DISUSUN OLEH :
POPI PUSPITASARI
MEI 2020
ABSTRAK
2
1. Pendahuluan
Gambar 1-1 : Area Rencana Lokasi Pembangunan SKLT Cilacap – Pulau Nusakambangan
3
2. Desain Sistem
Prakiraan kebutuhan listrik di area Cilacap dan Nusakambangan sampai dengan tahun 2043 yang
diperoleh dari PLN DJTY dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 2-1 : Prakiraan Kebutuhan Energi Listrik Sistem Cilacap dan Pulau Nusakambangan
Uraian Satuan 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
Area Cilacap
- Produksi Ene rgi GWh 1.633,57 1.734,09 1.847,92 2.000,69 2.150,06 2.306,40 2.480,78 2.666,64 2.866,53
- Load Factor % 73,52 73,64 73,76 73,86 73,97 74,08 74,19 74,30 74,42
- Beban Puncak MW 253,63 268,81 286,01 309,20 331,80 355,41 381,71 409,68 439,71
Pulau Nusakambangan
- Produksi Ene rgi GWh 29,99 30,97 31,97 33,01 34,09 35,20 36,34 37,52 38,75
- Load Factor % 73,52 73,64 73,76 73,86 73,97 74,08 74,19 74,30 74,42
- Beban Puncak MW 4,66 4,80 4,95 5,10 5,26 5,42 5,59 5,77 5,94
Uraian Satuan 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034
Area Cilacap
- Produksi Ene rgi GWh 3.079,34 3.293,85 3.532,80 3.794,30 4.110,20 4.441,57 4.320,80 4.517,49 4.715,60
- Load Factor % 74,54 74,66 74,78 74,90 74,96 75,77 76,07 76,37 76,67
- Beban Puncak MW 471,62 503,65 539,33 578,32 625,95 669,20 648,44 675,29 702,15
Pulau Nusakambangan
- Produksi Ene rgi GWh 40,01 41,32 42,67 44,06 45,47 47,38 49,04 50,76 52,54
- Load Factor % 74,54 74,66 74,78 74,90 74,96 75,77 76,07 76,37 76,67
- Beban Puncak MW 6,13 6,32 6,51 6,72 6,92 7,14 7,36 7,59 7,82
4
Uraian Satuan 2035 2036 2037 2038 2039 2040 2041 2042 2043
Area Cilacap
- Produksi Energi GWh 4.915,12 5.072,46 5.265,01 5.458,40 5.652,63 5.847,71 6.043,64 6.240,41 6.438,02
- Load Factor % 76,97 76,61 76,79 76,97 77,15 77,33 77,51 77,69 77,87
- Beban Puncak MW 729,01 755,86 782,72 809,57 836,43 863,28 890,14 916,99 943,85
Pulau Nusakambangan
- Produksi Energi GWh 54,38 55,81 57,67 59,60 61,59 63,65 65,77 67,97 70,24
- Load Factor % 76,97 76,61 76,79 76,97 77,15 77,33 77,51 77,69 77,87
- Beban Puncak MW 8,07 8,32 8,57 8,84 9,11 9,40 9,69 9,99 10,30
(Sumber: PLN DJTY)
Dapat dilihat pada Tabel 2-1 bahwa beban Nusakambangan pada Tahun 2043 adalah sebesar 10,3
MW. Perbandingan kedua alternatif dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 2-2 Perbandingan Alternatif Kabel Laut 150kV dan 20kV untuk kondisi Cilacap-
Nusakambangan
No Kondisi Kabel Laut 150 kV Kabel Laut 20 kV
1 Sistem Diperoleh KHA sebesar 41,34 A. Diperoleh KHA sebesar 309,6 A.
Berdasarkan Pabrikan (contoh: ABB) Pabrikan (contoh: ABB)
forecast beban memproduksi kabel laut tegangan memproduksi kabel laut tegangan
Nusakambangan tinggi 100kV-300kV XLPE 3core tinggi 10kV-90kV XLPE 3core
pada Tahun 2043 tembaga dengan luas penampang tembaga dengan luas penampang
sebesar 10,3 MW minimal 300mm2 dan KHA 530 A. 120mm2 dan KHA 340 A.
2 Konstruksi - Semakin tinggi tegangan, - Produksi dan penggelaran lebih
semakin besar ukuran kabel mudah.
sehingga dalam produksi dan - Di sisi P. Nusakambangan tidak
penggelaran akan membutuhkan perlu membangun GI, cukup
handling yang lebih kompleks. dengan landing point tiang 20 kV
- Membutuhkan pembangunan GI atau GH.
di sisi P. Nusakambangan. - Tidak membutuhkan lahan luas
- Membutuhkan lahan yang cukup (landing point tiang min.
luas untuk GI (min. 64mx64m) 8mx6m)
- Membutuhkan jalur SUTT dari - Dapat menggunakan jalur feeder
GI Lomanis menuju landing point eksisting dari GI Lomanis
sisi Cilacap. menuju landing point sisi
Cilacap.
3 Biaya Sekitar 34 M (tidak termasuk GI) Sekitar 18 M (tidak termasuk GH)
Dari hasil perbandingan di atas, desain saluran kabel laut Cilacap-Nusakambangan akan menjadi
overdesign jika menggunakan kabel laut dengan tegangan 150kV. Oleh karena itu, akan lebih optimal
jika menggunakan kabel laut dengan tegangan 20kV.
Dalam pemilihan ukuran penampang kabel laut, hal utama yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai
berikut:
1) Besar arus listrik maksimum yang akan disalurkan;
2) Tegangan operasi;
3) Indeks kriteria keandalan N-1;
4) Derating kuat hantar arus (KHA) kabel laut saat pemendaman;
5
5) Kemampuan menghantar arus hubung singkat.
10,3 MW
I= =309,6 Ampere
1,73 x 20 kV x 0,96
Sesuai forecast beban Nusakambangan sampai dengan tahun 2043 sebesar 10,3 MW maka kabel laut
yang akan dipasang harus mempunyai kuat hantar arus (KHA) minimal sebesar 309,6 Ampere. Sesuai
dengan perhitungan besarnya arus yang akan mengalir tersebut dan kondisi kabel laut eksisting yang
dimiliki PT Holcim, maka penghantar yang dipilih adalah berpenampang 240 mm 2, berinti tiga
dengan konduktor tembaga. Untuk memenuhi indeks kriteria keandalan N-1, kabel laut yang akan
dibangun direncanakan berjumlah 2 sirkit.
Setelah dilakukan perhitungan derating, nilai KHA-nya menjadi 345 Ampere/cct (sesuai perhitungan
pada Lampiran 1).
Simulasi aliran daya dilakukan dengan menggunakan ETAP untuk kondisi pada tahun 2018, 2021 dan
2043. Profil tegangan yang dihasilkan dari simulasi aliran daya dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 2-2 : Profil Tegangan Hasil Simulasi Aliran Daya
Seluruh kondisi tegangan masih sesuai dengan SPLN 1: 1995 tentang Tegangan Standar PLN yaitu
sebesar +5%/-10%.
Analisa hubung singkat menunjukkan hasil perhitungan arus hubung singkat 3 fasa yang bertujuan
untuk menentukan rating hubung singkat peralatan proteksi yang akan digunakan.
Hasil simulasi hubung singkat pada level tegangan 20 kV dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 2-3 : Hasil Simulasi Hubung Singkat Kabel Laut 20 kV Sistem Cilacap – Nusakambangan
6
Dari Tabel di atas dan Tabel Constructional Data, di mana kemampuan arus hubung singkat untuk
konduktor sebesar 34,30 kA, maka untuk simulasi arus hubung singkat yang terjadi di landing point
baik di sisi Cilacap dan sisi Pulau Nusakambangan tidak melampaui batas kemampuan kabel.
7
3. Desain Kabel Laut
Pada pekerjaan pembangunan interkoneksi dengan menggunakan kabel laut, elemen kunci dari kabel
tersebut adalah insulasi listrik yang mendukung tegangan sangat tinggi antara konduktor yang
menjamin bahwa medan listrik tetap dalam kabel. Syarat-syarat yang harus dipertimbangkan dalam
pemilihan jenis kabel laut :
1. Diperlukan tingkat keamanan listrik yang tinggi mengingat mahalnya biaya perbaikan kabel
seandainya terjadi kerusakan, bahkan kadang-kadang perbaikan tidak mungkin dilaksanakan.
2. Harus mempunyai ketahanan mekanis dan elektris, terhadap kemungkinan pembengkokan pada
tarikan puntir dan gulungan yang dapat terjadi pada waktu pembuatan kabel maupun pada waktu
penggelaran kabel.
3. Tahan terhadap tekanan air pada bagian terdalam dari route kabel dan kedap air sepanjang route
kabel sehingga integritas listrik tidak terpengaruh akibat adanya deformasi atau tempat masuk air
yang mungkin terjadi.
4. Tidak ada site joint pada kabel, sehingga kabel tersebut merupakan satu kesatuan panjang pada
route tersebut yang dibawa oleh kapal khusus penggelar kabel ke site.
5. Armour didesign cukup kuat menahan kemungkinan pengaruh mekanis dari luar seperti jangkar
kapal kecil (perahu nelayan) di dekat pantai, alat penangkap ikan, tekanan sisi kabel pada waktu
penggelaran kabel dan tumpuan pada dasar laut yang berkarang.
6. Kabel beserta peralatan lainnya perlu didesain sedemikian rupa sehingga apabila metal sheath
rusak waktu beroperasi, penetrasi air dari titik masuknya air tidak gampang meluas.
7. Kabel cukup mempuyai keseimbangan torsi sehingga tidak mudah terjadi kabel membelit (kink).
8. Berat kabel dalam air harus cukup menahan gerakan pada dasar laut akibat arus dan gelombang
laut. Jika berat kabel masih kurang untuk mengatasi hal tersebut, maka harus diadakan proteksi
tambahan yang berfungsi menahan dan memberatkan kabel.
9. Kabel mempunyai proteksi cukup kuat terhadap korosi.
Berikut ini adalah gambar typical 20 kV XLPE Submarine Cable:
8
4. Pemilihan Rute Kabel Laut
Rute ideal untuk kabel laut adalah rute dengan kondisi permukaan laut yang datar dan jalur dengan
sedikit belokan. Kriteria yang umum digunakan dalam pemilihan rute kabel laut adalah sebagai
berikut:
1. Pertimbangan kultural.
infrastruktur eksisting bawah laut, seperti kabel komunikasi, pipa gas, dan lain-lain.
2. Pertimbangan politik.
Jalur kabel laut harus menghindari kawasan perbatasan, seperti batas-batas teritorial dan batas-
batas internasional.
3. Pertimbangan kondisi fisik.
Kondisi fisik rencana koridor kabel perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut :
Kedalaman laut, menentukan jenis alat pemasangan kabel dan menentukan properties kabel
yang akan digunakan terkait dengan tekanan (pressure) air pada kabel.
Kondisi topografi seperti lereng dengan kemiringan (slope) yang berlebihan harus dihindari
terkait dengan batasan bending radius kabel dan tarikan berlebihan (over tensioning) pada
kabel.
Jenis dan kondisi material dasar menentukan jenis proteksi mekanik yang digunakan dan
metode instalasi / penanaman kabel.
Daerah dengan gelombang pasir dan daerah erosif harus dihindari untuk lokasi penanaman
kabel karena memungkinkan tereksposnya kabel di kemudian hari diakibatkan oleh
pergerakan material pasir.
4. Pembatasan kondisi fisik dan budaya.
Kegiatan pada daerah sisi landing point kabel laut, seperti misalnyakawasan pariwisata, cagar
alam, cagar budaya, tempat peribadatan, penambangan lepas pantai, pembuangan dasar laut.
Berikut ini adalah Tabel yang berisi ringkasan berupa data atribut untuk rencana jalur kabel laut
Cilacap - Nusakambangan.
Tabel 4-1: Deskripsi Rute Kabel Laut Terpilih
LP NKB
7°44'22.42"S 108°59'40.57"E
UTM zona 49 S
278825.06 m E 9143972.47 m S
Sirkit 1 adalah 727.891 m.
Panjang Kabel Laut mengikuti
Sirkit 2 adalah 748.531 m.
kontur kedalaman
Total panjang kabel laut adalah 1476.422 m
Kedalaman maksimal di Sirkit 1 adalah 35,07 m
sepanjang rute Sirkit 2 adalah 31,00 m
Kedalaman maksimum di
35 m
seluruh area survey
9
Paling dekat : 1 m (di sekitar titik LP)
Jarak antar sirkit
Paling jauh : 70 m
Dari pengambilan sampel sedimen terkandung 3 jenis sedimen yaitu
Jenis seabed
kerikil, pasir, dan butiran halus yang terdiri dari pasir dan lempung
Tidak ada
Bahaya perairan
Sumber : Peta Laut Dishidros, 2015
Anomali di dasar laut Berdasarkan data SSS, SBP dan Magnet terdapat anomali yang
diinterpretasikan sebagai kabel laut eksisting, outcrop, dan objek
yang memiliki nilai magnet ekstrim. Anomali ini sudah dilokalisir
dan dihindari dalam penentuan rencana jalur definitif.
10
5. Desain Proteksi Mekanis Kabel Laut
Pemasangan kabel laut dapat berupa penguburan / penanaman kabel di bawah dasar laut dengan atau
tanpa tambahan pelindung atau penggelaran langsung di atas permukaan dasar laut dengan atau tanpa
pelindung. Penggelaran langsung di atas permukaan dasar laut dilakukan pada kondisi dasar laut yang
sangat keras atau pada daerah kawasan lindung, seperti kawasan flora dan fauna laut.
Peraturan Menteri Perhubungan No. 68 tahun 2011 menyatakan kedalaman pemendaman 4 meter di
bawah seabed. Namun demikian, dari hasil survey hidro oseanografi yang telah dilakukan pada
kedalaman laut ini, didapat tebal lapisan sedimen < 4 meter dan diprediksi terdapat lapisan keras di
bawah sedimen sehingga sulit untuk dilakukan pemendaman 4 meter di bawah seabed dengan alat
burial yang ada.
Kedalaman penanaman kabel bergantung dari jenis material dasar dan tingkat gangguan external.
Penanaman kabel pada material tanah lunak (soft soil) membutuhkan kedalaman lebih dibandingkan
penanaman kabel pada material tanah keras (hard soil) hal ini terkait dengan penetrasi objek yang
jatuh ke dasar laut, seperti jangkar dan alat penangkap ikan. Grafik berikut (Gambar 5 -2)
menunjukkan hubungan antara penetrasi jangkar kapal dengan kekerasan material dasar terhadap
tingkat gangguan external.
Terkait proteksi mekanis kabel laut, terdapat beberapa kondisi yang wajib dipenuhi sesuai Peraturan
Menteri no 129 tahun 2016 pasal 64 ayat (2) Instalasi kabel bawah air, antaralain:
1. Dari garis pantai menuju arah lepas pantai sampai dengan kedalaman perairan 10 meter,
instalasi kabel harus dipendam 2 meter di bawah permukaan dasar perairan (natural seabed)
2. Pada perairan mulai dari kedalaman 10 meter s.d 15 meter, instalasi kabel harus dipendam 1
meter dibawah permukaan dasar perairan
3. Pada perairan yang kedalamannya lebih dari 15 m dan kurang dari 28 m, instalasi kabel harus
dipendam 0,5 m. Sedangkan yang kedalamannya lebih dari 28 m, kabel dapat digelar diatas
permukaan dasar perairan dan harus diusahakan tetap stabil pada posisinya
11
Sesuai hasil Studi Kelayakan dan Permen No 129 Tahun 2016, rencana proteksi rute kabel laut adalah
sebagai berikut :
1. Landing Point s/d kedalaman laut 0 m (surut terendah) = menggunakan proteksi Concrete Casing
dan dipendam sedalam 2 m.
2. Kedalaman laut 0 s/d 10 m = kabel laut dipendam sedalam 2 m.
3. Kedalaman laut 10 s/d 15 m = kabel laut dipendam sedalam 1 m.
4. Kedalaman laut 15 s/d 28 m = kabel laut dipendam sedalam 0,5 m
5. Kedalaman > 28 m = kabel laut digelar di atas seabed dan diusahakan tetap stabil pada posisinya.
12
6. Perkiraan Kebutuhan Anggaran
Perkiraan kebutuhan anggaran untuk pembangunan saluran kabel laut Sistem Cilacap – Pulau
Nusakambangan adalah sebesar Rp 17.977.186.700,- (termasuk PPN 10%) untuk 2 sirkuit dengan
resume total perkiraan kebutuhan anggaran dapat dilihat pada Tabel .
Tabel 6-1: Resume Total Perkiraan Kebutuhan Anggaran (*per November 2017)
3 Material
2
3.1 Submarine Cable 20 kV, 3 Core Cu XLPE 240 mm 1.476,42 Meter 6.362.473 9.393.695.412
3.2 Pentanahan 1 Lot 2.622.520 2.622.520
4 Pemasangan
4.1 Pentanahan 1 Lot 689.988 689.988
4.2 Penggelaran dan Proteksi Kabel Laut 1 Lot 2.132.694.785 2.132.694.785
5 Civil Work
5.1 Landing Point 1 Lot 487.864.076 487.864.076
5.2 Gardu Hubung Cilacap 1 Lot 321.211.700 321.211.700
5.3 Gardu Hubung Nusakambangan 1 Lot 321.211.700 321.211.700
6 TOTAL HARGA ITEM 1 S/D 4 16.342.896.979
7 PPN 10% 1.634.289.698
8 TOTAL HARGA (TERMASUK PPN 10%) 17.977.186.677
9 PEMBULATAN TOTAL HARGA (TERMASUK PPN 10%) 17.977.186.700
13