Anda di halaman 1dari 95

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengembangan kewirausahaan menjadi salah satu faktor penting dalam

membentuk perekonomian di Kota Pangkalpinang. Kewirausahaan tidak hanya

mampu menciptakan lapangan pekerjaan baru, namun juga mendorong

pertumbuhan ekonomi dan memperkuat daya saing wilayah. Dalam beberapa

tahun terakhir, Kota Pangkalpinang mengalami perkembangan yang signifikan

dalam sektor kewirausahaan. Menurut data dari Badan Pusat Statistik Kota

Pangkalpinang (2020) terdapat sekitar 5.236 usaha mikro, kecil, dan menengah

(UMKM) yang beroperasi di Kota Pangkalpinang. Selain itu, sebanyak 53

UMKM di Kota Pangkalpinang telah berhasil memperoleh sertifikat Halal dari

Majelis Ulama Indonesia (MUI), sehingga mampu meningkatkan daya saing

produk UMKM di pasar lokal maupun nasional. Di era digital saat ini, terdapat

momentum dan potensi besar bagi generasi muda untuk mengembangkan diri

melalui wirausaha khususnya pada bisnis kedai kopi. Menurut Global

Entrepreneurship Monitor (GEM) di tahun 2020, Indonesia menempati

peringkat ke-8 dari 54 negara dalam hal tingkat niat wirausaha di antara

generasi muda dengan persentase sebesar 35,1%. Selain itu, survei yang

dilakukan oleh Kantar Indonesia pada tahun 2021 menunjukkan bahwa 65%

generasi muda di Indonesia berminat untuk terjun dalam dunia wirausaha.

1
Potensi ini dapat dimanfaatkan oleh para pelaku usaha dari kalangan

generasi Kota Pangkalpinang dalam mengembangkan sektor kewirausahaan

khususnya dalam bisnis kedai kopi. Peningkatan jumlah kedai kopi di Kota

Pangkalpinang menunjukkan bahwa

bisnis ini memiliki potensi besar untuk memberikan kontribusi dalam

meningkatkan daya beli dan pertumbuhan perekonomian di daerah tersebut.

Menurut data dari Dinas Perdagangan Kota Pangkalpinang pada tahun 2020,

terdapat sekitar 98 kedai kopi yang beroperasi di Kota Pangkalpinang. Dalam

perspektif makro, industri kedai kopi di Indonesia juga menunjukkan tren yang

positif. Menurut data dari Euromonitor International, nilai pasar industri kopi

di Indonesia meningkat sebesar 8,9% pada tahun 2019 dan diperkirakan akan

terus meningkat dalam beberapa tahun ke depan.

Kedai kopi menjadi peluang usaha mikro dan kecil yang menjanjikan

untuk dikembangkan oleh generasi muda, terutama kalangan mahasiswa di

Kota Pangkalpinang. Ada beberapa alasan yang mendasari hal ini. Pertama,

minat dan konsumsi kopi di Indonesia terus meningkat seiring dengan

perkembangan gaya hidup urban dan budaya kopi yang semakin populer. Data

dari Euromonitor International menunjukkan bahwa konsumsi kopi di

Indonesia meningkat sebesar 7,6% pada tahun 2019 dan diperkirakan akan

terus meningkat dalam beberapa tahun ke depan. Hal ini menunjukkan bahwa

pasar kopi masih memiliki potensi yang besar untuk digarap oleh pelaku usaha

2
kopi. Kedua, lokasi kampus yang menjadi pusat kegiatan akademik dan sosial

bagi mahasiswa merupakan tempat yang strategis untuk membuka usaha kedai

kopi. Selain itu, pelanggan potensial kedai kopi juga meliputi dosen dan staf

kampus, serta masyarakat sekitar kampus. Ini akan memberikan peluang yang

baik bagi mahasiswa untuk mengembangkan usaha sambil menyelesaikan studi

mereka. Ketiga, bisnis kedai kopi memiliki tingkat risiko yang rendah dan

modal yang relatif terjangkau, terutama jika dibandingkan dengan jenis usaha

lainnya. Dalam memulai bisnis ini, mahasiswa dapat memanfaatkan modal

usaha yang mereka miliki atau mencari investor yang tertarik untuk

berinvestasi dalam bisnis tersebut.

Berdasarkan rasionalitas yang telah disampaikan diatas, maka kedai

kopi menjadi peluang usaha yang menjanjikan untuk dikembangkan oleh

generasi muda khususnya kalangan mahasiswa di Kota Pangkalpinang. Dengan

modal yang terjangkau dan lokasi yang strategis, bisnis ini dapat membantu

mahasiswa dalam mencapai tujuan mereka dalam bidang pendidikan dan

pengembangan wirausaha.

Sebuah usaha yang hendak dirintis harus memiliki studi kelayakan

bisnis dan menyusun strategi bisnis yang baik untuk memastikan keberhasilan

dan kelangsungan bisnis tersebut. Menurut Philip Kotler (1997), studi

kelayakan bisnis adalah proses penilaian keseluruhan potensi bisnis, baik dari

segi ekonomi, pasar, teknis, maupun manajemen, sehingga dapat menentukan

3
apakah bisnis tersebut layak untuk dijalankan atau tidak. Selain itu, menyusun

strategi bisnis juga penting untuk memastikan arah dan tujuan bisnis yang jelas,

serta cara mencapainya.

Salah satu konsep dasar dalam ilmu manajemen yang berkaitan dengan

studi kelayakan bisnis dan strategi bisnis adalah SWOT Analysis (Strengths,

Weaknesses, Opportunities, Threats). Menurut David (2011), SWOT Analysis

adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengevaluasi faktor internal dan

eksternal yang mempengaruhi keberhasilan sebuah organisasi atau bisnis.

Dengan melakukan analisis SWOT, bisnis dapat mengidentifikasi kekuatan dan

kelemahan internal bisnis, serta peluang dan ancaman eksternal yang

mempengaruhi bisnis. Hal ini dapat membantu bisnis dalam membuat strategi

yang tepat untuk mencapai tujuan bisnisnya.

Analisis lingkungan merupakan proses penting dalam menyusun

strategi bisnis, dimana lingkungan yang baik akan membantu bisnis dalam

mencapai tujuannya. Analisis lingkungan terdiri dari analisis internal dan

eksternal yang dilakukan untuk memahami kekuatan dan kelemahan internal

bisnis, serta peluang dan ancaman eksternal yang mempengaruhi bisnis.

Strengths dan weaknesses adalah faktor internal yang mempengaruhi

keberhasilan bisnis, sedangkan opportunities dan threats adalah faktor eksternal

yang mempengaruhi bisnis. Dengan melakukan analisis SWOT, bisnis dapat

mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan internal bisnis, serta peluang dan

ancaman eksternal yang mempengaruhi bisnis. Hal ini dapat membantu bisnis

4
dalam membuat strategi yang tepat untuk mencapai tujuan bisnisnya. Setelah

melakukan analisis lingkungan, bisnis dapat menyusun strategi bisnis yang

sesuai dengan faktor-faktor yang telah diidentifikasi. Strategi bisnis harus

didasarkan pada visi dan misi bisnis, serta tujuan yang ingin dicapai. Dalam

menyusun strategi bisnis, bisnis harus mempertimbangkan faktor-faktor yang

telah diidentifikasi dalam analisis SWOT.

Selain itu, strategi bisnis juga harus mampu dievaluasi secara berkala

untuk memastikan bahwa bisnis masih berada pada jalur yang tepat. Evaluasi

dapat dilakukan dengan melakukan analisis SWOT secara berkala dan

membandingkan kinerja bisnis dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dengan

melakukan evaluasi secara berkala, bisnis dapat menentukan apakah strategi

bisnis yang digunakan masih efektif atau perlu diubah. Analisis lingkungan

yang baik akan membantu bisnis dalam menyusun strategi bisnis yang efektif.

SWOT Analysis adalah teknik yang sering digunakan dalam analisis

lingkungan dan dapat membantu bisnis dalam mengidentifikasi faktor-faktor

yang mempengaruhi bisnis.

Selain analisis SWOT, terdapat beberapa instrumen manajemen

strategis lain yang dapat digunakan untuk membantu pengembangan strategi

bisnis. Salah satu instrumen tersebut adalah Analisis Lima Kekuatan Porter

(Porter's Five Forces Analysis). Analisis Lima Kekuatan Porter membantu

dalam memahami persaingan di dalam industri tertentu, dan melihat kekuatan

yang mempengaruhi industri tersebut seperti kekuatan supplier, kekuatan

5
pembeli, ancaman dari pesaing, ancaman dari produk pengganti, dan ancaman

dari masuknya pesaing baru. Instrumen lain yang dapat digunakan adalah

Analisis PESTEL (Political, Economic, Sociocultural, Technological,

Environmental, Legal). Analisis PESTEL membantu dalam memahami

lingkungan bisnis secara makro, termasuk faktor politik, ekonomi, sosial,

teknologi, lingkungan, dan hukum yang mempengaruhi operasi bisnis. Dengan

memahami faktor-faktor tersebut, pengambilan keputusan dalam

mengembangkan strategi bisnis dapat menjadi lebih efektif.

Analisis Lima Kekuatan Porter dan Analisis PESTEL dapat digunakan

untuk menganalisis unit usaha baru yang berukuran mikro dan kecil. Analisis

Lima Kekuatan Porter dapat membantu untuk memahami persaingan di dalam

industri tertentu, sehingga dapat membantu dalam merancang strategi yang

tepat. Sementara Analisis PESTEL dapat membantu dalam memahami

lingkungan bisnis secara makro, termasuk faktor politik, ekonomi, sosial,

teknologi, lingkungan, dan hukum yang mempengaruhi operasi bisnis.

Sebuah studi yang menerapkan alat analisis manajemen strategi pada

usaha skala mikro dan kecil adalah penelitian yang dilakukan oleh Hsu dan

Hung (2018) terhadap usaha roti di Taiwan. Penelitian ini menerapkan Analisis

Lima Kekuatan Porter dan Analisis SWOT untuk menganalisis faktor-faktor

internal dan eksternal yang mempengaruhi keberhasilan usaha roti tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persaingan yang ketat di industri

roti merupakan tantangan utama bagi usaha tersebut, tetapi dengan menerapkan

6
strategi diferensiasi produk dan fokus pada kualitas produk, usaha tersebut

berhasil mengatasi tantangan tersebut dan menciptakan pangsa pasar yang

stabil. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa penggunaan

teknologi dalam operasi usaha, seperti sistem manajemen inventaris dan

pemasaran online, dapat membantu dalam meningkatkan efisiensi dan

efektivitas usaha.

Kedai "Candu Coffee" Pangkalpinang merupakan usaha makanan dan

minuman berskala kecil yang berdiri sejak tahun 2022 dan telah berjalan

hingga saat penelitian dijalankan tahun 2023. Kedai kopi ini didirikan pada

tahun 2022 tepatnya di bulan September tanggal 10 disaat tiga orang sahabat

dengan status sebagai mahasiswa terdaftar program “Merdeka Belajar-Kampus

Merdeka” di lingkungan STIE-IBEK Pangkalpinang. Ketiga founder dan co-

founder memiliki persamaan terhadap komoditas kopi asli Indonesia. Kedai

kopi ini menawarkan berbagai jenis minuman kopi, termasuk minuman

berbasis espresso, kopi tubruk (mud coffee atau silt coffee) yang disajikan

dengan suhu panas berikut minuman dingin. Kedai Kopi ‘Candu Coffee” juga

menawarkan pilihan kue-kue dan makanan ringan untuk menemani minuman

kopi mereka. Exterior kedai kopi ini didesain untuk memberikan suasana yang

nyaman dan nyaman bagi para pelanggan untuk menikmati kopi mereka,

walaupun memiliki konsep sebagai street vendor cart.

Pendirian Candu Coffee telah berkontribusi pada budaya kopi yang

berkembang di Kota Pangkalpinang, dengan semakin banyaknya orang yang

7
tertarik dengan kopi spesial. Kesuksesan Candu Coffee dalam periode waktu

yang relatif singkat tidak lepas dari komitmen para pendiri untuk bertekun dan

menjaga kualitas kopi dan layanan pelanggan. Kedai kopi ini juga terlibat

dengan komunitas lokal dengan mengadakan acara dan lokakarya untuk

mengedukasi masyarakat tentang kopi. Secara keseluruhan, Candu Coffee telah

menjadi alternatif yang semakin populer bagi para pecinta kopi di Kota

Pangkalpinang.

Salah satu tantangan utama adalah persaingan yang ketat di pasar.

Menurut sebuah studi oleh M Chandrasekaran, SM Basheer dkk. (2015), ada

banyak jaringan kopi lokal dan internasional yang beroperasi di Indonesia

yang menyulitkan bisnis skala kecil seperti Candu Coffee untuk menarik

pelanggan. Tantangan ini ternyata cukup dirasakan dalam wilayah pelayanan

dari kedai Candu Coffee yaitu Kota Pangkalpinang. Selain terdapat coffee shop

maupun kedai kopi yang telah memiliki pengalaman dan relatif besar dari

perspektif skala ekonomi, keterbatasan akan sumber daya baik manusia,

kreatifitas maupun inovasi masih dominasi sebagai aspek penghambat dari

operasional bisnis kedai ini.

Freddy Rangkuti (2015) memberikan penjelasan bahwa strategi

pengembangan usaha ditinjau dari empat perspektif, dimana penjelasannya

dapat diuraikan dibawah ini;

Perspektif Produktivitas: Perspektif ini berkaitan dengan efisiensi dan

efektivitas dalam produksi. Fokus utamanya adalah pada bagaimana

8
meningkatkan kualitas produk, mengurangi biaya produksi, dan meningkatkan

efisiensi dalam proses produksi. Tujuan dari perspektif ini adalah untuk

meningkatkan produktivitas dan daya saing usaha.

Perspektif Keuangan: Perspektif ini berkaitan dengan pencapaian tujuan

keuangan usaha. Fokus utamanya adalah pada bagaimana meningkatkan

pendapatan, mengurangi biaya, dan meningkatkan profitabilitas. Tujuan dari

perspektif ini adalah untuk menciptakan keuntungan yang maksimal bagi

usaha.

Perspektif Pemasaran: Perspektif ini berkaitan dengan bagaimana

meningkatkan daya tarik dan kepuasan pelanggan. Fokus utamanya adalah

pada bagaimana meningkatkan pemasaran produk, memperluas jaringan

distribusi, dan meningkatkan kualitas layanan kepada pelanggan. Tujuan dari

perspektif ini adalah untuk meningkatkan pangsa pasar dan loyalitas

pelanggan.

Perspektif Legalitas & Syarat Ekspansi: Perspektif ini berkaitan dengan

aspek hukum dan regulasi yang berkaitan dengan usaha serta persiapan untuk

ekspansi usaha ke wilayah yang lebih luas. Fokus utamanya adalah pada

bagaimana memenuhi persyaratan legalitas dan regulasi, serta mempersiapkan

diri untuk ekspansi usaha. Tujuan dari perspektif ini adalah untuk memastikan

bahwa usaha beroperasi sesuai dengan hukum dan dapat diterima secara legal

di pasar yang lebih luas.

Strategi pengembangan usaha menurut Freddy Rangkuti (2015) dan

9
PESTEL seperti yang dijelaskan oleh Kotler (2019) dan Porter (2008) dapat

diketahui memiliki perbedaan dalam hal fokus dan cakupan analisis. Adapun

penjelasan atas perbandingan antara kedua model sebagai berikut:

1. Fokus Analisis

a. Rangkuti: Lebih menekankan pada pengembangan internal usaha

seperti produktivitas, keuangan, pemasaran dan legalitas serta

syarat ekspansi usaha.

b. PESTEL: Lebih menekankan pada faktor-faktor eksternal yang

mempengaruhi usaha seperti politik, ekonomi, sosial, teknologi,

lingkungan dan hukum.

2. Cakupan Analisis

a. Rangkuti: Menjelaskan bagaimana perusahaan dapat

meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam mengelola sumber

daya dan operasi internal.

b. PESTEL: Menjelaskan faktor-faktor eksternal yang dapat

mempengaruhi lingkungan bisnis perusahaan serta menentukan

strategi yang tepat untuk menghadapinya.

Meskipun memiliki fokus dan cakupan yang berbeda, kedua model

tersebut dapat saling melengkapi dalam melakukan analisis strategi bisnis.

Strategi pengembangan usaha menurut Freddy Rangkuti (2015) dapat dijadikan

sebagai panduan dalam mengembangkan internal usaha sedangkan PESTEL

10
dapat memberikan gambaran mengenai kondisi eksternal yang mempengaruhi

usaha tersebut.

Berdasarkan penjelasan pada bagian pendahuluan diatas, maka peneliti

termotivasi untuk menjalankan sebuah penelitian dengan judul; “Analisis

Strategi Pengembangan Usaha; Studi Kasus Pada Kedai ‘Candu Coffee’ di

Kota Pangkalpinang’.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Apa saja proses untuk perumusan dan implementasi strategi dalam

Pendirian Usaha Kedai ‘Candu Coffee’ di Kota Pangkalpinang?

2. Apa saja faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pendirian

dan operasional Kedai ‘Candu Coffee’ di Kota Pangkalpinang?

3. Apa yang hendak dilakukan Kedai ‘Candu Coffee’ di Kota

Pangkalpinang guna melakukan evaluasi atas manajemen strategi

yang akan diterapkan?

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka peneliti merumuskan

masalah dalam proposal sebagai berikut:

1. Bagaimana cara merumuskan dan mengimplementasikan strategi

pengembangan usaha berdasarkan 4 perspektif lingkungan Internal

Rangkuti (2015) dalam membangun Kedai 'Candu Coffee' di Kota

11
Pangkalpinang?

2. Bagaimana cara merumuskan dan mengimplementasi strategi

pengembangan usaha berdasarkan perspektif lingkungan Eksternal

PESTEL dalam membangun Kedai 'Candu Coffee' di Kota

Pangkalpinang?

3. Bagaimana merumuskan aspek Evaluatif untuk Kedai 'Candu Coffee'

di Kota Pangkalpinang dalam rangka mengembangkan dan

mengendalikan manajemen strategi untuk kepentingan unit bisnisnya

di masa datang?

1.4 Batasan Masalah

Peneliti menyadari bahwa penelitian akan lebih terarah dan fokus

bilamana dibatasi permasalahan penelitian agar tidak bias. Adapun batasan

masalah yang telah ditetapkan oleh peneliti adalah “Analisis Strategi

Pengembangan Usaha; Studi Kasus pada Kedai “Candu Coffee” Kota

Pangkalpinang”.

1.5 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui bagaimana strategi pengembangan usaha Kedai “Candu

Coffe” Pangkalpinang berdasarkan perspektif Produktivitas.

2. Mengetahui bagaimana strategi pengembangan usaha Kedai “Candu

Coffe” Pangkalpinang berdasarkan perspektif Keuangan.

12
3. Mengetahui bagaimana strategi pengembangan usaha Kedai “Candu

Coffe” Pangkalpinang berdasarkan perspektif Pemasaran.

4. Mengetahui bagaimana strategi pengembangan usaha Kedai “Candu

Coffe” Pangkalpinang berdasarkan perspektif Legalitas dan Syarat

Ekspansi

1.6 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis dan

penulis mampu mengaplikasikan teori penelitian terdahulu dalam

kehidupan nyata, terutama dalam bidang manajemen strategi.

2. Bagi Perusahaan/Instansi.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pihak

Kedai “Candu Coffee” Pangkalpinang dalam menggunakan strategi usaha

yang tepat dalam mengembangkan usaha.

3. Bagi Pihak Akademisi.

Hasil penelitian diharapkan dapat membantu proses belajar mengajar

dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan, terutama yang berhubungan

dengan manajemen strategi bisnis.

4. Bagi Pihak Lain.

13
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan referensi untuk

penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan manajemen strategi.

1.7 Sistematika Penelitian

Sistematika ini disajikan untuk memberikan gambaran secara singkat

tentang susunan dan isi skripsi yang akan dibuat secara keseluruhan oleh

penulis. Garis besarnya adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi uraian mengenai latar belakang, identifikasi masalah, rumusan

masalah, batasan masalah, manfaat penelitian, tujuan penelitian, serta

sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Landasan teori ini merupakan penjabaran segala data yang berupa teori-teori

yang berhubungan dan mendukung pembahasan masalah yang dibahas Berisi

tentang manajemen, manajemen strategi, produktivitas, keuangan, manajemen

pemasaran, pemasaran, strategi pemasaran, pengembangan usaha, strategi

pengembangan usaha, penelitian terdahulu, dan kerangka berpikir, daftar

pustaka.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini penulis akan menguraikan mengenai masalah yang berhubungan

dengan metodologi penelitian yang digunakan dalam menganalisis data. Berisi

14
tentang objek penelitian, pengumpulan data, pengukuran variabel dan

metodologi analisis data.

BAB IV : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini berisikan sejarah singkat perusahaan dan visi misi

perusahaan.

BAB V : PEMBAHASAN

Bab ini menyajikan inti dari penelitian yang berisi penjelasan dan pembahasan

masalah dengan menunjukkan analisis-analisis perbandingan, penggabungan, dan

penerapan antara data-data dan teori-teori yang telah dijelaskan penulis pada bab

sebelumnya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini merupakan bab penutup dari skripsi yang menyajikan kesimpulan dan

saran penulis.

15
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Manajemen

Jika mendengar kata Manajemen, pasti langsung terfokus pada ilmu dan seni

untuk mengatur dan mengarahkan orang atau sumber daya yang dimiliki untuk

mencapai sasaran yang ingin dicapai secara efektif dan efisien. Pernyataan tersebut

selaras dengan pendapat beberapa ahli yang telah melakukan banyak penelitian

mengenai Manajemen. Seperti yang dijelaskan Handoko (2012:8) Manajemen adalah

proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan para anggota

perkumpulan orang dan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk mencapai

tujuan bersama yang telah disetujui.

Kemudian menurut (Hasibuan 2020) manajemen meruapakan ilmu dan seni

mengatur suatu proses pemanfaatan sumber daya dan sumber lainnya secara efektif

dan efisien. Siswanto (2012:1) juga mengatakan bahwa Manajemen adalah seni dan

ilmu dalam perencanaan, pengorganisasian, dorongan, dan pengendalian terhadap

orang dan metode kerja untuk mencapai tujuan. Dari penjelasan para ahli tersebut

dapat disimpulkan bahwa, Manajemen adalah segala sesuatu upaya yang dilakukan

untuk mengatur, mengontrol dan mengelola berbagai sumber daya untuk mencapai

tujuan yang diinginkan dan disepakati baik individu maupun kelompok secara efektif

dan efisien.

16
2.2 Manajemen Strategi

Beberapa ahli menjelaskan pendapatnya berkaitan dengan ilmu manajemen

strategi, antara lain William F. Glueck dan Lawrence R. Jauch (1998), yang

menjelaskan bahwa Strategi merupakan sebuah rencana yang dijadikan satu, luas dan

terintegrasi yang menyatukan keunggulan perusahaan dengan tantangan lingkungan

serta dibuat untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat diperoleh

melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi perusahaan tersebut.

Joewono (2012), juga menjelaskan bahwa Strategi bisnis yaitu strategi untuk

mencapai suatu tujuan yang dianalogikan seperti strategi catur, yang mana terdapat

strategi sistematika berpikir, menyusun rencana, kesiapan dalam melangkah,

keberanian dalam mengambil risiko dan semangat untuk memperoleh kemenangan

dalam suatu pertandingan. Strategi yang dimaksud adalah beberapa karakteristik

dalam permainan catur yang relevan dengan praktik pengelolaan bisnis.

Kemudian Fred R. David (2011), juga menjelaskan Strategi adalah tindakan

potensial yang memerlukan keputusan manajemen puncak dan sumber daya

perusahaan dalam jumlah banyak. Strategi juga mempengaruhi perkembangan jangka

panjang dan berorientasi terhadap masa datang Strategi mengandung konsekuensi

multi fungsional dan multidivisional serta penting mempertimbangkan dengan baik

faktor internal dan eksternal yang dihadapi oleh individu, kelompok, perusahaan atau

organisasi tertentu.

Berdasarkan dari penjelasan pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi

bisnis adalah suatu usaha untuk mencapai tujuan dengan melihat dan memadukan

17
keunggulan kemampuan atau potensi lingkungan eksternal dan internal sehingga

menghasilkan rencana, keputusan dan tindakan yang tepat dalam bisnis untuk

kedepan jauh lebih baik, efektif dan efisien menghadapi tantangan atau perubahan

masa datang.

2.2.1 Tipe Tipe Strategi

Menurut tipikal bisnis perusahaan biasanya mempertimbangkan

tiga (Wheleen dan Hunger : 2012) :

a. Strategi Korporat Menyatakan bahwa secara keseluruhan direksi perusahaan

memiliki sikap secara umum terhadap pertumbuhan bisnis dan manajemen bisnis

yang yang berbeda beda dan memiliki beberapa lini produk. Tipikal strategi

korporat dikatakan sehat dengan tiga kategori yaitu stabilitas, pertumbuhan, dan

penghematan.

b. Strategi Bisnis Biasanya strategi bisnis terjadi pada unit bisnis atau level produk,

dan menekankan peningkatan posisi yang kompetitif dari produk atau jasa

perusahaan di industri yang spesifik atau segmen pasar yang telah dilakukan unit

bisnis. Strategi bisnis dikatakan sehat dengan dua kategori yaitu strategi yang

kompetetif dan kooperatif.

c. Strategi Fungsional Strategi ini menggunakan pendekatan yang melalui area

fungsional untuk mencapai tujuan perusahaan dan unit bisnis dan strategi untuk

memaksimalkan produktifitas sumber daya.

18
2.2.2 Manfaat Manajemen Strategi

a. Membantu Arah Organisasi. Artinya memungkinkan untuk mengidentifikasi,

menentukan prioritas, serta eksploitasi peluang yang ada.

b. Mengantisipasi Dinamika & Perubahan. Kemajuan teknologi dan Ilmu

Pengetahuan terdeteksi dengan baik untuk fit-in terhadap perubahan bisnis

yang akan timbul.

c. Membantu Mengakomodir Kepentingan Stakeholder. Pihak-pihak pemangku

kepentingan dapat dengan jelas diketahui kebutuhan dan harapan terhadap

bisnis yang dijalankan oleh Perusahaan.

d. Meningkatkan Keterlibatan Berbagai Pihak. Persaingan sesungguhnya dapat

dihindari ketika Perusahaan memiliki kemampuan untuk dapat melibatkan

pihak lain dalam konfigurasi bisnis Perusahaan.

e. Menghindari Overlapping & Meningkatkan Efektifitas - Efisiensi. Perusahaan

sering menghadapi ketidakefisienan disaat keputusan yang diambil justru

overlapping dengan departemen atau sop yang telah dijalankan.

2.3 Produktivitas

Produktivitas merupakan faktor penting bagi penentuan

keberhasilan perusahaan. Jika produktivitas kerja karyawan selalu

mengalami kenaikan yang signifikan dari waktu ke waktu, maka

perusahaan akan mudah mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Apalagi

di era industri 4.0 seperti sekarang ini, semua perusahaan berlomba –

19
lomba untuk memaksimalkan kinerja karyawan dengan terus

meningkatkan produktivitas sehingga perusahaan mampu bertahan

ditengah persaingan yang semakin ketat.

Beberapa ahli menjelaskan pendapatnya berkaitan dengan

Produktivitas sebagai berikut :

a. Menurut Hasibuan dalam Busro (2018) produktivitas adalah perbandingan

antara output (hasil) dengan input (masukan). Jika produktivitas naik akan

meningkatkan efisiensi (waktu-bahan-tenaga) dan sistem kerja, teknik

produksi dan adanya peningkatan keterampilan dari tenaga kerjanya.

b. Menurut Riyanto dalam Elbandiansyah (2019:250), secara teknis

produktivitas adalah suatu perbandingan antara hasil yang dicapai (output)

dengan keseluruhan sumber daya yang diperlukan (input). Produktivitas

mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran

tenaga kerja persatuan waktu.

c. Menurut Malayu Hasibuan (Hartatik 2018: 208), mengungkapkan bahwa

secara lebih sederhana, maksud dari “produktivitas adalah perbandingan

secara ilmu hitung antara jumlah yang dihasilkan dan jumlah setiap sumber

yang digunakan selama produksi berlangsung, dan sumber tersebut dapat

berupa tanah, bahan baku dan bahan pembantu, pabrik, mesin-mesin, dan alat-

alat, serta tenaga kerja.”

d. Menurut Sutrisno (2016: 99), “produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif.

Suatu perbandingan antara hasil keluaran dan masukan”.

20
e. Menurut Tohardi (Sutrisno 2016: 100), mengemukakan bahwa “produktivitas

adalah sikap mental yang selalu mencari perbaikan terhadap apa yang telah

ada. Suatu keyakinan bahwa seseorang dapat melakukan pekerjaan lebih baik

hari ini dari pada hari kemarin dan esok lebih baik hari ini”.

f. Menurut (ILO) International Labour Organization (Hartatik 2018: 208),

“produktivitas adalah perbandingan secara ilmu hitung antara jumlah yang

dihasilkan dan jumlah setiap sumber yang digunakan selama produksi

berlangsung”.

Produktivitas kerja karyawan adalah hasil keluaran (output) yang

dilihat dari segi kualitas dan kuantitas barang atau jasa, berdasarkan

waktu dan standar yang ditetapkan oleh perusahaan. Produktivitas kerja

karyawan dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain mental dan

kemampuan fisik karyawan, hubungan antara atasan dan bawahan,

motivasi kerja karyawan, pendidikan, disiplin kerja, keterampilan, sikap

dan etika kerja, gizi dan kesehatan, tingkat penghasilan atau gaji,

kecanggihan teknologi yang digunakan, kesempatan berprestasi.

2.4 Keuangan

Keuangan adalah mempelajari bagaimana individu, bisnis, dan

organisasi meningkatkan, mengalokasi, dan menggunakan sumber daya

moneter sejalan dengan waktu, dan juga menghitung risiko dalam

menjalankan projek mereka. Istilah dapat berarti, Ilmu keuangan dan

21
asset lainnya, Manajemen asset tersebut, Menghitung dan mengatur

risiko proyek.

Menurut (Ridwan dan Inge, 2003) Keuangan Merupakan Ilmu

dan seni dalam mengelola uang yang mempengaruhi kehidupan setiap

organisasi. Keuangan berhubungan dengan proses, lembaga, pasar, dan

instrument yang terlibat dalam transferuang diantara individu maupun

antara bisnis dan pemerintah.

Keuangan juga biasa didefinisikan sebagai manajemen

keuangan, yaitu segala kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan

cara memperoleh, menggunakan, serta mengelola keuangan perusahaan

untuk mencapai tujuan utama perusahaan. Manajemen keuangan

merupakan hal yang penting untuk diterapkan pada perusahaan. Hal ini

dikarenakan, keuangan merupakan salah satu pondasi yang kuat untuk

pertumbuhan dan perkembangan perusahaan.

2.5 Manajemen Pemasaran

Manajemen pemasaran berkaitan dengan kegiatan perusahaan

dalam perencanaan pemasaran dan upaya untuk mencapai kepuasan

pelanggan sebagai tujuan perusahaan. Kegiatan manajemen pemasaran

akan menentukan bagaimana nantinya perusahaan memadukan

kemampuan individu maupun kelompok untuk membawa arah

perusahaan agar dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen

22
akan sebuah produk Dalam hal ini perusahaan akan melakukan berbagai

upaya agar produk tepat sasaran dan konsumen puas dengan produk

yang ditawarkan.

Kotler dan Keller (2011:6) menjelaskan, Manajemen pemasaran

merupakan seni dan ilmu memilih target pasar dalam mencari atau

mendapatkan, mempertahankan, serta memperbanyak pelanggan dengan

menciptakan, mendistribusikan, dan mengkomunikasikan nilai

pelanggan secara luas. Sedangkan Buchari dan Djaslim (2010:5)

menambahkan penjelasannya, Manajemen pemasaran merupakan sebuah

upaya perencanaan dan pelaksanaan yang terkonsep, penetapan harga,

promosi dan pendistribusian, barang dan jasa, guna menghasilkan

pertukaran yang memuaskan individu maupun kelompok dan memenuhi

tujuan organisasi.

Tjiptono (2011:2) juga mengatakan, Manajemen pemasaran

adalah sebuah sistem menyeluruh berkaitan dengan bisnis yang

dirancang untuk merencanakan, menetapkan harga, serta

mendistribusikan produk, yang mampu memuaskan keinginan pasar

dalam rangka mencapai tujuan perusahaan.

Dari penjelasan para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa

manajemen pemasaran adalah seni dan ilmu untuk merencanakan,

menetapkan harga terbaik, dan pendistribusian produk kepada target

pasar dan memenuhi kepuasan pelanggan yang adalah tujuan dari

23
individu, kelompok maupun perusahaan tersebut.

Manajemen pemasaran memiliki hubungan erat dengan

kelangsungan bisnis masa datang Maksudnya adalah dalam menentukan

target pasar yang tepat, kemudian menentukan harga produk yang sesuai

dan dapat dijangkau oleh konsumen, dan juga dalam menentukan

kemasan produk atau jasa supaya lebih mudah diterima oleh berbagai

kalangan sesuai produk yang ditawarkan. Tujuan utama dari manajemen

pemasaran ini agar kedepan perusahaan akan mampu bersaing,

mempertahankan dan bahkan mengembangkan usahanya masa datang.

2.5.1 Pemasaran

Pemasaran bagi seluruh pelaku bisnis adalah suatu kegiatan yang sangat

penting karena berpengaruh bagi kelangsungan hidup, laba dan pertumbuhan. Berikut

ini adalah pendapat ahli mengenai pengertian pemasaran : Menurut Laksana (2019:1)

pemasaran adalah bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan kegiatan

transaksi produk barang atau jasa. Sehingga pengertian pasar bukan lagi merujuk

kepada suatu tempat tapi lebih kepada aktifitas atau kegiatan pertemuan penjual dan

pembeli dalam menawarkan suatu produk kepada konsumen.

Menurut Tjiptono dan Diana (2020:3), pemasaran adalah proses

menciptakan, mendistribusikan, mempromosikan, dan menetapkan harga barang, jasa

dan gagasan untuk memfasilitasi relasi pertukaran yang memuaskan dengan para

24
pelanggan dan untuk membangun dan mempertahankan relasi yang positif dengan

para pemangku kepentingan dalam lingkungan yang dinamis.

Menurut Limakrisna dan Purba (2017:4), pemasaran adalah salah satu

kegiatan dalam perekonomian yang membantu dalam menciptakan nilai ekonomi.

Nilai ekonomi itu sendiri menentukan harga barang dan jasa. Faktor penting dalam

menciptkan nilai tersebut adalah produksi, pemasaran, dan konsumsi. Pemasaran

menjadi penghubung antara kegiatan produksi dan konsumsi.

Menurut Manap (2016:5), pemasaran adalah suatu proses perencanaan

dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, penentuan proses produk, promosi dan

tempat atau distribusi, sekaligus merupakan proses sosial dan manajerial untuk

mencapai tujuan.

Menurut Sunyoto (2019:19), pemasaran adalah kegiatan manusia yang

bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan langganan melalui proses

pertukaran dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Dari definisi

diatas dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah suatu kegitan yang dilakukan oleh

perorangan atau sekelompok orang untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan

memberikan keuntungan.

2.5.2 Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran menurut Kotler (Kotler and Amstrong, 2012) adalah

logika pemasaran dimana perusahaan berharap dapat menciptakan nilai bagi customer

dan dapat mencapai hubungan yang menguntungkan dengan pelanggan.

25
Strategi pemasaran adalah rencana yang menjabarkan ekspektasi perusahaan

akan dampak dari berbagai aktivitas atau program pemasaran terhadap permintaan

produk atau lini produknya di pasar sasaran tertentu.Perusahaan bisa menggunakan

dua atau lebih program pemasaran secara bersamaan, sebab setiap jenis program

seperti periklanan, promosi penjualan, personal selling, layanan pelanggan, atau

pengembangan produk memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap permintaan.

Oleh sebab itu, dibutuhkan mekanisme yang dapat mengkoordinasikan program-

program pemasaran agar program-program itu sejalan dan terintegrasi dengan

sinergistik. Mekanisme ini disebut sebagai strategi pemasaran. Umumnya peluang

pemasaran terbaik diperoleh dari upaya memperluas permintaan primer, sedangkan

peluang pertumbuhan terbaik berasal dari upaya memperluas permintaan selektif.

(Kotler and Amstrong, 2012).

Menurut Assauri (2012) strategi pemasaran adalah Serangkaian tujuan dan

sasaran, kebijakan dan aturan yang memberi arah kepada usaha-usaha pemasaran

perusahaan dari waktu ke waktu, pada masing-masing tingkatan dan acuan serta

alokasinya, terutama sebagai tanggapan perusahaan dalam menghadapi lingkungan

dan keadaan persaingan yang selalu berubah.

Menurut Tjiptono (2011), menyatakan bahwa Strategi pemasaran adalah

rencana yang hendak diikuti oleh manajer pemasaran. Rencana tindakan ini

didasarkan atas analisa situasi dan tujuan-tujuan perusahaan dan merupakan cara

untuk pencapaian tujuan tersebut.

Sedangkan menurut Kurtz (2008), pengertian strategi pemasaran adalah

26
keseluruhan program perusahaan dalam menentukan target pasar dan memuaskan

konsumen dengan membangun kombinasi elemen dari marketing mix produk,

distribusi, promosi, dan harga. Dapat dilihat dari keempat pendapat tersebut dapat

disimpulkan bahwa strategi pemasaran adalah rencana menentukan pasar target

dengan menganalisa situasi peluang pasar yang terus berubah. Semua tujuan finansial

akan sangat ditentukan oleh tingkat volume penjualan, yang umumnya menjadi dasar

proyeksi pendapatan perusahaan.

Strategi pemasaran yang ditetapkan dan dijalankan perusahaan memiliki

beberapa fungsi yaitu:

a. Menetapkan basis konsumen secara strategis, rasional dan lengkap dengan

informasinya.

b. Mengidentifikasi kebutuhan yang sekarang dan yang akan datang dari

konsumen dan calon konsumen.

c. Menciptakan produk yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan konsumen

dengan tepat dan menguntungkan, serta mampu membedakan perusahaan

dengan pesaing.

d. Mengkomunikasikan dan mengantarkan produk tersebut ke pasar sasaran.

e. Memimpin seluruh staf bidang pemasaran untuk menjadi sekumpulan tenaga

kerja yang disiplin, potensial, berpengalaman dan berdedikasi kepada

perusahaan.

2.6 Pengembangan Usaha

27
Pengembangan usaha adalah tugas dan proses persiapan analitis tentang

peluang pertumbuhan potensial, dukungan dan pemantauan pelaksanaan peluang

pertumbuhan usaha, tetapi tidak termasuk keputusan strategi dan implementasi dari

peluang pertumbuhan usaha.

Pengembangan suatu usaha adalah tanggung jawab dari setiap pengusaha atau

wirausaha yang membutuhkan pandangan kedepan, motivasi dan kreativitas

(Anoraga, 2007:66). Jika hal ini dapat dilakukan oleh setiap wirausaha, maka

besarlah harapan untuk dapat menjadikan usaha yang semula kecil menjadi skala

menengah bahkan menjadi sebuah usaha besar. Kegiatan bisnis dapat dimulai dari

merintis usaha (starting), membangun kerjasama ataupun dengan membeli usaha

orang lain atau yang lebih dikenal dengan franchising.Namun yang perlu diperhatikan

adalah kemana arah bisnis tersebut akan dibawa. Maka dari itu, dibutuhkan suatu

pengembangan dalam memperluaskan dan mempertahankan bisnis tersebut agar

dapat berjalan dengan baik. Untuk melaksanakan pengembangan usaha dibutuhkan

dukungan dari berbagai aspek seperti bidang produksi dan pengolahan, pemasaran,

SDM, teknologi dan lain-lain.

Glos, Steade dan Lawry (1996) menyatakan bahwa pengembangan usaha

adalah jumlah seluruh kegiatan yang diorganisir oleh orang-orang yang masuk dalam

bidang perniagaan dan industri yang menyediakan barang dan jasa untuk kebutuhan

mempertahankan dan memperbaiki standar serta kualitas hidup mereka.

Jadi kesimpulannya pengembangan usaha adalah tugas dan proses persiapan

analisis tentang peluang pertumbuhan potensial, dukungan dan pemantauan

28
pelaksanaan peluang pertumbuhan usaha, tetapi tidak termasuk keputusan strategi dan

implementasi dari peluang pertumbuhan usaha. Sedangkan untuk usaha yang besar

terutama di bidang teknologi industri, pengembangan usaha adalah istilah yang sering

mengacu pada pengaturan dan mengelola hubungan strategis dan aliansi dengan yang

lain.

2.6.1 Strategi Pengembangan Usaha

Strategi adalah alat untuk mencapai tujuan usahanya dalam kaitannya dengan

tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya

(Rangkuti, 2009:4).

Adapun strategi pengembangan usaha:

1. Peningkatan Skala Ekonomis Cara ini dapat dilakukan dengan menambah

skala produksi, tenaga kerja, teknologi, sistem distribusi, dan tempat usaha

(Suryana, 2006:156). Ini dilakukan bila perluasan usaha atau peningkatan

output akan menurunkan biaya jangka panjang, yang berarti mencapai

skala ekonomis (economics of scale). Sebaliknya, bila peningkatan output

mengakibatkan peningkatan biaya jangka panjang (diseconomics of scale),

maka tidak baik untuk dilakukan. Dengan kata lain, bila 13 produk barang

dan jasa yang dihasilkan sudah mencapai titik paling efisien, maka

memperluas skala ekonomi tidak bisa dilakukan, sebab akan mendorong

kenaikan biaya. Skala usaha ekonomi terjadi apabila perluasan usaha atau

peningkatan output menurunkan biaya jangka panjang. Oleh karena itu,

29
apabila terjadi skala usaha yang tidak ekonomis, wirausaha dapat

meningkatkan usahanya dengan memperluas cakupan usaha (economics of

scope). Skala ekonomi menunjukkan pengurangan biaya usaha akibat

kenaikan output, maka kurva pengalaman atau kurva belajar (learning

curve) menunjukkan pengurangan biaya yang muncul akibat kenaikan

volume secara kumulatif.

2. Perluasan Cakupan Usaha Cara ini bisa dilakukan dengan menambah jenis

usaha baru, produk, dan jasa baru yang berbeda dari yang sekarang

diproduksi (diversifikasi), serta dengan teknologi yang berbeda. Misalnya,

usaha jasa angkutan kota diperluas dengan usaha jasa bus pariwisata,

usaha jasa pendidikan diperluas dengan usaha jasa pelatihan dan

kursuskursus (Suryana, 2006:156). Dengan demikian, lingkup usaha

ekonomis dapat didefinisikan sebagai suatu diversifikasi usaha ekonomis

yang ditandai oleh total biaya produksi gabungan (joint total production

cost) dalam memproduksi dua atau lebih jenis produk secara bersama-

sama adalah lebih kecil daripada penjumlahan biaya produksi masing-

masing produk itu apabila diproduksi secara terpisah. Perluasan cakupan

usaha ini bisa dilakukan apabila wirausaha memiliki permodalan yang

cukup. Sebaliknya, lingkup usaha tidak ekonomis dapat didefinisikan

sebagai suatu diversifikasi usaha yang tidak ekonomis, dimana biaya

produksi total bersama (joint total production cost) dalam memproduksi

dua atau lebih jenis produk secara bersama-sama adalah lebih besar

30
daripada penjumlahan biaya produksi dari masing-masing jenis produk itu

apabila diproduksi secara terpisah. Untuk memperluas skala ekonomi atau

cukup, lingkup ekonomi, bila pengetahuan usaha dan permodalan yang

cukup, wirausaha bisa melakukan kerjasama dengan perusahaan lain

melalui usaha patungan (joint venture), atau kerjasama manajemen

melalui sistem kemitraan.

2.7 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Metode & Hasil Penelitian

1. Tuti Hardianti (2019), Analisis Adapun metode penelitian yang digunakan pada
Strategi Pengembangan Usaha
penelitian ini adalah menggunakan metode
Sagu Didesa Waelawi Kecamatan
deksripsi kualitatif.
Malangke Barat Kabupaten Luwu
Temuan penelitian ini menyarankan bahwa
Utara
strategi yang diterapkan untuk mengembangkan

usaha sagu melalui bauran pemasaran di Desa

Waelawi Kecamatan Malangke Barat

Kabupaten Luwu Utara adalah strategi yang

diterapkan untuk meningkatkan kualitas produk.

Inilah strategi yang digunakan untuk

mengembangkan usaha sagu melalui bauran

31
pemasaran di Desa Waelawi, Kecamatan

Malangke Barat, Kabupaten 10 Luwu Utara.

Petani sagu memodifikasi harga mereka sesuai

dengan kualitas barang mereka dan dalam

kaitannya dengan harga pesaing mereka. Ini

adalah strategi harga. Rencana lokasi petani

sagu yang memanfaatkan lahan milik sendiri

dimaksudkan untuk memudahkan petani

memantau proses pengolahan dan memudahkan

pelanggan dalam melakukan transaksi. Hal ini

pada akhirnya akan menguntungkan semua

pihak yang terlibat. Rencana promosi

(promotion) terdiri dari menjaga hubungan

positif dengan konsumen yang ada, bekerja

sama dengan bisnis lain, dan mempromosikan

melalui media sosial.

2. Pradibtya Dwi Ayuningtias Penelitian ini menggunakan metode penelitian

Putri (2018), kualitatif.

Analisis pengembangan Hasil Penelitian menunjukkan bahwa bidang

usaha sagu didesa Pekajoang yang memiliki skor akhir tertinggi akan

Kecamatan Malangke Barat dirumuskan strategi pengembangan usaha

32
Kabupaten Luwu Utara adalah pasar atau ekonomi.

3. Imsar (2018), Analisis Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif

strategi pengambangan usaha kualititaif.

ucok durian dikota medan Dari hasil penelitian ini berdasarkan wawancara

ditemukan bahwa ucok durian menetapkan

strategi produk mulai dari penyempurnaan

kualitas produk, menentukan ciri khas produk

dan juga menentukan model dan jaminan dari

produk yang dijualnya. Pada strategi harga,

ucok durian menetapkan harga dimulai dari

memposisikan produk melalui harga dan

kualitasnya dan juga menetapkan potongan

harga dan imbalan ksusus bagi konsumen. Pada

strategi tempat, ucok durian menetapkan tempat

mulai dari memilih lokasi yang strategis,

menyiapkan kenyamanan pada tempat usahanya

dan memenuhi kelengkapan tempat untuk

kenyamanan konsumen. Pada strategi promosi,

ucok durian menetapkan strategi mulai dari

pemasangan baliho dan sosial media.

4. Helen Malinda (2017) Adapun Metode Penelitian Yang Digunakan

33
Analisis Strategi dalam penelitian ini adalah menggunakan

Pengembangan Bisnis Ukm metode deskriptif kualitatif.

Guna Meningkatkan Hasil Penelitian Menurut temuan, rencana

Pendapatan Karyawan pertumbuhan yang digunakan oleh perusahaan

Menurut Perspektif Ekonomi Cahaya Bahari adalah dengan menggunakan

Islam. bauran pemasaran yang mencakup barang-

barang halal, harga murah, dan promosi yang

transparan. Pendekatan ini dilakukan oleh

perusahaan. Perusahaan telah berhasil

menerapkan pendekatan ini, 12 yang telah

menghasilkan peningkatan omset penjualan dan

memungkinkan perusahaan untuk memperluas

wilayah pemasarannya hingga mencakup

wilayah yang berada di luar provinsi. Meski

perusahaan memiliki omzet yang besar, namun

tetap tidak mampu memberikan gaji yang sesuai

dengan apa yang telah ditetapkan pemerintah

melalui keputusan upah minimum provinsi

Lampung.

2.8 Kerangka Pemikiran

34
Berangkat dari Kedai “Candu Coffe” Pangkalpinang kemudian peneliti

menganalisis secara mendalam dengan pendekatan deskriptif kuantitatif terkait

dengan Produktivitas, Keuangan, Pemasaran, Legalitas & Syarat Ekspansi.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini tentang mengenai ”analisis strategi pengembangan

usaha studi kasus pada kedai ‘’candu coffee’’ di kota pangkalpinang”

(Studi Kasus pada Konsumen Generasi Z di Area Kota Pangkalpinang).

Penelitian ini dilaksanakan pada usaha Candu Coffe yang beralamat di

jalan Ahmad Yani Kota Pangkalpinang.

3.2 Metode Penelitian

Pengertian metode penelitian menurut Sugiono (2017) adalah

sebagai berikut : “Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara

ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu

diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan”.

35
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitan deskriptif dan verifikatif. Adapun definisi penelitian deskriptif

menurut V. Wiratna Sujarweni (2014) menyebutkan bahwa: “Penelitian

deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai

masing-masing variabel, baik satu variabel atau lebih sifatnya

independen tanpa membuat hubungan maupun perbandingan dengan

variabel lain”.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat dikatakan bahwa metode

analisis Deskriptif adalah metode penelitian deskripsi situasi atau

peristiwa yang ada di mana data menggunakan data yang konsisten

dengan tujuan dan data penelitiaaan digunakan akan proses pengolahan

data melalui Applikasi Jeffrey,s Amazing Statistics Program (JASP) dan

kemudian ditarik dari proses sebuah kesimpulan.

Metode penelitian kuantitatif merupakan suatu cara yang

digunakan untuk menjawab masalah penelitian yang berkaitan dengan

data berupa angka dan program statistik. Secara umum bagian metode

penelitian kuantitatif berisi subbab:

1. pendekatan dan jenis penelitian

2. populasi dan sampel

3. instrumen penelitian

4. teknik pengumpulan data

5. analisis data

36
Sedangkan untuk metode penelitian kualitatif berisi subbab:

1. pendekatan dan jenis penelitian

2. kehadiran peneliti

3. lokasi penelitian

4. sumber data

5. teknik pengumpulan data

6. analisis data

7. pengecekan keabsahan temuan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

kuantitatif, karena data produktivitas (X1), pemasaran (X2), keuangan (X3), dan

legalitas & Ekspansi (X4) terhadap pengembangan usaha pada Candu Coffe dikota

Pangkalpinang (Y) yang diperoleh deskriptif data dan kuantitatif.

Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif

dikarenakan data yang akan diolah merupakan data rasio dan menjadi

fokus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh

antar variabel yang diteliti adalah produktivitas, pemasaran, keuangan,

legalitas & syarat ekspansi terhadap Pengembangan usaha pada Candu

Coffe di kota Pangkalpinang”.

3.3 Metode Populasi dan Sampling Penelitian

3.3.1 Metode Populasi Penelitian

Pengertian Populasi Populasi menurut Sugiyono (2017) adalah

wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang

37
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi

bukan hanya manusia tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain.

Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek atau objek

yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang

dimiliki oleh subjek atau objek tersebut. Menurut V . Wiratna Sujarweni

(2014) populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang

diterapkan oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Populasi ini menggunakan keteria data konsumen pada

kedai Candu Coffe berjumlah 100 dikota Pangkalpinang.

3.3.2 Metode Sampling Penelitian

Populasi merupakan istilah yang digunakan dalam statistik untuk

merujuk pada keseluruhan individu, objek, atau kejadian yang ingin

diteliti. Dalam konteks ini, populasi memiliki jumlah sebanyak 257.

Namun, dalam penelitian, seringkali sulit atau tidak mungkin untuk

mengumpulkan data dari seluruh populasi tersebut. Oleh karena itu,

peneliti menggunakan sampel sebagai representasi dari populasi.

Dalam kasus ini, hanya 103 sampel yang ditetapkan. Sampel

merupakan sebagian kecil dari populasi yang dipilih secara acak untuk

mewakili karakteristik populasi secara keseluruhan. Dalam penelitian

statistik, penggunaan sampel bertujuan untuk mengurangi biaya, waktu,

38
dan sumber daya yang diperlukan untuk mengumpulkan data.

Pemilihan sampel yang tepat dan representatif sangat penting

untuk memastikan hasil penelitian yang valid dan dapat digeneralisasi ke

populasi secara lebih luas. Metode pemilihan sampel yang umum

digunakan antara lain pengambilan sampel acak sederhana, pengambilan

sampel stratifikasi, dan pengambilan sampel klaster.

Sumber daya tersebut dapat memberikan penjelasan lebih rinci

tentang pemilihan sampel dan teknik-teknik yang digunakan dalam

penelitian statistik. Pohon kelapa digunakan untuk memperoleh 103

sampel dari populasi sebanyak 257, diperlukan metode pemilihan

sampel yang tepat. Salah satu metode yang umum digunakan adalah

pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling).

Dalam pengambilan sampel acak sederhana, setiap individu

dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai

sampel. Berikut adalah perhitungan untuk memperoleh 103 sampel dari

populasi sebanyak 257 menggunakan metode ini:

1. Hitung proporsi antara jumlah sampel yang diinginkan (103) dengan ukuran

populasi (257):Proporsi = Jumlah Sampel / Ukuran Populasi = 103 / 257 ≈ 0.400

2. Gunakan proporsi tersebut untuk menentukan jumlah interval antara setiap sampel.

Bulatkan hasilnya ke angka terdekat: Jumlah Interval = 1 / Proporsi ≈ 1 / 0.400 ≈

2.5 ≈ 3

3. Tentukan angka awal (seed) acak yang akan digunakan untuk memulai

39
pengambilan sampel. Angka awal ini dapat dipilih secara acak atau dengan metode

tertentu, seperti menggunakan digit terakhir dari tanggal atau jam saat

pengambilan sampel.

4. Mulai dari angka awal tersebut, ambil sampel setiap jumlah interval yang

ditentukan. Jika sampel terakhir melebihi ukuran populasi, mulailah lagi dari awal

sampai jumlah sampel yang diinginkan terpenuhi.

Perlu diingat bahwa pengambilan sampel acak sederhana ini

akan menghasilkan sampel yang representatif jika populasi secara

keseluruhan tidak memiliki pola atau bias tertentu.

3.4 Data dan Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer,

data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara

langsung dari sumber aslinya berupa wawancara, kuesioner, atau Angket

dan jejak pendapat dari individu atau kelompok serta hasil observasi dari

suatu objek, kejadian atau hasil pengujian (Sugiyono, 2016). Adapun

langkah-langkah yang ditempuh dalam pengumpulan data adalah

sebagai berikut:

1. Kuesioner

Pengumpulan data dengan menggunakan agket atau daftar

pertanyaan yang terkait dengan permasalahan yang akan diteliti. Pada

penelitian ini, penulis akan mengelola data dengan cara memberikan

40
penilaian terhadap instrumen atau angket yang disebarkan kepada

responden dengan menggunakan skala likert. Alasan peneliti memilih

menggunakan skala likert untuk memudahkan peneliti dalam mengukur

kesetujuan dan ketidaksetujuan responden terhadap sesuatu objek.

Jawaban terhadap kuesioner mengacu pada skala liker. Wawancara

digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin

melakukan 34 studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang

harus diteliti, Sugiyonio (2016) bahwa “Skala likert digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok

orang tentang fenomena sosial. Dalam skala likert, digunakan skor 1 s/d

5 yang diberikan terhadap jawaban yang telah disediakan dalam setiap

pertanyaan. Alternatif jawaban yang disediakan dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

TABEL 3.1

Skala Likert

No KETERANGAN Nilai Skala Likert

1 Sangat Setuju (SS) 5

2 Setuju (S) 4

3 Netral (N) 3

41
4 Tidak Setuju (TS) 2

5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Sumber: Sugiyono (2017)

3.5 Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah pengertian variabel tersebut, secara

operasional, secara praktik, secara nyata dalam lingkungan objek penelitian yang

diteliti. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel

independen/tidak terikat/berdiri sendiri dan variabel dependen/terikat, kemudian

ditarik kesimpulan tersebut oleh (Sugiyono, 2016). Untuk penelitian ini keadilan

organisasi, pengembangan karir, budaya organisasi, dan kepuasan kerja akan diukur

dengan menggunakan kuisioner. Responden akan diminta menjawab pertanyaan yang

berhubungan dengan indikator variabel bebas dan variabel terikat peneliti. Definisi

operasional variabel penelitian tersebut merupakan penjelasan dari berbagai masing-

masing variabel yang digunakan dalam penelitian terhadap indikator-indikator

menjadi pembentuknya. Definisi variabel penelitian ini dapat dilihat pada tabel

berikut:

TABEL 3.2

42
Operasional Variabel Penelitian

Variabel Indikator Skala Likert

Produktivitas (X1) 1. Kemampuan

Menurut Hasibuan dalam 2. Pelayanan yang baik 1-5

Busro (2018) 3. Mutu

4. Pengembangan diri

5. Semangat Kerja

Keuangan (X2) 6. Kesesuain harga dengan 1-5

(Ridwan dan Inge, 2003) kualitas rasa

7. Keterjangkauan harga

8.Harga dan kualitas menjadi

tolak uku

Pemasaran (X3) 9. Iklan (sosial media ig) 1-5

Tjiptono dan Diana 10.Promosi dengan memberikan

(2020:3) potongan harga

Legalitas & Syarat 1. Diakui oleh masyarakat 1-5

Ekspansi (X4) 2. Mempunyai NIB

OSS

43
Pengembangan Usaha 14. Tempat yang nyaman 1-5

(Anoraga, 2007:66). 15 Tempat yang bersih

16. Lokasi strategis

17. Mudah dijangkau dengan

kendaraan roda 2 maupun 4

18. Kebiasaan dalam membeli

produk

19. Kemantapan pada suatu

produk

Sumber: Sugiyono

3.6 Teknik Analisis Data

3.6.1 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya

suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada

kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh

kuesioner tersebut (Ghozali, 2012).

Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung

dengan r tabel untuk degree of freedom (df)= n-2, dalam hal ini n adalah

jumlah sampel dan alpha=0.05.

Jika r hitung lebih besar dari r tabel dan nilai positif, maka butir

44
atau pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan valid.

3.6.2 Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu koesioner yang

merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner

dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap

pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali,

2012). Applikasi Jeffrey's Amazing Statistics Program (JASP)

memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik

Cronbach Alpha (a). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika

memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,6

3.6.3 Uji Asumsi Klasik

Adapun uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini

adalah, uji normalitas, uji multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Dalam penelitian ini metode

yang digunakan yaitu dengan melihat probability plot yang membandingan distribusi

kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan menentukan garis lurus

diagonal, dan ploting data ressidual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika

distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya

akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2012).

45
b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuaan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen (Ghozali, 2012).

Untuk mendekati ada tidaknya multikolinieritas di dalam regresi maka dapat dilihat

dari nilai tolerance dan variance inflation faktor (VIP). Nilai tolerance yang rendah

sama dengan nilai VIF tinggi ( karena VIF= 1/Tolerance). Nilai cut off yang umum

dipakai untuk menunjukan tingkat multikolinieritas adalah nilai tolerance < 0,10 atau

sama dengan nilai > 10.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2012).

Cara mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat grafik plot

antara nilai prediksi variabel terikat (depanden) yaitu ZPRED dengan residualnya

SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat

ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana

sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y

sesungguhnya) yang telah distudentized.

d. Uji Autokorelasi

46
Uji autokorelasi merupakan korelasi pada tempat yang berdekatan datanya

yaitu cross sectional. Autokorelasi merupakan korelasi tim series (lebih menekankan

pada dua data penelitian berupa data rentetan waktu). Cara mendeteksi ada tidaknya

gejala autokorelasi adalah dengan menggunakan nilai DW (Durbin Watson) dengan

kriteria pengambilan jika D – W sama dengan 2, maka tidak terjadi autokorelasi

sempurna sebagai rule of tumb (aturan ringkas), jika nilai D – W diantara 1,5 – 2,5

maka tidak mengalami gejala autokorelasi (Ghozali, 2012).

3.7 Teknik Pengujian Hipotesis

3.7.1 Regresi Linear Berganda

Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui Pengaruh

Brand Image Thriftpinkk.id, Harga, dan Fashion Lifestyle terhadap

Keputusan Pembelian Branded Preloved Thriftpinkk.id" (Studi Kasus

pada Konsumen Area Kota Pangkalpinang)". Model persamaan regresi

linier berganda yang digunakan adalah sebagai berikut (Sugiyono,

2011):

y=a+b₁ X+b2.X₂+b₂.X;+ e

Keterangan:

Y - Keputusan pembelian pakaian Branded Preloved

a- Konstanta

b-Koefisien regresi

X₁ - Brand Image

47
X2 = Harga

X; Fashion Lifestyle

3.7.2 Koefisien Determinasi (R³)

Koefisien regresi digunakan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Nilai

koefisien determinasi adalah antara nol dan satu Ghozali (2012).

Jika dalam uji empiris didapat nilai adjusted R² negatif, maka

nilai adjusted R2 dianggap bernilai nol.

Secara matematis jika nilai R² 1, maka adjusted R2 = R²= 1, sedangkan

jika nilai R² = 0, maka adjusted R²= (1-k)/(n-k). Jika k> 1, maka adjusted R² akan

bernilai positif.

3.7.3 Ujit (Uji Parsial)

Uji t digunakan untuk menguji signifikansi hubungan antara variabel X

dan variabel Y secara parsial atau dapat dikatakan uji t pada dasarnya menunjukan

seberapa jah sam variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi-

variasi dependen (Ghorali, 2012)

a. Dengan membandingkan nilai tabel dengan 1 hitung. Apabila tabel>chtung. maka

H, diterima dan H, ditolak, Apabila tabel thitung, maka Ho ditolak dan H,

diterima.

b. Dengan menggunakan angka probabilitas signifikansi Apabila probabilitas

signifikansi > 0,05, maka H, diterima dan H, ditolaklitas signifikansi <0,05, maka

Ho ditolak dan H, diterima.

48
3.7.4 Uji F (Uji Simultan)

Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas

yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-

sama terhadap variabel terikat, (Ghozali, 2012).

Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria

pengambilan keputusan sebagai berikut:

a. Dengan membandingkan nilai F tabel dengan F hitung, Apabila Ftabel > F hitung,

maka Ho diterima dan H, ditolak, Apabila F tabel< F hitung, maka He ditolak dan

H, diterima.

b. Dengan menggunakan angka probabilitas signifikansi Apabila probabilitas

signifikansi > 0,05, maka H, diterima dan H, ditolaklitas signifikansi <0,05, maka

Ho ditolak dan H, diterima.

49
BAB IV

GAMABARAN UMUM KEDAI “CANDU COFFEE”

4.1 Profil Usaha Kedai “Candu Coffee” Pangkalpinang

Sejarah berdirinya usaha tanggal 21 September Tahun 2022

adalah sebuah usaha Kedai yang menawarkan Produk Minuman Coffee

dan Non Coffee. Kedai ini beralamat di Jalan Ahmad Yani, Kota

Pangkalpinang, dengan bermodal awal 10 juta dilaksanakan pada tahun

2022 lalu diberi nama Kedai “Candu Coffee”

Berikut merupakan penegeluaran, pendapatan, serta laba yang

diperoleh Kedai ‘’Candu Coffee” setiap bulannya sebagai berikut :

Tabel 1.1

Data Keuangan Kedai “Candu Coffee”

BULAN PENGELUARAN PENDAPATAN LABA

September 2022 Rp 4.461.000 Rp 6.226.000 Rp 1.765.000

Oktober 2022 Rp 3.189.000 Rp 4.045.000 Rp 856.000

November 2022 Rp 4.405.000 Rp 5.881.000 Rp 1.476.000

Desember 2022 Rp 1.200.000 Rp 2.509.000 Rp 1.309.000

Januari 2023 Rp 1.105.000 Rp 2.610.000 Rp 1.505.000

50
Februari 2023 Rp 1.165.000 Rp 2.755.000 Rp. 1.590.000

Maret 2023 Rp 1.225.000 Rp 2.655.000 Rp 1.430.000

April 2023 Rp 1.128.000 Rp 2.635.000 Rp 1.507.000

Sumber Data : Data Keuangan “Candu Coffee”

Konsumen yang menjadi pelanggan Kedai ‘’Candu Coffee’’

adalah pria dan wanita kebanyakan anak remaja serta konsumen dewasa

produk yang di jual oleh Kedai “Candu Coffee” sebagai berikut :

Tabel 1.2

Data Menu Kedai “Candu Coffee”

51
Sumber Data : Kedai “Candu Coffee”

Media Sosial yang digunakan Kedai” Candu Coffee” sebagai

media promosi sebagai berikut :

1. WhatsApp

2. Istagram

Pengeluaran biaya tetap operasional Kedai “Candu Coffee” dalam kurun waktu per1

bulan adalahsebagai berikut:

1. Sewa Toko per 1 Bulan Rp. 750.000,-

52
4.2 Visi dan Misi Toko

a. Visi:

Menciptakan lapangan kerja dan memudahkan konsumen untuk membeli dengan

harga murah.

b. Misi

1. Kepuasan pelanggan adalah tujuan kami

2. Memberikan produk yang berkualitas dengan harga murah

4.3 Struktur Organisasi Usaha Toko

Struktur Organisasi Usaha merupakan rangkaian kerjasama

untuk mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan, untuk menentukan

pembagian tugas, tanggung jawab dan pelimpahan wewenang secara

jelas. Suatu organisasi usaha dapat menggambarkan bagian dan fungsi

yang ada dalam usaha Koordinasi structural dapat dilaksanakan dengan

baik guna menunjang aktivita.

Struktur organisasi Kedai “Candu Coffee sebagai berikut:

GAMBAR 4.1 Struktur Organisasi Usaha

Owner
SARIMAN

Bendahara Delivery Delivery Bendahara


KEVIN REZA VICKY ALI STEFANUS
CHANDRA SYAPUTRA AKBAR YOGA
53
4.4 DeskripsiKerja

Setiap menyelesaikan pekerjaan untuk mencapai suatu keberhasilan yang

efektif tergantung dari bagaimana caranya dalam suatu satuan yang terintegrasi dapat

berjalan dengan baik dalam suatu organisasi. Pembagian kerja dan tugas seharusnya

mengarah kepad atercapainya suatutujuan usaha toko.

4.5 Uraian Tugas Usaha Tokok

Berikut uraian pekerjaan dari masing-masing fungsi:

1. Owner

a. FungsiOwner

 Menyediakan Biaya

 .Melakukan Kegiatan Administrasi

 Memberikan Tugas kepada Karyawan

b. Tugas dan Tanggung Jawab Owner

 Memimpin usaha Toko

 Membuat Peraturan usaha Toko

 Bertanggung Jawab atas Kerugian usaha Toko

 Mengembangkan Strategi Bisnis usaha Toko

2. Karyawan 1

Berfungsi untuk menjaga usaha toko dan melayani konsumen disaat mencari

54
produk yang diinginkan.

3. Karyawan 2

Berfungsi untuk membuat pesanan dan pengemasan setelah konsumen

menentukan produk yang diinginkan.

4. Karyawan 3

Berfungsi untuk mengantarkan pesanan pelanggan yang melakukan pembelian

online.

BAB V

ANALISIS & PEMBAHASAN

5.1 Analisis Deskriptif Statistik

Peneliti dalam bagian ini akan mendahului analisis dengan menyampaikan

terlebih dahulu Deskriptif Statistik. Teknik ini diharapkan dapat memvisualisasikan

data secara ringkas, dan memberikan gambaran dari karakteristik data seperti rata-

rata, variansi, dan distribusi data seperti yang telah dijelaskan oleh Simons dan

55
Fennig (2020). Dalam dunia bisnis, deskriptif statistik seringkali digunakan untuk

menganalisis kinerja suatu perusahaan, misalnya dengan melihat seberapa besar

penjualan di setiap cabang di suatu negara. Statistik deskriptif membantu manajer

bisnis dapat menemukan pola-pola di dalam data mereka dan membuat keputusan

bijaksana berdasarkan analisis data.

Adapun deskriptif statistik dalam penelitian diawali dengan deskripsi terkait

dengan demografi responden, dimana setiap parameternya merupakan hasil dari

observasi atas lokus penelitian dan peneliti menggunakan aplikasi statistik bersifat

open source dengan nama JASP; Universiteit van Amsterdam.

Tabel 5.1 Deskriptif Statistik Domisili dan Jenis Kelamin Responden

56
Sumber: Data diolah Peneliti dengan JASP;Universiteit van Amsterdam

Tabel 5.1 diatas menjelaskan bahwa total dari sampel dalam penelitian ini

adalah 103; terdiri dari 45 responden pria dan 58 responden wanita. Sampel

menunjukan tidak ada yang missing diketahui dari total sample berdasarkan

perhitungan sampel yang telah disampaikan pada Bab 3 Metodologi Penelitian.

Adapun pelanggan berjenis kelamin pria memiliki 43.7% berdomisili di Kota

Pangkalpinang sementara pelanggan berjenis kelamin wanita memiliki dominasi

sebagai pelanggan Kedai “Coffee” yang terbanyak berdomisili di Kota

Pangkalpinang 56.2%. Sedangkan untuk urutan kedua bagi pelanggan pria berasal

dari Bangka Selatan (52.9%) dan pelanggan wanita berasal dari Bangka Selatan

57
dengan persentase 47.0%. Terdapat keunikan dari tabel diatas yang menjelaskan

bahwa pelanggan yang berasal dari Bangka Barat wanita 100%, sementara pelanggan

yang berasal dari Bangka Tengah pria sebanyak 33.3%, sedangkan pelanggan wanita

sebanyak 66,6%.

Tabel 5.2 Deskriptif Statistik Tahun Lahir (Generasi) Responden

Sumber: Data diolah Peneliti dengan JASP;Universiteit van Amsterdam

Penelitian ini juga berhasil mendapatkan potret demography terkait jenis

Generasi yang mewakilkan pelanggan kedai “coffee” di kota pangkalpinang. Tabel

5.2 menjelaskan bahwa pelanggan yang melakukan kunjungan kedai “coffee” di kota

pangkalpinang didominasi oleh Generasi ‘Z’ sebesar 97.0%, yang kemudian diikuti

58
oleh Generasi ‘Y’ atau milenial sebanyak 2.91%.

Generasi Z merupakan kelompok penduduk yang lahir setelah

tahun 1997 hingga 2012. Generasi ini tumbuh dewasa dalam era

teknologi digital yang canggih dan memiliki akses ke informasi lebih

dari generasi sebelumnya. Hal ini mempengaruhi perilaku pembelian

mereka, dimana mereka lebih cenderung untuk memilih pembayaran

elektronik dan belanja online seperti halnya disampaikan oleh Gao dan

Bai (2020) serta Grandhi dan Krishnan (2021).

Keputusan pembelian Generasi 'Z' dipengaruhi oleh faktor

ekonomi, sosial, dan lingkungan, namun mereka juga lebih cenderung

untuk memilih produk yang bersifat ramah lingkungan dan memiliki

tujuan sosial atau yang dianggap ethical. Selain itu masih dalam

penelitian yang sama, Gao dan Bai (2020) menjelaskan bahwa mereka

juga senang mempelajari informasi tentang produk dari social media

seperti YouTube dan Instagram, dibanding dengan iklan tradisional.

Generasi 'Z' juga lebih menyukai interaksi langsung dengan merek

favorit mereka melalui media sosial yang disukai mereka.

Tabel 5.3 dibawah adalah deskripsi atas keberadaan Media

Sosial aktif yang digunakan oleh para responden didasari atas tahun

kelahiran. Deskripsi statistik ini dapat menjelaskan keberadaan para

pelanggan kedai “coffee” di kota pangkalpinang media sosial apa yang

59
menjadi referensi utama jika dijelaskan dari perspektif tahun kelahiran.

Tentunya hal tersebut diharapkan oleh peneliti untuk menjadi sebuah

informasi yang bernilai bagi manajemen kedai “coffee” di kota

pangkalpinang dalam rangka memetakan demography pelanggan atas

penggunaan sosial media yang dijelaskan dari aspek lintas generasi.

Tabel 5.3 Deskriptif Statistik Penggunaan Sosial Media dan Generasi

60
Sumber: Data diolah Peneliti dengan JASP;Universiteit van Amsterdam

Bedasarkan tabel 5.3 di atas menjelaskan bahwa Generasi ‘Z’

sebagai pelanggan terbanyak di kedai “coffee” di kota pangkalpinang

memiliki preferensi media sosial dengan menggunakan aplikasi

Instagram sebanyak 33.0%, kemudian diikuti dengan aplikasi WhatsApp

sebagai pengguna aktif dengan persentase sebanyak 20.0%. kemudian

diikuti dengan aplikasi Facebook dengan persentase sebanyak 9.0%.

Kemudian diikuti dengan aplikasi Telegram dengan persentase sebanyak

8.0%. Kemudian diikuti dengan aplikasi Youtube dengan presentase

sebanyak 7.0%. Kemudian yang terakhir diikuti dengan aplikasi Twitter

yang paling kecil persentasenya sebanyak 5.0%.

Adapun pelanggan yang berlatar belakang kelahiran Generasi

61
Y/Milenial tahun 1981-1996 pada Kedai “Coffee” dikota Pangkalpinang

didominasi oleh aplikasi Instagram dengan persentase sebanyak 66.6%.

Kemudian diikuti dengan aplikasi WhatsApp dengan persentase

sebanyak 33.3%.

Tabel 5.4 Deskriptif Statistik Latar Belakang Pendidikan

Dan Jenis Kelamin

Sumber: Data diolah Peneliti dengan JASP;Universiteit van

Amsterdam

Dari tabel 5.4 diatas menjelakan bahwa latar belakang pendidikan yang mendominasi

merupakan lulusan SMA/SMK, dan diikuti dengan SARJANA. Berdasarkan jenis

kelamin yang mendominasi lulusan SMA/SMK merupakan wanita dengan persentase

sebanyak 52.9%, dengan 36 responden. Kemudian diikuti dengan lulusan SMA/SMK

pria dengan persentase sebanyak 47.0%, dengan 32 responden . Kemudian diikuti

62
dengan lulusan SARJANA yang didominasi oleh jenis kelamin wanita dengan

persentase sebanyak 62.8%, dengan 22 responden. Kemudian diikuti dengan lulusan

SARJANA pria dengan persentase sebanyak 37.1%, dengan 13 responden.

Tabel 5.5 Deskriptif Statistik Penggunaan Toko Online Dan

jenis kelamin

Sumber: Data diolah Peneliti dengan JASP;Universiteit van Amsterdam

Tabel 5.5 di atas menjelaskan total dari sampel penelitian ini

adalah 103. Yang terdiri dari 45 responden pria dan 58 responden

wanita . Adapun pelanggan pria memiliki 60.00% yang menggunakan

63
Shopee sementara itu pelanggan wanita memiliki 74.13% yang

menggunakan Shopee . Sedangkan untuk urutan kedua bagi pelanggan

pria menggunakan Tokopedia 17.77%, dan pelanggan wanita

menggunakan Lazada dan Zalora dengan persentase sama yaitu 6.89%.

Sedangkan untuk urutan ketiga bagi pelanggan pria menggunakan

Lazada dengan persentase 11.11%, dan pelanggan wanita meggunakan

JD.ID dengan persentase 5.17%. Sedangkan untuk urutan ke empat bagi

pelanggan pria menggunakan JD.ID dengan persentase 4.44%, dan

pelanggan wanita menggunakan Bukalapak dengan persentase 3.44%.

Sedangkan untuk urutan terakhir bagi pelanggan pria menggunakan

Blibli, Bukalapak, dan Zalora, dengan persentase sama yaitu 2.22%, dan

pelanggan wanita menggunakan Blibli dan Tokopedia dengan persentase

1.72%

Tabel 5.6 Deskriptif Statistik Pendapatan Tiap Bulan Dan Jenis Kelamin

64
Sumber: Data diolah Peneliti dengan JASP;Universiteit van Amsterdam

Tabel 5.6 di atas menjelaskan total dari sampel penelitian ini

adalah 103. Yang terdiri dari 45 responden pria dan 58 responden

wanita . Adapun pelanggan pria memiliki 42.22% yang pendapatannya

<Rp.1juta, dan pelanggan wanita memiliki 44.82% dengan

pendapatanya <Rp.1juta. Sedangkan untuk urutan kedua untuk

pelanggan pria dengan pendapatan Rp.1juta - Rp.2.5juta dengan

persentase 28.88%, dan untuk pelanggan wanita dengan pendapatan

Rp.1juta - Rp.2.5juta dengan persentase 31.03%. Sedangkan untuk

urutan ketiga untuk pelanggan pria dengan pendapatan Rp.2.5juta -

Rp.3juta dengan persentase 24.44%, dan untuk pelanggan wanita dengan

pendapatan Rp.2.5juta - Rp.3juta dengan persentase 22.41%. Sedangkan

65
untuk yang terakhir bagi pelanggan pria dengan pendapatan Rp.3juta -

Rp.4.5juta dan Rp.4.5juta - Rp.5juta yang memiliki persentase yang

sama yaitu 2.22%, dan bagi pelanggan wani

5.2 Uji Klasik; Analisis Validitas (Daya Diskriminasi), Reliabilitas Alat Ukur

dan Normalitas Data

Uji Validitas merupakan salah satu langkah penting dalam

konteks Uji Klasik sebelum melakukan Regresi Linier Berganda. Uji ini

bertujuan untuk memastikan bahwa instrumen atau alat yang digunakan

dalam penelitian memiliki tingkat validitas yang cukup tinggi. Dalam

Uji Validitas, terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk

memvalidasi instrumen penelitian, salah satunya adalah Uji Diskriminan

atau Analisis Item. Dengan memahami konsep dan metode Uji Validitas,

diharapkan para peneliti dapat melakukan penelitian yang lebih valid

dan akurat. Uji validitas bertujuan untuk mengukur pertanyaan dalam

kuesioner yang telah dibuat dalam penelitian (Ghozali, 2018:51). Setiap

item dikatakan valid apabila dalam suatu uji validitas menghasilkan nilai

f hitung < 0,05 (Sulistyorini, 2017:73).

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa pendekatan

agar terpenuhinya Uji Klasik penelitian terdiri dari;

a). Uji Validitas yang juga dapat digunakan dalam memeriksa

tiap item-item dalam kuesioner dalam memiliki daya diskriminasi,

66
b). Uji Reliabilitas pengujian statistik untuk mengukur

konsistensi dan keandalan dari alat ukur atau skala yang digunakan

dalam penelitian atau pengukuran, dan

c). Uji Normalitas data bertujuan untuk memastikan bahwa data

yang diperoleh mengikuti distribusi normal yang terdapat pada populasi

yang diambil sampelnya.

Tabel 5.7

Hasil Uji Validitas Produktivitas

Indikator r-hitung r-tabel df- P-Value Keteranga

Item (Pearson’sr) 99(α 5%) n

Pernyata

an

X1.1 0,805 0,194 <.001 Valid

X1.2 0,759 0,194 <.001 Valid

X1.3 0,726 0,194 <.001 Valid

X1.4 0,809 0,194 <.001 Valid

Sumber: Diolah peneliti dengan hasil output JASP 0.17.2.0 2023

Pada hasil uji validitas tabel 5.6 diatas variabel Produktivitas yang didapatkan bahwa

nilai r-hitung setiap indikator item pernyataan lebih besar dari pada nilai r-tabel dan

67
nilai p-value setiap indikator item pernyataan 0,05. Sehingga dapat disimpulkan jika

ke 4 (empat) indikator item pernyataan pada variabel Produktivitas dapat dinyatakan

valid sehingga mampu mengukur dengan baik apa yang diteliti.

Tebel 5.8

Hasil Uji Validitas Keuangan

Indikator r-hitung r-tabel df- P-Value Keteranga

Item (Pearson’sr) 99(α 5%) n

Pernyata

an

X2.1 0,795 0,194 <.001 Valid

X2.2 0,828 0,194 <.001 Valid

X2.3 0,791 0,194 <.001 Valid

X2.4 0,763 0,194 <.001 Valid

Sumber: Diolah peneliti dengan hasil output JASP 0.17.2.0 2023

variabel Keuangan terdapat hasil nilai r-hitung setiap indikator item pernyataan lebih

besar dari pada nilai r-tabel dan nilai p-value setiap indikator item pernyataan kurang

lebih dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan jika ke 4 (empat) indikator item

pernyataan pada variabel Keuangan dapat dinyatakan valid sehingga mampu

68
mengukur dengan baik apa yang diteliti.

Tebel 5.9

Hasil Uji Validitas Pemasaran

Indikator r-hitung r-tabel df- P-Value Keteranga

Item (Pearson’sr) 99(α 5%) n

Pernyata

an

X3.1 0,462 0,194 <.001 Valid

X3.2 0,551 0,194 <.001 Valid

X3.3 0,435 0,194 <.001 Valid

X3.4 0,516 0,194 <.001 Valid

Sumber: Diolah peneliti dengan hasil output JASP 0.17.2.0 2023

Dari hasil uji validitas tabel 5.7 diatas, variabel Pemasaran terdapat hasil nilai r-

hitung setiap indikator item pernyataan lebih besar dari pada nilai r-tabel dan nilai p-

value setiap indikator item pernyataan kurang lebih dari 0,05. Sehingga dapat

disimpulkan jika ke 4 (empat) indikator item pernyataan pada variabel Pemasaran

dapat dinyatakan valid sehingga mampu mengukur dengan baik apa yang diteliti.

Tebel 5.10

69
Hasil Uji Validitas Legalitas & Syarat Ekspansi

Indikator r-hitung r-tabel df- P-Value Keteranga

Item (Pearson’sr) 99(α 5%) n

Pernyata
variabel
an
Legalitas &
X4.1 0,727 0,194 <.001 Valid
Syarat
X4.2 0,783 0,194 <.001 Valid
Ekspansi
X4.3 0,742 0,194 <.001 Valid
terdapat hasil

nilai r-hitung setiap indikator item pernyataan lebih besar dari pada nilai r-tabel dan

nilai p-value setiap indikator item pernyataan kurang lebih dari 0,05. Sehingga dapat

disimpulkan jika ke 3 (tiga) indikator item pernyataan pada variabel Legalitas &

Syarat Ekspansi dapat dinyatakan valid sehingga mampu mengukur dengan baik apa

yang diteliti.

Tebel 5.11

Hasil Uji Validitas Pengembangan usaha

Indikator r-hitung r-tabel df- P-Value Keteranga

Item (Pearson’sr) 99(α 5%) n

Pernyata

an

70
Y1.1 0,689 0,194 <.001 Valid

Y1.2 0,763 0,194 <.001 Valid

Y1.3 0,761 0,194 <.001 Valid

Y1.4 0,757 0,194 <001 Valid

Y1.5 0,642 0,194 <.001 Valid

Sumber: Diolah peneliti dengan hasil output JASP 0.17.2.0 2023

variabel Pengembangan usaha terdapat hasil nilai r-hitung setiap indikator item

pernyataan lebih besar dari pada nilai r-tabel dan nilai p-value setiap indikator item

pernyataan kurang lebih dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan jika ke 5 (lima)

indikator item pernyataan pada variabel Pengembangan usaha dapat dinyatakan valid

sehingga mampu mengukur dengan baik apa yang diteliti.

2. Uji Reliabilitas

Penelitian ini dilakukan uji realiabilitas untuk mengetahui apakah suatu

instrument dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Menurut

Ghozali (2012) suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika mempunyai nilai

Cronbach Alpha > 0,600. Hasil uji menggunakan applikasi JASP 0.17.2.0 terdapat

hasil output sebagai berikut ini.

Tebel 5.12

Hasil Uji Reliabilitas Kelima Variabel

71
Variabel Cronbach’s Nilai minimal Keterangan

Alpha

Produktivitas 0,802 0,600 Reliabel

Keuangan 0,813 0,600 Reliabel

Pemasaran 0,790 0,600 Reliabel

Legalitas & 0,812 0,600 Reliabel

Ekspansi

Pengembangan 0,785 0,600 Reliabel

Usaha

Sumber: Diolah peneliti dengan hasil output JASP 0.17.2.0 2023

Berdasarkan hasil tabel 5.11 perbandingan data diatas, didapatkan nilai

Cronbach’s Alpha pada setiap-setiap variabel lebih tinggi dari pada 0,600 sehingga

dapat disimpulkan jika pada 5 (lima) variabel variabel yaitu; produktivitas,

Keuangan, Pemasaran, Legalitas & Ekspansi, dan Pengembangan usaha yang

digunakan dapat dipercaya dan diandalkan sebagai alat pengumpul data.

5.1.3 Hasil Uji Asumsi Klasik

Alat analisis statistik adalah analisis regresi linier berganda maka perlu

dilakukan pengujian terhadap asumsi-asumsi yang disyaratkan dalam analisis regresi

linear berganda. Penelitian ini digunakan uji asumsi klasik melalui tahap uji

normalitas, uji multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas. Alat yang digunakan

72
adalah Applikasi JASP 0.17.2.0. Dengan hasil uji asumsi klasik sebagai berikut.

1. Uji Normalitas

Pada penelitian ini dilakukan uji normalitas dengan tujuan untuk melihat

apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik

memiliki nilai residual yang terdistribusi normal, sehingga uji normalitas bukan

dilakukan pada tiap-tiap variabel tetapi pada nilai residualnya.

GAMBAR 5.1

Normalitas Data

Standardized Residuals Histogram

73
Sumber Gambar: Output JASP 0.17.2.0. 2023

GAMBAR 5.2

Normalitas Data

Q-Q Plot Standardized Residuals

74
Sumber Gambar: Output JASP 0.17.2.0. 2023

Dari gambar 5.1 diatas dapat ditarik kesimpulan, jika residual berasal dari distribusi

normal, dilihat dari Standardized Residuals Histogram maka nilai-nilai sebaran data

akan terletak disekitaran garis lulus (melingkari garis lurus diagonal dan tidak

menyebar jauh pada garis lurus), sehingga dapat dinyatakan bahwa persyaratan

normaltas dapat dipenuhi. Dapat disimpulkan jika 5 (lima) variabel yaitu;

produktivitas, keuangan, pemasaran, legalitas & ekspansi, dan pengembangan usaha

yang digunakan dapat dipercaya dan diandalkan sebagai alat pengumpul data

prediksi.

75
2. Uji Heteroskedastisitas

Merupakan bagian dari uji asumsi klasik dalam analisis dalam analisi regresi

yang bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan

variacnce (variasi) dari nilai residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

GAMBAR 5.3

Heteroskedastisitas

Residuals vs. Predicted

Sumber Gambar: Output JASP 0.17.2.0. 2023

Gambar 5.3 diatas menunjukkan bahwa titik-tiitik menyebar secara acak. Titik-titik

data juga tidak mengumpul hanya diatas atau dibawah saja. Sehingga bisa

76
disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah hesteroskedastisitas dalam penelitian ini.

Maka dapat disimpulkan bebas hesteroskedastisitas yaitu; produktivitas, keuangan,

pemasaran, legalitas & ekspansi terhadap pengembangan usaha.

3. Uji Multikolinearitas

Pada penelitian ini dilakukan uji multikolinearitas dengan tujuan untuk

menguji apakah dalam suatu model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel

bebas. Dalam model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel

bebas. Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas dan nilai toleransinya. Jika VIF

kurang dari 10,000 dan nilai toleransi lebih besar 0,100 maka regresi dapat dikatakan

bebas dari multikolinieritas, (Bachtiar, 2011). Hasi disajikan berikut ini.

TABEL 5.13

Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel Collinearity Batas VIF Batas Keterangan

Tolerance minimum maksimum

Produktivitas 0,464 0,1 2,156 10 Bebas dari

gejala

multikolinearitas

Keuangan 0,514 0,1 1,945 10 Bebas dari

gejala

multikolinearitas

Pemasaran 0,664 0,1 1,504 10 Bebas dari

77
gejala

multikolinearitas

Legalitas & 0,563 0,1 1,775 10 Bebas dari

Ekspansi gejala

multikolinearitas

Sumber: Diolah peneliti dengan hasil output JASP 0.17.2.0 2023

Dari hasil uji multikolinearitas tabel 5.12 diatas, didapat nilai toleransi semua variabel

lebih dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10 maka dapat disimpulkan bahwa regresi

bebas dari gejala multikolinearitas yaitu variabel produktivitas, keuangan, pemasaran,

dan legalitas & ekspansi terhadap pengembangan usaha.

5.1.4 Analisis Regresi Berganda

Pada penelitian ini digunakan persamaan analsis regresi linear berganda untuk

mengetahui pengaruh variabel produk, harga, tempat, dan promosi terhadap tingkat

penjualan. Hal ini dengan hasil sebagai berikut.

TABEL 5.14

Hasil Regresi Linear Berganda

Variabel Simbol Coefficiens P-Value

Persamaan Regresi

Pengembangan Y 1 0,047

Usaha

Intercept - 4,022 0,047

78
Produktivitas X1 0,298 0.012

Keuangan X2 0,500 < .001

Pemasaran X3 0,093 0,463

Legalitas & X4 0,144 0,317

Ekspansi

Sumber: Diolah peneliti dengan hasil output JASP 0.17.2.0 2023

Pada penelitian ini terdapat model persamaan regresi dari hasil output

Appliction JASP 0.17.2.0 dapat dijelaskan diantaranya.

Dimana:

Y = 4,022 + 0,298X1 + 0,500X2 + 0,093X3 + 0,144X4 + e

Persamaan hasil regresi berganda tabel 5.13 tersebut dapat dijelaskan dengan

penjelasan berikut.

1. Intercept sebesar adalah 4,022 artinya menyatakan bahwa jika tidak ada

produktivitas, keuangan, pemasaran, dan legalitas & ekspansi yang dilaksanakan,

maka pengembangan usaha pada Candu Coffee Pangkalpinang adalah 4,022.

2. Untuk koefisien regresi produktivitas sebesar 0,298 menyatakan bahwa setiap

peningkatan produk (+) 1 (satu) satuan, maka akan meningkatkan pengembangan

usaha sebesar 0,298.

3. Untuk koefisien regresi Keuangan sebesar 0,500 menyatakan bahwa setiap

peningkatan keuangan (+) 1 (satu) satuan, maka akan meningkatkan pengembangan

usaha sebesar 0,500.

79
4. Untuk koefisien regresi pemasaran sebesar 0,093 menyatakan bahwa setiap

peningkatan pemasaran(+) 1 (satu) satuan, maka akan meningkatkan pengembangan

usaha sebesar 0,093.

5. Untuk koefisien regresi promosi sebesar 0,144 menyatakan bahwa setiap

peningkatan promosi (+) 1 (satu) satuan, maka akan meningkatkan tingkat penjualan

sebesar 0,144.

5.1.5 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Analisa uji koefisien determinasi adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh

variabel bebas terhadap variabel terikat. Koefisien determinasi diperoleh dari

besarnya nilai adjusted R² (Karen variabel yang digunkan lebih dari I variabel). Nilai

adjusted R² yang kecil berarti kemampuan semua variabel bebas dalam menjelaskan

variabel terikat bersifat lemah. Ghozali (2012) mengemukakan bahwa nilai adjusted

R2 yang mendekati 1 berarti variabel- variabel bebas memberikan hampir semua

informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel terikat. Hasil ouput

dapat disajikan table berikut.

TABEL 5.15

Hasil Uji Koefisien Detrminasi (R2)

80
Model R R2 Adjusted R2 Keterangan

Variabel bebas
H1 0,725 0,525 0,506 dapat

menjelaskan

variabel terikat

sebesar 50,6%

Sumber: Diolah peneliti dengan hasil output JASP 0.17.2.0 2023

Dari hasil pada tabel 5.14 di atas, terdapat nilai Adjusted R2 sebesar 0,506 atau

dapat didefinisikan setara dengan 50,6%. Dapat disimpulkan bahwa variabel bebas

yaitu; produktivitas, keuangan, pemasaran, dan legalitas & ekspansi dapat

menjelaskan pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel terikat pengembangan

usaha sebesar 50,6%. Sisanya sebesar 49,4% dapat dijelaskan oleh variabel lain yang

tidak digunakan dalam penelitian ini.

5.2 Pengujian Hipotesis

Pengujian dilakukan kepada masing-masing hipotesis variabel dengan tahapan

yaitu (uji t b1X1, uji t b2X2, uji t b3X3, uji t b4X4 dan uji F ANOVA) variabel bebas

adalah produk, harga, tempat, dan promosi dan variabel terikat tingkat penjualan pada

Candu Coffee diKota Pangkalpinang dengan hasil table sebagai berikut.

TABEL 5.16

Hasil Uji t Parsial (Partial t Test)

81
Variabel t-hitung t-tabel df- P-Value Titik Keterangan

101(0,05) Presentase

Distribusi t

Produktivitas 2,575 1,660 0,012 0,05 Berpengaruuh

positif dan

signifikan

Keuangan 4,449 1,660 < .001 0,05 Berpengaruh

positif dan

signifikan

Pemasaran 0,737 1,660 0.463 0,05 Berpengaruh

positif dan

signifikan

Legalitas & 1,006 1,660 0.317 0,05 Berpengaruh

Ekspansi positif dan

signifikan

Sumber: Diolah peneliti dengan hasil output JASP 0.17.2.0 2023

5.2.1 Uji t Hipotesis H1

Uji t untuk b1X1 dilakukan untuk menguji hipotesi produktivitas dengan

langkah hipotesis dengan hasil dan penjelasannya:

H0 : b1 = 0 Tidak dapat berpengaruh positif dan negatif secara parsial

produktivitas terhadap pengembangan usaha pada Candu Coffee.

82
H1 : b1 ≠ 0 Dapat berpengaruh positif dan negatif secara parsial produktivitas

terhadap pengembangan usaha pada Candu Coffee.

Dari hasil tabel 5.15 diatas, terdapat hasil nilai t-hitung untuk variabel

produktivitas sebesar 2,575 dan jika dibandingkan dengan nilai t-tabel adalah 1,660

maka lebih besar t-hitung dibanding t-tabel. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat

hasil nilai positif sebesar 2,575 dan nilai p-value 0,012 kurang dari 0,05. Artinya

produktivitas mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat penjualan H0 ditolak H1

diterima. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa hipotesis H1 yaitu produktivitas

secara parsial berpengaruh signifikan dan positif terhadap pengembangan usaha pada

Candu Coffee diKota Pangkalpinang dapat diterima.

5.2.2 Uji t Hipotesis H2

Sedangkan uji t untuk b2X2 dilakukan untuk menguji hipotesis keuangan

dengan langkah hipotesis dan urainnya diantaranya:

H0 : b2 = 0 Tidak dapat berpengaruh positif dan negatif secara parsial keuangan

terhadap tingkat penjualan pada Candu Coffee.

H2 : b2 ≠ 0 Dapat berpengaruh positif dan negatif secara parsial keuangan

terhadap tingkat penjualan pada Candu Coffee.

Sedangkan hasil tabel 5.15 di atas, mendapat hasil nilai t-hitung untuk

keuangan adalah 4,449 lebih besar dari t-tabel adalah 1,660 dan nilai p-value <.001

lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa keuangan dapat berpengaruh

positif dan signifikan terhadap tingkat penjualan artinya H 0 ditolak dan H2 diterima.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa harga dapat mempengaruhi pengembangan usaha

83
walau hasilnya secara negatif dalam lingkup area Kota Pangkalpinang.

5.2.3 Uji Hipotesis H3

Dari hasil uji t untuk b3X3 dilakukan untuk menguji hipotesi pemasaran

dengan langkah hipotesis dan urainnya diantaranya:

H0 : b3 = 0 Tidak dapat berpengaruh positif dan negatif secara parsial tempat

terhadap tingkat penjualan pada Candu Coffee.

H3 : b3 ≠ 0 Dapat berpengaruh positif dan negatif secara parsial tempat terhadap

tingkat penjualan pada Candu Coffee.

Kemudian hasil tabel 5.15 di atas, didapatkan hasil nilai t-hitung untuk

pemasaran sebesar 0,737 lebih kecil dari pada t-tabel 1,660 dan nilai p-value 0,463

kurang dari 0,05 sehingga dapat disimpulakan bahwa tempat berpengaruh signifikan

terhadap pengembangan usaha pada Candu Coffee H0 diterima dan H3 ditolak. Hal ini

artinya, hipotesis H3 yaitu tempat secara parsial tidak berpengaruh signifikan dan

positif terhadap pengembangan usaha pada Candu Coffe area Kota Pangkalpinang

dapat diterima.

5.2.4 Uji Hipotesis H4

Dari hasil uji t untuk b4X4 dilakukan untuk menguji hipotesi legalitas &

ekspansi dengan langkah hipotesis dan urainnya diantaranya:

H0 : b4 = 0 Tidak dapat berpengaruh positif dan negatif secara parsial promosi

terhadap tingkat penjualan pada Candu Coffee.

H4 : b4 ≠ 0 Dapat berpengaruh positif dan negatif secara parsial promosi terhadap

tingkat penjualan pada Candu Coffee.

84
Kemudian hasil tabel 5.15 di atas, didapatkan hasil nilai t-hitung untuk

legalitas & ekspansi sebesar 1,006 lebih kecil dari pada t-tabel 1,660 dan nilai p-value

0.317 lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulakan bahwa legalitas & ekspansi

berpengaruh signifikan terhadap pengembangan usaha pada Candu Coffee H0

diterima dan H4 ditolak. Hal ini artinya, hipotesis H4 yaitu legalitas & ekspansi secara

parsial tidak berpengaruh signifikan dan positif terhadap tingkat penjualan pada

Candu Coffe area Kota Pangkalpinang dapat diterima.

5.2.5 Uji F Secara Bersama-sama

Dari hasil uji F untuk b1X1, b2X2, b3X3, dan b4X4 dilakukan untuk menguji

hipotesi untuk mengaju seluruh variabel bebas yaitu; produktivitas, keuangan,

pemasaran, dan legalitas & ekspansi terhadap variabel terikat pengembangan usah

pada Candu Coffee diKota Pangkalpinang dengan hipotesis, dari tabel dibawah ini

dengan hasil output JASP 0.17.2.0 dapat diuraikan dan dijelaskan sebagai berikut:

H0 : b4 = 0 Tidak dapat berpengaruh secara simultan produktivitas, keuangan,

pemasaran, dan legalitas & ekspansi terhadap pengembangan usaha

pada Candu Coffee diKota Pangkalpinang.

H5 : b5 ≠ 0 Dapat berpengaruh secara simultan produktivitas, keuangan,

pemasaran, dan legalitas & ekspansi terhadap pengembangan usaha

pada Candu Coffee diKota Pangkalpinang.

Uji F ini dilakukan untuk membandingkan rata-rata lebih dua sampel

atau lebih yang digunakan hasil output dapat dilihat dalam tabel berikut.

85
TABEL 5.17

Hasil Uji F Simultan

Model F-hitung(F) F-tabel (df N2- P-Value Probabilita Keterangan

98/df N1-4) (α)

H5 27,110 2,46 <.001 0,05 Berpengaruh

positif dan

signifikan

Sumber: Diolah peneliti dengan hasil output JASP 0.17.2.0 2023

Beradasarkan hasil output JASP 0.17.2.0 tabel di atas terdapat hasil uji

ANOVA secara bersama-sama, didapat nilai F-hitung sebesar 27,110 dengan tingkat

p-value <.001 dan F-tabel adalah 2,46 dengan probabilita 0.05. Oleh karena p-value

(<.001) jauh lebih kecil daripada probabilita 0.05. Maka model regresi bias dipakai

untuk memprediksi pengembangan usaha pada Candu Coffee diKota Pangkalpinang.

Atau bias dikatakan produktivitas, keuangan, pemasaran, dan legalitas & ekspansi

secara bersama-sama dapat berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

pengembangan usaha pada Candu Coffee diKota Pangkalpinang Ho ditolak dan H5

diterima. Hal ini artinya, dapat dinyatakan bahwa hipotesis H₁, H₂, H 3, dan H4

diantaranya produktivitas, keuangan, pemasaran, dan legalitas & ekspansi secara

simultan berpengaruh signifikan dan positif terhadap pengembangan usaha pada

Candu Coffee diKota Pangkalpinang dapat diterima.

86
BAB VI

PENUTUP

87
6.1 Kesimpulan

Menurut hasil analisis dan pembahasan data, peneliti membuat kesimpulan

yang dapat ditarik dari hasil pembahasan bab-bab sebelumnya dari kajian Analisis

Strategi Terhadap Pengembangan usaha Pada Candu Coffee diKota Pangkalpinang

adalah:

1. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Adjusted R2 sebesar 0,506 atau setara

dengan 50,6%. Dapat disimpulkan bahwa variabel bebas diantaranya produktivitas,

keuangan, pemasaran, dan legalitas & ekspansi dapat menjelaskan dan mempengaruhi

variabel terikat tingkat penjualan sebesar 50,6%. Sisanya sebesar 49,4% dapat

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini.

2. Hipotesis pertama dari H1 menunjukkan nilai t yang posisif dan signifikan. Hal ini.

Artinya dinyatakan bahwa secara individual (partial) variabel produktivitas

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengembangan usaha pada Candu Coffee

diKota Pangkalpinang H1 diterima adalah dengan nilai: 2,575 dan P-Value 0,012.

3. Hipotesis kedua dari H2 menunjukkan nilai yang positif dan signifikan. Hal ini.

Artinya uji t yang didapat secara individual (partial) variabel keuangan berpengaruh

positif dan signifikan terhadap pengembangan usaha pada Candu Coffee diKota

Pangkalpinang H2 diterima adalah dengan nilai: 4,449 dan P-Value <.001.

4. Hipotesis ketiga dari H3 menunjukkan nilai t yang posisif dan signifikan. Hal ini.

Artinya dintakan bahwa secara individual (partial) variabel pemasaran berpengaruh

positif dan signifikan terhadap pengembangan usaha pada Candu Coffee diKota

Pangkalpinang H3 diterima adalah dengan nilai: 0.737 dan P-Value 0,463.

88
5. Hipotesis keempat dari H4 menunjukkan nilai t yang posisif dan signifikan. Hal ini.

Artinya dintakan bahwa secara individual (partial) variabel legalitas & ekspansi

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengembangan usaha pada Candu Coffee

diKota Pangkalpinang H4 diterima adalah dengan nilai: 1,006 dan P-Value 0,317.

6. Hipotesis kelima dari Uji F menyatakan bahwa nilai yang didapat produktivitas,

keuangan, pemasaran, dan legalitas & ekspansi berpengaruh positif dan signifikan

terhadap tingkat penjualan. pada Candu Coffee diKota Pangkalpinang H5 diterima

adalah dengan nilai: 27,110 dan P-Value <.001.

6.2 Saran

Terdapat hasil temuan melalui kesipmulan, maka bermanfaat yang diharapkan

dari hasil penelitian ini dintaranya adalah:

1. Bagi pembaca diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkat dan menambah

wawasan pengetahuan produktivitas, keuangan, pemasaran, dan legalitas & ekspansi

dan pengembangan usaha. Khusus mereka yang tertarik untuk mempelajari lebih

lanjut tentang manajemen pemasaran yaitu; produktivitas, keuangan, pemasaran, dan

legalitas & ekspansi perlu memodifikasi variabel independen, baik menambahkan

variabel atau menambahkan data deret waktu. Oleh karena itu, kajian masalah

penelitian akan lebih objektif dan beraneka ragam pembahasan.

2. Untuk Candu Coffee Kota Pangkalpinang, sebagai acuan Upaya pembuatan

kebijakan dimasa depan mengenai harga dalam meningkatkan lagi kopetensi secara

aplikatif dan dapat memberikan informasi bagi setiap unit koordinasi agar dapat

tercapai tujuan pemasaran yang baik dalam melaksanakan kegiatan penjualan dimasa

89
yang akan datang yang harus senantiasa dapat di perhatikan dan dipertimbangkan

secara bijaksana oleh pemilik Candu Coffee

3. Dapat meningkatkan pemasaran Candu Coffee Kota Pangkalpinang dimasa

mendatang, Candu Coffee harus meningkatkan kualitas dalam pemasaran. Semakin

tinggi pemahaman pengetahuan pemasaran, semakin banyak konsumen mendapatkan

informasi produk yang sangat penting khususnya produk Candu Coffe diKota

Pangkalpinang dapat melakukan beberapa upaya, seperti: perbandingan-

perbandingan produk baru, harga, kualitas, dll.

4. Selain itu, diharapkan Candu Coffe Kota Pangkalpinang dapat menciptakan

konsumen loyal yang cukup kompeten. Sehingga konsumen lain dapat mendapatkan

informasi yang baik seputar Candu Coffe diKota Pangkalpinang.

Daftar Pustaka

Artikel Ilmiah

Fandi Tjiptono, Strategi Pemasaran, Andi: Yogyakarta, 2002. (14 Februari

90
2023)

Joko Purwono,” Strategi Pengembangan Bisnis Rumah Tempe Indonesia

Di Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat”. (18 Februari 2023)

Priharjanto, S. (2012). Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha

Makanan Ringan pada PD sinar Berlian diJakarta. Jurnal Ekonomi

dan Manajemen. (5 Februari 2023)

Supriyanto, M. (2017). Studi Kelayakan dan Strategi Pengembangan

Usaha budidaya Ikan Lele dikecamatan Maospati Kabupaten

Magetan. Jurnal AKSI. (2 Februari 2023)

Siregar, G. (2016). Analisis Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha

Ternak Sapi. Jurnal ilmiah agribisnis, Universitas Muhammadiyah

Sumatera. (8 Februari 2023)

Buku Referensi

Abdul Manap. 2016. Revolusi Manajemen Pemasaran. Edisi Pertama,

Mitra Wacana Media, Jakarta. (4 Februari 2023)

Alma, Buchory., dan Saladin, Djaslim. 2010. Manajemen Pemasaran:

Ringkasan. (5 Februari 2023)

Anoraga, Pandji. Pengantar Bisnis. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2007,

(2 Februari 2023)

Assauri, Sofjan. (2012). Manajemen Pemasaran. Jakarta : PT Raja

Grapindo, (7 Februari 2023)

91
Boon, Kurtz (2008). Contemporary Marketing ., New York: Sount-West

Cengage Learning. (9 Februari 2023)

Danang Sunyoto. 2019. Dasar-dasar Manajemen Pemasaran (Konsep,

Strategi dan Kasus). Cetakan Ke-3. Jakarta: PT. Buku Seru. (9

Februari 2023)

David, F. R. (2011). Strategic management: Concepts and cases:

competitiveness and globalization. Pearson Education. (5 Mei

2023)

Fandy, Tjiptono. 2011. Service Management Mewujudkan Layanan

Prima. Edisi 2. Yogyakarta: Andi. (9 Februari 2023)

Fred R. David. 2011. Strategic Management (Manajemen Strategis).

Jakarta: Salemba empat. (5 Februari 2023)

Handoko, T. Hani. 2012. Manajemen Personalia dan Sumber Daya

Manusia. Yogyakarta. BPFE. (3 Februari 2023)

Hasibuan 2020, Manajemen Produksi dan Operasi, Penerbit : Yayasan

Kita Menulis. (7 Februari 2023)

Jauch, Lawrence R. dan William F. Glueck 1998. Manajemen Strategis

dan Kebijakan Perusahaan Edisi ketiga. Jakarta: Erlangga. (8

Februari 2023)

Joewono, Handito. 2012. Strategy Management. Jakarta: Arrbey. (6

Februari 2023)

Johnson, G., Whittington, R., Scholes, K., Angwin, D., & Regner, P.

92
(2017). Exploring strategy: text and cases. Pearson. (22 Mei

2023)

Kotler, Philip and Kevin Lane Keller. 2011. Manajemen Pemasaran, Edisi

13. Jakarta: Erlangga. (5 Februari 2023)

Kotler, P. (1997). Marketing management: Analysis, planning,

implementation, and control. Pearson Education India. (15 Mei 2023)

Kotler Philip, dan Gary Amstrong 2012. Principles Of Marketing, Global

Edition, 14 Edition, Pearson Education. (19 Februari 2023)

Kotler, P., Keller, K. L., Ang, S. H., Leong, S. M., & Tan, C. T. (2019).

Marketing management: An Asian perspective (7th ed.). Pearson.

(25 Februari 2023)

Laksana, M. F. (2019). Praktis Memahami Manajemen Pemasaran.

Sukabumi: CV Al Fath Zumar. (15 Februari 2023)

Limakrisna, N. dan Purba, T.P, (2017). Manajemen Pemasaran, Teori dan

Aplikasi dalam Bisnis di Indonesia, jilid 2, Mitra Wacana Media.

Bogor. (13 Februari 2023)

Mardalis. 2008. Metodologi Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal.

Jakarta: PT. Bumi Aksara. (11 Februari 2023)

McCarthy, E. J., & Perreault, W. D. Jr. (1993). Basic marketing: A

global managerial approach. McGraw-Hill. (10 Mei 2023)

M Chandrasekaran, SM Basheer, et al. “Challenges for the Small-Scale

Beverage Industry in Indonesia: A Study on the Performance of

93
SMEs in the Coffee and Tea Processing Industry.” Journal of

Food and Beverage Marketing, vol. 21, no. 3, 2015, pp. 272–286.

( 28 Mei 2023)

Mclaughlin, K., & Aaker, D. A. (2010). Strategic market management:

Global perspectives. John Wiley & Sons. ( 14 Mei 2023)

Perkembangan Ekonomi Indonesia Dan Dunia Edisi Vol. 6. No. 2 Agustus

2022 ISSN 2580-2518, (5 Februari 2023)

Porter, M. E. (2008). The Five Competitive Forces That Shape Strategy.

Harvard BusinessReview.(20 Mei 2023)

Porter, M. E. (2008). The five competitive forces that shape strategy.

Harvard Business Review, 86(1), 25-40. (20 Mei 2023)

R.A Supriyono Manajemen strategi dan kebijaksanaan bisnis. Ed. 1, Cet. 4

.-Yogyakarta, penerbit Perpustakaan Nasional. (14 Februari 2023)

Rangkuti, Freddy (2009). Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis

Kasus Integrated Marketing. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. (2

Februari 2023)

Rangkuti, Freddy. 2012. Study Kelayakan Bisnis & Investasi. Jakarta:

PT.Gramedia. (1 Februari 2023)

Rangkuti, F. (2015). Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. (20 Februari 2023)

Siswanto. 2012. Pengantar Manajemen: PT.Bumi Aksara, Jakarta. (15

Februari 2023)

94
Suryana, 2006. Kewirausahaan pedoman praktis : kiat dan proses menuju

sukses, edisi tiga, penerbit salemba , Jakarta. (12 Februari 2023)

su, Y. C., & Hung, C. C. (2018). Analysis of the Bakery Industry in

Taiwan: Applying Porter’s Five Forces Model and SWOT

Analysis. Journal of Asian Finance, Economics and Business,

5(1), 43-51. (25 Mei 2023)

Teori Organisasi Konsep Dan Implementasinya,Penerbit Media Saint

Indonesia,Cv Media Sain Indonesia,No. 370/JBA/2020, (8

Februari 2023)

Tjiptono Fandy, Anastasia Diana (2020) Pemasaran : Penerbit Andi

Yogyakarta. (10 Februari 2023)

URL Website

http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/tansiq/article/download/2061/1617, (5

Februari 2023)

https://katadata.co.id/intan/ekonopedia/1, (18 Februari 2023)

https://babel.bps.go.id/subject/9/industri.html, (01 Maret 2023)

https://www.coursehero.com/file/p60qfv6/7-Menurut-Glos-Steade-dan-Lowry-1996-
Bisnis-adalah-jumlah-seluruh-kegiatan-yang/

95

Anda mungkin juga menyukai