MODUL PELATIHAN
ASESMEN KOMPETENSI TEKNIS PERAWAT
Edisi 4
Editor :
Prayetni
Yandih Mardean
i
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………………………………………….. DAFTAR ISI
Ii
………………………………………………………………………………………………………..
Bagian 1 : iv
…………..
Pendahuluan
Bagian II : Struktur Program ……………………………………………………………………………………………
Bagian III : Jadwal Pelatihan
Iii
v
……………
……………………………………………………………………………………………
ix
Bagian IV : Modul ……………………………………………………………………………………………………….. Modul A
1
Konsep Asesmen ……………………………………………………………………………. Bagian 1 : Kebijakan
1
asesmen kompetensi keperawatan di Indonesia Bagian 2 : Konsep asesmen kompetensi ….
12 18
……………………………………… Bagian 3 : Standar Kompetensi Perawat Indonesia …………………………
27
Bagian 4 : Analisis Kompetensi (Penugasan) …………….……………………. Modul B Proses Asesesmen
29
………………………………………………………………………… 1. Tahap Perencanaan Asesmen
32
…………………………………………………… 2. Tahap Pengembangan Perangkat Asesmen
35 43
………………………………. 3. Tahap Pelaksanaan Asesmen ……………………………………………………. 4.
46
Tahap Kaji Ulang Asesmen ……………………………………………………….. 5. Format-format asesmen
48
kompetensi ……………………………………….. Modul C Praktik Asesmen Kompetensi
80 80 87
………………………………………………………… 1. Role Play 2. Real Assesment Modul D Rencana
89
Tindak Lanjut (RTL) …………………………………………………………. Bagian V : Penutup
91
………………………………………………………………………………………………………..
ii
BAGIAN I : PENDAHULUAN
Perawat yang memiliki kompetensi dan kewenangan klinik jelas dapat menjamin memberikan
asuhan keperawatan berkualitas dan aman bagi pasien dan keluarganya. Kompetensi perawat
selalu berkembang sesuai dengan perkembangan IPTEK di bidang kesehatan dan atau
keperawatan serta semakin tingginya tuntutan masyarakat akan pelayanan keperawatan. Perawat
diharapkan mampu mempertahankan dan mengembangkan kompetensinya agar tetap dapat
memberikan asuhan keperawatan berkualitas dan aman bagi penerima pelayanan. Berbagai
upaya dilakukan agar perawat dapat mempertahankan dan mengembangkan kompetensinya yaitu
antara lain : terus belajar meng ikuti pelatihan-pelatihan teknis keperawatan, mengikuti kegiatan-
kegiatan ilmiah serta asesmen kompetensi untuk menjamin kompetensi dan untuk mengetahui
apakah seorang perawat masih memiliki kompetensi yang baik.
Asesmen kompetensi adalah proses pengumpulan bukti-bukti yang benar dengan cara yang tepat
untuk menyatakan seorang perawat kompeten terhadap satu unit atau paket kompetensi. Asesmen
kompetensi harus dilakukan dengan benar oleh assesor yang memiliki kompetensi melakukan
asesesmen kompetensi.
Untuk menjadi asesor diperlukan pelatihan berbasis kompetensi sehingga dihasilkan asesor –
asesor yang kompeten.
Berdasarkan kebutuhan tersebut HPMI (Himpunan Perawat Manajer Indonesia) bersama PT
HSTC (Health Service Trainning Centre) sebelumnya bernama BNTC (Batavia Nurse Trainning
Centre) yang telah melakukan Pelatihan Asesor kompetensi sebanyak 60 (enam puluh) angkatan
dalam 5 (lima) tahun, mengembangkan pelatihan asesmen kompetensi bagi perawat.
Pada awalnya pelatihan asesmen kompetensi oleh BNTC dilaksanakan bekerjasama dengan
BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profresi) yang telah mengembangkan sistem pelatihan
asesmen kompetensi yang terstandar. Selanjutnya pelatihan ini dikembangkan sesuai untuk
profesi keperawatan dan berdasarkan studi beberapa literatur dan telah disusun modul-modul
pelatihan asesmen kompetensi perawat (asesor kompetensi) yang mengadaptasi modul pelatihan
dari BNSP.
Adapun tujuan penyusunan modul pelatihan asesor kompetensi adalah sebagai pedoman bagi
fasilitator (Master Asesor/ Asesor Senior) dan Calon Asesor mengikuti rangkaian pelatihan
asesmen kompetensi perawat.
Sistematika modul berisi tentang : Pendahuluan, jadual, struktur program, modul A tentang
konsep asesmen, modul B tentang proses asemen, modul C tentang praktik asesmen, modul D
tentang rencana tindak lanjut serta penutup.
iii
BAGIAN II : STRUKTUR PROGRAM PELATIHAN ASESMEN KOMPETENSI
PERAWAT ( ASESOR KOMPETENSI )
NO MATERI METODE JUMLAH KET
T P PL
4 Analisis Kompetensi 1 2 3
7 Kompetensi 2 : Pengembangan 2 6 - 8
perangkat asesmen
TOTAL 18 34 12 64
iv
BAGIAN III : JADWAL PELATIHAN ASESOR KOMPETENSI PERAWAT
HARI KE 1 :
SESI WAKTU MATERI Nara Sumber
• Pre test
( materi via zoom )
2 09.30 - 12.30 Kebijakan jenjang karir perawat Indonesia Ketua Umum HPMI :
( Materi via Zoom ) Dr. Prayetni, S.Kp,
M.Kes
3 13.30 - 15.00 Modul A Bagian 2 : Konsep Asesmen Kompetensi Peserta dan Panitia
( materi via zoom )
v
HARI KE 2 :
SESI WAKTU MATERI Fasilitator
HARI KE 3 :
SESI WAKTU MATERI Fasilitator
vi
1 08.00 – 09.00 Tim Fasilitator
• Refleksi pelatihan dan Review Penugasan hari ke-2
5 15.45 - 16.45
• Modul C Bagian 1 : Role Play ( Belajar Mandiri ) Peserta dan Panitia
• Melengkapi Form 01 - 09
6 16.45 – 17.30 Diskusi dengan Fasilitator pelaksanaan Role Play ( Via Zoom ) Tim Fasilitator
HARI KE 4 :
SESI WAKTU MATERI Fasilitator
1 08.00 – 09.00 Refleksi pelatihan hari ke-3 ( Via Zoom ) Tim Fasilitator
2 09.15 - 12.00 Diskusi masing-masing fasilitator hasil video Role Play pelaksanaan Peserta dan Tim
asesmen kompetensi dan pemeriksaan berkas. ( Via Zoom ) Fasilitator
vii
HARI KE 5:
SESI WAKTU MATERI Fasilitator
2 09.00 – 12.00 Uji Kompetensi Calon Asesor ( Via Zoom ) Tim Penguji dan
Peserta
3 13.00 - 16.00 Uji Kompetensi Calon Asesor ( Via Zoom ) Tim Penguji dan
Peserta
viii
BAGIAN IV : MODUL-MODUL PELATIHAN
ix
MODUL A
KONSEP ASESMEN KOMPETENSI
A. PENGANTAR
Langkah awal dalam pelatihan ini teman-teman perlu memahami konsep asesmen kompetensi
dengan benar. Pemahaman terhadap konsep asesmen kompetensi di modul A ini merupakan
pra syarat untuk bisa mengikuti Modul-modul selanjutnya.
B. TUJUAN
Pada Modul A ini teman-teman diharapkan mampu memahami :
Konsep Asesmen
C. MATERI
Materi-materi di bawah ini silahkan teman-teman baca, pahami dan implementasikan dalam
modul-modul selanjutnya. Bahan bacaan dalam lampiran modul A ataupun sumber lainnya
bisa teman-teman pelajari lebih lanjut untuk memperkaya pemahaman terhadap konsep
asesmen. Adapun materi-materi ini disajikan dalam 4 (empat) bagian :
Bagian 1 : Kebijakan asesmen kompetensi keperawatan di Indonesia
1. Pengantar
Dengan terbitnya PMK no.40 tahun 2017 tentang jenjang karir perawat Indonesia
peraturan-peraturan lainnya asesmen kompetensi menjadi bagian sangat penting dalam
proses kredensial perawat di instansi tempat bekerja. Untuk mendapatkan hasil asesmen
yang terpercaya diperlukan asesor kompetensi yang handal dan berkualitas. 2. Tujuan
a. Menjelaskan dasar hukum penerapan jenjang karir
b. Memahami konsep jenjang karir perawat di Indonesia
c. Menerapkan mapping kompetensi perawat di RS/ fasyankes lainnya
d. Menerapkan alur jenjang karir dalam instansi tempat bekerja
1
3. Isi Materi
a. Dasar hukum penerapan jenjang karir :
1) Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
Pasal 23 :
• ayat (1) Tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan
kesehatan;
• ayat (2) Kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan bidang
keahlian yang dimiliki
2) Undang Undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan.
Pasal 11 :
• ayat (4) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga
keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas
berbagai jenis perawat
Pasal 30 :
• ayat (1) Pengembangan Tenaga Kesehatan diarahkan untuk meningkatkan
mutu dan karier Tenaga Kesehatan.
3) Undang Undang Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan
Pasal 28 :
• ayat (3) Praktik Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
didasarkan pada kode etik,standar pelayanan, standar profesi, dan standar
prosedur operasional
Pasal 53 :
• ayat (2) Pengembangan Praktik Keperawatan bertujuan untuk
mempertahankan atau meningkatkan keprofesionalan Perawat;
• ayat (4) Dalam hal meningkatkan keprofesionalan Perawat sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan dalam memenuhi kebutuhan pelayanan, pemilik
atau pengelola Fasilitas Pelayanan Kesehatan harus memfasilitasi Perawat
untuk mengikuti pendidikan berkelanjutan
4) Permenkes no.49 tahun 2013 Tentang Komite Keperawatan
Pasal 4 :
• ayat (2) Untuk mewujudkan tata kelola klinis yang baik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2, semua asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan
yang dilakukan oleh setiap tenaga keperawatan di Rumah Sakit dilakukan
atas Penugasan Klinis dari kepala/direktur Rumah Sakit
5) Permenkes no.40 tahun 2017 Tentang Pengembangan Jenjang Karir Profesional
Perawat Klinis
Pasal 1 : Pengembangan jenjang karir profesional perawat bertujuan untuk : a)
meningkatkan moral kerja dan mengurangi kebuntuan karir (dead end
job/career);
2
b) menurunkan jumlah perawat yang keluar dari pekerjaannya (turn
over);
c) menata sistem promosi berdasarkan persyaratan dan kriteria yang
telah ditetapkan sehingga mobilitas karir berfungsi dengan baik dan
benar;
d) meningkatkan profesionalisme perawat yang mampu memberikan
askep yang aman, efektif dan efisien
e) meningkatkan kepuasan individu perawat terhadap bidang kerja
profesi yang ditekuninya
Pasal 2 :
• Ayat (4) : Pengembangan karir perawat sebagaimana dimaksd pada ayat (2)
dilaksanakan melalui penempatan perawat pada jenjang karir sesuai dengan
kompetensinya.
Pasal 3
• Ayat (2) : Pengembangan Jenjang Karir Profesional perawat dimaksud
dalam ayat (1) umtuk perawat klinis dilakukan melalui:
a) pengembangan profesional berkelanjutan yaitu dengan mengikuti
pendidikan formal, pelatihan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. b)
Pengakuan terhadap kemampuan yang didasarkan kepada pengalaman
kerja
BAB III : PEDOMAN PENGEMBANGAN JENJANG KARIR PROFESIONAL
PERAWAT KLINIS
Kredensialing : Asesmen Kompetensi (Sertifikasi)
• Assesmen Kompetensi Perawat baru yang telah melalui proses internship
dengan preceptor serta telah dilaksanakan evaluasi proses oleh preceptor dan
juga didokumentasikan dalam log book dapat mengajukan permohonan
assement kompetensi
• Pengelolaan asesmen kompetensi menjadi tanggung jawab kepala bidang
keperawatan.
PERHATIAN :
3
b. Konsep jenjang karir perawat Indonesia
1) Pendahuluan :
• Shortage of nurses, tahun 2010 sebanyak 12% dan tahun 2015 naik menjadi 20%
(National Center of Health Workforce Analysis at the HRSA)
• Memberi peluang dan pilihan sebagai Professional nurse. Persiapan pendidikan,
keahlian tehnis dan klinik, keterampilan manajemen dan interpersonal,
kebutuhan dan minat personal dan komitmen terhadap profesi keperawatan akan
berkontribusi terhadap tujuan karir. Perawat2 yg sukses akan melihat
keperawatan sebagai “ A LIFETIME PURSUIT, NOT AS AN
OCCUPATIONAL STEPPING STONE “
• Perawat-perawat akan selalu diperlukan, dan tidak akan kehilangan/ tidak punya
pekerjaan. Pernyataan ini merupakan salah satu mitos ttg karir. Meliputi: a)
Good workers do not get fired
b) Well paying jobs are available without a college degree.
c) Go to work for a good company, and move up the career ladder.
d) Find the hot industry, and you will always be in demand.
2) Pengertian :
a) Jenjang karir professional merupakan system untuk meningkatkan kinerja dan
profesionalisme, sesuai dengan bidang pekerjaan melalui peningkatan
kompetensi.
b) Jenjang karir merupakan jalur mobilitas vertical, ditempuh melalui peningkatan
kompetensi yang diperoleh dari Pendidikan formal berjenjang, Pendidikan
informal yg sesuai/relevan maupun pengalaman praktik klinis yang diakui.
c) Karir sebagai perawat diartikan sebagai suatu bidang kerja yang di pilih dan
ditekuni oleh individu untuk dapat memenuhi kepuasan kerja individu melalui
suatu system dan mekanisme peringkat, dan bertujuan untuk meningkatkan
keberhasilan pekerjaan (kinerja) sehingga pada akhirnya akan memberikan
kontribusi terhadap bidang profesi yang dipilihnya.
3) Pengembangan karir perawat di Indonesia :
a) Diawali dengan hasil penelitian tentang faktor2 yang mempengaruhi kejenuhan
kerja perawat (86,15%) disebabkan karena ketidak jelasan karir.
b) Tahun 2002 disusun rancangan jenjang karir oleh PPNI untuk keperluan
mengembangkan program pelatihan bagi perawat.
c) Tahun 2006, rancangan jenjang karir terus di sosialisasikan dan di kembangkan
oleh Direktorat Keperawatan: beberapa RS sudah mulai
mengimplementasikannya. Diperkuat dengan belajar dari beberapa RS di luar
negeri
d) Disepakati rancangan Permenkes tentang jenjang karir tahun 2010.
4
e) Tahun 2012 - 2017, jenjang karir di integrasikan dalam proyek Japan
International Coorperation Agency (JICA) : Enhancement capacity of nurses
through in service training (based on carrier ladder). Dilakukan Base Line
Survey (BLS) dan End Line Survey (ELS) untuk mengetahui dampak
implementasi jenjang karir.
f) Implementasi semakin luas dengan adanya kebijakan akreditasi RS, sebagai
dasar penilaian kinerja dan pemberian kewenangan klinik dan beberapa RS
sebagai dasar pemberian remunerasi.
PENTING :
• Keberhasilan PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN dilakukan dengan
cara MENINGKATKAN PROFESSIONALISME PERAWAT melalui
PENGEMBANGAN KARIR PERAWAT.
• Pengembangan karir perawat dilaksanakan melalui PENEMPATAN
PERAWAT pada JENJANG YANG SESUAI DENGAN
KOMPETENSINYA.
• Pimpinan RS, Puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dan
pemangku kepentingan yg bertanggung jawab dlm pembinaan perawat WAJIB
memberikan kesempatan yang sama kepada PERAWAT dalam pengembangan
jenjang karir perawat.
• Pengembangan jenjang karir untuk perawat klinis dilakukan melalui: a)
Pengembangan professional berkelanjutan: Pendidikan formal, pelatihan,
penelitian dan pengabdian masyarakat, workshop, atau seminar;
b) Pengakuan terhadap kemampuan yang didasarkan kepada pengalaman
kerja dan kinerja praktik keperawatan.
• Pembinaan dan pengawasan terhadap penerapan PERMENKES ini
dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi, Kementerian Kesehatan sesuai
dengan tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing dapat melibatkan
organisasi profesi atau asosiasi fasyankes.
5
5) Jenjang karir perawat Indonesia
6
(Jenis dan kualifikasi Perawat Klinik (PK): Pendidikan formal )
Dari 2(dua) gambar di atas terdapat perbedaan dimana jenis dan kualifikasi PK pada jalur
pendidikan berkelanjutan : sertifikasi memungkinkan perawat dengan Pendidikan D III
mencapai PK IV. Teman-teman dapat memilih dan menetapkan jenis dan kualifikasi
seperti gambar di atas di Instansinya masing-masing sesuai situasi dan kondisi tenaga
keperawatan.
7
Untuk menghargai pengalaman kerja sebagai proses belajar klinik untuk teman-teman
perawat yang melanjutkan pendidikan, HPMI menetapkan lama bekerja di klinik
dihargai sebagai berikut :
SPK ke D3 D3 ke Ners Ners ke Spesialis 30% 50% 100%
CATATAN :
• Pendidikan SPK masih di akui sampai tanggal 17 oktober 2020 ( 6(enam) tahun
setelah UU No.38 tentang keperawatan di sah kan.
• Selanjutnya teman-teman bisa berlatih dengan memapping diri sendiri ke dalam
level kompetensi perawat klinik (PK).
Perlu teman-teman pahami bahwa proses asesmen kompetensi merupakan bagian dari
proses pengakuan atau kredensial dalam bentuk Sertifikasi kompetensi.
Proses pengakuan (kredensial) perawat khususnya bisa bersifat makro dan mikro.
Dalam RS dan Puskesmas proses sertifikasi menjadi tanggung jawab bidang
keperawatan yang dilakukan oleh seorang asesor yang kompeten dan
bersertifikat.
9
(b) Perawat lama
11
4. Strategi dan Langkah-langkah penugasan
a) Materi ini diberikan tatap muka secara virtual oleh Ketua umum HPMI atau yang
mewakili
b) Rangkuman Penugasan materi ini yang perlu teman-teman lakukan adalah :
1) Mempelajari dasar hukum asesmen kompetensi lebih mendalam, khususnya
Permenkes no.40 tahun 2017 Tentang Pengembangan Jenjang Karir
Profesional Perawat Klinis
2) Melakukan mapping kompetensi masing-masing peserta dan perawat lain
di instansinya masing-masing.
2. Tujuan
Setelah mempelajari materi ini teman-teman diharapkan mampu :
a. Menjelaskan pengertian asesmen
b. Memahami proses asesmen kompetensi
c. Menerapkan Prinsip Assemen
d. Menerapkan Aturan Bukti
e. Mengidentifikasi Dimensi Kompetensi
f. Melaksanakan asesmen kompetensi pada tatanan Klinik
3. Isi Materi
b. Pengertian asesmen
1) Asesmen adalah proses pengumpulan bukti dan membuat keputusan dari
kompetensi yang di ajukan untuk mengkonfirmasi seseorang sesuai dengan standar
yang berlaku di tempat kerjanya (TAA Training Package, Australian Government,
2007)
2) Asesmen merupakan proses yang dilaksanakan oleh seorang asesor untuk
menentukan level kompetensi seseorang. Proses ini mencakup pengumpulan data
dan bukti untuk menetukan apakah seseorang mempunyai level kompetensi yang
dibutuhkan (R. Palan, 2007)
3) Untuk perawat yang sudah bekerja maka penilaiannya menggunakan sistem
workplace assessment (WPA). Komite Nasional Kompetensi Perawat (KNUKP,
2007) mendefinisikan Workplace asesment adalah uji kompetensi yang
dilaksanakan bagi perawat yang sudah bekerja atau yang ingin melakukan uji
12
ulang sesuai bidang keahlian keperawatan yang dimiliki dan tingkat jenjang
karirnya.
4) Kompeten di definisikan seseorang dalam menunjukkan tugasnya dilakukan
dengan benar dan terampil meliputi aspek Knowledge, skill , ability dan sikap (an
individual’s capacity to perform his or her job responsibilities). Sedangkan
kompetensi adalah performance nyata seseorang dalam mengerjakan tugas
khususnya(JCAHO,2007)
5) International Council Of Nurses (ICN) tahun 2008 mendefinisikan Kompeten
adalah aplikasi yang effektif kombinasi dari Knowledge, skill dan demonstrasi
dalam praktek sehari-harinya atau unjuk kerjanya. Kompeten dalam keperawatan :
pengetahuan, pengertian dan justifikasi ; meliputi kemampuan kognitif, teknik atau
psychomotor dan kemampuan interpersonal; meliputi penampilan dan sikap.
Berbagai macam pengertian dari asesmen kompetensi, hal penting yang
dapat teman-teman simpulkan adalah :
• Asesmen kompetensi perawat-perawat praktisi diidentifikasikan sebagai
sesuatu yang sangat penting dalam mempertahankan standar-standar profesional
• Asesmen kompetensi mengidentifikasi area-area pengembangan profesional
dan kebutuhan-kebutuhan pendidikan serta meyakinkan kompetensi perawat
tentang sikap dan praktiknya dalam asuhan pasien
• Asesmen kompetensi dalam keperawatan tidak semata-mata didasarkan pada
memperlihatkan materi teoritis pengetahuan atau keterampilan teknikal
tetapi harus juga meliputi sikap dan praktiknya secara utuh
13
d. Alur Proses asesmen kompetensi
Proses asesmen kompetensi berdasarkan bagan di atas terdiri
dari : 1. Permohononan asesemen dan asesmen mandiri
2. Merencanakan asesmen
3. Mengembangkan perangkat asesmen
4. Melaksanakan asesmen
5. Memutuskan hasil : K atau BK ( proses banding jika diperlukan )
6. Memberikan feed back
7. Kaji ulang asesmen
8. Sertifikasi kompetensi
Proses asesmen lebih detailnya akan di bahas di modul B.
e. Aturan Bukti
1) Valid
Semua bukti yang terkumpul memenuhi keabsahan
2) Otentik (Authentic)
Bukti yang dikumpulkan adalah milik asesi
3) Terkini (Current)
Bukti yang terkumpul terkini
4) Cukup (Sufficient)
Semua bukti dinyatakan cukup memenuhi kriteria yang terdapat pada acuan
pembanding (benchmark)
14
Ilustrasi kasus penerapan aturan bukti :
Pada saat konsultasi pra asesmen asesi melampirkan berkas ijazah ners,
asesor menilai sesuai aturan bukti, hasil penilaiannya sebagai berikut : Ijazah
tersebut Valid dikarenakan sah di keluarkan oleh institusi milik kemenkes
akreditasi A;
Authentic ( Otentik ) bukti tersebut memang milik asesi, asli dan ada
photo serta identitas asesi ; Current (terkini), ijazah tersebut terkini dan
tidak expired date nya ; Cukup (Sufficient) sebagai bukti ijazah cukup
memadai untuk dilakukannya asesmen
f. Prinsip Assemen
Prinsip asesmen terdiri dari :
1) Valid
Seluruh aktifitas asesmen mengacu kepada acuan pembanding (benchmark) yang
sah
2) Reliabel
Instruksi yang diberikan kepada asesi memastikan penerapan yang konsisten pada
aktifitas asesmen dan jika digunakan oleh asesor yang berbeda, dalam situasi yang
berbeda dan asesi yang berbeda, hasilnya tetap konsisten
3) Fleksibel
Seluruh aktivitas asesmen memenuhi kebutuhan asesi dan
organisasi/instansi 4) Fair/ Adil
Aktifitas-aktifitas asesmen memenuhi kebutuhan dan karakteristik asesi serta bebas
dari bias dan memberikan kesempatan bagi asesi yang memiliki kebutuhan khusus
Ilustrasi kasus penerapan prinsip asesmen :
15
g. Dimensi Kompetensi
Dimensi kompetensi menurut Moeheriono (2009), terdiri dari :
1) Keterampilan menjalankan tugas (Task-skills), yaitu keterampilan untuk
melaksanakan tugas-tugas rutin sesuai dengan standar di tempat kerja. 2) Keterampilan
mengelola tugas (Task management skills), yaitu keterampilan untuk mengelola
serangkaian tugas yang berbeda yang muncul di dalam pekerjaan. 3) Keterampilan
mengambil tindakan (Contingency management skills), yaitu keterampilan mengambil
tindakan yang cepat dan tepat bila timbul suatu masalah di dalam pekerjaan.
4) Keterampilan bekerja sama (Job/ role environment management skills), yaitu
keterampilan mengelola dan menyesuaikan serta memelihara kenyamanan
lingkungan kerja/lingkungan sekitar pasien sesuai dengan patient safety
Ilustrasi kasus penerapan Dimensi kompetensi :
Korelasi dari aturan bukti, prinsip dan dimensi kompetensi terhadap asesmen yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
16
17
pemahaman yang mendalam tentang asesmen kompetensi. Adapun penugasannya adalah
sebagai berikut :
a. Membuat 1 (satu) contoh penerapan prinsip asesmen
b. Membuat 1 (satu) contoh penerapan aturan bukti
c. Membuat 1 (satu) contoh penerapan dimensi kompetensi
d. Mempelajari metode-metode yang digunakan dalam asesmen
kompetensi Contoh yang teman-teman buat akan di Bahas bersama
fasilitator.
2. Tujuan
Tujuan yang diharapkan dari materi ini teman-teman mampu :
a) Memahami pengertian Standar Kompetensi
b) Memahami proses penetapan standar kompetensi
c) Memahami kerangka standar kompetensi
d) Memahami kompetensi single dan PAKET
3. Isi Materi
a) Pengertian Standar Kompetensi
1) Kompetensi adalah kemampuan individual/orang perorangan untuk mengerjakan
suatu tugas/pekerjaan yang dilandasi oleh ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap,
sesuai unjuk kerja yang dipersyaratkan.
2) Standar kompetensi merupakan pernyataan mengenai pelaksanaan tugas/pekerjaan di
tempat kerja yang digambarkan dalam bentuk hasil (output) :
(a) Apa yang diharapkan dapat dilakukan oleh pegawai
(b) Tingkat kesempurnaan pelaksanaan kerja yang diharapkan dari pegawai (c)
Bagaimana menilai bahwa kemampuan pegawai telah berada pada tingkat yang
diharapkan.
3) Standar kompetensi perawat merefleksikan atas kompetensi yang diharapkan dimiliki
oleh individu yang akan bekerja dibidang pelayanan keperawatan. Dalam
menghadapi era globalisasi, standar tersebut harus ekuivalen dengan standar-standar
yang berlaku pada sektor industri kesehatan di negara lain serta dapat berlaku secara
internasional (PP PPNI, 2010)
4) Standar kompetensi perawat merefleksikan kompetensi yang harus dimiliki oleh
perawat untuk memberikan asuhan keperawatan Profesional
18
b) Proses penetapan standar kompetensi
1) Pengembangan standar kompetensi keperawatan mengacu pada Regional Model of
Competency Standards (RMCS) dan merujuk pada Kepmenakertrans No. KEP
277/MEN/2003 dan No. KEP-69/MEN/V/2004 tentang Tata Cara Penetapan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia.
2) Proses penyusunan standar kompetensi diawali dengan pengumpulan informasi, data
primer dan sekunder dari lapangan, mengenai kegiatan proses dan pekerjaan di
layanan perawatan kesehatan :
(a) di rumah sakit besar dan kecil
(b) rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah dan swasta
(c) pengumpulan standar kompetensi keperawatan dari manca negara.
(d) Disusun unit-unit standar kompetensi,
(e) Didiskusikan,
(f) Divalidasi berbagai unsur terkait (pemangku kepentingan atau stakeholders)
(g) Di sosialisasikan
(h) Dikaji serta didiskusikan secara nasional, yang pada akhirnya
(i) Disepakati suatu Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
Bidang Keperawatan.
(j) Pada akhirnya setelah melalui proses pembahasan antara pihak Puspronakes
Depkes, Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) dan unsur lain yang
terkait, dokumen RSKKNI tersebut disampaikan kepada Badan Nasional
Sertifikasi Profesi (BNSP) untuk dibakukan. Pada tanggal 01 Juni sampai
dengan 02 Juni 2006 bertempat di Ruang Leimena Departemen Kesehatan
Republik Indonesia diselenggarakan konvensi nasional Rancangan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) Sektor Jasa Kesehatan Bidang
Keperawatan. Selanjutnya dokumen RSKKNI disampaikan ke Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi untuk ditetapkan sebagai Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia (SKKNI).
(k) Diterbitkannya Kepmenkertrans No.148 tahun 2007 PENETAPAN SKKNI
SEKTOR JASA KESEHATAN SUB SEKTOR JASA PELAYANAN
KESEHATAN BIDANG KEPERAWATAN
JUDUL UNIT :
DISKRIPSI UNIT :
1. 1.1
2. 1.2
3. 2.1.
19
BATASAN VARIABEL
KONTEKS, UU/PERATURAN, SOP, ALAT DAN BAHAN
PANDUAN PENILAIAN
PEDOMAN PENGUJIAN, KOMPETENSI YANG DIBUTUHKAN,
PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN, LEVEL KOMPETENSI
KOMPETENSI KUNCI
VK Perawa
Vokasi
Dua digit
Sub kelompok 01 Umum
angka ketiga
02 Inti
03 Kekhus
Dua digit
angka keempat
Versi 01 Versi pertama
20
2) Judul Unit :
a) Merupakan fungsi tugas/pekerjaan suatu unit kompetensi yang mendukung
sebagian atau keseluruhan standar Kompetensi. Judul unit biasanya
menggunakan kalimat aktif yang diawali dengan kata kerja aktif yang
terobservasi
b) Dinyatakan dalam kalimat aktif, dimulai dengan kata kerja yang dapat terukur
dan terobservasi.
c) Kata kerja yang disarankan : memperbaiki, mengoperasikan, melakukan,
menggunakan, melayani, merawat, merencanakan, membuat, dsbnya. d)
Kata kerja yang harus dihindari : Memahami, mengetahui, menerangkan,
menjelaskan, menguraikan, dsbnya.
e) Memiliki cakupan yang tidak terlalu luas namun tidak terlalu sempit.
f) Tidak berkaitan dengan nama merek alat tertentu
3) Deskripsi Unit :
Penjelasan singkat tentang unit kompetensi berkaitan dengan pekerjaan yang akan
dilakukan
4) Elemen Kompetensi : Merupakan elemen-elemen yang dibutuhkan untuk
tercapainya unit kompetensi (untuk setiap unit biasanya terdiri dari 3 hingga 5
elemen kompetensi)
5) Kriteria Unjuk Kerja (KUK) : Pernyataan-pernyataan tentang hasil, atau output
yang diharapkan untuk sertiap elemen kompetensi yang dinyatakan dalam kalimat
pasif dan terukur
6) Batasan Variabel : Menjelaskan konteks unit kompetensi dengan kondisi pekerjaan
unit yang akan dilakukan, prosedur atau kebijakan yang harus dipatuhi pada saat
melakukan pekerjaan tersebut serta informasi tentang fasilitas dan peralatan yang
dilakukan
21
7) Panduan penilaian :
a) Menjelaskan prosedur penilaian yang harus dilakukan
b) Persyaratan awal yang mungkin diperlukan sebelum menguasai unit tersebut c)
Informasi tentang pengetahuan dan keterampilan terkait yang diperlukan dan
mendukung tercapainya kompetensi dimaksud
d) Aspek-aspek kritis yang sangat berpengaruh atas tercapainya kompetensi yang
dimaksud
8) Kompetensi kunci :
a) Kemampuan kunci atau generik yang dibutuhkan untuk Menyelesaikan suatu
tugas atau pekerjaan
b) Tujuh kompetensi kunci :
(1) Mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisa informasi
(2) Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi
(3) Merencanakan dan mengorganisir aktifitas-aktifitas
(4) Bekerja dengan orang lain dan kelompok
(5) Menggunakan ide-ide dan teknik matematika
(6) Memecahkan masalah
(7) Menggunakan teknologi
c) Tingkat atau level kompetensi kunci terbagi menjadi 3(tiga) :
(1) Tingkat 1 harus mampu :
(a) Melaksanakan proses yang telah ditentukan
(b) Menilai mutu berdasar pada kriteria yang telah ditentukan
(2) Tingkat 2 harus mampu :
(a) Mengolah proses
(b) Menentukan kriteria untuk mengevaluasi proses
(3) Tingkat 3 harus mampu :
(a) Menentukan prinsip-prinsip dan proses
(b) Mengevaluasi dan mengubah bentuk proses
(c) Menentukan kriteria untuk mengevaluasi proses
22
ELEMEN KRITERIA UNJUK KERJA
KOMPETENSI
1.1 Data dan status keseimbangan cairan dan elektrolit
01 Mengidentifikasi
diidentifikasi: berat badan, tanda-tanda vital, Skin turgor,
klien/ pasien yang
stabilitas localmuscular, review hasil lab, akibat/efek obat
mempunyai risiko
obat tertentu, proses penyakit tertentu terkait dengan FVD
gangguan
atau FVE.
kesimbangan
1.2 Data dan informasi yang diidentifikasi dianalisa.
cairan dan
1.3 Kemungkinan alergik diidentifikasi.
elektrolit
2.1 Klien/pasien dan keluarga diberikan informasi tentang
beberapa cara pemberian cairan dan elektrolit.
02 Menyiapkan
2.2 Pasien alergik atau tidak ditentukan.
klien/ pasien
2.3 Posisi pasien diatur secara dependen/bebas.
sebelum
melakukan tindakan
pemenuhan 3.1 Order dokter diteliti.
kebutuhan cairan 3.2 Macam dan jenis cairan dan elektrolit
disiapkan. 3.3 Tempat cairan yang sesuai
dan elektrolit 03
disiapkan.
Menyiapkan
3.4 Peralatan dan cairan/elektrolit ditentukan :
bahan dan peralatan
3.4.1 Per oral
sesuai dengan jenis
dan jumlah dan 3.4.2 Intravena
teknik pemberian 3.4.3 CVP
3.4.4 Implantable venous access device
3.4.5 NGT
3.5 Kebersihan dan sterilitas dijaga.
3.6 Kulit pasien dibersihkan
4.1 Jenis dan teknik pemberian diidentifikasi.
4.2 Tindakan dan prosedur keperawatan ditentukan, antara
lain pengaturan dan pengendalian cairan, perubahan diet.
04 Melaksanakan
4.3 Infeksi lokal dicegah.
berbagai tindakan
4.4 Teknik dan prosedur pemberian cairan dan elektrolit
dan teknik
dilaksanakan berdasarkan SOP.
keperawatan
4.5 Tetesan dan aliran cairan diatur.
pemberian cairan
4.6 Kondisi dan keluhan serta respon pasien diobservasi/
dan elektrolit,
dipantau.
nutrisi dan darah
5.1 Data implementasi digunakan, antara lain:
5.1.1 Turgor kulit
5.1.2 Cairan masuk dan keluar
5.1.3 Tanda-tanda vital
05 Mengevaluasi
efektifitas
tindakan
keperawatan
23
06 5.1.4 Berat badan
Mendokumentasik 5.2 Hasil yang dicapai diidentifikasi.
an kegiatan 5.3 Respon dan keluhan klien/pasien dan tanda-tanda klinis
intervensi klien/pasien diteliti/dipantau.
keperawatan 5.4 Pemberian cairan/elektrolit diobservasi.
5.5 Hasil pemeriksaan penunjang dicek/ dibandingkan dan
dilaporkan.
5.6 Keadaan emergensi (kritis) dalam pemberian cairan,
dilaporkan kepada dokter.
6.1 Hasil pengkajian dicatat.
6.2 Aktifitas tindakan keperawatan dicatat dan dilaporkan
pada saat diserah terimakan.
6.3 Respon dan perkembangan klien/pasien
ditentukan. 6.4 Jumlah cairan dan alat yang dipakai
dicatat. 6.5 Dokumen ditandatangani.
BATASAN VARIABEL
Unit kompetensi ini dilaksanakan untuk meningkatkan keseimbangan cairan dan
elektrolit, mencegah komplikasi akibat ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dan
mempertahankan hidup sehat. Kompetensi ini dilaksanakan pada klien/pasien di rumah
sakit.
Persyaratan yang harus dipenuhi untuk melaksanakan unit kompetensi ini
adalah : 1. Standar Praktik Perawat
2. Standar kinerja profesional perawat
3. Kode Etik Perawat Indonesia
4. SOP
PANDUAN PENILAIAN
1. Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya :
1.1 KES.PG02.036.01 - Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan sirkulasi/peredaran.
1.2 KES.PG02.046.01 - Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan rasa nyaman. 2. Kondisi
pengujian
2.1 Kompetensi diuji dalam lingkungan yang aman.
2.2 Pengujian harus sesuai dengan standar yang berlaku.
2.3 Apabila diperlukan, pengetahuan dan keterampilan dapat diuji di lingkungan
rumah sakit.
2.4 Pengujian dapat dilakukan secara simulasi dengan situasi dan kondisi seperti
keadaan yang sebenarnya.
2.5 Kompetensi diuji dalam kondisi tugas perorangan.
3. Pengetahuan yang diperlukan
3.1 Keseimbangan cairan dan elektrolit.
3.2 Keseimbangan asam-basa.
24
3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit serta
keseimbangan asam-basa.
3.4 Gangguan dalam keseimbangan cairan dan elektrolit serta keseimbangan asam
basa.
3.5 Penerapan proses keperawatan pada klien dengan gagguan keseimbangan
cairan asam-basa.
4. Keterampilan yang dibutuhkan :
4.1 Menerapkan proses keperawatan pada klien/pasien dengan gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit serta gannguan kesimbangan asam - basa. 4.2
Memasang infus.
4.3 Memasang CVP.
5. Aspek Kritis
5.1 Homestasis dari cairan tubuh, elektrolit dan PH merupakan hal penting untuk
mempertahankan kesehatan dan fungsi seluler.
5.2 Intervensi keperawatan yang mencakup mengajarkan kesehatan (upaya
preventif), mengatur cairan per oral, mengganti elektrolit, monitoring
intravenous therapy.
KOMPETENSI KUNCI
NO KOMPETENSI KUNCI DALAM UNIT INI TINGKAT
6 Memecahkan persoalan/masalah 2
7 Menggunakan teknologi 2
2) Paket Kompetensi
Merupakan sekumpulan unit kompetensi yang telah ditetapkan. Berikut contoh Paket
kompetensi :
KOMPETENSI PAKET PERAWAT KLINIK 1 (GENERALIS)
25
generalis dan diperlukan dalam melaksanakan tugas asuhan
keperawatan pada area keperawatan dasar. (penyakit dalam,
bedah, anak dan maternitas)
No Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja
26
9 Memfasilitasi 9.1 Pasien yang mempunyai risiko
pemenuhan Cairan dan gangguan keseimbangan cairan dan
Elekrtolit elektrolit
didentifikasi
b. Tujuan
1) Secara umum, setelah mempelajari konsep kompetensi, setiap calon asesor dapat
memahami seluruh struktur unit kompetensi dengan melakukan analisis terhadap
kompetensi tersebut.
2) Secara khusus, tujuannya adalah: setelah melakukan Analisa satu unit kompetensi , calon
asesor dapat mempergunakan struktur unit kompetensi dalam proses asesmen
kompetensi mencakup:
27
a) Menjelaskan makna JUDUL dan DESKRIPSI UNIT KOMPETENSI dalam
perencanaan asesmen kompetensi
b) Menerapkan elemen setiap unit kompetensi sebagai….dalam pengembangan
instrument asesmen
c) Menerapkan kriteria unjuk kerja dari setiap elemen kompetensi sebagai……..dalam
pengembangan instrument
d) Mempergunakan batasan variabel dalam pengembangan instrument asesmen e)
Mempergunakan panduan penilaian dalam pengembangan instrument asesmen.
1. Kode Unit : Ditentukan oleh tim pengembang Kompetensi 2. Judul Unit Kompetensi :
Jelaskan maksud/makna judul ini.
3. Deskripsi Unit Kompetensi : Jelaskan maksud dari deskripsi unit kompetensi ini.
No. Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja Analisis hubungan setiap
Elemen Kompetensi
dengan KUK
1.
2.
3.
4. Batasan variable : Jelaskan maksudnya………
5. Panduan Penilaian : Jelaskan maksudnya ……….
6. Kompetensi kunci : Jelaskan maksudnya ………..
28
MODUL B
PROSES ASESMEN KOMPETENSI
A. Pengantar
Teman-teman sudah mempelajari konsep asesmen pada modul A. Modul B ini berisi
tentang proses asesmen kompetensi secara utuh yang merupakan penjabaran dari 4(empat)
kompetensi seorang asesor yaitu :
No Kompetensi Asesor Kode Unit
B. Tujuan
Setelah menyelesaikan Modul B ini teman-teman diharapkan mampu :
1. Melakukan perencanaan asesmen
2. Melakukan pengembangan perangkat asesmen
3. Melakukan pelaksanaan asesmen
4. Melakukan kaji ulang asesmen
29
( HPMI, 2019 )
Penjelasan Gambar Alur Proses Asesmen Kompetensi di atas yaitu : Proses asemen
kompetensi perawat di rumah sakit dikoordinir oleh Bidang Keperawatan, setelah Bidang
keperawatan melakukan mapping atau adanya pengajuan dari perawat yang akan naik
level kompetensi, maka Bidang Keperawatan akan menyusun kepanitiaan proses asesmen
kompetensi dan melibatkan asesor untuk melakukan asesmen kompetensi. Panitia dan
asesor akan melakukan perencanaan asesmen kompetensi dan menyiapkan sarana,
prasarana, perangkat asesmen, formulir-formulir yang dibutuhkan saat asesemen
kompetensi.
Perawat yang telah dilakukan mapping atau perawat yang mengajukan asesmen
kompetensi akan dihubungi panitia asesmen untuk diberikan formulir peremohonan
asesmen kompetensi dan diminta untuk mengisi formulir asesmen mandiri. Asesor akan
melakukan perencanaan asesmen sesuai dengan kriteria asesi dan unit kompetensi yang
akan di ases, setelah merencanakan asesmen, maka asesor mengembangkan perangkat
asesmen sesuai dengan metoda yang telah dipilih saat perencanaan asesmen.
Tahap selanjutnya adalah melaksanakan asesmen kompetensi yang terdiri dari konsultasi
pra asesmen dan pengumpulan bukti-bukti. Saat melakukan konsultasi pra asesmen, maka
asesor mengecek dan memvalidasi berkas persyaratan, serta memverifikasi kesiapan asesi.
Setelah disepakati waktu dan tempat asesmen kompetensi, maka asesor melakukan
pengumpulan bukti-bukti sesuai dengan perangkat asesmen yang telah disiapkan.
Berdasarkan bukti-bukti yang terkumpul tersebut asesor memutuskan; apakah asesi
direkomendasikan kompeten atau belum kompeten. Memberikan umpan balik (feed back)
kepada asesi terhadap jalannya pengumpulan bukti-bukti baik bentuk reward maupun
30
memberitahukan secara bijak tentang kekurangan asesi, dalam proses tersebut juga asesor
hendaknya memberikan waktu bagi asesi untuk mencurahkan pendapat tentang
pelaksanaan asesmen yang telah dilakukan. Pada tahap ini juga asesi yang tidak menerima
keputusan belum kompeten dapat melakukan proses banding, yaitu asesi meminta
kesempatan untuk dilakukan asesmen ulang oleh asesor yang berbeda. Proses asesmen
banding difasilitasi oleh asesor dengan mengirimkan formulir yang telah diisi oleh asesi
kepada panitia penyelenggara, untuk selanjutnya proses asesmen akan dijadwalkan oleh
panitia di hari yang sama (jika memungkinkan) dan ditunjuk asesor yang berbeda.
Mengkaji ulang proses asesmen dari kedua belah pihak; yaitu asesi dan asesor terhadap
proses asesmen.yang telah dilakukan untuk meningkatkan pelaksanaan asesmen
selanjutnya agar lebih baik. Asesor akan melaporkan pelaksanaan asesmen kompetensi
kepada panitia atau Bidang Keperawatan. Tahap terakhir diterbitkannya sertifikat
kompetensi bagi yang kompeten oleh Bidang Keperawatan.
15 Form – 08 Banding
16 Form – 09 Umpan Balik dan Kaji Ulang Asesmen Kaji Ulang
31
E. Tahapan-tahapan dan formulir yang digunakan dalam asesmen kompetensi
1. Tahap perencanaan asesmen
a. Pengertian
Perencanaan adalah kompetensi yang dibutuhkan untuk merencanakan dan
mengorganisasikan proses dalam system asesmen berbasis kompetensi. Tahap
perencanaan dalam asesmen kompetensi merupakan kompetensi pertama dari
sesorang aseseor. Dalam Tahapan perencanaan ini asesor menyiapkan Form-01
(Form Permohonan Asesmen Kompetensi,), Form-02 (Asesmen Mandiri ) dan Form
03 ( Form Rencana Asesmen )
b. Tujuan: memberikan gambaran yang jelas tentang tanggung jawab asesor atau pun
personil terkait lainnya dalam melaksanakan langkah – langkah yang harus
dilakukan dalam pelaksanaan asesmen terhadap asesi
32
oleh asesi pada setiap standar kompetensi: apakah bukti tersebut Valid, Terkini
(current), Cukup (sufficient) dan Autentik (Authentic)
Asesor harus memastikan bahwa asesinya tahu bukti-bukti apa yan harus
dikumpulkan atau bukti-bukti apa yang harus ditampilkan oleh asesi kepada
asesor saat pelaksanaan asesmen kompetensi.
33
4) Memilih jenis bukti/ metoda asesmen (Form-03 Rencana Asesmen) Dalam
memilih jenis bukti, asesor dalam perencanaan menetapkan jenis bukti dan
metode yang asesmen yang akan di pakai. enis bukti seperti yang sudah
dijelaskan diawal ada bukti langsung dan tidak langsung dan ini disesuaikan
dengan metode yang ditetapkan atau dipilih. Bukti langsung adalah asesor
langsung ada interaksi atau komunikasi dengan asesi, metode asesemennya
seperti metode observasi, uji lisan, uji tulis. Bukti tidak langsung adalah asesor
dengan asesi tidak ada interakasi atau komunikasi saat asesi melakukan
kompetensi yang dilakukan asesmen seperti laporan kegiatan yang dikerjakan
asesi dalam bentuk logbook atau laporan dari atasannya.
Dalam suatu unit kompetensi menggunakan lebih dari dua metode yang dipakai
dalam memilih jenis metode, asesor dalam memilih metode yang akan digunakan
harus mempertimbangkan standar kompetensi dan pekerjaan yang dilakukan,
karena bisa saja beberapa standar memberi kemungkinan menggunakan lebih dari
satu metode. Pilihlah jenis metode yang lebih mudah dilakukan serta periksa
setiap metode terhada prinsip-prinsip asesmen selanjutnya teman teman
memutuskan metode yang akan digunakan dan mensosialisasikannya kepada
asesi.
34
7) Memutuskan kapan & dimana asesmen dilakukan (Form-03 Rencana
Asesmen)
Dalam perencanaan asesemen teman-teman menetapkan kapan asesmen akan
dilakukan. Asesmen dapat teman-teman lakukan:
a) sebagai bagian dari program pelatihan atau asesmen ini beruhubungan
dengan program pelatihan yang dijalani oleh asesi,
b) asesmen juga dapat dilakukan setelah asesi percaya dirinya kompeten, c)
pada saat yang tepat untuk seluruh pihak misalnya untuk kenaiakn level
kompetensi dan
d) terdapatnya jadwal kerja yang memberikan kesempatan asesmen.
Asesor dapat menetapkan tempat pelaksanakan asesmen sebagai
berikut: a)sesuai standar yang berlaku
b)biasanya lebih disukai pada tempat kerja sendiri
c)pada lokasi yang aman di ruang pelayanan keperawatan dengan keleluasaan
gerak yang cukup
d)pada tempat yang tepat untuk melaksanakan tugas
e)pada tempat yang memiliki peralatan yang cukup seperti kuk yang ada f)
pada tempat-tempat tertentu yang mengharuskan asesi melakukan tindakan
melebihi dari standar yang dipersyaratkan
8) Mendiskusikan & mengonfirmasikan kegiatan asesmen dengan asesi
(Form-03 Rencana Asesmen)
Teman-teman mendiskusikan kepada asesi bahwa kegiatan asesmen sebagai
proses belajar dan setelah diskusi teman teman juga mengkonfirmasi ulang
kepada asesi. Asesor juga mendiskusikan kepada asesi bahwa kegiatan asesmen
sebagai pekerjaan dan melakukan konfirmasi ulang kepada asesi.
35
b. Ruang Lingkup
Unit kompetensi ini menetapkan kemampuan asesor dalam mengembangkan
komponen perangkat asesmen. Unit kompetensi terdiri dari tiga elemen, yaitu:
menentukan kebutuhan perangkat asesmen, merancang dan mengembangkan
perangkat asesmen dan meninjau dan uji coba perangkat asesmen.
c. Tujuan
Diharapkan setelah mempelajari unit kompetensi pengembangan perangkat asesmen
teman-teman mampu menentukan kebutuhan perangkat asesmen, merancang dan
mengembangkan perangkat asesmen dan meninjau serta menguji coba perangkat
asesmen.
36
2) Metode asesmen dipilih berdasarkan jenis bukti yang akan dikumpulkan
Teman-teman harus mampu mengumpulkan bukti-bukti yang relevan dan
berkualitas sebelum membuat keputusan. Kombinasi beberapa metode harus
digunakan untuk mencapai keputusan asesmen yang akurat. Kemampuan
menentukan metode akan sangat membantu teman-teman mengumpulkan bukti
bukti kompetensi yang ditampilkan oleh asesi. Berikut akan diuraikan mengenai
beberapa metode yang dapat digunakan oleh teman-teman dalam mengumpulkan
bukti.
a) Metode untuk menilai domain skill (keterampilan)
(1) Observasi, yaitu asesor melakukan observasi langsung saat asesi
mendemonstrasikan keterampilan teknis dan praktik serta kemempuannya
untuk menerapkan keterampilan penunjang
(2) Pengalaman praktek, terdiri atas kegiatan yang meliputi penerapan
keterampilan dan sikap secara lansgung
(3) Simulasi merupakan kelanjutan dari pengalaman praktik yang
mengharuskan asesi untuk mengorganisir dan menyelesaikan tugas yang
berkaitan dengan pekerjaan yang sesungguhnya dengan kondisi dan situasi
yang sedekat mungkin menyerupai lingkungan tempat kerja yang
sebenarnya.
(4) Bermain peran, yaitu situasi dimana asesi diberi suatu skenario yang
menggambarkan situasi, masalah atau insiden yang umumnya muncul di
lingkungan tempat kerja.
(5) Proyek merupakan kegiatan asesmen yang umumnya dilakukan oleh asesi
dalam jangka waktu tertentu dengan sedikit supervisi dan pengarahan dari
trainer.
b) Metode untuk menilai domain knowledge (pengetahuan)
Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan sehingga teman-teman dapat
menentukan jenis pertanyaan yang tepat, yaitu: kemampuan bahasa,
kemampuan baca tulis dan kemampuan berhitung (numerasi) asesi.
(1) Pertanyaan Tertulis merupakan pertanyaan yang membutuhkan jawaban
singkat dan digunakan untuk menilai pengetahuan dan pemahaman yang
berkaitan dengan kompetensi. Standar jawaban singkat dibuat oleh asesor
untuk menjamin konsistensi penilaian.
(2) Pertanyaan Lisan merupakan pertanyaan yang diajukan secara lisan untuk
menggali kemampuan asesi terkait pengetahuan / konsep terkait kompetensi
yang diujikan. Standar jawaban singkat dibuat oleh asesor untuk menjamin
konsistensi penilaian.
(3) Pertanyaan tertutup adalah bentuk pertanyaan yang terstruktur yang
ditujukan untuk memperoleh umpan balik yang terbatas.
(4) Pertanyaan terbuka dirancang untuk menggali informasi dan opini yang
lebih kompleks.
37
(5) Pertanyaan menggali merupakan bentuk pertanyaan yang dirancang untuk
memotivasi asesi agar berfikir lebih dalam. Bentuk pertanyaan ini berguna
pada saat asesi belum memberikan informasi yang cukup sebagai jawaban
pertanyaan.
(6) Pertanyaan analisa merupakan bentuk pertanyaan yang dirancang untuk
meninjau tingkat analisa asesi dalam menyelesaikan suatu masalah.
c) Metode untuk menilai domain attitude (sikap)
Penilaian terhadap sikap dapat mengintegrasikan metode uji lisan, uji tulis,
observasi maupun portofolio. Metode Portofolio Portofolio merupakan metode
asesmen dengan menilai dokumen-dokumen hasil kerja asesi yang terkait
dengan standar kompetensi. Kumpulan dokumen tersebut merupakan
pengalaman asesi yang dapat dijadikan sebagai bukti telah dikuasainya standar
kompetensi. Keempat metode tersebut adalah metode yang paling sering
digunakan untuk asesmen kompetensi saat ini. Teman-teman harus mampu
menentukan nominasi metode sedemikian rupa agar asesi dapat menunjukkan
kompetensinya atau mendukung asesi dalam memperoleh pengakuan
kompetensi terkininya.
Pengetahuan & Sikap Uji Lisan Daftar Pertanyaan Lisan & Standar
jawaban
39
e) Memberikan pilihan , bila perlu
f) Terurut untuk mencerminkan pengembangan kompetensi dalam jalur
pembelajaran dan asesmen
g) Mudah digunakan oleh pengguna
h) Merefleksikan lingkungan asesmen
i) Dapat dipraktikkan
2) Pengembangan instrumen asesmen
Dalam mengembangkan perangkat asesmen teman-teman perlu
mempertimbangkan hal-hal berikut:
a) Menggunakan format yang sesuai
b) Memperhatikan bahasa dan kemampuan baca tulis dan numerasi asesi
c) Memperlihatkan keragaman asesi
d) Menggunakan representasi visual dan suara
e) Menggunakan media
Penggunaan form atau dokumen yang sesuai perlu memperhatikan tata letak dan
bahasa yang jelas. Keragaman asesi yang perlu diperhatikan adalah jenis kelamin,
usia, kesehatan asesi, tingkat percaya diri, rasa gugup atau kegelisahan asesi atau
pengalaman menghadapi asesmen sebelumnya. Selain itu asesor juga perlu
memperhatikan kemampuan bahasa, kemampuan baca tulis dan numerasi asesi.
Sehingga asesor dapat menempatkan diri dengan baik saat menghadapi asesi.
Asesor mampu menggunakan bahasa yang efektif, memberikan informasi yang
tepat dan jelas baik secara lisan maupun tertulis, meminta konfirmasi dari asesi
agar semua proses dapat dimengerti dan mampu mendengar serta memahami
jawaban asesi. Instrumen asesmen juga hendaknya Bila diperlukan instrumen
asesmen juga menggunakan media, audio dan visual agar mampu menilai
kompetensi asesi secara utuh.
Langkah-langkah mengembangkan perangkat dengan metode uji tulis dan
uji lisan:
a) Pahami maksud dari kriteria unjuk kerja (KUK) dalam standar kompetensi. b)
Identifikasi kriteria unjuk kerja yang masuk domain pengetahuan (knowledge). c)
Tentukan indikator unjuk kerja (IUK) dari kriteria unjuk kerja (KUK) tersebut. d)
Identifikasi konsep-konsep yang harus dikuasai oleh asesi terkait dengan
indikator unjuk kerja tersebut.
e) Tentukan kata kerja kunci (gunakan taksonomi bloom) untuk menggali aspek
pengetahuan asesi terkait dengan ketercapaian indikator unjuk kerja. f)
Identifikasi ketercapaian dimensi-dimensi kompetensi dalam setiap pertanyaan
yang dibuat.
g) Tentukan metode dan perangkat yang akan dipilih.
i. Metode uji tulis menggunakan perangkat daftar pertanyaan tulis.
ii. Metode uji lisan menggunakan perangkat daftar pertanyaan lisan.
40
h) Buat pertanyaan terbuka menggunakan kata kerja kunci yang sudah ditentukan
sebelumnya.
i) Buat standar jawaban yang mengacu kepada acuan pembanding.
41
Perangkat asesmen merupakan alat yang akan digunakan untuk menilai bukti-bukti
kompetensi asesi. Oleh karena itu sebelum perangkat digunakan perlu dievaluasi
terlebih dahulu kesesuaiannya. Beberapa hal yang perlu diidentifikasi adalah:
Terpenuhinya prinsip-prinsip asesmen:
- Valid: apakah aktifitas asesmen memenuhi seluruh bagian dari acuan
pembanding?
- Reliabel: apakah aktifitas secara konsisten mengukur apa yang seharusnya
diukur?, apakah instruksi-instruksi yang disediakan untuk asesi memastikan
penerapan yang konsisten dari aktifitas-aktifitas?, dapatkah aktifitas-aktifitas
digunakan oleh asesor yang berbeda pada situasi yang berbeda dengan asesi
yang berbeda dapat mencapai hasil yang konsisten?
- Fleksibel: apakah aktifitas memenuhi kebutuhan asesi dan organisasi? - Adil:
apakah aktifitas asesmen memenuhi kebutuhan dan karakteristik asesi?, apakah
aktifitas asesmen bebas dari bias dan apakah dapat diadaptasikan untuk mencegah
hambatan-hambatan pada asesi dengan kebutuhan khusus? Terpenuhinya aturan
bukti:
- Valid: apakah bukti diarahkan pada seluruh bagian dari acuan pembanding?
- Terkini: apakah bukti terkini?
- Memadai: apakah cukup bukti untuk memenuhi seluruh bagian acuan
pembanding?
- Asli: apakah bukti yang dikumpulkan merupakan pekerjaan kandidat sendiri?
6) Perangkat asesmen diuji coba untuk memvalidasi isi dan tingkat kecocokan
penggunaan
Uji coba perangkat asesmen perlu dilakukan untuk memvalidasi isi dan tingkat
kecocokan penggunaannya. Uji coba perangkat asesmen dengan konsultasi dengan
tim pakar, curah pendapat dengan tim asesor atau perangkat diujicobakan langsung
pada sekelompok individu. Kemudian diidentifikasi hal-hal yang masih belum
diperbaiki. Perangkat asesmen dapat diubah bila memang masih ada kekurangan /
kelemahan.
7) Umpan balik dari orang yang relevan dan terlibat dalam uji coba konsep
perangkat asesmen dikumpulkan dan didokumentasikan
Hasil tinjauan atau uji coba perangkat asesmen perlu diarsipkan dan
didokumentasikan dengan baik. Pendokumentasian dan pengarsipan dilakukan
sesuai dengan kebijakan dan prosedur asesmen dan sesuai dengan aturan
organisasi. Hal-hal yang perlu dikumpulkan dan didokumentasikan diantaranya
adalah: kemudahan penggunaan, kemudahan untuk dipraktekkan, kejelasan
bahasa dan numerasi.
42
8) Bila perlu, perubahan-perubahan terakhir terhadap perangkat asesmen
dilakukan berdasarkan analisis umpan balik.
43
Langkah-langkah konsultasi pra asesmen sesuai dengan form 5, terdiri dari: 1)
Membuka pertemuan: Asesor Memberikan salam dan memperkenalkan diri,
menempatkan asesi dalam situasi kondusif, serta menjelaskan dan mendiskusikan
tujuan konsultasi pra asesmen
2) Menjelaskan proses asesmen kompentesi: Asesor menjelaskan konteks, tujuan,
proses dan hasil asesmen, menjelaskan standar kompetensi yang dinilai serta bukti
yang perlu dikumpulkan, menjelaskan prosedur asesmen, persiapan yang harus
dilakukan asesi dan menjawab pertanyaan asesi, menilai kebutuhan asesi &
menentukan penyesuaian yang diperbolehkan dalam prosedur asesmen, proses
banding.
3) Mengkonfirmasi tujuan asesmen: Asesor memberikan penjelasan Kembali kepada
asesi tentang tujuan asesmen bagi individu (asesi), institusi (RS), dam Masyarakat
(pasien)
4) Menilai kesesuaian bukti: Menilai kesesuaian bukti yang dibawa oleh asesi apakah
sesuai aturan bukti: Valid, Terkini (current), Cukup (sufficient) dan Autentik
(Authentic). Menilai asesmen mandiri dan mengkorfirmasi kesiapan asesi dengan
menanyakan ulang aspek kritikal yang akan di ases, dan merekomendasikan keikut
sertaan asesmen lanjut
5) Membangun metode dan perangkat asesmen: Asesor menjelaskan metode asesmen,
perangkat asesmen, menyiapkan sumber daya yang terlibat dalam asesmen:
peralatan, bahan, personil, serta asesor mengidentifikasi dan menetapkan
penyesuaian yang diperlukan (jika ada)
6) Menjelaskan tata tertib, aturan tempat kerja, dan keselamatan kerja 7) Menutup
pertemuan: konsultasi pra asesmen ditutup dengan disepakatinya waktu dan tempat
untuk pelaksanaan asesmen (pengumpulan bukti-bukti).
b. Pengumpulan bukti-bukti
Pengumpulan bukti-bukti adalalah proses untuk melaksanakan asesmen kompetensi,
menggunakan perangkat asesmen yang telah dibuat, membuat keputusan asesmen
kompetensi hingga memberikan feed back atau umpan balik kepada asesi. Adapun
Langkah-langkah pengumpulan bukti sesuai form 6, terdiri dari:
1) Membuka pertemuan: Memberikan salam dan memperkenalkan diri, menempatkan
asesi dalam situasi kondusif, serta menjelaskan dan mendiskusikan tujuan dari
pengumpulan bukti-bukti
2) Mengkonfirmasi rencana asesmen yaitu mengkonfirmasi ulang: metode asesmen
yang digunakan, peragkat asesmen, dan sumber daya asesmen yang diperlukan: fisik
dan material, personil yang terkait dengan asesmen, peyesuaian yang diperlukan,
pemenuhan prinsip asesmen dan aturan bukti, serta kebijakan dan prosedur sistem
asesmen sesuai dengan persyaratan/peraturan/etika profesi, rumh sakit/fasyankes,
menjelaskan proses asesmen ulang dan pegajuan banding
44
3) Mengumpulkan bukti berkualitas yaitu mengorganisasikan sumber daya asesmen
(fasilitas, alat, bahan) yang diperlukan, menginfomasikan personil terkait asesmen,
menggunakan metode asesmen yang dipilih, menerapkan prinsip asesmen,
menerapkan aturan pengumpulan bukti, melakukan pengumpulan bukti pada
aktivitas kerja yang telah di laksanakan, mengevaluasi bukti yang mencakup 4
dimensi kompetensi, memasukkan penyesuaian yang diperbolehkan kedalam
prosedur asesmen, apabila sesuai, dan mencatat rincian bukti yang dikumpulkan.
Formulir yang digunakan saat pengmpulan bukti-bukti adalah form 4 A, 4 B, 4 C
dan 4 D.
4) Mengambil keputusan asesmen: asesor membuat keputusan setelah merekapitulasi
hasil pengumpulan bukti-bukti, keputisan asesmen terdiari dari dua, yaitu kompeten
atau belum keompeten. Keputusan asesor dapat berdampak kepada asesi terutama
yang diputuskan belum kompeten, asesor harus menghadapi asesi tersebut dan
konflik yang ada dengan bijaksana dan tidak arogan. Asesor memberikan penjelasan
tentang proses banding yang bisa dipilih asesi jika tidak puas dengan keputusan
asesor. Asesi dipersilahkan untuk mengisi form banding dan mengirimkan ke panitia
asesmen. Formulir yang digunakan saat melakukan rekapitulasi bukti adalah form 7
dan form banding adalah form 8. Proses banding ditentukan dan dijadwalkan oleh
panitia.
c. Memberikan umpan balik (feed back) kepada asesi terkait proses asesmen
kompetensi. Asesor sebaiknya memberikan kesempatan kepada asesi lebih dahulu untuk
menceritakan perasaannya tentang proses asesmen dan tanggapan asesi terhadap
keputusan asesmen, selanjutnya asesor dapat memberikan pujian (reward) atas
keberhasilan asesi melewati proses asesmen dan memberikan masukan untuk
meningkatkan motivasi asesi dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
kompetensi saat ini.
Kesalahan Asesor yang dapat terjadi saat pelaksanaan asemen
kompetensi dan dapat mempengaruhi keputusan akhir pengumpulan
bukti-bukti, adalah:
1) Hallo Effect (teman dekat/kenal sebelumnya): Kesalahan ini dikarenakan
faktor asesi dan asesor mempunyai hubungan pertemanan sebelumnya,
hak tersebut dapat membuat keputusan asesor tidak obyektif
2) Horn Effect (tahunya yang negatif saja): Asesor telah mengetahui
kejelekan asesi dan mengingat hal tersebut saat pelaksanaan asesmen
yang dapat mengakibatkan tidak obyektifnya penilaian akhir asesmen
kompetensi
3) Mirroring Effect (mengira sudah tahu): Asesor merasa bahwa asesi sudah
tahu dan paham seperti asesor, sehingga asesor tidak memberikan
penjelasan yang lengkap kepada asesi
45
4) Fail to Record (tidak mencatat pelaksanaan): Asesor tidak mencatat
seluruh kegiatan pengumpulan bukti-bukti sehingga pengambilan
keputusan akhir tidak obyektif, karena asesor hanya mengandalkan
ingatannya saja
5) Fail to Observe (tdk mengamati pelaksanaan): Asesor tidak mengamati
pelaksanaan, misalnya saat observasi asesor mendapatkan distrasksi atau
membiarkan asesi melakukan tindakan ke pasien tanpa didampingi selalu
oleh asesor
6) Recording In The Middle (pendokumentasian di tengah jalannya asesmen):
Hal tersebut disadari oleh asesor setelah proses pengumpulan bukti
berjalan, dan hal tersebut dapat mempengaruhi keputusan akhir.
46
1) Memeriksa konsistensi keputusan asesmen
Pada kaji ulang asesor melakukan evaluasi apakah proses asesmen dari perencanaan,
perangkat dan pelaksanaan asesmen telah memenuhi prinsip-prinsip asesmen.
Ketercapaian seluruh dimensi kompetensi dinilai, apakah dimensi task skill, task
management skill, contingency management skill serta environment management skill
dapat dicapai. Asesor membuat rekomendasi perbaikan terkait temuan atau
kesenjangan yang terjadi. Seluruh aktivitas dalam kaji ulang didokumentasikan dalam
form.09
2) Melaporkan temuan hasil kaji ulang
Panitia asesmen berdasarkan hasil kaji ulang yang dilakukan bersama dengan pihak
pihak terkait membuat laporan pelaksanaan kaji ulang. Laporan hasil kaji ulang
meliputi:
a) Kaji ulang dari tim asesor
b) Rekomendasi perbaikan
c) Umpan balik dari asesi
d) Hasil asesmen kompetensi dan gap kompetensi
Laporan diberikan ke Kepala Bidang Keperawatan yang selanjutnya diteruskan ke
pimpinan rumah sakit.
Beberapa contoh kesenjangan yang ditemukan pada saat proses kaji ulang
adalah:
a) Persiapan asesmen yang kurang baik
b) Hasil asemen : ada asesi belum kompeten
c) Perlunya perbaikan perangkat asesmen
d) Kurangnya ketersediaan fasilitas dan alat
e) SOP belum diperbaharui
f) Bukti portofolio yang kurang baik atau tidak ada, contohnya : catatan
keperawatan, lembar edukasi
Contoh rekomendasi hasil kaji ulang:
a) Perbaikan perangkat asesmen
b) Pertimbangkan ruangan lain yang menjadi tempat uji observasi
c) Revisi SOP
d) Pelatihan-pelatihan untuk menutup gap kompetensi
PENUGASAN :
Pada saat melakukan kaji ulang, salah satu dimensi kompetensi belum dapat
dicapai, rekomendasi apa yang akan Anda usulkan sebagai seorang asesor ?
47
F. Format – format Asesmen Kompetensi: Format 01 s/d 09 terdiri dari: Teman teman
dalam asesemen kompetensi ini terdapat 9 (sembilan) form yang akan digunakan, dan form-
form tersebut terbagi berdasarkan tahapan proses asesmen :
1. Format tahap perencanaan:
Dalam tahapan ini terdapat 3 form yang digunakan yaitu
a. Form-01 adalah Form Permohonan Asesmen Kompetensi.
Form ini merupakan form permohonan asesi untuk dilakukan asesmen komepetensi.
Form ini disiapkan oleh panitia dan asesor dan form ini diisi oleh asesi.
Form ini
berisi
informasi
Bagian 1: data asesi yaitu nama lengkap asesi, tempat tanggal lahir, pendidikan dan
tahun lulus, kualifikasi perawat, tempat bekerja, alamat dan nomor telepon asesi.
Asesi diminta mengisi data ini dengan lengkap dan benar
Bagian 1 : Rincian data asesi berisikan data dan level kompetensi asesi
48
Bagian 2: Daftar Unit Kompetensi yang akan dilakukan asesmen kompetensi, dibagian
ini asesi mengisi kolom yang sudah disiapkan yaitu kolom nomor, kode unit kompetensi
dan judul unit kompetensi.
Bagian 3 : Kompetensi dan Bukti Portofolio
Pada bagian ini, asesi diminta untuk menuliskan Bukti-bukti pendukung yang relevan
dengan unit kompetensi yang diusulkan.
49
menggunakan aturan bukti. Pada kolom ini asesor menuliskan V jika valid, T jika
terkini, M jika memadai dan O jika otentik untuk setiap bukti yang ditulis dan
ditunjukan asesi kepada asesor.
Kolom Keterangan Asesor dapat tuliskan jika dari hasil kesesuain bukti ada yang perlu
dilengkapi saat pertemuan selanjutnya atau pada saat sebelum pelaksanaan asesmen.
Pengisian kolom kesesuain bukti dan kolom keterangan diisi oleh teman-teman
asesor pada saat konsultasi pra asesmen yang merupakan bagian dari pelaksanaan
asesmen.
Kolom Rekomendasi
Asesor dapat memberikan rekomendasi kepada asesi untuk mengikuti penilaian lanjut
kemudian diikuti tanda tangan asesi dan asesor pada kolom tanda tagan dan nama serta
diberi tanggal dan ini dilakukan saat konsultasi pra asesmen.
b. Form -02: Form Asesmen Mandiri
Form Asesemen Mandiri adalah form yang dipakai oleh asesi untuk menilai diri asesi
terhadap unit kompetensi yang akan dilakukan penilaian. Form ini di buat oleh asesor,
form ini diberikan oleh panitia asesemen kompetensi kepada asesi bersamaan dengan
Form-01 Form Permohonan Asesmen Kompetensi, setelah mengisi Form-01 Form
Permohonan Asesmen Kompetensi asesi selanjutnya Form -02: Form Asesmen
Mandiri ini.
50
Form ini berisi nama asesi, nama asesor, tanggal/waktu dan tempat pelaksanaan
asesmen dan juga petunjuk bagi asesi bagaimana asesi menilai diri asesi terhadap
unit kompetensi yang akan diujikan. Setelah membaca petunjuk pengisina, asesi
mengisi form ini, asesi setelah membaca satu-satu Daftar pertanyaan maka asesi
akan memberi tanda ceklist (✓) dikolom K yang artinya asesi percaya diri dirinya
Kompoten
Teman teman Asesor untuk membuat Form-02: Form Asesmen Mandiri ini
Asesor menggunakan unit kompetensi atau SKKNI yang sudah didapat dari
fasilitator pada hari pertama pelatihan.
Untuk Nomor Kompetensi dan Judul Unit Kompetensi teman teman bisa
menyalin dari unit kompetensi yang sudah dibagi.
Kami akan contohkan dengan menggunakan unit kompetensi atau SKKNI Unit
Kompetensi Nomor: KES.VK02.008.01 Judul: Mengukur Tanda-Tanda
Vital Berikut adalah cara pengisiannya
Untuk kolom Kolom Komponen Asesemen Mandiri adalah berisi Elemen
kompetensi 1 adalah elemen yang pertama yang ada di unit kompetensi. Elemen
1 yang ada di SKKNI dan kita copikan ke kolom ini.
Contoh Elemen kompetensi 1: Mengidentifikasi kegiatan pengukuran tanda
tanda vital klien/pasien.
Selanjutnya isi kolom Kriteria Unjuk Kerja (KUK) dari Elemen 1 yang ada di
SKKNI dan kita copikan ke kolom ini.
Contoh Elemen kompetensi 1: KUK 1.1 Klien/pasien yang yang akan dilakukan
pengukuran tanda-tanda vital diidentifikasi sesuai rencana asuhan keperawatan.
Selanjutnya masuk kolom Daftar pertanyaan (Asesmen Mandiri/Self
Assessment) untuk mengisi kolom ini teman teman kita ubah kalimat pasif dari
51
KUK 1.1 Klien/pasien yang yang akan dilakukan pengukuran tanda-tanda
vital diidentifikasi sesuai rencana asuhan keperawatan menjadi kalimat aktif
Mengidentifikasi Klien/pasien yang yang akan dilakukan pengukuran tanda
tanda vital sesuai rencana asuhan keperawatan. Setelah di ubah menjadi
kalimat aktif maka kita jadikan suatu kalimat pertanyaan dengan menambahkan
kata Apakah anda mampu didepan kalimat aktif tersebut dan diakhiri dengan
memberi tanda tanya (?) sehingga akan seperti ini kalimat bertanyanya Apakah
anda mampu Mengidentifikasi Klien/pasien yang yang akan dilakukan
pengukuran tanda-tanda vital sesuai rencana asuhan keperawatan?.
Contoh untuk KUK 1.2 Koordinasi dengan perawat senior dilakukan untuk
validasi kegiatan pengukuran tanda-tanda vital
Dirubah menjadi kalimat aktif melakukan koordinasi dengan perawat senior
untuk validasi kegiatan pengukuran tanda-tanda vital setelah di ubah menjadi
kalimat aktif maka kita jadikan suatu kalimat pertanyaan dengan menambahkan
kata Apakah anda mampu didepan kalimat aktif tersebut dan diakhiri dengan
memberi tanda tanya (?) sehingga akan seperti ini kalimat bertanyanya Apakah
anda mampu melakukan Koordinasi dengan perawat senior untuk validasi
kegiatan pengukuran tanda-tanda vital ?.
Berikut contoh dalam form 02 :
52
Dan pembuatan form 2 ini oleh asesor dikerjakan untuk seluruh elemen dan KUK
yang ada di SKKNI.
Pada saat asesi bertemu dengan asesor di Konsultasi Pra Asesmen dan sudah
mengisi Form -02: Form Asesmen Mandiri asesor melakukan verifikasi dengan
bertanya 1 - 2 pertanyaan yang kritikal dari unit kompetensi yang diujikan dan
memberikan tanda paraf di kolom Verifikasi Asesor pada KUK yang ditanyakan.
Pada saat teman –teman asesor bertanya untuk verifikasi bukan mengulang
pertanyaan dari daftar pertanyaan contoh KUK 1.1 maka saat bertanya adalah
pasien pasien dengan kondisi apa dilakukan pengukuran tanda vital?
Pada akhir Form -02: Form Asesmen Mandiri terdapat kolom rekomendasi
asesor dapat memberikan rekomendasi kepada asesi dengan menuliskan di kolom
Rekomendasi Dapat mengikuti penilaian lanjut kemudian diikuti tanda tangan
asesi dan asesor pada kolom tanda tangan dan nama serta diberi tanggal dan ini
dilakukan saat konsultasi pra asesmen.
2. Rencana Asesmen
Pada kolom ini teman teman mengisi dengan kode dan judul unit kompetensi
yang akan dilakukan asesmen kompetensi, yang akan dijadikan contoh adalah
54
Sekarang kami akan mencontohkan pada teman-teman dalam membuat
Perencanaan seperti contoh dibawah ini.
Kolom elemen: berisi elemen kompetensi pada unit kompetensi contoh,
Elemen 1: Mengidentifikasi kegiatan pengukuran tanda-tanda vital
klien/pasien
Kolom Kriteria Unjuk Kerja: berisi KUK dari elemen 1 KUK 1.1
Klien/pasien yang yang akan dilakukan pengukuran tanda-tanda vital
diidentifikasi sesuai rencana asuhan keperawatan.
Selanjutnya pada kolom: Indikator Unjuk Kerja (adalah bukti yang
ditampilkan oleh asesi kepada asesor) untuk mengisi kolom ini kita bisa
copikan dari Form -02 Asemen Mandiri dari kolom daftar pertanyaan
setelah kata Apakah anda mampu.
Pada Indikator Unjuk Kerja ini teman teman asesor menetapkan domain apa
yang akan digunkan apakah knowledge atau pengetahuan (P), domaian
skills atau ketrampilan (K) dan dan domain attitude atau sikap (S)
sehingga akan memudahkan dalam dalam menentukan metode asesmen yang
akan digunakan setelah ditetapkan diakhir kalimat diberi tanda (P) dan atau
(K) dana tau (S), contoh: Indikator Unjuk Kerja: Mengidentifikasi
Klien/pasien yang yang akan dilakukan pengukuran tanda-tanda vital sesuai
rencana asuhan keperawatan (P).
Dalam satu Indikator Unjuk Kerja bisa saja menggunakan 2 domain
contoh pengetahuan (P), domaian skills atau ketrampilan (K) Atau
domaian skills atau ketrampilan (K) dan dan domain attitude atau sikap
(S) contoh seperti dalam kolom perencanaan asesemen dibawah.
55
Alat dan Bahan yang digunakan bukan berdasarkan elemen atupun KUK
tetapi satu unit kompetensi nya. Contoh Alat dan Bahan: Tensi meter,
Termometer, Stestoskop, Jam detik, Alkohol swab, Hand sanitaiser, Form
dokumentasi.
56
2. Format Tahap Pengembangan Instrumen
Form Pengembangan perangkat, form ini dibuat dalam
mengembangkan komponen
perangkat asesmen. Pengembangan perangkat ini dibuat berdasarkan
Untuk membuat form 3 A ini asesor menggunakan Form-0 3 Rencana Asesmen, Semua
metode asesmen Observasi yang ada Form-03 Rencana Asesmen dipindahkan ke
Form-03A, seperti contoh pada Form-03 Rencana Asesmen pada Elemen I, KUK I.2
terdapat metode asesmen observasi maka kita pindahkan ke Form-03A, untuk mengisi
kolom Elemen 1 copikan dari Form-03 Rencana Asesmen, selanjutkan copi juga KUK
dan Indikator Unjuk Kerja dan masukan pada kolomnya masing-masing.
Kemudian asesor membuat isi kolom Poin yang diamati. Point yang diamati adalah
hal-hal yang diamati oleh asesor dari indikator unjuk kerja yang ditampilkan asesi
dan dalam hal ini teman teman dapat menggunakan acuan pembandiing seperti SPO
yang digunakan dalam membuat point yang diamati.
57
Contoh terlihat pada kolom dibawa ini yang sudah diisi :
CATATAN :
Form-03A ini dibuat dengan merujuk pada Form-03 Rencana Asesmen, semua metode
observasi yang ada di Form-03 Rencana Asesmen dipindahkan ke Form-03A
Bagian kolom indikator unjuk kerja di copy paste dari Form 3 perencanaan bagian indikator
unjuk kerja
Poin yang diamati adalah hal yang akan di observasi oleh asesor kepada asesi bentuk kalimat
adalah kalimat aktif
58
Untuk membuat FORM-03B ini asesor menggunakan Form-03 Rencana Asesmen
Semua metode asesmen Uji lisan yang ada di Form-03 Rencana Asesmen dipindahkan
ke FORM-03 B. Seperti contoh pada Form-03 Rencana Asesmen pada Elemen I,
KUK I.2 ada metode asesmen Uji lisan maka kita pindahkan ke FORM-03B. Untuk
kolom Elemen I copikan dari Form-03 Rencana Asesmen selanjutkan copikan juga
KUK dan Indikator Unjuk Kerja dan masukan pada kolomnya masing-masing.
Selanjutnya untuk kolom Pertanyaan teman –teman asesor kembangkan dari
Indikator Unjuk Kerja menjadi suatu pertanyaan, kemudian kolom Indikator
Ketercapaian isinya adalah jawaban dari pertanyaan yang dibuat, Jawaban yang
asesor buat dengan memperhatikan acuan pembanding atau referensi yang berlaku di
rumah sakit teman teman, berikut contohnya
CATATAN :
Form-03B ini dibuat dengan merujuk pada Form-03 Rencana Asesmen, semua metode uji
lisan yang ada di Form-03 Rencana Asesmen dipindahkan ke Form-03B
Untuk kolom pertanyaan dikembangkan berdasarkan indicator unjuk kerja
Indikator ketercapaian adalah jawaban yang standar berdasarkan SOP , referensi, kebijakan
59
CATATAN :
Form-03C ini dibuat dengan merujuk pada Form-03 Rencana Asesmen, semua metode uji tulis
yang ada di Form-03 Rencana Asesmen dipindahkan ke Form-03C
Untuk kolom pertanyaan dikembangkan berdasarkan indikator unjuk kerja,
Standar Jawaban adalah jawaban yang standar berdasarkan SOP , referensi, kebijakan
60
d. FORM-03D: adalah pengembangan instrumen asesmen kompetensi untuk Metode
Portofolio, berikut FORM-03D dan cara pengisinnya
CATATAN :
Form-03D ini dibuat dengan merujuk pada Form-03 Rencana Asesmen, semua metode
Portofolio yang ada di Form-03 Rencana Asesmen dipindahkan ke Form-03D
Untuk kolom Dokumen disesuaikan dengan bukti dokumen portofolio yang direncanakan
sesuai dengan elemen: lembar edukasi, lembar pengkajian, lembar tindakan keperawatan dll
3. Format Tahap Pelaksanaan Asesmen
Format tahapan pelaksanaan asesmen adalah untuk melaksanakan asesmen
kompetensi keperawatan sesuai prosedur yang spesifik, form ini terdiri dari: a.
FORM-04A: Ceklist Observasi
Form ini dipakai saat pelaksanaan asesmen komptensi, form ini dipakai asesor untuk
mengumpulkan bukti bukti langsung dari asesi dengan metode observasi.
61
Berikut cara membuat form ini asesor dapat menyalin dari FORM-03A: Ceklist
Observasi
FORM-04A: dalam form ini diawali dengan nama asesi, nama asesor, tanggal/waktu
dan tempat pelaksanaan asesmen data ini diisi asesor saat pelaksanaan asesmen.
Kolom No KUK, No IUK hanya mengisi nomornya saja, untuk Elemen Kompetensi
tetap di tuliskan isi Elemennya. Kolom Poin yang diamati asesor juga isi dengan
mengcopi dari FORM-03A Metode Observasi.
Kolom Pencapaian Ya/Tidak adalah berdasarkan observasi asesor terhadap asesi
melakukan Poin yang diamati dalam pengumpulan bukti. Ya jika asesi melakukan
Poin yang diamati, Tidak jika asesi tidak melakukan Poin yang diamati. Berikut
contoh:
62
Selanjutnya dibagian bawah FORM-04A:Ceklist Observasi disertakan juga Tanda
tangan dan nama Asesi dan asesor setelah selesai pelaksanaannya.
63
FORM-04B: dalam form ini diawali dengan nama asesi, nama asesor, tanggal/waktu
dan tempat pelaksanaan asesmen data ini diisi asesor saat pelaksanaan asesmen.
Kolom No KUK, No IUK hanya mengisi nomornya saja, untuk Elemen Kompetensi
tetap di tuliskan isi Elemennya.
Kolom Pertanyaan dan Indikator Ketercapaian asesor isi dengan mengcopi dari
FORM-03B Metode Uji Lisan
Kolom Jawaban Asesi ini nanti disi saat asesor melakukan uji lisan pada asesi dan
jawaban asesi ditulis langsung dikolom ini oleh asesor, tiap pertanyaan lisan langsung
dijawab asesi dan asesor langsung menuliskannya.
Kolom Pencapaian Ya/Tidak adalah berdasarkan hasil jawaban asesi dengan
Indikator Ketercapaian asesor memberikan tanda cek list di Ya jika jawaban asesi
sesuai Indikator Ketercapaian demikian sebaliknya bila jawaban asesi tidak cocok
dengan Indikator Ketercapaian teman teman memberikan tanda cek list di Tidak.
Berikut contoh:
Sela
njutnya dibagian bawah FORM-04B disertakan juga Tanda tangan dan nama Asesi
dan asesor setelah selesai pelaksanaannya.
FORM-04C: dalam form ini diawali dengan nama asesi, nama asesor, tanggal/waktu
dan tempat pelaksanaan asesmen data ini diisi asesor saat pelaksanaan asesmen.
Kolom No KUK, No IUK hanya mengisi nomornya saja, untuk Elemen Kompetensi
tetap di tuliskan isi Elemennya.
Kolom Pertanyaan dan Standar Jawaban asesor isi dengan mengcopi dari FORM
03C Metode Uji Tulis
Kolom Pencapaian Ya/Tidak adalah berdasarkan hasil jawaban asesi pada lembar
jawaban asesi dengan Stándar Jawaban asesor memberikan tanda cek list di Ya jika
jawaban asesi sesuai Indikator Ketercapaian demikian sebaliknya bila jawaban asesi
tidak cocok dengan Indikator Ketercapaian asesor memberikan tanda cek list di
Tidak. Pada FORM-04C ini juga dibuat lembar jawaban untuk asesi yang berisi
pertanyaan yang dicopikan dari kolom pertanyaan dan dibawahnya ada jawaban
asesi.
Berikut contoh:
Selanjutnya dibagian bawah FORM- 04C Daftar Pertanyaan Tulis disertakan juga
Tanda tangan dan nama Asesi dan asesor setelah selesai pelaksanaannya.Disertai
Tanda tangan dan nama Asesi dan asesor
65
d. FORM-04D: Daftar PORTOFOLIO
Form ini dipakai saat pelaksanaan asesmen komptensi, form ini dipakai asesor untuk
mengumpulkan bukti bukti tidak langsung langsung dari asesi dengan Metode
Portofolio
Berikut cara membuat form ini asesor dapat menyalin dari FORM-03D Metode
Portofolio
FORM-04D: dalam form ini diawali dengan nama asesi, nama asesor, tanggal/waktu
dan tempat pelaksanaan asesmen data ini diisi asesor saat pelaksanaan asesmen.
Kolom KUK, di isi KUKnya dengan lengkap. Kolom DOKUMEN diisi dengan
mengcopi dari FORM-04D Daftar PORTOFOLIO
Kolom Pencapaian Ya/Tidak adalah berdasarkan hasil jawaban dokumen asesi pada
lembar jawaban asesi dengan Stándar Jawaban asesor memberikan tanda cek list di
Ya jika jawaban asesi sesuai Indikator Ketercapaian demikian sebaliknya bila
jawaban asesi tidak cocok dengan Indikator Ketercapaian asesor memberikan tanda
cek list di Tidak. Berikut contoh:
66
Selanjutnya dibagian bawah FORM-04D Daftar Portofolio disertakan juga tanda
tangan dan nama asesi dan asesor setelah selesai pelaksanaannya disertai tanda
tangan dan nama asesi dan asesor
Asesor setiap selesai melaksanakan satu kegiatan sesuai dengan kolom langkah dan
kegiatan, maka asesor akan memberikan tanda centang ya di kolom pencapaian,
namun jika tidak dilakukan maka asesor memberikan centang tidak di kolom
pencapaian. Saat melakukan kegiatan asesor juga memegang form-form sesuai di
kolom catatan, hal tersebut harus diperhatikan oleh asesor agar saat kegiatan asesor
tidak salah menelaah form.
Setelah selesai semua tujuh langkah, maka asesi dan asesor memberikan tanda tangan
di tempat yang sudah disediakan hal tersebut sebagai persetujuan pelaksanaan
asesmen kompetensi: waktu dan tempat yang telah disepakati bersama.
Ya Tida
k
3. Mengkonfirmasikan tujuan
Mengkonfirmasi asesmen kepada assesi dan hak-
kan tujuan hak asesi.
asesmen
68
Merekomendasikan keikutsertaan
asesmen lanjut (gunakan form kolom
rekomendasi)
Catatan: Dengan ditandatangani form 05 ini asesor dan asesi menyetujui pelaksanaan
asesmen akan diadakan pada :
Hari: …………… Tanggal: …………………………. Jam: ……… sd selesai
Bertempat di: ……………
.........................., ..................................20…….
Asesi Asesor
f. Form 06
Form 06 adalah daftar pelaksanaan asesmen, form ini digunakan pengumpulan bukti
bukti, form ini bertujuan sebagai panduan asesor untuk melakukan langkah-langkah
pengumpulan bukti-bukti kepada asesi secara berurutan.
69
Asesor mengisi kolom bagian atas yang terdiri nama asesi, asseor judul unit
kompetensi dan waktu pelaksanaan pra asesmen.
Nama Asesi: Tanggal:
Asesor setiap selesai melaksanakan satu kegiatan sesuai dengan kolom langkah dan
kegiatan, maka asesor akan memberikan tanda centang ya di kolom pencapaian,
namun jika tidak dilakukan maka asesor memberikan centang tidak di kolom
pencapaian. Saat melakukan kegiatan asesor juga memegang form-form sesuai di
kolom catatan, hal tersebut harus diperhatikan oleh asesor agar saat kegiatan asesor
tidak salah menelaah form.
Setelah selesai semua 6 langkah, maka asesi dan asesor memberikan tanda tangan di
tempat yang sudah disediakan
70