Anda di halaman 1dari 18

Indeks Pembangunan Statistik (IPS)

sebagai Dasar Peningkatan Kualitas


Penyelenggaraan Statistik Sektoral
disampaikan pada Kegiatan FKP RPD 2024-2026 Nagekeo

Abdul Azis

Mbay 13 April 2023


TANTANGAN STATISTIKYANG KITAHADAPI BERSAMA

Penyelenggaraan
Berubahnya Ekosistem Data
Satu Data Indonesia (SDI)
Revolusi Data Kelembagaan dan Duplikasi dan minimnya
1 Data ada di mana-mana tata kelola data keterpaduan data

Semua aspek semakin Mismatch antara kebutuhan


2 Substansi data dan penyediaan data
membutuhkan data
Intergrasi dan Ego sektoral dan keengganan
Tuntutan penyediaan data bagi-pakai data berbagi pakai data
yang adaptif
Harmonisasi Belum ada keselarasan regulasi
1 Lebih cepat kebijakan dan koordinasi yang efektif
dengan jeda waktu yang lebih pendek
2 Lebih terperinci Sumber Daya Terbatasnya kapabilitas
Manusia SDM statistik
3 Lebih relevan

22
PembangunanStatistik

Perpres no. 39 Tahun 2019 Dibutuhkan peran


tentang Satu Data Indonesia K/L/D/I untuk
memenuhi kebutuhan
Kebijakan tata kelola data pemerintah untuk data sektoral yang Agar STATISTIK dapat
menghasilkan data yang akurat, mutakhir, sesuai NSPK dimanfaatkan secara luas,
terpadu, dan dapat dipertanggungjawabkan,
serta mudah diakses dan dibagipakaikan
melalui:
antar Instansi Pusat dan Instansi Daerah
melalui pemenuhan prinsip SDI.

Metode yang lebih baik Kapabilitas yang lebih baik Pemahaman yang lebih baik
• Penggunaan Metodologi yang
• Pengembangan SDM statistik Meningkatkan literasi statistik
ilmiah dan terukur
dan partistipasi publik terhadap
• Penerapan Proses bisnis yang tepat • Peningkatan kapasitas dan
kapabilitas statistik pada pembangunan statistik
• Penyediaan Infrastruktur
instansi pemerintah
• Tata Kelola yang akuntabel
44
Bagaimana Capaian PembangunanStatistik Sektoral

• Karena Data yang Berkualitas Untuk menjamin terselenggaranya


memainkan peranan yang signifikan. kegiatan statistik sektoral yang mampu
Baik dalam kebijakan maupun bisnis. menghasilkan data berkuailtas oleh seluruh
Kesalahan data dan mislead dalam
pemangku kepentingan statisti (BPS dan
penggunaan data bisa menyebabkan
krisis. KLID) dibutuhkan sebuah informasi
• Tanpa Data yang Kuat, pengambil berupa ukuran sudah sampai mana
kebijakan tidak dapat memanage capaian dan upaya penyelenggaraan
secara efektif, tidak dapat
menangkap sinyal bahaya, atau tidak
statistik sektoral tersebut.
dapat memperkirakan peluang baik
kedepan.
• Pengambil kebijakan dan pebisnis
membutuhkan Data yang terjamin
keberadaan, keberlangsungan dan Dilakukan pengukuran oleh BPS melalui
keberlanjutannya Evaluasi Penyelenggaraan
Statistik Sektoral (EPSS)

55
Evaluasi Penyelenggaraan Statistik Sektoral (EPSS)

Peraturan BPS Nomor 3 Tahun 2022 Pengertian EPSS


tentang Evaluasi Penyelenggaraan
Statistik Sektoral
adalah suatu proses penilaian secara sistematis melalui verifikasi dan
validasi informasi terhadap hasil penilaian mandiri untuk mengukur
tingkat kematangan penyelenggaraan statistik sektoral.

Tujuan EPSS
Mengukur capaian kemajuan penyelenggaraan Statistik Sektoral
pada Instansi Pusat dan Pemerintahan Daerah

Meningkatkan kualitas penyelenggaraan Statistik Sektoral pada


Instansi Pusat dan Pemerintahan Daerah

Meningkatkan kualitas pelayanan publik di bidang statistik pada


Instansi Pusat dan Pemerintahan Daerah

66
Indikator yang Dihasilkan EPSS

Indikator yang Dihasilkandari EPSS “ Indeks Pembangunan Statistik (IPS) adalah ukuran yang menggambarkan
tingkat kematangan kualitas penyelenggaraan statistik sektoral ”

Indeks Aspek MANFAAT IPS

Bagi BPS
Indeks Domain sebagai dasar perencanaan dan monitoring pembinaan statistik
sektoral
Indeks Pembangunan Statistik
Bagi Instansi Pusat dan Pemda
Level Penyajian Indeks Untuk dasar perencanaan dan monitoring peningkatan kualitas
penyelenggaraan statistik sectoral
1 Instansi Pusat
Dibagi-paikan kepada: Kementerian Dalam Negeri
2 Pemerintah Provinsi
Kementerian PAN RB

3 Pemerintah Kabupaten/Kota
Kementerian PPN / Bappenas

6
KOLABORASI UNTUKPEMBANGUNAN STATISTIK

Pentingnya IPS untuk penyelenggaraan


kegiatan statistik sektoral yang bertujuan
menghasilkan statistik berkualitas

Sebagai Pembina Statistik dan leading


sector bidang statistik, BPS akan
memberikan rekomendasi kepada KLID
untuk pembangunan statistik sektoral

Koordinasi dankolaborasi bersama


BPS dapat lebih terarah dalam melakukan dalampenyelenggaraankegiatan
pembinaan statistik untuk KLID statistic antara Pembina,Walidata
danProdusenData

16
Forum Konsultasi Publik
Pendataan Awal Registrasi Sosial Ekonomi TA 2023
MENGAPA FKP

● Dalam negara demokrasi pelibatan masyarakat dalam perumusan kebijakan merupakan sebuah
keniscayaan. Harus tersedia ruang bagi masyarakat menjadi subyek pembangunan melalui
partisipasi dalam proses pembuatan kebijakan.
● Pelibatan masyarakat memiliki berbagai manfaat seperti sebagai bentuk transparansi,
menyosialisasikan kerja pemerintah, serta meminimalisir potensi kekeliruan dalam penyusunan
sebuah kebijakan. Masyarakat dengan pengetahuan tentang kondisi lingkungannya dapat
memberikan nilai tembah pada rancangan kebijakan yang sudah dibuat pemerintah.
● Pendataan awal Regsosek tahun 2022 akan menjadi gerbang untuk reformasi data perlindungan
sosial Indonesia. Finalisasi pada hasil pendataan tersebut akan melibatkan partisipasi masyarakat
melalui Forum Konsultasi Publik (FKP).
● Dalam FKP akan dilakukan validasi silang antara hasil pengolahan dengan pengetahuan
masyarakat, untuk kemudian diputuskan dengan mengedepankan musyawarah mufakat.
Rancangan Umum FKP
Pelaksanaan Peserta
✔ Ketua SLS atau perwakilan yang paham mengenai keadaan
✔ Dilaksanakan di tingkat
masyarakat setempat yang akan melakukan verifikasi keadaan
Desa/Kelurahan
keluarga di wilayahnya
✔ 1 Desa minimal 1 FKP
(maksimal 12 SLS/FKP) ✔ Fasilitator adalah Kades/Lurah atau aparat Desa/Kelurahan, akan
memimpin jalannya FKP.
✔ Di Nagekeo ada 130 Lokasi
FKP ✔ Asisten fasilitator dua orang, salah satunya diprioritaskan organik
BPS.
✔ Dilaksanakan pada 2-21 Mei
2023 ✔ Administrator satu orang dari mitra
Forum Konsultasi Publik (FKP) ✔ Tokoh Lain 5 (lima) orang; Tokoh masyarakat/agama/adat;
merupakan kegiatan konsultasi Ketua/Pengurus Lembaga Desa; Babinsa; Bhabinkamtibmas
dengan tokoh komunitas di wilayah
setempat mengenai ketepatan hasil
pengelompokan kesejahteraan Kebutuhan Petugas dan Mekanisme Pelatihan
keluarga berdasarkan model PMT.
Sebagai bentuk partisipasi dan URAIAN JUMLAH PELATIHAN
kontrol sosial dalam penyusunan Instruktur Nasional - -
basis data ✔ Konsep-konsep penting dibantu
Instruktur Daerah 2 3 Hari, di Provinsi dijelaskan oleh asisten fasilitator
dari organik/mitra senior
Fasilitator 113 Rakor (Briefing) halfday
✔ Entry hasil FKP dilakukan oleh
Asisten Fasilitator 30 2 Hari, di Kabupaten/Kota Fasilitator dan Asisten Fasilitator
Memperoleh kesepakatan pada hasil ✔ Beban tugas fasilitator dan asisten
pengelompokan kesejahteraan keluarga fasilitator ±13 lokasi FKP
Administrator 15 Rakor (Briefing) halfday
pendataan awal regsosek
Pengelompokan Kesejahteraan
1. Sangat Miskin adalah kondisi dimana seseorang sangat mengalami kesulitan dalam memenuhi
kebutuhan dasar seperti untuk makan, sehingga sebagian besar pemenuhannya harus dibantu oleh
pemerintah atau orang lain (anak, orang tua, saudara, tetangga). Kondisi ini umumnya disebabkan
karena minimnya penghasilan karena ketiadaan pekerjaan disertai kondisi pemberat lain seperti lansia,
janda, disabilitas, atau jumlah ART banyak. Kelompok ini umumnya tidak memiliki aset berharga (motor,
perhiasan, kulkas) dan rumah sehingga harus menyewa (mengontrak/kos). Kalaupun memiliki rumah
kondisinya kurang layak huni seperti rusak, sempit, atau berada pada areal berbahaya (sengkedan
sungai, kolong jembatan, dll).
2. Miskin adalah kondisi dimana seseorang mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-
hari seperti untuk makan dengan layak. Sebagai contoh dalam satu hari hanya mampu memenuhi
kebutuhan makan keluarganya untuk satu atau dua kali saja, atau dapat memenuhi makan tiga kali
namun hanya cukup untuk 4-5 hari saja dalam seminggu. Selain frekuensinya yang tidak dapat dipenuhi
secara penuh, kelompok ini juga tidak mampu memenuhi kebutuhan makan dengan porsi dan gizi yang
cukup. Kondisi ini umumnya disebabkan karena kurangnya penghasilan karena pekerjaan tidak tetap
atau bahkan menganggur. Kelompok ini umumnya tidak memiliki aset berharga (mobil, perhiasan, AC)
dan rumah sehingga harus menyewa (mengontrak/kos). Kalaupun memiliki rumah kondisinya kurang
layak huni seperti rusak, sempit, atau berada pada areal berbahaya (sengkedan sungai, kolong jembatan,
dll).
Pengelompokan Kesejahteraan
3. Rentan Miskin adalah kondisi dimana seseorang masih bisa memenuhi kebutuhan dasar
sehari-hari seperti makan, sandang, dan perumahan (memiliki/mengontrak). Kelompok ini
juga memiliki aset seperti motor, kulkas, atau hewan ternak dalam jumlah terbatas (misal 1
ekor ternak besar). Sekalipun demikian kelompok ini rentan menjadi miskin jika ada
perubahan kondisi sosial ekonomi, misal kenaikan harga komoditas pokok (pangan, listrik,
bahan bakar), peningkatan pengeluaran (anak sekolah, jumlah ART bertambah), atau
berkurangnya pendapatan (omset menurun, jam kerja berkurang, dsb).
4. Tidak Miskin adalah kondisi dimana seseorang dapat memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari
seperti pangan, sandang, dan perumahan secara rutin tanpa kesulitan apapun. Kelompok ini
memiliki rumah yang layak huni dan aset berharga seperti mobil, perhiasan, AC, hingga
sejumlah ternak besar (>1 ekor).
SENSUS
PERTANIAN
2023
Pendahulu

1.1. LATAR BELAKANG


• Data statistik dasar sektor pertanian secara lengkap dan menyeluruh dikumpulkan melalui kegiatan Sensus
Pertanian (Undang-Undang Nomor 16 tahun 1997)
• Sensus Pertanian dilakukan setiap sepuluh tahun sekali yaitu pada tahun yang berakhiran 3 (tiga). Sensus
Pertanian yang akan datang dilaksanakan pada tahun 2023 merupakan sensus pertanian yang ketujuh, sensus
pertanian yang pertama dilaksanakan pada tahun 1963.
• Kontribusi pada perekonomian nasional
o Terbukanya penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian,
o Tingginya sumbangan devisa yang dihasilkan dari berkembang pesatnya sektor agribisnis maupun penghasil
bahan baku bagi industri hilir yang mengolah hasil pertanian,
o Sektor pertanian dapat bertahan dalam masa pandemi Covid 19.
o Diperlukan ketersediaan data sektor pertanian yang akurat dan terkini yang dapat digunakan sebagai acuan bagi
pemerintah maupun stakeholder dalam merencanakan dan merumuskan kebijakan-kebijakan baik untuk
kepentingan internal maupun untuk pembangunan nasional.

3
Pendahulu

1.2. TUJUANST2023

1. Menyediakan data struktur pertanian sampai unit-unit


administrasi terkecil;

2. Menyediakan data yang dapat digunakan sebagai tolok ukur


statistik pertanian saat ini;

3. Menyediakan kerangka sampel untuk survei


pertanian lanjutan.

4
Pendahuluan

1.3. CAKUPANWILAYAHDANKEGIATAN
Kegiatan Usaha dan Moda
Cakupan unit usaha 3 Moda :
Prinsip yang mendasar pertanian ST2023: CAPI, PAPI, CAWI
dari kegiatan ST2023
Usaha
adalah
Pertanian PAPI/CAPI
keterjangkauannya (CAPI di Ibu kota provinsi di seluruh wilayah Indonesia (kecuali
Perorangan Provinsi Kalimantan Utara di Kota Tarakan dan Provinsi Papua
dalam mencakup (UTP) Barat di Kota Sorong) serta seluruh wilayah di DKI Jakarta.
semua usaha pertanian Sedangkan untuk wilayah lain mengunakan moda PAPI
(termasuk usaha jasa
Usaha
pertanian) di seluruh Perusahaan
wilayah geografis atau Pertanian CAWI/ Keterangan
teritorial Indonesia Berbadan CAPI
Hukum (UPB) PAPI 🡪 Paper and Pencil
Interviewing
CAPI 🡪 Computer Assisted
Usaha Personal Interviewing
Pertanian CAPI/ CAWI 🡪 Computer Assisted Web
Lainnya (UTL) CAWI Interviewing

5
Pendahulu

4. RANGKAIAN KEGIATANST2023
A. PERSIAPAN B. PELAKSANAAN
1. Pemutakhiran muatan Satuan Lingkungan Setempat (SLS)
1. Pengadaan instrumen dengan informasi awal berasal dari data hasil Sensus
2. Publisitas atau sosialisasi Penduduk 2020 dan data administrasi Kementrian/Lembaga
3. Rekrutmen petugas pencacahan dan terkait sebagai informasi pendukung, seperti data
Perhutanan Sosial dari KLHK, data kelompok tani dari
pengolahan Kementrian Pertanian, serta data pelaku usaha kelautan
4. Pelatihan instruktur daerah, petugas dan perikanan dari KKP.
lapangan, dan petugas pengolahan 2. Pencacahan UTP dengan moda CAPI/PAPI dan pencacahan
UTL UPB dengan moda CAPI/CAWI
3. Monitoring Kualitas (MK) sebagai instrumen penjaminan
kualitas yang menjadi sistem peringatan dini (early warning
system) pada ST2023.
4. Post Enumeration Survey (PES).
5. Survei Ekonomi Pertanian (SEP).
6. Survei Produksi dan Lingkungan

6
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai