Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

MASALAH DAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI


(Penyimpangan Dan Kelainan Yang Berhubungan Dengan Ganggguan Haid )
Dosen pengajar : Ibu Maslam P, SST.,M,Kes

Di susun oleh :
Kelompok 2

No. Nama Npm


1. Dea 201560411002
2. Evi oktaviani 2015604110
3. Novi mubarokah 2015604110
4. Siti indriyani 201560411032

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA


PRODI S1-KEBIDANAN TAHUN
AJARAN 2022/2023

I
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat, taufik dan hidayah
Nya, sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan tugas yang berjudul
“MASALAH DAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI”.
Dalam penulisan laporan kelompok ini, kami menemui banyak hambatan
dikarenakan terbatasnya Ilmu Pengetahuan mengenai hal yang berkenaan dengan
penulisan laporan makalah ini.
Harapan kami, laporan kelompok ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta
menjadi referensi khususnya bagi kami dalam mengarungi masa depan. Kami sadar
bahwa laporan makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan untuk memperbaiki karya tulis kami selanjutnya.

Bekasi, 7 September 2023


Penyusun

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................
..........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN................................................................................4
A. LATAR BELAKANG.......................................................................4
B. TUJUAN PEMBELAJARAN..........................................................4

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................5


A. Penyimpangan dengan kelainan gangguan haid...............................5
B. PCOS................................................................................................13
C. PMS/PMDD ( Premenstual dysper ) ...............................................16
D. Soap gangguan haid ........................................................................20

BAB III PENUTUP ........................................................................................28


A. KESIMPULAN ...............................................................................28

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................29

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Menjelang menstruasi pertama kali, remaja putri perlu dibekali dengan
informasi yang memadai. Menstruasi merupakan peristiwa penting dalam
kehidupan seorang remaja putri. Untuk itu, para remaja putri perlu mengenali
tubuhnya, apa yang akan terjadi, sehingga ia tidak terkejut atau ketakutan pada saat
haid pertamanya tiba. Informasi yang diberikan pun perlu dipertimbangkan tahapan
dan kedalamannya, sehingga menentramkan, membuat mereka nyaman, dan sesuai
dengan tingkat kedewasaan mereka.
Aspek kesehatan menstruasi merupakan bagian penting kesehatan reproduksi
seorang perempuan, yang tidak hanya meliputi aspek kesehatan fisik, tetapi juga
aspek kesehatan mental, spiritual maupun sosial. Seorang perempuan perlu
mengetahui pola dan jarak dari menstruasi masing-masing, sehingga dapat menilai
apabila terjadi hal di luar kebiasaan Selain itu, ketelitian dalam menilai jadwal
menstruasi sangat berkaitan dengan kesempurnaan ibadah, khususnya bagi
muslimah
Penelitian Unicef pada tahun 2015 menyebutkan bahwa telah terjadi
peningkatan kesadaran akan dampak praktik pengelolaan haid terhadap kesehatan,
pendidikan, dan psikososial bagi wanita dan remaja putri di negara berpenghasilan
rendah dan menengah. Penelitian yang dilakukan di Asia, Afrika, dan Amerika
Latin menjelaskan beberapa tantangan yang dihadapi wanita, seperti akses yang
buruk terhadap informasi lengkap tentang menstruasi, kurangnya pengetahuan
untuk mengelola darah menstruasi, ketidakcukupan air, sanitasi dan fasilitas yang tidak
memadai, keyakinan sosial-budaya yang menyesatkan serta pantangan-pantangan
yang dianggap tabu. Hal tersebut berdampak pada pembatasan perilaku, ketidak-
nyamanan remaja puteri dan risiko kesehatan reproduksi.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Untuk mengetahui penyimpangan dengan kelainan yang berhubungan dengan


gangguan haid
2. Untuk mengetahui ap aitu PCOS ?
3. Untuk mengetahui apa itu PMS/PMDD ( primenstual dysper )
4. Mengetahui soap gangguan haid

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENYIMPANGAN DENGAN KELAINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN


GANGGUAN HAID
Kelainan yang berhubungan dengan gangguan haid diantaranya adalah
gangguan pubertas. Pubertas adalah tanda dimana seorang anak sudah mulai
memasuki masa remaja. Tanda – tanda pubertas dimulai dengan anak mengalami
perubahan terutama pada fisiknya. Perubahan fisik pada anak laki – laki dan
perempuan tentunya sangat berbeda. Usia pubertas seorang anak sangat berbeda-beda.
Sebagian anak laki-laki mengalami pubertas pada usia 9 tahun tetapi ada juga yang
baru mengalami pada usia 14 tahun.

Penyebab munculnya pubertas ini adalah hormon yang dipengaruhi oleh


hipofisis (pusat dari seluruh sistem kelenjar penghasil hormon tubuh). Berkat kerja
hormon ini, remaja memasuki masa pubertas sehingga mulai muncul ciri-ciri kelamin
sekunder yang dapat membedakan antara perempuan dan laki-laki.
Secara umum gangguan pubertas dibagi menjadi dua yaitu:
1. Pubertas tarda atau pubertas terlambat adalah tidak ditemukannya ciri-ciri
seksual sekunder pada anak perempuan berusia 13 tahun dan anak laki-laki
berusia 16 tahun.
2. Pubertas prekoks adalah timbulnya ciri-ciri seksual sekunder sebelum usia 8
tahun pada anak perempuan dan sebelum usia 9 tahun pada anak laki-laki.

1. Pubertas Tarda
Pengertian
Pubertas Terlambat atau pubertas tarda yaitu tidak muncul sama sekali
karakteristik seksual sekunder sebelum usia 13 tahun, menars tidak ada setelah
mencapai usia 18 tahun. Penyebabnya karena ada gangguan di daerah hipotalamus,
atau adanya penyakit sistemik, kurang gizi, atau gangguan fungsi endokrin yang lain.

Pada anak laki-laki, pubertas terlambat lebih sering terjadi dan didefinisikan
sebagai berikut :
 Tidak adanya pembesaran testis pada usia 14 tahun
 Waktu lebih dari 5 tahun antara mulai perkembangan genital hingga sempurna

Pada anak perempuan, pubertas terlambat yaitu :


 Tidak adanya pertumbuhan payudara pada usia 13 tahun

5
 Waktu lebih dari 5 tahun antara mulai pertumbuhan payudara hingga
menstruasi
 Anak belum menstruasi pada usia 16 tahun

Penyebab keterlambatan pubertas dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan


status gonadotropin:
1. Keadaan hipergonadotropin ( kegagalan gonad primer )
Kromosomal, kelainan genetik dan sindrom: defek sintesis enzim androgen,
sindrom insensitivitas androgen partial dan komplet, sindrom 46.XX, 47.XYY,
galaktosemia. Sindrom Klinefelter (47.XXY), campuran 45. X/46, disgenesis XY,
sindrom multipel X-Y, sindrom multipel Y, distropia miotonik, sindrom Noonan,
disgenesis gonadal 46 XY murni, defisiensi a reduktase, sindrom ovari resisten,
sindrom Turner. Akuisita: autoimun, kemoterapi, infeksi (coxsackie, mumps),
pembedahan, torsi, traumatik.
2. Keadaan hipogonadotropin (hipothalamus-hipofise).
Defisiensi gonadotropin kongenital berhubungan dengan kelainan-kelainan
dari serebral, hipotalamus atau terganggunya fungsi hipofise atau kelainan yang
terisolasi. Kelainan kongenital dari formasi hipotalamus-hipofise berupa kelainan-
kelainan midline. Terganggunya fungsi hipotalamus secara congenital
berhubungan dengan disfungsi neuroendokrin, diantaranya sindrom Prader-Willi
dan sindrom Laurence-Moon-Biedl. Defisiensi gonadotropin juga berhubugan
dengan anosmia pada sindrom Kallmann.
 Defisiensi hormon tropik yang multiple

Anak-anak dengan defisiensi hormon tropik yang multiple biasanya terjadi


keterlambatan pertumbuhan disertai hormon infantil. Hal ini dikarenakan
defisiensi hormon pertumbuhan (growth hormon/ GH) atau thyroid stimulating
hormon (TSH) atau keduanya. Keadaan ini akan mempengaruhi keterlambatan
pubertas. Hipopituitarisme biasanya disebabkan oleh defek hipotalamus yang
idiopatik, termasuk tumor atau lesi struktur pada midline.

 Defesiensi hormon pertumbuhan (GH) yang isolated.


Penderita dengan defisiensi GH-isolated akan diikuti dengan pubertas
terlambat, disamping itu terjadi gangguan sekresi dari
tirotropin, adrenocorticotropic hormon (ACTH) dan gonadotropin. Kebanyakan
pasien mengalami penyakit idiopatik dan kelihatan sebagai remaja dengan gagal
pertumbuhan. Defisiensi GH-isolated yang idiopatik kebanyakan dari tipe
hipopituarisme selama remaja dan kejadiannya 1:4000 kelahiran. Beberapa
penderita dengan keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan karena adanya
gangguan sekresi GH
 Defisiensi gonadotropin isolated
Defisiensi gonadotropin tanpa disertai gangguan hormon lain pada hipofise
anterior kebanyakan merupakan kelainan genetik. Seperti defek pada bulbus
olfaktorius (sindrom Kallmann). Defisiensi dari gonadotropin bervariasi dalam

6
bentuk klasik, rendahnya kadar FSH dan LH dan tidak adanya tanda maturasi
hormon.
Beberapa sindrom yang berhubungan dengan hypogonadotropin hypogonadism

 Sindrom Prader Willi : terjadi secara sporadik dan berhubungan hipotonia


fetal dan infantil, perawakan pendek, obesitas masif, wajah yang khas dengan
mata berbentuk almond-shape, tangan dan kaki kecil, retardasi mental, dan
emosi yang tidak stabil, menarche yang lambat pada perempuan, mikropenis
dan kriptorkismus pada pria. sering terjadi osteoporosis pada pasien ini selama
usia remaja, tapi terapi penggantian dengan hormon steroid dengan indikasi
dapat membantu.
 Sindrom Laurence-Moon-Biedl : Kondisi autosomal resesif ini memiliki
karakteristik seperti: obesitas, perawakan pendek, retardasi mental, dan
retinitis pigmentosa.
 Sindroma Kallmann : Merupakan bentuk defisiensi isolated
gonadotropinyang paling sering dijumpai. Defisiensi gonadotropin pada pasien
ini berhubungan dengan hipoplasi atau agenesis dari bulbus olfaktorius
sehingga terjadi hiposmia atau anosmia. Terjadi defisiensi GnRH,
kriptorkismus, mikrophalus serta kelainan midline yang lain. Kejadiannya
1:7500 laki-laki atau 1:50.000 perempuan, secara sporadik, X-
linked autosomal dominan atau resesif.

Keadaan sistemik yang sering dijumpai oleh pubertas terlambat adalah, seperti
gagal ginjal, hipotiroid, anoreksia nervosa, penyakit radang usus dan penyakit celiac,
infeksi berulang dan penyakit neoplasma, penyakit psikosomatik yang serius.

Keterlambatan atau penundaan fungsi

 Constitutional delay of growt and puberty


 Penyakit kronik [kardia, hematologik (penyakit sikle cell)] keganasan,
pulmonal (cystic fibrosis, ginjal)
 Penyalahgunaan obat
 Pengeluaran energi yang berlebihan pada latihan
 Obesitas eksogen
 Endokrinopati: diabetes melitus, defisiensi growth hormon, kelebihan
glukokortikoid, hiperproklatinemia, hipotirodisme
 Malnutrisi
 Kelainan psikiatri (anoreksia nervosa, psikososial)

Diagnosis
Diagnosis didasarkan pada:

7
 Anamnesis: anak belum menstruasi atau belum mengalami mimpi
basah
 Hasil pemeriksaan fisik
 Berbagai pemeriksaan laboratorium
 Xray usia tulang
 Dan jika diperlukan, analisis kromosom dan MRI.

Terapi
Tata laksana pubertas terlambat tergantung pada penyebabnya. Untuk remaja
yang terlambat secara alami sebenarnya tidak membutuhkan pengobatan. Namun jika
remaja tersebut sangat stres akibat tertundanya pubertas maka dokter dapat
memberikan terapi hormon seks tambahan untuk memulai proses pubertasnya lebih
cepat.
Pengobatan ini lebih sering dilakukan kepada anak laki-laki. Anak laki-laki
yang belum menunjukkan tanda pubertas pada usia 14 tahun dapat diberikan
testosteron selama 4-6 bulan. Pada dosis rendah testosteron memulai pubertas,
menyebabkan perkembangan beberapa ciri maskulin dan tidak mencegah remaja
tersebut mencapai tinggi badan optimalnya. Pada anak perempuan, estrogen dosis
rendah dapat diberikan dengan pil atau skin patch.

3. Pubertas Prekoks (Pubertas Dini Pada Anak)


Pengertian
Suatu keadaan dimana masa pubertas anak terjadi lebih awal pada umumnya,
yaitu sekitar umur 9-14 tahun pada anak perempuan dan usia 10-17 tahun pada anak
laki-laki. Kondisi ini terjadi dipicu oleh otak secara spontan atau dikarenakan
pengaruh bahan kimia dari luar tubuh dan biasanya proses ini dimulai diakhir-akhir
masa kanak-kanak (kurang dari umur 9 tahun) dengan ditandai munculnya tanda-
tanda kematangan organ reproduksi lebih awal dan telah berakhirnya masa
pertumbuhan. Pubertas yang lebih awal ini bisa merupakan bagian dari variasi
perkembangan normal seseorang, namun bisa pula merupakan penyakit atau paparan
hormon pertumbuhan yang tidak normal.
Dan penyebabnya masih belum diketahui secara pasti sampai dengan saat
ini.Pubertas Prekoks dominan terjadi pada anak-anak perempuan dibandingkan laki-
laki. Hal ini dimungkinkan karena Pubertas Prekoks membawa sifat genetik yang
autosomal dominan dan lebih sering akibat paparan hormon estrogen dini pada usia
bayi. Untuk anak perempuan sering diakibatkan etiologi yang idiopatik dan
sebaliknya pada anak laki-laki secara signifikan terbanyak diakibatkan adanya
penyakit pada otak.

8
Faktor yang dapat meningkatkan kejadian pubertas prekoks meliputi :

 Jenis kelamin perempuan.


 Umumnya pada ras Afrika-Amerika.
 Seseorang yang mengalami Obesitas (Kegemukan).
 Terpapar hormon seksual (kosmetik ataupun makanan).
 Sedang mengidap suatu penyakit genetik ataupun gangguan metabolik.
Pubertas prekoks banyak ditemui pada pasien dengan sindrom
McCune-Albright atau Hiperplasia Adrenal Kongenital, yaitu suatu
kondisi perkembangan abnormal dari produksi hormon androgen pada
laki-laki. Pada kasus yang jarang, Pubertas Prekoks memiliki
hubungan dengan kejadian hipotiroidism.

Gejala klinis yang terjadi pada anak perempuan apabila dialami pada usia
kurang dari 9 tahun:
 Payudara membesar.
 Tumbuhnya rambut pubis dan rambut tipis pada lengan bawah.
 Bertambah tinggi dengan cepat.
 Mulainya menstruasi.
 Tumbuh jerawat.
 Munculnya bau badan.
Sedangkan pada anak laki-laki, tanda-tanda terjadinya Pubertas Prekoks akan
muncul saat umur kurang dari 10 tahun meliputi :
 Pembesaran testis dan penis.
 Tumbuhnya rambut pubis, lengan bawah dan wajah.
 Peningkatan tinggi dengan cepat.
 Suara memberat
 Tumbuh jerawat
 Munculnya bau badan

Pubertas dini dikenal memiliki dua jenis perkembangan yang berbeda, yaitu:
1. Pubertas dini sentral – merupakan jenis pubertas dini yang umum terjadi dan
ditandai dengan sekresi hormon gonad oleh kelenjar pituitari di otak yang terlalu
cepat, sehingga memicu aktivitas testis dan ovarium untuk memproduksi hormon
seks dan menyebabkan proses pubertas terjadi lebih awal.
2. Pubertas dini perifer – merupakan jenis pubertas dini yang jarang terjadi. Hal ini
ditandai dengan produksi hormon seks oleh organ reproduksi namun tanpa
aktivitas kelenjar otak. Hal ini merupakan pertanda adanya masalah pada organ
reproduksi, kelenjar adrenal, atau kelenjar tiroid yang tidak aktif.

Ketidaksiapan tubuh untuk mengalami pubertas dapat menyebabkan


ketidakseimbangan pertumbuhan pada anak, akibatnya pertumbuhan fisik dan
mentalnya menjadi tidak optimal. Dampak pubertas dini secara fisik adalah

9
pertumbuhan badan yang cenderung pendek. Anak yang mengalami pubertas dini
mungkin mengalami pertambahan tinggi badan yang cepat pada awalnya, namun saat
dewasa ia memiliki tinggi badan di bawah normal untuk individu seusianya.
Penanganan dini dibutuhkan untuk mengatasi perkembangan tinggi badan pada anak
yang mengalami pubertas dini.
Pubertas dini juga akan menyebabkan anak sulit beradaptasi secara emosional
dan sosial. Masalah kepercayaan diri atau merasa kebingungan paling sering dialami
oleh anak perempuan yang mengalami pubertas dini karena perubahan fisiknya.
Selain itu, perubahan perilaku dapat terjadi pada anak laki-laki maupun perempuan
akibat perubahan mood, dan cenderung lebih cepat marah. Anak laki-laki dapat
cenderung menjadi agresif dan memiliki dorongan seks yang tidak sesuai dengan
usianya.

Diagnosis
Saat kita menemukan seorang pasien dengan kecurigaan mengalami Pubertas
Prekoks, maka kita harus melengkapi anamnesa dan riwayat pasien beserta
keluarganya, melakukan pemeriksaan fisik yang berkaitan dan memastikan diagnosis
dengan melakukan tes laboratorium terutama fraksi hormonal maupun radiologis yang
dispesifikasi pada foto tulang (Pramesmara, 2009).
Untuk pemeriksaan penunjang laboratorium, maka dilakukan tes kadar
hormon LH dan FSH basal, uji GnRH terstimulasi, esterogen dan progesterone serum,
B-HCG, 17-OH progesteron, estradiol dan beberapa pemeriksaan hormonal lainnya
atas indikasi. Diperlukan pula pemeriksaan radiologis diagnostik, maka yang
difokuskan adalah pencitraan umur tulang dan survey tulang (McCune-Albright).
sedangkan untuk etiologi dilakukan CT-Scan/MRI kepala dan USG pelvis adrenal
(Pramesmara, 2009).

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Pubertas Prekoks ditentukan tipenya sebagai berikut:
a) Tata Laksana Pubertas Prekoks Sentral : Kebanyakan anak dengan Pubertas
Prekoks sentral tidak disertai penyakit lainnya. Terapinya dinamakan GnRH analogue
yang biasanya terdiri dari suntikan bulanan berupa leuprolide dosis 0,25-0,3/kgBB i.m
setiap 4 minggu yang menghentikan aksis HPG dan menghambat perkembangan.
Terapi tersebut dilanjutkan hingga pasien mencapai umur pubertas normal yang
sesuai. Apabila mereka lupa atau menghentikan pengobatan, maka proses pubertas
akan dimulai lagi (Nelson, 2006).
b) Tata Laksana Pubertas Prekoks Perifer : Tujuannya adalah melakukan
penanganan pada penyakit yang mendasari timbulnya Pubertas Prekoks; misalnya
karena konsumsi obat, maka obat tersebut dihentikan contohnya pada tumor, maka

10
segera lakukan pembedahan reseksi tumor agar menghentikan agresifitas pubertas
(Nelson, 2006).
Prognosis (Nilai Kesembuhan)
Studi melaporkan tingginya efektifitas dan keberhasilan pengobatan Pubertas
Prekoks apabila diberikan sedini mungkin dan haruslah mencapai tujuan terapi, yaitu
tercapai umur pubertas normal yang sesuai yaitu usia umur 9-14 tahun pada anak
perempuan dan usia 10-17 tahun pada anak laki-laki.
3. Sindrom Turner

Pengertian
Sindrom Turner adalah salah satu kelainan kromosom yang paling sering
terjadi pada manusia, dengan insidens sekitar 1:2000 kelahiran hidup anak
perempuan, tanpa memandang latar belakang etnisnya. Anak perempuan yang
menderita sindrom Turner mengalami kehilangan atau abnormalitas struktur pada
salah satu kromosom X. Manifestasi klinis sindrom Turneryang klasik adalah
perawakan pendek, disgenesis gonad, wajah dismorfik, limfedema dan masalah
lainnya. Sekitar 50-60% pasien sindrom Turner dilaporkan memiliki kariotipe 45,X.
Sebanyak 20-30% pasien mengalami kelainan struktur pada kromosom X, seperti
cincin, isokromosom pada lengan panjang, dan delesi parsial lengan pendek; dan 30-
40% memiliki pola mosaik (kariotipe yang memiliki dua atau lebih tipe sel yang
khas).
Gambaran klins
Gambaran klinis sangat bervariasi, tergantung pada usia saat ditegakkan
diagnosis. Sebagian besar pasien yang terdiagnosis pada masa pranatal, diagnosis
ditegakkan berdasarkan kariotipe yang abnormal dan/atau adanya higroma kistik,
hidrops fetalis, atau defek kardiak. Diagnosis pasti ditegakkan melalui pemeriksaan
analisis kromosom (kariotipe) dengan atau tanpa fish. Anak perempuan yang
terdiagnosis pada saat masa bayi hamper selalu mengalami limfedema, dengan/atau
tanpa webbed neck dan gambaran dismorfik lainnya. Sebaliknya, anak perempuan
yang tidak mengalami gambaran klasik seringkali tidak terdiagnosis sampai akhir
masa anak atau saat remaja dengan keluhan perawakan pendek dan/atau pubertas
terlambat, atau pada masa dewasa ketika mereka mengalami kegagalan ovarium
(pubertas terlambat, amenorea primer).
Gambaran dismorfik
• Perawakan pendek
• Cubitus valgus
• Limfedema
• Web neck
• Low posterior hairline
• Barrel chest

11
• Wide space nipple
• Multiple naevi
• Pubertas terlambat

Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan analisis kromosom
(kariotipe dengan atau tanpa fish). Berdasarkan hasil kromosom, terdapat Dua tipe
sindrom turner:
1. Sindrom turner klasik dengan hasil analisis kromosom 45,x atau
46,xixq
2. Sindrom turner mosaik dengan hasil analisis kromosom 45,x dengan
Tambahan lini sel lain seperti 45,x/46,xx; 45,x/46,x,i(x) dan
45,x/46,xy. Gambaran klinis pada sindrom turner mosaik lebih ringan
Dari sindrom turner klasik.
Pemeriksaan penunjang lainnya meliputi:
• Biokimiawi:
- Gula darah puasa 2 jam post prandinal
- Profil lipid
- Fungsi tiroid
- Fungsi ginjal
• Echocardiografi untuk mendeteksi kelainan jantung koartasio aorta.
• Usg abdomen untuk melihat malformasi ginjal horse shoes kidney
• Konsul tht
• Konsul mata
• Konsul gigi berdasarkan indikasi
Terapi
Pasien dengan dugaan sindrom turner perlu dirujuk ke ahli endokrinologi
Anak.
• perawakan pendek: hormon pertumbuhan diberikan dengan dosis 0.05
Mg/kgbb/hari atau 0,35 mg/kgbb/minggu, injeksi subkutan setiap hari.
Maksimal dosis 0,07 mg/kgBB/hari tergantung dari respons terapi.
• Penambahan oksandrolone 0.03-0.05 mg/kgBB/hari (maksimal dosis
2.5 mg) dapat diberikan bila terapi hormon pertumbuhan dimulai pada
usia 8-10 tahun dan anak sangat pendek. Oksandrolone dapat diberikan
sampai usia tulang 14 tahun. Pemberian oksandrolone dapat
menambah tinggi dewasa penderita sampai 2,3-4,6 cm.
• Induksi pubertas: terapi sulih hormon dengan pemberian estradiol dosis
rendah dimulai sesudah usia 12 tahun. Dosis awal dapat dimulai
dengan 0,05-0,07 mcg dan dapat meningkat bertahap sampai 0,08-

12
0,12 mcg/kgBB untuk memaksimalkan perkembangan payudara. Siklik
progesteron ditambahkan paling tidak 2 tahun setelah terapi estrogen
atau saat menars.
• Perawakan pendek dan kegagalan ovarium merupakan faktor risiko
terjadinya osteoporosis, sehingga diperlukan suplementasi kalsium
(800-1000 mg) dan vitamin D (minimal 400 IU) setiap hari, sesuai
dengan rekomendasi harian. Penderita juga perlu melakukan aktifitas
fisik untuk menghindari obesitas dan osteoporosis dengan terpajan
matahari minimal 30 menit per hari.

B. PCOS
Polycistic Ovary Syndrome (PCOS) menjadi salah satu penyebab umum dari
gangguan anovulasi pada wanita dengan nilai persentase hingga 80% mempengaruhi
antara 1 dari 10 hingga 1 dari 7 wanita (Azziz, 2021; Manique and Ferreira, 2022;
Kotlyar and Seifer, 2023). PCOS merupakan kondisi endokrinologi yang sering
ditemukan dan terjadi pada 5-10% dari waita usia reproduksi dengan sindrom yang
terjadi kombinasi dari obesitas, hirsutisme, amenorea, anovulasi dan
hiperandrogenisme (Rao and Bhide2020).
Remaja lebih mungkin mengalami PCOS karena gaya hidup, kebiasaan
makan, kurang olahraga dan stres. PCOS kurang terdiagnosis dan kurang mendapat
penanganan. Hal ini disebabkan oleh ketidaktahuan para remaja akan gejala dan
ekspresinya. Remaja kemudian mengalami masalah untuk hamil dan kemudian
diidentifikasi ketika mereka mencari pengobatan infertilitas. Sangatlah penting untuk
melakukan skrining PCOS sedini mungkin dalam perkembangan penyakit ini
sehingga pasien dengan kondisi ini dapat menerima diagnosis, edukasiperawatan
pencegahandan terapi yang tepat (Vishal Mehta et al., 2021).

Definisi Polycistic Ovary Syndrome (PCOS)


PCOS adalah kelainan endokrin yang mempengaruhi wanita usia reproduksi.
Beberapa masalah yang dapat diakibatkan dari sindrom ini yaitu infertilitas, obesitas,
insulin resisten dan terjadinya masalah kardiovaskular serta beberapa masalah
kesehatan lainnya (Patel, 2018). Hiperandrogenisme dan resistensi insulin adalah dua
gangguan metabolik yang berhubungan dengan Polycistic Ovary Syndrome (PCOS)
(Vishal Mehta et al, 2021).

Gejala Polycistic Ovary Syndrome (PCOS)

13
Gejala yang terjadi pada penderita PCOS seperti terjadinya siklus yang
ireguler, adanya hirsutisme, jerawat yang menetap, terjadi sindrom anovulation.,
hiperandrogenisme, disfungsi ovulasi dan polikistik ovarium (Hoege, Dokras and
Piltonen, 2018; Azziz, 2021). Dan
1) Haid tidak teratur,Pendarahan hebat atau menstruasi yang
terlewat,Ovarium membesar
2) Peningkatan kadar hormon pria (androgen),Rambut wajahInfertilitas
3) Berat badan tidak teratur ,Kegemukan

Patofisiologi Polycistic Ovary Syndrome (PCOS)


Faktor yang mempengaruhi fenotipe PCOSPCOS memengaruhi setiap tahap
kehidupan seorang wanita. Simbol melingkar mewakili faktor-faktor yang dapat
berdampak pada patofisiologi PCOS. Tidak semua aspek berdampak pada setiap
orang. PCOS adalah perwujudan biologis dari jaringan neuroendokrin, hormonal,
metabolisme, genetik, dan faktor lingkungan yang saling berhubungan (Witchel et al.,
2019).
Patofisiologi dari PCOS dapat disebabkan oleh 2 faktor penyebab yaitu
1. faktor lingkungan yang meliputi gaya hidup seperti makanan, aktivitas fisik,
stress, dan radikal bebas yang mempengaruhi hormon (enstrogen, androgen,
bispenol A dan keracunan nutrisi lainnya) serta perubahan gen.
2. Faktor endokrin yang meliputi resistensi insulin, hiperinsulinemia, kelainan
metabolisme tubuh (obesitas dan penyimpanan lemak ektopik), inflamasi dan
gangguan steroidogenesis
Screening
Beberapa screening yang dapat dilakukan untuk mengenali gejala PCOS antara lain
(Bedrick et al., 2020):

 Penilaian periode siklus menstruasi (Amenorhea atau Irreguler)


 Penilaian Hirsutisme
 Penilaian Obesitas atau overweight
 Pemeriksaan USG

Diagnosis
Diagnosis ini didasarkan pada penilaian klinis dan/atau biokimiawi
hiperandrogenisme yang dikombinasikan dengan penilaian ultrasonografi untuk
ovarium yang tampak polikistik dan/atau oligomenorea seperti yang diuraikan oleh
kriteria Rotterdam. Namun, gambaran klinis yang dapat menyertai diagnosis ini dapat
mencakup obesitas dan aspek-aspek lain dari sindrom metabolik, gangguan suasana
hati seperti kecemasan dan depresi, serta sering kali infertilitas (HJ et al., 2011; Azziz,

14
2021). Menurut kriteria Rotterdam, dua dari tiga kondisi anovulasihiperandrogenisme,
dan morfologi sonografi yang khas, harus dipenuhi untuk membuat diagnosis PCOS.
Diabetes dan toleransi glukosa yang buruk lebih sering terjadi pada wanita
yang didiagnosis PCOS Untuk meningkatkan peluang mereka untuk hamil dan
memiliki bayi yang sehat, para wanita ini harus mendapatkan konseling ekstensif
tentang perubahan gaya hidup. Harus dipastikan dengan penggunaan metformin di
luar label bahwa wanita tertentu mendapatkan manfaat darinyaSementara wanita
dengan PCOS perlu diikuti lebih dekat untuk perkembangan diabetes gestasional,
preeklampsia, atau hipertensi selama kehamilan, wanita dengan siklus tidak
berovulasi mampu melakukan stimulasi sederhana untuk kesuburan (Manique and
Ferreira, 2022).
PCOS pada remaja harus didiagnosis terutama berdasarkan gejala klinis dan
biokimia hiperandrogenisme dan ketidakteraturan menstruasi. Penundaan diagnosis
setidaknya selama dua tahun setelah menarche disarankan karena gejala PCOS dan
perkembangan pubertas yang normal sebanding. Anak perempuan yang tidak
memenuhi kriteria diagnostik harus fokus pada manajemen gejala (Witchel et al.,
2019)

Penatalaksanaan
Menormalkan siklus menstruasi, ovulasi, dan jika diinginkan, mencapai
kehamilan yang sukses adalah tujuan utama pengobatan dan terapi. Menurunkan berat
badan pada orang yang kelebihan berat badan adalah cara yang paling tidak invasif
untuk mencapai hal ini. Penurunan berat badan sebesar 5-10% telah dilaporkan dapat
memperbaiki gejala-gejala PCOS, termasuk hirsutisme, infertilitas, menstruasi yang
tidak teratur, dan hiperinsulinemia. Meskipun sulit untuk dipertahankan, tujuan ini
dapat dicapai dengan mengurangi asupan kalori dan meningkatkan aktivitas fisik.
Meskipun menurunkan berat badan bermanfaat, namun hal ini mungkin tidak
sepenuhnya menghilangkan gejala PCOS pada wanita yang kelebihan berat badan.
Selain itu, diperkirakan bahwa banyak orang dengan PCOS -tetapi tidak semua-
kelebihan berat badan. Untuk mencapai keteraturan menstruasi atau menormalkan
kadar glukosa darah, obat-obatan dapat diberikan. Jika wanita tersebut tidak ingin
hamil, pil KB akan membantu mengendalikan siklus menstruasinya. Namun, pil KB
juga dapat menyebabkan penambahan berat badan dan resistensi insulin, yang akan
merugikan pengobatan PCOS secara keseluruhan. Jika diinginkan, dokter dapat
memberikan clomiphene citrate, selective estrogen receptor modulator (SERM), untuk
meningkatkan kemungkinan terjadinya pembuahan. Namun, hanya 10% wanita yang
menggunakan obat ini yang bisa hamil. Gonadotropin eksogen atau prosedur
laparoskopi dapat digunakan jika clomiphene sitrat tidak dapat meningkatkan
pembuahan.

15
Terapi untuk menormalkan glukosa darah, agen hipoglikemik oral seperti
metformin biasanya diresepkan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa obat ini
juga dapat meningkatkan kesuburan, meskipun penelitian lain tidak menemukan hasil
seperti itu. Rekomendasi saat ini adalah untuk menghentikan metformin ketika
kehamilan telah dikonfirmasi. Beberapa orang menyarankan agar metformin dapat
dilanjutkan selama kehamilan jika terdapat diabetes tipe 2 obat antiandrogen
nonsteroid dapat membantu memperbaiki gejala kelebihan androgen, meskipun obat
ini tidak umum digunakan pada remaja. Meskipun beberapa obat dapat memperbaiki
hirsutisme sampai batas tertentu, pengobatan nonfarmakologis juga dapat digunakan,
termasuk waxing, elektrolisis, pemutihan, pencabutan, dan terapi panas atau laser
Rencana perawatan khusus kini dapat dibuat untuk remaja putri yang
menunjukkan gejala PCOSS angatlah penting untuk memperhatikan riwayat,
pemeriksaan fisik, dan hasil laboratorium untuk menemukan remaja putri yang
berisiko terkena PCOS. Penanganan karakteristik klinis dan komorbiditas sangat
penting untuk kesehatan dan harga diri pasienbahkan ketika penundaan pelabelan
diagnostik mungkin masuk akalSalah satu tujuan di masa depan adalah pencegahan
melalui deteksi dini terhadap remaja putri prapubertas dan remaja putri yang berisiko
serta penggunaan perawatan gaya hidup (Witchel et al, 2019)

C. PMS / PMDD ( premenstrual dysphoric )

1.1. Pengertian pms / pmdd

Pre-menstrual syndrome (PMS) adalah sekumpulan gejala yang tidak


menyenangkan, baik fisik maupun psikis, yang dialami oleh perempuan menjelang
masa haid, yaitu sekitar satu atau dua minggu sebelum haid (American Congress of
Obstetricians and Gynecologists/ACOG, 2016). Sindroma atau gejala PMS ini akan
hilang begitu haid mulai atau bahkan 1-2 hari menjelang menstruasi. Tidak ada tes
atau pemeriksaan laboratorium ataupun pemeriksaan lain yang dapat digunakan untuk
menegakkan diagnosis PMS. Sebagian besar perempuan pernah mengalami satu atau
beberapa gejala yang umum disebutkan sebagai gejala PMS, walaupun tingkat
keparahannya sangat bervariasi, dari yang sangat ringan sampai sangat berat. Ada
yang mengalaminya sekali sekali saja, tidak setiap kali menjelang menstruasi. Ini
tidak dapat dikatagorikan sebagai PMS. Gejala tidak menyenangkan yang dialami
menjelang PMS baru dapat dikatorikan PMS, apabila Anda mengalaminya hampir
setiap kali, paling tidak tiga kali berturut-turut, sebelum masa menstruasi. Pada
sebagian kecil perempuan, sindroma pra-menstruasi sangat berat sampai sangat
mengganggu kegiatan sehari-hari, bahkan sampai tidak dapat menjalankan kegiatan
sehari-hari. PMS yang sangat parah ini disebut PMDD (Pre-menstrual Dysphoric
Disorder) atau Gangguan Disforik Pra-menstruasi. Gejala PMDD meliputi seluruh
gejala PMS tetapi jauh lebih parah. Pada kondisi ekstrim, penderita PMDD sampai
merasakan keinginan untuk bunuh diri. PMDD terjadi pada 3% -9% wanita

16
(Massachusetts General Hospital Center for Women’s Mental Health, 2016). Jika
Anda mengalami PMDD maka harus berkonsultasi kepada dokter.

1.2. Apa tanda dan gejalanya?


Data medis terakhir menyebutkan bahwa ditemukan lebih dari 100 gejala yang
berhubungan dengan PMS, tetapi yangpaling sering dialami perempuan, antara lain:
Pembengkakan dan rasa nyeri pada payudara

 Timbul jerawat
 Nafsu makan meningkat, terutama terhadap cemilan yang

 manis dan asin


 Berat badan bertambah
 Perut terasa mulas dan kembung, bahkan kadang-kadang keram
 Konstipasi (sembelit)
 Sakit kepala
 Pegal linu, keram
 Kadang-kadang terjadi pembengkakan di ujung-ujung jari, tangan, atau
kaki
 Nyeri punggung
 Lemas dan lesu
 Mudah lelah
 Mudah cemas dan tersinggung, uring-uringan, depresi
 Sulit berkonsentrasi
 Gangguan tidur (insomnia)

Pada PMDD, gejala-gejalanya akan makin berat, terutama gangguan psikologis


atau emosional. Perempuan yang menderita PMDD menjadi sangat emosional dan
mudah tersinggung, sulit berkonsentrasi dan cepat merasa frustasi dan depresi. The
American Psychiatric Association (1994) membuat daftar 11 gejala potensial dari
PMDD, yaitu:
1. Merasa sedih, putus asa, atau mencela diri sendiri
2. Merasa tegang, cemas, atau gelisah
3. Suasana hati yang tidak stabil dan sering diselingi dengan tangisan
4. Kemarahan yang tak kunjung padam dan peningkatan konflik interpersonal
5. Menurunnya minat pada kegiatan yang biasa dilakukan, yang mungkin
berhubungan dengan penarikan diri dari hubungan sosial
6. Kesulitan berkonsentrasi

17
7. Merasa lelah, lesu, atau kurang energi
8. Perubahan nafsu makan, yang mungkin berhubungan dengan keinginan terhadap
makanan tertentu
9. Hipersomnia atau insomnia
10. Perasaan subjektif karena kewalahan atau kehilangan kendali
11. Gejala fisik lainnya, seperti nyeri atau pembengkakkan payudara, sakit kepala,
nyeri sendi atau otot, kembung, dan berat badan naik

1.3. Apa penyebabnya


Mekanisme akurat yang menjelaskan tentang apa yang menyebabkan
terjadinya PMS atau PMDD ini belum diketahui dengan pasti, namun sudah dapat
dipastikan bahwa perubahan hormonal yang terjadi menjelang menstruasi
merupakan salah satu faktor penyebab utama atau pemicu terjadinya PMS.
Dahulu diduga bahwa perempuan yang mengalami PMS kemungkinan
memiliki kadar hormon yang abnormal atau paling tidak pengaturan atau regulasi
hormonalnya mengalami gangguan. Namun dari banyak penelitian yang
dilakukan akhir akhir ini dapat disimpulkan bahwa bukan kadar hormon yang
abnormal yang menyebabkan timbulnya PMS, tetapi lebih kepada tingkat
kepekaan atau sensitivitas seseorang terhadap perubahan kadar hormon yang
terjadi di dalam tubuhnya pada saat menstruasi.
Sebagaimana yang sudah dijelaskan dalam Bab II, pada bagian pertama dari
fasa luteal siklus menstruasi (Gambar 1), yaitu saat ovulasi sampai dengan sesaat
sebelum menstruasi, kadar hormon estrogen dan progesteron meningkat sangat
tajam. Hal ini terjadi untuk mempersiapkan tubuh memasuki
masa kehamilan. Apabila kehamilan tidak terjadi, maka kadar
kedua hormon ini akan segera turun drastis, dan terjadilah
menstruasi.

Gambar 3.1. Fluktuasi kadar hormon dalam satu siklus menstruasi

18
Fluktuasi kadar hormon estrogen dan progesteron di dalam darah sangat
mempengaruhi proses neurotransmisi pada susunan syaraf pusat, terutama
transmisi pada jalur biokimia serotonergik, noradrenergik, dan dopaminergik.
Banyak penelitian yang dilakukan akhir-akhir ini mengungkapkan kuatnya
hubungan antara terjadinya PMS atau PMDD dengan proses neurotransmisi,
terutama pada sistem serotonergik. Perempuan perempuan yang mengalami
gangguan emosional pada saat pra-mentruasi (pre-menstrual mood disorder)
ternyata mengalami gangguan atau abnormalitas pada neurotransmisi jalur
serotonergik, yang diperkirakan berhubungan dengan gejala gejala iritabilitas
(mudah tersinggung), depresi, dan peningkatan dorongan untuk mengonsumsi
karbohidrat (carbohydrate craving).

Diperkirakan ada juga peran asam gamma amino butirat (GABA), senyawa
neurotransmiter susunan syaraf pusat, pada patogenesis PMS dan PMDD, walaupun
hal ini belum dapat disimpulkan dengan pasti. Demikian pula perkiraan adanya
keterlibatan sistem transmisi syaraf opioid dan ardenergik pada patogenesis PMS
dan PMDD juga masih perlu dibuktikan walaupun tanda tanda ke arah itu sudah
ada.
Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa perubahan yang terjadi pada
kadar hormon progesteron lebih berperan dalam patogenesis PMS dibandingkan
perubahan kadar hormon estrogen. Penurunan kadar hormon progesteron di dalam
darah berakibat pada penurunan senyawa metabolit progesteron, yang salah satu
fungsinya adalah sebagai semacam zat penenang (sedative) di dalam otak, yang
menyebabkan rasa santai dan tenang. Beberapa penelitian sudah membuktikan
bahwa kadar metabolit progesteron yang lebih tinggi berkorelasi positif dengan
gejala PMS yang lebih ringan. Namun demikian, pemberian suplemen
progesteron pada seseorang yang menderita PMS ternyata belum dapat
meredakan gejala gejala PMS. Oleh karena itu, pengaruh progesteron terhadap
PMS ini masih terus dalam penelitian.

1.4. Faktor risiko


Faktor risiko adalah segala sesuatu yang meningkatkan kemungkinan
seseorang untuk mengalami suatu gejala atau gangguan kesehatan. Faktor risiko
PMS/PMDD antara lain:
- Riwayat anggota keluarga. Ibu atau Nenek yang mengalami PMS atau PMDD
akan memperbesar kemungkinan seseorang untuk juga mengalami PMS atau
PMDD
- Umur. Beberapa ahli mengatakan bahwa perempuan berumur sekitar 30-an
memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami PMS atau PMDD.
19
Namun demikian, banyak juga perempuan berumur 20-an yang mengalami
PMS atau PMDD justru berkurang atau bahkan menghilang gejala PMS atau
PMDD nya setelah menikah atau ketika berumur di atas 30 tahun.
- Masalah kesehatan jiwa. Perempuan yang mudah cemas, depresi, atau
menderita gangguan kejiwaan lainnya, umumnya akan lebih mudah
mengalami PMS/PMDD dibandingkan perempuan yang lebih tenang dan
dapat mengendalikan emosinya. Cemas, depresi dan gangguan emosional
lainnya merupakan factor risiko yang sangat signifikan untuk PMDD.
- Kurang olah raga
- Kurang vitamin dan mineral, terutama vitamin B6, kalsium dan magnesium.
- Terlalu banyak konsumsi garam, yang mudah menyebabkan kembung
dan retensi air dalam tubuh.
- Banyak minum kopi

Makanan/minuman apa yang harus dihindari menjelang dan saat menstruasi?


Makanan/minuman apa yang disarankan menjelang dan saat menstruasi?
Kurangi makanan bergaram, seperti kentang goreng, pop corn, kacang- kacangan,
dan lain-lain. Garam cenderung menahan air di dalam tubuh, sehingga dapat Perbanyak makanan yang mengandung magnesium, vitamin C dan vitamin B6
memperparah kembung dan mual. Tingkatkan konsumsi makanan berserat
Kurangi makanan yang mengandung gula atau karbohidrat tinggi Perbanyak minum air putih Perbanyak minum jus buah dan sayuran
Kurangi makanan/minuman yang mengandung kafein, seperti kopi dan minuman Jika terjadi perdarahan banyak saat menstruasi, konsumsilah makanan atau multivitamin
berenergi yang mengandung zat besi agar terhindar dari anemia

D. SOAP DENGAN GANGGUAN MASALAH HAID

SOAP

1. BIODATA
A. IDENTITAS PASIEN
NAMA : An.A
UMUR : 7thn
AGAMA : Islam

20
PENDIDIKAN : SD
PEKERJAAN : Pelajar
ALAMAT : Tulakan, Pacitan, Jatim
DIAGNOSA MEDIS : Pubertas prekok
NO. REGRISTASI : 01.11.74.68
B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
NAMA : Ny. S
UMUR : 45 Th
PENDIDIKAN : Sarjana
PEKERJAAN : Swasta
ALAMAT : Tulakan, Pacitan, Jatim
HUBUNGAN : Ibu klien
2. Keluhan utama
ibu klien mengatakan payudara anaknya membesar
3. Riwayat penyakit sekarang
ibu klien menyatakan Sejak usia 7 tahun payudara ananknya sudah membesar, tumbuh
rambut di daerah ketiak dan kemaluan, dan berat badan meningkat.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak pernah mengalami trauma kepala, pajanan
terhadap steroid atau gonadotropin atau masalah-masalah, seperti sakit kepala, gangguan
penglihatan atau inkoordinasi motorik.
5. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga pasien tidak ada yang pernah mengalami gejala prekoks pubertas.
6. Pengkajian psikososial
Ibu pasien mengatakan anaknya malu bergaul dengan teman seumurannya. Lebih banyak
mengurung diri.
7. Pemeriksaan fisik
a. Aktivitas / istirahat
mengalami ketidak mampuan/kurang keinginan untuk aktif atau melakukan latihan
teratur
b. Makanan dan Cairan
merencanakan makanan dengan normal/berlibahan. berat badan tidak sesuai dengan
tinggi bedan.
c. Nyeri / Kenyamanan
21
Nyeri waktu pertumbuhan pada payudaranya.
d. Pernapasan
Tidak mengalami gangguan pernafasan
e. Seksualitas
Tumbuh tanda tanda seks sekunder

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Hasil test laboratorium menunjukkan LH = 0.81, FSH = 2.90 dan estradiol = 40.10
b. Hasil USG lower abdomen:
Uterus = echostruktur & ukuran normal, endometrium tak menebal, parametrium
tenang, tak tampak masa atau kista
Vesica Urinaria = echostruktur normal, dinding tak menebal, tak tampak batu atau
masa.

ANALISA DATA
NO ANALISA DATA ETIOLOGI MK
1 DS: Ibu pasien mengatakan cemas Gangguan hormone kecemasan
dengan kondisi anaknya GnRh
DO: bertanya Tanya tentang kondisi
anaknya, segera memeriksakan ke Pertumbuhan seks
petugas kesehatan sekunder lebih cepat

Kurang pengetahuan

kecemasan

2 DS: Ibu pasien mengatakan anaknya Gangguan hormone Gangguan citra


malu bergaul dengan temannya GnRh tubuh
DO: anak lebih banyak mengurung
diri, Kelebihan BB

Gangguan citra
tubuh

DIAGNOSE KEPERAWATAN
1. Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan
2. Gangguan citra diri berhubungan dengan biofisika/psikososial seperti pandangan pasien
terhadap diri

22
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO TUJUAN DAN KH INTERVENSI RASIONAL
DX
1 Tujuan : cemas dapat 1. Gunakan pendekatan yang 1. Memberikan solusi
diatasi menenangkan
Kreterial hasil: 2. Nyatakan dengan jelas 2. Memberikan
dorongan / motifasi
o Klien mampu harapan terhadap perilaku
mengungkapkan gejala pasien
cemas 3. Jelaskan semua prosedur dan
3. Memberikan
o Postur tubuh,ekspresi apa yang dirasakan selama pengarahan pada
prosedur. pasien.
wajah,dan tingkat
aktivitas menunjukan 4. Temani pasien untuk
berkurangnya memberikan keamanan dan 4. Memonitor pasien
kecemasan. mengurangi takut.

2 Tujuan: 1. Izinkan pasien mengingat pola 1. Orang tua bertindak


 Setelah Di Lakukan koping sehubungan dengan sebagai peran model

Tidakan Keperawata 3 X makan dalam keluarga aslnya untuk anak.


dan teliti bagaimana ini dapat
24 Jam Klien Menerima
mempengaruhi
Perubahan Fisiologis
2. Diskusikan dengan pasien
Tubuhnya
pandangan menjadi gemuk dan 2. Pandangan mental
Kriteria Hasil:
apa artinya bagi individu. termasuk ideal kita dan
 Menyatakan gambaran Yakinkan untuk memberikan biasanya tidak terbaru.
diri lebih nyata. privasi selama aktivitas
 Menunjukkan beberapa perawatan.
penerimaan diri daripada 3. Pastikan bahwa orang 3. Dorongan keluarga dan
pandangan idealism. terdekat mengetahui dan klompok pendukung di

 Mengakui diri sebagai mengerti gejala setatus masarakat dapat

individu yang mental atau prilaku. Berikan Mengungkapkan

informasi tentang kelompok Pengertian Tentang


mempunyai tanggung
penyakitnya
jawab sendiri. pendukung yang tersedia di
 Mencari informasi dan masarakat
4. Dapat berperan terhadap
secara aktif mengikuti 4. Tentukan huubungan riwayat
isu ini tentang harga
dan kemungkinan penyalah
penurunan berat badan diri/pola koping

23
dengan tepat. gunaan seksual. 5. Mendukung tanggung
5. Tingkatkan komunikasi terbuka jawab pasien sendiri
menghindari kritik/penilaian untuk lebih terbuka
tentang perilaku pasien.
6. Tuliskan dan nyatakan dengan 6. Mendukung tanggung
jelas tanggung jawab pasien dan jawab pasien sendiri
perawat untuk meningkatkan rasa
control dan menigkatkan
keinginan untuk
mendiskusikan
kesulitan/menyusun
ulang dan mengatasi
masalah.

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tgl/jam Dx Implementasi
3/10/14 1 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
14.00 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku pasien
3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur.
4. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi
takut.
4/10/14 1 1. Izinkan pasien mengingat pola koping sehubungan dengan makan dalam
8.30 keluarga aslnya dan teliti bagaimana ini dapat mempengaruhi
2. Diskusikan dengan pasien pandangan menjadi gemuk dan apa artinya
bagi individu. Yakinkan untuk memberikan privasi selama aktivitas
perawatan.
3. Pastikan bahwa orang terdekat mengetahui dan mengerti gejala
setatus mental atau prilaku. Berikan informasi tentang kelompok
pendukung yang tersedia di masarakat
4. Tentukan huubungan riwayat dan kemungkinan penyalah gunaan
seksual.
5. Tingkatkan komunikasi terbuka menghindari kritik/penilaian tentang
perilaku pasien.
6. Tuliskan dan nyatakan dengan jelas tanggung jawab pasien dan perawat

24
EVALUASI KEPERAWATAN

Tgl/jam Dx Catatan Perkembangan


3/10/14 1 S: ibu pasien mengatakan sudah tidak cemas lagi
14.00 O: ibu pasien tidak bertanya Tanya lagi tentang penyakit anaknya
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
4/10/14 1 S: ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak malu bermain dengan
8.30 temannya
O: tidak mengurung diri,
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan

A. Pengkajian
Proses pengkajian terhadap klien dengan hidronefrosis adalah dengan cara
wawancara, observasi dan pemerikasaan fisik langsung kepada klien. Selain itu
perawat mendapat keterangan dari keluarga klien, diskusi dengan perawat di ruangan
dan dokter serta data-data yang ada di catatan medis klien.
Pelaksanaan pengkajian mengacu pada teori , akan tetapi di sesuaikan dengan
kondisi klien saat di kaji. pada saat di lakukan pengkajian , klien dan keluarga cukup
terbuka dan sudah terjalin hubungna saling percaya antar aklien, keluarga dan
perawat sehingga mempermudah perawat dalam mengkaji klien dan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan. Hal ini dibuktikan dengan klien mau menjawab
pertanyaan dari perawat dan menerima saran yang diberikan. Data yang didapat pada
saat pengkajian pubertas prekok pada An.A :
 Keluhan utama
ibu klien mengatakan payudara anaknya membesar
 Riwayat penyakit sekarang

25
ibu klien menyatakan Sejak usia 7 tahun payudara ananknya sudah membesar,
tumbuh rambut di daerah ketiak dan kemaluan, dan berat badan meningkat.

 Pengkajian psikososial
Ibu pasien mengatakan anaknya malu bergaul dengan teman seumurannya. Lebih
banyak mengurung diri.
 Pemeriksaan fisik
Seksualitas
Tumbuh tanda tanda seks sekunder
Hasil test laboratorium menunjukkan LH = 0.81, FSH = 2.90 dan estradiol = 40.10
Dari data yang terkumpul kemudian dilakukan analisa dan identifikasi
masalah yang di hadapi oleh klien yang merupakan data focus dan selanjutnya di
tentukan diagnose atau masalah keperawatan. Dari teori dan hasil pembahasan kasus
tidak terdapat kesenjangan.
B. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa yang muncul pada An.A adalah :
1. Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan ditandai
DS: Ibu pasien mengatakan cemas dengan kondisi anaknya
DO: bertanya Tanya tentang kondisi anaknya, segera memeriksakan ke petugas
kesehatan
2. Gangguan citra diri berhubungan dengan biofisika/psikososial seperti pandangan pasien
terhadap diri
DS: Ibu pasien mengatakan anaknya malu bergaul dengan temannya
DO: anak lebih banyak mengurung diri.
Setelah diagnosa atau masalah keperawatan ditegakkan selanjutnya dilakukan
pembuatan rencana tindakan dan kriteria hasil utnuk mengatasi masalah keperawatan
yang ada pada klien. Dari teori dan hasil pembahasan kasus tidak terdapat
kesenjangan
C. Perencanaan
Perencanaan dalam proses keperawatan dimulai setelah data terkumpul,
dikelompokan, dianalisa, dan ditetapkan masalah keperawatan. Perencanaan disusun
berdasarkanm prioritas masalah yang disesuaikan dengan kondisis klien. Setelah
masalah di tentukan berdasarkan prioritas, tujuan tindakan , dan criteria hasil

26
keperawatan di tentukan . Tujuan dan KH sebagai alat ukur untuk pencapaian tujuan
yang mengacu pada tujuan yang di susun pada rencana keperawatan harus bersifat
SMART. Pada penyusunan kriteria hasil perawat menyesuaikan dengan waktu
pemberian perawatan yang di lakukan perawatan yaitu selama 1 x 24 jam.
perencanaan di buat pada An.A dengan masalah utama kecemasan berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan pada An.A adalah prioritas utama , hal ini karena
merupakan keluhan utama yang diungkapkan oleh pasien
D. Implementasi atau Pelaksanaan
Seluruh perencanaan tindakan yang telah dibuat dapat dilakukan dengan
baik. hal ini di dukung oleh perawat yang kompeten di bidangnya.
Ada beberapa factor yang mempengaruhi pelaksanaan rencana asuhan
keperawatan. Hambatan-hambatan itu antara lain keterbatasan sumber referensi
buku sebagai acuan perawat untuk membrikan asuhan keperawatan.

E. Evaluasi
Tujuan tahap evaluasi adalah untruk memberikan umpan balik rencana
keperawatan, menilai, meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui
perbandingan asuhan keperawatan yang dberikan serta hasilnya dengan standar
yang telah ditetapkan lebih dulu. Pada An.A, diagnosa 1 dan 2 dapat teratasi
dalam kurun waktu 1 x 24 jam

27
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesehatan menstruasi merupakan salah satu aspek penting dalam


membangun kualitas sumber daya manusia dan berkaitan erat dengan kesehatan
reproduksi. Permasalahan seputar menstruasi seringkali dianggap tabu untuk
dibahas di ranah publik dan kurang mendapat perhatian untuk dipelajari dan
diajarkan, khususnya kepada perempuan. Hal tersbut antara lain yang
menyebabkan masih tersebarnya mitos seputar menstruasi dan persepsi yang
tidak tepat berkaitan dengan menstruasi.

Kewajiban menjaga kesehatan dan kebersihan terkait menstruasi sering


diabaikan. Faktor yang menyebabkannya antara lain karena ketidaktahuan atau
karena kurangnya perhatian dalam mengikuti apa yang seharusnya dilakukan.
Selain itu, dukungan fasilitas yang memadai sangat penting, terutama di tempat-
tempat umum seperti sekolah, mesjid, tempat wisata, rumah sakit, stasiun, pasar
dan lainnya.

28
DAFTAR PUSTAKA

Ramadhan. (2015). Hipogonadisme. Journal Of Vocational Health Studies, 1(1), 1632–


1645.
Simanjuntak, T. P. (2010). Sindrom Turner. Majalah Kedokteran FK UKI, XXVII(1), 15–
19. http://ejournal.uki.ac.id/index.php/mk/article/download/1677/1322/
Wahana, H. (2020). Journal of Nursing Invention. Jo

Pediatric. ( 2018, 22 Oktober). Gangguan Pubertas Pada Anak.


https://klinikanakapap.com/gangguang-pubertas-pada-anak-2/

Pudji Jogyanti, C.R. (1995).Konsep diri dalam pendidikan. Jakarta: Arcan

Rakhmat, Jalaluddin, (2001) Psikologi Komunikasi, Edisi revisi, Bandung:


Rosdakarya

Roseman, Marina, 1993. Healing Sounds From The Malaysian Rainforest: Temiar
Music and Medicine. Berkeley: University of California Press.

Santrock, J. W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja.


Erlangga:Jakarta.

Sarwono, Sarlito W. (2000).Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada

Umar, Nasaruddin. 1993. “Teologi Menstruasi: Antara Mitologi dan Kitab


Suci”,dalam Ulumul Qur’an, Vol. 6, No.2.

29

Anda mungkin juga menyukai