interpretasi dan evaluasi. Ada sejumlah pusat dalam otak

dan batang otak yang membantu memberi arti pada impuls ini. Harus diingat bahwa

sejumlah interneuron dapat terlibat dalam transmitting impuls ke pusat yang lebih

8
tinggi. Faktanya, kemampuan untuk mengikuti impuls melalui batang otak ke korteks

bukanlah pekerjaan mudah. Secara berurutan untuk membahas fungsi otot dan nyeri

pada teks ini, fungsi regio tertentu dari batang otak dan otak harus dijelaskan.

Penjelasan berikut merangkum bebrapa komponen fungsional penting dari SSP; tulisan

lain dapat dikonsulkan untuk rangkuman yang lebih lengkap. 1

Gambar 2.3 adalah penjelasan grafis dari daerah fungsional otak dan batang otak

pada bagian ini. Pengertian daerah ini dan fungsinya sangat membantu dalam

menangani nyeri orofasial. Daerah penting dibahas dibawah merupakan spinal track

nucleus, pembentukan retikular, talamus, hipotalamus, struktur limbik dan corteks.

Mereka dibahas berurutan dimana impuls neural berjalan menuju pusat yang lebih

tinggi. 1

Gambar 2.3 Gambaran grafis saraf trigeminal memasuki batang otak setinggi pons.
Neuron aferen primer (1st N) memasuki batang otak untuk bersinapsis dengan second-
order neuron (2nd N) dalam trigeminal spinal tract nucleus (STN of V). Spinal tract
nucleus dibagi menjadi tiga bagian; subnukleus oralis (sno), subnukleus interpolaris
(sni) dan subnukleus caudalis (snc). Kompleks batang otak trigeminal juga dibentuk
dari motor nucleus V (MN of V) dan nukleus sensoris utama V (SN of V). Badan sel
saraf trigeminal terletak dalam ganglion Gasserian (GG). Sekali second-order neuron
menerima input, akan dibawa ke thalamus (Th) untuk interpretasi. 1

1. Nuckleus spinal tract

9
Di seluruh tubuh, neuron aferen primer bersinapsis dengan second-order neuron

dalam tanduk distal kolom spinal. Walaupun begitu, input afferent dari struktur wajah

dan mulut, tidak memasuki sumsum tulang belakang melalui saraf tulang belakang.

Sebaliknya, input sensorik dari wajah dan mulut dibawa melalui saraf kranial kelima,

yaitu saraf trigeminal. Badan sel neuron aferen trigeminal terletak dalam ganglion

gasserian besar. Impuls dibawa oleh nervus trigeminal langsung masuk kedalam batang

otak pada regio pons untuk bersinapsis dalam nukleus spinal trigeminal (Gambar 2.3).

Regio batang otak ini secara struktural sama dengan tanduk dorsal saraf tulang

belakang. Faktanya bahkan dapat dihitung sebagai perluasan tanduk dorsal dan kadang

disebut sebagai tanduk dorsal medullar.1

Kompleks trigeminal batang otak terdiri dari :

(1) Nukleus trigeminal sensoris utama, yang dasarnya terletak dan menerima peridontal

dan beberapa afferent pulpa, dan

(2) Spinal tract dari nukleus trigeminus, yang terletak lebih caudal. Spinal tract ini

dibagi menjadi (1) subnukleus oralis, (2) subnukleus interpolaris, dan (3) subnukleus

caudalis, yang berhubungan dengan tanduk dorsal medular. Pulpa gigi aferen berjalan

ke semua subnuklei tersebut. Subnukleus caudalis berimplikasi khusus dalam

mekanisme trigeminal nosiseptif pada dasar elektrofisiologis observasi dari neuron

nosiseptif. Subnukleus oralis muncul menjadi daerah signifikan dari kompleks

trigeminal batang otak untuk mekanisme nyeri mulut. 1

Komponen lain dari kompleks batang otak trigeminal adalah nukleus motorik

dari saraf kranial kelima. Area kompleks ini terlibat dengan interpretasi impuls yang

menuntut respons motorik. Aktifitas refleks motorik pada wajah dimulai dari area ini,

dengan cara yang mirip dengan aktifitas refleks tulang belakang di seluruh tubuh.1

10
2. Formasi retikular

Setelah neuron aferen primer berhubungan dalam spinal tract nucleus,

interneuron menghantarkan impuls ke pusat yang lebih tinggi. Interneuron naik melalui

jalan beberapa traktus melalui daerah batang otak yang disebut formasi retikular. Dalam

formasi retikular konsentrasi sel atau nuklei yang menunjukkan “pusat” untuk berbagai

fungsi. Formasi retikular memainkan peran sangat penting dalam monitoring impuls

yang memasuki batang otak. Formasi tersebut juga mengontrol seluruh aktivitas otak

dengan meningkatkan impuls ke otak atau menghambat impuls. Bagian batang otak ini

memiliki pengaruh penting pada nyeri dan input sensoris lain. 1

3. Thalamus

Thalamus terletak pada pusat otak, dengan dikelilingi cerebrum dari atas dan

sisinya dan otak tengah dibawahnya (gambar 2.3). Ini terdiri dari sejumlah nuklei yang

berungsi bersama untuk mengganggu impuls. Thalamus disusun dari sejumlah nuklei

yang berfungsi menginterrupt impuls. Hampir semua impuls dari bagian bawah otak

seperti dari batang otak diteruskan melalui sinapsis dalam thalamus sebelum diteruskan

ke korteks cerebral. Thalamus berperan sebagai pusat pemancar untuk sebagain

komunikasi antara brainsteem (batang otak), serebellum (otak kecil) dan cerebrum.

Ketika impuls naik ke thalamus, thalamus membuat penilaian dan melangsungkan

impuls ke bagian yang tepat dalam pusat yang lebih tinggi untuk interpretasi dan respon.
1

Apabila membandingkan otak manusia dan komputer, thalamus memiliki fungsi

yang sama dengan keyboard, yang mengontrol fungsi dan meneruskan sinyal. Thalamus

11
mengaktifkan korteks untuk aktivitas dan memungkinkan korteks untuk berkomunikasi

dengan bagian lain SSP. Tanpa thalamus, korteks tidak berguna. 1

4. Hipothalamus

Hipothalamus merupakan struktur kecil pada tengah dasar otak. Meskipun kecil,

fungsinya penting. Hipothalamus merupakan pusat utama otak untuk mengontrol fungsi

badan internal, misalnya temperatur tubuh, rasa lapar dan haus. Stimulasi hipothalamus

meliputi sistem nervus simpatetik diseluruh tubuh, meningkatkan tingkat aktivitas

banyak bagian internal tubuh, terutama detak jantung dan menyebabkan konstriksi

pembuluh darah. Dapat dilihat jelas bahwa daerah kecil otak tersebut memiliki efek kuat

pada seluruh fungsi. Akan dibahas kemudian, peningkatan level stress emosional dapat

menstimulasi hipothalamus untuk meningkatkan regulasi sistem saraf simpatetik dan

mempengaruhi impuls nosiseptif memasuki otak. Pernyataan ini memiliki arti besar saat

klinisi menangani nyeri. 1

5. Struktur Limbik

Kata ‘limbik’ berarti batas. Sistem limbik meliputi struktur tepi cerbrum dan

diencephalon. Sturktur limbik berfungsi mengontrol emosi kita dan aktivitas kebiasaan.

Diantara struktur limbik tedapat nuklei atau pusat tanggung jawab untuk sikap khusus

seperti marah, kasar dan kepatuhan. Struktur limbik juga mengontrol emosi misalnya

depresi, kecemasan, takut dan paranoia. Sistem ini juga tampak pada pusat nyeri atau

senang yang pada tingkat naluriah menyebabkan sikap individu menstimulasi

12
kesenangan pada pusatnya dan jauh dari nyeri. Hal ini umumnya tidak dirasakan dengan

sadar tetapi lebih seperti naluri dasar. Insting, bagaimanapun akan membawa kebiasaan

terhadap kesadaran. Sebagai contoh, jika individu mengalami nyeri kronis, sikapnya

akan mengarah pada penghindaran terhadap semua stimulus yang meningkatkan nyeri.

Seringkali penderita akan menghindari hidup dan dapat terjadi perubahan mood

misalnya depresi. Dipercaya bahwa bagian struktur limbik berinteraksi dan membentuk

hubungan dengan korteks, mengkoordinasi fungsi sikap otak sadar dengan fungsi sikap

bawah sadar pada bagian sistem limbik yang lebih dalam. 1

Impuls dari sistem limbik yang mengarah pada hipotalamus dapat memodifikasi

salah satu atau semua fungsi internal tubuh yang dikontrol oleh hipotalamus. Impuls

dari sistem limbik menyuplai kedalam otak tengah dan medulla dapat mengontrol sikap

misalnya terbangun, tidur, rasa tertarik dan attentiveness. Dengan pengertian dasar

fungsi limbik seseorang dapat dengan cepat mengerti akibat limbik pada seluruh

fungsinya. Sistem limbik memainkan peran penting pada masalah nyeri. 1

6. Korteks

Serebral korteks, utamanya disusun dari gray matter, merupakan bagian luar

cerebrum. Korteks adalah bagian dari otak yang paling sering dikaitkan dengan proses

berpikir, walaupun sesungguhnya korteks tidak dapat melakukan proses berpikir tanpa

aksi simultan dari struktur otak yang lebih dalam, dan di sinilah pada dasarnya semua

ingatan kita disimpan. Korteks juga merupakan area yang paling bertanggung jawab

terhadap kemampuan kita melatih keterampilan otot. Hingga saat ini masih belum

diketahui mekanisme fisiologis dasar dimana korteks serebral menyimpan ingatan atau

pengetahuan tentang keterampilan otot.1

13
Melalui kebanyakan perluasannya, Korteks serebral memiliki ketebalan sekitar 6

mm, dan memiliki sekitar 50 hingga 80 miliar tubuh sel saraf secara keseluruhan.

Diperkirakan satu miliar serabut saraf mengarah keluar dari korteks, dan jumlah yang

sama mengarah ke dalam. Serabut saraf ini berpindah ke area lain dari korteks, ke dan

dari struktur otak yang lebih dalam, dan dalam beberapa kasus sampai ke sumsum

tulang belakang. 1

Area yang berbeda dari korteks serebral telah diketahui memiliki fungsi- fungsi

yang berbeda. Ada area motorik, yang utamanya terlibat dengan mengkoordinasikan

fungsi motorik. Ada area sensorik yang menerima sinyal somatosensory input untuk

dievaluasi. Ada juga area untuk indera khusus, seperti area visual (penglihatan) dan

auditorial (pendengaran).1

Jika kita membandingkan otak manusia dengan komputer, korteks serebral akan

menggambarkan drive hard disk yang menyimpan semua informasi memori dan fungsi

motor. Sekali lagi penting untuk mengingat thalamus (keyboard) merupakan unit

penting yang membuat korteks berfungsi. 1

2.1.2 Otot

2.1.2.1 Unit Motorik

Komponen dasar sistem neuromuskular merupakan unit motor yang terdiri dari

sejumlah serabut otot yang diinervasi (dipersarafi) oleh satu motor neuron. Setiap

neuron berhubungan dengan serabut otot pada motor end plate. Ketika neuron

diaktivasi, motor end plate distimulasi untuk melepaskan sejumlah kecil asetilkollin,

yang memicu depolarisasi serabut otot (gambar 2.4). Depolarisasi menyebabkan serabut

otot memendek atau kontraksi. 1

14

Gambar 2.4 Hubungan neuromuskular adalah hubungan antara neuron motor dan otot.
Asetilkolin disimpan dalam nerve endplate; dilepaskan dalam celah sinaptik yang
memulai depolarisasi serabut otot, menyebabkan kontraksi otot. 1

Jumlah serabut otot yang diinervasi oleh satu motor neuron bervariasi

tergantung pada fungsi unit motor. Semakin sedikit serabut otot permotor neuron,

semakin tepat pergerakannya. Neuron motor tunggal dapat menginervasi hanya dua atau

tiga serabut otot, seperti pada otot siliary (yang mengontrol lensa mata dengan tepat).

Sebaiknya satu neuron motor dapat menginervasi ratusan serabut otot seperti pada otot

yang besar (misalnya rektus femoris pada kaki). Ada persamaan variasi dalam jumlah

serabut otot per motor neuron antara otot pengunyahan. Otot pterigoid lateral inferior

cenderung memiliki rasio rendah serabut otot-neuron motor dan mampu memyesuaikan

panjang yang dibutuhkan untuk beradaptasi pada perubahan horizontal dalam posisi

mandibula. Sebaliknya, masseter memiliki sejumlah besar serabut motor per neuron

15
motor, yang berhubungan dengan fungsi yang lebih besar dalam menyediakan gaya

yang diperlukan selama pengunyahan. 1

2.1.2.2 Otot

Ratusan sampai ribuan unit motor, bersama dengan pembuluh darah dan saraf,

dibungkus bersama oleh jaringan ikat dan fascia untuk membuat otot. Untuk mengerti

efek otot ini pada lainnya dan pada tulang tempat melekatnya, harus diamati hubungan

dasar skeletal dengan kepala dan leher. Tengkorak didukung posisinya oleh tulang

servikal. Faktanya jika tengkorak kering diletakkan pada posisi seharusnya pada tulang

servikal, tengkorak akan overbalanced ke anterior dan jatuh kedepan dengan cepat.

Keseimbangan bahkan lebih hilang jika diperhitungkan posisi mandibula yang

tergantung dibawah bagian anterior tengkorak. Dapat dilihat bahwa tidak ada

keseimbangan komponen skeletal dari kepala dan leher. Otot-otot diperlukan untuk

menangani ketidak seimbangan berat dan massa. Jika kepala akan dijaga pada posisi

tegak sehingga memungkinkan untuk melihat ke depan, otot yang melekat pada aspek

posterior tengkorak ke tulang sevikal dan bagian bahu harus berkontraksi. Beberapa otot

yang bertanggung jawab untuk fungsi ini adalah trapezius, sternocleidomastoideus,

splenius capitis dan longus capitis. Namun demikian, otot-otot ini dapat melakukan

overcontract dan mengarahkan garis penglihatan terlalu jauh ke atas. Untuk mengatasi

ini, terdapat kelompok otot antagonis di daerah anterior kepala, yaitu: otot masseter

(mengikat mandibula ke tengkorak), suprahyoid (mengikat mandibula ke tulang hyoid),

dan infrahyoid (mengikat tulang hyoid dengan sternum dan klavikula). Ketika otot- otot

16
ini berkontraksi, maka posisi kepala diturunkan. Dengan demikian ada keseimbangan

kekuatan otot yang mempertahankan kepala pada posisi yang diinginkan (Gambar 2.5).

Otot-otot ini, dengan ditambah otot yang lain, juga mempertahankan posisi side-to-side

dan rotasi kepala yang tepat. 1

Gambar 2.5 Keseimbangan otot kepala dan leher yang tepat dan kompleks harus ada

untuk menjaga posisi dan fungsi kepala yang tepat. A, Sistem otot. B, Setiap otot besar

beraksi seperti tali elastik. Tekanan harus disebarkan merata untuk keseimbangan yang

menjaga posisi kepala yang diinginkan. Jika satu tali elastik putus, keseimbangan

seluruh sistem terganggu dan posisi kepala berubah. 1

17
2.1.2.3 Fungsi otot

Unit motorik hanya dapat melakukan satu tindakan: kontraksi atau pemendekan.
Seluruh otot, walau bagaimanapun, memiliki tiga fungsi potensial: (1) Ketika sejumlah
besar unit motorik dalam otot distimulasi, kontraksi atau pemendekan keseluruhan otot
akan terjadi. Jenis pemendekan dengan beban yang konstan ini disebut kontraksi
isotonik, yang terjadi pada otot masseter ketika mandibula diangkat, memaksa gigi
untuk melewati bolus makanan. (2) Ketika sejumlah unit motorik berkontraksi
berlawanan dengan arah gaya yang diberikan, fungsi otot yang dihasilkan adalah untuk
menahan atau menstabilkan rahang. Kontraksi tanpa pemendekan ini disebut kontraksi
isometrik, dan terjadi pada otot masseter ketika sebuah benda ditahan di antara gigi
(misalnya, Pipa atau pensil). (3) Otot juga dapat berfungsi melalui relaksasi yang
terkontrol. Ketika stimulasi unit motorik dihentikan, serat-serat unit motorik akan rileks
dan kembali ke panjang normalnya. Dengan mengendalikan penurunan stimulasi unit
motor ini, pemanjangan otot yang tepat dapat terjadi, yang memungkinkan terjadinya
gerakan halus dan disengaja. Jenis relaksasi yang terkontrol ini diamati dalam otot
masseter ketika mulut terbuka untuk menerima bolus makanan baru selama mengunyah.

18
Gambar tersebut mengenai keseimbangan otot kepala dan leher yang tepat dan
kompleks harus ada untuk mempertahankan posisi dan fungsi kepala yang tepat. A,
Sistem otot. B, Setiap otot utama bertindak seperti pita elastis. Ketegangan yang
diberikan harus secara tepat berkontribusi pada keseimbangan yang mempertahankan
posisi kepala yang diinginkan. Jika satu pita elastis putus, keseimbangan seluruh sistem
terganggu dan posisi kepala berubah.

Dengan menggunakan ketiga fungsi ini, otot-otot kepala dan leher dapat
mempertahankan posisi kepala yang diinginkan secara konstan. Ada keseimbangan
antara otot-otot yang berfungsi mengangkat kepala dan otot-otot yang berfungsi
menekannya. Bahkan pada gerakan sekecil apa pun dari kepala, setiap otot berfungsi
selaras dengan otot lainnya untuk melakukan gerakan yang diinginkan. Jika kepala
diputar ke kanan, otot-otot tertentu harus memendek (kontraksi isotonik), yang lain
harus rileks (relaksasi terkontrol), dan otot yang lain lagi harus menstabilkan atau
melakukan fungsi tertentu (kontraksi isometrik). Sistem kontrol yang sangat rumit
diperlukan untuk mengoordinasikan keseimbangan otot yang dikendalikan dengan halus
ini. Ketiga jenis aktifitas otot ini muncul selama fungsi rutin kepala dan leher. Namun,
ada jenis lain dari aktivitas otot yang disebut kontraksi eksentrik, yang dapat terjadi
selama kondisi tertentu. Jenis kontraksi ini seringkali merusak jaringan otot. Kontraksi
eksentrik mengacu pada pemanjangan otot yang dipaksa bersamaan dengan terjadinya
kontraksi. Contoh kontraksi eksentrik terjadi pada kerusakan jaringan terkait cedera
ekstensi-fleksi (cedera whiplash). Pada saat terjadinya kecelakaan kendaraan bermotor,
otot serviks berkontraksi untuk menopang kepala dan menahan gerakan. Namun, jika
dampaknya besar, perubahan tiba-tiba pada inersia kepala menyebabkannya bergerak
sementara otot-otot berkontraksi mencoba untuk menahannya. Hasilnya adalah
pemanjangan otot secara tiba-tiba saat berkontraksi. Jenis pemanjangan tiba-tiba
sementara otot berkontraksi sering mengakibatkan cedera dan akan menyebabkan nyeri
otot.

2.1.3 Reseptor Sensorik Otot

19
Seperti unit muskuloskeletal lainnya, sistem pengunyahan menggunakan empat
jenis utama reseptor sensorik (proprioseptor) untuk memantau status strukturnya: (1)
spindel otot, yang merupakan organ reseptor khusus yang ditemukan dalam jaringan
otot; (2) organ tendon Golgi, yang terletak di tendon; (3) sel-sel Pacinian, terletak di
tendon, sendi, periosteum, fascia, dan jaringan subkutan; dan (4) nosiseptor, yang
ditemukan secara umum di seluruh jaringan sistem pengunyahan.

A. Spindle Otot

Otot rangka terdiri dari dua jenis serat otot. Yang pertama adalah serat
ekstrafusal, yang kontraktil dan membentuk sebagian besar otot; yang lain adalah serat
intrafusal, yang hanya kontraktil beberapa saat. Satu bundel otot intrafusal diikat oleh
selubung jaringan ikat disebut spindel otot. Spindle otot terutama memantau ketegangan
di dalam otot rangka. Mereka diseling di seluruh otot dan disejajarkan sejajar dengan
serat ekstrafusal. Di dalam masing-masing spindel, inti dari serat intrafusal diatur dalam
dua mode yang berbeda: seperti rantai (tipe rantai nuklir) dan berkelompok (tipe
kantong nuklir).

Gambar Spindel Otot

20
Dua jenis saraf aferen, yang diklasifikasikan sesuai dengan diameternya,
memasok serat intrafusal. Serat yang lebih besar melakukan impuls dengan kecepatan
yang lebih tinggi dan memiliki ambang yang lebih rendah. Yang berakhir di wilayah
tengah dari serat intrafusal adalah kelompok yang lebih besar (Ia, A-alpha) (dibahas
kemudian dalam bab ini) dan dikatakan sebagai ujung primer (yang disebut ujung
annulospiral). Yang berakhir di kutub poros (jauh dari wilayah tengah) adalah
kelompok yang lebih kecil (II, A-beta) dan merupakan ujung sekunder (disebut ujung
semprotan ower). Serat intrafusal dari spindel otot sejajar sejajar dengan serat
ekstrafusal; oleh karena itu, ketika otot diregangkan, demikian juga serat intrafusal.
Peregangan ini dipantau di wilayah rantai-nuklir dan kantong-nuklir.

21
Ujung Anula spiral dan ower-spray diaktifkan oleh peregangan, dan saraf aferen
membawa impuls saraf ini ke SSP. Saraf aferen yang berasal dari spindel otot otot
pengunyahan memiliki tubuh sel mereka di nukleus trigeminal mesence-phalic. Serat
intrafusal menerima persarafan eferen melalui saraf fusimotor. Serat-serat ini diberikan
klasifikasi serat gamma atau gamma eferen untuk membedakannya dari saraf alfa, yang
mensuplai serat ekstrafusal. Seperti serat eferen lainnya, serat eferen gamma berasal
dari CNS; ketika distimulasi, mereka menyebabkan kontraksi intrafusal. Ketika otot
intrafusal berkontraksi, daerah rantai-nuklir dan kantong-nuklir diregangkan, yang
terlihat seolah-olah seluruh otot diregangkan, dan aktivitas aferen dimulai. Jadi ada dua
cara di mana sereat aferen dari spindel otot dapat distimulasi: peregangan menyeluruh
dari seluruh otot (serat ekstrafusal) dan kontraksi serat intususal melalui eferen gamma.
Spindel otot hanya bisa meregangkan peregangan; mereka tidak dapat membedakan
antara dua kegiatan ini. Oleh karena itu kegiatan dicatat sebagai aktivitas yang sama
oleh CNS.

Otot serat ekstrafusal menerima persarafan melalui saraf motorik eferen alfa.
Sebagian besar memiliki sel tubuh mereka di nukleus motor trigeminal. Stimulasi
neuron ini karena itu menyebabkan kelompok otot serat ekstrafusal (unit motorik) untuk
berkontraksi.

Dari sudut pandang fungsional, gelendong otot bertindak sebagai sistem


pemantauan yang panjang. Spindel otot terus-menerus memberi informasi mengenai
keadaan pemanjangan atau kontraksi otot kembali ke SSP. Ketika otot tiba-tiba
diregangkan, baik serat otot ekstrafusal maupun intrafusalnya.

Bentangan spindel menyebabkan cincin ujung saraf aferen kelompok I dan II


mengarah kembali ke SSP. Ketika neuron motorik eferen alfa distimulasi,serat otot
ekstrafusal berkontraksi danspindel memendek. Pemendekan ini menyebabkan
penurunan output aferen dari spindle. Jika tidak ada sistem gamma efferent,
penghentian total aktivitas spindel akan terjadi selama kontraksi otot. Seperti yang
dinyatakan sebelumnya, stimulasi gamma eferen menyebabkan serat otot intrafusal dari
spindel otot berkontraksi. Ini dapat menimbulkan aktivitas aferen dari spindle bahkan
ketika otot berkontraksi. Karenanya, dorongan eferen Gamma dapat membantu
mempertahankan kontraksi otot. Dipercayai bahwa sistem eferen gamma bertindak

22
sebagai suatu mekanisme untuk membuat peka spindel otot. Jadi sistem fusimotor ini
bertindak sebagai mekanisme bias yang mengubah cincin spindel otot. Perlu dicatat
bahwa mekanisme gamma eferen tidak diselidiki dengan baik dalam sistem
pengunyahan seperti pada sistem sumsum tulang belakang lainnya. Meskipun tampak
aktif di sebagian besar otot pengunyahan, beberapa rupanya tidak memiliki gamma.
Pentingnya sistem eferen gamma lebih ditekankan dalam diskusi tentang refleks otot

B. Organ Tendon Golgi

Organ tendon Golgi terletak di tendon otot antara serat otot dan perlekatannya
pada tulang. Pada suatu waktu mereka dianggap memiliki ambang sensorik yang lebih
tinggi daripada spindel otot dan karena itu berfungsi hanya untuk melindungi otot dari
tegangan yang berlebihan atau merusak. Sekarang terlihat organ tendon golgi lebih
sensitive dan aktif dalam pengaturan reflex selama fungsi normal, terutama memonitor
tegangan sedangkan otot spindle terutama memantau panjang otot.

Organ tendon Golgi terjadi secara bersamaan dengan serat otot ekstrafusal dan
tidak paralel, seperti dengan spindel otot. Masing-masing organ sensorik ini terdiri dari
serat tendon yang dikelilingi oleh ruang getah bening yang tertutup dalam kapsul brous.
Serat afferent masuk di dekat bagian tengah organ dan menyebar ke seluruh serat.
Tegangan pada tendon merangsang reseptor di organ tendon Golgi. Karena itu,
kontraksi otot juga merangsang organ. Demikian juga, regangan keseluruhan otot
menciptakan ketegangan pada tendon dan sekali lagi merangsang organ.

C. Sel Darah Pacinian

Sel-sel pacinian adalah organ oval besar yang terdiri dari lamella konsentris dari
jaringan ikat. Organ-organ ini didistribusikan secara luas dan, karena lokasinya yang
sering terdapat pada struktur sendi, dianggap berfungsi terutama untuk persepsi
pergerakan dan tekanan kuat (bukan sentuhan ringan.

Di pusat setiap sel adalah inti yang berisi akhir dari serat saraf. Sel-sel ini
ditemukan di tendon, sendi, periosteum, insersi yang lunak, fasia, dan jaringan
subkutan. Tekanan yang diberikan pada jaringan semacam itu metubah bentuk organ
dan menstimulasi serat saraf.

23
D. Nosiseptor

Secara umum, nosiseptor adalah reseptor sensorik yang dirangsang oleh cedera
dan mentransmisikan informasi cedera (nosisepsi) ke SSP melalui saraf aferen.
Nosiseptor terletak di sebagian besar jaringan dalam sistem pengunyahan. Ada beberapa
tipe umum: beberapa merespon secara eksklusif terhadap rangsangan mekanik dan
termal yang berbahaya; yang lain merespons berbagai rangsangan, mulai dari sensasi
sentuhan hingga cedera berbahaya; yang lain adalah reseptor ambang batas rendah
khususnya untuk sentuhan ringan, tekanan, atau gerakan rambut wajah. Jenis terakhir
kadang-kadang disebut mechanoreceptor. Nociceptors (bersama dengan
proprioceptors) utamanya berfungsi untuk memantau kondisi, posisi, dan pergerakan
jaringan dalam sistem pengunyahan. Ketika ada kondisi yang berpotensi berbahaya atau
benar-benar menyebabkan cedera pada jaringan, nosiseptor menyampaikan informasi
ini ke SSP sebagai sensasi ketidaknyamanan atau nyeri. Sensasi rasa sakit dibahas nanti
dalam bab ini

2.1.3 FUNGSI NEUROMUSKULAR

2.1.3.1 Fungsi Reseptor Sensorik

Keseimbangan dinamis dari otot kepala dan leher yang dijelaskan sebelumnya
dimungkinkan melalui umpan balik yang disediakan oleh berbagai reseptor sensorik.
Ketika otot diregangkan secara pasif, spindel menginformasikan SSP dari aktivitas ini.
Kontraksi otot aktif dipantau oleh organ tendon Golgi dan spindle otot.Gerakan sendi
dan tendon merangsang sel Pacinian.

Semua sensor sensorik secara terus-menerus memberikan input ke SSP. Batang


otak danthalamus bertugas mengawasi dan mengatur aktivitas tubuh secara oknstan.
Informasi mengenai homeostasis tubuh normal ditangani pada tingkat ini dan korteks
bahkan tidak dimasukan ke dalam proses pengaturan. Namun jika informasi yang masuk
memiliki konsekuensi yang signifikan kepada orang tersebut thalamus meneruskan
informasi tersebut ke korteks untuk evaluasi dan keputusan secara sadar. Karene itu
thalamus dan batang otak memiliki pengaruh yang kuat pada fungsi individu.

24
2.1.3.2 Aksi Refleks

Aksi refleks adalah respons yang dihasilkan dari rangsangan yang melewati
impuls sepanjang neuron aferen ke akar saraf posterior atau ekuivalen kranialnya, yang
kemudian ditransmisikan ke neuron eferen yang mengarah ke otot rangka. Meskipun
informasi dikirim ke pusat – pusat yang lebih tinggi, responnya tergantung dari
kemauan dan terjadi secara normal tanpa pengaruh kortikal atau batang otak. Aksi
refleks mungkin monosinaptik atau polisinaptik. Refleks monosinaptik terjadi ketika
serat aferen secara langsung merangsang serat eferen dalam SSP. Refleks polisinaptik
hadir ketika neuron aferen menstimulasi satu atau lebih antar neuron di SSP, yang pada
gilirannya merangsang serat saraf eferen. Dua tindakan umum aksi refleks adalah
penting dalam sistem pengunyahan:

1. Myotatic reflex

2. Nociceptive reflex, biasanya ditemukan di otot rangka.

Refleks Myotatic (stretch)

Myotatic, atau stretch, refleks adalah satu-satunya refleks rahang monosynaptic.


Ketika otot rangka dengan cepat diregangkan, refleks pelindung ini timbul dan
menyebabkan kontraksi otot yang diregangkan

Contoh yang dikenal dari myotatic reflex adalah patellar atau loncatan dengkul.
Ketika tendon patela dipukul dengan palu tendon tepat di bawah patela, otot paha depan
(quadriceps) di paha diregangkan. Hal ini merangsang reseptor sensorik regangan (yang
paling penting adalah spindel otot) yang memicu impuls aferen pada saraf sensorik saraf
femoralis, yang mengarah ke daerah lumbar (L4) dari sumsum tulang belakang. Di sana,
neuron sensorik bersinapsis langsung dengan motor neuron, yang melakukan impuls
eferen ke otot quadriceps femoris, memicu kontraksi. Kontraksi ini, dikoordinasikan
dengan relaksasi otot hamstring flexor antagonis, menyebabkan kaki untuk menendang.

Refleks myotatic dapat ditunjukkan dalam sistem pengunyahan dengan


mengamati otot masseter ketika kekuatan ke bawah tiba-tiba diterapkan ke dagu. Gaya
ini dapat diterapkan dengan palu karet kecil. Saat spindel otot dalam masseter tiba-tiba

25
meregang, aktivitas saraf aferen dihasilkan dari spindel. Impuls aferen ini masuk ke
batang otak ke nukleus motor trigeminal melalui nukleus trigeminal mesencephalic.
Serat aferen yang sama bersinaps dengan neuron motor eferen alfa, yang mengarah
langsung kembali ke eter ekstrafusal dari masseter. Stimulasi alfa eferen oleh Ia aferen
menyebabkan otot berkontraksi. Secara klinis, refleks ini dapat didemonstrasikan
dengan melemaskan otot-otot rahang, membuat gigi sedikit terpisah. Ketukan dagu ke
bawah yang tiba-tiba akan menyebabkan rahang terangkat secara berlebihan. Maseter
kemudian berkontraksi, menghasilkan kontak gigi.

Gambar Myotactic reflex

Refleks myotatic terjadi tanpa respons spesifik dari korteks dan sangat penting
dalam menentukan posisi istirahat rahang. Jika ada relaksasi total dari semua otot yang
mendukung rahang, gaya gravitasi akan bertindak untuk menurunkan rahang dan
memisahkan permukaan artikular TMJ. Untuk mencegah dislokasi ini, otot-otot elevator

26
(dan otot-otot lain) dipertahankan dalam keadaan kontraksi ringan yang disebut tonus
otot. Properti dari otot-otot elevator ini menetralkan efek gravitasi pada mandibula dan
mempertahankan permukaan articular sendi dalam kontak konstan. Refleks myotatic
adalah penentu utama tonus otot pada otot elevator.

27
Ketika gravitasi mandibula menarik ke bawah, otot-otot elevator secara pasif
diregangkan, yang juga menciptakan peregangan dari spindel otot. Informasi ini secara
reflex diteruskan dari neuron aferen yang berasal dari spindel ke neuron motor alfa yang
mengarah kembali ke otot-otot pengangkat otot ekstrafusal. Jadi peregangan pasif
menyebabkan kontraksi reaktif yang mengurangi peregangan pada spindle otot. Tonus
otot juga dapat dipengaruhi oleh input aferen dari reseptor sensorik lainnya, seperti yang
berasal dari kulit atau mukosa mulut.

Refleks myotatic dan tonus otot yang dihasilkan juga dapat dipengaruhi oleh
pusat yang lebih tinggi melalui sistem fusimotor. Korteks dan batang otak dapat
membawa aktivitas eferen gamma yang meningkat ke intrafusal spindle. Ketika
aktivitas ini meningkat, kontrak intrafusal, menyebabkan peregangan sebagian dari
kantong nuklir dan area rantai nuklir spindel. Ini mengurangi jumlah peregangan yang
diperlukan pada otot keseluruhan sebelum aktivitas spindel aferen timbul. Oleh karena
itu pusat yang lebih tinggi dapat menggunakan sistem fusimotor untuk mengubah
sensitivitas spindel otot untuk melakukan peregangan. Peningkatan aktivitas eferen
gamma meningkatkan sensitivitas refleks myotatic (stretch), sedangkan penurunan
aktivitas eferent gamma mengurangi sensitivitas refleks. Cara spesifik yang oleh pusat
yang lebih tinggi mempengaruhi kegiatan eferen gamma diringkas kemudian dalam bab
ini. 1

Ketika otot berkontraksi, spindel otot diperpendek, yang menutup aktivitas


aferen spindel ini. Jika potensi listrik dari aktivitas saraf aferen dipantau pada periode
diam, akan tercatat selama tahap kontraksi ini. Aktifitas eferen gamma dapat
mempengaruhi lamanya periode diam.

Refleks Nociceptive (fleksor)

Reaksi nociceptive, atau fleksor, adalah refleks polysynaptic terhadap


rangsangan berbahaya dan karena itu dianggap protektif. Contoh pada anggota tubuh
besar termasuk penarikan tangan saat menyentuh benda panas. Dalam sistem
pengunyahan, sumber ini menjadi aktif ketika benda keras tiba-tiba ditemui selama
pengunyahan — misalnya ketika, dalam memakan kue ceri, Anda tiba-tiba menemukan
lubang ceri. Kekuatan mengunyah yang meningkat secara tiba-tiba yang ditempatkan

28
pada gigi secara instan membebani struktur periodontal, menghasilkan stimulus
berbahaya. Serat saraf araf aferen primer membawa informasi ini ke nukleus traktus
spinalis trigeminal, di mana mereka bersinkronisasi dengan interneuron. Interneuron ini
melakukan perjalanan ke nukleus motorik trigeminal. Respons motorik yang terjadi
selama refleks ini lebih rumit daripada refleks miotatik dalam hal aktivitas beberapa
kelompok otot harus dikoordinasikan untuk melaksanakan respons motor yang
diinginkan. Tidak hanya otot elevator harus dihambat untuk mencegah penutupan
rahang lebih lanjut pada benda keras tetapi otot-otot pembuka rahang harus diaktifkan
untuk menjauhkan gigi dari kemungkinan kerusakan. Ketika informasi aferen dari
reseptor sensorik mencapai interneuron, dua tindakan berbeda terjadi. Interneuron
eksitasi yang mengarah ke neuron eferen pada nukleus motor trigeminal otot-otot
pembuka rahang distimulasi. Tindakan ini menyebabkan otot-otot ini berkontraksi.

Gambar Nociceptive reflex

Refleks myotatic melindungi sistem pengunyahan dari peregangan otot secara


tiba-tiba dan menjaga stabilitas sistem muskuloskeletal dengan tonisitas otot. Sumber
nociceptive melindungi gigi dan struktur pendukung dari kerusakan potensial karena
kekuatan fungsional mendadak dan luar biasa berat. Organ tendon Golgi melindungi
otot dari kontraksi berlebihan dengan mengirimkan rangsangan penghambat langsung
ke otot yang dipantaunya. Banyak jenis refleks lainnya ditemukan di otot-otot

29
pengunyahan. Banyak yang sangat kompleks dan dikendalikan oleh pusat CNS yang
lebih tinggi. Tindakan refleks memainkan peran utama dalam fungsi (mis.,
Pengunyahan, menelan, tersedak, batuk, berbicara).

30
Pada saat yang sama, aferen menstimulasi interneuron penghambat, yang
menyebabkan otot-otot pengangkat rahang menjadi rileks. Hasil keseluruhan adalah
bahwa rahang cepat turun dan gigi tertarik menjauh dari objek yang menyebabkan
rangsangan berbahaya. Proses ini, yang disebut penghambatan antagonis (antagonistic
inhibition), terjadi pada banyak aksi refleks nosiseptif di seluruh tubuh

2.1.3.3 Reciprocal Innervation

Kontrol otot antagonis sangat penting dalam aktivitas refleks. Ini sama
pentingnya dengan fungsi tubuh sehari-hari. Seperti dalam sistem otot lainnya, setiap
otot yang mendukung fungsi kontrol kepala dan sebagian yang mengontrol fungsi
memiliki antagonis yang menghambat aktivitasnya. Ini adalah dasar dari keseimbangan
otot yang sebelumnya dijelaskan. Kelompok otot tertentu terutama mengangkat
mandibula; kelompok lain terutama menekannya. Agar mandibula dinaikkan oleh otot
temporal, pterigoid medial, atau masseter, otot suprahyoid harus relaks dan memanjang.

Demikian juga untuk mandibula yang mengalami depresi, para suprahyoid harus
berkontraksi sementara elevatornya rileks dan memanjang. Mekanisme kontrol
neurologis untuk kelompok antagonis ini dikenal sebagai persarafan timbal balik
(reciprocal innervation). Fenomena ini memungkinkan kontrol gerakan mandibula yang
lancar dan tepat untuk dicapai.

Agar hubungan kerangka tengkorak, mandibula, dan leher dapat dipertahankan,


masing-masing kelompok otot antagonis harus tetap dalam keadaan konstan tonus
ringan. Ini mengatasi ketidakseimbangan kerangka dari gravitasi dan menjaga kepala
dalam apa yang disebut posisi postural. Seperti dibahas sebelumnya, tonus otot
memainkan peran penting dalam posisi postural mandibula serta dalam resistensi
terhadap setiap perpindahan pasif mandibula. Otot-otot yang berkontraksi penuh
mengaktifkan sebagian besar serat otot yang dapat mempengaruhi aliran darah, yang
mengakibatkan kelelahan dan rasa sakit. Sebaliknya, tonus otot membutuhkan kontraksi
minimal serat otot, dan serat otot kontraksi diputar terus-menerus. Jenis kegiatan ini
memungkinkan aliran darah yang tepat dan tidak menghasilkan kelelahan

31
2.1.3.6 Regulation of Muscle Activity

Untuk membuat gerakan mandibula yang tepat, input dari berbagai reseptor
sensorik harus diterima oleh CNS melalui serat aferen. Batang otak dan korteks harus
berasimilasi dan mengatur input ini dan memperoleh aktivitas motorik yang tepat
melalui serat saraf eferen. Kegiatan motorik ini melibatkan kontraksi beberapa
kelompok otot dan penghambatan yang lain.

Secara umum diperkirakan bahwa sistem eferen gamma diaktifkan secara


permanen, meskipun tidak selalu menimbulkan pergerakan. Pelepasan gamma membuat
neuron motor alfa secara reflex dipersiapkan untuk menerima impuls yang timbul dari
korteks atau langsung dari impuls aferen dari spindle. Sebagian besar gerakan
mandibula mungkin dikendalikan oleh hubungan antara gamma eferen, spindel aferen,
dan neuron motor alfa. Output gabungan ini menghasilkan kontraksi atau penghambatan
otot dan memungkinkan sistem neuromuskuler untuk tetap memeriksa sendiri.

Berbagai kondisi sistem pengunyahan sangat mempengaruhi pergerakan dan


fungsi mandibula. Reseptor sensorik di ligamen periodontal, periosteum, TMJ, lidah,
dan jaringan lunak lainnya secara terus-menerus memberi umpan balik informasi, yang
diproses dan digunakan untuk mengarahkan aktivitas otot. Stimulus yang berbahaya
refleks dihindarkan sehingga gerakan dan fungsi dapat terjadi dengan cedera minimal
pada jaringan dan struktur sistem pengunyahan

32
2.1.3.7 Influence from the Higher Centers

Seperti yang disebutkan sebelumnya, batang otak dan fungsi korteks berfungsi
bersama untuk menilai dan mengevaluasi impuls yang masuk. Meskipun korteks adalah
penentu utama tindakan, batang otak bertugas menjaga homeostasis dan mengendalikan
fungsi tubuh yang secara alam bawah sadar. Di dalam batang otak terdapat kumpulan
neuron yang mengontrol aktivitas otot berirama seperti bernapas, berjalan, dan
mengunyah. Kumpulan ini secara kolektif dikenal sebagai generator pola sentral
(CPG) . Bertanggung jawab atas ketepatan waktu aktivitas antara otot-otot antagonis
sehingga fungsi-fungsi tertentu dapat dilakukan. Selama proses mengunyah, misalnya,
CPG memulai kontraksi otot-otot supra dan infra-hyoid pada waktu yang tepat ketika
otot-otot elevator diperintahkan untuk rileks. Ini memungkinkan mulut untuk membuka
dan menerima makanan. Selanjutnya, CPG memulai kontraksi otot-otot elevator sambil
mengendurkan otot-otot supra dan infrahyoid, menghasilkan penutupan mulut ke
makanan. Proses ini diulang sampai partikel makanan cukup kecil untuk ditelan dengan
mudah. Agar CPG efisien, ia harus menerima input sensorik konstan dari struktur
pengunyahan. Oleh karena itu, lidah, bibir, gigi, dan ligamen periodontal secara konstan
memberi umpan balik informasi yang memungkinkan CPG untuk menentukan stroke
mengunyah yang paling tepat dan efisien. Setelah pola mengunyah yang efisien
meminimalkan kerusakan struktur apa pun ditemukan, itu dipelajari dan diulang. Pola
yang dipelajari ini disebut engram otot.

Karena itu mengunyah dapat dianggap sebagai aktivitas berulang yang sangat
kompleks yang utamanya dikendalikan oleh CPG dengan input dari berbagai reseptor
sensorik. Seperti banyak kegiatan reflex lainnya, mengunyah adalah kegiatan bawah
sadar namun dapat dibawa ke kendali sadar kapan saja. Bernafas dan berjalan adalah
aktivitas reflex CPG lain yang umumnya terjadi pada tingkat bawah sadar tetapi juga
dapat dikendalikan secara sukarela. Proses mengunyah dibahas secara lebih rinci di bab
ini.

33
2.1.3.8 The Influence of the Higher Centers on Muscle Function.

Secara umum, ketika stimulus dikirim ke SSP, interaksi yang sangat kompleks
terjadi untuk menentukan respons yang sesuai. Korteks — dengan pengaruh dari
thalamus, CPG, struktur limbik, pembentukan retikular, dan hipotalamus —
menentukan tindakan yang akan diambil dalam hal arah dan intensitas. Tindakan ini
sering hampir otomatis, seperti dalam mengunyah. Meskipun individu menyadarinya,
tidak ada partisipasi aktif dalam pelaksanaannya. Dengan tidak adanya keadaan
emosional yang signifikan, tindakan biasanya dapat diprediksi dan menyelesaikan tugas
secara efisien. Namun, ketika individu mengalami tingkat gerak yang lebih tinggi,
seperti ketakutan, kecemasan, frustrasi, atau kemarahan, modifikasi utama berikut dari
aktivitas otot dapat terjadi Peningkatan tekanan emosional meningkatkan struktur
limbik dan hipotalamus / hipofisis / adrenal axis (HPA), mengaktifkan sistem eferen
gamma. Dengan peningkatan aktivitas gama efferent menyebabkan kontraksi serat
intrafusal, menghasilkan regangan sebagian daerah sensorik dari spindel otot. Ketika
spindel ini diregangkan sebagian, peregangan otot keseluruhan yang lebih sedikit
diperlukan untuk memperoleh aksi reflex. Ini memengaruhi reflex myotatic dan
akhirnya menghasilkan peningkatan tonus otot. Otot juga menjadi lebih sensitif
terhadap rangsangan eksternal, yang sering menyebabkan peningkatan lebih lanjut
dalam tonisitas otot. Dengan meningkatnya tonisitas otot, ada risiko kelelahan otot yang
lebih besar. Juga, peningkatan tonisitas menyebabkan peningkatan tekanan interarticular
TMJ.

Peningkatan aktivitas eferen gamma juga dapat meningkatkan jumlah aktivitas


otot yang tidak relevan. Pembentukan retikuler, dengan pengaruh dari sistem limbik dan
aksis HPA, dapat membuat aktivitas otot tambahan yang tidak terkait dengan
penyelesaian tugas tertentu. Seringkali kegiatan ini mengasumsikan peran kebiasaan
gugup, seperti menggigit kuku atau pada pensil, mengepalkan gigi, atau bruxism.
Seperti dibahas dalam Bab 7, kegiatan ini dapat memiliki efek dramatis pada fungsi
sistem pengunyahan

34
BAB III

KESIMPULAN

Fungsi dari sistem mastikasi sangatlah kompleks. Kontraksi dari berbagai otot

kepala dan leher diperlukan untuk menggerakkan mandibula secara tepat dan membuat

mandibula berfungsi secara efektif. Sebuah kontrol dari sistem neurologis juga sangat

dibutuhkan dalam mengkoordinasi aktivitas dari keseluruhan sistem mastikasi. Sistem

ini terdiri dari nervus dan otot, sehingga menghasilkan sebuah sistem neuromuscular.

Sebuah pemahaman baik dari anatomi dan fungsi dari sistem ini sangat diperlukan

untuk memahami pengaru kontak gigi dan kondisi lain dari pergerakan mandibula.

Kemudian, dalam sistem mastikasi dikenal pula nyeri orofasial. Nyeri adalah

rasa tidak nyaman dan pengalaman emosional yang berhubungan dengan kemungkinan

adanya kerusakan jaringan.Nyeri orofasial didefinisikan sebagai semua nyeri yang

berhubungan dengan wajah serta mulut, termasuk jaringan keras dan lunak disekitarnya.

Penyebab nyeri orofasial yang lain yang sering terjadi adalah musculoskeletal, vaskular,

dan neurophatik. Gangguan orofasial dapat menimbulkan rasa sakit dan simptom-

simptom yang menyertainya.

35
DAFTAR PUSTAKA

1. Okeson JP. Management of Temporomandibular Disorder and Occlusion. 8th

edition. Mosby Elsevier. St. Louis:Elsevier. 2020.p.21-46

36
37

Anda mungkin juga menyukai