Makalah Kelompok 2
Makalah Kelompok 2
Di susun oleh :
Kelompok 2
I
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat, taufik dan hidayah
Nya, sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan tugas yang berjudul
“MASALAH DAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI”.
Dalam penulisan laporan kelompok ini, kami menemui banyak hambatan
dikarenakan terbatasnya Ilmu Pengetahuan mengenai hal yang berkenaan dengan
penulisan laporan makalah ini.
Harapan kami, laporan kelompok ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta
menjadi referensi khususnya bagi kami dalam mengarungi masa depan. Kami sadar
bahwa laporan makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan untuk memperbaiki karya tulis kami selanjutnya.
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................
..........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................4
A. LATAR BELAKANG.......................................................................4
B. TUJUAN PEMBELAJARAN..........................................................4
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................29
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menjelang menstruasi pertama kali, remaja putri perlu dibekali dengan
informasi yang memadai. Menstruasi merupakan peristiwa penting dalam
kehidupan seorang remaja putri. Untuk itu, para remaja putri perlu mengenali
tubuhnya, apa yang akan terjadi, sehingga ia tidak terkejut atau ketakutan pada saat
haid pertamanya tiba. Informasi yang diberikan pun perlu dipertimbangkan tahapan
dan kedalamannya, sehingga menentramkan, membuat mereka nyaman, dan sesuai
dengan tingkat kedewasaan mereka.
Aspek kesehatan menstruasi merupakan bagian penting kesehatan reproduksi
seorang perempuan, yang tidak hanya meliputi aspek kesehatan fisik, tetapi juga
aspek kesehatan mental, spiritual maupun sosial. Seorang perempuan perlu
mengetahui pola dan jarak dari menstruasi masing-masing, sehingga dapat menilai
apabila terjadi hal di luar kebiasaan Selain itu, ketelitian dalam menilai jadwal
menstruasi sangat berkaitan dengan kesempurnaan ibadah, khususnya bagi
muslimah
Penelitian Unicef pada tahun 2015 menyebutkan bahwa telah terjadi
peningkatan kesadaran akan dampak praktik pengelolaan haid terhadap kesehatan,
pendidikan, dan psikososial bagi wanita dan remaja putri di negara berpenghasilan
rendah dan menengah. Penelitian yang dilakukan di Asia, Afrika, dan Amerika
Latin menjelaskan beberapa tantangan yang dihadapi wanita, seperti akses yang
buruk terhadap informasi lengkap tentang menstruasi, kurangnya pengetahuan
untuk mengelola darah menstruasi, ketidakcukupan air, sanitasi dan fasilitas yang tidak
memadai, keyakinan sosial-budaya yang menyesatkan serta pantangan-pantangan
yang dianggap tabu. Hal tersebut berdampak pada pembatasan perilaku, ketidak-
nyamanan remaja puteri dan risiko kesehatan reproduksi.
B. RUMUSAN MASALAH
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pubertas Tarda
Pengertian
Pubertas Terlambat atau pubertas tarda yaitu tidak muncul sama sekali
karakteristik seksual sekunder sebelum usia 13 tahun, menars tidak ada setelah
mencapai usia 18 tahun. Penyebabnya karena ada gangguan di daerah hipotalamus,
atau adanya penyakit sistemik, kurang gizi, atau gangguan fungsi endokrin yang lain.
Pada anak laki-laki, pubertas terlambat lebih sering terjadi dan didefinisikan
sebagai berikut :
Tidak adanya pembesaran testis pada usia 14 tahun
Waktu lebih dari 5 tahun antara mulai perkembangan genital hingga sempurna
5
Waktu lebih dari 5 tahun antara mulai pertumbuhan payudara hingga
menstruasi
Anak belum menstruasi pada usia 16 tahun
6
bentuk klasik, rendahnya kadar FSH dan LH dan tidak adanya tanda maturasi
hormon.
Beberapa sindrom yang berhubungan dengan hypogonadotropin hypogonadism
Keadaan sistemik yang sering dijumpai oleh pubertas terlambat adalah, seperti
gagal ginjal, hipotiroid, anoreksia nervosa, penyakit radang usus dan penyakit celiac,
infeksi berulang dan penyakit neoplasma, penyakit psikosomatik yang serius.
Diagnosis
Diagnosis didasarkan pada:
7
Anamnesis: anak belum menstruasi atau belum mengalami mimpi
basah
Hasil pemeriksaan fisik
Berbagai pemeriksaan laboratorium
Xray usia tulang
Dan jika diperlukan, analisis kromosom dan MRI.
Terapi
Tata laksana pubertas terlambat tergantung pada penyebabnya. Untuk remaja
yang terlambat secara alami sebenarnya tidak membutuhkan pengobatan. Namun jika
remaja tersebut sangat stres akibat tertundanya pubertas maka dokter dapat
memberikan terapi hormon seks tambahan untuk memulai proses pubertasnya lebih
cepat.
Pengobatan ini lebih sering dilakukan kepada anak laki-laki. Anak laki-laki
yang belum menunjukkan tanda pubertas pada usia 14 tahun dapat diberikan
testosteron selama 4-6 bulan. Pada dosis rendah testosteron memulai pubertas,
menyebabkan perkembangan beberapa ciri maskulin dan tidak mencegah remaja
tersebut mencapai tinggi badan optimalnya. Pada anak perempuan, estrogen dosis
rendah dapat diberikan dengan pil atau skin patch.
8
Faktor yang dapat meningkatkan kejadian pubertas prekoks meliputi :
Gejala klinis yang terjadi pada anak perempuan apabila dialami pada usia
kurang dari 9 tahun:
Payudara membesar.
Tumbuhnya rambut pubis dan rambut tipis pada lengan bawah.
Bertambah tinggi dengan cepat.
Mulainya menstruasi.
Tumbuh jerawat.
Munculnya bau badan.
Sedangkan pada anak laki-laki, tanda-tanda terjadinya Pubertas Prekoks akan
muncul saat umur kurang dari 10 tahun meliputi :
Pembesaran testis dan penis.
Tumbuhnya rambut pubis, lengan bawah dan wajah.
Peningkatan tinggi dengan cepat.
Suara memberat
Tumbuh jerawat
Munculnya bau badan
Pubertas dini dikenal memiliki dua jenis perkembangan yang berbeda, yaitu:
1. Pubertas dini sentral – merupakan jenis pubertas dini yang umum terjadi dan
ditandai dengan sekresi hormon gonad oleh kelenjar pituitari di otak yang terlalu
cepat, sehingga memicu aktivitas testis dan ovarium untuk memproduksi hormon
seks dan menyebabkan proses pubertas terjadi lebih awal.
2. Pubertas dini perifer – merupakan jenis pubertas dini yang jarang terjadi. Hal ini
ditandai dengan produksi hormon seks oleh organ reproduksi namun tanpa
aktivitas kelenjar otak. Hal ini merupakan pertanda adanya masalah pada organ
reproduksi, kelenjar adrenal, atau kelenjar tiroid yang tidak aktif.
9
pertumbuhan badan yang cenderung pendek. Anak yang mengalami pubertas dini
mungkin mengalami pertambahan tinggi badan yang cepat pada awalnya, namun saat
dewasa ia memiliki tinggi badan di bawah normal untuk individu seusianya.
Penanganan dini dibutuhkan untuk mengatasi perkembangan tinggi badan pada anak
yang mengalami pubertas dini.
Pubertas dini juga akan menyebabkan anak sulit beradaptasi secara emosional
dan sosial. Masalah kepercayaan diri atau merasa kebingungan paling sering dialami
oleh anak perempuan yang mengalami pubertas dini karena perubahan fisiknya.
Selain itu, perubahan perilaku dapat terjadi pada anak laki-laki maupun perempuan
akibat perubahan mood, dan cenderung lebih cepat marah. Anak laki-laki dapat
cenderung menjadi agresif dan memiliki dorongan seks yang tidak sesuai dengan
usianya.
Diagnosis
Saat kita menemukan seorang pasien dengan kecurigaan mengalami Pubertas
Prekoks, maka kita harus melengkapi anamnesa dan riwayat pasien beserta
keluarganya, melakukan pemeriksaan fisik yang berkaitan dan memastikan diagnosis
dengan melakukan tes laboratorium terutama fraksi hormonal maupun radiologis yang
dispesifikasi pada foto tulang (Pramesmara, 2009).
Untuk pemeriksaan penunjang laboratorium, maka dilakukan tes kadar
hormon LH dan FSH basal, uji GnRH terstimulasi, esterogen dan progesterone serum,
B-HCG, 17-OH progesteron, estradiol dan beberapa pemeriksaan hormonal lainnya
atas indikasi. Diperlukan pula pemeriksaan radiologis diagnostik, maka yang
difokuskan adalah pencitraan umur tulang dan survey tulang (McCune-Albright).
sedangkan untuk etiologi dilakukan CT-Scan/MRI kepala dan USG pelvis adrenal
(Pramesmara, 2009).
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Pubertas Prekoks ditentukan tipenya sebagai berikut:
a) Tata Laksana Pubertas Prekoks Sentral : Kebanyakan anak dengan Pubertas
Prekoks sentral tidak disertai penyakit lainnya. Terapinya dinamakan GnRH analogue
yang biasanya terdiri dari suntikan bulanan berupa leuprolide dosis 0,25-0,3/kgBB i.m
setiap 4 minggu yang menghentikan aksis HPG dan menghambat perkembangan.
Terapi tersebut dilanjutkan hingga pasien mencapai umur pubertas normal yang
sesuai. Apabila mereka lupa atau menghentikan pengobatan, maka proses pubertas
akan dimulai lagi (Nelson, 2006).
b) Tata Laksana Pubertas Prekoks Perifer : Tujuannya adalah melakukan
penanganan pada penyakit yang mendasari timbulnya Pubertas Prekoks; misalnya
karena konsumsi obat, maka obat tersebut dihentikan contohnya pada tumor, maka
10
segera lakukan pembedahan reseksi tumor agar menghentikan agresifitas pubertas
(Nelson, 2006).
Prognosis (Nilai Kesembuhan)
Studi melaporkan tingginya efektifitas dan keberhasilan pengobatan Pubertas
Prekoks apabila diberikan sedini mungkin dan haruslah mencapai tujuan terapi, yaitu
tercapai umur pubertas normal yang sesuai yaitu usia umur 9-14 tahun pada anak
perempuan dan usia 10-17 tahun pada anak laki-laki.
3. Sindrom Turner
Pengertian
Sindrom Turner adalah salah satu kelainan kromosom yang paling sering
terjadi pada manusia, dengan insidens sekitar 1:2000 kelahiran hidup anak
perempuan, tanpa memandang latar belakang etnisnya. Anak perempuan yang
menderita sindrom Turner mengalami kehilangan atau abnormalitas struktur pada
salah satu kromosom X. Manifestasi klinis sindrom Turneryang klasik adalah
perawakan pendek, disgenesis gonad, wajah dismorfik, limfedema dan masalah
lainnya. Sekitar 50-60% pasien sindrom Turner dilaporkan memiliki kariotipe 45,X.
Sebanyak 20-30% pasien mengalami kelainan struktur pada kromosom X, seperti
cincin, isokromosom pada lengan panjang, dan delesi parsial lengan pendek; dan 30-
40% memiliki pola mosaik (kariotipe yang memiliki dua atau lebih tipe sel yang
khas).
Gambaran klins
Gambaran klinis sangat bervariasi, tergantung pada usia saat ditegakkan
diagnosis. Sebagian besar pasien yang terdiagnosis pada masa pranatal, diagnosis
ditegakkan berdasarkan kariotipe yang abnormal dan/atau adanya higroma kistik,
hidrops fetalis, atau defek kardiak. Diagnosis pasti ditegakkan melalui pemeriksaan
analisis kromosom (kariotipe) dengan atau tanpa fish. Anak perempuan yang
terdiagnosis pada saat masa bayi hamper selalu mengalami limfedema, dengan/atau
tanpa webbed neck dan gambaran dismorfik lainnya. Sebaliknya, anak perempuan
yang tidak mengalami gambaran klasik seringkali tidak terdiagnosis sampai akhir
masa anak atau saat remaja dengan keluhan perawakan pendek dan/atau pubertas
terlambat, atau pada masa dewasa ketika mereka mengalami kegagalan ovarium
(pubertas terlambat, amenorea primer).
Gambaran dismorfik
• Perawakan pendek
• Cubitus valgus
• Limfedema
• Web neck
• Low posterior hairline
• Barrel chest
11
• Wide space nipple
• Multiple naevi
• Pubertas terlambat
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan analisis kromosom
(kariotipe dengan atau tanpa fish). Berdasarkan hasil kromosom, terdapat Dua tipe
sindrom turner:
1. Sindrom turner klasik dengan hasil analisis kromosom 45,x atau
46,xixq
2. Sindrom turner mosaik dengan hasil analisis kromosom 45,x dengan
Tambahan lini sel lain seperti 45,x/46,xx; 45,x/46,x,i(x) dan
45,x/46,xy. Gambaran klinis pada sindrom turner mosaik lebih ringan
Dari sindrom turner klasik.
Pemeriksaan penunjang lainnya meliputi:
• Biokimiawi:
- Gula darah puasa 2 jam post prandinal
- Profil lipid
- Fungsi tiroid
- Fungsi ginjal
• Echocardiografi untuk mendeteksi kelainan jantung koartasio aorta.
• Usg abdomen untuk melihat malformasi ginjal horse shoes kidney
• Konsul tht
• Konsul mata
• Konsul gigi berdasarkan indikasi
Terapi
Pasien dengan dugaan sindrom turner perlu dirujuk ke ahli endokrinologi
Anak.
• perawakan pendek: hormon pertumbuhan diberikan dengan dosis 0.05
Mg/kgbb/hari atau 0,35 mg/kgbb/minggu, injeksi subkutan setiap hari.
Maksimal dosis 0,07 mg/kgBB/hari tergantung dari respons terapi.
• Penambahan oksandrolone 0.03-0.05 mg/kgBB/hari (maksimal dosis
2.5 mg) dapat diberikan bila terapi hormon pertumbuhan dimulai pada
usia 8-10 tahun dan anak sangat pendek. Oksandrolone dapat diberikan
sampai usia tulang 14 tahun. Pemberian oksandrolone dapat
menambah tinggi dewasa penderita sampai 2,3-4,6 cm.
• Induksi pubertas: terapi sulih hormon dengan pemberian estradiol dosis
rendah dimulai sesudah usia 12 tahun. Dosis awal dapat dimulai
dengan 0,05-0,07 mcg dan dapat meningkat bertahap sampai 0,08-
12
0,12 mcg/kgBB untuk memaksimalkan perkembangan payudara. Siklik
progesteron ditambahkan paling tidak 2 tahun setelah terapi estrogen
atau saat menars.
• Perawakan pendek dan kegagalan ovarium merupakan faktor risiko
terjadinya osteoporosis, sehingga diperlukan suplementasi kalsium
(800-1000 mg) dan vitamin D (minimal 400 IU) setiap hari, sesuai
dengan rekomendasi harian. Penderita juga perlu melakukan aktifitas
fisik untuk menghindari obesitas dan osteoporosis dengan terpajan
matahari minimal 30 menit per hari.
B. PCOS
Polycistic Ovary Syndrome (PCOS) menjadi salah satu penyebab umum dari
gangguan anovulasi pada wanita dengan nilai persentase hingga 80% mempengaruhi
antara 1 dari 10 hingga 1 dari 7 wanita (Azziz, 2021; Manique and Ferreira, 2022;
Kotlyar and Seifer, 2023). PCOS merupakan kondisi endokrinologi yang sering
ditemukan dan terjadi pada 5-10% dari waita usia reproduksi dengan sindrom yang
terjadi kombinasi dari obesitas, hirsutisme, amenorea, anovulasi dan
hiperandrogenisme (Rao and Bhide2020).
Remaja lebih mungkin mengalami PCOS karena gaya hidup, kebiasaan
makan, kurang olahraga dan stres. PCOS kurang terdiagnosis dan kurang mendapat
penanganan. Hal ini disebabkan oleh ketidaktahuan para remaja akan gejala dan
ekspresinya. Remaja kemudian mengalami masalah untuk hamil dan kemudian
diidentifikasi ketika mereka mencari pengobatan infertilitas. Sangatlah penting untuk
melakukan skrining PCOS sedini mungkin dalam perkembangan penyakit ini
sehingga pasien dengan kondisi ini dapat menerima diagnosis, edukasiperawatan
pencegahandan terapi yang tepat (Vishal Mehta et al., 2021).
13
Gejala yang terjadi pada penderita PCOS seperti terjadinya siklus yang
ireguler, adanya hirsutisme, jerawat yang menetap, terjadi sindrom anovulation.,
hiperandrogenisme, disfungsi ovulasi dan polikistik ovarium (Hoege, Dokras and
Piltonen, 2018; Azziz, 2021). Dan
1) Haid tidak teratur,Pendarahan hebat atau menstruasi yang
terlewat,Ovarium membesar
2) Peningkatan kadar hormon pria (androgen),Rambut wajahInfertilitas
3) Berat badan tidak teratur ,Kegemukan
Diagnosis
Diagnosis ini didasarkan pada penilaian klinis dan/atau biokimiawi
hiperandrogenisme yang dikombinasikan dengan penilaian ultrasonografi untuk
ovarium yang tampak polikistik dan/atau oligomenorea seperti yang diuraikan oleh
kriteria Rotterdam. Namun, gambaran klinis yang dapat menyertai diagnosis ini dapat
mencakup obesitas dan aspek-aspek lain dari sindrom metabolik, gangguan suasana
hati seperti kecemasan dan depresi, serta sering kali infertilitas (HJ et al., 2011; Azziz,
14
2021). Menurut kriteria Rotterdam, dua dari tiga kondisi anovulasihiperandrogenisme,
dan morfologi sonografi yang khas, harus dipenuhi untuk membuat diagnosis PCOS.
Diabetes dan toleransi glukosa yang buruk lebih sering terjadi pada wanita
yang didiagnosis PCOS Untuk meningkatkan peluang mereka untuk hamil dan
memiliki bayi yang sehat, para wanita ini harus mendapatkan konseling ekstensif
tentang perubahan gaya hidup. Harus dipastikan dengan penggunaan metformin di
luar label bahwa wanita tertentu mendapatkan manfaat darinyaSementara wanita
dengan PCOS perlu diikuti lebih dekat untuk perkembangan diabetes gestasional,
preeklampsia, atau hipertensi selama kehamilan, wanita dengan siklus tidak
berovulasi mampu melakukan stimulasi sederhana untuk kesuburan (Manique and
Ferreira, 2022).
PCOS pada remaja harus didiagnosis terutama berdasarkan gejala klinis dan
biokimia hiperandrogenisme dan ketidakteraturan menstruasi. Penundaan diagnosis
setidaknya selama dua tahun setelah menarche disarankan karena gejala PCOS dan
perkembangan pubertas yang normal sebanding. Anak perempuan yang tidak
memenuhi kriteria diagnostik harus fokus pada manajemen gejala (Witchel et al.,
2019)
Penatalaksanaan
Menormalkan siklus menstruasi, ovulasi, dan jika diinginkan, mencapai
kehamilan yang sukses adalah tujuan utama pengobatan dan terapi. Menurunkan berat
badan pada orang yang kelebihan berat badan adalah cara yang paling tidak invasif
untuk mencapai hal ini. Penurunan berat badan sebesar 5-10% telah dilaporkan dapat
memperbaiki gejala-gejala PCOS, termasuk hirsutisme, infertilitas, menstruasi yang
tidak teratur, dan hiperinsulinemia. Meskipun sulit untuk dipertahankan, tujuan ini
dapat dicapai dengan mengurangi asupan kalori dan meningkatkan aktivitas fisik.
Meskipun menurunkan berat badan bermanfaat, namun hal ini mungkin tidak
sepenuhnya menghilangkan gejala PCOS pada wanita yang kelebihan berat badan.
Selain itu, diperkirakan bahwa banyak orang dengan PCOS -tetapi tidak semua-
kelebihan berat badan. Untuk mencapai keteraturan menstruasi atau menormalkan
kadar glukosa darah, obat-obatan dapat diberikan. Jika wanita tersebut tidak ingin
hamil, pil KB akan membantu mengendalikan siklus menstruasinya. Namun, pil KB
juga dapat menyebabkan penambahan berat badan dan resistensi insulin, yang akan
merugikan pengobatan PCOS secara keseluruhan. Jika diinginkan, dokter dapat
memberikan clomiphene citrate, selective estrogen receptor modulator (SERM), untuk
meningkatkan kemungkinan terjadinya pembuahan. Namun, hanya 10% wanita yang
menggunakan obat ini yang bisa hamil. Gonadotropin eksogen atau prosedur
laparoskopi dapat digunakan jika clomiphene sitrat tidak dapat meningkatkan
pembuahan.
15
Terapi untuk menormalkan glukosa darah, agen hipoglikemik oral seperti
metformin biasanya diresepkan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa obat ini
juga dapat meningkatkan kesuburan, meskipun penelitian lain tidak menemukan hasil
seperti itu. Rekomendasi saat ini adalah untuk menghentikan metformin ketika
kehamilan telah dikonfirmasi. Beberapa orang menyarankan agar metformin dapat
dilanjutkan selama kehamilan jika terdapat diabetes tipe 2 obat antiandrogen
nonsteroid dapat membantu memperbaiki gejala kelebihan androgen, meskipun obat
ini tidak umum digunakan pada remaja. Meskipun beberapa obat dapat memperbaiki
hirsutisme sampai batas tertentu, pengobatan nonfarmakologis juga dapat digunakan,
termasuk waxing, elektrolisis, pemutihan, pencabutan, dan terapi panas atau laser
Rencana perawatan khusus kini dapat dibuat untuk remaja putri yang
menunjukkan gejala PCOSS angatlah penting untuk memperhatikan riwayat,
pemeriksaan fisik, dan hasil laboratorium untuk menemukan remaja putri yang
berisiko terkena PCOS. Penanganan karakteristik klinis dan komorbiditas sangat
penting untuk kesehatan dan harga diri pasienbahkan ketika penundaan pelabelan
diagnostik mungkin masuk akalSalah satu tujuan di masa depan adalah pencegahan
melalui deteksi dini terhadap remaja putri prapubertas dan remaja putri yang berisiko
serta penggunaan perawatan gaya hidup (Witchel et al, 2019)
16
(Massachusetts General Hospital Center for Women’s Mental Health, 2016). Jika
Anda mengalami PMDD maka harus berkonsultasi kepada dokter.
Timbul jerawat
Nafsu makan meningkat, terutama terhadap cemilan yang
17
7. Merasa lelah, lesu, atau kurang energi
8. Perubahan nafsu makan, yang mungkin berhubungan dengan keinginan terhadap
makanan tertentu
9. Hipersomnia atau insomnia
10. Perasaan subjektif karena kewalahan atau kehilangan kendali
11. Gejala fisik lainnya, seperti nyeri atau pembengkakkan payudara, sakit kepala,
nyeri sendi atau otot, kembung, dan berat badan naik
18
Fluktuasi kadar hormon estrogen dan progesteron di dalam darah sangat
mempengaruhi proses neurotransmisi pada susunan syaraf pusat, terutama
transmisi pada jalur biokimia serotonergik, noradrenergik, dan dopaminergik.
Banyak penelitian yang dilakukan akhir-akhir ini mengungkapkan kuatnya
hubungan antara terjadinya PMS atau PMDD dengan proses neurotransmisi,
terutama pada sistem serotonergik. Perempuan perempuan yang mengalami
gangguan emosional pada saat pra-mentruasi (pre-menstrual mood disorder)
ternyata mengalami gangguan atau abnormalitas pada neurotransmisi jalur
serotonergik, yang diperkirakan berhubungan dengan gejala gejala iritabilitas
(mudah tersinggung), depresi, dan peningkatan dorongan untuk mengonsumsi
karbohidrat (carbohydrate craving).
Diperkirakan ada juga peran asam gamma amino butirat (GABA), senyawa
neurotransmiter susunan syaraf pusat, pada patogenesis PMS dan PMDD, walaupun
hal ini belum dapat disimpulkan dengan pasti. Demikian pula perkiraan adanya
keterlibatan sistem transmisi syaraf opioid dan ardenergik pada patogenesis PMS
dan PMDD juga masih perlu dibuktikan walaupun tanda tanda ke arah itu sudah
ada.
Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa perubahan yang terjadi pada
kadar hormon progesteron lebih berperan dalam patogenesis PMS dibandingkan
perubahan kadar hormon estrogen. Penurunan kadar hormon progesteron di dalam
darah berakibat pada penurunan senyawa metabolit progesteron, yang salah satu
fungsinya adalah sebagai semacam zat penenang (sedative) di dalam otak, yang
menyebabkan rasa santai dan tenang. Beberapa penelitian sudah membuktikan
bahwa kadar metabolit progesteron yang lebih tinggi berkorelasi positif dengan
gejala PMS yang lebih ringan. Namun demikian, pemberian suplemen
progesteron pada seseorang yang menderita PMS ternyata belum dapat
meredakan gejala gejala PMS. Oleh karena itu, pengaruh progesteron terhadap
PMS ini masih terus dalam penelitian.
SOAP
1. BIODATA
A. IDENTITAS PASIEN
NAMA : An.A
UMUR : 7thn
AGAMA : Islam
20
PENDIDIKAN : SD
PEKERJAAN : Pelajar
ALAMAT : Tulakan, Pacitan, Jatim
DIAGNOSA MEDIS : Pubertas prekok
NO. REGRISTASI : 01.11.74.68
B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
NAMA : Ny. S
UMUR : 45 Th
PENDIDIKAN : Sarjana
PEKERJAAN : Swasta
ALAMAT : Tulakan, Pacitan, Jatim
HUBUNGAN : Ibu klien
2. Keluhan utama
ibu klien mengatakan payudara anaknya membesar
3. Riwayat penyakit sekarang
ibu klien menyatakan Sejak usia 7 tahun payudara ananknya sudah membesar, tumbuh
rambut di daerah ketiak dan kemaluan, dan berat badan meningkat.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak pernah mengalami trauma kepala, pajanan
terhadap steroid atau gonadotropin atau masalah-masalah, seperti sakit kepala, gangguan
penglihatan atau inkoordinasi motorik.
5. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga pasien tidak ada yang pernah mengalami gejala prekoks pubertas.
6. Pengkajian psikososial
Ibu pasien mengatakan anaknya malu bergaul dengan teman seumurannya. Lebih banyak
mengurung diri.
7. Pemeriksaan fisik
a. Aktivitas / istirahat
mengalami ketidak mampuan/kurang keinginan untuk aktif atau melakukan latihan
teratur
b. Makanan dan Cairan
merencanakan makanan dengan normal/berlibahan. berat badan tidak sesuai dengan
tinggi bedan.
c. Nyeri / Kenyamanan
21
Nyeri waktu pertumbuhan pada payudaranya.
d. Pernapasan
Tidak mengalami gangguan pernafasan
e. Seksualitas
Tumbuh tanda tanda seks sekunder
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Hasil test laboratorium menunjukkan LH = 0.81, FSH = 2.90 dan estradiol = 40.10
b. Hasil USG lower abdomen:
Uterus = echostruktur & ukuran normal, endometrium tak menebal, parametrium
tenang, tak tampak masa atau kista
Vesica Urinaria = echostruktur normal, dinding tak menebal, tak tampak batu atau
masa.
ANALISA DATA
NO ANALISA DATA ETIOLOGI MK
1 DS: Ibu pasien mengatakan cemas Gangguan hormone kecemasan
dengan kondisi anaknya GnRh
DO: bertanya Tanya tentang kondisi
anaknya, segera memeriksakan ke Pertumbuhan seks
petugas kesehatan sekunder lebih cepat
Kurang pengetahuan
kecemasan
Gangguan citra
tubuh
DIAGNOSE KEPERAWATAN
1. Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan
2. Gangguan citra diri berhubungan dengan biofisika/psikososial seperti pandangan pasien
terhadap diri
22
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO TUJUAN DAN KH INTERVENSI RASIONAL
DX
1 Tujuan : cemas dapat 1. Gunakan pendekatan yang 1. Memberikan solusi
diatasi menenangkan
Kreterial hasil: 2. Nyatakan dengan jelas 2. Memberikan
dorongan / motifasi
o Klien mampu harapan terhadap perilaku
mengungkapkan gejala pasien
cemas 3. Jelaskan semua prosedur dan
3. Memberikan
o Postur tubuh,ekspresi apa yang dirasakan selama pengarahan pada
prosedur. pasien.
wajah,dan tingkat
aktivitas menunjukan 4. Temani pasien untuk
berkurangnya memberikan keamanan dan 4. Memonitor pasien
kecemasan. mengurangi takut.
23
dengan tepat. gunaan seksual. 5. Mendukung tanggung
5. Tingkatkan komunikasi terbuka jawab pasien sendiri
menghindari kritik/penilaian untuk lebih terbuka
tentang perilaku pasien.
6. Tuliskan dan nyatakan dengan 6. Mendukung tanggung
jelas tanggung jawab pasien dan jawab pasien sendiri
perawat untuk meningkatkan rasa
control dan menigkatkan
keinginan untuk
mendiskusikan
kesulitan/menyusun
ulang dan mengatasi
masalah.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tgl/jam Dx Implementasi
3/10/14 1 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
14.00 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku pasien
3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur.
4. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi
takut.
4/10/14 1 1. Izinkan pasien mengingat pola koping sehubungan dengan makan dalam
8.30 keluarga aslnya dan teliti bagaimana ini dapat mempengaruhi
2. Diskusikan dengan pasien pandangan menjadi gemuk dan apa artinya
bagi individu. Yakinkan untuk memberikan privasi selama aktivitas
perawatan.
3. Pastikan bahwa orang terdekat mengetahui dan mengerti gejala
setatus mental atau prilaku. Berikan informasi tentang kelompok
pendukung yang tersedia di masarakat
4. Tentukan huubungan riwayat dan kemungkinan penyalah gunaan
seksual.
5. Tingkatkan komunikasi terbuka menghindari kritik/penilaian tentang
perilaku pasien.
6. Tuliskan dan nyatakan dengan jelas tanggung jawab pasien dan perawat
24
EVALUASI KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Proses pengkajian terhadap klien dengan hidronefrosis adalah dengan cara
wawancara, observasi dan pemerikasaan fisik langsung kepada klien. Selain itu
perawat mendapat keterangan dari keluarga klien, diskusi dengan perawat di ruangan
dan dokter serta data-data yang ada di catatan medis klien.
Pelaksanaan pengkajian mengacu pada teori , akan tetapi di sesuaikan dengan
kondisi klien saat di kaji. pada saat di lakukan pengkajian , klien dan keluarga cukup
terbuka dan sudah terjalin hubungna saling percaya antar aklien, keluarga dan
perawat sehingga mempermudah perawat dalam mengkaji klien dan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan. Hal ini dibuktikan dengan klien mau menjawab
pertanyaan dari perawat dan menerima saran yang diberikan. Data yang didapat pada
saat pengkajian pubertas prekok pada An.A :
Keluhan utama
ibu klien mengatakan payudara anaknya membesar
Riwayat penyakit sekarang
25
ibu klien menyatakan Sejak usia 7 tahun payudara ananknya sudah membesar,
tumbuh rambut di daerah ketiak dan kemaluan, dan berat badan meningkat.
Pengkajian psikososial
Ibu pasien mengatakan anaknya malu bergaul dengan teman seumurannya. Lebih
banyak mengurung diri.
Pemeriksaan fisik
Seksualitas
Tumbuh tanda tanda seks sekunder
Hasil test laboratorium menunjukkan LH = 0.81, FSH = 2.90 dan estradiol = 40.10
Dari data yang terkumpul kemudian dilakukan analisa dan identifikasi
masalah yang di hadapi oleh klien yang merupakan data focus dan selanjutnya di
tentukan diagnose atau masalah keperawatan. Dari teori dan hasil pembahasan kasus
tidak terdapat kesenjangan.
B. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa yang muncul pada An.A adalah :
1. Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan ditandai
DS: Ibu pasien mengatakan cemas dengan kondisi anaknya
DO: bertanya Tanya tentang kondisi anaknya, segera memeriksakan ke petugas
kesehatan
2. Gangguan citra diri berhubungan dengan biofisika/psikososial seperti pandangan pasien
terhadap diri
DS: Ibu pasien mengatakan anaknya malu bergaul dengan temannya
DO: anak lebih banyak mengurung diri.
Setelah diagnosa atau masalah keperawatan ditegakkan selanjutnya dilakukan
pembuatan rencana tindakan dan kriteria hasil utnuk mengatasi masalah keperawatan
yang ada pada klien. Dari teori dan hasil pembahasan kasus tidak terdapat
kesenjangan
C. Perencanaan
Perencanaan dalam proses keperawatan dimulai setelah data terkumpul,
dikelompokan, dianalisa, dan ditetapkan masalah keperawatan. Perencanaan disusun
berdasarkanm prioritas masalah yang disesuaikan dengan kondisis klien. Setelah
masalah di tentukan berdasarkan prioritas, tujuan tindakan , dan criteria hasil
26
keperawatan di tentukan . Tujuan dan KH sebagai alat ukur untuk pencapaian tujuan
yang mengacu pada tujuan yang di susun pada rencana keperawatan harus bersifat
SMART. Pada penyusunan kriteria hasil perawat menyesuaikan dengan waktu
pemberian perawatan yang di lakukan perawatan yaitu selama 1 x 24 jam.
perencanaan di buat pada An.A dengan masalah utama kecemasan berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan pada An.A adalah prioritas utama , hal ini karena
merupakan keluhan utama yang diungkapkan oleh pasien
D. Implementasi atau Pelaksanaan
Seluruh perencanaan tindakan yang telah dibuat dapat dilakukan dengan
baik. hal ini di dukung oleh perawat yang kompeten di bidangnya.
Ada beberapa factor yang mempengaruhi pelaksanaan rencana asuhan
keperawatan. Hambatan-hambatan itu antara lain keterbatasan sumber referensi
buku sebagai acuan perawat untuk membrikan asuhan keperawatan.
E. Evaluasi
Tujuan tahap evaluasi adalah untruk memberikan umpan balik rencana
keperawatan, menilai, meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui
perbandingan asuhan keperawatan yang dberikan serta hasilnya dengan standar
yang telah ditetapkan lebih dulu. Pada An.A, diagnosa 1 dan 2 dapat teratasi
dalam kurun waktu 1 x 24 jam
27
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
28
DAFTAR PUSTAKA
Roseman, Marina, 1993. Healing Sounds From The Malaysian Rainforest: Temiar
Music and Medicine. Berkeley: University of California Press.
29