Subnetting
Jaringan terlalu gede rawan
diserang dan rusak
Perbedaan IPv4 dan IPv6
Bandwith rebutan karena
IPv4
broadcast domainnya satu
Makanya di bikin subnet
LANs
o Menggunakan half-duplex Perbedaan physical dan logical
Physical Layer
Fragile Environment
Butuh control lebih banyak
Header and trailer field makin Througput : performa jaringan
Protected Environment
Butuh control lebih sedikit
Header dan trailer field semakin
kecil
Mengunakan MAC untuk
mengidentifikasi sumber
transmisi
Fungsi LLC
Membuat koneksi dengan layer
diatas
Frame network layer packet
Ethernet
Mengidentifikasi network layer
Digunakan pada layer 2 (Data link) dan
protocol
layer 1 (physical)
menggunakan LLC
Menggunkan addressing scheme
untuk mengidentifikasi device
Menggunakan frame untuk
mengidentifikasi grup
Perbedaa MAC dan IP
MAC ada di layer 2, IP di layer 3
Karena MAC address diketahui bisa
MAC hardware, IP software
langsung dikirim, tapi klo gak tau dikirim
MAC mengirim data frame
kemana paket dibroadcast ke semua
Saat naik ke router pake IP device buat dicek satu
Password
Setiap router dapat memutuskan Menentukan best path
keputusannya sendir Menemukan remote network
Maintaning perbaruan informasi
Metric routing
Nilai yang digunakan pada routing Menentukan best path
protocol yang digunakan untuk
menentukan path terbaik Komponen Routing Protocol
Hop count Algoritma
Bandwith : Kecepatan o Memfasilitasi routing
Delay information
Cost o Penentuan best path
Load Ruouting Protocol Messages
Reliability o Menemukan dan bertukan
informasi dengan router
Packet switchin lain
Saat router menerima packet, router
akan melakukan: Keuntingan Static
Menghilangkan header layer 2 Bisa backup banyak interfaces
Menentukan tujuan IP yang atau network di router
berada pada header layer 3 Mudah dikonfigurasi
Re-encapsulated layer 3 packet Tidak memerlukan resources
ke layer 2 frame tambahan
Mengirimkan frame ke exit Lebih aman
interface
Kekurangan Static
Fungsi Dynamic Routing Saat jaringan berubah harus di
Setiap router saling memberikan konfigurasi ulang
informasi table routing Tidak bagus digunakan di toplogy
Otomatis mengupadate routing besar
table saat topologi berubah
Contoh Dynamic Routing Protocol Autonomous system adalah beberapa
RIP router yang dikontrol pada 1 admin
IGRP
EIGRP IGP
IGP
Distance vector
Pink berbasis clasful, tidak o Informasi rute disebarkan
update subnet mask di routing sebagai jarak dana rah
update o Routing update tidak
Ijo berbasis classless, menyertakan view yang
menyatakan subnet mask di complete di jaringan
routing update network
o Secara berkala di update
Link state
o Routing update
menyertakan view yang
complete di jaringan
network
o Tidak update secara
berkala
Classful
Convergence adalah saat semua tabel Metric hop count
routing konsisten Rute dengan hop count > 15
Slow : RIP, IGRP tidak bisa di jangkau
Faster : EIGRP, OSPF Update berkala setiap 30 detik
Karakteristik RIPv1
Keuntungan Automatic Sumarization
Boundary Route/Automatic Ukuran routing diperkecil
Sumarization Satu rute mewakilkan beberapa
Mengumpulkan classful network rute sehingga lebih cepat proses
Mengumpulkan RIP subnet dari 1 mencari alama di routing table
jaringan dengan yang lain
Perbedaan RIPv1 dan RIPv2
RIPv1
o Classful distance vector
routing protocol
o Tidak support discontiguos
subnet
o Tidak support VLSM
o Tidak mengirim subnet
mask di routing table
Tidak support untuk dicontiguos
o Routing update akan di
network (RIPv1 gak bisa dipake)
broadcast
RIPv2
o Classless distance vector
routing protocol
o Next hop address is
included in update
o Routing update is multicast
o The use of authentication
is an option
Kekurangan RIPv1
Classful routing protocol
Subnet mask tidak dikirimkan ke
routing update (Karena tidak
mendukung VLSM)
Mengumpulkan jaringan di major
network boundaries
Bila jaringan dicontiguos dan
RIPv1 convergence maka
jaringan tidak bisa dijangkau