LANDASAN TEORI
2.1. Dual stack
Dual stack merupakan teknik migrasi IPv4 ke IPv6 dalam jalur yang sama
secara paralel. Pilihan protokol ditentukan oleh kebijakan administrator, bersama
dengan jenis layanan apa yang dibutuhkan dan jenis jaringan yang digunakan.
Teknologi ini tidak membuat perubahan apapun untuk header paket dan pada saat
yang sama tidak membuat enkapsulasi antar IPv4 dan IPv6. Teknologi ini dikenal
sebagai lapisan ganda IP [1].
5
2.2.1 IPv4 Address [3]
Alamat IPv4 merupakan sekumpulan bilangan biner sepanjang 32 bit, yang
dibagi atas 4 segmen dan setiap segmen terdiri atas 8 bit. IP address merupakan
identifikasi setiap host pada jaringan internet. Secara teori, tidak boleh ada dua host
atau lebih yang tergabung ke internet menggunakan IP address yang sama. IP
address dapat dipisahkan menjadi 2 bagian yaitu:
1. Bagian network (bit-bit network/network bit) atau disebut network ID.
2. Bagian host (bit-bit host/host bit) atau disebut host ID.
Bit network berperan sebagai identifikasi network. Pada jaringan TCP/IP.
Perbedaan antar network tidak ditentukan dari jenis topologi, media fisik jaringan,
luas area, jenis sistem operasi, aplikasi, dan sebagainya. Perbedaan jaringan dilihat
dari bit-bit network-nya. Sedangkan bit-bit host berperan dalam identifikasi host
pada suatu network. Jadi, seluruh host yang tersambung dalam yang sama memiliki
bit network yang sama namun bit host-nya berbeda. Panjang bit network tidak selalu
tetap, sangat bergantung kepada kelas network dan kondisi lain, seperti subnetting.
Untuk memudahkan pengaturan IP address seluruh komponen pengguna
jaringan internet, dibentuklah suatu badan yang mengatur pembagian IP address.
Badan tersebut bernama InterNIC (Inter Network Information Center). InterNIC
membagi-bagi IP menjadi beberapa kelas seperti ditampilkan pada gambar 2.2
berikut.
6
1. Kelas A
Jika bit pertama pada IP address adalah 0 maka IP address termasuk
dalam kelas A. Bit ini dan 7 bit berikutnya (8 bit pertama) merupakan bit-bit
network (network bit) dan boleh bernilai berapa saja (kombinasi angka 1 dan
0), sedangkan 24 bit berikutnya merupakan bit host. IP address harus
dikonversikan dari benuk biner ke bentuk desimal.
2. Kelas B
Jika 2 bit pertama pada IP address adalah 10 maka IP address termasuk
dalam kelas B. Dua bit ini dan 14 bit berikutnya (16 bit pertama) merupakan
bit-bit network (network bit) dan boleh bernilai berapa saja (kombinasi angka
1 dan 0), sedangkan 24 bit berikutnya merupakan bit host.
3. Kelas C
Jika 3 bit pertama pada IP address adalah 110 maka IP address termasuk
dalam kelas C. Tiga bit ini dan 21 bit berikutnya (24 bit pertama) merupakan
bit-bit network (network bit) dan boleh bernilai berapa saja (kombinasi angka
1 dan 0), sedangkan 8 bit berikutnya merupakan bit host.
4. Kelas D & E
Selain ketiga kelas diatas, ada 2 kelas lagi yang ditujukan untuk
pemakain khusus, yaitu kelas D dan E. Jika 4 bit pertama adalah 1110, maka
IP address termasuk dalam kelas D, IP address kelas D digunakan untuk
multicast address. Selanjutnya kelas terakhir adalah kelas E, IP address kelas
E digunakan untuk percobaan. Jika 4 bit pertama adalah 1111 (atau sisa dari
seluruh kelas) maka IP address termasuk dalam kategori kelas E. Pemakaian
IP address kelas E dicadangkan untuk kegiatan eksperimental.
7
mengurangi atau menghalangi penggunaan dari aplikasi realtime yang
membutuhkan hubungan dua arah. Pada IPv6 mendukung hirarki pengalamatan dan
jumlah pengalamatan node yang lebih banyak, sehingga konfigurasi alamat lebih
sederhana. Kelebihan dari IPv6 yang lain ialah kapabilitas untuk QOS (Quality Of
Service), autentifikasi, dan privasi. Untuk QoS dimungkinkan untuk pemberian label
pada paket-paket pada aliran trafik tertentu yang membutuhkan penanganan khusus,
untuk autentifikasi dan privasi IPv6 mendukung autentifikasi, integritas data, dan
kerahasiaan data.
A. Perubahan dari IPv4 ke IPv6
Perubahan dari IPv4 ke IPv6 dikelompokan sebagai berikut:
1. Kapasitas Perluasan Alamat
IPv6 meningkatkan ukuran dan jumlah alamat yang mampu didukung
oleh IPv4 dari 32 bit menjadi 128bit. Peningkatan kapasitas alamat ini
digunakan untuk mendukung peningkatan hirarki atau kelompok
pengalamatan, peningkatan jumlah atau 4 kapasitas alamat yang dapat
dialokasikan dan diberikan pada node dan mempermudah konfigurasi alamat
pada node sehingga dapat dilakukan secara otomatis. Peningkatan
skalabilitas juga dilakukan pada routing multicast dengan meningkatkan
cakupan dan jumlah pada alamat multicast. IPv6 ini selain meningkatkan
jumlah kapasitas alamat yang dapat dialokasikan pada node juga
mengenalkan jenis atau tipe alamat baru, yaitu alamat anycast. Tipe alamat
anycast ini didefinisikan dan digunakan untuk mengirimkan paket ke salah
satu dari kumpulan node.
Notasi alamat IPv6 adalah x:x:x:x:x:x:x:x yang dalam bentuk biner
adalah sebagai berikut:
1111111001111000:0010001101000100:1011111001000001:1
011110011011010:0100000101000101:0000000000000000:00
00000000000000: 0011101000000000
Bilangan biner di atas bila diubah kedalam bentuk heksadesimal
adalah sebagai berikut: FE78 : 2344 : BE43 : BCDA : 4145 : 0 : 0 : 3A Jika
terdapat angka ‘0’ berturutturut dapat disederhanakan menjadi seperti
berikut: FE78 : 2344 : BE43 : BCDA : 4145 : 3A.
8
2. Penyederhanaan Format Header
Beberapa kolom pada header IPv4 telah dihilangkan atau dapat dibuat
sebagai header pilihan. Hal ini digunakan untuk mengurangi biaya
pemrosesan hal-hal yang umum pada penanganan paket IPv6 dan membatasi
biaya bandwidth pada header IPv6. Dengan demikian, pemrosesan header
pada paket IPv6 dapat dilakukan secara efisien.
3. Address Autoconfiguration
Address autoconfiguration atau pengalamatan otomatis merupakan
fungsi standar pada IPv6, sudah merupakan default pada IPv6, karena IPv4
statis terhadap host. Meskipun ada DHCP (Dynamic Host Configuration
Protocol), tetapi DHCP hanya tambahan pada IPv4.
4. Mengutamakan Quality of Service (QoS)
Field Flow Label pada IPv6 menunjukkan bahwa IPv6 sangat
mengutamakan QoS, karena Flow label digunakan oleh host untuk
memberikan tanda kepada paket yang membutuhkan penanganan khusus
oleh perangkat router pada jaringan. Dengan fungsi ini, menjadikan IPv6
sebagai jaringan yang reliable terutama layanan yang bersifat realtime.
5. Sistem Keamanan yang lebih baik
Pada header IPv6 terdapat extension header, dalam extension header
mempunyai fitur Authentication Header dan Encapsulating Security
Payload Header yang berfungsi mengidentifikasi autentikasi, integritas
data serta anti-replay protection. Encapsulating Security Payload Header
khusus untuk paket yang dienkapsulasi.
9
penggunaannya terbatas hanya dalam satu site sehingga tidak dapat
digunakan untuk mengirim alamat di luar site.
2. Anycast Address
Alamat anycast adalah alamat yang digunakan untuk mengirimkan
paket ke salah satu dari kumpulan node. Paket yang dikirimkan ke alamat
ini akan dikirimkan ke salah satu alamat interface yang paling dekat
dengan router. Alamat anycast tidak mempunyai penempatan alamat
khusus, karena jika node diberikan prefiks yang sama maka alamat
tersebut juga merupakan alamat anycast.
3. Multicast Address
Alamat multicast digunakan untuk mengidentifikasi sekumpulan
interface (biasanya untuk node yang berbeda). Paket yang dikirimkan ke
alamat multicast akan dikirimkan ke semua interface yang diidentifikasi
oleh alamat tersebut. Alamat multicast berfungsi juga sebagai alamat
broadcast. Alamat broadcast adalah semua bit host dibuat menjadi satu dan
digunakan untuk berbicara secara simultan kepada semua peralatan dalam
satu jaringan. Pada IPv6 pengalokasian alamat dilakukan berdasarkan IPv6-
format prefiks pada alamat IP-nya yang unik untuk setiap alamat.
10
Gambar 2. 3 Packet Header IPv6 [6]
Version (4 bits): Version merupakan salah satu field pada header
IPv4 yang tetap dipertahankan pada header IPv6. Version adalah
field yang menunjukkan versi protokol IP yang digunakan.
Traffic Class (8 bits): Berfungsi untuk menentukan skala prioritas
untuk paket-paket yang membutuhkan penanganan khusus. Field ini
menggantikan field type of service pada header IPv4.
Flow Label (20 bits): Flow label digunakan oleh host untuk
memberikan tanda kepada paket yang membutuhkan penanganan
khusus oleh perangkat router pada jaringan.
Payload Length (16 bits): Menandai panjangnya bit data yang
dibawa oleh setiap paket IPv6. Payload length sama dengan field
total length pada IPv4, hanya saja pada IPv6 panjang bit header
tidak diikut sertakan.
Next Header (8 bits): Mengidentifikasi tipe header yang mengikuti
header IPv6.
Hop Limit (8 bits): Jumlah hop (jumlah node) maksimum yang boleh
dilewati paket. Hop limit sama dengan field time to length pada
header IPv4.
Source Address (128 bits): Alamat sumber dari paket IPv6.
Destination Address (128 bits): Alamat tujuan paket IPv6.
2.3. Routing
Routing adalah mekanisme yang dilaksanakan pada perangkat di jaringan
(yang bekerja pada lapis 3 network) untuk mencari jalan dan menentukan jalur yang
11
akan dilewati sebuah paket. Mekanisme pemilihan jalur dijalankan oleh protokol
routing yang akan menentukan jalur terbaik dengan algoritma yang berjalan di
dalamnya serta menggunakan parameter-parameter yang disebut metric. Masing-
masing protokol routing bisa saja menggunakan algoritma atau metric yang berbeda-
beda, sehingga walaupun tujuannya sama (menentukan jalur terbaik) bisa jadi jalur
yang dipilih antara protokol routing akan berbeda. Jalur terbaik didefinisikan
sebagai pilihan jalur dengan cost terkecil. Dimana cost akan dibentuk atau dihitung
melalui operasi matematis dari parameter-parameter atau metric jaringan. Metric
yang diamati bisa bermacam-macam dan berbeda setiap routing protokol dan
algoritma. Metric yang dapat digunakan bisa saja merupakan [4]:
Hop count
Bandwidth
Delay
Load
Reliability BER
Maximum transmission unit.
Semakin banyak metric dan atau parameter yang digunakan tentu saja akan
semakin dekat dengan realitas jaringan, namun trade-off yang harus dibayar adalah
operasi menjadi semakin kompleks sehingga berakibat beban terhadap perangkat.
[4]
Routing protocol menelusuri rute yang tersedia untuk melakukan
perhitungan algoritmik yang diperlukan, menggunakan data topologi jaringan yang
telah dikumpulkan dan dikomunikasikan antar router. Sebuah protokol routing
mengumpulkan semua kegiatan yang dilakukan, termasuk ketika terjadi perubahan
dalam topologi jaringan. Termasuk juga perhitungan algoritmik untuk menentukan
informasi rute yang tersedia. Informasi routing didapat setelah router melakukan
fungsi packet-forwarding. Ini merupakan fungsi penting yang dilakukan packet-
forwarding pada protokol routing dynamic mengenai informasi ketersediaan dan
kegagalan dalam rute dalam jaringan. Sebuah routing protocol memiliki mekanisme
yang mendeteksi kegagalan tersebut dan memicu perhitungan ulang jalur sehingga
informasi routing dapat diperbaharui dengan rute alternatif untuk menghindari titik
kegagalan. [5]
12
2.2.1 Klasifikasi Routing [2]
Klasifikasi routing dapat digambarkan seperti pada gambar 2.2 berikut:
A. Routing Statis
Mekanisme routing selain berjalan pada perangkat jaringan dijalankan
oleh protokol routing dan algoritma routing, dapat juga dijalankan secara
manual atau biasa disebut routing statis. Routing statis dikonfigurasi secara
manual oleh administrator. Keuntungan dari routing tipe ini adalah dalam
segi kecepatan dan beban proses yang baik, namun jika terjadi perubahan
pada jaringan tidak dapat diantisipasi oleh perangkat secara otomatis, harus
menunggu administrator untuk melakukan konfigurasi ulang.
B. Routing Dinamis
Routing dinamis dijalankan oleh perangkat jaringan secara otomatis
melibatkan protokol routing dan algoritma routing. Mekanisme routing ini
dijalankan pada setiap node dan berkolaborasi dengan node lain di jaringan,
sehingga dicapailah kesepakatan jalur mana yang terbaik pada pengiriman
paket. Keuntungan dari mekanisme routing ini adalah kemampuan pemilihan
jalur yang adaptif. Dapat mengantisipasi perubahan yang terjadi di jaringan
13
(jalur yang putus, perangkat yang rusak, trafik yang padat, dll). Kerugiannya
dibuthkan waktu yang lebih lama dan resource perangkat yang lebih besar
untuk menjalankan mekanisme routing ini.
C. Routing Intradomain
Pada routing terdapat pembatasan atau pengelompokan area,
dikarenakan jaringan internet yang begitu luas hampir tidak mungkin sebuah
protokol melakukan mekanisme routing untuk seluruh jaringan internet.
Area-area dengan mekanisme yang sejenis dan memiliki manajemen
pengaturan routing yang sama dikelompokan menjadi sebuah area yang
dinamakan Autonomous System. Protokol routing yang berjalan pada sebuah
Autonomous System disebut protokol routing intradomain.
D. Routing Interdomain
Routing interdomain adalah mekanisme routing yang berjalan untuk
merutekan paket yang bersumber dari satu Autonomous System yang lain.
14
B. Link State
Berbeda dari distance vector yang table routingnya dibuat segera pada
fase initial dan menuju konvergen dengan mempertukarkan table routing
dengan immediate node, maka pada link state tabel routing baru dibangun
setelah seluruh link status dari seluruh node di jaringan terkumpul. Sehingga
cara praktis seluruh node memiliki pandangan yang utuh terhadap peta
jaringan, yang kemudian akan dicari jalur terpendeknya untuk menyusun
table routing. Dalam penyusunan table routingnya secara umum link state
memiliki 4 tahap [4]:
1. Membuat status setiap link pada masing-masing node, dan informasinya
dimasukan kedalam LSP (Link State Protocol)
2. Mengirimkan LSP ke seluruh node yang ada di jaringan
3. Menyusun link status menjadi topologi di masing-masing node
4. Melakukan kalkulasi jalur terpendek guna menyusun table routing
Routing protokol yang menggunakan algoritma link state adalah OSPF.
15
ID Lokasi 0. Area diidentifikasi melalui bidang wilayah 32-bit; sehingga di Area ID
0 adalah sama dengan 0.0.0.0. Biasanya, daerah (selain backbone) secara berurutan
tercatat sebagai Area 1 (yaitu, 0.0.0.1), sekitar 2, dan seterusnya. OSPF
memungkinkan setup hirarkis dengan area backbone sebagai tingkat teratas,
sementara semua daerah lain terhubung ke area backbone, yang disebut sebagai
daerah tingkat rendah, ini juga berarti bahwa area backbone bertanggung jawab
meringkas topologi satu daerah ke daerah lain, dan sebaliknya. Bila jaringan baru
terkoneksi maka router tersebut akan mem-broadcast paket hello ke semua interface
dengan memberikan informasi tentang router tersebut, data-data ini disimpan dalam
basis data. Setelah itu setiap router mengirimkan basis data tersebut dalam satu paket
LSA (link state advertisement), dimana LSA ini bertanggung jawab untuk
pertukaran informasi routing diantara router tetangga, informasi router dapat
diketahui setiap kali LSA diterima. LSA dikirim oleh masing-masing routing dengan
menggunakan metode banjir, maka setiap kali jaringan topologi berubah maka router
akan mengirimkan LSA ke jaringan sehingga dengan begitu router lain akan tahu
tentang topologi jaringan yang berubah.
Dengan fungsi yang disediakan untuk membagi jaringan OSPF ke daerah,
router diklasifikasikan menjadi empat jenis yang berbeda.
Internal Router: Ini adalah router di setiap daerah tingkat rendah yang
memiliki interface hanya untuk router internal lainnya di wilayah yang
sama.
Backbone Router: ini adalah router yang terletak di area 0 dengan
setidaknya satu antarmuka ke router lainnya di area backbone, router
daerah perbatasan juga dapat dianggap sebagai router backbone.
Autonomous System Boundary router: Router ini terletak di area 0
dengan konektivitas ke AS lainnya, mereka harus mampu menangani
lebih dari satu protokol routing. Router ini juga memiliki antar muka
internal untuk konektivitas ke router backbone lainnya.
Area Border Router: ABR (wilayah Perbatasan Router) adalah router
yang duduk di perbatasan antara backbone dan daerah tingkat rendah.
Setiap router daerah perbatasan harus memiliki minimal satu antar muka
16
ke backbone juga setidaknya memiliki satu antar muka untuk setiap
daerah yang terhubung.
OSPF memiliki lima jenis paket yang berbeda, setiap paket memiliki tujuan
tertentu dalam prosesnya. Berikut adalah jenis paket OSPF [5]:
1. Hello packet
2. Database description
3. Link state request packet
4. Link state update
5. Link state acknowledgement packet
17
Hello Packet: Hello paket dipertukarkan antara router OSPFv2 dalam rangka
untuk menemukan satu sama lain dan membentuk adjacencies tetangga.
Mereka adalah bagian dari Hello Protocol dan membawa satu set parameter
yang akan dinegosiasikan antara router untuk membentuk hubungan
tetangga. Parameter tersebut adalah Hello dan Dead Interval yang
menggambarkan dalam hitungan detik, frekuensi bahwa Hello paket dikirim
dan waktu yang harus dibutuhkan Hello paket sebelum menyatakan router
tetangga mati. Dalam jaringan broadcast, Hello paket juga memainkan peran
penting dalam pemilihan Router. Ditunjuk dan Back-up Designated Router
dengan menggunakan bidang paket Hello relatif.
Database DescrIPtion: DD (Database Description) paket berisi bentuk
singkat dari peta topologi, Database Link-State masing-masing router, dan
dipertukarkan antara router OSPFv2 ketika membentuk adjacency. Dengan
bertukar paket DD, router di daerah yang sama berhasil membangun LSDB
identik.
Link State Requests: Selama penemuan tetangga dan membentuk proses
kedekatan, LSR (Link State Requets) mungkin akan dikirim dari satu router
yang lain untuk meminta informasi yang termasuk didalam sudah menerima
DD, bahwa router penerima tidak memiliki.
Link State Update: LSU (Link State Update) adalah paket OSPFv2 paling
penting dan digunakan baik untuk membalas LSR atau untuk
mendistribusikan informasi routing baru untuk router tetangga. Setiap LSU
berisi daftar LSA (Link State Advertisement) yang berada di bawah naungan
dari beberapa jenis.
Adapun biaya jalur interface pada perutingan OSPF disebut dengan metrik,
dimana metrik yang dihitung berdasarkan bandwidth masing-masing interface.
18
OSPF ditujukan untuk didesain berdasarkan hierarki, yang mana berarti
jaringan yang luas dapat dibagi menjadi area-area jaringan yang lebih kecil. Berikut
ini beberapa alasan mengapa membangun OSPF berdasarkan desain hirarki:
Untuk mengurangi routing overhead.
Untuk mempercepat waktu konvergensi.
Untuk membatasi ketidakstabilan pada single area dari jaringan tersebut.
B. OSPFv3 [7]
OSPFv3 yang digunakan untuk mendukung IPv6 sesuai ketentuan RFC 5340
memiliki perbedaan utama dengan versi sebelumnya. Selain modifikasi LSA untuk
mendukung IPv6 juga penggunaan Router-ID untuk mengidentifikasi tetangga,
penggunaan link local address untuk menemukan tetangga, sehingga topologi
independen dari protokol jaringan dari mereka sendiri, dan untuk memfasilitasi
ekspansi di masa datang. LSA OSPFv3 akan berada di pemisahan topologi dan
routing informasi, pertama dan kedua LSA tidak lagi membawa informasi routing,
melainkan hanya gambaran informasi topologi.
Perbedaan utama antara OSPFv2 dan OSPFv3, sebagai berikut:
1. Dikonfigurasi menggunakan interface commands
Cisco IOS menjalankan OSPFv3 menggunakan interface subcommands,
dimana penggunaan metode OSPFv2 menggunakan global command.
2. Memperkenalkan multiple networks pada satu interface
Jika lebih dari satu alamat IPv6 dikonfigurasi pada satu interface, OSPFv3
memperkenalkan semua jaringan yang berkorespondensi. Dibandingkan
dengan sebuah RID router OSPFv2 dibuat secara otomatis apabila interface
dikonfigurasi di router.
3. Flooding scope
Ada 3 tipe ruang lingkup penyebaran LSA pada OSPFv3: Linklocal scope,
Area scope, dan AS scope.
4. Multiple instances per link
OSPFv3 mendukung multiple instances di suatu link.
5. Terminology
19
OSPFv3 menggunakan istilah link untuk apa yang OSPFv2 sebut dengan
sebuah network.
6. Authentication
OSPFv2 mendukung tiga tipe autentikasi: null, simple password, dan MD5.
Sedangkan OSPFv3 dapat menggunakan AH dan ESP.
7. Jaringan di LSA
Dimana OSPFv2 mengekspresikan network di LSA sebagai [address, mask],
sedangkan OSPFv3 mengekspresikan network sebagai [prefix, prefix
length].
20
per alamat. Dengan demikian, ukuran maksimum pesan RIP (termasuk
header IP/UDP) adalah 20+8+4+25 x 20 = 532 byte. Sedangkan minimum
adalah 20+8+4+20 = 52 byte. Ukuran pesan tidak membatasi ukuran jaringan
dalam hal jumlah router, melainkan dalam hal jumlah jaringan dialamatkan.
Berikut adalah karakteristik routing RIPv1:
a. Hanya mendukung Classfull
b. Broadcast based
c. Tidak mendukung VLSM
d. Tidak ada autentikasi
e. Tidak mendukung jaringan yang tidak terhubung
f. Tidak ada info subnet yang dimasukkan dalam update routing
2. RIPv2
Berikut adalah karakteristik routing RIPv2:
a) Mendukung classfull dan classless
b) Menggunakan multicast 224.0.0.9
c) Mendukung jaringan VLSM
d) Memungkinkan otentikasi MD5 ( password terenkrIPsi )
e) Mendukung jaringan yang tidak terhubung
f) Info subnet dimasukkan pada update routing
3. RIPng
Perbedaan yang terjadi antara RIP pada IPv4 (RIPv2) dan IPv6
(RIPng) adalah port UDP dimana pada IPv4 menggunakan port 520
sedangkan IPv6 menggunakan port 521 sebagai media transport. RIPng
hanya memiliki 2 perintah yaitu response dan request, berbeda dengan
RIPv2 yang memiliki banyak perintah dan banyak yang tidak terpakai dan
ada yang dibuang pada RIPng seperti authentifikasi. Perubahan yang terjadi
dari RIPv2 ke RIPng antara lain, ukuran routing yang tidak lagi dibatasi,
subnet IPv4 digantikan dengan prefix IPv6, next-hop dihilangkan tetapi
kegunaannya tidak dihilangkan, authentifikasi dihilangkan, namun
kemampuan yang hanya sampai 15 hop masih sama.
21
2.4. QOS [8]
Quality of service (QoS) didefinisikan sebagai suatu pengukuran tentang
seberapa baik jaringan dan merupakan suatu usaha untuk mendefinisikan
karakteristik dan sifat dari suatu layanan. QoS mengacu pada kemampuan jaringan
untuk menyediakan layanan yang lebih baik. QoS merupakan suatu tantangan yang
besar dalam jaringan berbasis IP dan internet secara keseluruhan. Tujuan dari QoS
adalah untuk memenuhi kebutuhan layanan-layanan yang berbeda. QoS
menawarkan kemampuan untuk mendefinisikan atribut-atribut layanan yang
disediakan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
QoS juga merupakan suatu aturan yang memungkinkan untuk mengirimkan
layanan yang berbeda pada traffic di jaringan, terutama pada penanganan aplikasi
yang sangat kritikal. QoS dibutuhkan untuk :
1. Meminimize Packet Loss, Delay, Latency dan Delay Variation (jitter)
2. Meyakinkan performance
3. Dapat mengoptimalkan Queues untuk memproritaskan layanan misalnya
traffic voice
4. Mixing paket data dan suara pada jaringan yang padat
Adapun nilai parameter QoS yang disarankan oleh standar ITU-T G.1010
sebagai berikut : [9]
Tabel 2. 1 Performance targets for voice applications [9]
Degree of Typical
Medium Application data Key performance parameters and target values
Symmetry
rates
One-way Delay Information
Other
delay variation loss (Note 2)
Audio 4-64
Conversational Two-way <150 ms <1 ms <3% packet
kbit/s
Voice preferred loss ratio
((Note 1) (PLR)
<400 ms
limit
(Note 1)
Audio 4-32
Voice Primarily <1 s for <1 ms <3% PLR
kbit/s
messaging one-way playback
<2 s for
record
Audio 16-128
High quality Primarily <10 s <<1 ms <1% PLR
kbit/s
streaming one-way (Note 3)
22
Audio
Video 16-384
Videophone Two-way <150 ms <1% PLR LIPsynch
kbit/s
preferred <80 ms
(Note 4)
<400 ms
limit
Video 16-384
One-way One-way <10 s <1% PLR
kbit/s
Keterangan:
Duration : Total waktu pengiriman paket.
Total paket : Total paket yang dikirim.
ITU G.114 membagi karakteristik waktu tunda berdasarkan tingkat kenyamanan
user, dapat ditunjukkan pada tabel 2.2.
Delay Kualitas
0-150 ms Baik
150-300 ms Cukup, masih dapat diterima
> 300ms Buruk
23
2.4.3 Jitter [8]
Variasi yang ada pada delay disebut jitter. Karena trafik jaringan yang padat,
sistem antrian yang tidak baik, atau kesalahan konfigurasi. Hal ini akan
menyebabkan delay antara paket bisa menjadi bervariasi bukan menjadi konstan.
24