Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

PEMETAAN HOTSPOT

Disusun oleh:
[Kelompok 7]
TB. Aditia Rizki E44190027
Yunita Pramisari E44190033
Siska Aisyah Sabila E44190053
Gintan Fatimah E44190056

Dosen Praktikum:
Ati Dwi Nurhayati, S.Hut. M.Si.

Asisten Praktikum:
Robi D. Waldi, S.Hut. M. Si
Almi Ramadhi, S.Hut
Fakhri Sukma, S.Hut
Pratiwi D, S.Hut

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN DAN LINGKUNGAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2022
II METODE

2.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada 13 Mei – 20 Mei 2022 di Laboratorium
Kebakaran Hutan Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan
IPB.

2.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan meliputi laptop, software ArcMap, MS. Excell, dan
MS. Word. Bahan yang digunakan meliputi data hotspot Kabupaten Kubu Raya dan
data gambut BBSDLP 2011.

2.3 Prosedur Kerja


1. Mengunduh data hotspot di laman https://firms.modaps.eosdis.nasa.gov/
pada menu archive download.

Gambar 1 Menu archive download


2. Memilih “create new request” dan mengisi informasi sesuai pada gambar.
Gambar 2 Request data hotspot
3. Download data hotspot jika sudah mendapat notifikasi melalui e-mail.

Gambar 3 Link download data hotspot


4. Mengunduh data lahan gambut yang telah disediakan.

Gambar 4 Data gambut


5. Membuka software ArcMap, klik kanan pada layers lalu
“add data” batas administrasi wilayah. Klik kanan pada peta administrasi
lalu “open attribute table” dengan format area kabupaten sebagai berikut.

Gambar 5 Opsi attributes table


6. Add data peta gambut dan data hotspot pertahun.
Gambar 6 Tampilan layers

7. Membuat “clip” pada menu geoprocessing antara peta gambut


provinsi dengan batas administrasi kubu raya.

Gambar 7 Clip batas gambut


8. Melakukan “clip” antara data hotspot pertahun dengan batas administrasi.

Gambar 8 Clip data hotspot


9. Ulangi tahap ke-8 untuk hotspot pada tahun lainnya. Hasil clip keseluruhan
terlihat seperti berikut.
Gambar 9 Hasil clip keseluruhan
10. Gunakan layout pada peta dapat dengan menggunakan fitur insert dan
drawing, penambahan teks, legenda, skala bar, arah mata angin, hingga logo
IPB. Hasil layouting akan seperti gambar.

Gambar 10 Hasil layouting peta hotspot


11. Klik kanan pada data hotspot lalu klik “open attribute table”
untuk mengetahui informasi data hotspot.
12. “Add fields” tabel X dan Y untuk mengetahui longitude dan latitude pada
data lalu klik kanan pada tabel X/Y dan pilih “calculate geometry”
. Format pengisian disesuaikan dengan X dan Y pada tabel.
Gambar 11 Opsi calculate geometry
13. Export data ke excell dengan format dBase file.
14. Olah data excell dengan tampilan sebagai berikut.

Gambar 12 Olah data Excell


III HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 13 Peta sebaran hotspot Modis Terra/ Aqua Kabupaten Kubu Raya

Tabel 1 Rekapitulasi data hotspot


Jumlah
No Tahun
Hotspot
1 2015 964
2 2016 208
3 2017 151
4 2018 1156
5 2019 847
6 2020 40
7 2021 241
Total 3607
Rekapitulasi Data Hotspot
1400

1200
Jumlah Hotspot
1000

800

600

400

200

0
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Tahun

Gambar 14 Diagram batang rekapitulasi data hotspot

Berdasarkan Permenhut No. P12//P Menhut-II/2009 pasal 1, titik panas


(Hotspot) adalah indikator kebakaran hutan yang mengindikasikan suatu lokasi
yang memiliki suhu relatif tinggi dibandingkan suhu disekitarnya. Hotspot
merupakan suatu area yang memiliki suhu lebih tinggi dibandingkan dengan
sekitarnya yang dapat dideteksi oleh satelit. Area tersebut direpresentasikan dalam
suatu titik yang memiliki koordinat tertentu. Meskipun tidak selamanya titik panas
yang terekam dalam citra satelit menunjukkan terjadinya kebakaran, secara kualitas
biasanya jumlah titik panas yang bergerombol, disertai asap dan terpantau terjadi
berulang menunjukkan adanya kejadian kebakaran di suatu wilayah (Kumalawati
et al. 2019).
Satelit Terra/ Aqua yang diluncurkan 18 Desember 1999 (Terra) dan 4 Mei
2002 (Aqua) merupakan misi National Aeronautics and Space Administration
(NASA) terdiri dari beberapa instrumen seperti MODerate-resolution Imaging
Spectroradiomete (MODIS) yang dapat mengobservasi fenomena-fenomena di
darat, laut, dan atmosfer. Satelit Terra/ Aqua merupakan satelit meteorologi dengan
orbit polar dengan resolusi mencapai 0.25 km – 1 km menghasilkan cakupan global
setiap 1-2 kali dalam satu hari dengan pola sapuan ±55⁰ pada ketinggian orbit 705
km dpl dan lebar sapuan 2330 km (NASA 2013). Satelit Terra mengorbit Bumi dari
Utara ke Selatan dan melintasi Equator di pagi hari, sebaliknya satelit Aqua
bergerak dari Selatan ke Utara dan melintasi equator di siang/sore hari. Di satelit
ini terdapat sensor MODIS yang terdiri dari 36 band dan resolusi spasial dari 250
m (bands 1 – 2), 500 m (bands 3 - 7) dan 1000 m (bands 8 - 36) (Sipayung et al.
2016).
Kabupaten Kubu Raya dan Ketapang berada pada tingkat kerawanan
kebakaran pada kelas sangat rawan, tinggi, dan sedang karena berdasarkan data luas
KHG, Kabupaten Kubu Raya dan Ketapang memiliki Kesatuan Hidrologi Gambut
terluas dengan luas 1.065.534,93 Ha dan 856.296,04 Ha. Berdasarkan peta sebaran
hotspot Modis Terra/ Aqua Kabupaten Kubu Raya (Gambar 13), sebaran hotspot
memiliki pola yang sama, namun yang membedakan adalah daerah kemunculan
titik panas berdasarkan kelas curah hujannya. Penyebab tingginya fluktuasi titik
panas pada tahun 2015 dan 2019 dengan kecenderungan berada pada kelas 1.500-
3.000mm/tahun dengan jumlah tertinggi pada tahun 2015 dengan 2.192 kejadian,
disebabkan oleh fenomena El-Nino sehingga menaikkan suhu permukaan air laut,
menyebabkan kekeringan berkepanjangan dan menaikkan suhu permukaan tanah,
hal ini didukung penelitian Yananto dan Dewi (2016) yang menjelaskan peta suhu
permukaan laut Indonesia selama satu tahun di tahun 2015, terjadi anomali suhu
atau kenaikan suhu permukaan laut. Kelas curah hujan 1.500 - 3.000 mm/tahun
merupakan jenis hujan kering. Menurut Adam et al. (2019), masa transisi antara
musim hujan dan masuknya musim kemarau sehingga menyebabkan fluktuasi
jumlah titik panas yang tinggi. Titik panas juga dipengaruhi oleh perbedaan suhu
permukaan lahan dan dapat muncul secara sengaja maupun tidak disengaja
berdasarkan perbedaan suhu permukaan lahan tanpa dipengaruhi oleh fenomena
iklim (Humam et al. 2020). Susiati et al. (2019) mengatakan bahwa titik panas dapat
muncul secara sengaja maupun tidak disengaja berdasarkan perbedaan suhu
permukaan lahan tanpa dipengaruhi oleh fenomena iklim.
Hasil rekapitulasi pada Tabel 1 menunjukkan titik hotspot di Kabupaten
Kubu Raya pada tahun 2015 terdapat 964 titik hotspot dan tergolong terbesar kedua
setelah tahun 2018. Sesuai dengan literatur Warganda et al. (2018), tahun
1997/1998, 2003/2004 dan 2015 Indonesia mengalami peristiwa kebakaran baik
hutan tropika dan lahan gambut paling parah di seluruh dunia. Gambaran situasi
meliputi kota diselimuti kabut asap (smog), hutan/ lahan gambut terbakar dan
peningkatan titik api (hotspot) khususnya di pulau Sumatera dan Kalimantan.
Keadaan ini meluas hingga ke Negara tetangga, Singapura, dan Malaysia. Tahun
2018 di Kabupaten Kubu Raya memiliki titik hotspot tertinggi sebesar 1156
hotspot. Sedangkan data terendah ditemukan pada tahun 2020 sebanyak 40 hotspot.
Selama lima tahun terakhir, Kalimantan Barat menjadi daerah yang sering terjadi
kebakaran hutan dan lahan gambut. Hal ini dikarenakan Provinsi Kalimantan Barat
yang terletak di pulau Kalimantan merupakan pulau yang memiliki jenis lahan
gambut selain pulau Sumatera dan Papua. Provinsi ini merupakan daerah yang
dilalui garis khatulistiwa dan sebagian besar wilayahnya berupa kawasan gambut.
Secara umum, kawasan gambut mempunyai karakteristik yang mudah terbakar,
kemampuan menyimpan biomassa, serasah, dan tanah mineral (Rachman et al.
2020).
Jumlah hotspot di Kalimantan Barat terbesar ditemukan di Kabupaten Kubu
Raya, sekitar 55,7% sedangkan luasan pembakaran di lahan gambut sebesar
383,374 hektar (22,16%) dari seluruh hutan/ lahan yang terbakar (Syamsiar
2016). Penyebab kebakaran dapat bersifat alami maupun akibat perbuatan manusia.
Dari beragam studi yang telah dilakukan, sangat jelas bahwa penyebab utama
kejadian kebakaran adalah ulah manusia dalam kegiatan penyiapan lahan, baik oleh
masyarakat sebagai petani pengelola lahan pertanian, perkebunan kelapa sawit,
maupun pengelola hutan tanaman industry (HTI). Pembakaran selain dianggap
murah dan mudah juga menghasilkan bahan mineral yang dapat segera diserap oleh
akar tanaman. Berdasarkan studi kasus tahun 2019 di laman ppid.menlhk.go.id,
terdapat pembakaran lahan seluas 274 Ha yang di Dusun Gunung Loncek, Desa
Teluk Bakung, Kecamatan Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Provinsi
Kalimantan Barat. Kasus kebakaran ini murni disebabkan oleh manusia
berdasarkan bukti yang diamankan yaitu 1 korek api gas, 1 ban dalam motor bekas,
1 parang, dan sampel daun yang telah terbakar. Diakses melalui antaranews.com,
pada hari Selasa (11/8) tahun 2020, sekitar 3 hektare lahan gambut yang berada di
Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat terbakar. Kasus bulan Agustus tahun
2021 menurut laman ditjenppi.menlhk.go.id, kebakaran hutan dan lahan kembali
terjadi di Kabupaten Kubu Raya, hal ini terjadi di masa pandemi yang membuat
pemadaman lebih sulit dilakukan, diduga kebakaran tersebut disebabkan adanya
pembakaran oleh masyarakat sekitar.
V SIMPULAN

Hotspot (titik panas) adalah indikator kebakaran hutan dan lahan yang
mendeteksi suatu lokasi yang memiliki suhu relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan suhu disekitarnya. Hotspot di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat
hampir seluruhnya berada pada tutupan lahan gambut, yang berarti lahan yang
terbakar berada pada areal lahan gambut. Dari total 3607 hotspot pada tahun 2015-
2021, titik panas tertinggi di Kabupaten Kubu Raya ditemukan pada tahun 2018
dengan 1156 hotspot dan terendah di tahun 2020 sebanyak 40 hotspot.
DAFTAR PUSTAKA

Adam SS, Rindarjon MG, Karyanto P. 2019. Sistem informasi geografi untuk zonasi
kerentanan kebakaran lahan dan hutan di Kecamatan Malifut, Halmahera Utara.
Jurnal Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer. 6(5): 559-566.
Humam A, Hidayat M, Nurrochman A, Anestatia AI, Yuliantina A, Aji SP. 2020.
Identifikasi daerah kerawanan kebakaran hutan dan lahan menggunakan sistem
informasi geografis dan penginderaan jauh di Kawasan Tanjung Jabung Barat
Provinsi Jambi. Jurnal Geosains dan Remote Sensing. 1(1): 32-42.
Kumalawati R, Nasruddin, Anggraeni RN. 2021. Pemetaan Sebaran Hotspot Data
MODIS AQUA dan TERRA di Kalimantan Selatan. Di dalam: Sofia LA, Legowo
AC, Santoso U, Saputra RA, Baturante ER, Wahab AA, editor. Lingkungan Lahan
Basah. Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah; 2 Apil 2022; Banjarmasin,
Indonesia. Banjarmasin: LPPM ULM.
Kumalawati R, Nasruddin, Elisabeth. 2019. Strategi penanganan hotspot untuk mencegah
kebakaran di Kabupaten Barito Kuala Kalimantan Selatan. Prosiding Seminar
Nasional Lingkungan Lahan Basah. 4(2):351-356.
Rondonuwu C. 2015. Indonesia rilis data kebakaran hutan 2016 di Paris.
https://m.cnnindonesia.com. Diakses pada 2 Juni 2022.
Sawerah S, Muljono P, Tjitropranoto P. 2016. Partisipasi masyarakat dalam pencegahan
kebakaran lahan gambut di Kabupaten Mempawah, Provinsi Kalimantan Barat.
Jurnal Penyuluhan Masyarakat. 12(1): 89-102.
Sipayung SB, Krismianto, Risyanto. Analisis temperatur dan uap air berbasis satelit
TERRA/AQUA (MODIS, Level-2). Jurnal Penginderaan Jauh. 13(1): 23-34.
Susiati H, Suntok H, Alhakim EE, Suryanto S. 2019. Pertimbangan parameter suhu
permukaan tanah dan potensi kebakaran hutan di Calon Tapak PLTN, Provinsi
Kalimantan Barat. Prosiding Seminar Nasional Infrastruktur Energi Nuklir.
hal.195–203.
Syamsiar B. 2016. Keadaan hotspot Kalimantan Barat tahun 2015 dan 2016.
https://www.bpbdkalbar.info. Diakses pada 2 Juni 2022.
Warganda, Nusantara RW, Anwari S. 2018. Strategi pengelolaan kebakaran lahan
berbasis masyarakat dalam upaya pengendalian kebakaran lahan gambut di
Kecamatan Kubu, Kabupaten Kubu, Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal Dinamika
Pengabdian. 3(2): 129-139.
Yananto A, Dewi S. 2016. Analisis kejadian El Nino Tahun 2015 dan pengaruhnya
terhadap peningkatan titik api di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Jurnal Sains
& Teknologi Modifikasi Cuaca. 17(1): 11-126.
LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembagian tugas

TB. Aditia Rizki E44190027 : Olah peta dan data, Metode, Hasil
Yunita Pramisari E44190033 : Pembahasan, editor
Siska Aisyah Sabila E44190053 : Pendahuluan, penutup
Gintan Fatimah E44190056 : Pembahasan, editor

Anda mungkin juga menyukai