SKRIPSI
disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
Program Studi Matematika
oleh
Yanuar Chaerul Umam
4150408013
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa dalam isi skripsi ini tidak terdapat karya yang
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dirujuk
ii
PENGESAHAN
Ketua Penguji
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Berusaha menjadi lebih baik untuk kebaikan diriku sendiri, bukan untuk
6. Almamaterku.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
“Model Epidemi SEIV Penyebaran Penyakit Polio Pada Populasi Tak Konstan”.
Penulisan skripsi ini sebagai syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh penulis untuk
bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
Negeri Semarang.
6. Drs. Wuryanto, M.Si, Dosen Penguji Utama yang telah memberikan inspirasi,
menyelesaikan skripsi.
v
8. Mba nani, Mba fitri, Mas dodo, iwan, alan dan Ika Kurniawati yang selama ini
Simbah, Alip, Very, Borok, dan Nurul Ardiansyah) yang telah memberikan
skripsi ini.
10. Mahasiswa matematika angkatan 2008 yang telah memberikan dorongan dan
motivasi.
11. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penulisan skripsi ini.
Penulis sadar dengan apa yang telah disusun dan disampaikan masih
banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu penulis menerima segala
kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk skripsi ini. Semoga skripsi ini
Penulis
vi
ABSTRAK
Umam, Y.C. 2014. Model Epidemi SEIV Penyebaran Penyakit Polio Pada
Populasi Tak Konstan. Skripsi, Jurusan Matematika, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing
Utama Muhammad Kharis, S.Si., M.Sc dan Pembimbing Pendamping Drs.
Supriyono, M.Si.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN .............................................................................................. ii
viii
2.4 Persamaan Diferensial Linear Homogen dan Tak Homogen ........... 10
ix
4.4 Titik Kestabilan ............................................................................... 53
LAMPIRAN .................................................................................................... 73
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.2. Dinamika Populasi S(t), E(t), I(t) dan V(t) terhadap waktu t
. .................................................................................. 64
Gambar 4.3. Dinamika Populasi S*(t), E*(t), I*(t) dan V*(t) terhadap
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xiii
BAB 1
PENDAHULUAN
Matematika bersifat universal dan sangat erat dengan kehidupan nyata, dan
dalam matematika bersifat hierarkis, terstruktur, logis dan sistematis dari konsep
dengan kata lain konsep sebelumya sebagai prasyarat yang harus dipenuhi untuk
Selain itu matematika juga dapat berperan sebagai ratu ilmu sekaligus
matematika dapat tumbuh dan berkembang untuk dirinya sendiri sebagai suatu ilmu
tanpa adanya bantuan dari ilmu lain. Selanjutnya matematika dikatakan sebagai
ilmu lain. Kajian matematika yang berperan sebagai pelayan ilmu-ilmu lain biasa
dalam Analisis, Aljabar, Geometris dan lainnya yang akan sangat berperan dalam
1
2
teknik. Secara umum pengertian model adalah suatu usaha menciptakan suatu
yang ditirukan. Pemodelan matematika adalah suatu proses yang menjalani tiga
Salah satu cabang dari ilmu matematika modern yang penting dan
dalam Analisis, Aljabar, Geometris dan lainnya yang akan sangat berperan dalam
dibahas salah satunya adalah masalah penyebaran penyakit. Salah satu masalah
Polio adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus polio yang dapat
menyerang pada semua kelompok umur, namun yang peling rentan adalah
kelompok umur kurang dari 3 tahun. Gejala meliputi demam, lemas, sakit kepala,
muntah, sulit buang air besar, nyeri pada kaki, tangan, kadang disertai diare.
pada abad ke-18, dan menyebar ke Amerika Serikat beberapa tahun kemudian.
Penyakit polio juga menyebar ke negara maju belahan bumi utara yang bermusim
panas. Penyakit polio menjadi terus meningkat dan rata-rata orang yang menderita
penyakit polio meninggal, sehingga jumlah kematian meningkat akibat penyakit ini.
Penyakit polio menyebar luas di Amerika Serikat tahun 1952, dengan penderita
dengan program vaksinasi. Sampai saat ini, program vaksinasi masih dipercaya
4
sebagai cara yang paling efektif dalam menekan penyebaran penyakit polio. Oleh
karena itu, vaksinasi perlu diperhatikan dalam model sebagai upaya untuk
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui :
1. Mengetahui model epidemi SEIV penyebaran penyakit polio pada populasi tak
konstan.
5
2. Mengetahui kestabilan titik tetap dari model matematika penyebaran penyakit polio
3. Mengetahui simulasi model matematika penyebaran penyakit polio pada populasi tak
1. Bagi Penulis
populasi tak konstan sekaligus sebagai sarana untuk memenuhi syarat kelulusan
khususnya dari model matematika penyebaran penyakit polio pada populasi tak
konstan.
3. Bagi Pembaca
pengurangan populasi misalnya karena sudah melewati batas usia yang diamati.
Secara garis besar penulisan skripsi ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
bagian awal skripsi, bagian isi skripsi dan bagian akhir skripsi. Berikut ini
motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel,
daftar lampiran.
Secara garis besar bagian isi skripsi terdiri dari lima bab, yaitu:
BAB 1 PENDAHULUAN
penulisan skripsi.
software Maple.
BAB 5 PENUTUP
Bagian akhir skripsi berisi tentang daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang
mendukung skripsi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
variabel atau lebih yang menghubungkan nilai fungsi itu sendiri dan turunannya
dalam berbagai orde. Selain itu, persamaan diferensial juga didefinisikan sebagai
persamaan yang memuat satu atau beberapa turunan fungsi yang tak diketahui
(Waluya, 2006: 1). Menurut peubah bebas, persamaan diferensial dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu persamaan differensial biasa dan parsial sedangkan
beberapa turunan dari variabel tak bebas terhadap satu variabel bebas. Persamaan
diferensial parsial adalah persamaan yang mengandung turunan parsial dari variabel
tak bebas terhadap dua variabel bebas atau lebih. Berikut ini adalah beberapa
2 2
u u
(3) 2
0 merupakan persamaan diferensial parsial,orde dua
x y2
u u
(4) x 2y merupakan persamaaan diferensial parsial.orde Satu
x y
8
9
pangkatnya juga dibedakan menjadi dua yaitu persamaan diferensial linear dan
Definisi 2.1
serupa juga berlaku untuk persamaan diferensial parsial. Jadi secara umum
a0 t y n a1 t y n 1
... an t y g t
Persamaan yang tidak dalam bentuk tersebut merupakan persamaan tak linear
(Waluya, 2006).
Contoh:
Definisi 2.2
dx
f t, x (2.1)
dt
10
Dimana f adalah fungsi dalam dua variabel yang diberikan. Sebarang fungsi
Definisi 2.3
x a t x g t (2.2)
persamaan (2.2) disebut PDL Homogen dan jika g t 0 , disebut PDL tak
Definisi 2.4
Orde dari persamaan diferensial adalah derajat atau pangkat tertinggi dari turunan
F t , u ' t ,..., u n t 0
Persamaan di atas menyatakan relasi antara variabel bebas dan nilai-nilai dari
Untuk lebih kita tulis untuk u t , untuk u ' t dan seterusnya. Jadi persamaan
F t , y ' ,..., y n 0
Contoh:
dx
f t, x
dt
yang memenuhi persamaan itu untuk semua t disebut solusi persamaan diferensial
Contoh:
1. x 3t 3 6t 5
1 2
2. x t4 t 4t
5
Penyelesaian:
1. Jelas x 3t 3 6t 5
x 3t 3 6t 5 dt
3 4 6 2
x t t 5t c
4 2
12
3 4
x t 3t 2 5t c
4
3 4
Jadi solusi umum untuk x 3t 3 6t 5 adalah x t 3t 2 5t c
4
1 2
2. Jelas x t4 t 4t
5
1 2
x t4 t 4t dt
5
1 5 1 3
x t t 2t 2 c
5 15
1 2 1 5 1 3
Jadi solusi untuk x t4 t 4t adalah x t t 2t 2 c
5 5 15
Definisi 2.5
M x, t dt N x, t dx 0, (2.3)
df x, t M x, t dt N x, t dx (2.4)
df df
M x, t dan N x, t (2.5)
dt dx
2 2
dM f dN f
dan (2.6)
dx x t dx t x
M N
(2.7)
x t
Syarat (2.7) persamaan diferensial (2.3) dikatakan eksak. Juga syarat cukup ,
Contoh:
2
Tinjau PD t dx xdt 0!
x
Penyelesaian:
M N M N
Disini 1, 1 sehingga
x t x t
2
Maka PD t dx xdt 0 merupakan PD eksak.
x
df df
M x, t dan N x, t berlaku.
dt dx
2
Solusi untuk t dx xdt 0 adalah
x
df
M x, t x sehingga
dt
f x, t xt g x
14
df
Disisi lain M x, t x sehingga
dt
df 2
Jelas N x, t t
dx x
df
x g' x
dx
2
Diperoleh g ' x
x
2
Jelas g ' x dt dt
x
g x 2ln x C
Definisi 2.6
x, t M x, t dt x, t N x, t dx 0.
M N M N
atau M N
x t x x t t
15
M N
N M
t x x t
1 M N
N M
t x x t
diperoleh fakta,
1 M N
N M (*)
t x x t
a) Misalkan t , maka 0
x
1 M N
Jika 0 , maka N M
x t x x t
1 M N
N 0
t x t
1 M N
N
t x t
M N
1 x t (**)
t N
M N
Bila x t suatu fungsi dari t, sehingga
N
M N
x t 1
g t , maka (**) g t atau g t dt
N t
Sehingga g t dt
ln g t dt
16
g t dt
e
g t dt
Diperoleh faktor integrasi e
Contoh:
M
Dari PD di atas kita dapatkan M x, t x 1
x
N
dan N x, t xt 2 t 2 xt 1 sehingga
t
M N
x t 1 2 xt 1
N xt 2 t
2 2xt
xt 2 t
2 2 xt
t xt 1
2 xt 1
t xt 1
2
t
g t
2
g t dt dt 2ln t ln t
2
t
Jadi faktor integrasi pada PD di atas adalah e e e e
2 1
Sehingga x .
x2
1 M N
N M
t x x t
1 M N
0 M
x x t
M
x M N
x t
M N
x t x
M
M N
x t x
M
M N
Jika fungsi x t g x suatu fungsi dari x, maka
M
Jelas g x x
ln g x x
g x x
e
g x x
Jadi e adalah faktor integrasi untuk kasus x .
Contoh:
Dipunyai PD 2 xtdt x2 3t 2 dx 0.
Penyelesaian:
Jelas M x, t 2 xt
18
M
2t
x
N x, t x2 3t 2
N
6t
t
M N
x t 2t 6t
Sehingga
M 2 xt
M N
x t 8t
M 2 xt
M N
x t 4
g x
M x
4
dx 4 1
Jadi faktor integrasi untuk PD di atas adalah e x
eln x
x4
c) Misalkan x, t
y
. x x dan
t y t y t y
y
. t t
x y x y x y
1 M N
Sehingga N M diperoleh
t x x t
1 M N
xN tM
y y x t
1 M N
xN tM
y x t
19
M N
1 x t
y xN tM
M N
Disimpulkan jika x t h y ,y xt , maka faktor integrasi adalah
xN tM
eln h y dy .
Contoh:
Penyelesaian:
Jelas M x, t x
M
1
x
N x, t t 3t 3 x 4
N
1 9t 2 x 4
t
M N
Sehingga 1 1 9t 2 x 4
x t
9t 2 x 4
xN tM xt 3t 3 x 5 xt
3t 3 x 5
M N
9t 2 x 4
Jadi x t
xN tM 3t 3 x 5
20
3
xt
3
g y
y
3
g y dy dy
3ln y 3 1
e e y
e eln y y 3
y3
1 1
Jadi 3
y3 xt
Berikut ini contoh penerapan faktor integrasi untuk mencari solusi umum PD orde
satu.
Contoh:
Tentukan solusi dari persamaan diferensial biasa linear orde satu dari
dx
x t
dt
Penyelesaian:
dx
Dari x t diperoleh g t 1 dan q t t
dt
p t dt 1 dt t
Diperoleh faktor integralnya e e e
t
Selanjutnya kedua ruas kita kalikan dengan e
t dx
diperoleh e x e tt
dt
t dx
e e tx e tt
dt
d e tx
e tt
dt
21
e tx e t tdt
e tx e tt e t dt
e tx e tt e t
c
c
x t 1
et
x t 1 c1
dx
Jadi dari x t diperoleh solusi x t 1 c1 dengan c1 suatu kontanta.
dt
berorde satu (Conte & Boor, 1993: 359). Persamaan itu dapat ditulis dalam
bentuk:
dy1
y1 f 1 ( x, y1 , y 2 , ..., y n )
dx
dy 2
y2 f 2 ( x, y1 , y 2 , ..., y n )
dx (2.9)
dy n
yn f n ( x, y1 , y 2 , ..., y n )
dx
mempunyai lebih dari satu persamaan yang harus konsisten serta trivial.
22
differensial dengan n buah fungsi tak diketahui, dalam hal ini, n merupakan
menjadi dua yaitu sistem persamaan differensial linear dan tak linear.
lebih dari satu persamaan yang saling terikat. Sistem dari dua persamaan diferensial
x1 a11 t x1 a12 t x 2 f1 t
(2.10)
x2 a 21 t x1 a 22 t x 2 f2 t
Dimana koefiensi a11 , a12 , a21 , a22 dan f 1 , f 2 merupakan fungsi t yang kontinu
pada selang I dan x1 , x2 adalah fungsi t yang tak diketahui. Sistem (2.10) memiliki
penyelesaian eksplisit jika koefisien a11 , a12 , a21 , dan a22 semuanya konstanta.
diketahui berbentuk:
x2 a 21 t x1 a 22 t x 2 ... a 2 n t x n f2 t
xn a n1 t x1 a n2 t x2 ... a nn t x n fn t
n
xi 1aij t xi fi t , i 1, 2, ..., n
j
23
linear dengan n buah fungsi tak diketahui. Bentuk umum sistem persamaan
dx
F ( x, y , t )
dt
dy
G ( x, y , t )
dt
dengan F (x, y, t) dan G (x, y, t) adalah fungsi-fungsi tak linier dari x dan y secara
mempresentasi dan menjelaskan sistem-sistem fisik atau problem pada dunia real
dalam pernyataan matematik, sehingga diperoleh pemahaman dari dunia real ini
menjadi lebih tepat. Representasi matematika yang dihasilkan dari proses ini
matematika dipandang sebagai salah satu aplikasi matematika yang paling penting.
Model matematika digunakan dalam banyak disiplin ilmu dan bidang studi
seperti fisika, ilmu biologi dan kedokteran, teknik, ilmu sosial dan politik, ekonomi,
bisnis dan keuangan, juga problem-problem jaringan komputer. Bidang dan tipe
jenis model matematika yang meliputi model empiris, model simulasi, model
a. Model Empiris
peran yang penting. Dalam pendekatan ini, gagasan yang utama adalah
b. Model Simulasi
tak bebas dari persamaan) dan waktu sebagai variabel bebas. Diberikan syarat
25
lain persamaan ini digunakan untuk menyatakan problem dunia nyata yang
berikut.
beberapa langkah yaitu identifikasi masalah, lambang, satuan dan variabel atau
konstanta serta menentukan besaran yang terlibat, selain itu dalam proses
model.
dalam model epidemi adalah jika penyebab penyakit menjangkiti satu individu
yang memiliki periode laten. Misal, populasi yang diberikan dibagi ke dalam
empat kelas, yakni kelas populasi rentan (susceptibles), kelas populasi laten
S E I
S γs E I
V
diferensial berikut.
(2.11)
Polio adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus. Ini
menyerang sistem saraf, dan dapat menyebabkan kelumpuhan total dalam hitungan
jam. Individu yang terkena polio mempunyai gejala demam disertai lumpuh layuh
2.11.1 Etiologi
Penyakit Polio disebabkan oleh infeksi polio virus yang berasal dari genus
Enterovirus dan family Picorna viridae. Virus ini menular melalui kotoran(feses)
atau sekret tenggorokan orang yang terinfeksi. Virus polio masuk melalui ludah
sehingga menyebabkan infeksi. Hal ini dapat terjadi dengan mudah bila tangan
1. Polio Non-Paralisis
Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, saki perut, lesu dan sensitif.
Terjadi kram otot pada leher dan punggung, otot terasa lembek jika disentuh.
28
Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk
anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai.
Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu
sering ditemukan terjadi pada kaki. Setelah poliovirus menyerang usus, virus ini
akan diserap oleh kapiler darah pada dinding usus dan diangkut seluruh tubuh.
Poliovirus menyerang saraf tulang belakang dan neuron motor yang mengontrol
gerak fisik. Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun, pada penderita
yang tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini biasanya akan
menyerang seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batang otak. Infeksi ini
akan mempengaruhi sistem saraf pusat menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring
dengan berkembang biaknya virus dalam sistem saraf pusat, virus akan
regenerasi dan otot yang berhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap
perintah dari sistem saraf pusat. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai
menjadi lemas kondisi ini disebut acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada
sistem saraf pusat dapat menyebabkan kelumpuhan pada batang tubuh dan otot
3. Polio Bulbar
Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak
ikut terserang. Batang otak mengandung neuron motor yang mengatur pernapasan
dan saraf kranial, yang mengirim sinyal ke berbagai otot yang mengontrol
29
pergerakan bola mata saraf trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan
pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka, saraf auditori yang mengatur
fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf yang mengirim sinyal
ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang mengatur pergerakan leher
(Wilson, 2001 ).
Ketiga jenis tersebut bisa menyebabkan kelumpuhan. Tipe 1 adalah tipe yang
paling mudah di isolasi , diikuti tipe 3, sedangkan tipe 2 paling jarang diisolasi.
Tipe yang sering menyebabkan wabah adalah tipe 1, sedangkan kasus yang
2.11.2 Penularan
Virus polio masuk melalui mulut dan hidung, berkembang biak di dalam
pembuluh darah dan pembuluh getah bening. Virus ini dapat memasuki aliran darah
dan mengalir ke system saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang
kelumpuhan (paralisis).
Penularan terutama terjadi dari orang ke orang melalui rute orofekal, virus
lebih mudah dideteksi dari tinja, dalam waktu jangka panjang dibandingakan
dengan dari secret tenggorokan. Di daerah dengan sanitasi lingkungan yang baik,
penularan terjadi melalui secret faring daripada melalui rute orofekal. Walaupun
jarang, susu makanan dan barang-barang yeng tercemar dapat berperan sebagai
media penularan. Belum ada bukti serangga dapat menularkan virus polio. Air dan
Virus polio masuk kedalam tubuh manusia melalui mulut dan berkembang
biak ditenggorokan dan usus. Berkembang biak selama 4 sampai 35 hari, kemudian
Gejala awal biasanya terjadi selama 1-4 hari, yang kemudian menghilang.
Gejala lain yang biasanya muncul adalah nyeri tenggorokan, rasa tidak enak diperut
Gejala klinis yang mengarah pada serangan virus polio adalah adanya demam
dan kelumpuhan akut, kaki biasanya lemas tanpa gangguan saraf perasa, terutama
terjadi pada tungkai bawah, asimetris dan dapat menetap selamanya yang bisa
disertai dengan segala nyeri kepala dan muntah. Biasanya terdapat kekakuan pada
dengan lumpuh layu akut, (AFP, acud flacide paralysis)menyerang satu tungkai
lemas sampai tidak ada gerakan. Otot biasanya mengecil, reflex fisiologis dan
WHO mengatakan bahwa kelumpuhan dapat disebabkan oleh lebih dari 100
macam penyebab. Namun di Indonesia sampai saat ini di laporkan disebebkan oleh
atau bukan, harus dilakukan pembuktian dan pemeriksaan laboratorium yang sudah
Diagnosis banding yang mirip dengan polio adalah Mielitis Transversa, yaitu
kedua tungkai, bersifat akut, dan lemas flefleksi fisiologi dan reflex patologis
negative, bisa disertai dengan gangguan buang air kecil dan besar.
Diagnosis banding lainnya adalah GBS, dimana terjadi demam disertai gejala
khas kelumpuhan yang berangsur dari ujung jari naik keatas dengan batas tegas bila
2.11.4 Vaksinasi
sudah ada vaksin yang sangat bagus dan efektif yaitu vaksin polio oral (OPV) dan
vaksin polio inaktif (IPV), dan hanya manusia satu-satunya reservoire untuk
penyebaran virus polio. Penyebaran virus polio melalui fecal-oral. Anak yang
terinfeksi virus polio mengekskresi virus polio melalui feces selama 14 hari, tetapi
dapat juga ditemukan sampai 30 hari meskipun kemungkinannya sangat kecil. OPV
Vaksin polio pertama kali dikembangkan oleh Jonas Salk pada tahun 1955
dan Albert Sabin pada tahun 1962. Sejak saat itu, jumlah kasus polio menurun
32
tajam. Saat ini upaya imunisasi di banyak negara dibantu oelh Rotary International
UNICEF dan WHO untuk mempercepat eradikasi global polio (Widoyono, 2008).
Dalam World Health Assembly tahun 1998 yang diikuti oleh sebagian besar
(Erapo) tahun 2000, artinya dunia bebas polio tahun 2000. Program Eropa pertama
2. Pekan Imunisasi Nasional yang telah dilakukan Depkes tahun 1995, 1996,
dan 1997. Pemberian imunisasi polio yang sesuai dengan rekomendasi WHO
adalah diberikan sejak lahir sebanyak 4 kali dengan interval 6-8 minggu.
lumpuh layuh pada usia di bawah 15 tahun harus diperiksa tinjanya untuk
Definisi 2.7
Definisi 2.8
(a) Stabil lokal jika untuk setiap 0 terdapat d 0 sedemikian hingga untuk
setiap t t0 .
(b) Stabil asimtotik lokal jika titik ekuilibrium x R n stabil dan terdapat 0 0
(c) Tidak stabil jika titik ekuilibrium x R n tidak memenuhi a (Wiggins, 2003).
Definisi 2.9
fi C ( E ), i 1,2,, n . Matriks
f1 f1 f1
(x) (x) (x)
x1 x2 xn
f2 f2 f2
(x) (x) (x) (2.12)
J ( f ( x )) x1 x2 xn
fn fn fn
(x) (x) (x)
x1 x2 xn
Definisi 2.10
(Perko, 1991).
Teorema 2.1
eigen .
34
(a) Jika semua bagian real nilai eigen dari matriks Jf (x ) bernilai negatif, maka
(b) Jika terdapat paling sedikit satu nilai eigen matriks Jf (x ) yang bagian realnya
positif, maka titik ekulibrium x dari sistem nonlinear x f (x) tidak stabil
(Olsder, 1994).
n
Misalkan A adalah matriks n x n, maka suatu vektor taknol x di dalam
disebut vektor eigen dari A, jika untuk suatu skalar λ, yang disebut nilai eigen dari
A, berlaku:
Ax = λx. (2.13)
Untuk mencari nilai eigen dari matriks A yang berukuran n x n, maka persamaan
(λI - A) x = 0. (2.14)
Dengan I matriks identitas. Persamaan (2.13) mempunyai solusi tak nol jika dan
hanya jika,
det(λI - A) = 0. (2.15)
nilai-nilai eigen dari matriks Jacobian di titik ekuilibrium. Sebagai alternatif untuk
Teorema 2.2
P( z) a0 z n a1 z n 1
... an (2.16)
a1 a2 an
0, 0,..., 0 (2.17)
a0 a0 a0
(Hanh, 1967).
seluruh koefisien dari polinomial (2.16) bertanda sama, sehingga dapat dibentuk
c10 a 0 , c 20 a 2 , c30 a 4 , c 40 a6
c11 a1 , c 21 a 3 , c31 a5 , c 41 a7
a0
Misalkan r2
a1
a1, j 2
Misalkan r j
a1, j 1
c1n c nn .
Teorema 2.3
Pembuat nol dari polinomial (2.16) mempunyai bagian real negatif jika dan hanya
(Grantmacher, 1959).
Teorema 2.4
a1 a0 0 0 0 0
a3 a2 a1 a0 0 0
a5 a4 a3 a2 0 0
H (2.19)
0 0 0 0 an 1 an 2
0 0 0 0 0 an
1 a1
a1 a0
1
a3 a2
a1 a0 0
1 a3 a2 a1 ,
a5 a4 a3
37
a1 a0 0 0 0 0
a3 a2 a1 a0 0 0
a5 a4 a3 a2 0 0
H
0 0 0 0 an 1 an 2
0 0 0 0 0 an
(Grantmacher, 1959).
Berikut ini teorema yang menjamin pembuat nol Polinomial (2.16) mempunyai
Teorema 2.5
Pembuat nol dari Polinomial (2.16) mempunyai bagian real negatif jika dan hanya
1 0, 2 0, 3 0, , n 0 (2.20)
(Grantmacher, 1959).
Contoh:
3 2
Diberikan polinomial berderajat 3 : k 0 k1 k2 k3 0.
k1 k0 0
H k3 k2 k1
0 0 k3
1 k1 k1
k1 k0
1 k1 k 2 k0 k3
k3 k2
38
k1 k0 0
1 k3 k2 k1 k 3 ( k1 k 2 k0 k3 )
0 0 k3
Agar semua akar polinomial tersebut mempunyai bagian real negatif maka harus
memenuhi:
1 0 k1 0
2 0 k1 k 2 k0 k3 0
3 0 k 3 ( k1 k 2 k0 k3 ) 0 k3 0
k1
0 k0 0
k0
k2
0 k2 0
k0
k3
0 k3 0
k0
3 2
Jadi semua akar polinomial k 0 k1 k2 k3 0 mempunyai bagian real
negatif apabila
1. k 0 0, k1 0, k 2 0, dan k 3 0.
2. k1 k 2 k0 k3 0.
dengan mencari nilai eigen dari matriks J(x). Kriteria kestabilan berdasarkan nilai
Tabel 2.1 menunjukan bahwa sistem akan stabil asimtotis jika kedua nilai
eigen matriks Jacobian J(x) berupa bilangan real negatif atau bilangan kompleks
dengan bagian real bernilai negatif. Jika salah satu atau kedua nilai eigen berupa
bilangan real positif atau bilangan kompleks dengan bagian real bernilai positif
Tipe kestabilan dari titik kesetimbangan pada Tabel 2.1 dapat dilihat
dengan mengamati trayektori pada bidang fase. Gambar 2.2 menunjukan contoh
trayektori dari tipe kestabilan yang telah disajikan pada Tabel 2.1.
Gambar 2.2 menunjukan titik pusat (kanan atas), titik sadel (kiri atas), titik
spiral stabil (kanan bawah) dan titik spiral yang tak stabil (kiri bawah).
2.16 Maple
tampilan program Maple ini terdiri dari menu File, Edit, View, Insert, Format,
merupakan menu standar yang dikembangkan untuk program aplikasi pada system
operasi Windows.
41
dipahami dengan baik. Keunggulan lain dari Maple untuk aplikasi persamaan
gerakan yang dimodelkan ke dalam persamaan diferensial yang memiliki nilai awal
pada Maple digunakan perintah plot, plot2d, plot3d, tergantung dimensi dari
sekaligus sebagai bahasa aplikasi, sebab pernyataan atau statement yang merupakan
input pada Maple berupa deklarasi pada bahasa program dan perintah (command)
Dalam tahap ini dilakukan pencarian sumber pustaka dan memilih bagian
dalam sumber pustaka tersebut yang dapat dijadikan sebagai permasalahan yang
akan dikaji.
(1) bagaimana model matematika epidemi SEIV penyebaran penyakit polio pada
Maple.
diambil dengan mengumpulkan sumber pustaka yang dapat berupa buku, teks,
42
43
dari sumber pustaka tersebut. Pada akhirnya sumber pustaka ini dijadikan landasan
Dari berbagai sumber pustaka yang menjadi bahan kajian, diperoleh suatu
konstan.
Hasil dari pembahasan ini dituangkan dalam bentuk simpulan akhir yang
sebagai hasil kajian akhir dan merupakan hasil akhir dari proses penulisan ini.
BAB 4
Model yang diturunkan dan dibahas pada bab ini adalah model SEIV
4.1.1 Fakta-fakta
(1) Informasi mengenai masa inkubasi pada penyebaran penyakit polio diperoleh
dari Paul (2004) dan Kunoli (2013). Dalam Paul (2004) dan Kunoli (2013)
(2) Informasi mengenai individu yang terinfeksi polio tidak dapat sembuh dan
yang terjangkit polio jenis paralisis spinal tidak akan sembuh disebabkan
vaksinasi hanya dapat dilakukan sebelum tertular. Strain poliovirus jenis ini
kaki secara permanen. Akan tetapi polio jenis ini tidak mematikan karena
4.1.2 Asumsi-asumsi
44
45
(4) Individu yang terinfeksi tidak dapat sembuh dan tidak mematikan.
(2) Keampuhan vaksinasi adalah 100%. Hal tersebut berarti setiap individu yang
(3) Kekebalan yang terjadi karena vaksin bersifat permanen. Hal tersebut berarti
individu yang mendapat vaksin tidak dapat terinfeksi oleh penyakit yang sama
(4) Biaya vaksin tidak diperhatikan dalam model sehingga pemberian vaksin
matematika untuk penyakit polio pada populasi tak konstan dapat dibatasi.
dalam empat kelas yakni kelas sub populasi rentan (susceptibles), kelas sub
populasi laten (exposed), kelas sub populasi terinfeksi (infectious), dan kelas sub
vaksinasi(Vaccination).
No Variabel Keterangan
laten
terinfeksi
Secara skematis proses penyebaran penyakit polio dengan vaksinasi dalam suatu
S E I
S E I
γs
V
Model Matematika
(4.1)
48
(4.2)
(4.3)
(4.4)
(4.5)
50
(4.7)
Maka diperoleh
Maka diperoleh
(4.9)
Maka diperoleh
51
Maka diperoleh
Jelas
52
Didefinisikan
Jacobian yang diperoleh melalui metode linearisasi. Matriks Jacobian dari sistem
Dengan
(4.10)
Diperoleh:
Berdasarkan nilai-nilai eigen tersebut terlihat bahwa bagian real dari nilai eigen
Ditunjukan
Jelas
Jadi
Ditunjukkan
Dipunyai
56
+ 1− 1 + + 2
1 + + 2
+ 1− 1 + + 2
, , dan .
Diperoleh
2 ∗− 1 ∗− 2 ∗− −− 1 ∗− 1 ∗− 2 ∗ + + + + + 1 ∗+ 2 ∗− 2 ∗−
58
Karena nilai eigennya tidak dapat dicari secara langsung, untuk itu akan dengan
adalah
dengan
Diasumsikan:
1)
2)
Jadi Diperoleh:
59
Jelas
Ditunjukkan
Jelas
Ditunjukan
Dipunyai
Diperoleh
Ditunjukkan
Jelas
Diperoleh
Ditunjukkan
Jelas
Diperoleh
Ditunjukkan
Jelas
Karena
Maka .
60
Teorema 2
asimtotik lokal.
yang lahir dan mati tiap satuan waktu, menyatakan probabilitas penularan
rata proporsi jumlah dari kelas rentan menjadi kelas vaksinasi, menyatakan rata-
rata proporsi jumlah pada masa laten menjadi masa terinfeksi, menyatakan laju
pertambahan populasi.
sebagai waktu rata-rata seseorang berada dalam sistem yang diamati yaitu selama
60 tahun, nilai diperoleh dari jurnal Agarawal & Bhaduria (2011), nilai
Parameter Nilai
100
rentan mempunyai kontak dengan sebagian populasi laten atau seseorang dari
Vaksinasi dianggap berhasil jika pada waktu tertentu penyakit akan menghilang
dari populasi. Rasio reproduksi dasar dapat digunakan untuk menentukan apakah
penyakit tersebut akan menghilang dari populasi. Penyakit akan menghilang dari
Titik Kestimbangan P0 R0
diperoleh nilai .
Gambar 4.2 Dinamika populasi S(t), E(t), I(t) dan V(t) terhadap waktu t
Artinya jumlah individu pada sub populasi S(t) akan bertambah seiring
Jumlah pada sub populasi E(t) akan menuju ke titik kesetimbangan 0 artinya
jumlah populasi Exposed yang tertular oleh kelompok Exposed atau infective
manusia infective. Pada sub populasi I(t) kelompok manusia infective semakin
lama hilang, ini dapat terjadi ketika tidak ada individu pada kelas Exposed maka
semakin lama individu yang menderita sakit berkurang dan hilang karena
meninggal karena usia. Pada sub populasi V(t) akan semakin bertambah
dikarenakan banyak populasi susceptibles yang divaksinasi. Ini berarti untuk jangka
waktu tertentu penyakit polio akan menghilang dalam populasi dikarenakan semua
individu akan tervaksinasi. Hal ini berarti tidak terjadi epidemi pada populasi.
lingkungan atau komunitas tertentu akan selalu ada individu yang terkena penyakit
polio.
Titik Kestimbangan P0 R0
(1142.5,34.9, 687006.4,1500000)
Gambar 4.3 Dinamika populasi S*(t), E*(t), I*(t) dan V*(t) terhadap waktu t
Artinya jumlah individu pada sub populasi S*(t) mengalami penurunan, ini
kelompok manusia Exposed. Pada sub populasi E*(t) mengalami kenaikan, ini
Exposed atau infective. Pada sub populasi I*(t) jumlah populasi infective semakin
bertambah tetapi akan selalu tetap dan akan selalu ada dikarenakan masih ada
individu pada kelas Exposed dan individu infective yang tidak bisa sembuh sampai
suatu individu meninggal karena umur. Pada sub populasi V*(t) mengalami
kenaikan hingga titik kesetimbangan namun tidak semua individu yang tervaksinasi
dikarenakan masih adanya populasi infective dan Exposed . Dapat dilihat bahwa
penyakit tidak akan hilang saat R0 1 , sehingga perlu adanya tindakan yang dapat
PENUTUP
5.1 Simpulan
(1) Model matematika untuk model kestabilan SEIV penyebaran penyakit polio
(5.1)
. Titik
69
70
(3) Dinamik dari sistem ini ditentukan oleh beberapa parameter pada R0 . Jika
, dan dengan
yang lama populasi penyakit polio akan tetap ada namun jumlahnya lebih
5.2 Saran
kestabilan SEIV pada proses penyebaran penyakit polio populasi tak konstan.
Dalam penelitian ini diasumsikan laju rekruitmen tidak sama dengan laju kematian.
Oleh karena itu, penulis menyarankan kepada pembaca yang tertarik pada masalah
ini untuk mengembangkan model penyebaran penyakit polio yang mematikan dan
vaksinasi.
DAFTAR PUSTAKA
Agarawal, M & Bhaduria, A.S. 2011. Modeling Spread of Polio with the Role of
Vaccination. AAM:Intern. J. Vol.6 ,issue 2:552-571
Gantmacher, F.R. 1959. The Theory of Matrices. New York: Chelsea Publishing
Company.
Kunoli, F.J. 2013. Epidemologi penyakit menular. Jakarta: Trans Info Media.
Miller, N.Z. 2004. The polio vaccine: a critical assessment of its arcane history,
efficacy, and long-term health-related consequences. USA: Thinktwice
Global Vaccine Institute.
Nagle, R.E & E.B. Saff. 1993. Fundamentals of Differential Equation and
Boundary Value Problems. New York: Addison-wesley Publishing Company.
Olsder, G.J. 1994. Mathematics System Theory. The Netherlands: Delftse Uitgevers
Maatscappij b.v.
Pamuntjak, R.J. & S. Widiarti. 1990. Persamaan Diferensial Biasa. Bandung: ITB.
Perko, L. 1991. Differential Equations and Dynamical System. New York: Spinger-
Verlag Berlin Heidelberg.
71
72
Lampiran 1
Lampiran 2