Bahaya Rokok Bagi Pertumbuhan Remaja
Bahaya Rokok Bagi Pertumbuhan Remaja
Dosen Pengampu:
Lisky A. Th. S. Taopan,S.Pd. M. Hum
OLEH
ERMELINDA MEO
2223142939
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“pengaruh harga bahan pangan terhadap inflasi di Indonesia.” ditulis sebagai
bentuk UAS mata kuliah Bahasa Indonesia pada program studi Akuntansi Sektor
Publik Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Kupang.
Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di muka bumi ini,
demikian pula dengan skripsi ini. Olehnya itu dengan kerendahan hati penulis siap
menerima masukan yang sifatnya membangun dari berbagai pihak dalam rangka
penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga apa yang tertuang dalam makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan bagi mereka yang memerlukan.
Ermelinda Meo
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................
BAB I: PENDAHULUAN...............................................................................
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................
BAB II: PEMBAHASAN.................................................................................
2.1 Materi .........................................................................................................
2.1.1 sub materi ................................................................................................
2.1.2 Sub materi................................................................................................
2.2 Materi ........................................................................................................
2.3 materi..........................................................................................................
BAB III: PENUTUP.........................................................................................
3.1 Kesimpulan.................................................................................................
3.2 Saran...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
1. Pengertian
a. Tar
Tar merupakan kumpulan bahan kimia yang terkandung dalam daun
tembakau maupun ditambahkan pada proses pertanian dan proses pembuatan
rokok. Tar terbentuk saat proses pemanasan tembakau berlangsung. Tar yang ada
dalam rokok adalah hidrokarbon aromatik polisiklik yang tergolong dalam zat
karsinogen. Zat karsinogen merupakan zat yang dapat menumbuhkan kanker.
Sehingga resiko timbulnya kanker ketika mengkonsumsi rokok disebabkan oleh
kandungan tar yang ada didalam rokok
b. . Nikotin
Nikotin merupakan alkolid toksis yang terkandung dalam
tembakau. Zat ini lah yang membuat rasa kecanduan pada perokok. Hal
tersebut dikarenakan nikotin dapat menstimulasi kerja jantung sehingga
kerja jantung menjadi lebih cepat. Sehingga peredaran darah juga mengalir
lebih cepat. Nikotin dalam dosis rendah di dalam tubuh akan berdampak
pada gangguan saluran pernafasan. Nikotin dalam dosis yang banyak akan
mengakibatkan tersumbatnya peredaran darah, yang mana dapat
mengalami gangguan penyakit.
Nikotin masuk ke dalam tubuh melalui aliran darah dan langsung
menuju ke otak dalam waktu 7-15 detik. Di otak nikotin meningkatkan
“reward center” dan melepaskan zat kimia yang menyebabkan perasaan
menyenangkan dan bahagia. Adrenalin kemudian dilepaskan, sehingga
meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah. Penggunaan nikotin
terus menurus dapat merusak jantung, arteri dan paru-paru, meningkatkan
resiko serangan jantung, stroke, dan penyakit paru-paru.
c. Karbon Monoksida
Karbon monoksida merupakan gas yang beracun dan tidak
berwarna yang ada dalam asap rokok. Kandungan di dalam asap rokok
yaitu sekitar 2-6%. Karbon monoksida dapat mengikat hemoglobin (Hb)
sekitar 200 kali lebih kuat saat berada di paru-paru dibandingkan dengan
daya ikat oksigen (O2) dengan Hb. 10% Hb akan terisi oleh karbon
monnoksida dalam kurun waktu 4-7 jamdalam bentuk COHb (Carboly
Haemoglobin), sehingga akan berakibat sel darah merah akan kekurangan
oksigen, yang akhirnya sel tubuh akan kekurangan oksigen. Kekuranga
oksigen pada tubuh dalam waktu yang panjang akan mengakibatkan
penyempitan dan pengerasan pembuluh darah, sehingga sangat beresiko
terhadap serangan jantung.
Merokok dalam berbagai jenis dan bentuk merupakan kegiatan yang akan
mengganggu kesehatan. Mulai bangun kesadaran untuk
menciptakan rumah bebas asap rokok dan menerapkan perilaku hidup
bersih dan sehat agar keluarga yang sehat dan bebas dari asap rokok
dapat segera terwujud.
Mayoritas perokok dewasa mulai merokok sejak usia muda. Hal ini
menjadi dasar perlunya upaya menghentikan kebiasaan merokok
atau smoking cessation strategy yang ditujukan pada perokok remaja atau
adolesens.
Sebuah studi mengenai perokok adolesens (didefinisikan oleh WHO
sebagai anak usia 10-19 tahun) di Amerika menemukan bahwa vareniklin
sebagai terapi pengganti nikotin dapat ditoleransi dengan baik, namun
tidak meningkatkan tingkat abstinence atau berhenti merokok di akhir
terapi. Temuan tersebut mendukung literatur-literatur sebelumnya
mengenai intervensi berhenti merokok pada adolesens yang secara
umum menghasilkan tingkat abstinence rendah.
Apapun alasan adolesens memulai kebiasaan merokok, adiksi terhadap
nikotin muncul dengan cepat. Rata-rata dibutuhkan 2-3 tahun untuk
menjadi perokok rutin dengan adiksi terhadap nikotin. Semakin besar
adiksinya, semakin sulit adolesens berhenti merokok.
peer mentoring
intervensi self-help berbasis digital
Saat ini belum ada cukup data mengenai efektivitas intervensi tersebut,
sehingga diperlukan kombinasi dengan konseling untuk memberikan hasil
maksimal.
BAB III
PENUTUP