Anda di halaman 1dari 11

Manajemen Risiko Perusahaan: Studi Kasus Formulasi Strategi dan

Pengimplementasian Manajemen Risiko pada Koperasi Peternakan Bandung Selatan


(KPBS)

Dosen Pengampu :

Hj. Aoliyah Firasati, SE., MM

Penyusun :

Syahrul Ma’arif

121020304

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI

2022/2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manajemen Risiko dalam perusahaan sangat diperlukan keberadaannya, hal
ini karena manajemen risiko dapat mengendalikan risiko yang apabila diabaian dapat
menciptakan suatu dampak yang negatif bagi perusahaan. Terdapat beberapa definisi
mengenai manajemen risiko. Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu aktivitas
yang terkoordinasi dimana aktivitas tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memberi
arahan dan mengelola organisasi dengan tujuan untuk menangani suatu risiko
(Susanto, 2018). Selanjutnya, manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu proses
yang dipengaruhi oleh jajaran direksi entitas, manajemen maupun anggota lainnya
kemudian diterapkan di dalam pengaturan strategi dan seluruh perusahaan.
Perancangan manajemen resiko ini bertujuan untuk mengidentifikasi kejadian
potensial yang dapat mempengaruhi entitas, mengelola resiko yang ada di dalam risk
appetite dan juga untuk memberikan jaminan pencapaian tujuan dari suatu entitas
(Yap, 2017).
Manajemen resiko perusahan dapat dilakukan oleh setiap perusahaan baik
perusahaan milik negara, swasta maupun perseorangan. Manajemen resiko juga dapat
dilakukan oleh perusahaan yang bergerak dalam berbagai macam bidang salah
satunya adalah dalam bidang peternakan sapi perah. Seperti yang diketahui bahwa
sektor peternakan saat ini menjadi salah satu sektor yang diharapkan dapat
meningkatkan perekonomian nasional. Hal ini juga disampaikan oleh Badan Pusat
Statistik bahwa Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dalam sektor peternakan pada
tahun 2019 telah mencapai 257 triliun dimana hal tersebut mengalami peningkatan
sebesar 7,78% dari tahun 2018. Peningkatan dalam sektor peternakan sapi ini salah
satunya adalah peternakan sapi perah yang menghasilkan komoditas susu dan
memenuhi kebutuhan protein hewani bagi masyarakat Indonesia.
Sapi perah adalah salah satu hewan yang dibudidayakan untuk memproduksi
susu. Hal ini disampaikan oleh BPS pada tahun 2020 dimana produksi susu nasional
pada tahun 2019 tumbuh sebesar 996.442,44 ton atau sebesar 0,95% dibandingkan
dengan tahun 2018 yaitu sebesar 951.003,95 ton. Meskipun pertumbuhan susu
nasional mengalami peningkatan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir namun
produksi susu nasional yang dihasilkan oleh peternakan sapi perah tersebut masih
belum dapat sepenuhnya memenuhi kebutuhan susu bagi masyarakat Indonesia yaitu
sebesar 4,33 juta ton susu. Dengan demikian kebutuhan susu yang baru terpenuhi
sekitar 22% dari 100%, hal ini juga yang mengakibatkan Indonesia masih harus
mengimpor produk susu dari luar negeri.
Produsen susu nasional merupakan perusahan swasta nasional serta para
peternak yang menjalankan bisnisnya secara individual lalu diorganisir secara
bersama-sama oleh koperasi. Di daerah Jawa Barat terdapat setidaknya 20 koperasi
yang bergerak didalam bidang usaha susu perah tersebut. Salah satunya adalah
Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan. KPBS Pangalengan
menaungi dua wilayah kerja yaitu pada kecamatan Pangalengan dan juga Kecamatan
Kertasari. Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan yang berada di
area Kabupaten Bandung memiliki setidaknya 29 tempat pelayanan koperasi dimana
tujuh diantaranya telah menggunakan teknologi modern Milk Collection Point (MCP).
Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai bagaimana pengimplementasian dan
juga formulasi strategi yang digunakan oleh Koperasi Peternakan Bandung Selatan
(KPBS) Pangalengan didalam melakukan manajemen resiko di dalam perusahaannya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara melakukan formulasi strategi manajemen risiko didalam Koperasi
Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan?
2. Bagaimana pengimplementasian manajemen risiko didalam Koperasi Peternakan
Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan?
3. Apa implikasi Manajemen risiko perusahaan terhadap kinerja Koperasi
Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan?

C. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk menjawab rumusan-rumusan masalah yang
ada didalam makalah. Makalah ini di susun guna menjawab pertanyaan mengenai
bagaimana suatu perusahaan menyusun suatu strategi dan juga pengimplementasian suatu
manajemen risiko didalam perusahaan tersebut. Selain itu, penelitian ini juga dilakukan
untuk mengetahui bagaimana implikasi dari manajemen risiko terhadap suatu perusahaan
yang melaksanakan manajemen risiko perusahaan.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Penulisan makalah ini diharapkan mampu menjadi sumbangsih bagi ilmu
pengetahuan terkhusus bagi perkembangan studi ilmu manajemen. Didalam
penulisan makalah dijelaskan mengenai manajemen resiko perusahaan yang
merupakan salah satu sub-bab yang ada didalam ilmu manajemen. Dengan
demikian diharapkan penulisan ini mampu memberikan wawasan baru mengenai
bagaimana manajemen resiko dilaksanakan dalam suatu perusahaan.
2. Manfaat Praktis
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan motivasi bagi para pembaca
agar dapat mengembangkan ilmu manajemen resiko perusahaan dan juga
diharapkan dapat dijadikan sebuah motivasi maupun referensi didalam
pelaksanaan manajemen resiko pada perusahaan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Manajemen Risiko Perusahaan


Manajemen Risiko merupakan suatu rangkaian metodologi dan prosedur yang
digunakan untuk melakukan identifikasi, pengukuran, pemantauan serta pengendalian
risiko yang muncul akibat dari seluruh kegiatan bisnis (Republik Indonesia, 2016).
Manajemen resiko memiliki pengaruh yang cukup signifikan di dalam kinerja suatu
perusahaan. Manajemen risiko pada dasarnya merupakan sistem pengelolaan resiko yang
harus diterapkan oleh organisasi secara komprehensif dengan maksud untuk melakukan
peningkatan terhadap nilai perusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menyusun
strategi-strategi yang mampu meminimalisir resiko yang kemungkinan akan terjadi.
Strategi yang dilakukan adalah dengan memindahkan resiko kepada pihak lain,
menghindari resiko dan juga mengurangi efek negatif dari risiko (Alam, 2014).
Penerapan manajemen risiko sangat penting bagi perusahaan maupun organisasi.
Manajemen risiko sangat penting keberadaannya sebab kegagalan dalam mengelola risiko
dapat mengakibatkan suatu kerugian yang cukup signifikan bagi suatu perusahaan
maupun organisasi. Dengan adanya manajemen risiko tersebut maka memungkinkan
terwujudnya tata kelola perusahaan melalui pengelolaan manajemen risiko yang baik.
Pada dasarnya manajemen risiko dilaksanakan dengan cara mengidentifikasi risiko,
mengevaluasi, pengukuran terhadap risiko dan juga pengelolaan terhadap resiko.
Manajemen risiko merupakan suatu desain serta penerapan prosedur untuk mengelola
risiko yang ada di dalam bisnis. Manajemen risiko adalah suatu antisipasi yang kompleks
dari suatu kegiatan usaha yang keberadaannya dipicu oleh perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (Kasidi, 2020).

B. Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KBPS)


Salah satu usaha yang juga memerlukan adanya manajemen risiko perusahaan
adalah koperasi yang bergerak dalam bidang usaha peternakan sapi perah. Usaha sapi
perah adalah salah satu usaha peternakan yang memiliki nilai yang cukup tinggi dan
prospek usaha yang sangat baik. Dengan adanya fenomena tersebut maka diperlukan
adanya peningkatan terhadap kualitas sumber daya manusia para peternak sapi perah
tersebut. Kemajuan terhadap peternakan sapi perah tentunya ditentukan oleh beberapa
faktor diantaranya yaitu letak geografis, ekologi dan juga kesuburan lahan. Beberapa
faktor tersebut dimiliki oleh daerah Pangalengan, Kabupaten bandung, Jawa Barat yang
sangat baik untuk dijadikan tempat peternakan dan pengembangan terhadap usaha
peternakan sapi perah yang terintegrasi. Adanya kelebihan yang dimiliki tersebut harus
dimanfaatkan dengan baik salah satunya adalah dengan dikoordinasi oleh suatu badan.
Dalam kasus ini, badan yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peternakan sapi
perah adalah Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan yang
bertanggung jawab atas dua wilayah yaitu Kecamatan Pangalengan dan Kecamatan
Kertasari (Firdaus dkk, 2021).
Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan memiliki setidaknya
29 tempat pelayanan koperasi diantaranya adalah MCP Cipanas, MCP Citere, MCP
Gunung Cupu, MCP Lembang Sari, MCP Mekar Mulya dan lain sebagainya. Dari 29
tempat pelayanan koperasi tersebut, terdapat salah satu tempat yang mengalami
peningkatan terhadap kualitas serta kuantitas dari produksi susu perah yaitu MCP
Cipanas. Kualitas dan kuantitas yang dihasilkan dari produksi susu perah tersebut
nantinya akan dijadikan suatu indikator peningkatan harga susu yang diterima oleh para
peternak sapi tersebut. Hal ini tentunya tidak terlepas dari peran koperasi yang
memberikan breeding, feeding dan juga management kepada para peternak (Firdaus dkk,
2021).
Koperasi memiliki peranan penting dalam perkembangan peternakan sapi perah
yang ada di Pangalengan tersebut. Koperasi yang berdiri memiliki peran untuk
memberikan dorongan kepada para peternak untuk mencapai keberhasilan usaha
ternaknya. Usaha tersebut juga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendidikan
yang mencakup pelatihan dan penyuluhan kepada peternak yang berhubungan dengan
breeding, feeding dan juga management. Selain itu diberikan juga fasilitas pelayanan
sarana produksi kepada para peternak tersebut. Keberadaan Koperasi Peternakan
Bandung Selatan (KPBS) sangat dibutuhkan oleh para peternak sapi perah sebab dengan
adanya koperasi tersebut para peternak mampu melakukan usaha peternakannya dengan
baik yang dicirikan dengan adanya perkembangan potensi peternakan dalam perannya
sebagai manajer pemelihara ternak dan juga sebagai individu yang otonom (Firdaus dkk,
2021).
Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) adalah wadah bagi para peternak
sapi perah yang ada di Pangalengan guna melakukan peningkatan kesejahteraannya.
Dengan demikian, koperasi tersebut memiliki peran yang cukup strategis di dalam
memfasilitasi keberhasilan usaha dari para peternak sapi perah yang menjadi anggota dari
koperasi tersebut. Kartasapoetra (1987) mengemukakan bahwa koperasi memiliki
peranan untuk melakukan peningkatan terhadap kesejahteraan anggotanya dengan cara
melakukan penerapan budidaya yang baik, memfasilitasi modal, pelayanan dan
pengadaan sarana produksi dan juga penanganan hasil produksi sebelum pemasaran.
Adanya keberhasilan yang dicapai oleh Koperasi Peternakan Bandung Selatan
(KPBS) di dalam memberdayakan anggotanya yang merupakan para peternak sapi perah
tidak lepas dari adanya keberhasilan terhadap manajemen risiko perusahaan. Koperasi
memiliki peranan yang sangat penting didalam peningkatan kesejahteraan para
anggotanya melalui penerapan budidaya yang baik dengan cara memberikan modal,
pelayanan serta pengadaan sarana dan prasarana produksi dan juga menangani hasil
produksi susu dari para peternak sebelum dilakukan pemasaran. Koperasi juga memiliki
peran dalam melakukan penerapan budidaya yang baik yang didalamnya berkaitan
dengan materi penyuluhan, frekuensi penyuluhan, dan juga membangun kemandirian
serta keberdayaan peternak. Namun dalam pelaksanaanya, KPBS belum menjalankan
budidaya yang cukup maksimal.

C. Formulasi Strategi Manajemen Resiko pada Koperasi Peternakan Bandung Selatan


(KPBS)
Dalam pelaksanaannya, Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) masih
mengalami beberapa kekurangan yang tentunya menjadi pekerjaan rumah bagi orang-
orang yang ada didalamnya. Kekurangan-kekurangan tersebut tentunya menjadi sebuah
resiko yang apabila tidak segera ditangani dapat mengancam perkembangan dari
perusahaan tersebut. Hal ini juga yang nantinya akan menghambat pemberdayaan
terhadap para peternak sapi perah di daerah Pangalengan tersebut. Untuk menangani dan
mengantisipasi resiko yang besar tersebut maka perusahaan diharuskan memiliki
manajemen risiko yang memadai guna mempertahankan perusahaannya agar tidak
mengalami kerugian.
Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) menyusun beberapa strategi
manajemen risiko untuk mempertahankan dan meningkatkan perusahaan serta para
peternak sapi perah yang menjadi anggotanya tersebut. Strategi-strategi penanganan
risiko tersebut dikelompokkan sesuai dengan tingkatan dari resiko yang kemungkinan
akan terjadi. Strategi-strategi tersebut diantaranya adalah:
1. Resiko ekstrim. Strategi yang dilakukan guna menghadapi resiko ekstrim diantaranya
adalah dengan mengalihkan risiko (Risk Transfer) yaitu dengan cara memberikan
asuransi pada beberapa resiko kepada pihak lain serta penghindaran risiko (Risk
Avoidance) yaitu dengan cara melakukan koordinasi serta memanfaatkan segala
informasi yang telah disediakan oleh BMKG guna mengantisipasi adanya kegiatan
yang beresiko dan juga diperlukan adanya review risiko secara berkala.
2. Resiko Tinggi. Pada resiko tinggi dilakukan penanganan dengan cara menghindari
resiko yaitu dengan cara pengelolaan secara aktif dan review secara berkala. Strategi
ini harus dilakukan dan juga difokuskan untuk melakukan pemeliharaan terhadap
kendali yang baik serta harus menghindari aktivitas resiko tersebut sebisa mungkin.
3. Tingkatan resiko moderat. Strategi yang dilakukan untuk resiko ini adalah dengan
cara melakukan pengurangan terhadap risiko (Risk Reduction) yaitu dengan cara
memahami dan menguasai resiko tersebut. Melakukan usaha untuk pencegahan
terhadap sumber dari resiko dan juga diperlukan adanya pengelolaan secara aktif dan
review secara berkala. Diperlukan juga adanya pemantauan serta pengendalian intern
yang cukup efektif.

D. Pengimplementasian Manajemen Resiko pada Koperasi Peternakan Bandung


Selatan (KPBS)
Manajemen risiko perusahaan yang terdapat pada Koperasi Peternakan Bandung
Selatan (KPBS) dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
1. Dengan cara melakukan identifikasi terhadap risiko secara langsung melalui diskusi
secaa langsung. Berdasarkan hasil dari literatur, terdapat beberapa jenis resiko dan
bagaimana risiko tersebut terjadi. Yang pertama adalah Risiko spekulatif, hal-hal yang
terjadi pada jenis risiko ini adalah adanya penurunan terhadap harga jual produk susu,
kas perusahaan yang tidak mencukupi, dan aktivitas operasional yang mengalami
kendala. Jenis risiko yang kedua adalah Risiko murni dimana hal yang dapat terjadi
pada risiko ini adalah bencana alam, kecelakaan kerja, wabah penyakit yang menular,
perawatan terhadap peralatan yang terganggu. Jenis resiko yang ketiga adalah risiko
yang dapat dialihkan. Pada jenis risiko ini, hal yang biasanya terjadi adalah
pembuatan asuransi jiwa dan juga asuransi terhadap aset-aset yang dimiliki oleh
perusahaan dalam hal ini adalah Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS). Jenis
risiko yang keempat adalah Risiko Internal yaitu seperti terjadinya kerusakan pada
alat-alat produksi yang terjadi karena ulah dari karyawan maupun kesalahan terhadap
pengoperasionalan, adanya penyusutan pada inventaris, mogok kerja yang dilakukan
oleh karyawan dan juga kesalahan terhadap administrasi. Jenis risiko yang terakhir
adalah Resiko eksternal yaitu biasanya terjadinya persaingan maupun pencurian.
2. Melaksanakan pengukuran risiko.
3. Memetakan atau mengelompokkan risiko.
4. Melakukan pengelolaan terhadap risiko.

E. Implikasi Manajemen resiko perusahaan terhadap kinerja Koperasi Peternakan


Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan
Seperti yang telah dijelaskan bahwa manajemen risiko merupakan salah satu unsur
yang sangat penting dalam suatu perusahaan dimana keberadaan manajemen risiko
tersebut dapat mewujudkan tata kelola usaha yang akan berjalan sangat baik didalam
perusahaan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara melakukan identifikasi dan juga
melakukan pengelolaan terhadap setiap risiko yang dapat mempengaruhi pencapaian
suatu nilai yang ingin dicapai oleh suatu perusahaan. Dalam hal ini bahwa perwujudan
dari tata kelola usaha yang baik adalah suatu dampak dari adanya pelaksanaan
manajemen risiko yang baik didalam perusahaan tersebut. Dimana manajemen resiko
tersebut memiliki peranan untuk meningkatkan kinerja suatu perusahaan (Attar, 2014).
Manajemen risiko yang dijalankan oleh Koperasi Peternakan Bandung Selatan
(KPBS) Pangalengan dilakukan cukup baik meskipun masih terdapat beberapa
kekurangan yang harus dibenahi. Implikasi terhadap pelaksanaan manajemen risiko yang
baik oleh koperasi tersebut akan membuat koperasi menjadi badan usaha yang lebih baik
dan mampu memberdayakan para anggotanya dengan baik. Dengan demikian maka susu
perah yang diproduksi oleh perusahaan tersebut dapat mengalami fenomena peningkatan
terhadap produksinya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Manajemen risiko memiliki pengaruh yang cukup signifikan didalam kinerja suatu
perusahaan. Manajemen risiko pada dasarnya merupakan sistem pengelolaan risiko
yang harus diterapkan oleh organisasi secara komperehensif dengan maksud untuk
melakukan peningkatan terhadap nilai perusahaan. Manajemen resiko merupakan
suatu desain serta penerapan prosediur untuk mengelola risiko yang ada didalam
bisnis. Manajemen risiko adalah suatu antisipasi yang kompleks dari sautu kegiatan
usaha yang keberadaannya dipicu oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Salah satu usaha yang juga memerlukan manajemen resiko adalah koperasi
yang bergerak dalam usaha peternakan sapi perah seperti Koperasi Peternakan
Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan. Dalam menyusun manajemen risiko
perusahaan, Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan membuat
formulasi lalu mengimplementasikan manajemen resiko yang telah disusun tersebut.
Tentunya manajemen risiko perusahaan memiliki implikasi yang baik terhadap suatu
perusahaan. Dengan adanya manajemen perusahaan maka suatu perusahaan dalam
kasus ini adalah Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) akan mendapatkan
pencapaian pada suatu nilai yang ingin dicapai oleh koperasi tersebut.

B. Saran
Manajamen risiko harus dijadikan prioritas utama bagi para pengelola koperasi serta
harus diimplementasikan secara konsisten. Koperasi juga harus melakukan
pengelolaan secara konsisten terhadap risiko-risiko yang telah diidentifikasi secara
berkala mulai dari risiko moderat hingga risiko pada tingkatan ekstrim.
Daftar Pustaka

Attar, D., Islahuddin, & dan Shabri, M. 2014. Pengaruh Penerapan Manajemen Risiko
Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3(1),
10–20.
Firdaaus, Fauzi Ridwan dkk. 2021. Peran Koperasi Peternakan Banding Selatan (KPBS)
Pangalengan dalam Pemberdayaan Peternak Sapi Perah. Jurnal Komunikasi dan
Penyuluhan Pertanian. 2(1). 31-41.
Kasidi. 2010. Risk Management. Ghalia
Lam, J. 2014. Risk Management. Prentice Hall
Susanto, A. and M. 2018. The Importance of Risk Management in an Organizations.
International Journal Of Scientific & Technology Research, 7(11)
Yap, Pardjo. 2017. Panduan Praktis Manajemen Risiko Perusahaan. Jakarta: Growing
Publishing. 3.

Anda mungkin juga menyukai