Anda di halaman 1dari 91

PELAJARAN DARI PENGALAMAN

PROYEK PESISIR
1997 - 2002
Lessons from Proyek Pesisir Experience in 1997 - 2002

Prosiding Lokakarya
Hasil Pendokumentasian Kegiatan Proyek Pesisir
Bogor, 14 Februari 2002

Editor:

M. Fedi A. Sondita
Neviaty P. Zamani
Burhanuddin
Amiruddin Tahir

Kerjasama:

PUSAT KAJIAN SUMBERDAYA PESISIR DAN LAUTAN - INSTITUT PERTANIAN BOGOR


DAN
PROYEK PESISIR - COASTAL RESOURCES MANAGEMENT PROJECT
COASTAL RESOURCES CENTER - UNIVERSITY OF RHODE ISLAND
PELAJARAN DARI PENGALAMAN
PROYEK PESISIR 1997 - 2002

Lessons from Proyek Pesisir Experience in 1997 - 2002

Prosiding Lokakarya
Hasil Pendokumentasian Kegiatan Proyek Pesisir
Bogor, 14 Februari 2002

CITATION

M.F.A. Sondita, N.P. Zamani, Burhanuddin dan A. Tahir (editors). 2002. Pelajaran dari Pengalaman
Proyek Pesisir 1997 - 2002. Prosiding Lokakarya Hasil Pendokumentasian Kegiatan Proyek Pesisir,
Bogor, 14 Februari 2002. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan - Institut Pertanian Bogor, Proyek
Pesisir - Coastal Resources Management Project dan Coastal Resources Center - University of Rhode
Island.

CREDITS

Maps and photos : Learning Team (cover)


Cover design : Pasus Legowo
Layout : Burhanuddin dan Pasus Legowo
Style editor : Learning Team
ISBN : 979-9336-20-1

Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002 xviii


PELAJARAN DARI PENGALAMAN
PROYEK PESISIR 1997 - 2002

Lessons from Proyek Pesisir Experience in 1997 - 2002

Prosiding Lokakarya
Hasil Pendokumentasian Kegiatan Proyek Pesisir
Bogor, 14 Februari 2002

Editor:

M. Fedi A. Sondita
Neviaty P. Zamani
Burhanuddin
Amiruddin Tahir

Kerjasama:

Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan


Institut Pertanian Bogor

dan

Proyek Pesisir - Coastal Resources Management Project


Coastal Resources Center - University of Rhode Island
2002

xvii Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002


SAMBUTAN LOKAKARYA PEMBELAJARAN

Oleh:
Pimpinan Proyek CRMP Indonesia
Coastal Resources Center - University of Rhode Island

Para hadirin sekalian,

Selamat datang dan selamat pagi.

Hari ini saya sangat gembira melihat Anda semua hadir dalam lokakarya yang penting ini. Seperti Anda
ketahui, Proyek Pesisir melakukan berbagai kegiatan untuk menerapkan pengelolaan pesisir secara nyata
di lapangan, yaitu di Propinsi Sulawesi Utara, Lampung dan Kalimantan Timur. Dalam lokakarya ini
akan disajikan makalah hasil pendokumentasian kegiatan proyek dalam rangka berbagi pengalaman.
Saya berharap Anda semua dapat membahasnya, kemudian menggali bersama apa saja yang dapat kita
angkat sebagai pelajaran penting bagi penerapan dan praktek pengelolaan pesisir di Indonesia di masa
sekarang dan yang akan datang.

Kehadiran para peserta Departemen Kelautan dan Perikanan, Departemen Dalam Negeri, BPPT,
Bakosurtanal, P3O LIPI, akademisi, perwakilan sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat, perwakilan
para mitra kami dari lokasi proyek, serta para staf proyek menjadikan lokakarya ini semacam forum
untuk mengkomunikasikan permasalahan pengelolaan pesisir yang menjadi perhatian kita semua. Kami
berharap para praktisi, instansi pemerintahan, lembaga swadaya masyarakat serta pihak-pihak lain dapat
melanjutkan komunikasi ini mengingat strategi pengelolaan di Indonesia perlu disesuaikan dengan
keaneka-ragaman sosial, kondisi alamiah pesisir dan permasalahannya.

Saya sampaikan perhargaan dan ucapan terima kasih kepada penyelenggara, yaitu Learning Team
Proyek Pesisir PKSPL IPB yang telah mengkooridnasikan kegiatan pembelajaran dan mempersiapkan
lokakarya ini.

Selamat berlokakarya.

Bogor, 14 Februari 2002

Maurice Knight
Chief of Party
Proyek Pesisir

Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002 xvi


SAMBUTAN LOKAKARYA PEMBELAJARAN

Oleh :
Kordinator Program Proyek Pesisir
PKSPL - IPB

Assalamu’alaikum wr. wb.,

Hadirin peserta lokakarya yang saya hormati,


Pertama, kami ingin mengucapkan turut berduka cita atas kepulangan seorang staf Proyek Pesisir
Kalimantan Timur dan kami mohon kepada semua peserta untuk mendoakan semoga arwahnya diterima
di sisi Allah SWT. Amin.

Selanjutnya marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan YME atas segala rahmat-Nya sehingga
kita dapat bertemu di tempat ini untuk mengikuti Lokakarya Hasil Pendokumentasian Kegiatan Proyek
Pesisir Tahun 1997 - 2002.

Lokakarya sekarang ini merupakan lanjutan dari lokakarya internal yang telah dilakukan oleh Learning
Team PKSPL IPB dengan para staf lapangan Proyek Pesisir pada tanggal 15 - 16 Januari 2002. Tujuan
lokakarya ini adalah sama dengan tahun lalu, yaitu mendapatkan masukan guna penyempurnaan dan
tukar menukar informasi untuk menyusun sebuah dokumen yang memuat sejumlah informasi pengalaman
Proyek Pesisir ini menjadi bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkecimpung dalam pengelolaan
sumberdaya pesisir dan laut. Seperti kita ketahui bersama, lokakarya ini adalah puncak dari runtutan
kegiatan Learning Team Proyek Pesisir PKSPL IPB di tahun keempat proyek (2001/2002).

Kami berharap dalam lokakarya ini para peserta dapat berinteraksi lebih aktif dalam memberikan masukan,
saran maupun kritikan terhadap hasil pendokumentasian yang telah dilakukan. Semoga hasil lokakarya
ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi dalam melakukan kegiatan pengelolaan wilayah pesisir di
Indonesia.

Akhirnya, saya ucapkan terima kasih kepada para peserta lokakarya hari ini yang telah menyempatkan
waktu untuk mengikuti lokakarya ini hingga selesai.

Bogor, 14 Februari 2002

Dr Ir Dietriech G. Bengen, DEA


Kordinator Program
Proyek Pesisir PKSPL-IPB

xv Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002


In general, the above discussion highlights These human resources can be produced in
criteria of good practice of planning, e.g. the im- various types of formal and informal education
portance of integration, opportunity of grass-root programs. Various forum in which participants
stakeholders to express their concerns and inter- can share their experience, such as workshop and
ests during planning process, long-term ecologi- training programs, can accelerate the creation of
cally sustainable oriented-planning, transparent competent human resources. Some effort to iden-
and participatory planning process, and legal sta- tify lessons learned should be made by every per-
tus of each stakeholder role. To some extent, son, both resources managers and academics, to
such criteria have been included in a general guide- prepare ‘teaching’ materials for the various types
lines of integrated coastal management published of education. Such experience exchange and iden-
by Department of Marine Affairs and Fisheries. tification of lessons learned are invaluable to pro-
The application of the guideline implies the needs mote integrated coastal management in practice
of competent human resources who will be in- since there is a great ecological and social vari-
volved in policy making process, research activi- ability among coastal areas in Indonesia. There-
ties, planning, and implementation of manage- fore, coastal management programs should include
ment strategies in the field where intensive com- learning strategies that will directly and indirectly
munication among stakeholders may be dominant improve the capacity of program implementers,
in its early activities. community and other stakeholders.

Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002 xiv


rectly and indirectly determine political supports z Independence of community and stakeholders
during policy and decision making process in pri- in the implementation of strategic plan or man-
oritizing coastal programs for regional develop- agement plan is an indicator of coastal man-
ment agenda. This issue is relevant to current agement success. Their contribution and is a
mechanism of decision making that involves leg- key factor of the success that reflects they are
islative bodies, i.e. local house of representatives not only the object of development but also
(Dewan Perwakilan Rakyat Daerah and Badan the subject.
Perwakilan Desa). The above discussion leads to the follow-
The success of plan implementation de- ing remarks on how coastal management should
pends strongly on resources, i.e. human resources, be practiced; these are:
fund and materials. In the context of governance, z Coastal management program must be accom-

formal statement that adopts a management plan panied with institutional strengthening pro-
is a legal basis to apply and implement integrated grams that include improvement of existing in-
coastal management plan. Formal adoption of stitutions and to institutionalize coastal man-
the plan should reflect commitment of govern- agement among community members, govern-
ment and community members to manage coastal ment officials and other stakeholders. Indica-
resources for the maximum benefit of commu- tor of institutionalized coastal management is
nity. Such formal statement must be accompa- government commitment accompanied by bud-
nied with a secured budget allocation for imple- get allocation approved by legislative body.
mentation programs. z Government is expected to facilitate coastal

As planning process can be done in bottom- management planning process that applies si-
up sequence, interactive communication among multaneous top-down approach dan bottom-
central and regional governments and other na- up approach.
tional agencies is vary important. Proyek Pesisir z Collaboration experienced by government agen-

has introduces the application of simultaneous cies, NGOs and other stakeholders working
bottom-up and top-down approaches in planning group activities should be utilized. Therefore,
the management of coastal area. The project has new working group may not necessary for each
tried to ensure that coastal stakeholders are given new project
great opportunity to express their concern, input z Continuous development of staff carrier and

for management plan and to contribute during organizational re-arrangement implies that ex-
decision making process, from early stage of iden- isting working group may need a refreshing pro-
tification and assessment of local coastal issues. gram to maintain staff ’s awareness and institu-
Some factors that can determine tional capacity. Such program is very impor-
sustainability of the model process and practice tant to secure sustainability of effort and prac-
of coastal management that are introduced by the tices introduced by a project.
project include: z All participants collaborated and developed

z Existence of working group and its capability during the process of a coastal project activi-
z Commitment and supports from government ties are critical mass that can accelerate the
(central and regional) and legislative body to practice of integrated coastal management.
include coastal management programs in de- z The practice of coastal management needs

velopment agenda. The commitment is a strong adaptive approach since there is always limita-
statement that the coastal management plan tion of knowledge and capacity to understand
will be used as a guideline for development of the dynamic of coastal ecosystem. Such ap-
coastal areas. proach implies a technical consequence on the
z Established community groups that continu- managerial process that needs to be accommo-
ously promote and support integrated coastal dated by accountability system.
management.

xiii Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002


ficials, and other stakeholders in meetings, work- of coastal management plan is very important.
shops and other activities. Establishment of working group as a seed of such
Development of institutional aspects in- formal institution is important to promote the
clude strategies to promote the establishment of success of management application in the field.
integrated management of Balikpapan Bay among During its development, such working group
local stakeholders. These activities include should involve persons that are representatives
facilitation of Forum Sahabat Teluk Balikpapan, of agencies relevant to handle coastal issues.
Task Force for Coastal Management and Joint A working group can function as coordina-
Working Groups to handle erosion/sedimentation tor of development projects in the locality to en-
and application of environment friendly fish cul- sure their integration with existing plans and ef-
ture. For time being, no new institution needs to fort. This is very important to maximize the ben-
be established since empowerment of some co- efits and positive impacts while increase the effi-
ordinating agencies is considered an appropriate ciency of the utilization of development resources.
strategy to accommodate integrated Balikpapan Many projects are designed to provide demonstra-
Bay management. The Task Force and Joint Work- tion or small-scale effort with an expectation that
ing Groups are given responsibility to implement in the future these will be scaled-up by local gov-
management programs proposed by Pasir Districts ernment or stakeholders. Therefore, a working
and Balikpapan City and organization of commu- group should be designed to receive transfer of
nity initiatives to promote public awareness on technology and experience hence capable to sus-
the importance of integrated management. tain the initiatives introduced by the project in
Activities of these ad-hoc institutions are the form of local development programs.
strongly dependent on the annual budget govern- Status of a working group run should be
ment projects hence longer-term budget must be formalized to ensure it functions properly. A re-
secured to ensure its continuity and effectiveness. gional regulation (Peraturan Daerah – Perda)
Some staffs of the working groups have a limitation which describes its structure and staff composi-
to conduct intensive communication and strongly tion, scope of responsibility, mission and source
dependent on facilitator initiatives (i.e., Proyek of fund, can accommodate it. Such regulation is
Pesisir). These problems can be addressed by en- needed when local government needs to have a
couraging local agency leaders to be more progres- special institution or when existing coordinating
sive by taking into account that Proyek Pesisir will body has not sufficient capability to handle ‘new’
finish soon while responsibility of local coordina- identified coastal issues.
tion is on the hand of local government. After a project being closed, roles and func-
The Friends of the Balikpapan Bay was tions of the ad-hoc working group can be taken
established to build local constituency and sup- over by local government. Experience obtained
porters for implementing integrated management by staffs of the working group is invaluable to
plan of Balikpapan Bay. However, there has been the formal coordinating body. Therefore, each
an indication of decreasing participation of its local government should make some effort to
members. This problem may be attributed to the ensure that such experience is transferred to the
nature of their membership which is voluntary, coordinating body which may apply it in the fu-
physical distance between their residential address ture programs.
and the meeting point (i.e., Balikpapan) and low Effort to institutionalize coastal manage-
coordinating function of the committee. ment in the locality should not only establishment
of coordinating body. Working groups, discus-
Lessons Learned sion forums and effective outreach strategies are
Regardless of its geographical scale and also needed to institutionalized coastal manage-
types of coastal issues being addressed by man- ment among public and other stakeholders.
agement plan, existence and formal status of an Popularity of the importance of coastal
institution which coordinates the implementation management among community members can di-

Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002 xii


of natural resources management. To handle such tended by village officials and the management
problem, a regional regulation (Peraturan Daerah) unit. The main source of fund is expected from
may be useful to provide legal basis for govern- the village. Additional fund to compensate the
ment officials to use the Renstra. Another prob- shortage should be obtained by the management
lem identified is low capacity and awareness of unit through formal request to district govern-
government officials on coastal issues. ment, funding agencies and others.
So far, programs to address village main is-
Implementation of village level coastal sues have been implemented in four project loca-
management plan in Minahasa, North tion in Minahasa. The programs include devel-
Sulawesi opment of domestic water supply, sanitation fa-
Village level coastal management plans are cilities, coastal flood and protection wall, estab-
meant to be guidelines for village community, lishment of village regulation, trainings to create
government and other stakeholder in addressing new sources of income, and fish restocking, etc.
some coastal issues. The plans clearly distribute Implementation of coastal programs in the
responsibility of coastal management among com- villages has some positive impacts, such as im-
munity, government and other stakeholders. The provement of public infrastructures that promotes
plans are strategic since they reflect community community welfare, reduction of community dam-
commitment based on some understanding on the age due to floods and erosion, protection of
importance of coastal resources management to coastal resources that are directly utilized by the
secure sustainability of its use, hence community community. Above all, the main impact of imple-
welfare. mentation of the plan on the community and vil-
The plans are good examples of decentral- lage officials is their awareness to establish good
ized coastal resources management in Indonesia. governance on existing coastal resources.
Contribution of Kabupaten dan village working One of main constraints identified from the
groups consisting government executives was sig- implementation of village management plan is
nificant in the refinement of the village plans. related with community dynamics, such unnec-
Therefore, the process of plan development pro- essary intervention by unauthorized persons on
vides opportunity for local government to design decision making process, relationship between
their programs more properly, especially for institutions, and problems in the use of allo-
coastal villages in Minahasa district. Another cated fund.
impact of such process is greater understanding
of government officials on the importance of Institutional and funding preparation to
participatory and community needs to be ad- implement Teluk Balikpapan
dressed in their programs. management plan
At village level, coastal management seems The progress of project activities in East
relatively easy to be institutionalized among vil- Kalimantan is different from the other two sites;
lagers. This is mainly due to direct involvement the management plan still in the process of
and support of village leaders to their staffs and completion. However, institutional preparation
community members to be involved in the imple- and budgeting process to anticipate official inte-
mentation of Proyek Pesisir. The coastal manage- grated Teluk Balikpapan Management Plan has
ment plans are part of Annual Village Develop- been carried out simultaneously by Pasir District
ment Plan that was approved by Village Legisla- and Balikpapan City.
tive Body to be executed by village leaders. In Though development of plan document is
each village, a management unit has been estab- still progressing, some programs of Pasir District
lished in each village to implement the coastal and Balikpapan City are relevant to the issues
management plan. identified in the draft of management plan. Such
Budget for implementing the coastal man- relevance occurs due to communicative interac-
agement plan is established in a meeting at- tion among Proyek Pesisir, local government of-

xi Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002


EXECUTIVE SUMMARY

T
his learning workshop was held to discuss tion from provincial, district and community lev-
reports of documentation activities on els. The strategic plan identifies 11 coastal issues
implementation of coastal management and programs to address the issues. For the year
plans in the three project sites, i.e. village coastal of 2001, the plan recommends 25 programs to
management plan (North Sulawesi), integrated bay address coastal degradation issues, 9 programs to
management plan (East Kalimantan) and provin- address low quality of human resources, 7 pro-
cial strategic coastal management plan (Lampung). grams to address some issues of forest, national
Papers presented in the workshop do not only parks and marine protected area.
describe the implementation process of such Effort to institutionalize the Renstra in-
management plans but also some discussion to cludes: (1) development of formal institutions,
identify some lessons learned from their imple- such as working groups, at provincial and district
mentation. The lessons learned are presented by levels; (2) project assistance to help provincial and
describing problems, factors that created the prob- district agencies in developing their programs by
lems and recommended solutions to handle the suggesting inclusion of some coastal programs
problems. The papers were developed through recommended by the Renstra; (3) direct involve-
some discussion in an internal workshop held in ment of local NGOs in meetings, workshops,
Bogor, 15-16 January 2002. This proceedings training and courses that are relevant to coastal
presents the papers and their discussion during issues in order to develop their capacity to sup-
an external workshop held in Bogor, 14 February port the implementation of programs recom-
2002. Participants of the external workshop dis- mended by the Renstra.
cussed the following issues: Evaluation in 2001 indicates that many lo-
z Effort to institutionalize coastal management cal government agencies have not completely used
in each of three project sites. the Renstra in developing their coastal programs.
z Relationship between the coastal management The existing government plan addressed 7 of 11
plan and local or regional development plan. coastal issues with 24 of 77 recommended pro-
z · Implication of some identified lessons learned grams. These programs were supported by devel-
on coastal management program in Indonesia. opment funds of about Rp 4,3 billions from re-
z Recommendation to government (national and gional development budget, national development
regional) to sustain integrated coastal manage- budget and grants. At the same time, Department
ment initiatives that are introduced by Proyek of Marine Affairs and Fisheries implemented three
Pesisir. coastal programs, i.e. ecosystem rehabilitation
and island community impowerment, spatial plan-
Implementation of Strategic Plan of Coastal ning of Lampung Bay, and coastal community
Management of Lampung Province empowerment program in East Lampung. Con-
Strategic Plan of Coastal Management of straints identified from implementation of such
Lampung Province is a compilation of formulated programs include misunderstanding and interpre-
plan that is relevant to Annual Regional Devel- tation of some officials on formal position of the
opment Program, Regional Development Pro- Renstra in regional planning procedure. Such
gram, Reform Agenda of Regional Development, problem is not necessary since development of
National Development Guidelines and National Renstra had started in June 1999 with participa-
Reform Agenda. The strategic plan was devel- tory process, launched in May 2000 while the Law
oped through simultaneous top-down and bottom- No. 22/1999, which was effective from Januari
up process with a series of stakeholder consulta- 2001, gives an opportunity for decentralization

Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002 x


untuk tataran pengambilan kebijakan, penelitian,
perencanaan, dan tataran praktek di lapang yang
akan berinteraksi langsung dengan masyarakat dan
stakeholder lainnya.
Penyediaan sumberdaya manusia ini dapat
dalam bentuk pendidikan for mal maupun
pendidikan non-formal. Berbagai forum untuk
berbagi pengalaman, misalnya lokakarya dan
pelatihan-pelatihan, dapat mempercepat
penyediaan sumberdaya manusia tersebut. Upaya-
upaya penggalian lessons learned hendaknya
dilakukan oleh semua pihak, baik para praktisi
maupun akademisi, dalam upaya menyiapkan
‘materi’ berbagai ragam bentuk pendidikan
tersebut. Pendekatan penggalian lessons learned
dan bertukar pengalaman ini sangat strategis
mengingat keragaman pesisir dan karakteristik
sosial yang ada di Indonesia memerlukan berbagai
pendekatan khusus. Oleh karena itu, setiap pro-
gram-program pengelolaan pesisir perlu mencakup
program pembelajaran yang secara langsung
maupun tidak langsung akan meningkatkan
kapasitas pelaksana program, masyarakat dan para
stakeholder lainnya.

ix Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002


Dalam proses perencanaan yang berjenjang rintah yang didukung oleh para wakil rakyat
dari bawah, dalam arti masukan atau usulan, untuk mengalokasikan dana.
komunikasi interaktif antara pemerintah dan z Pemerintah dalam proses pembangunan

pemerintah daerah (propinsi dan kabupaten) serta diharapkan dapat memfasilitasi terwujudnya
jajaran pemerintahan lainnya sangat penting. proses perencanaan pengelolaan pesisir yang
Proses perencanaan pengelolaan pesisir yang menerapkan top-down approach dan bottom-up ap-
diperkenalkan sudah menerapkan bottom-up ap- proach secara bersamaan.
proach dimana para stakeholder telah diberi z Pengalaman kerjasama instansi dan LSM dalam

kesempatan berperan aktif, mulai dari tahap working group yang ada perlu dimanfaatkan. Oleh
identifikasi permasalahan dan mengkaji setiap karena itu suatu working group yang baru tidak
permasalahan tersebut, memberikan masukan selalu perlu dibentuk untuk setiap proyek.
terhadap rencana pengelolaan dan lain-lain. z Adanya perkembangan karier dan restruk-

Beberapa faktor yang diperkirakan dapat turisasi menyebabkan working group yang ada
mempengaruhi kelanjutan dari model proses dan memerlukan program penyegaran untuk
praktek pengelolaan pesisir yang diperkenalkan menjaga awareness dan kapasitasnya. Program
oleh suatu proyek adalah: seperti ini sangat diperlukan untuk menjaga
z Keberadaan working group dan kapasitasnya sustainability dari upaya-upaya yang diperke-
z Komitmen serta dukungan dari pemerintah nalkan proyek.
(pusat dan daerah) dan DPR/DPRD untuk z Semua pihak yang pernah bekerjasama dan

memasukkan program pengelolaan pesisir ke terbina oleh aktifitas proyek merupakan critical
dalam rencana pembangunannya. Komitmen mass yang dapat mendorong kelancaran proses
ini berupa ketegasan bahwa rencana penge- penerapan pengelolaan pesisir secara terpadu.
lolaan yang dibuat akan dijadikan pedoman z Proses pengelolaan pesisir terpadu memerlukan

untuk pembangunan di wilayah pesisir. pendekatan adaptive management. Hal ini


z Terciptanya kelompok-kelompok masyarakat mengingat keterbatasan pengetahuan dan kapa-
yang secara terus-menerus mendukung sitas untuk pemahaman terhadap permasalahan
terwujudnya pengelolaan pesisir terpadu. pesisir yang dinamis. Pendekatan ini membe-
Kemandirian masyarakat dan stakeholder rikan konsekuensi teknis yang terkait dengan
dalam menerapkan substansi rencana strategi proses pengelolaan yang perlu diakomodasi oleh
ataupun rencana pengelolaan pesisir merupakan sistem pertanggung-jawaban program/proyek
indikator sukses penting proses pengelolaan. yang biasa diterapkan oleh pemerintah.
Kontribusi yang besar dari masyarakat merupakan Secara umum, hal-hal di atas menggaris-
faktor kunci keberhasilan upaya-upaya penge- bawahi bahwa pengelolaan pesisir hendaknya
lolaan. Kemandirian ini merupakan indikator mengutamakan keterpaduan, kesempatan kepada
bahwa masyarakat tidak semata-mata sebagai para stakeholder mulai dari tingkat bawah (akar
objek pembangunan, tetapi juga sebagai subjek rumput – grass root) untuk berperan aktif dalam
pembangunan. proses perencanaan, perencanaan yang berdampak
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan positif dalam jangka panjang (ecologically sustain-
beberapa catatan yang mencakup bagaimana able), sistem perencanaan yang bersifat terbuka
sebaiknya pengelolaan pesisir secara terpadu dan bersifat partisipatif, kejelasan kepastian
dipraktekkan. Catatan-catatan tersebut adalah: hukum bagi setiap pihak yang terlibat. Hal-hal
z Program pengelolaan pesisir harus dibarengi tersebut sudah tercakup dalam dokumen Pedoman
dengan program penguatan kelembagaan yang Umum Pengelolaan Pesisir Terpadu yang
mencakup peningkatan kapasitas lembaga- diterbitkan oleh Departemen Kelautan dan
lembaga yang ada dan melembagakan atau Perikanan. Untuk menerapkan pedoman umum
mensosialisasikan pengelolaan pesisir di tengah tersebut, beberapa hal yang perlu diperhatikan
masyarakat umum, staf pemerintahan dan stake- untuk mewujudkan penerapan pengelolaan pesisir
holder. Indikator dari adanya pengelolaan yang yang terpadu antara lain adalah ketersediaan
sudah melembaga adalah komitmen peme- sumberdaya manusia yang handal yang diperlukan

Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002 viii


partisipasi anggota. Hal ini diperkirakan berkaitan kegiatannya. Perda semacam ini diperlukan jika
erat dengan keanggotaan yang bersifat sukarela, pemerintah setempat memerlukan adanya
faktor jarak geografi yang merupakan kendala bagi lembaga ‘khusus’ untuk menangani projek
anggota yang berada di lokasi yang cukup jauh pengelolaan pesisir, atau karena kelembagaan
dari Balikpapan serta belum optimalnya pengurus yang ada dianggap belum memiliki kapasitas yang
forum dalam menjalankan fungsi koordinasi. cukup untuk menangani permasalahan yang baru.
Dalam masa setelah proyek ataupun pro-
Pelajaran gram percontohan selesai, fungsi-fungsi yang
Terlepas dari skala geografi wilayah pesisir dijalankan oleh working group dapat diadopsi oleh
yang dikelola ataupun cakupan isu, kejelasan pemerintah setempat. Pengalaman yang diperoleh
adanya lembaga pengelolaan pesisir merupakan para anggota working group merupakan hal yang
persyaratan untuk kelancaran pelaksanaan pro- sangat penting bagi lembaga koordinasi yang
gram dan kelanjutan pengelolaan pesisir. sebenarnya. Persoalan berikutnya adalah
Pendirian working group sebagai cikal bakal lembaga bagaimana pengalaman tersebut dapat dipelajari
pengelolaan merupakan hal penting yang perlu dan disampaikan kepada pimpinan dan staf
dimulai untuk mendukung kelancaran proses lembaga tersebut.
penerapan pengelolaan di lapang. Dalam proses Upaya untuk melembagakan pengelolaan
pembentukannya, cikal bakal tersebut seharusnya pesisir tidak cukup hanya dengan membentuk
melibatkan sejumlah orang yang merupakan lembaga-lembaga koordinatif. Pendirian
perwakilan instansi atau unit kerja yang diperki- kelompok-kelompok kerja khusus dan forum-fo-
rakan relevan untuk menangani permasalahan rum serta pelaksanaan kegiatan penyebaran
yang ada di wilayah pesisir. informasi/penyuluhan kepada masyarakat luas.
Working group dapat berperan dalam Hal ini perlu dilakukan agar pengelolaan pesisir
mengkoordinasikan ‘proyek-proyek’ pembangun- tersosialisasi atau melembaga di tengah
an yang ada di wilayah kerjanya dalam rangka masyarakat umum dan para stakeholder lainnya.
keterpaduan antar proyek. Hal ini penting untuk ‘Popularitas’ pentingnya pengelolaan pesisir
memaksimumkan manfaat dan dampak positif di tengah masyarakat secara langsung dan tidak
proyek sekaligus meningkatkan efisiensi langsung akan menentukan dukungan politis
penggunaan sumberdaya pembangunan, termasuk terhadap pengambilan kebijakan (policy) yang
untuk pengelolaan pesisir. Tidak jarang proyek- memprioritaskan program pengelolaan pesisir
proyek yang ada bertujuan untuk melaksanakan dalam agenda pembangunan daerah. Hal ini
percontohan atau demonstrasi penerapan dalam sesuai dengan mekanisme pengambilan keputusan
skala kecil dengan maksud contoh penerapan setempat yang melibatkan wakil rakyat dalam
tersebut dikemudian hari diterapkan dalam skala badan legislatif (Dewan Perwakilan Rakyat
sesuai dengan kebutuhan setempat. Oleh karena Daerah dan Badan Perwakilan Desa).
itu working group juga diharapkan dapat berperan Sukses implementasi rencana pengelolaan
sebagai ‘lembaga’ yang siap menerima transfer tidak terlepas dari kesediaan sumberdaya, yaitu
pengalaman sehingga setelah proyek-proyek sumberdaya manusia, dana dan material. Dalam
percontohan tersebut usai, upaya yang diperke- konteks governance, pernyataan resmi tentang
nalkan proyek dapat berlanjut sebagai program- diterimanya suatu rencana pengelolaan adalah
program pembangunan. salah satu landasan untuk mewujudkan rencana
Agar suatu working group dapat bekerja pengelolaan pesisir secara terpadu Adopsi for-
dengan baik, ada usulan bahwa working group mal tersebut harus menggambarkan komitmen
tersebut perlu diresmikan oleh pimpinan pemerintah dan masyarakat untuk mengelola
pemerintahan setempat, misalnya dalam bentuk sumberdaya pesisir untuk kepentingan rakyat
peraturan daerah (Perda). Terbitnya perda ini sebesar-besarnya. Pernyataan tersebut harus
memberikan landasan hukum bagi working group disertai dengan pengalokasian dana pembangunan
tentang susunan working group, tugas dan untuk program-program implementasi rencana
fungsinya, serta sumber pembiayaan untuk pengelolaan tersebut.

vii Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002


pemenuhan kebutuhan dasar, seperti air bersih, termasuk staf pemerintahan daerah, dalam
sanitasi, pembuatan bangunan pelindung dari lokakarya dan kegiatan-kegiatan lainnya.
bahaya banjir, pembuatan aturan-aturan, pelatihan Pengembangan aspek kelembagaan
untuk membuat sumber penghasilan tambahan mencakup proses atau strategi agar pengelolaan
atau alternatif, pemulihan sumberdaya perikanan, Teluk Balikpapan dapat melembaga di tengah
dan lain-lain. masyarakat. Hal ini dilakukan dengan memfasi-
Manfaat dari adanya pelaksanaan program- litasi pembentukan For um Sahabat Teluk
program pesisir di desa adalah tersedianya sarana/ Balikpapan. Gugus Tugas Pengelolaan Pesisir dan
prasarana umum yang meningkatkan tingkat Kelompok Kerja Gabungan untuk permasalahan
kesejahteraan umum, mengurangi ancaman bahaya erosi/sedimentasi dan pengelolaan tambak ramah
atau bencana alamiah, pemeliharaan sumberdaya lingkungan. Pertimbangan bahwa pemberdayaan
alam yang dapat dinikmati langsung oleh komponen dinas/instansi pemerintahan yang ada
penduduk. Selain itu, manfaat yang tidak kalah sebagai koordinator merupakan strategi yang
pentingnya adalah terjadinya peningkatan dapat diterima oleh stakeholder dari kalangan
kesadaran masyarakat dan pemerintahan setempat pemerintahan merupakan indikasi bahwa tidak
untuk menerapkan governance pada sumberdaya perlu dibentuk lembaga baru. Untuk itu, dinas/
pesisir yang tersedia. instansi yang mengemban tugas koordinasi, seperti
Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Bappeda dan Bapedalda, memperoleh prioritas
rencana pengelolaan mencakup aspek sosial yang sebagai lembaga yang akan melakukan koordinasi
berkaitan dengan dinamika masyarakat, seperti pelaksanaan rencana pengelolaan. Sementara ini
intervensi terhadap pengambilan keputusan oleh Gugus Tugas dan Kelompok-kelompok kerja
pihak yang tidak berwenang, hubungan antar gabungan diberi peran sebagai uji coba pelaksa-
lembaga-lembaga di tingkat desa, serta masalah naan program-program pengelolaan, baik dalam
teknis yang berkaitan dengan penggunaan dana. kegiatan yang melibatkan Pemerintah Kabupaten
Pasir dan Kota Balikpapan maupun pengorga-
Penyiapan Kelembagaan dan Rencana nisasian gerakan masyarakat peduli terhadap Teluk
Pendanaan untuk Implementasi Rencana Balikpapan.
Pengelolaan Teluk Balikpapan Dari perkembangan lembaga-lembaga, telah
Berbeda dengan perkembangan yang terjadi diidentifikasi bahwa kelanjutan operasional tim-
di dua propinsi lokasi proyek lainnya, rencana tim yang bersifat ad-hoc tersebut sangat tergantung
pengelolaan untuk Teluk Balikpapan belum selesai pada anggaran pembangunan tahunan (proyek).
tersusun. Namun tanpa menunggu sampai selesai Untuk menjamin kelangsungan dan efektivitas
tersusun, proses persiapan pembentukan kelem- peran mereka, jaminan pendanaan yang berjangka
bagaan untuk menangani rencana pengelolaan waktu lebih panjang sangat diperlukan. Sebagian
secara bersamaan dilakukan. Hal ini dilakukan personil working group tersebut memiliki
untuk mengantisipasi setelah rencana pengelolaan keterbatasan untuk melakukan komunikasi yang
nantinya diresmikan sebagai pedoman pengelo- intensif dan sangat tergantung pada upaya yang
laan. Selain itu dilakukan juga proses persiapan dilakukan oleh fasilitator (dalam hal ini Proyek
pendanaan untuk penerapan rencana pengelolaan. Pesisir). Untuk mengatasi hal ini, inisiatif dari
Walaupun dokumen Rencana Pengelolaan pemerintah daerah harus ditingkatkan berda-
Teluk Balikpapan belum siap, sejumlah kegiatan sarkan pemikiran bahwa proyek akan berakhir
yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah sementara tanggungjawab koordinasi pengelolaan
Kabupaten Pasir dan Kota Balikpapan telah sesuai teluk ada ditangan pemerintah daerah.
dengan sebagian program-program yang Forum Sahabat Teluk Balikpapan (Friends
direncanakan untuk menangani sejumlah isu atau of Balikpapan Bay) dibentuk untuk membangun
permasalahan pesisir setempat. Hal ini dapat konstituen sekaligus pendukung yang akan
dikatakan sebagai akibat dari interaksi atau berpartisipasi dalam pengelolaan ekosistem Teluk
komunikasi antara Pengelola Proyek Pesisir di Balikpapan. Dalam perkembangan forum terse-
Balikpapan dan para stakeholder Teluk Balikpapan, but terlihat adanya kecenderungan penurunan

iPelajaran
ii dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002 vi
mencakup 7 dari 11 permasalahan utama. Sekitar kesejahteraan keluarganya. Tersusunnya rencana
30% atau 24 dari 77 program yang dicantumkan pengelolaan pesisir tingkat desa merupakan
dalam renstra telah dilaksanakan. Ke-24 program indikasi dari adanya praktek desentralisasi
tersebut didukung oleh dana sebesar Rp 4,3 pengelolaan pesisir di Indonesia.
milyar, berasal dari APBN, APBD dan dana hibah. Proses penyempurnaan rencana pengelolaan
Sementara itu, Departemen Kelautan dan ini tidak lepas dari peran working group tingkat
Perikanan melaksanakan 3 program di Lampung, kabupaten yang anggotanya adalah perwakilan
yaitu rehabilitasi ekosistem dan pemberdayaan dari dinas-dinas terkait dan kecamatan. Oleh
masyarakat pulau, penyusunan tataruang pesisir karena itu, rencana pengelolaan yang dibuat oleh
Teluk Lampung, dan pemberdayaan masyarakat masyarakat desa secara langsung dan tidak
pesisir Lampung Timur; Proyek Pesisir melak- langsung berkaitan erat dengan program-program
sanakan program pengembangan daerah pengelolaan pesisir yang disusun oleh Pemerintah
perlindungan laut dan pengembangan tambak Kabupaten Minahasa. Dampak lain dari
ramah lingkungan. keterlibatan working group (Kabupaten Task Force-
Kendala utama yang teridentifikasi dalam KTF) tersebut adalah pemahaman para staf
implementasi Renstra adalah ketidak-jelasan pemerintahan terhadap proses yang dilalui selama
posisi renstra dalam proses perencanaan proses penyusunan rencana pengelolaan yang
pembangunan daerah dalam perspektif staf sangat mengutamakan aspirasi atau keinginan
pemerintahan daerah. Hal ini seharusnya tidak masyarakat desa.
terjadi mengingat proses pembuatan renstra Di tingkat desa, pengelolaan pesisir relatif
dimulai sejak Juni 1999 dan diluncurkan pada dapat melembaga dengan cepat. Hal ini tidak
bulan Mei 2000 sementara Undang-undang nomor lepas dari peran pemerintahan desa yang sejak
22/1999 tentang Pemerintahan Daerah baru awal memberikan dukungan dan kesempatan
berlaku sejak Januari 2001. Untuk mengatasinya, kepada stafnya (yaitu, para kepala urusan ataupun
ada pemikiran bahwa Renstra tersebut perlu kepala dusun) dan anggota masyarakat untuk
memiliki landasan hukum yang kuat, yaitu sebuah terlibat langsung dalam proses pelaksanaan proyek
peraturan daerah yang menyatakan bahwa Renstra rencana pengelolaan tersebut. Rencana
Pesisir har us menjadi acuan perencanaan pengelolaan pesisir tersebut merupakan bagian
pembangunan di wilayah pesisir. Kendala utama dari Rencana Pembangunan Tahunan Desa yang
kedua adalah terbatasnya kemampuan dan kepe- disahkan oleh Badan Perwakilan Desa, sebuah
dulian staf pemerintahan di tingkat kabupaten lembaga legislatif tingkat desa yang memberikan
maupun propinsi. Hal ini dapat diatasi dengan amanat tanggungjawab kepada Kepala Desa.
program sosialisasi dalam bentuk lokakarya dan Rincian anggaran biaya untuk pelaksanaan
lain-lainnya. rencana pengelolaan ditetapkan melalui rapat
Pemerintah Desa dan Badan Pengelola yang akan
Implementasi Rencana Pengelolaan Pesisir melaksanakan program-program sesuai dengan
Desa di Minahasa, Sulawesi Utara rencana pengelolaan. Kebutuhan biaya untuk
Rencana pengelolaan pesisir di desa pelaksanaan program-program pengelolaan ini
dimaksudkan untuk sebagai pedoman bagi sebagian diupayakan untuk dapat dipenuhi secara
masyarakat desa, pemerintah dan pihak terkait swadaya. Kekurangan dana diupayakan oleh
lainnya dalam menangani persoalan-persoalan Badan Pengelola dan Pemerintah Desa dari
yang berkaitan dengan wilayah pesisir. Dengan sumber di luar, seperti dana pembangunan APBN,
adanya rencana pengelolaan, tanggung jawab dan APBD dan hibah dari pihak lain yang tidak
peran berbagai pihak, yaitu masyarakat, pemerin- mengikat (misalnya perusahaan swasta ataupun
tah dan stakeholder lainnya, cukup jelas. Rencana lembaga donor).
pengelolaan pesisir tersebut sangat strategis karena Sejauh ini penanganan masalah utama yang
mencerminkan komitmen masyarakat yang dilan- diprioritaskan dalam setiap rencana pengelolaan
dasi oleh pemahaman pentingnya pengelolaan sudah dilaksanakan di empat desa proyek.
untuk kelestarian sumberdaya alam dan Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan mencakup

v Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002


RINGKASAN EKSEKUTIF

L
okakarya tahun 2002 ini bertujuan untuk gram Pembangunan Daerah (Propeda), Pokok-
membahas hasil pendokumentasian pokok Reformasi Pembangunan Daerah, GBHN
terhadap implementasi rencana penge- dan Pokok-pokok Reformasi. Proses perumusan
lolaan (management plan) yang dilaksanakan di 3 rencana strategis ini menerapkan pendekatan top-
propinsi lokasi proyek, yang Rencana Pengelolaan down dan bottom-up secara simultan, lengkap
Pesisir Desa di Minahasa (Sulawesi Utara), dengan konsultasi dengan para stakeholder, baik
Rencana Pengelolaan Teluk Balikpapan dan di tingkat propinsi, kabupaten maupun masyara-
Rencana Strategi Pengelolaan Pesisir Propinsi kat dan pengusaha. Renstra tersebut mengiden-
Lampung. Makalah-makalah yang disajikan tidak tifikasi adanya 11 permasalahan utama yang
hanya menggambarkan proses yang terjadi, tetapi terjadi atau berkaitan dengan pesisir dan program-
juga pembahasan untuk mengidentifikasi pelajaran program untuk mengatasinya. Untuk tahun 2001,
yang diperoleh dari pengalaman (lessons learned). Renstra menyajikan 25 program untuk mengatasi
Penyajian lessons learned dalam setiap makalah permasalahan degradasi wilayah pesisir, 9 pro-
dilengkapi dengan persoalan yang dihadapi, gram untuk mengatasi permasalahan rendahnya
faktor penyebab persoalan tersebut, dan solusi kualitas sumberdaya manusia, 7 program untuk
untuk menangani kendala-kendala tersebut. mengatasi permasalahan pencemaran wilayah
Penyusunan makalah-makalah tersebut melewati pesisir, 6 program untuk mengatasi permasalahan
proses pembahasan dalam lokakarya internal di kerusakan hutan, taman nasional dan cagar alam
Bogor pada tanggal 15-16 Januari 2002. Prosiding laut, 6 program untuk mengatasi permasalahan
ini menyajikan makalah-makalah dan pemba- belum optimalnya pengelolaan perikanan dan satu
hasannya dari lokakarya eksternal di Bogor pada program untuk mempelajari intrusi air laut.
tanggal 14 Februari 2002. Dalam lokakarya Upaya untuk melembagakan Renstra Pesisir
eksternal tersebut, beberapa hal penting yang dilakukan dengan: (1) pembentukan lembaga-
dibahas peserta antara lain: lembaga formal seperti working group, baik untuk
z Upaya-upaya untuk melembagakan pengelo- cakupan propinsi, kabupaten (sementara ini di
laan pesisir di tiap lokasi proyek . Kabupaten Lampung Selatan); (2) program
z Hubungan antara rencana pengelolaan pesisir fasilitasi berupa saran masukan program-program
yang ada di tiap lokasi dengan rencana yang tercantum dalam renstra dalam proses
pembangunan lokal. penyusunan rencana program-program yang akan
z Implikasi dari pengalaman proyek dan lessons dibuat oleh dinas-dinas pemerintah daerah untuk
learned yang teridentifikasi terhadap kegiatan- tahun 2001-2005, baik propinsi maupun
kegiatan program pengelolaan pesisir di Indo- kabupaten; (3) program pelibatan masyarakat/
nesia. LSM dalam pertemuan, lokakarya, pelatihan,
z Saran untuk Pemerintah (Pusat dan Daerah) kursus yang berkaitan dengan pengelolaan pesisir
agar praktek pengelolaan pesisir terpadu yang untuk menyiapkan kader-kader yang dapat
diperkenalkan oleh suatu proyek dapat efektif mendukung pelaksanaan program-program yang
dan berlanjut. tercantum dalam Renstra.
Evaluasi di tahun 2001 menunjukan bahwa
Implementasi Rencana Strategi sebagian besar instansi pemerintah daerah di
Pengelolaan Pesisir Propinsi Lampung tingkat kabupaten di Propinsi Lampung belum
Rencana Strategis Pengelolaan Pesisir sepenuhnya menggunakan Renstra Pesisir dalam
Propinsi Lampung merupakan kompilasi rumusan menyusun program-program yang berkaitan
perencanaan yang sejalan dengan Program dengan permasalahan di wilayah pesisir. Program-
Pembangunan Tahunan Daerah (Propetada), Pro- program yang dilaksanakan tersebut bar u

i
Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002 iv
UCAPAN TERIMA KASIH

Learning Team PKSPL IPB menyampaikan ucapan terima kasih atas segala bantuan dan dukungan
berbagai pihak sejak dari persiapan pendokumentasian hingga tersusunnya prosiding ini kepada:
z Kordinator Program Proyek Pesisir PKSPL IPB serta seluruh staf Proyek Pesisir PKSPL IPB;

z Kepala Pusat Kajian dan Sumberdaya Pesisir dan Laut IPB serta seluruh staf PKSPL IPB;

z Chief of Party dan seluruh staf Proyek Pesisir di Jakarta;

z Para manajer dan seluruh staf Proyek Pesisir Lampung, Sulawesi Utara, Kalimantan Timur atas bantuan

dan kerjasamanya dalam pelaksanaan kegiatan pendokumentasian, baik pada saat internal dan eksternal
workshop maupun dalam proses penulisan prosiding;
z Pimpinan dan staf Coastal Resources Center, University of Rhode Island

z Para peserta Lokakarya Hasil Pendokumentasian Kegiatan Proyek Pesisir pada tanggal 14 Februari

2002.

Kami berharap bahwa prosiding ini akan bermanfaat bagi Proyek Pesisir dan berbagai pihak yang terkait
dalam pengelolaan sumberdaya pesisir di Indonesia.

Bogor, 8 April 2002

Dr. Ir. M.Fedi A. Sondita, MSc


Kordinator Learning Team Proyek Pesisir
Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan
Institut Pertanian Bogor

iii Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002


1.3 Fokus Tahapan Siklus Perencanaan Pengelolaan Saat Ini .................................................. 23
2. Metodologi ................................................................................................................................... 24
2.1 Sumber-sumber Data/Informasi .......................................................................................... 24
2.2 Metode Analisis ................................................................................................................... 24
3. Substansi Rencana Pengelolaan Teluk Balikpapan ....................................................................... 25
3.1. Alasan Pentingnya Rencana Pengelolaan Teluk Balikpapan ................................................ 25
3.2 Rencana Pengelolaan Teluk Balikpapan dan Implementasinya ........................................... 26
3.3 Isu Utama dan Visi Pengelolaan Lingkungan Hiduk teluk Balikpapan ................................ 27
3.4 Cakupan Wilayah Pengelolaan dan Tingkat Perencanaan ................................................... 27
3.5 Prinsip Pendekatan Perencanaan Pengelolaan Teluk Balikpapan ....................................... 29
4. Penyiapan Kelembagaan bagi Implementasi Rencana Pengelolaan ............................................. 29
4.1 Penyiapan Sistem dan Struktur Kelembagaan ..................................................................... 29
4.2 Pengembangan Model Mekanisme Kelembagaan ................................................................ 34
5. Pelajaran dari Proses Penyiapan Kelembagaan ............................................................................ 36

IMPLEMENTASI RENCANA PENGELOLAAN TINGKAT DESA DI KABUPATEN


MINAHASA PROPINSI SULAWESI UTARA .............................................................................. 41
1. Pendahuluan ................................................................................................................................ 41
2. Metodologi .................................................................................................................................. 44
3. Rencana Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir Desa ............................................................. 44
3.1 Pengertian ........................................................................................................................... 44
3.2 Proses Penusunan ............................................................................................................... 45
3.3 Hubungan Rencana Pengelolaan Desa dengan Rencana Pembangunan Kabupaten
dan Propinsi ........................................................................................................................ 47
3.4 Strategi Melembagakan Rencana Pengelolaan Desa ........................................................... 47
3.4.1 Kelembagaan ............................................................................................................. 47
3.4.2 Biaya .......................................................................................................................... 49
4. Implementasi Rencana Pengelolaan ............................................................................................. 51
4.1 Lembaga Pelaksana ............................................................................................................. 51
4.2 Tahapan Kegiatan Implementasi ......................................................................................... 51
4.2.1 Persiapan dan Persetujuan Rencana Tahunan ........................................................... 51
4.2.2 Pelaksanaan Rencana Tahunan ................................................................................ 52
4.3 Kegiatan yang Dilaksanakan ................................................................................................ 53
4.4 Hasil dan Dampak Kegiatan ................................................................................................ 53
4.5 Permasalahan dan Pemecahannya ........................................................................................ 54
5. Pelajaran yang Diperoleh ............................................................................................................. 55
Lampiran .......................................................................................................................................... 57

PELAJARAN DARI PENERAPAN PENGELOLAAN PESISIR DI LAPANG:


MAKALAH RANGKUMAN .......................................................................................................... 63
1. Pendahuluan ................................................................................................................................ 63
2. Lembaga Pengelola ....................................................................................................................... 63
3. Pelembagaan Pengelolaan Pesisir di Tengah Masyarakat/stakeholder ........................................... 65
4. Pendanaan untuk Implementasi Rencana Pengelolaan ................................................................. 65
5. Kelanjutan Pengelolaan Pesisir .................................................................................................... 66
6. Implikasi terhadap Program-program Pengelolaan Pesisir ........................................................... 67
7. Implikasi terhadap Kebijakan Nasional ....................................................................................... 67

Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002 ii


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................................... i


UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................................................ iii
RINGKASAN EKSEKUTIF .......................................................................................................... iv
EXECUTIVE SUMMARY .............................................................................................................. x
SAMBUTAN LOKAKARYA PEMBELAJARAN OLEH KORDINATOR
PROGRAM PROYEK PESISIR PKSPL IPB ................................................................................. xv
SAMBUTAN LOKAKARYA PEMBELAJARAN OLEH CHIEF OF PARTY
PROYEK PESISIR ........................................................................................................................ xvi

PROGRAM PEMBELAJARAN PROYEK PESISIR (1997-2002)................................................. 1


1. Pendekatan Proyek Pesisir ........................................................................................................... 1
2. Kerangka umum program pembelajaran Proyek Pesisir ............................................................... 2
2.1 Topik pembelajaran ............................................................................................................ 2
2.2. Metode yang diterapkan ...................................................................................................... 3
2.3. Evolusi tim pembelajaran .................................................................................................... 4
3. Strategi melembagakan pembelajaran .......................................................................................... 5
4. Lessons learned dari pembelajaran dengan pendekatan pendokumentasian ................................... 5
5. Penutup: Lokakarya Pembelajaran 2002 ..................................................................................... 6

KAJIAN IMPLEMENTASI RENCANA STRATEGIS PENGELOLAAN


PESISIR PROPINSI LAMPUNG .................................................................................................. 7
1. Pendahuluan ............................................................................................................................... 7
1.1. Latar Belakang ..................................................................................................................... 7
1.2. Tujuan dan Manfaat ............................................................................................................. 8
2. Metodologi ................................................................................................................................... 8
3. Rencana Strategis Pengelolaan Pesisir Lampung ......................................................................... 8
3.1. Pengertian dan Peran Renstra Pesisir Lampung ................................................................... 8
3.2. Proses Penyusunan .............................................................................................................. 9
3.3. Kedudukan Renstra dalam Pengelolaan Pesisir Lampung .................................................. 9
3.4. Isu-isu Pengelolaan Pesisir Lampung ................................................................................... 10
3.5. Implementasi Program Renstra Pesisir ................................................................................ 10
3.6. Strategi Pelembagan Rentra Pesisir ..................................................................................... 11
4. Evaluasi Implementasi Renstra ................................................................................................... 12
4.1. Relevansi Program Kabupaten dengan Program dalam Renstra ........................................... 12
4.2. Program Pengembangan Pesisir Propinsi .............................................................................. 12
4.3. Contoh Implementasi Renstra .............................................................................................. 13
5. Kendala yang Dihadapi ............................................................................................................... 14
Lampiran .......................................................................................................................................... 15

PENYIAPAN STRUKTUR KELEMBAGAAN BAGI IMPLEMENTASI RENCANA


PENGELOLAAN TELUK BALIKPAPAN .............................................................................. 22
1. Pendahuluan .............................................................................................................................. 23
1.1 Proyek Pesisir KalTim Sebagai Fasilitator ......................................................................... 23
1.2 Definisi Perencanaan Pengelolaan Teluk Balikpapan ......................................................... 23

i Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002


PROGRAM PEMBELAJARAN PROYEK PESISIR (1997-2002)
Oleh:
M. Fedi A. Sondita, Neviaty P. Zamani, Amiruddin Tahir,
Burhanuddin dan Bambang Haryanto
Learning Team – Proyek Pesisir IPB, Bogor
email: learningtm@bogor.indo.net.id

ABSTRAK

Tulisan ini menyajikan perkembangan kegiatan pembelajaran yang dilakukan Proyek Pesisir mengenai topik, mekanisme yang
diterapkan, pelaku pembelajaran dan isu kelanjutan pembelajaran dalam konteks pengelolaan pesisir secara nasional. Proses
pembelajaran yang dilaksanakan proyek merefleksikan upaya-upaya yang dilakukan proyek dalam memperkenalkan dan menerapkan
good practice pengelolaan pesisir. Kelanjutan (sustainability) merupakan salah satu isu penting untuk setiap jenis proyek, termasuk
proyek pesisir yang akan segera berakhir.
Kata Kunci : pembelajaran, good practice, kelanjutan

ABSTRACT

This paper describes development of learning activities conducted by Proyek Pesisir, e.q. selection of topics of learning activities,
procedure, persons, imvolved, and sustainability of learning agenda in the context of national coastal management. These
learning activities reflect Proyek Pesisir effort in introducing and implementing ‘good’ practice of coastal management concept.
Sustainability is one of important issues to any project at the final stage of its implementation, including Proyek Pesisir.
Keywords: lesson learn, good practice, sustainability

1. Pendekatan Proyek Pesisir untuk mempromosikan good practices tersebut dan


Proyek Pesisir memiliki visi terciptanya tentu saja keinginan lembaga-lembaga pengambil
pengelolaan sumberdaya pesisir yang terdesen- keputusan untuk mengkaji dan memanfaatkan
tralisasi. Proyek Pesisir dilaksanakan untuk informasi good practice tersebut.
memberikan sumbangan ber upa kumpulan Dalam rangka menerapkan model penge-
praktek teladan (good practice) pengelolaan pesisir lolaan pesisir di lapang (tingkat desa, kabupaten
serta proses pengambilan kebijakan atau dan propinsi) Proyek Pesisir telah menerapkan dua
pembuatan keputusan. Proyek Pesisir sangat jenis strategi yang dilakukan secara simultan, yaitu
menyadari bahwa keberhasilan dari manfaat strategi pengelolaan proyek secara keseluruhan
adanya proyek ini sangat tergantung kepada proses dan strategi penerapan good practice di desa. Strategi
yang diterapkan dalam perumusan pengalaman jenis pertama lebih bersifat makro dengan tujuan
sebagai good practice yang teruji dan layak khusus menyiapkan aspek kelembagaan yang
dipromosikan lebih lanjut, strategi yang diterapkan mendukung kelancaran pelaksanaan proyek.

Strategi makro untuk memfasilitasi kelancaran pelaksanaan proyek1 :


z Memfasilitasi pembentukan kelompok kerja tingkat propinsi
z Membangun proses perencanaan yang bersifat konsultatif dan partisipatif
z Mengidentifikasi dan mengkaji isu-isu utama pengelolaan pesisir
z Melaksanakan kegiatan-kegiatan implementasi awal (early actions)
z Menyusun kerangka monitoring proyek dan menetapkan kondisi awal sebelum proyek
melakukan kegiatan
z Membangun kapasitas stakeholder lokal untuk perencanaan pengelolaan pesisir

Keterangan: dapat dilaksanakan secara berurutan ataupun secara simultan


1
Diadopsi dari Working Plan Proyek Pesisir Year One (April 1997-March 1998)

1 Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002


Strategi mikro untuk penerapan model atau best practice pengelolaan pesisir :
z Penentuan desa (yang akan dijadikan lokasi proyek percontohan)
z Memastikan masyarakat memiliki orientasi dan siap untuk terlibat dan melakukan proses
perencanaan
z Mengidentifikasi kondisi setempat sebelum proyek atau upaya pengelolaan diterapkan
z Mengidentifikasi permasalahan atau isu-isu lokal
z Memastikan bahwa setiap isu tersebut adalah benar dan menyusun urutan kepentingannya
z Menyusun strategi penanganan isu-isu yang terpilih
z Memilih strategi penangan isu dan kemudian mengadopsinya
z Memulai penanganan isu
z Melaksanakan pengkajian ulang, evaluasi langkah-langkah yang telah dilaksanakan dan
penyesuaian rencana

Keterangan: dilaksanakan secara berurutan

Strategi jenis kedua bersifat mikro dengan tujuan mengatasinya. Padahal informasi sejenis itu sangat
khusus proses penerapan model atau good practices bermanfaat jika kita ingin melakukan hal-hal
yang diperkirakan sesuai untuk kondisi lokal. serupa (‘proyek-proyek baru’ di lokasi lain).
Secara filosopis, kedua jenis strategi ini dapat Secara ringkas Tobey (2000) merangkum
dipertimbangkan sebagai good practice untuk bahwa kegiatan pembelajaran ini bertujuan untuk
dipelajari dan bermanfaat bagi lembaga donor, menghasilkan model pengelolaan pesisir yang lebih
pemerintah ataupun LSM yang berminat untuk baik, transfer pengetahuan pengelolaan pesisir,
menerapkan pengelolaan pesisir. replikasi praktek-praktek teladan pengelolaan
pesisir, mengurangi upaya pencarian ulang model-
2. Kerangka umum program model pengelolaan untuk setiap proyek baru dan
pembelajaran Proyek Pesisir melang gengkan dampak upaya-upaya yang
diperkenalkan oleh proyek. Hasil kegiatan pembe-
2.1 Topik pembelajaran lajaran tersebut merupakan landasan untuk:
Proyek Pesisir memiliki agenda pembela- z Menentukan kekuatan, kelemahan, kendala dan

jaran, komponen penting yang dianggap oleh kemajuan program-program pengelolaan,


CRC-URI sebagai cara terbaik untuk menyeleng- z Mempromosikan kegiatan pembelajaran bagi

garakan proyek yang secara serius akan memper- staf proyek/program, lembaga donor, dan
kenalkan penerapan good practices kepada masyarakat yang berkepentingan dengan
masyarakat dan pemerintah Indonesia. Agenda pesisir,
pembelajaran ini penting karena sejumlah alasan. z Menjelaskan teori-teori perubahan, asumsi dan

Pertama, stakeholder dan penentu kebijakan atau dampak adanya pengelolaan pesisir
pengambil keputusan harus secara aktif z Menyebarluaskan praktek-praktek teladan dan

memikirkan apa yang terbaik untuk menangani pengalaman ke daerah lain ataupun proyek-
persoalan-persoalan lokal dan belajar dari proyek lain
pengalaman. Kedua, good practice yang pernah z Menyempurnakan konsep dan instrumen

diterapkan oleh pihak lain dan direkomendasikan pengelolaan pesisir


belum tentu sesuai dengan kondisi lokal. Ketiga, z Memperbaiki rancangan dan pelaksanaan

proyek ‘serupa’ banyak dilakukan di Indonesia kegiatan pengelolaan pesisir yang sesuai dengan
namun kesempatan untuk mempelajari pengala- tantangan di masa yang akan datang.
man-pengalaman mereka sangat jarang. Setelah Sebagai konsekuensi dari pendokumenta-
proyek berakhir, jarang tersimpan dokumentasi sian yang dilakukan berbarengan dengan
yang baik tentang apa yang berhasil dan apa yang pelaksanaan kegiatan proyek, urutan topik-topik
gagal, persoalan-persoalan yang dihadapi dan cara yang didokumentasikan sesuai dengan tahapan

Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002 2


Adopsi program
dan pendanaan

Pelaksanaan
program Perencanaan
program

Monitoring dan
evaluasi
Identifikasi isu
pengelolaan

WAKTU

Gambar 1. Siklus program pengelolaan wilayah pesisir (Sumber: Olsen et al., 1999).

dari siklus perencanaan yang diadopsi oleh proyek peristiwa atau pengalaman dengan proses
(Gambar 1). Siklus ini diawali dengan identifikasi pelakasanaan proyek. Kedua, pendokumentasian
permasalahan dan pengkajiannya, penyusunan terkesan lebih ‘ramah’ dibandingkan dengan
rencana pengelolaan, adopsi rencana secara for- evaluasi. Aktivitas evaluasi dapat membuat
mal dan alokasi anggaran, implementasi rencana, seseorang merasa ‘terancam’ karena tidak siap
kemudian diakhiri dengan penyesuaian dan dengan konsekuensi dari hasil evaluasi. Ketiga,
evaluasi (Olsen et al., 1999). Pendokumentasian para pelaku proyek (khususnya pengelola proyek)
tahun pertama (kegiatan 1997-1999) mencakup memiliki kesempatan untuk mengkaji-ulang
topik early implementation action, provincial working strategi yang telah atau sedang diterapkan dalam
group dan kerangka umum monitoring. Topik pada kegiatan proyek. Hal ini memberikan kesempatan
tahun kedua (kegiatan 1997-2000) mencakup kepada pengelola dan staf proyek untuk
daerah perlindungan laut, pengembangan tambak menyesuaikannya dengan kondisi lokal atau
ramah lingkungan, penyusunan profil wilayah perkembangan terakhir secara lebih tepat.
pengelolaan. Topik pada tahun ketiga (kegiatan Dengan pendekatan ini proyek secara tidak
1997-2001) mencakup penyusunan rencana langsung menerapkan filosopi pengelolaan yang
pengelolaan di tiga skala wilayah administrasi yang bersifat adaptif. Keempat, pendokumentasian
berbeda dan co-management. Sedangkan topik pada kegiatan yang dilakukan memberi kesempatan
tahun keempat (kegiatan 1997-2002) mencakup kepada setiap pihak yang terlibat untuk
proses implementasi rencana pengelolaan dengan mempelajarinya sehingga terbentuk tim yang
bahasan upaya-upaya yang dilakukan untuk memiliki orientasi yang jelas dan kritis untuk
melembagakan pengelolaan pesisir di setiap lokasi memastikan bahwa proyek ini berkembang sesuai
proyek. dengan tujuannya.

2.2 Metode yang diterapkan Dalam pendokumentasian ini dilakukan


Agenda pembelajaran dari pengalaman analisis terhadap kumpulan dokumen dan
proyek di lapang dilaksanakan dengan pendekatan publikasi yang berkaitan, wawancara dengan
pendokumentasian oleh staf proyek ketika proyek informan kunci, internal workshop dan external work-
sedang berlangsung. Pendekatan ini dianggap shop. Peserta internal workshop terbatas hanya
sangat tepat karena sejumlah alasan. Pertama, pimpinan dan staf proyek. Internal workshop
para pelaku proyek dan pihak-pihak yang terkait dilaksanakan sebagai upaya validitas informasi
masih memiliki ingatan yang segar tentang dan proses penarikan kesimpulan tentang best prac-

3 Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002


tices. External workshop dilakukan untuk menjaga dalam pembagian tanggungjawab selama proses
obyektivitas penarikan kesimpulan tentang best penggalian lessons learned (Tabel 1).
practices. External workshop tersebut dihadiri oleh Learning Team adalah kelompok staf inti
berbagai stakeholder proyek. Mereka antara lain yang mengembangkan kapasitas diri dengan
perwakilan lembaga donor (USAID), mitra kerja bimbingan seorang technical assistant (Prof Kem
proyek dari pemerintah pusat, pemerintah daerah Lowry dari Hawaii University). Pada tahun
bahkan dari anggota masyarakat lokasi proyek, pertama, Learning Team bertang gungjawab
perwakilan LSM serta cendekiawan pengelolaan mendokumentasikan kegiatan lapang hingga
pesisir. Dalam lokakarya tersebut, bukan hanya dokumen tersusun sementara staf lapang lebih
informasi pengalaman yang diuji tetapi juga berperan sebagai sumber informasi. Pada tahun
rumusan best practice dan lessons learned yang kedua, tanggungjawab Learning Team dalam
diusulkan staf proyek dibahas ulang oleh peserta. pendokumentasian sedikit dikurangi dengan
memberi peran baru kepada staf lapangan sebagai
2.3 Evolusi tim pembelajaran pengumpul dan penyaji informasi serta mulai aktif
Secara filosopis, pembelajaran harus dalam penyusunan dokumen lessons learned yang
dilaksanakan oleh setiap unit atau komponen masih menjadi tanggungjawab penuh Learning
proyek, mulai dari Chief of Party hingga penyuluh Team. Pada tahun ketiga, staf lapangan mendapat
lapangan di desa-desa. Oleh karena itu pembe- peran yang lebih besar yaitu sebagai pengumpul
lajaran harus dianggap sebagai kultur dari proyek dan pengolah informasi dan sekaligus sebagai
ini dan pelaksana pembelajaran adalah semua staf penulis utama dokumen lessons learned sementara
proyek. Untuk memudahkan pelaksanaan agenda Learning Team lebih berperan sebagai supervisor
pembelajaran ini, kegiatan pembelajaran dari atau pembimbing. Pada tahun keempat, staf
pengalaman di lapang dikoordinasikan oleh Learn- lapangan semakin mantap dan mandiri sebagai tim
ing Team IPB, Bogor. Kapasitas proyek dalam pendokumentasian dan Learning Team lebih
pendokumentasian ini direpresentasikan oleh berperan sebagai koordinator yang menyiapkan
kapasitas Learning Team dan kapasitas staf lapangan panduan.

Tabel 1. Peran dan tanggung jawab Learning Team dan para staf lapangan dalam
pendokumentasian kegiatan Proyek Pesisir (1998-2001)

Tahun Learning Team Staf lapangan

1998/99 Menyiapkan panduan, mengumpulkan Menyiapkan informasi


informasi, menyiapkan informasi,
menyusun tulisan, presentasi tulisan,
pengembangan diri (building capacity)

1999/00 Menyiapkan panduan, mengumpulkan Menyiapkan informasi, mengumpulkan


informasi, menganalisis informasi, informasi, presentasi tulisan
menyusun tulisan, presentasi tulisan,
pengembangan diri (building capacity),
transfer pengetahuan

2000/01 Menyiapkan panduan, menyusun tulisan Mengumpulkan informasi, menganalisis


informasi, menyusun tulisan, presentasi
tulisan

2001/02 Menyiapkan panduan, menyiapkan dan Mengumpulkan informasi, menganalisis,


presentasi summary paper menyusun tulisan, presentasi tulisan.

Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002 4


Pemahaman pengelola dan staf proyek Pengelolaan Pesisir. Learning Team ini dapat
terhadap pentingnya belajar dari pengalaman dikatakan sebagai ‘staf ’ divisi tersebut. Dengan
secara keseluruhan menentukan kelancaran demikian, sebuah learning unit telah ada dan
pelaksanaan kegiatan pendokumentasian. kelangsungannya antara lain tergantung pada
Pemahaman ini akan menentukan apakah pengelola PKSPL-IPB.
pembelajaran merupakan budaya dari proyek atau
tidak. Pengalaman kami dalam melaksanakan 4. Lessons learned dari pembelajaran
kegiatan pendokumentasian menemui sejumlah dengan pendekatan pendokumentasian
kendala, antara lain: Kegiatan pembelajaran memberikan
z Pemahaman staf proyek terhadap kegiatan sumbangan dalam memperbesar dampak proyek
pendokumentasian dan tujuannya, secara positif. Proyek Pesisir merencanakan
z Pemahaman staf proyek terhadap filosopi kegiatan pembelajaran sebagai bagian dari desain
metodologi yang diterapkan, proyek, sehingga setiap tahun rencana kegiatan
z Kapasitas staf proyek untuk melakukan ini selalu merupakan bagian dari rencana proyek
pendokumentasian, dan sejumlah dana disiapkan untuk pelaksa-
z Kelancaran kerjasama antar Learning Team dan naannya. Dengan perencanaan proyek seperti itu,
staf lapangan yang dipengaruhi oleh kesibukan berbagai pihak dapat mengambil pelajaran dari
staf lapangan dengan kegiatan-kegiatan lainnya, pengalaman yang dihadapi proyek.
z Waktu pelaksanaan, Evolusi yang terjadi dengan tim pembela-
z Penyusunan publishable paper, jaran proyek tersebut sedikit banyak mencer-
minkan strategi proyek dalam melakukan
3. Strategi melembagakan pembelajaran intervensi positip dalam proses desentralisasi
Untuk kelancaran pelaksanaan program, pengelolaan pesisir. Ketergantungan staf
Proyek Pesisir membangun kapasitas mitra- lapangan terhadap Learning Team dapat
mitranya. Persiapan dan pembinaan khusus dianalogikan sebagai ketergantungan masyarakat
dilakukan oleh Proyek Pesisir untuk memperkuat ataupun pemerintah daerah terhadap proyek.
PKLSPL IPB sebagai mitra pembelajaran. Learn- Menjelang berakhirnya proyek, critical mass
ing Team merupakan unit kerja yang melakukan pembelajar telah terbentuk melalui proses
koordinasi pembelajaran melalui kegiatan pendo- interaksi yang kondusif antara Learning Team dan
kumentasian. Sepintas tugas untuk melaksanakan staf lapangan. Kemandirian staf lapangan dalam
kegiatan pembelajaran dapat dianggap sangat melaksanakan pendokumentasian merupakan
mudah. Namun pada saat membahas maksud contoh desentralisasi yang dibarengi dengan
pembelajaran dan bagaimana cara melakukannya, penguatan mereka.
disadari bahwa banyak sekali masalah mengingat Kelanggengan budaya pembelajaran (learn-
kegiatan ini relatif baru untuk sebagian besar ing culture) dalam arena pengelolaan pesisir
anggota Learning Team dan staf proyek. Learning seyogyanya terjamin. Kumpulan individu yang
Team menghabiskan sebagian besar waktunya berpengalaman (learning critical mass) merupakan
dalam awal tahun kedua proyek (1998/1999) potensi berharga untuk upaya-upaya pengelolaan
untuk memahami pembelajaran dengan membaca pesisir Indonesia dalam jangka pendek dan jangka
dan membaca ulang literatur, membahas dan panjang. Sustainability merupakan isu penting yang
berdiskusi tentang tujuan pembelajaran sesuai sangat menantang setiap proyek. Dampak penting
dengan keperluan proyek. Dengan bantuan tech- yang dapat menjamin sustainability ini adalah
nical advisor, maka pada 6 bulan berikutnya, Learn- seberapa jauh pembelajaran ini melembaga
ing Team bekerjasama dengan staf lainnya baru ditengah masyarakat atau para stakeholder.
mampu memformulasikan tujuan dan metode Dalam tahap menjelang berakhirnya Proyek
pembelajaran tersebut. Pesisir ini, kiranya perlu disiapkan strategi untuk
Saat ini kegiatan Lear ning Team IPB melembagakan upaya pembelajaran pengelolaan
merupakan bagian dari program-program Proyek pesisir Indonesia. Beberapa hal yang perlu
Pesisir IPB yang dijalankan oleh Divisi diperhatikan oleh berbagai pihak jika ingin

5 Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002


melaksanakan kegiatan pembelajaran antara lain z Sejauh mana upaya pengelolaan pesisir yang
topik yang akan didokumentasikan, relevansi ada di tiap lokasi proyek telah melembaga
agenda pembelajaran dengan tujuan dan tahapan (aspek kelembagaan dan pendanaan untuk
proyek/program serta perkembangan pengelolaan implementasinya)?
pesisir secara nasional, dan sumberdaya yang z Bagaimana hubungan antara rencana penge-
tersedia. lolaan pesisir yang ada di tiap lokasi dengan
rencana pembangunan lokal?
5. Penutup: Lokakarya Pembelajaran 2002 z Apa implikasi dari lessons learned yang
Lokakarya Pembelajaran (Learning Work- teridentifikasi terhadap proyek dan praktek
shop) tahun 2002 bertujuan untuk membahas hasil pengelolaan pesisir di Indonesia?
pendokumentasian terhadap sejauh mana rencana z Apa yang harus dilakukan oleh pemerintah
pengelolaan (management plan) telah dilaksanakan (pusat dan daerah) agar praktek-praktek teladan
di tingkat desa di Minahasa (Sulawesi Utara), yang diperkenalkan oleh suatu proyek dapat
ekosistem teluk Balikpapan dan daerah aliran efektif secara berkelanjutan?
sungainya serta tingkat propinsi di Lampung.
Penyajian laporan pendokumentasian dilakukan PUSTAKA
oleh perwakilan dari lokasi proyek yang telah
menganalisis kegiatan dan menyusun laporan. Crawford, B.R. and J. Tulungen. 1998.
Pedoman pelaksanaan kegiatan pendokumen- Methodological Approach of Proyek Pesisir
tasian ini disusun oleh Learning Team. Untuk in North Sulawesi. Working paper. Proyek
menggali lessons learned, laporan tersebut Pesisir, Jakarta.
dilengkapi dengan persoalan yang secara faktual Lowry, K. 1998. Building a coastal management
dihadapi, kendala penyebab persoalan, dan solusi learning capacity at IPB: Progress Report.
untuk menangani kendala-kendala tersebut. Working Paper. Proyek Pesisir, Jakarta. 9
Laporan-laporan tersebut merupakan hasil hal.
lokakarya intern proyek yang diselenggarakan pada Olsen, S.B., K. Lowry dan J. Tobey. 1999. A manual
tanggal 15-16 Januari 2002. Dalam lokakarya hari for assessing progress in coastal Management.
ini (14 Februari 2002), para peserta diharapkan URI-CRC, Narragansett. 56 hal.
dapat membahas beberapa hal penting, seperti: Tobey, J. 2000. Across portfolio learning. Coastal
Resources Center – University of Rhode
Island. (slide presentation).

Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002 6


KAJIAN IMPLEMENTASI RENCANA STRATEGIS PENGELOLAAN
PESISIR PROPINSI LAMPUNG

Oleh :
Budy Wiryawan, Ali K. Mahi, Ediyanto,
Amiruddin Tahir dan Bambang Haryanto

ABSTRAK

Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Pengelolaan Wilayah Pesisir Lampung didasarkan pada isu-isu pengelolaan pesisir yang
muncul di propinsi dan kabupaten/kota yang memiliki wilayah pesisir. Proses penetapan isu utama yang perlu segera ditangani
dan proses penyusunan Renstra Pesisir telah melibatkan berbagai komponen stakeholder yaitu pemerintah propinsi, pemerintah
kabupaten/kota, instansi-instansi sektor di daerah, perguruan tinggi, konsultan, swasta, Proyek Pesisir Lampung, dan masyarakat.

Renstra Pesisir menyajikan berbagai strategi dalam menangani sepuluh isu utama pengelolaan pesisir sesuai dengan tujuan
pembangunan daerah, merupakan acuan bagi pemerintah dan masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir di
Propinsi Lampung untuk jangka waktu sepuluh tahun (tahun 2001-2010). Sebelum dilaksanakan Renstra Pesisir disosialisasikan
oleh pemerintah daerah dan masyarakat Lampung yang difasilitasi oleh Proyek Pesisir Lampung. Dalam jangka waktu satu tahun
setelah Renstra disetujui oleh Gubernur pada tahun 2000, Renstra Pesisir Lampung telah menjadi acuan bagi sebagian kecil
pemerintah kabupaten/kota dan masyarakat dalam menyusun program pengelolaan sumberdaya pesisirnya.

Dalam melaksanakan pengelolaan wilayah pesisir sesuai Renstra, pemerintah dan masyarakat di daerah masih menghadapi berbagai
kendala antara lain kejelasan substansi Renstra untuk dituangkan kedalam program kabupaten/kota, legalisasi Renstra serta
kemampuan dan kepedulian sumberdaya manusia di instansi/dinas di daerah.
Kata Kunci: Rencana strategis propinsi, pengelolaan sumberdaya pesisir, rencana partisipasi

ABSTRACT

The coastal management strategic plan of Lampung Province (Renstra Lampung) was developed by taking into account some
management issues that were raised by coastal stakeholder from both coastal provincial and district levels. The process of selection
of some issues involved intensive participatory process of stakeholder consisting representatives of provincial and district
governments/sectoral agencies, academics from local university, consultants, public, private sectors, and Proyek Pesisir. Renstra
Lampung provides strategies to address 10 most prioritized coastal issues that are relevant to objectives of development of
Lampung. Renstra Lampung provides 10 year guidelines for government agencies and community of Lampung to manage
Lampung coastal areas (2001-2010). Its implementation was proceeded by activities carried out by provincial government and
community to introduce the Renstra; these activities were facilitated by Proyek Pesisir.

Within one year after Lampung Governor approval in year 2000, the Renstra had been used as guidelines or reference to develop
coastal programs by a small portion of district government agencies and community. There are some constraints identified from
the implementation of the Renstra, such as lack of clarity if coastal programs listed in the Renstra should be adopted as district
coastal programs, legal aspect of Renstra implementation, capacity and awareness of local government agency staffs.
Keywords: Provincial strategic plan, coastal resources management, participatory planning

1. PENDAHULUAN merupakan langkah konkrit dari Proyek Pesisir


di Indonesia dalam membantu Pemerintah Indo-
1.1 Latar Belakang nesia untuk melakukan proses desentralisasi dan
Program pengelolaan sumberdaya pesisir penguatan kelembagaan pengelolaan sumberdaya
(Coastal Resources Management Project) di Propinsi alam dan lingkungan secara lestari. Untuk menca-
Lampung dimulai pada bulan Agustus 1998 yang pai tujuan tersebut, Proyek Pesisir menggunakan
bertujuan membantu pemerintah dan masyarakat pendekatan dua arah (two-track approach). yaitu,
Propinsi Lampung dalam mengelola dan pem- dari bawah (tingkat desa, kabupaten dan propinsi)
bangunan wilayah pesisir secara lestari dan berke- mengembangkan working models (proyek
lanjutan. Kehadiran Proyek Pesisir Lampung percontohan) tentang penerapan pengelolaan

7 Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002


pesisir secara terpadu (di Propinsi Sulawesi Utara, kabupaten, kota, pusat, maupun dilakukan oleh
Lampung, dan KalTim ), sementara itu, pada dinas/instansi propinsi, kabupaten, kota, pusat
tingkat nasional dilakukan kegiatan-kegiatan yang maupun swadana oleh masyarakat.
dapat meningkatkan kesadaran nasional tentang Untuk menjawab pertanyaan di atas sejum-
pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu. lah data sekunder dikumpulkan dari program-pro-
Dalam kurun waktu 4 tahun, Proyek Pesisir gram yang dalam dokumen dan data primer
Lampung saat ini telah berada pada tahap didapat dari hasil lokakarya baik di tingkat propinsi
implementasi siklus perencanaan pengelolaan maupun di tingkat kabupaten/kota pesisir dan
pesisir. yang pada tahun 2000 berhasil membantu pengamatan lapang. Pelaksanaan lokakarya
pemerintah dan masyarakat Lampung menyusun dikoordinasikan oleh masing-masing Bappeda
Rencana Strategis (Renstra) Pengelolaan Wilayah dengan mengundang seluruh instansi terkait,
Pesisir secara partisipatif oleh segenap komponen masyarakat, dan juga LSM. Selain informasi pro-
stakeholder di Propinsi Lampung. Renstra ini gram-program pengelolaan pesisir yang telah
disepakati oleh stakeholder Propinsi Lampung diimplementasikan, pengumpulan data telah
untuk (1) memberikan arahan formasi, pengen- mengidentifikasi sejumlah permasalahan dan
dalian dan bantuan dalam penyusunan prioritas kendala yang dihadapi dalam proses implementasi
program rencana aksi lintas sektoral; (2) Renstra Pesisir.
mengarahkan dan memprioritaskan pengelolaan Metode ini cukup efektif untuk menjaring
di suatu wilayah pesisir dan rencana zonasi; dan informasi dan saran dari setiap peserta lokakarya.
(3) memberikan sumbangan dalam perumusan Lokakarya dilakukan secara bergilir sebanyak 7
sasaran/rencana nasional. kali, yaitu Kabupaten (1) Lampung Barat, (2)
Untuk mengetahui sejauh mana implemen- Tanggamus, (3) Tulang Bawang, (4) Lampung
tasi Renstra ini, perlu dilakukan kajian terhadap Timur, (5) Lampung Selatan, (6) Kota Bandar
proses dan implementasi yang telah dilakukan. Lampung, dan (7) Propinsi Lampung. Dalam
lokakarya ini, masing-masing dinas menyampaikan
1.2 Tujuan dan Manfaat program-program yang mereka laksanakan pada
Kajian implementasi Renstra Pesisir tahun 2001. Analisis data dilakukan secara
bertujuan (1) mengetahui program-program yang kualitatif dengan cara pengecekan silang
telah diimplementasikan oleh pemerintah dan (mencocokkan) data pembangunan pesisir yang
masyarakat Lampung, (2) mengidentifikasi telah dilakukan dengan program-program yang ada
kendala yang dihadapi oleh stakeholders, dan (3) di Renstra Pesisir.
mengetahui usaha-usaha yang telah dilakukan
untuk mengatasi kendala yang ada. Manfaat kajian 3. RENCANA STRATEGIS
adalah hasil yang didapat akan menjadi masukan PENGELOLA AN PESISIR
bagi perbaikan proses implementasi selanjutnya, LAMPUNG
mengingat implementasi program ini baru pada
tahap awal. 3.1 Pengertian dan Peran Renstra Pesisir
Lampung
2. METODOLOGI Renstra Pesisir Lampung mer upakan
perencanaan strategis untuk mencapai keadaan
Kajian implementasi proram-program yang diinginkan di masa datang, yaitu terwujudnya
renstra pesisir dilakukan baik tingkat propinsi pengelolaan sumberdaya pesisir Lampung yang
maupun di enam kabupaten/kota yang memiliki berwawasan lingkungan dan berkelanjutan untuk
wilayah pesisir pada bulan Oktober - Desember meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khusus-
2001. nya masyarakat pesisir di Propinsi Lampung.
Pertanyaan utama dalam evaluasi ini adalah Renstra Pesisir Lampung disusun berbasiskan isu.
apakah program-program yang telah disusun Oleh karena itu strategi/program disusun
dalam Renstra Pesisir Lampung tahun 1999, telah berdasarkan isu-isu yang ada di Propinsi Lampung,
dilaksanakan oleh dinas/instansi propinsi, yang telah diidentifikasi secara partisipatif. Dalam

Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002 8


konteks yang lebih luas, Renstra Pesisir berperan 3.3 Kedudukan Renstra dalam Pengelolaan
(1) memfasilitasi Pemerintah Daerah Lampung Pesisir Lampung
dalam mencapai tujuan-tujuan pembangunan Kehadiran Renstra Pesisir Lampung
daerah khususnya dan pembangunan nasional memiliki arti yang sangat strategis dalam
secara menyeluruh, (2) memberikan landasan yang pengelolaan wilayah pesisir di Propinsi Lampung.
konsisten bagi penyusunan Rencana Zonasi, Hal ini berhubungan erat dengan diimplemen
Rencana Pengelolaan dan Rencana Aksi, dan (3) tasikannya UU No. 22 tahun 1999 tentang
mengindentifikasi tujuan dan sasaran dari setiap Pemerintahan Daerah, yang didalamnya tercakup
permasalahan serta pemecahannya. pemberian kewenangan kepada daerah untuk
mengelola sumberdaya alam pesisir dan laut secara
3.2 Proses Penyusunan bertanggungjawab bagi kepentingan daerah dan
Proses penyusunan di awali dengan masyarakatnya. Dengan adanya Renstra Pesisir
menggali isu-isu pengelolaan dari tingkat desa, maka pemerintah dan masyarakat Lampung dalam
kecamatan dan kabupaten. Proses pengumpulan mengelola sumberdaya pesisir dan laut, telah
ini dilakukan dengan pendekatan partisipatif, memiliki pedoman yang lebih rinci. Strategi/pro-
artinya peran dan keterlibatan setiap komponen gram yang dimuat di dalam Renstra Pesisir
stakeholder di wilayah pesisir Lampung terlibat melingkupi isu dan permasalahan yang ada di
secara penuh. Berdasarkan hasil identifikasi isu, Propinsi Lampung, sehingga pemerintah dan
kemudian disusun strategi-strategi penanganan- masyarakat Lampung tinggal berusaha
nya, dan selanjutnya dilakukan sosialiasi untuk mengimplementasikannya.
mendapatkan masukan lagi (Handoko, et al.., Gambar 1 menunjukkan bahwa Renstra
2001). Pesisir Lampung disusun dengan mengacu kepada
kebijakan baik yang ada pada tingkat nasional
PROSES PERENCANAAN NASIONAL

RENCANA KOMPREHENSIF
(PJP, PJM, GBHN)
- GBHN RENCANA
- POKOK-POKOK STRATEGIS
REFORMASI
Posisi Renstra dalam Gugus
Rencana Komprehensif

POKOK-POKOK REFORMASI RENCANA STRATEGIS


PEMBANGUNAN DAERAH PESISIR LINGKUNGAN
STRATEGIS:
Kondisi kritis wilayah
pesisir dan urgensi untuk
penanganan segera
PROSES PERENCANAAN PROPINSI

PROGRAM
PEMBANGUNAN DAERAH KONDISI STARETGIS:
Pengelolaan wilayah Pesisir
secara berkelanjutan dan
berbasis masyarakat

- RENCANA ZONASI
PROGRAM PEMBANGUNAN - RENCANA PENGELOLAAN
TAHUNAN DAERAH - RENCANA AKSI Acuan
(PROPETADA)
Masukan
Gambar 1. Kedudukan Renstra Pesisir Dalam Pembangunan Lampung

9 Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002


maupun daerah secara umum, yaitu GBHN dan sepuluh isu prioritas pengelolaan pesisir Lampung,
pokok refor masi (nasional), pokok-pokok yaitu (1) rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia
refor masi pembangunan daerah, program (SDM), (2) rendahnya penaatan dan penegakan
pembangunan daerah, dan program pembangunan hukum, (3) belum adanya penataan ruang pesisir,
tahunan daerah (daerah). Renstra pesisir menjadi (4) degradasi habitat wilayah pesisir, (5)
landasan acuan bagi pengembangan program pencemaran wilayah pesisir, (6) kerusakan hutan,
pengelolaan pesisir daerah terutama dalam taman nasional, cagar alam laut, (7) belum
pengembangan pokok-pokok reformasi optimalnya pemanfaatan objek wisata, (8) belum
pembangunan daerah dan pengembangan Rencana optimalnya pengelolaan perikanan, (9) rawan
Zonasi, Rencana Pengelolaan Spesifik, serta bencana alam, dan (10) intrusi air laut.
Rencana Aksi. Sebaliknya pula, Renstra Pesisir Analisis isu di atas dilakukan secara
menjadi masukan bagi penyusunan perencanaan mendalam dengan melakukan kajian sebab akibat
program pembangunan daerah seperti yang terhadap setiap isu. Dengan demikian, penentuan
tertuang dalam program pembangunan daerah dan strategi penanganannya dapat menjadi lebih
program pembangunan tahunan daerah. efektif untuk menangani permasalahan yang
Keberadaan Renstra Pesisir Lampung ini muncul. Hubungan sebab akibat dari setiap isu
merupakan kondisi yang strategis bagi ini dapat dilihat pada Lampiran 1.
pengelolaan wilayah pesisir secara berkelanjutan
dan berbasis masyrakat, karena telah dirancang 3.5 Implementasi Program Renstra Pesisir
sedemikan rupa melalui pelibatan segenap Berdasarkan tahun implementasinya,
komponen stakeholder. Renstra Pesisir diprogram untuk diimplementa-
sikan selama empat tahun (2001-2004). Namun
3.4 Isu-isu Pengelolaan Pesisir Lampung demikian terdapat strategi yang telah diimple-
Berdasarkan hasil penjaringan isu yang mentasikan pada tahun 2000. Sebagaimana
dilakukan dari tingkat yang paling rendah (desa) terlihat pada Tabel 1, pada tahun 2001 terdapat
sampai ke tingkat kabupaten dan propinsi, analisis 64 strategi yang seharusnya diimplementasikan,
dan pengelompokan isu, maka didapatkan atau sekitar 59 % dari total program/strategi yang

Tabel 1. Rincian program berdasarkan tahun implementasi dalam Renstra Pesisir Lampung
Implementasi program
No Nama Isu
2001 2002 2003 2004
1. Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) 9 4 - -
2. Rendahnya penaatan dan penegakan hukum 5 4 1 3
3. Belum adanya penataan ruang wilayah pesisir 1 1 1 1
4. Degradasi habitat wilayah pesisir 25 2 4 -
5. Pencemaran wilayah pesisir 7 2 3 -
6. Kerusakan hutan, Taman Nasional dan Cagar Alam laut 6 2 - -
7. Potensi dan obyek wisata belum dikembangkan secara optimal - 6 -
8. Belum optimalnya pengelolaan perikanan 6 2 2 -
9. Rawan bencana alam - 2 3 -
10 Ancaman intrusi air laut 1 2 - -

Jumlah Program 64 21 20 4
Sumber: Disarikan dari Rencana Strategis Pesisir Lampung (2000)

Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002 10


ada dalam Renstra Pesisir Lampung. Sedangkan Gubernur Lampung. Tim ini beranggotakan
pada tahun beriktunya 2002 sampai 2004 strategi dinas/instansi terkait, seperti Bappeda,
yang seharusnya dilaksanakan adalah berturut- Bapedalda, PMD, Dinas PU Pengairan, Dinas
turut 21 (19%), 20 (18%), dan 4 (4%). Konse- Perikanan dan kelautan, PSL Unila, PKSPL
kuensi yang harus dialami adalah banyaknya pro- IPB, Gapindo, HNSI, LSM (Watala, Mitra
gram yang harus diimplementasikan pada tahun Bentala), Kehutanan, TNI-AL Panjang. Tim
2001. Hal ini menuntut alokasi sumberdaya yang ini bertugas untuk memberikan masukan
juga lebih besar untuk mendukung program-pro- kepada Gubernur Lampung dalam menentukan
gram tersebut. Padahal, jika dilihat dari aspek kebijaksanaan, pembinaan, pengendalian, dan
pendanaan, hal ini membutuhkan dana yang cukup pengkoordinasian kegiatan pengelolaan
besar sementara Pemerintah Daerah dan wilayah pesisir dan lautan di Propinsi Lampung.
masyarakat Lampung memiliki keterbatasan 2. Pada tingkat kabupaten (Kabupaten Lampung
dalam hal ini. Oleh Karena itu, perlu upaya-upaya Selatan), telah dibentuk Tim Pokja Pengelolaan
untuk menunjang pelaksanaan strategi ini agar, Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Lampung
Renstra Pesisir yang telah disusun secara Selatan (24 September 1999), kemudian
partisipatif ini dapat diimplementasikan. diperbaharui dengan pembentukan Tim
Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah Pengelolaan Pesisir, Laut, dan Pulau-pulau
mengkoordinasikan program ini dengan Kecil (3 Juli 2001) oleh Bupati Lampung
Departemen Kelautan dan Perikanan di tingkat Selatan. Tim ini beranggotakan dinas/instansi
nasional, sehingga apabila Departemen Kelautan terkait, seperti Bappeda, Badan Tata Ruang
dan Perikanan memiliki program pengembangan dan Pengendalian Lingkungan Hidup, Dinas
pesisir dan laut di Propinsi Lampung dapat Perikanan dan Kelautan, BPN, Dinas
mengacu kepada Renstra Pesisir Lampung. Pertambangan dan energi, Dinas Kehutanan,
Dari segi kompleksitas isu, maka isu Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura,
degradasi habitat wilayah pesisir sebagai isu yang PMD, Pol PP dan Linmas, dan sekretariat
sangat kompleks dan memerlukan program yang Kabupaten Lampung selata. Tim ini bertugas
cukup banyak untuk mengatasi isu tersebut. melakukan koordinasi, penataan pengelolaan
Seperti terlihat pada Tabel 1, pada tahun 2001 dan batas wilayah, serta memberikan saran
penanganan isu degradasi habitat wilayah pesisir kepada Bupati tentang pengelolaan wilayah
akan ditangani melalui implementasi sebanyak 25 pesisir, dan, dan pulau-pulau kecil di Lampung
program atau sekitar 14 % dari total program yang Selatan.
rencananya akan diimplementasikan pada tahun 3. Di tingkat dinas/instansi baik dinas/instansi
2001. Isu lainnya yang juga memiliki strategi propinsi maupun kabupaten/kota yang
penanganan yang cukup banyak adalah isu memiliki wilayah pesisir, proyek pesisir
rendahnya kualitas sumberdaya manusia (9 pro- Lampung memfasilitasi proses pembuatan
gram), pencemaran wilayah pesisir (7 program), renstra baik tingkat propinsi, kabupaten dan
dan kerusakan hutan, taman nasional dan cagar dinas/instansi dengan cara memberikan
alam laut (6 program). masukan program-program pengelolaan pesisir
seperti yang tertuang di dalam Renstra Pesisir
3.6 Strategi Pelembagaan Rentra Pesisir untuk dapat dimasukkan ke dalam renstra
Usaha-usaha Proyek Pesisir Lampung dalam propinsi, kabupaten/kota, dan dinas/instansi.
pelembagaan pengelolaan pesisir, telah dilakukan Dengan masuknya program-program pengelo-
dengan cara memfasilitasi pemerintah daerah, laan pesisir seperti yang tertera dalam renstra
masyarakat, LSM, baik dalam penguatan maupun pesisir maka untuk jangka waktu lima tahun
pembentukan lembaga formal pengelolaan pesisir, ke depan (2001-2005), program-program
yaitu: pengelolaan pesisir akan dapat terlaksana.
1. Pada tingkat propinsi, telah dibentuk Tim 4. Di tingkat masyarakat, LSM dengan cara
Pengarah Pengelolaan Wilayah Pesisir dan mengikutsertakan masyarakat/LSM mengikuti
Lautan Propinsi Lampung (22 Mei 1999) oleh pertemuan-pertemuan, lokakarya, workshop,

11 Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002


dan kursus mengenai pengelolaan pesisir baik Tabel 2, realisasi pelaksanaan program-program
di daerah maupun tingkat nasional. Sehingga dalam Renstra Pesisir untuk tahun 2001 untuk
kader-kader tersebut akan dapat mendukung setiap isu pengelolaan yang hendak ditangani
pelaksanaan rentra pesisir yang telah dibuat masih sangat kecil prosentasinya. Dilihat dari
berbasiskan masyarakat tersebut. jumlah program pengelolaan, maka pengelolaan
terhadap isu degradasi sumberdaya pesisir
4. EVALUASI IMPLEMENTASI merupakan isu yang paling banyak mendapatkan
RENSTRA perhatian dari Pemerintah Lampung, yaitu
sebanyak 9 program. Namun jika dibandingkan
4.1 Relevansi Program Kabupaten dengan dengan rencana yang terdapat di dalam Renstra
Program dalam Renstra Pesisir, maka pelaksanaan program untuk
Program-program pengelolaan pesisir penanganan isu degradasi habitat wilayah pesisir
kabupaten/kota pada tahun 2001 belum ini masih sangat kurang, yaitu baru sekitar 36,00
sepenuhnya mengacu pada Renstra Pesisir %. Penanganan isu belum adanya penataan ruang
Lampung. Karena substansi pengelolaan pesisir wilayah pesisir yang sebenarnya diprioritas untuk
disusun dalam skala propinsi. Dan pada tahun yang tahun 2002 dan seterusnya, justru mendapatkan
sama (2001) seluruh dinas/instansi baik propinsi perhatian dengan pelaksanaan 1 program. Hal
maupun kabupaten/kota masih dalam proses ini sesuai dengan rencana implementasi program
pambuatan renstranya masing-masing. 2001 dalam Renstra Pesisir. Isu potensi dan objek
Pada saat renstra pesisir diluncurkan bulan wisata belum dikembangkan secara optimal dan
Mei 2000, UU 22/1999 tentang Pemerintahan isu kerusakan hutan, taman nasional dan cagar
Daerah, baru mulai disosialisasikan dan berlaku alam laut juga mendapatkan penanganan isu
efektif sejak Januari 2001, sedangkan proses (implementasi program) dibandingkan isu
penyusunan renstra pesisir telah dilakukan sejak degradasi habitat lingkungan pesisir. Hal ini
juni 1999, sebagai tindak lanjut penyusunan At- terlihat dari prosenstasi realisasi program yang
las Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung. Oleh diimplementasikan tahun 2001 dibandingkan
karena itu di dalamnya terdapat beberapa strategi dengan rencana implementasi dalam renstra, yaitu
yang seharusnya merupakan wewenang masing-masing 75 % dan 66,67 %. Sebaliknya
kabupaten tertuang sebagai wewenang propinsi, isu rendahnya penaatan dan penegakan hukum
setelah disesuaikan dengan PP 18/2000, tentang serts ancaman intrusi air laut pada tahun 2001
Kewenangan Pusat dan Propinsi. belum ditangani.
Akan tetapi apabila dicermati dengan Sumber pembiayaan untuk implementasi
seksama strategi yang tertuang di dalam renstra Renstra Pengelolaan Pesisir pada Tahun 2001
pesisir sangat relevan untuk dilaksanakan oleh berasal dari tiga sumber yaitu APBD, APBN dan
kabupaten, dengan cara menyesaikan isu dana hibah (Tabel 2). Untuk implementasi
masing-masing kabupaten. Dari sepuluh isu pengelolaan pesisir di Propinsi Lampung, Pemda
yang menjadi isu propinsi tidak semuanya Propinsi Lampung mengalokasikan dana sebesar
berlaku di kabupaten/kota, kecuali untuk Rp. 4.303.648.000,- untuk membiayai 24 pro-
Kabupaten Lampung Selatan. gram pembangunan di wilayah pesisir. Anggaran
tersebut belum ter masuk ang garan yang
4.2 Program Pengembangan Pesisir dialokasikan oleh Pemerintah Daerah di masing-
Propinsi masing Kabupaten/kota pesisir. Implementasi
Jika melihat proyek pengelolaan pesisir yang program pengelolaan wilayah pesisir di Propinsi
dilaksanakan oleh Pemerintah Lampung pada Lampung juga dilakukan oleh Departemen
tahun 2001 seperti tercantum pada Lampiran 2, Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia,
dapat disimpulkan bahwa hanya sebagian kecil khususnya dari Direktorat Jenderal Pesisir dan
dari Rencana Implementasi Program Pengelolaan Pulau-pulau Kecil dan Direktorat Jenderal
Pesisir tahun 2001 dalam Renstra Pesisir yang Kelembagaan. Program-program yang diimple-
telah diimplementasikan. Seperti terlihat pada mentasikan oleh oleh Departemen Kelautan dan

Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002 12


Tabel 2. Realisasi implementasi program pengelolaan Pesisir di Propinsi Lampung

No Nama Isu Renstra Realisasi Implementasi


2001
APBD APBN Hibah
1. Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) 9 1 - -
2. Rendahnya penaatan dan penegakan hukum 5 0 - -
3. Belum adanya penataan ruang wilayah pesisir 1 1 1 -
4. Degradasi habitat wilayah pesisir 25 9 - 1
5. Pencemaran wilayah pesisir 7 3 - -
6. Kerusakan hutan, Taman Nasional dan Cagar Alam laut 6 3 - -
7. Potensi dan obyek wisata belum dikembangkan secara optimal 3 - -
8. Belum optimalnya pengelolaan perikanan 6 4 - 1
9. Rawan bencana alam - - - -
10. Ancaman intrusi air laut 1 - - -
11. Pulau-pulau kecil 13 - - 1
Jumlah Program 64 24 1 3

Perikanan adalah (1) Rehablitasi ekosystem dan dan pulau kecil, yaitu di desa Pematang Pasir dan
pemberdayaan masyarakat di Pulau Tegal dan Pulau Sebesi Kabupaten Lampung Selatan.
Puhawang, Lampung Selatan; (2) Penyusunan Percontohan ini mengacu kepada Renstra
Rencana Tata Ruang Pesisir Teluk Lampung dan dalam menangani isu degradasi habitat wilayah
(3) Pemberdayaan masyarakat pesisir di Lampung pesisir yaitu rehabilitasi mangrove di desa
Selatan dan Lampung Timur. Total anggaran yang Pematang Pasir dan perlindungan terumbu karang
dialokasikan untuk ketiga program di atas adalah di Pulau Sebesi. Kegiatan ini sesuai dengan
Rp. 470.000.000,-. Implementasi Renstra Pesisir rencana yang tertuang dalam dokumen Renstra
di tingkat masyarakat didanai oleh Proyek Pesisir, Pesisir Lampung (Pemda Propinsi Lampung,
yaitu pengembangan Daerah Perlindungan Laut 2000) pada isu poin D1 (mangrove) sasaran D.1.2.
di Pulau Sebesi dan Pengembangan Tambak dan D.2. (ter umbu karang) sasaran D.2.1.
Ramah Lingkungan dan Rehabilitasi Mangrove di (melindungi terumbu karang) dengan prioritas
Pematang Pasir, Lampung Selatan. Program ini pertama yang mulai dilaksanakan pada tahun
merupakan program lapangan yang dikembangkan 2001/2002.
oleh Proyek Pesisir PKSPL-IPB. Total anggaran Percontohan ini bertujuan untuk: (a)
yang dialokasikan untuk implementasi program menumbuh-kembangkan kepedulian, partisipasi
di dua lokasi ini pada tahun 2001 sebesar Rp. dan tanggung jawab masyarakat serta (b) melatih
800.000.000,-. dan memberikan contoh skala kecil kepada
masyarakat dalam mengelola sumberdaya alam di
4.3 Contoh Implementasi Renstra wilayah pesisir (khususnya eksositem mangrove
Dalam menyebarluaskan dan memasyara- dan terumbu karang) secara terpadu, berbasis
katkan Renstra Pengelolaan Wilayah Pesisir di masyarakat dan berkelanjutan.
propinsi Lampung, maka pemerintah dan Kegiatan utama yang dilakukan dalam
masyarakat dengan difasilitasi oleh Proyek Pesisir percontohan di desa Pematang Pasir adalah
Lampung telah melaksanakan percontohan melaksanakan rehabilitasi mangrove bersama
pelaksanaan Renstra dalam skala kecil (early ac- masyarakat, percontohan tambak ramah
tion = pelaksanaan pendahuluan) di tingkat desa lingkungan, peningkatan kapasitas sumberdaya

13 Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002


masyarakat melalui diskusi dan pelatihan, Usaha-Usaha untuk mengatasi kendala
penyusunan peraturan desa oleh pemerintah desa z Memasukkan program-program dalam renstra
dan masyarakat desa melalui Badan Perwakilan pesisir ke dalam program-program renstra
Desa (BPD). Sedangkan kegiatan percontohan propinsi, kabupaten/kota, dan dinas/insatansi
di Pulau Sebesi adalah peningkatan kapasitas propinsi serta kabupaten/kota,
sumberdaya masyarakat melalui diskusi dan z Melakukan monitoring implementasi dan
pelatihan, mengembangkan daerah perlindungan sosialisasi renstra kepada staf baru dinas/
laut (marine sanctuary) serta membangun sistem instansi baik propinsi maupun kabupaten/kota.
monitoring dan evaluasi ekosistem berbasis
masyarakat. DAFTAR PUSTAKA

5. KENDALA YANG DIHADAPI Bappeda Propinsi Lampung, 2000. Rencana


Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Strategis Pengelolaan Wilayah Pesisir
strategi yang tertuang di dalam renstra adalah: Lampung.
1. Renstra Pesisir tidak dilegalisasi dalam bentuk
SK Gubernur yang menyatakan bahwa renstra Handoko, A. , B. Wiryawan, Hermawati, A. Tahir,
pesisir harus menjadi acuan dalam penyusunan NP., Zamani, AK. Mahi, M. Ahmad dan T.
program pembangunan wilayah pesisir Dailami, 2001. Proses Penyusunan Rencana
Lampung. Strategis Pengelolaan Pesisir Lampung.
2. Kemampuan dan kepedulian SDM di dinas/ Prosiding Lokakarya Hasil Pendokumenta-
instansi dalam meterjemahkan isu, strategi, dan sian Kegiatan Proyek Pesisir. Bogor.
program pengembangan yang ada di dalam
renstra pesisir masih rendah. Oleh karena itu
program-program pembangunan pesisir belum
mendapatkan prioritas tinggi, terutama dalam
bidang kesehatan, pendidikan, penegakan dan
penaatan hukum.

Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002 14


15
Lampiran 1. Deskripsi dan hubungan sebab akibat isu prioritas propinsi dan pulau-pulau kecil di Propinsi Lampung

Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002


Lampiran 1. Lanjutan

Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002 16


Lampiran 1. Lanjutan

17 Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002


Lampiran 1. Lanjutan

Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002 18


Lampiran 1. Lanjutan

19 Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002


Lampiran 2. Ringkasan program pengelolaan pesisir yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah Propinsi Lampung pada tahun 2001 dan 2002

Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002


20
Lampiran 2. Lanjutan

21 Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002


PENYIAPAN STRUKTUR KELEMBAGAAN
BAGI IMPLEMENTASI RENCANA PENGELOLAAN
TELUK BALIKPAPAN

Oleh:
Ary S. Dharmawan, Jacobus J. Wenno, Achmad Setiadi,
Ari Kristiyani, Eka Sri Utami, Ramon, Agus Hermansyah,
Farid Fadillah dan Elisabeth B. Wetik

ABSTRAK

Perencanaan pengelolaan Ekosistem Teluk Balikapan yang menerapkan siklus proses Pengelolaan Pesisir Terpadu atau PPT (ICM;
Integrated Coastal Management) saat ini sedang memfokuskan pada tahap penyelesaian dokumen Rencana Pengelolaan Teluk Balikpapan
(RPTB). Secara bersamaan juga sedang ditempuh persiapan adopsi formal dan pendanaan bagi implementasi program-program
pengelolaan nantinya. Program-program itu telah dirumuskan pihak-pihak terkait yang berkepentingan (stakeholders) selama tahap
identifikasi isu dan permasalahan serta tahap persiapan program.

Merupakan sebuah realitas bahwa isu pengelolaan sumber daya pesisir, PPT apalagi yang berbasiskan ekosistem daerah aliran
sungai (DAS) dan perencanaan partisipatif merupakan hal-hal yang belum populer di kalangan stakeholders, khususnya bagi
kebanyakan administrator pemerintahan. Sehubungan dengan itu, selama proses perencanaan pengelolaan Ekosistem Teluk
Balikpapan yang difasilitasi oleh Proyek Pesisir KalTim hal-hal tersebut secara intensif diperkenalkan kepada stakeholder yang secara
revolusif melahirkan dukungan stakeholder untuk berpartisipasi dalam penyusunan dokumen RPTB maupun dukungan untuk
pengimplementasian program-program maupun kegiatan-kegiatan yang akan diamanatkan oleh RPTB sebagai bentuk pengelolaan
Ekosistem Teluk Balikpapan secara terpadu yang lebih baik lagi di masa mendatang.

Akan tetapi, Fasilitator maupun stakeholder sama-sama berpandangan bahwa dukungan atau konstituensi (constituencies) tersebut
diprediksi tidak akan efektif mewujudkan pengelolaan Ekosistem Teluk Balikpapan secara terpadu, bila, tidak disertai adanya
struktur dan mekanisme kelembagaan formal yang pengoperasiannya ditujukan khusus sebagai wadah koordinasi implementasi
dan evaluasi terhadap pengimplementasian RPTB nantinya. Selain penyiapan aspek kelembagaan dan adopsi formal, sama-sama
dipahami pula bahwa sejak sekarang perlu dipersiapkan kepastian rencana pendanaan secara independen dan terutama yang
terintegrasi dalam siklus pendanaan pembangunan formal baik bagi pengimplementasian program-program atau kegiatan-kegiatan
pengelolaan yang diamanatkan RPTB, maupun, pembiayaan bagi pengoperasian mekanisme kelembagaan tersebut. Pelaksanaan
penyiapan kelembagaan dan penyiapan kepastian rencana pendanaan tampaknya tidak bisa menunggu sampai rencana PPT Teluk
Balikpapan (RPTB) selesai, sebab asumsi bahwa dua hal ini membutuhkan waktu yang cukup lama ternyata benar.

Tulisan ini mengedepankan upaya-upaya yang ditempuh dalam rangka persiapan adopsi formal, khususnya yang menyangkut
penyiapan struktur dan mekanisme kelembagaan bagi pengimplementasian program-program atau kegiatan-kegiatan pengelolaan
yang diamanatkan RPTB nantinya. Tulisan ini juga mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi, termasuk dampak-dampak
positifnya yang mungkin bisa dijadikan bahan pembelajaran.
Kata Kunci: Rencana pengelolaan Teluk Balikpapan, Daerah Aliran Sungai, adopsi formal, rencana pengelolaan,
perencanaan partisipatif

ABSTRACT

Planning activities for Balikpapan Bay ecosystem management is still focusing on completion phase of Balikpapan Bay Management
Plan. Meanwhile, preparation of formal adoption of management plan and budget allocation for plan implementation are in
progress. Programs listed in draft of the plan have been formulated by stakeholder during identification and assessment of bay
management issues and program preparation.

At the beginning of the process, local stakeholders, especially staffs of local government agencies, had less limited understandings
and awareness on bay management issues, catchment area-based coastal management, and participatory planning and management.
Therefore, project’s early activities were focused to introduce these issues to local stakeholders. Intensive contact and communication
with stakeholder resulted in their strong support and participation during development of management plan and future
implementation of the plan.

Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002 22


Proyek Pesisir and local stakeholder are aware that such support will not be sufficient to establish an integrated bay management in
the absence of formal institution that is responsible to coordinate implementation of the plan and its evaluation. To ensure and
promote an integrated bay management, a certain amount of budget and its sources must be secured or allocated formally for both
implementation of the programs and operational cost of such institution. Such budget planning must be fit with formal
development planning system. Preparation of formal institution and budget allocation should be done punctually, i.e. it cannot
wait until the plan is approved. This paper presents efforts to prepare formal adoption process, especially institutional establishment.
Some identified constraints are presented, including positive impacts of the process that can be used as learning materials.
Keywords: Bay management plan; Balikpapan Bay; catchment area, formal adoption of management plan, participatory
planning.

1. PENDAHULUAN di KalTim pada era milenium selanjutnya, teruta-


ma saat setelah dukungan melalui implementasi
1.1 Proyek Pesisir KalTim Sebagai Proyek Pesisir selesai pada tahun 2003.
Fasilitator
Proyek Pesisir KalTim merupakan salah 1.2 Definisi Rencana Pengelolaan Teluk
satu program lapangan dari Proyek Pesisir atau Balikpapan
CRMP-Indonesia (Coastal Resources Management Mempertimbangkan bahwa dampak-dampak
Project in Indonesia). Pendanaannya memanfaatkan negatif lingkungan hidup tidak memandang batas-
dana bantuan USAID yang bersifat hibah sejak batas daerah administrasi dan berpengaruh kepada
tahun 1996 hingga tahun 2003. stakeholders, maka landasan utama Rencana
Proyek Pesisir KalTim memfokuskan Pengelolaan ini adalah strategi-strategi maupun pro-
kegiatannya untuk menfasilitasi pelaksanaan pro- gram-program keterpaduan ekosistem dan
gram Pengelolaan Pesisir Terpadu (PPT atau ICM; keterpaduan kepentingan para stakeholder sebagai
Integrated Coastal Management) yang berkelanjutan bentuk-bentuk pengelelolaan yang lebih baik bagi
di Kalimantan Timur. Proses yang diterapkan Ekosistem Teluk Balikpapan di mendatang.
bersifat partisipatif melibatkan pihak-pihak Sehubungan dengan itu, Rencana Pengelolaan Teluk
terkait (stakeholders) sebagai upaya penguatan dan Balikpapan (RPTB) dapat didefinisikan sebagai
desentralisasi pengelolaan sumber daya wilayah perencanaan yang memberikan pedoman bagi
pesisir di KalTim. Selama periode 1998 - 2003, pengaturan pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir
fasilitasi ditujukan bagi upaya perencanaan dan laut Teluk Balikpapan dan DAS-nya secara
pengelolaan ekosistem Teluk Balikpapan, yang terpadu dimasa mendatang, melalui penerapan
meliput perairan laut dan daratan wilayah Daerah strategi-strategi, program-program maupun kegiatan-
Aliran Sungai (DAS) Teluk Balikpapan. Rencana kegiatan pengelolaan sumberdaya dan wilayah yang
pengelolaan tersebut disusun berdasarkan isu-isu bersifat tepat sasaran dan berkelanjutan, sesuai
pengelolaan tertentu yang diprioritaskan oleh para dengan kondisi serta kebutuhan lokal yang teridenti-
stakeholders. fikasi dan terprediksi pada tahap perencanaan.
Pendekatan partisipatif dilakukan dengan
mengakomodasi, mengajak dan membuka 1.3 Fokus Tahapan Siklus Perencanaan
keterlibatan stakeholder. Hal ini didasari pemikiran Pengelolaan Saat Ini
bahwa melalui partisipasi aktif stakeholder Saat ini, inisiatif proses perencanaan PPT
dukungan untuk kemitraan pengelolaan pesisir Teluk Balikpapan sedang memfokuskan kepada
terpadu dapat diperoleh. Tujuan dari kegiatan tahap adopsi formal dan pendanaan bagi program-
Proyek Pesisir adalah memadukan pengelolaan program pengelolaan (Gambar 1). Strategi dan
perairan dan daratan melalui strategi kemitraan program-program yang terformulasikan dalam
yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan draft RPTB dirumuskan selama tahap proses
setempat (Proyek Pesisir, 2000). Sehubungan persiapan program PPT, yakni proses perencanaan
dengan itu, implementasi Proyek Pesisir di pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut Teluk
KalTim bertujuan strategis untuk menggalang Balikpapan, yang pada dasarnya dihasilkan secara
dukungan (building the constituency) yang diperlukan induktif. Maksudnya, selain pernyataan-
untuk menyinambungkan inisiatif-inisiatif CRM pernyataan berupa strategi dan program, keba-

23 Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002


Adopsi Formal
dan Pendanaan

Perencanaan dan
Implementasi Persiapan Program

Evaluasi
Identifikasi-Analisis
Isu/Permasalahan

Gambar 1 Siklus perencanaan yang diterapkan dalam perencanaan PPT Teluk


Balikpapan. Sejak pertengahan tahun 2001 sampai saat ini sedang memfokuskan
pada persiapan adopsi formal dan penyiapan pendanaan.

nyakan usulan-usulan stakeholder adalah berupa 2.1 Sumber-sumber Data/Informasi


pernyataan-pernyataan usulan aktivitas atau Tulisan ini disusun berdasarkan pengalaman
kegiatan. Dari kegiatan-kegiatan usulan tersebut empiris Proyek Pesisir KalTim sebagai fasilitator
kemudian dibuat tabulasi dan dilakukan proses perencanaan PPT Teluk Balikpapan,
pengklasifikasian ke bentuk strategi dan program. didukung oleh pernyataan-pernyataan stakeholder
Sehingga struktur isi RPTB intinya terdiri atas kunci yang terlibat.
strategi-strategi, program-program maupun Selain itu, tulisan ini juga disusun berda-
kegiatan-kegiatan pengelolaan sumberdaya dan sarkan kepada dokumen-dokumen Proyek Pesisir
wilayah Teluk Balikpapan dan DAS-nya yang KalTim dan dokumen-dokumen tertulis resmi dari
bersifat tepat sasaran dan berkelanjutan yang bisa stakeholder kunci, terutama dari kalangan peme-
dijadikan pedoman bagi pengaturan pemanfaatan rintahan yang terlibat secara intensif selama proses
wilayah laut dan pesisir Teluk Balikpapan oleh perencanaan pengelolaan Teluk Balikpapan,
para stakeholder di masa mendatang. misalnya BAPPEDA Kota Balikpapan dan
BAPPEDA Kabupaten Pasir.
2. METODOLOGI
Studi untuk tulisan ini telah dimulai sejak 2.2 Metode Analisis
bulan Desember 2001. Analisis dilakukan oleh Metode yang digunakan untuk menganalisis
Proyek Pesisir KalTim didukung oleh perwakilan sumber-sumber data/informasi adalah metode
stakeholder dari kalangan pemerintahan yakni deskriptif-eksplanatoris. Dengan metode deskriptif
BAPPEDA Kota Balikpapan dan BAPPEDA eksplanatoris dimaksudkan bahwa setiap data/
Kabupaten Pasir atas dasar kedua lembaga terse- informasi sumber yang signifikan terhadap inti
but merupakan lembaga kunci di pemerintahan atau tujuan tulisan dijelaskan baik secara umum
di daerah administrasi masing-masing dalam maupun detil. Sebagai contoh, sumber informasi
mengkoordinasikan berbagai program peren- berupa hasil wawancara stakeholder diurai-jelaskan
canaan pembangunan. Penyusunan tulisan ini secara umum dalam arti disarikan intinya,
dilakukan oleh Proyek Pesisir KalTim dalam sementara beberapa data/informasi bisa diuraikan
kapasitasnya sebagai Fasilitator proses perenca- lebih detil seperti yang bersumber dari dokumen-
naan pengelolaan Teluk Balikpapan. dokumen resmi pemerintahan seperti Surat-surat
Keputusan.

Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002 24


3. SUBTANSI RENCANA PENGELOLA- Propinsi KalTim . Daratan DAS-nya sebagian
AN TELUK BALIKPAPAN besar merupakan bagian-bagian dari daerah
administrasi Kabupaten Pasir dan Kota
3.1 Alasan Pentingnya Rencana Balikpapan yang pada tahun 1998 tercatat dihuni
Pengelolaan Teluk Balikpapan oleh penduduk dengan jumlah mencapai 175.000
Teluk Balikpapan memiliki fungsi yang orang pada kurang lebih 45.000 keluarga.
sangat penting bagi berlangsungnya kehidupan Penyebaran penduduknya tidak merata. Sebagian
sehari-hari masyarakat yang tinggal di pesisir besar terkonsentrasi di wilayah pesisir (pantai)
maupun daratan sekelilingnya. Ekosistem Teluk bersama lokasi-lokasi industri dan bangunan jasa.
Balikpapan juga merupakan faktor vital dalam Jumlah penduduk di DAS Teluk Balikpapan dalam
mendukung interaksi ekonomi dua daerah kurun waktu tiga dekade terakhir (1961 - 1997)
administrasi, Kabupaten Pasir dan Kota lebih banyak dua kali lipat dibandingkan tiga
Balikpapan. Sebaliknya, perkembangan aktivitas dekade sebelumnya (1930 - 1961).
masyarakat dan meningkatnya interaksi ekonomi Kota Balikpapan merupakan pintu gerbang
di pesisir barat Kota Balikpapan dan pesisir timur utama Propinsi KalTim . Selain angka pertam-
laut Kabupaten Pasir (wilayah Penajam dan bahan penduduk alami akibat kelahiran dan
Sepaku) selama ini, - juga memberi dampak kematian, pengar uh perkembangan Kota
negatif terhadap kondisi wilayah laut dan pesisir Balikpapan sebagai kota imigran membuat
Teluk Balikpapan. pertambahan penduduk di DAS Teluk Balikpapan
Secara geografis, wilayah pesisir atau pantai secara kuat dipengaruhi oleh peristiwa emigrasi
di sekeliling Teluk Balikpapan terhubungkan penduduk. Sama karakteristiknya sebagai kota
dengan wilayah-wilayah daratan pedalaman oleh pesisir, Kota Penajam juga memperlihatkan gejala
sungai-sungainya yang mengalir ke dan bermuara yang serupa. Tumbuh sebagai kota pesisir imigran.
di Teluk Balikpapan. Di sekeliling Teluk Diindikasikan oleh bertambahnya luas
Balikpapan hingga ke daratan-daratan pedalaman permukiman seiring dengan semakin banyaknya
DAS-nya, beroperasi banyak kegiatan peman- aktivitas ekonomi baru di wilayah tersebut. Laju
faatan dan pengolahan sumber daya alam dan jasa pertumbuhan penduduk di DAS Teluk Balikpapan
yang menyumbang kepada perekonomian regional dalam kurun waktu tiga dekade terakhir (1961 -
daerah-daerah administrasi Kota Balikpapan dan 1997) sebesar 1,65 persen per tahunnya. Dengan
Kabupaten Pasir. Valuasi atas nilai produksi laju pertumbuhan sebesar itu, penduduk DAS
ekonomi potensial Ekosistem Teluk Balikpapan Teluk Balikpapan diperkirakan akan mencapai
saat ini dari sektor-sektor pengolahan minyak dan lebih dari 200.000 jiwa pada tahun 2015.
gas, pertambangan, perkebunan, kehutanan, Dengan kecenderungan pertumbuhan
perikanan dan keanekaragaman hayati pesisirnya, penduduk seperti itu, akan semakin banyak lagi
per tahunnya minimal diperkirakan mencapai 749 pihak yang akan memanfaatkan berbagai
juta dollar Amerika, atau sekitar 7,5 trilyun ru- sumberdaya pesisir dan laut Teluk Balikpapan.
piah. Kegiatan-kegiatan industri pengolahan hasil- Semakin banyak penduduk akan membutuhkan
hasil kayu hutan seperti penggergajian kayu dan banyak ruang untuk hidup dan beraktivitas
industri yang memproduksi kayu lapis mencirikan ekonomi serta akan semakin memperbesar
sebuah kegiatan industri hilir yang menerima kompetisi antar pengguna sumberdaya. Di sisi
pasokan dari industri hulunya yakni kegiatan lain, dari berbagai pengalaman wilayah pesisir lain
perhutanan tanaman industri (HTI) dan di mana-mana, semakin banyaknya penduduk dan
pengusahaan kayu hutan (HPH atau logging) oleh aktivitas ekonomi di wilayah pesisir biasanya
perusahaan-perusahaan swasta yang sebagian disertai dengan meningkatnya dampak negatif
besar beroperasi di bagian utara DAS Teluk terhadap kondisi lingkungan hidup pesisir dan
Balikpapan dan di perbatasan utara DAS Teluk lautnya.
Balikpapan (Gambar 2). Sebagai wilayah atas (upland), DAS Teluk
Teluk Balikpapan dan DAS-nya sebagai satu Balikpapan berpeluang memberikan dampak
kesatuan ekosistem terletak di bagian tenggara perubahan lingkungan hidup kepada wilayah

25 Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002


Gambar 2 Rangkaian kegiatan industri hulu dan industri hilir merupakan sektor penggerak roda perekonomian di
Teluk Balikpapan dan wilayah DAS-nya. Sangat perlu menerapkan metode-metode ramah lingkungan untuk
mempertahankan kualitas ekologis lingkungan.

pantai dan laut Teluk Balikpapan sebagai wilayah akan dapat merubah kondisi perairan daerah-
bawahnya. Berbagai bentuk buangan dari daratan daerah pesisir yang merupakan bagian terendah
bagian kelurahan-kelurahan yang ada di dalam dari sebuah sistem DAS. Oleh karenanya, DAS
DAS Teluk Balikpapan, baik buangan di permuka- merupakan hal pokok yang penting dalam
an maupun yang meresap ke dalam tanah, secara pengelolaan pesisir. Sehubungan dengan itu,
gravitasi pada akhirnya bisa sampai di pesisir dan dibutuhkan sebuah upaya pengelolaan terpadu
perairan Teluk Balikpapan. Sehingga memiliki berbagai sumber daya pesisir dan laut Teluk
pengaruh ekologis kuat yang dapat merubah Balikpapan yang harus memadukan pengelolaan
kualitas lingkungan hidup perairan Teluk daratan dan perairannya (integrated land and wa-
Balikpapan. Sebaliknya, wilayah bawah pesisir- ter management), antara perairan Teluk
pantai Teluk Balikpapan merupakan wilayah kon- Balikpapan dan DAS-nya.
sentrasi penduduk yang secara ekonomi regional
membutuhkan pasokan dan respon ekonomi 3.2 Rencana Pengelolaan Teluk Balikpapan
(suplai komoditi atau jual-beli barang dan jasa) dan Implementasinya
dari wilayah belakang sekitarnya (hinterland) Rencana Pengelolaan Teluk Balikpapan
hingga wilayah daratan pedalaman di wilayah atas pada hakekatnya adalah sebuah perencanaan
(upland areas) yang merupakan bagian hilir dan hulu strategi jangka panjang dengan siklus waktu
DAS Teluk Balikpapan. implementasi 10 sampai 15 tahun yang disusun
Limbah kegiatan-kegiatan di darat yang dan diterapkan oleh stakeholder dari berbagai
terbawa oleh limpasan air, cepat atau lambat, kalangan di Kota Balikpapan dan Kabupaten Pasir

Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002 26


khususnya maupun di Propinsi KalTim
umumnya, untuk pengelolaan Ekosistem Teluk Boks 1.
Balikpapan yang terdiri dari perairan laut Teluk Isu-isu utama dalam pengelolaan Lingkungan
Balikpapan dan daratan daerah aliran sungai- Hidup Teluk Balikpapan
nya (DAS Teluk Balikpapan). Pelaksanaan
z Terbatasnya ketersediaan air bersih bagi masyarakat
periode implementasi secara for mal
diasumsikan mulai awal tahun 2002. Dipilih- z Berkurangnya hutan alami
nya siklus waktu 10 sampai 15 tahun untuk z Rusaknya kawasan lindung (contohnya Hutan
implementasi Rencana Pengelolaan ini didasari Lindung Sungai Wain)
oleh upaya pengadaptasian implementasi z Perencanaan Tata Ruang yang tidak terkoordinir dan
Rencana Pengelolaan ini yang bersifat penggunaan tanah yang tidak konsisten
menyokong dan melengkapi pelaksanaan siklus
Meningkatnya laju erosi dan sedimentasi
jangka menengah-panjang pembangunan
z

daerah. z Meningkatnya polusi perairan


z Rusaknya ekosistem mangrove
3.3 Isu Utama dan Visi Pengelolaan
z Potensi ekowisata yang belum dikembangkan secara
Lingkungan Hidup Teluk
optimal
Balikpapan
Berdasarkan proses-proses konsultasi z Masih perlu ditingkatkannya partisipasi dan
dan diskusi bersama stakeholder selama tahap kesadaran masyarakat
identifikasi serta analisis isu, permasalahan- z Mekanisme kerja sama antar lembaga belum
permasalahan sebagaimana ditampilkan Boks terpadu dan masih bersifat sektoral
1 mer upakan isu-isu utama yang harus
ditangani dalam pengelolaan Teluk Balikpapan
selanjutnya. Sebagian permasalahan itu diakibat- Teluk Balikpapanyang sehat serta lestari
kan oleh konflik antar pengguna sumberdaya melalui pengelolaan sumberdaya wilayah
alam. Jika permasalahan-permasalahan tersebut pesisir secara terpadu dan berkelanjutan
tidak ditangani, tidak tertutup kemungkinan Partisipasi, koordinasi dan kemitraan antar
kompetisi pengelolaan Teluk Balikpapan akan stakeholder sesuai dengan relevansi, kapasitas dan
semakin tidak demokratis di waktu mendatang. lingkup atau bidang masing-masing merupakan
Permasalahan-permasalahan tersebut juga bisa kunci pengelolaan terpadu yang dibutuhkan dalam
menyebabkan konflik lebih lanjut atau konflik mengimplementasikan program-program aksi
baru antar penggunanya. Mempelajari banyak pengelolaan dalam Rencana Pengelolaan untuk
pengalaman yang kurang menguntungkan di mewujudkan Visi Pengelolaan Teluk Balikpapan
waktu lampau dan menuju reformasi pengelolaan sebagaimana dimanifestasikan di atas.
sumberdaya pesisir dan laut yang terdesentralisasi
dan adil, permasalahan-permasalahan tersebut 3.4 Cakupan Wilayah Pengelolaan dan
harus ditangani untuk meminimalkan atau bahkan Tingkat Perencanaan
menghilangkan konflik lama dan mencegah Wilayah perencanaan yang menjadi fokus
konflik baru antar pengguna Teluk Balikpapan. Rencana Pengelolaan Teluk Balikpapan adalah
Karakter dasar dari pengelolaan yang lebih ekosistem Teluk Balikpapan yang terdiri atas
baik di sini adalah pengelolaan sumberdaya perairan laut Teluk Balikpapan, wilayah perairan
wilayah pesisir secara terpadu dan berkelanjutan. estuari sekeliling perairan laut Teluk Balikpapan,
Berkenaan dengan itu, suatu keadaan yang ingin wilayah daratan pulau-pulau di perairan Teluk
dicapai dari implementasi Rencana Pengelolaan Balikpapan dan hamparan daratan DAS Teluk
Teluk Balikpapan yang merupakan visi Balikpapan dengan total luas mencapai 207.096
pengelolaan Teluk Balikpapan adalah: hektar (Gambar 3). Komponen-komponen
Terciptanya masyarakat yang sejahtera geografis Ekosistem Teluk Balikpapan dapat
dan lingkungan Daerah Aliran Sungai (DAS) dilihat pada Tabel 1. Batas-batas terluar dari

27 Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002


Gambar 3. Teluk Balikpapan dan DAS-nya sebagai fokus wilayah perencanaan dalam
Rencana Pengelolaan Teluk Balikpapan.

wilayah fokus Rencana Pengelolaan Teluk Sebuah DAS pada umumnya mencakup dua
Balikpapan dapat ditelusuri melalui batas-batas hingga lebih daerah administrasi pemerintahan,
DAS Teluk Balikpapan batas-batas perairan teluk sebagaimana halnya DAS Teluk Balikpapan yang
dari Teluk Balikpapan. Perairan Teluk Balikpapan mencakup bagian-bagian daerah administrasi
pada dasarnya juga merupakan sistem estuari yang Kota Balikpapan dan Kabupaten Pasir.
bertemu langsung dengan perairan laut lepas Selat Konsekeuensi inisiatif PPT Teluk Balikpapan
Makassar. Sekitar dua kilometer dari mulut Teluk memilih perairan teluk berikut DAS-nya sebagai
Balikpapan di lepas pantai Tanjung Jumelai terda- satu kesatuan unit pengelolaan adalah harus
pat sebuah ekosistem terumbu karang. Meskipun diupayaknnya keterpaduan antar daerah dan
wilayah fokus pengelolaan bagi Rencana tingkat pemerintahan terkait, yang dalam PPT
Pengelolaan ini belum meliputi komunitas merupakan keterpaduan yang dinilai oleh banyak
terumbu karang tersebut, akan tetapi sejumlah pihak sangat sulit dicapai. Di sisi lain, pengelolaan
program atau kegiatan pengelolaan yang pesisir terpadu berbasiskan DAS seperti DAS
diamanatkan RPTB diarahkan untuk mencegah Teluk Balikpapan merupakan pengelolaan saat
dampak negatif kepada komunitas terumbu mana aktivitas-aktivitas perumusan dan pengam-
karang tersebut yang merupakan ekosistem khas bilan keputusan berkaitan dengan strategi, pro-
yang rentan terhadap perubahan lingkungan gram dan kegiatannya, yang biasanya dominan
pesisir dan laut Teluk Balikpapan. terjadi di tingkat kabupaten, tingkat kota atau

Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002 28


tingkat antar kabupaten-kota atau yang lebih taskan sesuai dengan kapasitas dan sumberdaya
tinggi. Sehubungan dengan DAS Teluk Balikpa- yang ada untuk pengelolaan.
pan mencakup bagian-bagian daerah administrasi
Kota Balikpapan dan Kabupaten Pasir, maka (4) Penerapan metode perencanaan
perencanaan PPT Teluk Balikpapan ini berada partisipatif
pada tingkat kabupaten/kota, atau level antar Prinsip pendekatan yang menuntut
kabupaten-kota. pengelolaan partisipatif yang tentu har us
berdasarkan perencanaan partisipatif untuk
3.5 Prinsip Pendekatan Perencanaan mengoptimalkan keterlibatan stakeholder atau
Pengelolaan Teluk Balikpapan pihak-pihak lokal terkait dari berbagai kalangan
Perencanaan merupakan salah satu bidang dalam mengelola Teluk Balikpapan dan DAS-nya
yang paling cepat berkembang dalam dekade secara lebih baik lagi. Didasari dengan asumsi
terakhir, ditandai oleh sangat banyaknya bermun- bahwa semakin optimal partisipasi stakeholder,
culan metodologi-metodologi baru, istilah-istilah semakin demokratis kesepakatan-kesepakatan
dan sistem, tetapi sedikit saja yang secara langsung yang dicapai; dan semakin banyak partisipasi stake-
sesuai untuk diterapkan (Dutton, 1993). Sejak holder, semakin cepat pengelolaan dan penanganan
Oktober 1998, beberapa paradigma baru dicoba dilakukan. Prinsip pendekatan ini mengarahkan
untuk diterapkan bagi pembangunan atau kepada wujud tingkatan partisipasi stakehoder yang
pengelolaan Ekosistem Teluk Balikpapan yang tertinggi, yakni pemberian wewenang kepada
tercermin oleh prinsip-prinsp pendekatan yang stakeholder untuk menentukan opsi-opsi
diterapkan dalam proses perencanaan penge- pengelolaan.
lolaannya yang merupakan prinsip-prinsip Kalangan-kalangan stakeholder yang
pendekatan dan metode perencanaan baru yang berpengaruh atau diprediksi nantinya akan
sampai saat ini kesesuaiannya efektif memperoleh pengaruh dari Rencana Pengelolaan
diterapkan. Prinsip-prinsip tersebut adalah ini terdiri atas instansi-instansi pemerintahan,
sebagai berikut: lembaga-lembaga swadaya masyarakat (LSM),
kelompok-kelompok usaha milik pemerintah dan
(1) Pengelolaan ekosistem pesisir secara kelompok-kelopok usaha swasta, perguruan-
terpadu perguruan tinggi, serta kelompok dan anggota
Penerapan pendekatan, paradigma, konsep, masyarakat umum yang merasa terpanggil untuk
dan proses PPT pada tataran ekosistem yang berpartisipasi dalam mengelola Teluk Balikpapan
menuntut pengelolaan keterkaitan ekosistem dan DAS-nya secara lebih baik lagi di masa
(perairan laut Teluk Balikpapan dan DAS-nya) mendatang.
untuk meminimalkan dampak negatif terhadap
lingkungan hidup yang tidak memandang batas- 4. PENYIAPAN KELEMBAGAAN BAGI
batas daerah administrasi. IMPLEMENTASI RENCANA
PENGELOLAAN
(2) Berbasiskan isu dan permasalahan
lokal serta daya dukungnya 4.1 Penyiapan Sistem dan Struktur
Prinsip pendekatan yang menuntut Kelembagaan
pengelolaan sesuai dengan isu dan permasalahan Dampak tahap awal yang diharapkan dari
setempat serta daya dukung lokal untuk dikembangkannya proses PPT adalah terben-
menetapkan aksi-aksi pengelolaan yang tepat tuknya kelembag aan for mal yang dapat
sasaran dan sesuai kebutuhan stakeholder atau menjalankan fungsi koordinasi pengelolaan
pihak-pihak lokal terkait. sumberdaya dan wilayah pesisir secara terpadu,
berikut dengan kelengkapannya seperti alokasi
(3) Penerapan asas prioritas personil, waktu dan dana (Gambar 4).
Pendekatan yang menuntut pengelolaan Pendanaan di sini adalah bagian dari konteks
berdasarkan isu-isu pengelolaan yang dipriori- pendanaan secara keseluruhan yang diharapkan

29 Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002


mencakup pendanaan implementasi program masing-masing. Cukup ditempuh strategi
atau kegiatan pengelolaan yang telah ditetapkan memberdayakan lembaga-lembaga yang ada dan
dalam rencana PPT yang telah dihasilkan menunjuk salah satu di antaranya sebagai
Penyiapan lembaga ini tidak selalu har us koordinator. Untuk memenuhi kebutuhan
pembentukan lembaga baru. Tapi paling tidak perlunya ada lembaga yang memiliki kapasitas
ada sistem, struktur dan mekanisme kelem- pengkoordinasian, bisa saja dipilih satu lembaga
bagaan yang mampu menjalankan fungsi yang selama ini memiliki fungsi koordinasi (seperti
pengaturan dan koordinasi PPT selanjutnya BAPPEDA atau BAPEDALDA) dan memberi-
yang didukung dengan mekanisme pengambilan kannya mandat untuk mengkoordinir imple-
keputusan yang demokratis dan aspiratif (good mentasi PPT selanjutnya.
coastal governance). Namun, stakeholdersKota Balikpapan
Menuju terwujudnya dampak tahap awal maupun Kabupaten Pasir umumnya tidak
tersebut, inisiatif perencanaan PPT Teluk keberatan bila dikembangkan dulu model uji coba
Balikpapan telah dan terus mengembangkan seperti Gugus-gugus Tugas (task forces) di masing-
beberapa strategi kelembagaan yang sangat masing daerah administrasi maupun Kelompok-
mempertimbangkan pandangan dan dilandasi oleh kelompok Kerja Gabungan (joint-working groups)
keputusan stakeholder baik di Kabupaten Pasir dan mendukung pengorganisasian gerakan peduli
maupun Kota Balikpapan. Teluk Balikpapan di tingkat masyarakat
Ada sebagian stakeholder dari kalangan Balikpapan dan Pasir (grass-root organizing move-
lembaga pemerintahan di Kota Balikpapan ment). Kesemuanya itu merupakan cikal-bakal
maupun Kabupaten Pasir berpandangan bahwa yang dipersiapkan bagi struktur dan mekanisme
untuk melembagakan pengimplementasian RPTB kelembagaan yang bersifat kerja sama antar Kota
maupun program-program pengelolaan pesisir Balikpapan dan Kabupaten Pasir di masa
umumnya dirasakan belum perlu untuk mendatang untuk pengimplementasian RPTB
membentuk lembaga baru di daerah administrasi maupun pengelolaan pesisir terpadu lintas daerah

Tabel 1. Komponen-komponen Ekosistem Teluk Balikpapan sebagai wilayah fokus Rencana


Pengelolaan Teluk Balikpapan
Struktur Lingkungan
Komponen Lingkungan Geografi Fisik Luas
Fisik Utama
Lingkungan Perairan Sistem Marin Teluk Balikpapan Perairan Dalam Teluk Balikpapan 6.303
Perairan Luar Teluk Balikpapan 5.393
Total Wilayah Perairan Laut 11.696
Sistem Estuari Teluk Balikpapan Wilayah Perairan Estuari Sisi Barat 3.285
Wilayah Perairan Estuari Sisi Timur 1.013
Total Wilayah Perairan Muara 4.298
Total Lingkungan Perairan 15.994

Lingkungan Daratan/ Wilayah DAS Teluk Balikpapan 190.083


Terestris Wilayah Daratan Pulau-pulau di Perairan Teluk Balikpapan 1.019
Total Lingkungan Daratan 191.102
Total Ekosistem Teluk Balikpapan dan DAS-nya 207.096

Sumber: Analisis data melalui aplikasi SIG dengan basis peta dijital skala 1:50.000

Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002 30


Nasional
Skala

Regional

Lokal
Dampak Dampak
Jangka Menengah Akhir
(Intermediate Outcomes) (End

TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP


PERTAMA KE DUA KE TIGA KE EMPAT

Struktur Perubahan- Perbaikan- Pembangunan


kelembagaan perubahan perbaikan dan
formal; perilaku sejumlah pemanfaatan
Rencana kelompok indikator sosial sumberdaya
Pengelolaan sasaran; dan lingkungan pesisir yang
diadopsi; berkurangnya hidup. berkelanjutan
kepastian konflik; aksi- sifatnya.
rencana aksi
pendanaan. pengembangan
diimplementasi.

Waktu

Gambar 4. Tahapan dampak yang diharapkan dari proses PPT yang dikembangkan
(Sumber: Adaptasi dari Olsen, et al. 1999).

administrasi seperti untuk ekosistem perairan yakni Kota Samarinda, Kota Bontang dan Kota
Teluk Balikpapan. Tenggarong.
Sejak Februari 2001, dengan difasilitasi oleh Kesediaan individu-individu tersebut
Proyek Pesisir KalTim berlangsung proses-proses pertama kali dijaring melalui penerbitan “Profil
pembentukan struktur kelembagaan serta Teluk Balikpapan” di surat kabar lokal Kaltim
pengembangan mekanisme komunikasi dan Manuntung Post pada September 2000 yang
interaksinya yang dipersiapkan sebagai cikal-bakal berhasil mengumpulkan pernyataan kesediaan
struktur dan mekanisme kelembagaan bagi secara tertulis dari hampir 400 orang untuk
koordinasi implementasi RPTB dalam konteks bergabung dalam wadah “Sahabat Teluk
PPT. Proses-proses kelembagaan (institutional pro- Balikpapan” yang idenya diajukan Proyek Pesisir
cesses) ter maksud membentuk komponen- KalTim. Pembentukan dan pengoperasian Forum
komponen kelembagaan sebagai berikut: STB ini dimaksudkan agar tersedia wadah bagi
kalangan anggota-anggota masyarakat umum
(1) Forum Sahabat Teluk Balikpapan (grass-root) untuk berpartisipasi dalam pengelolaan
(Forum STB) Ekosistem Teluk Balikpapan.
Forum Sahabat Teluk Balikpapan (Forum Sejak terbentuknya pada Februari 2001,
STB) ini keanggotannya bersifat sukarela dari Forum STB telah melakukan sejumlah pertemuan
kalangan pribadi atau individu-individu yang kerja seperti untuk menyusun Anggaran Dasar/
berasal dari Kota Balikpapan, Kabupaten Pasir Anggaran Rumah Tangga (AD/ART), penyusun-
dan juga dari luar ekosistem Teluk Balikpapan, an program serta baru saja beberapa waktu lalu

31 Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002


melaksanakan sebuah “Dialog Publik: Misi Mempertimbangkan beberapa kendala
Pemerintah Kota Balikpapan dan Pemerintah teknis seperti pengupayaan dukungan dana,
Kabupaten Pasir Dalam Pengelolaan Teluk antara Pengurus Forum STB Proyek Pesisir
Balikpapan” pada Desember 2001 di Plaza KalTim (sebagai pendukung pembentukan dan
Balikpapan yang dihadiri oleh perwakilan pengoperasian Forum STB selama Proyek
Pemerintah Kota Balikpapan (BAPEDALDA Pesisir KalTim masih beroperasi) telah saling
Kota Balikpapan) dan Pemerintah Kabupaten menyetujui untuk mendukung pembentukan
Pasir (BAPPEDA Kabupaten Pasir) yang LSM yang akan membantu Forum STB dalam
memperoleh dukungan sponsor finansial maupun berbagai hal teknis manajemen dan
non-finansial (in-kind contribution) dari pihak keorganisasian. Telah saling disepakati untuk
Manajemen Promosi Plaza Balikpapan, P.T. TO- membentuk secara formal Yayasan STB, dengan
TAL FinaElf Indonesie dan Pemerintah kepanjangan yang berbeda, yakni “Yayasan
Kabupaten Pasir. Selamatkan Teluk Balikpapan” atau “NGO of
Pertemuan perdana mengundang kesemua- Save The Balikpapan Bay” dalam Bahasa Inggris
nya pada Februari 2001 hanya dihadiri 165 orang yang dipersiapkan untuk keperluan go interna-
yang memutuskan bentuk “Forum” sebagai wadah tional di masa mendatang. Proses pembentukan
organisasi yang diinginkan. Namun dalam formal Yayasan STB saat ini sedang dijajagi
sejumlah pertemuan berikutnya yang bersifat bersama antar anggota Pengurus Forum STB
pleno, jumlah yang hadir hanya 97 orang dan dalam didukung Proyek Pesisir KalTim.
sejumlah pertemuan kerja serta kegiatan, jumlah
yang hadir aktif semakin sedikit. Sebagai contoh, (2) Gugus Tugas Pengelolaan Pesisir
pada tingkatan rapat-rapat kerja atau kegiatan (KTF-CRM)
kecil (seperti pameran) misalnya, rata-rata anggota Pembentukan dan pengoperasian Gugus
Forum STB yang kerap hadir totalnya tidak lebih Tugas di masing-masing daerah administrasi yang
dari 20 orang. Sementara untuk tingkatan kegiatan khusus berfungsi sebagai think-tank untuk
besar, seperti pelaksanan dan pengorganisasian mencermati dan menganalisis isu-isu pengelolaan
kegiatan dialog publik, jumlah anggota Forum STB dan pembangunan wilayah pesisir dan laut di
yang aktif dalam persiapan dan hadir pada saat masing-masing daerah administrasi agar bisa
kegiatan tidak lebih dari 20 orang. Analisis memberikan masukan kepada pimpinan daerahnya
sementara menyimpulkan bahwa kendala berkenaan dengan penanganan isu-isu pengelola-
operasional ini disebabkan oleh hal-hal berikut: an dan pembangunan wilayah pesisir dan laut.
z Sifat keanggotaan Forum yang murni sukarela Di Kabupaten Pasir, telah dibentuk
sementara tidak sedikit anggota yang memiliki Kabupaten Task Force for Coastal Resources Manage-
kesibukan rutin (sekolah dan bekerja) ment (KTF-CRM) Kabupaten Pasir yang bersifat
z Faktor geografis, di mana pusat gerakan Fo- for mal dalam arti pembentukan dan
rum berlangsung di Balikpapan sementara tidak pengoperasiannya serta penetapan keanggota-
sedikit anggota Forum yang berdomisili di luar annya didukung oleh perangkat kebijakan
Balikpapan, seperti di Tanah Grogot (ibukota pimpinan daerah berupa Surat Keputusan (SK)
Kabupaten Pasir), Sepaku dan Penajam di Bupati Pasir (SK Bupati Pasir Nomor 445 Tahun
seberang Teluk Balikpapan, atau bahkan di 2000). Komposisi keanggotaannya terdiri dari
Samarinda (ibukota Propinsi KalTim yang pimpinan-pimpinan lembaga kalangan peme-
berjarak 115 km dari Balikpapan) atau rintahan Kabupaten Pasir seperti BAPPEDA,
Tenggarong yang lebih jauh lagi BAPEDALDA, Dinas Perikanan dan Kelautan,
z Kepengurusan Forum yang telah terbentuk Dinas Kehutanan, Dinas Pekerjaan Umum dan
belum optimal menjalankan fungsi koordinasi Permukiman Prasarana Wilayah, Dinas Pari-
karena sejumlah keterbatasan seperti belum wisata, Dinas Pertanahan, Dinas Perindustrian
memiliki peralatan atau media komunikasi yang dan Camat Penajam serta Camat Sepaku) maupun
efektif (termasuk kapasitas administrasi surat- dari kalangan non pemerintahan (perusahaan
menyurat swasta) seperti PT. ITCI Kartika Utama

Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002 32


(perusahaan HPH) dan PT. Inne Dong Hwa perasiannya sangat tergantung pada proyek
(perusahaan produksi kayu lapis). pembangunan yang membiayainya. Selain kendala
Sementara di Kota Balikpapan dibentuk ber upa sulitnya para ang gota KTF-CRM
dan beroperasi Kota Task Force for Coastal Resources Kabupaten Pasir melakukan komunikasi yang
Management (KTF-CRM) Kota Balikpapan, tetapi intensif, keberlanjutan dan pengupayaan status
bersifat informal dalam arti pembentukan dan KTF-CRM agar permanen sifatnya agar tidak
pengoperasiannya serta penetapan anggotanya tergantung kepada proyek pembangunan yang
tidak didukung oleh perangkat kebijakan sifatnya setahun selesai, merupakan permasalahan
pimpinan daerah. Namun, keanggotaan KTF- yang sedang diupayakan pemecahannya.
CRM Kota Balikpapan telah menempuh jalur for- Sementara KTF-CRM Kota Balikpapan yang
mal yakni pengajuan permohonan formal kepada tidak didukung oleh perangkat kebijakan dari
pimpinan lembaga-lembaga terkait agar membe- pimpinan daerah, kinerjanya sangat tergantung
rikan ijin salah seorang staf atau personilnya aktif sekali oleh inisiatif Proyek Pesisir KalTim sebagai
di KTF-CRM Kota Balikpapan. Komposisi Fasilitator seperti untuk mengadakan komunikasi
keanggotaannya terdiri dari perwakilan lembaga- atau pertemuan membahas sesuatu.
lembaga pemerintahan seerti BAPPEDA,
BAPEDALDA, Dinas Kehutanan, BPN, Dinas (3) Kelompok Kerja Gabungan
Perikanan dan Kelautan, Dinas Perindustrian Pembentuk dan pengoperasian Kelompok
maupun lembaga non-pemerintahan seperti LSM Kerja (Working Groups) pada dasarnya didedika-
(Yayasan Bina Masuia dan Lingkungan) dan sikan untuk mencermati dan menganalisis satu
Pertamina (perusahaan minyak nasional). isu pengelolaan pesisir Teluk Balikpapan dan
Meskipun KTF di masing-masing daerah DAS-nya yang spesifik. Karena pembentukan,
administrasi didedikasikan kepada seluruh pengoperasian dan komposisi keanggotaannya
wilayah pesisir teritori daerah administrasi masing- menyatukan perwakilan stakeholder dari Kabu-
masing, namun sejak pertengahan tahun 2000 paten Pasir maupun Kota Balikpapan, Kelom-
sampai saat ini kinerja KTF baik di Kabupaten pok-kelompok kerja ini diistilahkan dengan
Pasir maupun Kota Balikpapan sebagian besar “Kelompok Kerja Gabungan” (Joint-Working
didedikasikan untuk mendukung inisiatif Group). Sampai saat ini, sudah terbentuk dua
perencanaan PPT Teluk Balikpapan. Akan tetapi Kelompok Kerja Gabungan sebagai berikut:
berbeda dengan KTF-CRM Kota Balikpapan, a. Kelompok Kerja Gabungan Isu Kontrol Erosi/
KTF-CRM Kabupaten Pasir dengan dukungan Sedimentasi yang terbentuk pada 20 Desember
perangkat kebijakan for malnya, juga telah 2001 beranggotakan 18 orang (dua di antara-
menanagani sejumlah isu pengelolaan nya perempuan) yang merupakan perwakilan
sumberdaya dan wilayah pesisir di daerah stakeholder pemerintahan (Kabupaten Pasir dan
administrasinya di luar ekosistem Teluk Kota Balikpapan) dan LSM (LSM STB;
Balikpapan. Kinerja yang bersifat kooperatif Selamatkan Teluk Balikpapan asal Kota
berupa “Rapat Kerja Bersama” antara KTF- Balikpapan).
CRM Kota Balikpapan dan KTF-CRM Kelompok Kerja Gabungan Isu Kontrol Erosi/
Kabupaten Pasir juga pernah dilakukan, seperti Sedimentasi ini memperoleh asistensi teknis
dalam tahapan proses penting, yakni proses dari Pakar Manajemen dan Konservasi Hutan,
menyepakati Visi Pengelolaan Teluk Balikpapan DAS dan Tanah Fakultas Kehutanan Univer-
pada Desember 2000, yang pada kesempatan sitas Mulwarman yang juga Kepala Pusat
itu juga sempat bersama-sama mengkompilasi Penelitian Pengelolaan Sumberdaya Air Uni-
lebih lanjut usulan-usulan strategi, program dan versitas Mulwarman (Dr. Sigit Hardwinarto),
kegiatan berkaitan dengan perencanaan PPT dan telah melakukan sebuah survei gabungan
Teluk Balikpapan. antara stakeholder Kabupaten Pasir dan Kota
Meskipun pada dasarnya tidak bersifat ad Balikpapan mengenai profil kondisi sedimen-
hoc, terutama KTF-CRM Kabupaten Pasir yang tasi di wilayah estuari Teluk Balikpapan, serta
didukung oleh SK Bupati, keberlanjutan pengo- sejumlah rapat kerja.

33 Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002


b. Kelompok Kerja Gabungan Isu Pengelolaan sikan antar stakeholder dan diformalkan sebagai
Tambak Ramah Lingkungan yang terbentuk cerminan sistem proses pengaturan pengelolaan
pada 13 Desember 2001 beranggotakan 14 or- pesisir yang per manen yang sekaligus
ang (empat di antaranya perempuan) yang menegosiasikan kepastian rencana pendanaan dan
merupakan perwakilan stakeholder pemerintah- pengalokasian sumberdaya lainnya yang dibutuh-
an (Kabupaten Pasir dan Kota Balikpapan) dan kan dalam masa implementasi (Olsen et al., 1999).
LSM (LSM STB; Selamatkan Teluk Balikpapan Sebuah sistem dan strukrur membutuhkan
asal Kota Balikpapan). mekanisme khususnya untuk komunikasi,
Kelompok Kerja Gabungan Isu Pengelolaan interaksi dan hirarki koordinasi. Dari lembaga-
Tambak Ramah Lingkungan ini memperoleh lembaga yang telah terbentuk, telah dicoba-
asistensi teknis dari pakar Budidaya Perikanan kembangkan suatu model mekanisme komunikasi
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas dan interaksi antar lembaga-lembaga tersebut.
Mulwarman (Prof. Dr. Syafei Sidik), dan telah Sampai Januari 2002 lalu, suatu model
melakukan sebuah survei gabungan antara stake- mekanisme komunikasi dan interaksi antara
holder Kabupaten Pasir dan Kota Balikpapan Kelompok Kerja Gabungan dan Gugus Tugas
mengenai profil kondisi pengelolaan tambak di telah dicoba-kembangkan. Kemudian juga
wilayah pesisir Teluk Balikpapan, serta sejumlah diperluas kepada interaksi keduanya dengan
rapat kerja. komponen parlemen atau Dewan Perwakilan
Dari konstelasi kelembagaan tersebut Rakyat (DPRD). Meskipun pada uji coba Januari
bersama stakeholder nanti akan dikaji kemung- 2002 komponen parlemen hanya direpresen-
kinannya mewujudkan sistem, struktur dan tasikan oleh DPRD Kabupaten Pasir dan belum
mekanisme kelembagaan bagaimana bisa ada partisipasi dari DPRD Kota Balikpapan,
dibakukan yang sesuai untuk mendukung namun sebuah mekanisme interaksi yang cukup
pengimplementasian program-program PPT Teluk efektif telah berlangsung (Gambar 5). Model uji
Balikpapan yang mengoptimalkan partisipasi coba ini diasumsikan bisa menjadi rujukan bagi
stakeholder dari Kota Balikpapan maupun pengembangan selanjutnya yang lebih baik lagi
Kabupaten Pasir khususnya. dan lebih efektif bagi implementasi RPTB.
Interaksi atau kehadiran bersama-sama,
4.2 Pengembangan Model Mekanisme intensitas dan kualitas materi komunikasi serta
Kelembagaan kesepakatan tindak-lanjut bersama yang tercapai
Lembaga-lembaga yang telah diuraikan di antara pimpinan atau perwakilan instansi-instansi
atas dipersiapkan sebagai cikal-bakal struktur teknis pemerintahan Kabupaten Pasir dan Kota
kelembagaan bagi pengimplementasian RPTB Balikpapan dalam model mekanisme komunikasi
dalam konteks PPT di masa mendatang. Mengapa dan interaksi Januari 2002 (Gambar 5),
perlu dibentuk tanpa menunggu dokumen RPTB memberikan suatu gambaran faktual bahwa
selesai dan diadopsi secara formal, adalah karena kemitraan antara Kota Balikpapan dan
saat dokumen RPRB tersebut selesai disusun, Kabupaten Pasir di masa mendatang untuk
adopsi formal atau persetujuan kepada dokumen bersama-sama mengimplementasikan RPTB
rencana PPT seperti RPTB tersebut idealnya sebagai bentuk pengelolaan terpadu Ekosistem
diberikan oleh pihak-pihak pemerintah yang Teluk Balikpapan sangat potensial untuk bisa
berwenang dan kelompok-kelompok stakeholder terwujud.
lainnya (Olsen et al., 1999). Berkenan dengan komponen-komponen
Akan lebih efektif dan efisien, bila telah kelembagaan yang sedang dipersiapkan untuk
terorganisir dalam sebuah forum. Selain itu, implementasi RPTB, stakeholder berharap nantinya
sebelum rencana PPT seperti RPTB itu selesai, ada hirarki koordinasi yang jelas. Hal tersebut
kewenangan-kewenangan dan struktur kelem- sedang dikembangkan dan belum tersirat pada
bagaan yang dibutuhkan untuk pengimplemen- Gambar 5.
tasian rencana tersebut sudah sebaiknya dinegosia-

Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002 34


Dewan Kerjasama Pengelolaan Teluk Balikpapan MASYARAKAT
Bupati Pasir dan Walikota Balikpapan BALIKPAPAN, PASIR DAN
dikoordinir oleh Gubernur Kalimantan Timur KALIMANTAN TIMUR

Komite Penasehat Ilmiah Forum


Akademisi dan Praktisi Sahabat Teluk Balikpapan
Ilmiah Anggota-anggota Masyarakat
Sekretariat
Balikpapan, Pasir dan Kalimantan
Pengelolaan Teluk
Timur
Balikpapan
Unit Koordinasi
Balikpapan dan Pasir

Spektrum komunikasi dan interaksi

DPRD DPRD
Kabupaten Pasir Kota Balikpapan

Gugus Tugas Pengelolaan Pesisir Gugus Tugas Pengelolaan


Kabupaten Pasir Pesisir Kota Balikpapan
Pimpinan-pimpinan Lembaga Pimpinan-pimpinan Lembaga
Pemerintah dan Non-Pemerintah Pemerintah dan Non-Pemerintah

Komunikasi dan interaksi

Kelompok Kerja Gabungan Isu Pengelolaan Pesisir Spesifik


Perwakilan-perwakilan Lembaga Pemerintah dan Non-Pemerintah Terkait

Isu Pengelolaan Isu Pengelolaan Isu Pengelolaan


Kontrol Erosi Tambak Ramah Lainnya
dan Sedimentasi Lingkungan (yang akan dibentuk)

Komponen Komponen
Lembaga formal yang ada kelembagaan kelembagaan
implementasi RPTB implementasi
operasional formal RPTB
operasional
Komponen kelembagaan implementasi RPTB yang akan dibentuk non formal

Gambar 5. Model mekanisme komunikasi dan interaksi antar komponen-komponen kelembagaan yang dipersiapkan
untuk struktur dan mekanisme kelembagaan implementasi RPTB nantinya.

35 Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002


5. PELAJARAN DARI PROSES PPT akan diadopsi secara formal dan
PENYIAPAN KELEMBAGAAN diimplementasikan oleh stakeholder
UNTUK IMPLEMENTASI RENCANA 1. Menggalang konstituensi dari pihak-pihak yang
PENGELOLAAN berwenang bahwa pihak-pihak tersebut
Perwakilan-perwakilan dari lembaga- berkenan mengadopsi dan mengimplemen
lembaga pemerintahan dengan kewenangannya tasikan Rencana/Program PPT yang
masing-masing untuk mengelola sumberdaya bersangkutan nantinya atas dasar pihak-pihak
wilayah merupakan stakeholder kunci (Olsen and tersebut pada dasarnya terlibat dalam proses
Kerr,2000). Selama ini mungkin sudah ada perencanaan PPT termaksud.
lembaga yang bertang gung-jawab untuk 2. Memperoleh konstituensi dari pihak-pihak
mengkoordinir perencanaan pembangunan antar berwenang dan stakeholder lainnya yang
program-program sektoral yang ada, tetapi belum berpotensi memberikan kepastian rencana
optimal menerapkan pendekatan atau metode pendanaan bagi pengimplementasian nantinya.
terpadu. Di samping itu, selain ketersediaan dana 3. Menyiapkan (mendesain dan mengembangkan)
yang berkesinambungan,salah satu aspek sistem, struktur dan mekanisme kelembagaan
fungsional dari memantapkan kelembagaan bagi berikut kelengkapan-kelengkapannya (alokasi
fungsi pengkoordinasian pengelolaan sumberdaya personil, dana dan jadwal kerja) sebagai me-
dan wilayah pesisir secara terpadu adalah untuk dia komunikasi, interaksi dan hirarki koordinasi
mengupayakan kepastian keberlanjutan dari yang mendukung pengimplementasian
inisiatif dan komitmen pengelolaan pesisir itu nantinya.
sendiri.
Dengan adanya struktur dan mekanisme B. Yang sebaiknya dilakukan sebelum
kelembagaan yang jelas dan baik diharapkan memulai mempersiapkan komponen-
terwujud kesamaan kerangka kerja yang paling komponen kelembagaan bagi koordinasi
tidak dalam arti optimalnya, yakni “saling selaras” implementasi sebuah Rencana/Program
atau “saling terpadu”. Namun hal tersebut PPT
memang tidak mudah. Selama proses penyiapan 1. Mempelajari konstelasi kelembagaan setempat
komponen-komponen kelembagaan bagi yang sudah ada (baik pemerintahan maupun
implementasi RPTB nantinya sampai saat ini, non-pemerintahan).
tidak sedikit kendala yang dihadapi. Kerjasama 2. Mengidentifikasi status, fungsi, tugas dan
yang kondusif antara Fasilitator proses dan stake- kewenangan masing-masing lembaga yang ada.
holder berhasil mengatasi beberapa kendala 3. Mempelajari mekanisme hirarki koordinasi
diantaranya. pada konstelasi kelembagaan yang ada.
Hal-hal yang dikemukakan oleh setiap 4. Mencer mati realitas apakah komponen
uraian pembelajaran berikut ini pada dasarnya konstelasi kelembagaan yang telah ada
merupakan pengalaman empiris selama proses tersebut berminat dan atau telah memahami
PPT Teluk Balikpapan. Namun, ada beberapa pendekatan, paradigma, konsep dan proses
yang disajikan berikut ini masih sebagai suatu PPT.
asumsi karena belum dilakukan. Pada deskripsi 5. Menggalang kesepahaman dan kesepakatan
berikut, uraian hal pembelajaran yang masih antar stakeholder berkenaan dengan penyiapan
merupakan asumsi ditandai dengan notasi sistem, struktur dan mekanisme kelembagaan
“(Asumtif)” di awal kalimat uraiannya. Disajikan yang mendukung pengimplementasian
pada kesempatan ini karena asumsi-asumsi Rencana PPT nantinya.
tersebut telah dikonsultasikan dengan stakeholder
sebagai rencana langkah yang disepakati untuk C.Mengatasi realitas bahwa isu-isu
ditempuh pada saatnya tiba. berkenaan dengan PPT, pengelolaan
ekosistem berbasiskan DAS dan
A.Hal-hal yang sebaiknya dipersiapkan perencanaan partisipatif belum populer
jauh sebelum sebuah Rencana/Program di kalangan stakeholder

Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002 36


1. Melakukan sosialisasi teori-teori ilmiah maupun 1. Pra-kondisi untuk ini adalah telah ditempuhnya
empirisnya (baik tertulis maupun tidak tertulis) hal-hal #2 di atas.
memanfaatkan berbagai bentuk media. 2. Sektor kelembagaan bagi koordinasi imple-
2. Menyediakan pelatihan yang menghadirkan mentasi PPT pada dasarnya merupakan sektor
instruktur-instruktur pakar di bidang terkait. publik, sehingga untuk proses pengem-
3. Kerap mendiskusikannya (dalam bentuk curah bangannya dibutuhkan adanya Fasilitator atau
pendapat) dengan stakeholder. Tim Fasilitator yang berpengalaman di bidang
4. Bersama stakeholder mengidentifikasi hal-hal manajemen, kebijakan dan kelembagaan
problematis akibat pengelolaan yang tidak publik.
terpadu (tidak terkoordinir dengan baik), 3. Tim Fasilitator melakukan eksplorasi mengenai
akibat kurangnya pemahaman mengenai sistem visi dan opini stakeholder berkenaan dengan
hidrologis DAS dan akibat tidak adanya atau pengembangan konstelasi kelembagaan publik.
belum optimalnya keterlibatan pihak-pihak 4. Tim Fasilitator mendesain model sistem dan
terkait dan unsur masyarakat umum. struktur (komponen-komponen kelembagaan)
5. Melakukan uji-coba sederhana penerapan serta mekanisme kelembagaan atau “model
pendekatan PPT, pengelolaan DAS dan peren- kelembagaan” bagi koordinasi pengimplemen-
canaan partisipatif kepada satu hal problematis tasian Rencana/Program PPT sebagai
untuk memperoleh bukti signifikansinya. “pancingan” atau bahan diskusi dan konsultasi
6. Khusus berkenaan pendekatan dan metode dengan stakeholder.
perencanaan partisipatif, perlu juga 5. Melakukan konfirmasi dan mem peroleh
dilakukan penghimbauan secara simpatik kesediaan lembaga-lembaga yang ada di
kepada pihak-pihak yang berwenang dalam kalangan stakeholder bila lembaga-lembaganya
perencanaan pembangunan (seperti menjadi bagian dari model kelembagaan yang
Perencanaan Tata Ruang) untuk menerapkan didesain.
atau semakin mengoptimalkan lagi 6. Melakukan diskusi dan konsultasi secara
partisipasi stakeholder dan publik dalam intensif dengan stakeholder berkenaan dengan
tahapan-tahapan penting proses perencanaan konsep model yang telah didesain. Selama
yang dilaksanakan. Mencer mati bahwa diskusi dan konsultasi ini, Tim Fasilitator
umumnya kegiatan perencanaan wilayah menjelaskan secara simpatik apa dan
memanfaatkan jasa konsultan perencanaan bagaimana model yang telah didesain.
profesional, maka selain pihak-pihak di 7. Mengakomodasi masukan, saran, koreksi,
pemerintahan, penghimbauan secara pertimbangan, kritik maupun keberatan stake-
simpatik juga perlu dilakukan kepada holder dari diskusi-diskusi dan konsultasi-
konsultan perencanaan profesional yang konsultasi saat memperbaharui desain model
bersangkutan. kelembagaan yang dikembangkan.
Hal-hal 1 s/d 5 sangat efektif dan efisien 8. Melakukan konfirmasi tentang pembaharuan-
bila bisa dilakukan pada tahap awal atau pembaharuan yang telah mengakomodasi
beriringan dengan memulai sebuah siklus masukan, saran, koreksi, pertimbangan, kritik
perencanaan PPT. maupun keberatan stakeholder.
9. Mendiskusikan dan mengkonsultasikan nya
D.Langkah-langkah dalam menggalang kembali dengan stakeholder sampai memperoleh
kesepahaman dan kesepakatan antar kesepakatan untuk membentuk dan menguji-
stakeholder berkenaan dengan coba-kembangkan pengoperasian model
penyiapan sistem, struktur dan kelembagaan. Dimulai dengan membentuk
mekanisme kelembagaan yang dan menguji-coba-kembangkan pengoperasian
dibutuhkan bagi koordinasi implementasi satu persatu komponen kelembagaan yang
sebuah Rencana/Program PPT memiliki urgensi untuk diuji-coba.

37 Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002


10. Mendesain model mekanisme komunikasi dan kelembagaan yang tersusun atas komponen-
interaksi antar komponen-komponen kelem- komponen kelembagaan yang merepresentasi
bagaan dan menguji-cobanya untuk menge- kan kelompok-kelompok stakeholder dan
tahui efektifitas dan efisiensinya maupun publik. Konstelasi sebaiknya terdiri atas
keunggulan dan kelemahannya. Apakah uji- komponen-komponen lembaga representatif
coba model mekanisme komunikasi dan sebagai berikut:
interaksi sebaiknya dilakukan lebih dulu z Representasi lembaga-lembaga pemerintahan,

dibanding uji-coba mekanisme hirarki z Representasi pimpinan-pimpinan lembaga

koordinasi disesuaikan dengan kesiapan pemerintahan,


situasi dan kondisi yang ada. z Representasi masyarakat ilmiah,

11.Melakukan analisa penilaian hasil uji-coba z Representasi lembaga-lembaga non

tersebut dan mendiskusikannya dengan stake- pemerintahan, dan


holder sampai memperoleh kesepakatan untuk z Representasi publik atau anggota-anggota

ditetapkan sebagai model mekanisme masyarakat umum (mengakomodasi


komunikasi dan interaksi yang baku untuk komunitas “akar rumput” atau grass root) yang
diimplementasikan dalam jangka waktu yang kesemuanya harus diarahkan untuk saling
saling disepakati. berkomunikasi, berinteraksi dan
12. (Asumtif) Mendesain model mekanisme hirarki berkoordinasi secara harmonis.
koordinasi antar komponen-komponen
kelembagaan (siapa bekerja dengan siapa, F. Unsur-unsur yang sebaiknya ada agar
siapa bekerja untuk siapa, siapa bertanggung- sebuah komponen kelembagaan untuk
jawab ke siapa, siapa melapor ke siapa, dan koordinasi PPT dapat beroperasi secara
lain-lain) dan menguji-coba untuk mengetahui konstan
efektifitas dan efisiensinya maupun keunggul- 1. Adanya komposisi keanggotaan yang
an dan kelemahannya. representatif dan memiliki komitmen yang
13. (Asumtif) Melakukan analisa penilaian hasil tinggi.
uji-coba tersebut dan mendiskusikannya 2. Adanya ketetapan yang jelas mengenai sta-
dengan stakeholder sampai memperoleh tus, fungsi, tugas dan kewenangan kompo-
kesepakatan untuk ditetapkan sebagai model nen kelembagaan yang bersangkutan yang
mekanisme hirarki koordinasi yang baku untuk disetujui oleh pihak-pihak berwenang yang
diimplementasikan dalam jangka waktu yang lebih ting gi hirarkinya dibandingkan
saling disepakati. anggota-anggota komponen kelembagaan
14. (Asumtif) Membuat pertemuan yang yang bersangkutan.
menghadirkan semua komponen kelembagaan 3. Sebaiknya didukung oleh legitimasi formal
untuk saling memberikan legitimasi atas model tertulis dari pihak berwenang tertinggi (seperti
sistem dan struktur serta mekanisme kelem- contohnya legitimasi atau Surat Keputusan
bagaan bagi koordinasi pengimplemen tasian Kepala Daerah bagi pembentukan dan
Rencana/Program PPT yang telah sepakat pengoperasian komponen kelembagaan yang
dibakukan. bersangkutan di daerahnya).
4. Adanya dana pengoperasian lembaga. Sering
E.Konstelasi kelembagaan yang perlu dijumpai implikasi yang menguntungkan
diciptakan bagi koordinasi dan evaluasi dimana legitimasi formal tertulis seperti
implementasi Rencana/Program PPT diuraikan nomor 3 di atas memberikan pula
1. Menyadari bahwa sektor kelembagaan bagi kepastian pendanaan pengoperasian komponen
koordinasi implementasi PPT pada dasarnya lembaga yang bersangkutan.
merupakan sektor publik. 5. Tersedianya sumberdaya yang dibutuhkan
2. Konstelasi kelembagaan yang perlu diciptakan untuk pengoperasian.
bagi koordinasi dan evaluasi implementasi 6. Bila hal nomor 3, 4 dan 5 di atas tidak tersedia,
Rencana/Program PPT adalah konstelasi maka diperlukan pihak yang bisa memfasilitasi

Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002 38


pengoperasian komponen kelembagaan yang memberikan kepastian rencana pendanaan bagi
bersangkutan secara maksimum di berbagai pengimplementasian nantinya.
aspek operasionalnya. 5. Pengoperasian komponen-komponen kelem-
7. Untuk komponen kelembagaan representasi bagaan ini jauh sebelum Rencana/Program
publik atau anggota-anggota masyarakat PPT diimplementasikan dan pelibatannya
umum (mengakomodasi komunitas “akar dalam penyusunannya semakin mematangkan
rumput” atau grass root) biasanya hanya efektif kapasitas komponen-komponen kelembagaan
menerapkan metode sukarela (voluntir) dalam ini untuk pada saatnya siap mengimplementa-
sistem keanggotaannya. sikan Rencana/Program PPT.
8. Untuk komponen kelembagaan representasi
publik atau grass root yang (berpotensi) memiliki DAFTAR PUSTAKA
jumlah anggota yang sangat banyak (seperti
“Forum” yang anggotanya lebih dari 30 orang Bappeda Kabupaten Pasir. 2000. Laporan Hasil
dan bersifat voluntir), sebaiknya memiliki Pelaksanaan Kegiatan Proyek Coastal
“Dewan Pengurus” untuk berfungsi sebagai Resources Management Planning (CRMP)
“dinamisator” atau dilengkapi dengan “unsur Kabupaten Pasir Tahun Anggaran 1999/
pelaksana” yang terdiri atas individu-individu 2000. Bappeda Kabupaten Pasir. Tanah
yang berkomitmen sangat tinggi dan bila Grogot, Indonesia.
memungkinkan profesional, serta sebaiknya Bappeda Kota Balikpapan. 2000. Laporan
berhasil memenuhi hal-hal nomor 2, 3, 4, 5 dan Kegiatan Proyek Coastal Resources
atau 6 di atas. Management Planning (CRMP) T.A. 1999/
2000 Di Kota Balikpapan. Bappeda Kota
G. Manfaat adanya komponen-komponen Balikpapan. Balikpapan, Indonesia.
kelembagaan yang pembentukannya Dutton, I. M. 1993. Guidelines for the Preparation
dilakukan jauh sebelum sebuah and Assessment of Management Plans.
Rencana/Program PPT akan diadopsi Indonesian Marine Science Education
secara formal dan diimplementasikan Project - Universitas Diponegoro. Lismore,
oleh stakeholder Australia.
1. Pengoperasian komponen-komponen kelem- Har yanto, B., A. Tahir, R. Malik, A. S.
bagaan ini bisa menjadi eksperimen untuk Dharmawan, A. Setiadi, A. J. Siahainenia,
memprediksi efektifitas dan efisiensi aspek- A. Yani, Kasmawaty dan R. Erwinadi.
aspek PPT termasuk dari keterlibatannya (2000). Proses Penyusunan Profil Teluk
dalam proses penyusunan Rencana/Program Balikpapan Berdasarkan Isu Pengelolaan.
PPT yang bersangkutan. Paper dalam Sondita et al. 2000. Pelajaran
2. Pengoperasian komponen-komponen kelem- Dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 -
bagaan ini bisa memberikan kontribusi dalam 2000. Prosiding Lokakarya Hasil
memperbaharui dan semakin mempertajam Pendokumen- tasian Kegiatan Proyek
materi Rencana/Program PPT hingga saat Pesisir di Bogor, 21 - 24 Maret 2000.
produksi dokumen formalnya. Kerjasama Pusat Kajian Sumberdaya
3. Komponen-komponen kelembagaan ini bisa Pesisir dan Lautan - Institut Pertanian
menjadi “katalisator” untuk memperoleh Bogor dengan Proyek Pesisir - Coastal
konstituensi dari pihak-pihak yang berwenang Resources Management Project dan
untuk berkenan mengadopsi secara formal dan Coastal Resources Center - University of
mengimplementasikan Rencana/Program PPT Rhode Island. Bogor, Indonesia.
nantinya. Olsen, S. B., K. Lowry and J. Tobey. 1999. A
4. Komponen-komponen kelembagaan ini bisa Manual for Assessing Progress in Coastal
menjadi “katalisator” untuk memperoleh Management. Coastal Management Report
konstituensi dari pihak-pihak yang berwenang #2211 - January 1999. The University of
dan stakeholder lainnya yang berpotensi Rhode Island, Coastal Resources Center,

39 Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002


Graduate School of Oceanography. Proyek Pesisir KalTim, Pemerintah Kota
Narragansett, RI, USA. Balikpapan dan Pemerintah Kabupaten Pasir.
Olsen, S. B., and M. Kerr. 2000. Building 2000. Isu-isu Kajian Dalam Rencana
Constituencies for Coastal Management: A Pengelolaan. Bahan “Lokakarya Partisipatif-
Handbook for the Planning Phase. Coastal IV: Penyusunan Rencana Pengelolaan Teluk
Management Report #2214. The University Balikpapan” yang diselenggarakan oleh
of Rhode Island, Coastal Resources Center, Proyek Pesisir KalTim bekerjasama dengan
Graduate School of Oceanography. Pemerintah Kota Balikpapan dan Kabuapten
Narragansett, RI, USA. Pasir di Balikpapan, 11-12 Oktober 2000.
Proyek Pesisir. 2000. Year Four Workplan (April Proyek Pesisir KalTim. Balikpapan,
2000 - March 2001). Proyek Pesisir Indonesia.
Publication AR-00/01-E. Coastal Resources Dharmawan, A.S., A. Setiadi, R. Malik, dan A. J.
Center, University of Rhode Island. Jakarta, Siahainenia, 2001. Proses Penyusunan
Indonesia. Rencana Pengelolaan Teluk Balikpapan
Proyek Pesisir KalTim. 2000a. Dokumen dalam Sondita,et.al.2001. Pelajaran Dari
Kompilasi PMP Data Proyek Pesisir KalTim Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2001.
1998/1999 & 1999/2000. Proyek Pesisir Prosiding Lokakarya Hasil Pendokumen-
KalTim. Balikpapan, Indonesia. tasian Kegiatan Proyek Pesisir di Bogor, 28
Proyek Pesisir KalTim. 2000b. Dokumen Maret - 3 April 2001. Kerjasama Pusat
Kompilasi PMP Data Proyek Pesisir KalTim Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan -
2000/2001 & 2001/2002. Proyek Pesisir Institut Pertanian Bogor dengan Proyek
KalTim. Balikpapan, Indonesia. Pesisir - Coastal Resources Management
Project dan Coastal Resources Center -
University of Rhode Island. Bogor,
Indonesia.

Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002 40


IMPLEMENTASI RENCANA PENGELOLAAN TINGKAT DESA DI
KABUPATEN MINAHASA PROPINSI SULAWESI UTARA

Oleh:
Maria Dimpudus, Meidiarti Kasmidi, Christovel Rotinsulu,
Noni Tangkilisan, J. Johnnes Tulungen dan Asep Sukmara

ABSTRAK

Proyek Pesisir telah memfasilitasi Pemerintah Daerah Propinsi Sulawesi Utara untuk menyiapkan rencana pembangunan desa dan
pengelolaan sumberdaya pesisir. Setelah dua tahun kegiatan yang melibatkan partisipasi masyarakat, penguatan kelembagaan dan
pelaksanaan kegiatan-kegiatan awal, setiap lokasi proyek telah memiliki rencana pengelolaan yang disetujui oleh masyarakat desa
dan didukung sepenuhnya oleh Pemerintah Kabupaten Minahasa.

Rencana pengelolaan desa tersebut memiliki keistimewaan dalam beberapa hal. Pertama, rencana tersebut merupakan contoh dari
proses perencanaan partisipatif yang diterapkan di tingkat desa, dan terintegrasi dengan perencanaan berbagai tingkat wilayah/
pemerintahan hingga tingkat propinsi. Kedua, strategi dan kegiatan yang direncanakan mencakup prinsip-prinsip pembangunan
yang berkelanjutan yang bertujuan untuk melindungi dan memelihara kondisi lingkungan, seperti terumbu karang, serta kualitas
masyarakat melalui perbaikan suplai air minum, pengembangan mata pencaharian alternatif (ekoturisme) dan perbaikan prasarana
pedesaan. Ketiga, rencana tersebut menempatkan masyarakat sebagai penanggungjawab utama pengelolaan pesisir yang dijalankan
oleh sekelompok relawan anggota masyarakat setempat dengan bantuan dinas-dinas terkait melalui proses perencanaan,
pengalokasian dana dan pelaksanaan program yang sesuai dengan mekanisme pemerintahan setempat.

Beberapa pengalaman dalam pelaksanaan rencana yang cukup inovatif melalui penyediaan dana langsung kepada masyarakat dalam
bentuk ‘block grant’ telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten dan Proyek Pesisir untuk kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan
rencana pengelolaan. Saat ini sedang direncanakan program replikasi pengelolaan pesisir tingkat desa untuk tempat-tempat lain.
Pemerintah Kabupaten akan menyiapkan dukungan teknis dan dana untuk pemerintahan dan masyarakat desa.

Upaya-upaya awal di atas adalah cara baru bagaimana pemerintahan lokal melaksanakan tugasnya. Rencana-rencana tersebut dapat
dipandang sebagai percontohan dari program pengelolaan pesisir yang terdesentralisasi, sekaligus sebagai model dari program
pembangunan yang bersifat partisipatif dan transparan serta mengakomodasi aspirasi masyarakat setempat. Makalah ini menyajikan
proses dan pelajaran dari implementasi rencana pengelolaan tingkat desa di lokasi proyek.
Kata kunci: Rencana pengelolaan tingkat desa; pengelolaan pesisir; Minahasa, Sulawesi Utara; adopsi formal rencana
pengelolaan; adopsi best practices; perencanaan partisipatif.

ABSTRACT

Proyek Pesisir has been assisting provincial government to establish some examples of village level plans for community development
and management of coastal resources. After two years of extensive community participation, capacity building and implementation
of field early activities, village coastal management plans were established and approved by local communities and ratified at the
regency level.

These village level plans are significant in many ways. First, they are among the first examples of results of participatory planning
process implemented at the village level, but integrated with multiple levels and sectors of government (up to the provincial level).
Second, the strategies and actions in the plans embrace the principles of sustainable development that aim to protect and sustain
healthy environments, such as coral reefs, as well as to improve quality of human life through improvement in drinking water
supply, development of alternative livelihoods (e.g. ecotourism) and improvement of village infrastructure. Third, they place
primary responsibility for coastal management on the hand of local community through a committee of volunteer village
members with assistance provided by sectoral agencies through the existing planning, budgeting and implementation mechanisms
of local government.

A strategy to support village communities through annual block grants has been made by local government and Proyek Pesisir
directly to the communities for actions that are consistent with the plans. Planning is also underway to replicate from pilot sites to
a regency program that provides technical and financial support services to village government and communities coast-wide. These
initial effort are representing a new way of how local government can conduct its responsibility. These plans are viewed both as

41 Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002


pilots for a decentralized coastal resources management program, and as models of how other development programs implemented
can become more participatory and transparent, as well as better meet the aspirations of local communities. This paper describes
the process and initial lessons learned of the village level plan implementation at Proyek Pesisir pilot sites.
Keywords: Village level management plan; coastal management; Minahasa, North Sulawesi; formal adoption of man-
agement plan; adoption of best practices; participatory planning.

1. PENDAHULUAN partisipasi dan kegiatan pengelolaan berbasis-


Proyek Pesisir Sulawesi Utara secara for- masyarakat (Crawford, 1999).
mal telah mengembangkan contoh-contoh Sejak bulan Juli 1997 tiga lokasi lapang (field
pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir berbasis sites) dipilih dan ditetapkan di Sulawesi Utara
masyarakat. Bagi Proyek Pesisir, pengelolaan- (Gambar 1) melalui konsultasi dan kerjasama
berbasis masyarakat adalah pengelolaan secara dengan masyarakat setempat, pemerintah desa
bersama (co-management) antara masyarakat, (lokal) dan propinsi serta didukung oleh suatu
pemerintah setempat dan stakeholder di desa. survei awal secara cepat di 20 desa pesisir di
Contoh-contoh pengelolaan yang dikembangkan Kabupaten Minahasa.
di Sulawesi Utara diharapkan merupakan contoh Penetapan lokasi ini dilaksanakan oleh Tim
yang baik dalam rangka “....desentralisasi dan Kerja Propinsi yang terdiri dari instansi dan
penguatan pengelolaan sumberdaya wilayah lembaga terkait di Sulawesi Utara dan Minahasa
pesisir di Indonesia .....” sebagaimana tujuan yang dikoordinasi oleh BAPPEDA Sulawesi
strategis dari Program Pengelolaan Sumberdaya Utara. Kemudian penetapan lokasi ini diikuti
Alam II ( Natural Resources Mangement II - proses sosialisasi dengan masyarakat desa
NRM II) USAID-BAPPENAS bahwa misi ini setempat untuk menjelaskan tujuan, harapan dari
dapat dicapai dengan model-model desentralisasi, kegiatan Proyek Pesisir.
Bersama dengan kegiatan ini juga
dilakukan identifikasi pendekatan
pengelolaan yang akan diterapkan di
masing-masing desa dan penempatan
penyuluh lapangan Proyek Pesisir
secara tetap di masing-masing lokasi
untuk memfasilitasi pelaksanaan pro-
gram sejak Oktober 1997 (Tulungen et
al., 1998).
Tujuan Proyek Pesisir di lapangan
(field sites) adalah untuk mengem-
bangkan contoh-contoh dari cara/
metode yang baik dalam pengelolaan
sumberdaya wilayah pesisir lewat
penerapan metode-metode, strategi,
kegiatan, aturan lokal dan rencana.
Contoh-contoh ini diharapkan dapat
mendorong untuk memperbaiki atau
mempertahankan kualitas hidup
masyarakat di wilayah pesisir, dan
mempertahankan atau memperbaiki
kondisi sumberdaya wilayah pesisir
dimana banyak orang menggantungkan
kehidupan mereka.
Gambar 1. Lokasi Proyek Pesisir di Sulawesi Utara

Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002 42


43
Apa yang dilakukan Apa yang terjadi/dihasilkan

Proses Hasil/Capaian Tujuan Akhir

1. Identifikasi Isu - Pemahaman keadaan


masyarakat
- Pemahaman Proyek
- Pemahaman Isu

(6 - 12 bulan )
2. Persiapan Perencanaan - Partisipasi luas
- Kesepakatan terhadap - Sumberdaya
tujuan dan kegiatan Pesisir dan
lingkungan

WAKTU
terpelihara/lebih
- Penerimaan secara
3. Persetujuan Rencana baik

(6 - 12 bulan )
formal
dan Pendanaan - Manfaat sosial
- Dasar hukum yang
jelas dan benar ekonomi
diperoleh
- Masyarakat
Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan efektif diberdayakan
4. Pelaksanaan
Umpan balik

(1- 9bulan )
Gambar 2: Model Program Rencana Pembangunan dan Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat di Sulawesi Utara

Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002


Adapun kerangka kerja konsep proses Untuk melihat kemajuan yang sudah
perencanaan dan pelaksanaan berbasis-masya- diperoleh setelah rencana pengelolaan ini
rakat di Sulawesi Utara secara ringkas mengikuti ditetapkan dan dilaksanakan oleh masyarakat,
langkah-langkah sebagai berikut: serta dalam rangka pembelajaran baik kepada
1. Identifikasi Isu masyarakat, pemerintah, LSM, Perguruan Tinggi
2. Persiapan Perencanaan maupun swasta dalam pengelolaan sumberdaya
3. Persetujuan Rencana dan Pendanaan pesisir maka implementasi (pelaksanaan) rencana
4. Pelaksanaan pengelolaan perlu didokumentasikan.
5. Pengawasan dan Evaluasi
Model program bagi perencanaan dan 2. METODOLOGI
pelaksanaan rencana pembangunan dan Paper ini ditulis oleh Staf Proyek Pesisir
pengelolaan berbasis masyarakat alurnya dapat Sulawesi Utara yang didasarkan pada pengalaman
dijelaskan dalam Gambar 2. Model ini dari staf dalam melakukan pendampingan dan
menggambarkan apa yang dilakukan oleh pro- memfasilitasi masyarakat dan pemerintah
gram menyangkut kegiatan yang dilakukan dan setempat dalam pelaksanaan rencana pengelolaan
hasil dari tiap kegiatan. Rincian kegiatan, hasil dan desa. Selain pengalaman, dokumen-dokumen dan
indikator pada tiap tahapan secara rinci lihat laporan masyarakat dalam rangka implementasi
Lampiran 1. Setiap langkah dalam proses memiliki rencana pengelolaan baik proposal, rencana
sejumlah capaian antara yang dihasilkan dari setiap tahunan desa, laporan pelaksanaan dan laporan
kegiatan yang dilaksanakan. Proses dan kegiatan keuangan dari pelaksana rencana pengelolaan dan
serta capaian ini akan mengarah pada tujuan akhir pemerintah desa. Catatan dan tambatan hasil
atau dampak yang dihasilkan. evaluasi bersama antara masyarakat, kelompok-
Paper ini mendokumentasikan tahap kelompok pengelola, pemerintah desa,
pelaksanaan dari rencana pengelolaan yang sudah Kabupaten, DPRD Minahasa dan Proyek Pesisir,
ditetapkan di desa. Pelaksanaan rencana adalah dokumen yang dipakai sebagai dasar
pengelolaan ini merupakan bagian dari siklus penulisan dokumentasi ini. Periode waktu
perencanaan atau kebijakan dalam pengelolaan implementasi rencana pengelolaan ini adalah pada
sumberdaya wilayah pesisir berbasis masyarakat. Tahun anggaran 2000 dan 2001.
Pada tahap pertama telah dilakukan pengi-
dentifikasian isu yang ada di desa, yaitu 3. RENCANA PENGELOLAAN
permasalahan dan potensi wilayah pesisir yang SUMBER DAYA WILAYAH PESISIR
dapat dikembangkan dalam pemanfaatan DESA
sumberdaya wilayah pesisir secara berkelanjutan
oleh masyarakat. Tahap selanjutnya adalah 3.1 Pengertian
penyusunan rencana pengelolaan berdasarkan Rencana pengelolaan sumberdaya wilayah
isu dan per masalahan yang ada. Rencana pesisir desa (Rencana Pengelolaan Desa) adalah
pengelolaan ini, diusulkan dan direncanakan rencana terpadu yang disusun oleh masyarakat
oleh masyarakat untuk dilaksanakan dengan dalam rangka mengelola sumberdaya yang ada
melihat potensi dan kemampuan masyarakat. khususnya yang berhubungan dengan wilayah
Setelah rencana pengelolaan ini disepakati pesisir di desa untuk dimanfaatkan atau
maka pelaksanaan rencana pengelolaan ini dilestarikan demi menjaga dan mempertahankan
diharapkan dapat dilaksanakan sendiri oleh kondisi sumberdaya wilayah pesisir dan
masyarakat secara partisipatif dan berke- meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
lanjutan. Untuk mendorong pelaksanaan wilayah pesisir.
rencana pengelolaan ini maka Proyek Pesisir Rencana pengelolaan desa diperlukan agar
membantu masyarakat menyusun rencana kerja pengelolaan sumberdaya pesisir di desa dapat
tahunan dengan memberikan dana Block Grant terlaksana secara efektif serta diharapkan
yang disediakan oleh Proyek Pesisir dan oleh menjadi pedoman untuk kegiatan pengelolaan
Bappeda Kabupaten Minahasa. secara terpadu dan berbasis masyarakat sesuai

Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002 44


dengan visi dan misi masyarakat. Rencana APBD, Pihak Lain dan Swadaya Masyarakat
Pengelolaan desa secara umum mempunyai tujuan walaupun belum mencantumkan jumlah anggaran
sebagai berikut: dari setiap kegiatan.
z Sebagai pedoman bagi masyarakat desa, Lewat pembuatan rencana pengelolaan ini
pemerintah dan pihak terkait lainnya dalam maka diharapkan terjadi perubahan perilaku baik
upaya penyelesaian dan penanganan isu-isu/ dari masyarakat maupun pemerintah setempat
masalah yang diprioritaskan melalui rencana mengenai bagaimana proses membuat dan
kegiatan pengelolaan sumberdaya wilayah merencanakan pembangunan dan pengelolaan di
pesisir terpadu. desa secara partisipatif, transparan dan bottom up.
z Memperjelas tang gung jawab dan peran Pelaksanaan rencana pengelolaan di desa ini juga
masyarakat, pemerintah dan pihak terkait diharapkan menjadi proses pembelajaran dari
lainnya dalam perencanaan dan pelaksanaan masyarakat mengenai bagaimana mengelola secara
kegiatan yang ada di dalam Rencana bersama (co-management) dengan pemerintah dan
Pengelolaan desa. pihak terkait lainnya dalam kegiatan-kegiatan
z Sebagai pedoman dalam menetapkan aturan- pembangunan di desa. Perubahan perilaku juga
aturan dari masyarakat dan pemerintah dapat diperoleh lewat pemahaman masyarakat
sehubungan dengan penanganan isu dan dan pemerintah desa bahwa kegiatan pem-
penyelesaian masalah. bangunan di desa dapat dilaksanakan oleh
Dokumen rencana pengelolaan desa akan masyarakat desa sendiri secara swadaya dan
menjadi pedoman dan mendorong adanya partisipatif. Tabel 1 merinci perubahan perilaku
dukungan dari masyarakat dalam pelaksanaan dari stakeholder beserta indikator perubahan
kegiatan yang diusulkan dalam rencana perilaku tersebut.
pengelolaan, terutama yang menyangkut
pengelolaan sumberdaya terumbu karang, hutan 3.2 Proses Penusunan
bakau, padang lamun, hutan, rawa, sungai, pantai, Sebelum dilakukan proses penyusunan
satwa yang dilindungi dan sebagainya sebagai satu diawali dengan pengumpulan data dasar (sosial-
kesatuan ekosistem. ekonomi, lingkungan dan sejarah ekologis), survei
Isi dokumen rencana pengelolaan bervariasi dan kajian teknis untuk menunjang penggambaran
di setiap desa berdasarkan kondisi desa masing- dan analisis isu secara mendalam, memadukan
masing, tapi secara umum berisi sebagai berikut: hasil kajian teknis dan sistematis dengan hasil
Keputusan Desa tentang pelaksanaan, visi kajian partisipatif untuk penyusunan rencana
pengelolaan oleh masyarakat, isu-isu pengelolaan terpadu yang difasilitasi oleh Proyek Pesisir.
pesisir, strategi dan kegiatan, monitoring & Sejalan dengan itu dilaksanakan orientasi program
evaluasi, dan kelembagaan (Badan Pengelola, di desa dan penyiapan masyarakat melalui
Pemerintah Desa, kecamatan dan dinas-dinas berbagai kegiatan Pendidikan Lingkungan Hidup
terkait di kabupaten). (PLH), pelatihan, lokakarya, seminar, dan studi
Rencana pengelolaan disetujui secara for- banding yang didampingi oleh seorang
mal oleh pemerintah dan masyarakat di masing- pendamping masyarakat untuk ditempatkan di
masing desa melalui penandatanganan surat desa.
keputusan desa oleh Kepala Desa dan perwakilan Tahap pertama yang dilakukan adalah
masyarakat dalam suatu forum musyawarah desa. identifikasi isu-isu pengelolaan sumberdaya
Persetujuan ini juga ditandatangani oleh Wakil wilayah pesisir di desa oleh masyarakat.
Bupati, Ketua Bappeda, Camat, dan perwakilan Identifikasi isu mencakup penentuan sebab dan
dari dinas terkait yang merupakan anggota Tim akibat permasalahan pengelolaan yang
Kerja Kabupaten Minahasa Program Pengelolaan membutuhkan penanganan secara berkelanjutan
Sumberdaya Wilayah Pesisir Terpadu. Alokasi oleh masyarakat. Isu dapat berupa masalah
pembiayaan dalam rencana pengelolaan disusun kerusakan, ketidakteraturan, kekurangan yang
oleh masyarakat setempat dengan mempertim- dapat mengancam kelestarian dan pemanfaatan
bangkan sumber-sumber anggaran seperti APBN, sumberdaya yang berkesinambungan; masalah

45 Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002


Tabel 1. Perubahan perilaku stakeholder dan indikator

Stakeholders Perubahan Perilaku Indikator

Masyarakat z Partisipasi dan swadaya masyarakat z Jumlah masyarakat yang berpartisipasi


z Perubahan kepedulian dan kesadaran z Jumlah kontribusi masyarakat dalam bentuk
fisik dan non fisik
z Dukungan dan keterlibatan masyarakat
dalam perencanaan z Pelaksanaan rencana pengelolaan
z Pengelolaan sumberdaya semakin baik z Penegakan aturan yang dilakukan kepada
pelanggar
Laporan keuangan dan kegiatan yang
Transparansi dalam pengelolaan
z

Pemerintah
z
dilaksanakan secara terbuka
desa z Kapasitas dalam perencanaan dan
Rencana yang dilaksanakan dengan baik
pelaksanaan pengelolaan
z

Pertemuan-pertemuan koordinasi antara


Koordinasi pelaksanaan dengan Badan
z
z
Pemdes dengan BPD dalam rangka
Perwakilan Desa (BPD) dan lembaga lain di
koordinasi
desa
Jumlah peraturan desa yang dibuat dan
Kemampuan dalam menformulasikan
z
z
ditetapkan
peraturan desa
Laporan-laporan keuangan yang sesuai
Pengelolaan keuangan yang terbuka
z
z
dengan pedoman
z Pelayanan kepada masyarakat semakin baik

B a d a n z Kapasitas dalam pembuatan rencana dan


Jumlah aturan yang dibuat dan disepakati
aturan
z

Perwakilan
Desa Jumlah masukan dan tinjauan yang dilakukan/
Kontrol dan tinjauan dalam pelaksanaan
z
z
diberikan oleh BPD

Pemerintah z Meningkatnya kapasitas dalam perencanaan


Kabupaten z Adanya perencanaan yang mengakomodasi
z Bantuan teknis dan dana dapat diberikan rencana pengelolaan desa
kepada masyarakat dalam pelaksanaan
z Jumlah bantuan teknis dan dana yang
z Kebijakan yang mendukung pengelolaan diberikan langsung kepada masyarakat
wilayah pesisir berbasis masyarakat
z Adanya peraturan daerah dan kebijakan yang
mendukung pengelolaan dan pelaksanaan
Perguruan z Bantuan teknis diberikan langsung kepada z Jumlah bantuan teknis yang diberikan kepada
Tinggi masyarakat masyarakat
z Adanya program pengabdian kepada z Jumlah desa yang diberikan bantuan teknis
masyarakat yang terfokus pada pengelolaan
Jumlah program pengabdian yang telah
wilayah pesisir berbasis masyarakat
z

diberikan di desa

LSM z Pelaksanaan program terpadu dan


Adanya program terpadu dengan berbagai
berkelanjutan
z

sektor dalam program


z Pendampingan kepada masyarakat desa
Jumlah program dan desa yang didampingi
semakin baik dalam konservasi pesisir
z

Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002 46


hukum/aturan, lemahnya pengawasan dan dicapai dengan memperhatikan prioritas dan
koordinasi antar pihak yang berwenang; ataupun Renstra tingkat kabupaten dan propinsi. Ditingkat
potensi-potensi yang dalam pengembangannya propinsi dapat menyusun Renstra dan pedoman
perlu pengaturan dan pengelolaan. Hasil pembuatan rencana pembangunan dan
pengidentifikasian isu tersebut selanjutnya pengelolaan yang akan menjadi dasar pembuatan
dituangkan dalam dokumen Profil Sumberdaya rencana pengelolaan di tingkat desa.
Wilayah Pesisir Desa. Profil Sumberdaya Desa Keterlibatan dari instansi terkait dalam
Blongko dan Talise telah dipublikasikan dalam proses pembuatan rencana pengelolaan serta
bentuk dokumen terpisah dari rencana pengelolaan memberikan bantuan teknis (pelatihan, konsultasi
desa. (Kasmidi et al., 1999; Tangkilisan et al., teknis dan dana) kepada masyarakat dan
1999). pemerintah di tingkat desa merupakan bentuk
Tahap kedua adalah perencanaan yang dukungan dari pemerintah kabupaten. Hal ini
merupakan satu tahapan untuk penyusunan dapat diadopsi oleh pemerintah setempat serta
strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dan sejalan dengan kebijakan pembangunan dari
akan dilakukan dalam menjawab dan mengatasi pemerintah kabupaten maupun propinsi.
isu-isu dalam pengelolaan sumberdaya pesisir.
Tahap perencanaan terdiri dari: penyusunan 3.4 Strategi Melembagakan Rencana
konsep awal rencana pengelolaan desa, penentuan Pengelolaan Desa
isu prioritas yang disepakati oleh masyarakat,
konsultasi tingkat masyarakat untuk merevisi 3.4.1 Kelembagaan
konsep rencana pengelolaan desa, konsultasi Dalam melembagakan pengelolaan pesisir
tingkat pemerintah kecamatan maupun instansi di tingkat desa, Proyek Pesisir berupaya untuk
sktoral atau dinas-dinas terkait di kabupaten dan mengoptimalkan peran pemerintah desa dan
persetujuan pendanaan. Tahap terakhir adalah lembaga formal di desa (lihat Boks 1) meskipun
penyelesaian dokumen Rencana Pengelolaan Desa lembaga-lembaga formal di desa-desa belum
dan peluncuran dokumen Rencana Pengelolaan berfungsi sebagaimana diharapkan masyarakat.
Desa Blongko, Talise dan Bentenan-Tumbak telah Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD)
dipublikasikan. (Kasmidi, 1999b; Tangkilisan, sebagai lembaga perencana dan pelaksana
1999b; Dimpudus et al., 1999).

3.3 Hubungan Rencana Boks 1.


Pengelolaan Desa dengan
Rencana Pembangunan Peran pemerintah desa
Kabupaten dan Propinsi z Bertanggung jawab kepada masyarakat desa melalui BPD
Dengan disusunnya rencana atas pelaksanaan rencana pengelolaan pesisir desa.
pengelolaan desa secara khusus maka pro- z Bersama dengan BPD menetapkan rencana pengelolaan
gram pembangunan umum di tingkat sumberdaya wilayah pesisir desa dan peraturan-peraturan
Kabupaten dan Propinsi dapat didesen- mengenai pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir di desa.
tralisasikan ke desa melalui perencanaan z Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan rencana
pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir.
pengelolaan terpadu di tingkat desa.
Dengan demikian Renstra pengelolaan
Peran Badan Perwakilan Desa (Legsilatif)
wilayah pesisir yang lebih besar (makro) z Bersama dengan Pemerintah desa menyusun dan
di tingkat kabupaten dan propinsi dapat menetapkan rencana pembangunan dan pengelolaan
disesuaikan dengan mempertimbangkan sumberdaya wilayah pesisir desa serta peraturan-peraturan
rencana pengelolaan yang dibuat di mengenai pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir desa.
tingkat desa. z Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan
Relevansi rencana pengelolaan desa dan pelaksanaan rencana pengelolaan
tingkat desa dengan rencana pengelolaan
tingkat kabupaten dan propinsi dapat

47 Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002


Boks 2 : dalam mengakomodasi kepen-
tingan umum masyarakat. Hal ini
Peran Badan Pengelola Sumberdaya Wilayah Pesisir diperkuat lagi dengan Peraturan
z Bertanggung jawab dalam setiap pelaksanaan kegiatan kepada Daerah Kabupaten Minahasa
pemerintah desa No. 6 Tahun 2000 Tentang
z Mengkoordinasikan kegiatan dalam penyusunan RPTD dengan instansi Peraturan Desa.
terkait dan masyarakat lewat musbangdes dan rapat koordinasi lainnya. Oleh pemerintah desa
z Membentuk kelompok pengelola isu dan memilih koordinator isu Badan Pengelola ini ditetapkan
sesuai dengan kebutuhan pengelolaan. melalui surat keputusan peme-
z Melakukan monitoring dan peninjauan pelaksanaan rencana rintah desa untuk memberikan
pengelolaan termasuk menetapkan anggaran dan melakukan dukungan secara hukum kepada
musyawarah tahunan.
lembaga dan personil yang akan
z Merekomendasikan revisi dan perubahan rencana pengelolaan sesuai
dengan peraturan dan disepakati masyarakat melaksanakan tugas (lihat Boks 2).
z Mendorong kerjasama dan koordinasi di antara masyarakat dan pihak Dalam mengoptimalkan
terkait lainnya untuk menetapkan prioritas pelaksanaan rencana pelaksanaan Rencana Pengelo-
pengelolaan dan mengembangkan rencana aksi tahunan laan, pemerintah desa, BPD,
z Melakukan pertemuan kelompok pengelola secara rutin atau sesuai serta Badan Pengelola di desa
dengan kebutuhan terlibat secara aktif dan
z Membuat laporan tahunan berupa laporan kegiatan, laporan keuangan melakukan fungsi dan perannya
dan hasil capaian kepada pemerintah dan masyarakat. sebagaimana diamanatkan dalam
z Mendorong dan melaksanakan penyuluhan, pendidikan dan pelatihan Rencana Pengelolaan sebagai
kepada masyarakat. panduan dalam pelaksanaan.
Melaporkan pelanggaran terhadap rencana pengelolaan yang akan
Untuk membangun sistem
z

dibuat dalam satu amandemen dan dilampirkan dalam surat keputusan


pemerintah desa. koordinasi yang akomodatif
z Melakukan revisi terhadap rencana pengelolaan yang dibuat dalam antara desa dan kabupaten rapat
satu amandemen dan dilampirkan dalam rencana pengelolaan konsultasi dan koordinasi
sebagaimana dimandatkan dalam Surat Keputusan Pemerintah Desa. dilakukan secara berkala. Tim
z Melaksanakan tugas selama 3 tahun dan dapat diperbaharui sesuai Kerja Kabupaten (KTF -
dengan kebutuhan. Kabupaten Task Force) yang terdiri
dari dinas-dinas teknis di
Kabupaten Minahasa yang
pembangunan di desa merupakan suatu lembaga berkaitan dalam pengelolaan sumberdaya pesisir
yang sudah ada di desa yang dapat melaksanakan disepakati untuk memberikan rekomendasi serta
Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir di Tingkat kajian teknis atas usulan kegiatan desa dalam
Desa. Namun melihat fungsi dan peranan LKMD RPTD sekaligus memasukkan usulan kegiatan ke
yang belum optimal maka atas kesepakatan dalam usulan kegiatan dinas teknis yang akan
masyarakat desa dan konsultasi dengan pemerin- dibiayai melalui APBD/APBN atau bantuan luar
tah ditingkat kabupaten dibentuklah sebuah Badan negeri jika memungkinkan.
Pengelola yang melaksanakan pengelo-
laan sumberdaya pesisir melalui program
Rencana Pembangunan Tahunan Desa Boks 3:
(RPTD) sebagai penjabaran dari
Peran Perguruan Tinggi :
Rencana Pengelolaan Sumberdaya
z Memberikan pelatihan teknis tentang system agroforestri
Wilayah Pesisir Desa. Lembaga ini juga z Memberikan pelatihan teknis tentang budidaya perikanan.
merupakan manifestasi dari UU No. 22/ z Memberikan pelatihan tentang penyusunan peraturan desa
99 pasal 106 yang menyatakan bahwa z Memberikan penyuluhan hukum lingkungan
di desa dapat dibentuk lembaga sesuai z Memberikan pelatihan teknis tentang pengukuran profil pantai.
dengan kebutuhan masyarakat desa z Menyediakan tenaga konsultan
dalam mengoptimalkan pelayanan z Menyediakan tenaga ahli dalam monitoring lingkungan

Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002 48


Boks 4: Boks 5:

Peran LSM Peran KTF dan dinas teknis kabupaten :


z Memberikan pelatihan tentang pemetaan z Memberikan bantuan teknis dan pelayaan teknis

partisipatif desa dalam penanganan dan penyelesaian isu.


z Memberikan pelatihan tentang pengembangan z Mengalokasikan anggaran pembangunan dan

usaha percetakan dan sablon pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir yang


z Memberikan penyuluhan tentang pelestarian bersumber dari APBD / APBN atau dana bantuan
lingkungan hidup dan pengelolaan luar negeri lewat pemerintah.
sumberdaya wilayah pesisir z Mengesahkan dan menyetujui rencana kegiatan

tahunan dalam penanganan dan penyelesaian isu.


z Membina dan mendorong masyarakat untuk turut
Dalam pelaksanaan Rencana Pengelolaan
berpartisipasi dan memberikan kontribusi nyata
lembaga-lembag a yang bertang gungjawab dalam penanganan dan penyelesaian isu
ditingkat desa secara desentralisasi menjalankan pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir.
wewenangnya dalam pelaksanaan pengelolaan. z Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan Rencana

Di tingkat kabupaten, pemerintah daerah Pengelolaan di Desa.


melalui KTF melakukan kontrol melalui
kunjungan dinas untuk melakukan supervisi
dan kunjungan lapangan saat implementasi masyarakat melalui penyuluhan, bantuan teknis
berjalan (Lihat Boks 5). berupa konsultasi serta pelatihan teknis lainnya
Disamping keterlibatan lembaga resmi (Boks 3). Hal yang sama juga diperankan oleh
pemerintah di desa, kabupaten dan pihak swasta, LSM dengan idealismenya memberikan penguatan
Universitas dan LSM juga berperan dalam kepada masyarakat melalui pelatihan-pelatihan
pelaksanaan rencana pengelolaan di desa. Univer- untuk penguatan kapasitas masyarakat (Boks 4) .
sitas sebagai perwujudan dari tridarma perguruan Dalam pelaksanaan rencana pengelolaan
tinggi untuk memberikan pelayanan kepada desa keterlibatan lembaga donor mendorong dan
mempercepat proses kepedulian masyarakat akan
pengelolaan sumberdaya pesisir desa. Kontribusi
UDKP/ KECAMATAN langsung dari pemerintah dalam pelaksanaan juga
memberikan keyakinan pada masyarakat bahwa
pemerintah mengambil peran langsung dalam
pengelolaan sumberdaya pesisir di desa.
RAPAT KOORDINASI PEMBANGUNAN Masyarakat sebagai pendukung utama juga
KABUPATEN/KOTA berperan dalam setiap kegiatan dengan aktif
memberikan dukungan tenaga, pikiran sekaligus
melakukan kontrol langsung atas pelaksanaan
masing-masing kegiatan agar tetap berjalan sesuai
RAPAT KOORDINASI PEMBANGUNAN PROPINSI dengan rencana penanganannya.

3.4.2 Biaya
Sebagai konsekuensi dari Rencana
KONSULTASI REGIONAL
Pengelolaan maka didalam pelaksanaan kegiatan-
kegiatan yang sudah direncanakan dalam RPTD
perlu diwujudkan melalui kegiatan nyata.
Kegiatan-kegiatan tersebut mutlak memerlukan
KONASBANG biaya dalam pelaksanaannya. Pembiayaan
tersebut dapat berupa kontribusi langsung melalui
Gambar 2. Mekanisme pengusulan Rencana dana dan tenaga dari masyarakat maupun
Pembangunan Tahunan Desa (RPTD) kontribusi dana pelaksanaan dari pemerintah

49 Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002


Camat
Dinas Teknis
Swasta ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

KEPALA DESA BPD


Universitas
LSM











BADAN PENGELOLA





Ketua






Wakil Ketua




Sekretaris Bendahara


○ ○







Kordinator Isu 1 Kordinator Isu 2 Kordinator Isu 3







MASYARAKAT



○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Keterangan: Garis Kordinasi dan pertanggunjawaban (timbal balik)


Garis pertanggunjawaban
○ ○ ○ ○ ○ Garis Konsultasi

Gambar 3. Struktur Badan Pengelola

daerah melalui pengalokasian APBD/APBN, atau desa sebesar Rp 20 juta tiap-tiap desa untuk
dari lembaga donor lainnya. pelaksanaan Pengelolaan Sumberdaya Wilayah
Penyusunan anggaran ditetapkan melalui Pesisir di tingkat desa. Selain dana APBN tersebut
rapat Pemerintah Desa dan Badan Pengelola masyarakat Desa Talise juga memperoleh dana
dengan membuat rincian biaya pelaksanaan setiap sebesar 2, 4 juta dari swasta yaitu PT. Horigucci
kegiatan yang akan dilaksanakan oleh kelompok- Sinar Insani, melalui pengusulan proposal untuk
kelompok isu sesuai RPTD. Dalam penyusunan pengembang an Daerah Perlindungan Laut Desa
rencana anggaran, sumber dana untuk Talise.
pelaksanaan kegiatan ditetapkan berdasarkan Untuk pemanfaatan sumber keuangan lain
sumber pembiayaan kegiatan yang memungkinkan seperti swadaya masyarakat, umumnya di setiap
seperti APBN/APBD, swadaya masyarakat dan desa mengalokasikan anggaran swadaya masya-
donatur. Selanjutnya rencana anggaran tersebut rakat sebagai kontribusi langsung meskipun tidak
dipresentasikan dan diusulkan ke pemerintah perlu direalisasikan dalam bentuk dana tapi tenaga
Kabupaten Minahasa. Waktu pengusulan RPTD atau material. Namun demikian, dalam pelaksa-
tahun anggaran 2000/2001 belum sesuai dengan naannya hal tersebut sangat sulit diwujudkan oleh
Rakorbang, mekanisme pengusulan RPTD dapat Badan Pengelola. Kecenderungan menggunakan
dilihat pada Gambar 3. dana non-swadaya untuk membiayai tenaga
Meskipun dana APBN/APBD sangat minim cukup besar. Mengingat dana dari APBD/APBN
tetapi pemerintah kabupaten melalui Bappeda diperoleh nilainya hanya 20 juta karena alasan
memberikan dukungan dana melalui dana APBN kekurangan dana pembangunan maka dalam
untuk Kabupaten Minahasa yang diberikan ke 4 rangka mendorong pelaksanaan rencana

Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002 50


Pembangunan Desa (Musbangdes)
Boks 6: RPTD bersama dengan Badan
Pengelola.
Tahapan persiapan dan persetujuan RPTD
1.Lokakarya dan Pelatihan Pembuatan RPTD 4.2 Tahapan Kegiatan
2.Pemilihan dan penetapan pengurus dan anggota Badan
Implementasi
Pengelola
3.Sosialisasi draft RPTD dan konsultasi masyarakat
4.Musyawarah desa untuk penentuan skala prioritas & 4.2.1 Persiapan dan Persetujuan
persetujuan RPTD Rencana Tahunan
5.Pengajuan usulan/proposal dan presentasi RPTD oleh Badan Tahapan awal untuk imple-
Pengelola kepada Bupati dan dinas-dinas terkait dalam mentasi Rencana Pengelolaan Desa
pengelolaan wilayah pesisir (KTF) adalah menyusun rencana tahunan
6.Persetujuan kegiatan dan alokasi dana oleh dinas-dinas terkait,dalam bentuk for mat Rencana
dana Block Grant Proyek Pesisir dan Bappeda, dan Pembangunan Tahunan Desa
7.Pelaksanaan (RPTD) dan untuk memper-
siapkannya dilakukan pelatihan dan
Tahapan yang telah dilakukan dalam pelaksanaan
lokakarya penyusunan Rencana
kegiatan di tingkat desa :
1.Pelatihan pengelolaan dana Block Grant
Pembangunan Tahunan Desa
2.Penyusunan rencana kerja bulanan dari masing-masing (RPTD). Materi lokakarya dan pela-
kelompok atau koordinator isu tihan yaitu mengenai penyusunan
3.Pelaksanaan kegiatan oleh masing-masing kelompok isu RPTD, perencanaan partisipatif, for-
Pengawasan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan mat dan mekanisme pengusulan pro-
posal dan mekanisme pelaporan.
Dari pelatihan ini dihasilkan draft
RPTD Tahun anggaran 2000/2001
pengelolaan, Proyek Pesisir mengalokasikan dana untuk Desa Blongko,Tumbak, Bentenan dan
block grant sebesar Rp 35 juta yang diberikan Talise, dan suatu kesepakatan model format
langsung kepada Pemerintah Desa dan Badan RPTD yang dimodifikasi dari format pemerintah
Pengelola. dan disesuaikan dengan for mat Rencana
Pengelolaan Desa. RPTD memuat rencana
4. IMPLEMENTASI RENCANA tahunan dalam bentuk tabel yang berisi kegiatan,
PENGELOLAAN sifat kegiatan (lama, baru atau lanjutan), kegiatan
tersebut termasuk isu dan strategi nomor berapa
4.1 Lembaga Pelaksana dalam Dokumen Rencana Pengelolaan, biaya, dan
Pelaksana dan penanggung-jawab Rencana siapa pelaksana. (Lampiran 2 contoh RPTD Desa
Pengelolaan di tingkat desa adalah Badan Bentenan).
Pengelola Sumberdaya Wilayah Pesisir Desa, Setelah pelaksanaan lokakarya, ditingkat
sedangkan implementasi kegiatan dilaksanakan desa dilaksanakan pemilihan dan penetapan
oleh masing-masing koordinator isu atau pengurus dan ang gota Badan Pengelola.
kelompok pengelola isu di dalam Badan Pengelola. Pemilihan dan penetapan Badan Pengelola
Adapun struktur lembaga Badan Pengelola dapat dikoordinir dan disahkan oleh pemerintah desa
dilihat pada Gambar 4. melalui surat keputusan kepala desa. Berbeda
Peran Pemerintah Desa sebagaimana dengan tiga desa lainnya, pembentukan Badan
dipaparkan di depan adalah untuk memonitor Pengelola Desa Blongko telah dilaksanakan
pelaksanaan kegiatan sekaligus meminta sebelum pelaksanaan lokakarya.
pertanggung-jawaban dari Badan Pengelola. Pada Tahapan selanjutnya yaitu sosialisasi draft
tahap penyusunan rencana tahunan desa, RPTD yang dihasilkan lewat lokakarya.
Pemerintah Desa mengkoordinasikan semua Pemerintah desa bersama dengan pengurus dan
komponen desa untuk mengadakan Musyawarah anggota Badan Pengelola membahas lagi draft

51 Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002


RPTD yang mengacu pada Rencana Pengelolaan Grant, di tingkat desa dilaksanakan latihan
Desa. Draft RPTD kemudian disosialisasikan pengelolaan keuangan. Pelatihan ini dilaksanakan
kepada masyarakat lewat pertemuan-pertemuan oleh Proyek Pesisir sebagai bagian dari penguatan
masyarakat baik secara formal maupun informal lembaga pengelolaan untuk mempersiapkan
oleh pemerintah desa dan Badan Pengelola. Badan Pengelola termasuk koordinator atau
Setelah dilakukan perbaikan atau perubahan kelompok isu untuk mengelola kegiatan dan
sesuai dengan masukan dari masyarakat, draft keuangan setiap bulan. Masing-masing koor-
RPTD dimusyawarahkan lagi dalam rapat desa dinator isu menyusun rencana kerja dan anggaran
untuk mendapatkan persetujuan dan pengesahan bulanan, sehingga Ketua dan Bendahara Badan
oleh masyarakat dan Pemdes. Pengelola dapat mengetahui dan mengatur
RPTD kemudian dipresentasikan dan pengalokasian dana untuk setiap koordinator isu
diusulkan kepada Pemerintah Kabupaten dan secara baik. Pengelolaan keuangan oleh Badan
dinas-dinas terkait serta Proyek Pesisir yang dapat Pengelola dilaksanakan secara terbuka dan
membantu dalam hal pendanaan dan bantuan tercatat, sehingga pemakaian keuangan dapat
teknis. Setelah mendapatkan persetujuan dan dipertanggung-jawabkan kepada Pemerintah dan
dukungan pendanaan, implementasi kegiatan masyarakat. Pada pertengahan dan akhir kegiatan,
dilaksanakan oleh Badan Pengelola melalui Badan Pengelola dan Pemerintah desa melaksa-
koordinator-koordinator isu atau kelompok nakan pengawasan dan evaluasi kegiatan. Secara
pengelola isu. garis besar mekanisme pengelolaan dana atau
keuangan oleh Badan Pengelola dan koordinator
4.2.2 Pelaksanaan Rencana Tahunan isu dapat dilihat pada Lampiran 3.
Setelah RPTD yang diusulkan menda- Secara garis besar tahapan yang telah
patkan persetujuan dan dukungan dana, yang dilakukan dalam persiapan dan persetujuan RPTD
diawali oleh Proyek Pesisir lewat pemberian Block serta implemen tasinya dapat dilihat pada Boks 6.

Tabel 2. Kegiatan yang dilaksanakan Tahun 2000/2001

Bentenan Blongko Talise Tumbak

z Perbaikan sarana air z Pembuatan tanggul dan z Pembuatan aturan-aturan desa z Pembersihan sasanay
bersih gorong-gorong tentang pengelolaan lingkungan
z Pengadaan sarana
pesisir serta zonasinya
z Penghijauan di daerah z Pengadaan lahan pusat pengawasan Daerah
sumber air informasi permanen z Penanaman pohon di sekitar sumber Perlindungan Laut (DPL)
air
z Pembuatan MCK z Kursus bahasa Inggris z Zonasi pengelolaaan SD.
(Mandi Cuci Kakus) z Pelatihan dan percontohan ladang Pesisir
z Pelatihan snorkling
sistem agroforestry
z Pembuatan papan z PLH dan penyuluhan hokum
z Pelatihan Sablon
himbauan pelestarian z Pengadaan material tanda batas
z Perbaikan BPU untuk pusat
sumber air z Penanaman bakau (Dinas DPL dan pengembangan DPL
informasi
Perikanan) Kinabuhutan (Horiguci Sinar Insani).
z Demplot agroforestry
z Rehabilitasi pagar areal
z Penanaman pohon z Pengembangan potensi perikanan
z Penetapan kawasan bakau
pelindung pantai & sungai (sistem karamba)
pelestarian laut
(ketapang) oleh pemuda z Pengadaan sarana
z Mengembangkan mata pelajaran
z Pembangunan gedung desa penangkapan kepiting
muatan lokal
Sekolah Menengah
z Restoking ikan Goropa z Instalasi air bersih (PPK)
Pertama (Program z Perbaikan pusat informasi (gambar,
(Departemen Kelautan
PPK) lukisan dinding & poster)
dan Perikanan)
z Pengerasan jalan desa z Studi banding ekowisata ke Cagar
(Bappeda) Alam. Tangkoko, Taman Nasional
Bunaken

Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002 52


Pengawasan dan evaluasi dilakukan oleh terus dilaksanakan secara berkesinambungan setiap
pemerintah desa dan BPD serta Pemerintah tahun melalui RPTD.
Daerah melalui tim KTF. Pemerintah desa secara Beberapa dampak atau hasil yang dirasakan
langsung terlibat dalam pengawasan keuangan oleh masyarakat lewat implementasi kegiatan
yaitu dengan turut menanda-tanganinya setiap dalam rencana pengelolaan di empat desa model
aplikasi penarikan uang di bank bersama dengan Proyek Pesisir adalah sebagai berikut :
Ketua Badan Pengelola. BPD menampung
masukan atau keluhan dari masyarakat terhadap Fisik
pelaksanaan kegiatan dan meminta Pemerintah z Meningkatnya kesejahteraan umum dengan
Desa dan Badan Pengelola untuk melakukan rapat adanya perbaikan dan penambahan beberapa
pemecahan masalah. Di lapangan, tim KTF dan sarana umum seperti penambahan pipa air
Proyek Pesisir juga melakukan kunjungan di desa bersih, dan sarana air bersih, MCK, pusat
untuk melihat dan mengawasi sejauh mana informasi/Balai Pertemuan Umum.
kegiatan dan pemakaian keuangan dilaksanakan. z Banjir dapat dicegah dengan adanya tanggul
Setelah akhir kegiatan dilakukan evaluasi bersama pencegah banjir di Desa Blongko.
antara Badan Pengelola, pemerintah desa dan z Perbaikan teknik pertanian dengan pengem-
masyarakat. Pelaksanaan masing-masing kegiatan bangan Demplot Agroforestry
dari kelompok/koordiantor isu dilaporkan oleh z Penanaman pohon di lokasi sumber mata air
kelompok kepada Badan Pengelola. Badan untuk melindungi daerah resapan air.
Pengelola melaporkan pelaksanaan kegiatan dan z Kelestarian terumbu karang terjaga melalui
keuangan kepada pemerintah desa. Setelah pengangkatan sasanay di Tumbak dan
evaluasi di setiap desa, dilakukan juga evaluasi peningkatan sarana pengawasan untuk DPL.
bersama yang dihadiri oleh BPD, Badan Pengelola z Perbaikan pagar pelindung bakau di Tumbak
dan Pemerintah Desa dari keempat desa serta melindungi bakau muda dari kambing dan
pihak KTF. penanaman bakau di Blongko dan Talise.
z Adanya peraturan desa mengenai perlindungan
4.3. Kegiatan yang dilaksanakan lingkungan pesisir
Kegiatan-kegiatan yang telah terlaksana
secara umum dari Rencana Pengelolaan Desa Non-Fisik
Blongko, Tumbak, Talise dan Bentenan untuk Masyarakat :
Tahun 2000-2001 didukung dengan dana dari z Kesadaran dan tanggung-jawab terhadap
APBN/APBD (Bappeda), Block Grant Proyek pengelolaan sumberdaya yang berada di
Pesisir dan Program Pengembangan Kecamatan lingkungannya meningkat
(PPK) maupun program lain seperti dari z Adanya partisipasi dan dukungan terhadap
Departemen Kelautan dan Perikanan, Universitas, pelaksanaan pembangunan
Swasta (Horiguci Sinar Insani) dan kontribusi z Kemampuan dan ketrampilan masyarakat
masyarakat dapat dilihat pada Tabel 2 Kegiatan yang meningkat dalam pengelolaan sumberdaya
dilaksanakan di desa untuk Tahun 2000/2001. z Peningkatan pengetahuan untuk bertani
dengan teknik agroforestry.
4.4 Hasil dan Dampak Kegiatan z Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman
Hasil implementasi Rencana Pengelolaan dalam mengelola DPL
Desa untuk Tahun 2000/2001 dapat dilihat dalam z Meningkatkan kepercayaan diri dan
Lampiran 4 tentang penanganan isu berdasarkan kemampuan untuk melakukan koordinasi
Rencana Pengelolaan Desa yang telah dilaksanakan. kegiatan dengan pihak terkait
Belum semua kegiatan-kegiatan di dalam Rencana
Pengelolaan dilaksanakan karena pertimbangan Pemerintah Desa :
prioritas kebutuhan atau keterdesakan penyelesaian z Pengetahuan dan kemampuan dalam
masalah, kemampuan masyarakat serta waktu yang pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir desa
ada. Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Desa akan yang berbasis masyarakat menjadi lebih baik

53 Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002


z Adanya koordinasi dan transparansi pelak- Pengelompokan/kategori masalah :
sanaan kegiatan pembangunan 1. Kelembagaan Badan Pengelola : Intervensi
z Mengakomodasi masukan dari masyarakat dan pengurus inti Badan Pengelola kepada
berperan dalam memonitor dan mengevaluasi kelompok pengelola/koordinator isu, kurang
pelaksanaan kegiatan kerjasama antar pengurus dan anggota Badan
z Meningkatkan kemampuan dan pengalaman Pengelola, beberapa koordinator isu tidak
dalam melakukan koordinasi dengan berbagai melaksanakan tugas/perannya, belum ada
pihak yang terkait untuk implementasi rencana pengelolaan konflik, kurang diakui kebera-
pengelolaan. daanya oleh beberapa dinas di pemerintah
kabupaten dan kurang kepercayaan masyarakat
Badan Pengelola: terhadap fungsi Badan Pengelola.
z Kemampuan mengelola keuangan dalam 2. Mekanisme Implementasi : RPTD kurang
pelaksanan program pembangunan lebih baik disosialisasikan, bantuan yang diberikan tidak
z Pengetahuan bahasa asing (Inggris) meningkat melalui Badan Pengelola, pelaksanaan tidak
sehingga dapat mempergunakannya walaupun sesuai waktu yang direncanakan, pengelolaan
sangat terbatas dan secara sedehana keuangan kurang terbuka dan belum sesuai
z Kemampuan mengelola kelompok sehingga dengan kesepakatan bersama.
dapat bekerja dengan baik 3. Hubungan antar lembaga : Kurang kerjasama/
z Meningkatnya pengetahuan atau wawasan koordinasi antar Badan Pengelola dan
mengenai pengembangan ekowisata di Desa Pemerintah Desa, partisipasi masyarakat minim
Talise dan kurang partisipasi pihak swasta (belum op-
z Kemampuan pengawasan dan pemeliharaan timal) dalam pelaksanaan kegiatan. kurang
DPL, bakau, pantai, pasir semakin baik perhatian pemerintah desa dalam pelaksanaan
z Dorongan untuk membuat peraturan desa kegiatan, kontradiksi keberadaan Badan
tentang perlindungan dan pengelolaan Pengelola dan LKMD,
sumberdaya pesisir semakin tinggi 4. Implementasi kegiatan : kegiatan yang
z Kemampuan untuk mengkoordinasikan dilaksanakan tidak sesuai dengan RPTD dan
pelaksanaan program dengan pihak terkait hasil/ kualitas kerja kurang baik.
semakin meningkat. Berdasarkan masalah yang telah ditemukan
dalam implementasi Rencana Pengelolaan Desa
4.5 PERMASALAHAN DAN Blongko, Talise, Bentenan dan Tumbak, maka
PEMECAHANNYA untuk solusinya telah difasilitasi oleh Proyek
Beberapa permasalahan dan kendala yang Pesisir kecuali untuk masalah hubungan antar
ditemukan dalam implementasi kegiatan Rencana lembaga belum dibicarakan lebih lanjut.
Pengelolaan Desa baik lewat dana Block Grant Sebelumnya dibuat workshop dengan tujuan
maupun dana-dana atau bantuan lainnya, dapat spesifik melatih Badan Pengelola dan Pemerintah
dilihat pada Lampiran 5. Desa untuk dapat melakukan evaluasi sendiri hasil

Tabel 3. Permasalahan yang dihadapi dan solusi yang dilakukan


Permasalahan Solusi

Kelembagaan Badan Pengelola Restrukturisasi/penyegaran kelompok


Mekanisme Implementasi Kesepakatan ulang
Pelatihan lanjutan pengelolaan keuangan
Hubungan antar lembaga -
Implementasi kegiatan Block grant tidak dilanjutkan tetapi melalui pengajuan proposal untuk
setiap kegiatan

Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002 54


implementasi Rencana Pengelolaan dan solusi apa masyarakat setempat; pelaksana kegiatan
yang akan dilakukan walaupun tanpa Proyek adalah masyarakat desa.
Pesisir (Lihat Tabel 3.) z Faktor-faktor yang dapat menghambat
kelancaran pelaksanaan: kurangnya koordinasi
5. PELAJARAN YANG DIPEROLEH antara pemdes dan pelaksana; lemahnya
kapasitas dalam pengelolaan keuangan;
Beberapa pelajaran yang dapat diperoleh dari kesadaran masyarakat bahwa program yang
pengalaman implementasi rencana pengelolaan dilakukan adalah kebutuhan mereka bukan
tingkat desa ini : kebutuhan “proyek”; pemerintah desa dan
z Langkah langkah penting yang dipersiapkan pelaksana kurang transparansi dalam
sebelum pelaksanaan Rencana Pengelolaan melaporkan keuangan dan kegiatan; kurangnya
dilaksanakan adalah antara lain, koordinasi dukungan pemerintah kecamatan, kabupaten,
dalam menentukan prioritas utama yang perlu propinsi dan nasional dalam pelaksanaan dan
dilaksanakan lewat workshop antara pengawasan program.
Pemerintah Desa dan Badan Pengelola; z Dalam pelaksanaan rencana pengelolaan yang
pembuatan rencana tahunan yang mencan- di danai oleh dana Block grant dari Proyek
tumkan sumber dan besarnya biaya; sosialisasi Pesisir dan Bappeda bertujuan untuk pembe-
rencana tahunan kepada masyarakat untuk lajaran, perubahan Perilaku, dan peningkatan
mendapatkan persetujuan (terutama mengenai kapasitas (transparansi, demokratisasi,
prioritas pelaksanaan, pendanaan karena tanggungjawab). Selain itu pelaksanaan ini juga
dalam pelaksanaan berbagai kegiatan merupakan ujicoba untuk melihat apakah
membutuhkan partisipasi dan kontribusi proses yang dilakukan bisa dilaksanakan oleh
masyarakat); kesepakatan dan persetujuan masyarakat dan pemerintah dan hal-hal apa
bersama terhadap rencana tahunan; presentasi yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan dalam
rencana tahunan kepada masyarakat, pelaksanaan selanjutnya.
pemerintah desa, kecamatan dan kabupaten; z Transparansi Pemanfaatan keuangan dan
pelatihan kelompok pengelola mengenai koordinasi pelaksanaan kegiatan perlu
pengelolaan keuangan, pelaporan keuangan ditingkatkan antara pengelola, Pemdes dan
dan kegiatan. Selain itu sebelum pelaksanaan masyarakat.
dilaksanakan informasi secara transparan z Pelaksanaan kegiatan umumnya terlambat
kepada masyarakat desa mengenai rencana dan dilaksanakan dan besarnya rencana anggaran
alokasi dana dan sumber dana harus dilakukan tidak sesuai dengan dana yang diperoleh
lewat pusat informasi, pertemuan-pertemuan sehingga hasil kurang maksimal.
masyarakat, rumah-rumah ibadah, dan sarana z Kegiatan pembangunan dari dana baik dari
informasi lainnya. Proyek Pesisir dan dana dari sumber lain
z Faktor yang dapat mendukung kelancaran (Bappeda) belum terintegrasi dengan baik.
pelaksanaan rencana pengelolaan antara lain: z Kesiapan masyarakat, Badan Pengelola dan
dukungan dan komitmen (tenaga dan Pemdes untuk mengelola dana yang cukup
kontribusi) dari mayoritas masyarakat; besar yang diberikan secara langsung masih
koordinasi antara pemerintah desa dan Badan kurang serta masih perlu pendampingan dari
Pengelola (termasuk kelompok pengelola); luar secara intensif.
dukungan dan pengawasan dari pemerintah z Kegiatan dalam bentuk pelaksanaan awal (pro-
setempat (termasuk BPD) dan pemerintah posal per kegiatan) masih lebih baik/efektif
Kabupaten/propinsi dalam pelaksanaan daripada pelaksanaan secara umum dan
kegiatan; isu/masalah pembangunan yang terpadu program di desa.
dilaksanakan adalah berdasarkan kebutuhan

55 Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002


DAFTAR PUSTAKA Sulawesi Utara. University of Rhode Island.
Coastal Resources Center, Narragaansett,
Crawford, B.R., J.J. Tulungen. 1999. Scaling-up Rhode Island, USA dan Bappeda Kabupaten
Initial Models of Community-Based Marine Minahasa, Sulawesi Utara Indonesia. 59
Sanctuaries into a Community Based Coastal halaman.
Management Program as a means of Pollnac, R.B., C. Rotinsulu and A. Soemodinoto.
promoting Marine Conser vation in 1997. Rapid Assesment of Coastal
Indonesia. Working Paper. Coastal Resources Management Issues on the Coastal of
Management Project - Indonesia. Coastal Minahasa. Coastal Resources Management
Resources Center, University of Rhode Project-Indonesia. Coastal Resources Center,
Island and the US Agency for International University of Rhode Island, and the US
Development. Jakarta. Agency for International Development,
Dimpudus, M., E. Ulaen, C. Rotinsulu dan Wakil pp.60.
Masyarakat Desa Bentenan-Tumbak. 1999. Tangkilisan, N., V. Semuel, F. Masambe, E.
Profil serta Rencana Pembangunan dan Mungga, I. Makaminang, M. Tahumil, S.
Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir Tompoh. 1999. Profil Sumberdaya Wilayah
Desa Bentenan dan Desa Tumbak, Pesisir Desa Talise. Proyek Pesisir Sulawesi
Kecamatan Belang, Kabupaten Minahasa, Utara. Coastal Resources Center, University
Sulawesi Utara. University of Rhode Island, of Rhode Island, Narragaansett, Rhode
Coastal Resources Center, Narragansett, Island, USA. 29 halaman.
Rhode Island, USA dan Bappeda Kabupaten Tangkilisan, N., V. Semuel, V. Kirauhe, E.
Minahasa, Sulawesi Utara, Indonesia. 114 Mungga, I. Makaminang, B. Damopolii, W.
halaman. Manginsihi, S. Tompoh dan C. Rotinsulu.
Kasmidi, M., A. Ratu, E. Armada, J. Mintahari, I. 1999b. Rencana Pembangunan dan
Maliasar, D. Yanis, F. Lumolos dan N. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir
Mangampe. 1999. Profil Sumberdaya Desa Talise, Kecamatan Likupang,
Wilayah Pesisir Desa Blongko, Kecamatan Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara.
Tenga, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. University of Rhode Island. Coastal
Penerbitan Khusus Proyek Pesisir. Coastal Resources Center, Narragaansett, Rhode
Resources Center, University of Rhode Island, USA dan Bappeda Kabupaten
Island, Narragansett, Rhode Island, USA. 32 Minahasa, Sulawesi Utara, Indonesia. 73
halaman. halaman.
Kasmidi, M., A. Ratu, E. Armada, J. Mintahari, I. Tulungen, J.J., P. Kussoy, B.R. Crawford. 1998.
Maliasar, D. Yanis, F. Lumolos dan N. Community Based Coastal Resources
Mangampe, P. Kapena dan M. Mongkol. Management in Indonesia: North Sulawesi
1999 b. Rencana Pengelolaan Daerah Early Stage Experiences. Paper presented at
Perlindungan Laut dan Pembangunan Convention of Integrated Coastal
Sumberdaya Wilayah Pesisir Desa Blongko, Management Practitioners in the Philippines.
Kecamatan Tenga, Kabupaten Minahasa, Davao City. 10 - 12 Nopember.

Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002 56


Lampiran 1. Kerangka kerja konsep pembangunan dan pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir berbasis
masyarakat di Sulawesi Utara
Langkah Kegiatan Hasil di Harapkan Indikator

Identifikasi isu z Survei data dasar z Data dasar mengenai desa z Ada laporan data dasar
z Identifikasi Kelompok Inti, (sejarah, lingkungan, sosial z Kelompok Inti terbentuk
Kelompok Fokus dan stake- ekonomi) z Dokumen profil diselesaikan dan
holders z Terbentuknya Kelompok Inti disepakati
z Pertemuan informal/formal z Diperoleh konsesus tentang isu z Jumlah pendidikan lingkungan
untuk menggali info dan isu dan tingkat kesadaran masyarakat hidup dan pelatihan, jumlah
z Pelatihan Kelompok Inti untuk z Diperoleh info mengenai rapat, studi banding, pertemuan
identifikasi dan analisa isu stakeholder di desa dan keaktifan tingkat desa dan KTF
z Penyusunan draft profil kelompok inti z Jumlah peserta
z Sosialisasi, konsultasi isu-isu z Isu-isu dapat diidentifikasi z Jumlah pelaksanaan awal yang
kepada masyarakat, Pemerintah z Masyarakat dan kelompok inti telah dilaksanakan dan jumlah
Desa, KTF, dan secara tekhnis memahami program peserta yang terlibat dalam
kepada Proyek Pesisir z Kapasitas masyarakat untuk pelaksanaan awal
z Perbaikan dokumen profil pengelolaan ditingkatkan z Laporan pelaksanaan awal dan
z Desiminasi profil z Kesadaran dan kepedulian pertanggungjawaban keuangan
z Pelasanaan awal dilaksanakan masyarakat terhadap lingkungan z Frekuensi pemanfaatan destruktif
z PLH dan pelatihan masyarakat hidup meningkat jadi berkurang
serta studi banding z Penanganan awal isu-isu z Meningkatnya frekuensi kegiatan
pengawasan dan penindakan
kegiatan merusak

Persiapan z Lokakarya dan pelatihan z Adanya visi, strategi, tujuan z Adanya draft Rencana
Perencanaan Pengelolaan Pesisir terpadu strategi dan kegiatan serta Pengelolaan
(ICM) kelembagaan dalam pengelolaan z Jumlah pertemuan dan
z Pelatihan Kelompok Inti untuk z Adanya konsensus rencana konsultasi, lokakarya dan
penyusunan rencana pengelolaan sosialisasi masyarakat desa
z Penyusunan draft Rencana z Diketahui dan ditetapkannya isu- z Banyaknya input-input dari
pengelolaan isu prioritas oleh masyarakat, masyarakat dan instansi terkait
z Sosialisasi, konsultasi isu-isu pemerintah dan instansi-instansi mengenai Rencana Pengelolaan.
prioritas kepada masyarakat, terkait
pemerintah dan instansi terkait
z Perbaikan dokumen Rencana
Pembangunan dan pengelolaan
z Desiminasi Rencana
Pembangunan dan Pengelolaan
z Pelasanaan awal dilanjutkan

Persetujuan z Musyawarah desa untuk z Masukan, koreksi dan tambahan z Musyawarah umum persetujuan
Rencana dan persetujuan dari pihak-pihak terkait Rencana pengelolaan dan
pendanaan z Pertemuan/lokakarya KTF z Kesepakatan akhir yang bersifat pembangunan
untuk membahasa draft dan formal dari masyarakat dan z Ditandatanganinya Rencana
persetujuan rencana pemerintah di semua tingkatan Pengelolaan melalui SK Desa oleh
pembangunan dan pengelolaan z Persetujuan tujuan, strategi, pemerintah setempat
z Review dari pemerintah kegiatan, kelembagaan dan z Kegiatan pelaksanaan Rencana
Kabupaten untuk kegiatan dan sumber dana Pengelolaan akan teranggarkan
sumber dana z Dukungan penuh dari pemeintah/ dalam RAPBD/RAPBN
z Penandatanganan dan launching instansi terkait
Rencana Pengelolaan

Pelaksaaanaan z Pembuatan rencana tahunan z Rencana tahunan disepakati z Dokumen rencana tahunan
dan z Bantuan dana (grant) z Kegiatan dilaksanakan oleh z Pelaksanaan efektif
Penyesuaian pelaksanaan masyarakat z Jumlah dana yang dianggarkan
z Pengusulan kegiatan tahunan z Kegiatan didanai disepakati
lewat musbang/rakorbang

57 Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002


Lampiran 2.

Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002 58


59 Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002
Lampiran 3. Mekanisme Kerja Badan Pengelola.

Penyusunan rencana kerja Pengajuan kebutuhan material


Pencairan atau pengambilan
(action plan) masing-masing dan permohonan dana oleh
dana di bank, ditanda-tangani
kelompok/koordinator isu masing-masing kelompok isu
Kepala Desa & Badan
kepada Badan Pengelola,
Pengelola
berdasarkan rencana kerja
Rencana Kerja Kelompok
Penyimpanan Dana oleh
Bendahara Badan Pengelola Usulan Permintaan Dana

Pengawasan pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan oleh


kegiatan dari setiap kelompok masing-masing koordinator / Persetujuan Ketua Badan
pengelola isu oleh Badan kelompok pengelola. Pengelola dan Penyerahan dana
Pengelola, Pemdes dan BPD kepada Ke-lompok Pengelola atau
koordinator isu
Implementasi RPTD
Hasil Monitoring
Penyimpanan Dana oleh
bendahara koordinator isu
/kelompok pengelola
Rapat evaluasi tengah proses
(sementara) untuk membahas Audit keuangan oleh Proyek
permasalahan yang dihadapi
Pesisir Laporan kegiatan masing-
dalam implementasi
masing kelompok pengelola
Temuan-temuan kepada Badan Pengelola
Evaluasi Sementara

Laporan kelompok

Laporan pelaksanaan kegiatan implementasi


RPTD oleh Badan Pengelola kepada pemerintah
desa dan pihak terkait Rapat Umum untuk Evaluasi
Kegiatan bersama masyarakat
Laporan Implementasi RPTD
Evaluasi Akhir

Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002 60


Lampiran 4. Penanganan Isu berdasarkan Rencana Pengelolaan Desa yang dilaksanakan

Isu Blongko Bentenan Tumbak Talise

Pengelolaan terumbu karang/DPL 6/9 3/19 1/19 5/16


Penyediaan air bersih 1/3 3/14 6/14 1/11
Infrastruktur jalan - 1/9 0/9 -
Penanganan erosi dan banjir 3/9 1/17 0/17 3/13
Sanitasi lingkungan dan kesehatan masyarakat 2/10 2/18 0/18 0/12
Ekowisata - 1/29 - 1/14
Pendidikan dan kesadaran masyarakat 1/15 1/15 2/15 2/21
Pengelolaan bakau 0/3 1/3 2/19 1/9
Perlindungan satwa yang dilindungi/langka 0/2 0/11 0/11 0/9
Peningkatan produksi perikanan - 4/6 3/6 -
Pengelolaan areal budidaya rumput laut - 1/9 0/9 -
Peningkatan peranan wanita 0/2 0/4 0/4 -
Pengelolaan hutan 1/3 - - 0/12
Peningkatan produksi pertanian/perkebunan 0/2 3/4 - 2/11
Legalitas status tanah - - - 1/10
Konflik daerah penangkapan ikan - - - 1/6

Keterangan:
a/b: a: jumlah kegiatan yang dilaksanakan; b: jumlah kegiatan yang direncanakan

61 Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002


Lampiran 5. Permasalahan dalam Implementasi Rencana Pengelolaan

PERMASALAHAN /KENDALA BENTENAN BLONGKO TALISE TUMBAK

ƒ Keberadaan Badan Pengelola kurang diakui


oleh beberapa dinas di PemerintahKabupaten. √ √ √ √
ƒ Pengelolaan keuangan kurang terbuka √ √ √ √
ƒ Penyimpangan mekanisme pengelolaan √ √ - √
ƒ RPTD kurang disosialisasikan √ √ √ √
ƒ Bantuan dari luar desa ada yang belum
melalui Badan Pengelola √ √ √ √
ƒ Pengelolaan keuangan belum sesuai
dengan kesepakatan bersama √ √ √ √
ƒ Pelaksanaan tidak sesuai waktu
yang direncanakan √ √ √ √
ƒ Hasil/ kualitas kerja kurang baik - √ - -
ƒ Kurang koordinasi dan kerjasama antara
Badan Pengelola dan Pemdes √ √ - √
ƒ Kurang kerjasama antar pengurus
dan anggota Badan Pengelola √ √ √ √
ƒ Kurang perhatian Pemerintah Desa
dalam pelaksanaan kegiatan √ - - -
ƒ Partisipasi masyarakat minim √ - - √
ƒ Intervensi pengurus inti Badan Pengelola
kepada kelompok pengelola/koordinator isu √ √ - √
ƒ Partisipasi pihak swasta (belum optimal)
dalam pelaksanaan kegiatan √ - - √
ƒ Beberapa koordinator isu tidak
melaksanakan tugas/perannya - - √ -
ƒ Belum ada pengelolaan konflik √ √ √ √
ƒ Kurang kepercayaan masyarakat
terhadap fungsi Badan Pengelola √ - √ -
ƒ Kontradiksi keberadaan Badan
Pengelola dan LKMD √ √ - √

Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002 62


PELAJARAN DARI PENERAPAN PENGELOLAAN PESISIR DI LAPANG:
MAKALAH RANGKUMAN

Oleh:
M. Fedi A. Sondita, Neviaty P. Zamani, Amiruddin Tahir dan Burhanuddin
Learning Team – Proyek Pesisir IPB, Bogor
email: learningtm@bogor.indo.net.id

1. PENDAHULUAN lolaan yang berbeda (desa, kawasan ekosistem dan


Proyek Pesisir telah menerapkan beberapa propinsi), khususnya aspek kelembagaan dan
‘working example’ pengelolaan pesisir secara terpadu pendanaan. Implikasi dari pengalaman ini
di tiga propinsi, yaitu Sulawesi Utara, Lampung terhadap program-program pengelolaan pesisir dan
dan KalTim . Working example tersebut bersifat kebijakan nasional disajikan sebagai penutup
pilot project sehingga ‘berskala’ relatif kecil namun makalah ini.
dilaksanakan secara lengkap dalam arti semua
tahapan dari proses perencanaan hingga 2. LEMBAGA PENGELOLA
implementasi dan monitoring serta evaluasi Terlepas dari skala geografi wilayah pesisir
dilakukan. Salah satu alasan diterapkannya yang dikelola ataupun cakupan isu, faktor
pendekatan ini adalah masih jarangnya praktek- kejelasan adanya lembaga pengelolaan pesisir
praktek pengelolaan pesisir terpadu di lapang merupakan persyaratan untuk kelancaran
sementara kebijakan-kebijakan di tingkat nasional pelaksanaan program dan sustainaibility
yang mengatur pengelolaan di tingkat propinsi, pengelolaan pesisir. Di ketiga lokasi proyek,
kabupaten bahkan tingkat desa, masih terbatas pendirian cikal bakal lembaga pengelolaan
dalam bentuk konsep. merupakan hal penting yang perlu dimulai untuk
Mengangkat pengalaman dari lapang sebagai mendukung kelancaran proses penerapan
masukan bagi penyusunan kebijakan nasional pengelolaan di lapang. Dalam prosesnya, cikal
adalah salah satu strategi Proyek Pesisir untuk bakal tersebut melibatkan sejumlah orang yang
memberikan kontribusi bagi pengelolaan pesisir merupakan perwakilan instansi atau unit kerja
nasional. Jargon yang dipakai adalah ‘Bringing up yang diperkirakan relevan untuk menangani
lessons from field experience to national track’. Untuk permasalahan yang ada di wilayah pesisir. Di
itu Proyek Pesisir melaksanakan program tingkat propinsi dan kabupaten, lembaga ini
pendokumentasian terhadap kegiatan-kegiatan bersifat koordinatif dengan arahan pimpinan
yang dilaksanakannya. Pendokumentasian ini Badan Perencanaan Daerah setempat dengan
bukan sekedar untuk mendeskripsikan jalannya keanggotaan yang cukup beragam. Sebagai
suatu kegiatan, tetapi juga untuk menggali contoh adalah Provincial Working Group di Sulawesi
pengalaman yang dapat dijadikan pelajaran atau Utara dan KalTim , Kabupaten Task Force di
lessons learned bagi berbagai pihak, baik pemerintah Kabupaten Minahasa, Provincial Steering Team di
pusat dan daerah, perencana kegiatan pengelolaan Lampung dan Kabupaten Task Force di Kabupaten
pesisir, masyarakat dan akademisi. Lampung Selatan. Di desa-desa lokasi proyek di
Makalah ini menyajikan rangkuman lessons Minahasa, pengelolaan ini dilaksanakan oleh suatu
learned dan diskusi dari laporan pendokumen- badan pengelola mengingat LKMD saat ini
tasian yang disusun oleh staf lapangan Proyek dianggap belum memiliki kemampuan yang cukup.
Pesisir di tahun 2001/2002 yang difokuskan pada Proses pendirian lembaga-lembaga tersebut
implementasi rencana pengelolaan yang difasilitasi oleh Proyek Pesisir. Aktivitas yang
dilakukan oleh stakeholder di setiap lokasi proyek. dilakukan mencakup upaya-upaya penguatan
Secara khusus, makalah ini akan membahas kelembagaan berupa kegiatan pelatihan, program
permasalahan yang dijumpai dalam implementasi magang, pendampingan, lokakarya, kunjungan
rencana pengelolaan antar skala wilayah penge- studi banding dan lain-lain.

63 Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002


Salah satu peran yang diharapkan dapat pengelolaan yang disepakati oleh para stakeholder,
dilaksanakan dengan baik oleh sebuah working lengkap dengan komitmen mereka masing-masing.
group adalah memfasilitasi keterpaduan antara Namun program-program yang dimuat dalam
perencanaan yang bersifat top-down approach dan rencana tersebut belum tentu secara langsung
bottom-up approach. Keterpaduan ini dapat disebut segera terintegrasi dalam perencanaan
juga sebagai dual-track approach. Top-down approach pembangunan daerah secara keseluruhan. Hal ini
merupakan representasi dari upaya penerapan karena rencana program pengelolaan tersebut
kebijakan-kebijakan pemerintah yang sifatnya terlambat diusulkan. Namun, keterlambatan ini
berjenjang, yang dimulai dari pengambil kebijakan hanya berdampak pada program-program yang
yang tertinggi di tingkat nasional hingga tingkat memerlukan dana signifikan dari pemerintah.
daerah (pemerintah tingkat kabupaten dan Untuk program-program yang dapat didanai
propinsi) sesuai dengan perundang-undangan yang secara swadaya oleh para stakeholder, keterlam-
berlaku. Bottom-up approach merupakan representasi batan tersebut bukanlah masalah penting.
dari proses pengusulan ataupun masukan untuk Working group dapat berperan dalam
perencanaan yang dimulai dari individu anggota mengkoordinasika ‘proyek-proyek’ pembangunan
masyarakat dan tokoh-tokohnya, kelompok- yang ada di wilayah kerjanya dalam rangka
kelompok stakeholder, pimpinan pemerintahan keterpaduan antar proyek. Hal ini penting untuk
setingkat desa, dan seterusnya ‘ke atas’ hingga memaksimumkan manfaat dan dampak positif
pengambil kebijakan di tingkat pemerintahan proyek sekaligus meningkatkan efisiensi
kabupaten dan propinsi. penggunaan sumberdaya pembangunan, termasuk
Berbagai kalangan di pemerintahan daerah untuk pengelolaan pesisir. Tidak jarang proyek-
dapat saja mengklaim bahwa proses perencanaan proyek yang ada bertujuan untuk melaksanakan
yang bersifat dual-track approach tersebut sudah percontohan atau demonstrasi penerapan dalam
diterapkan. Adanya proses perencanaan pem- skala kecil dengan maksud contoh penerapan
bangunan daerah dalam bentuk Rapat Koordinasi tersebut dikemudian hari diterapkan dalam skala
Pembangunan (Rakorbang), Musyawarah sesuai dengan kebutuhan setempat. Oleh karena
Pembangunan Desa (Musbangdes) adalah contoh itu working group juga diharapkan dapat berperan
for um dimana dual track approach tersebut sebagai ‘lembaga’ yang siap menerima transfer
diterapkan. Namun yang menjadi pertanyaan pengalaman sehingga setelah proyek-proyek
adalah sejauh mana kepentingan atau kebutuhan percontohan tersebut usai, upaya yang
yang muncul dari bawah, yaitu masyarakat, diperkenalkan proyek dapat berlanjut sebagai pro-
terjamin sehingga dapat terakomodasi dalam gram-program pembangunan.
pembangunan yang akan dilaksanakan di tahun Perlunya working group dalam rangka
berikutnya. Dominasi pihak-pihak yang berada pelaksanaan suatu projek pengelolaan pesisir
dalam hierarki yang lebih tinggi dalam forum-fo- terpadu sempat dipertanyakan. Dalam konteks
rum tersebut menyebabkan kecenderungan bahwa tidak berfungsinya secara optimal lembaga
top-down approach menjadi lebih signifikan dalam koordinasi, working group yang dibentuk
proses perencanaan pesisir. merupakan suatu percontohan bagi kalangan
Keberhasilan pengintegrasian usulan-usulan pemerintahan tentang penerapan koordinasi
dari ’bawah’ ke dalam suatu rencana pembangun- tersebut. Dengan working group, para staf
an, baik di tingkat nasional ataupun daerah, sangat pemerintahan memiliki pengalaman langsung
tergantung pada waktu. Pengalaman menunjuk- dalam pelaksanaan aktivitas-aktivitas koordinasi
kan bahwa proses penyusunan rencana penge- untuk pengelolaan pesisir. Untuk suatu daerah
lolaan memakan waktu relatif panjang karena mungkin koordinasi bukanlah merupakan
berbagai kegiatan yang sifatnya mempersiapkan masalah namun pengalaman mempraktekkan
kapasitas staf pemerintahan, stakeholder, koordinasi untuk pengelolaan pesisir mungkin
masyarakat dan working group berjalan secara masih baru. Dari aspek kepentingan projek,
simultan. Akhir dari proses perencanaan itu kelancaran kegiatan projek di lapang memerlukan
sendiri adalah tersusunnya dokumen rencana dukungan resmi. Pendirian working group di suatu

Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002 64


tempat dapat saja tidak diperlukan jika lembaga keprihatinan mereka terhadap permasalahan yang
koordinasi yang ada telah mapan dalam arti ada, peran serta aktif mereka dalam proses
memiliki pemahaman tentang pengelolaan pesisir, perencanaan, implementasi dan monitoring pro-
dapat menjalankan fungsi koordinasi dengan baik gram-program pengelolaan pesisir. ‘Popularitas’
dan efektif serta memiliki pengalaman yang dapat pentingnya pengelolaan pesisir di tengah
diandalkan di bidang pengelolaan pesisir. masyarakat secara langsung dan tidak langsung
Agar suatu working group dapat bekerja akan menentukan dukungan terhadap pengam-
dengan baik, ada usulan bahwa working group bilan kebijakan (policy) yang memprioritaskan pro-
tersebut perlu diresmikan oleh pimpinan gram pengelolaan pesisir dalam agenda
pemerintahan setempat, misalnya dalam bentuk pembangunan daerah. Hal ini sesuai dengan
peraturan daerah (Perda). Terbitnya perda ini mekanisme pengambilan keputusan setempat
memberikan landasan bagi working group tentang yang melibatkan wakil rakyat dalam Dewan
susunan working group, tugas dan fungsinya, serta Perwakilan Rakyat Daerah.
sumber pembiayaan untuk kegiatannya. Perda Upaya untuk ‘mempromosikan’ pentingnya
semacam ini diperlukan jika pemerintah setempat pengelolaan pesisir memerlukan strategi ‘outreach
memerlukan adanya lembaga ‘khusus’ untuk communication’ yang dapat menjangkau berbagai
menangani projek pengelolaan pesisir, atau karena jenis kelompok sasaran. Promosi ini secara umum
kelembagaan yang ada dianggap belum memiliki hendaknya bertujuan agar masyarakat umum
kapasitas yang cukup untuk menangani menyadari permasalahan yang ada di sekitarnya,
permasalahan yang baru. membangkitkan kebutuhan penanganan perma-
Dalam masa pasca proyek, fungsi-fungsi salahan-permasalahan tersebut, memikirkan cara-
yang dijalankan oleh working group dapat diadopsi cara pemecahannya, dan seterusnya. Promosi
oleh pemerintah setempat. Pengalaman yang kepada kelompok-kelompok stakeholder tertentu,
diperoleh para anggota working group merupakan selain hal-hal di atas juga dimaksudkan untuk
hal yang sangat penting bagi lembaga koordinasi mengajak bagaimana mereka secara berkelompok
yang sebenarnya. Persoalan berikutnya adalah dapat memberikan kontribusi terciptanya kondisi
bagaimana pengalaman tersebut dapat dipelajari pesisir yang ideal yang dapat menguntungkan
dan disampaikan kepada pimpinan dan staf semua pihak oleh semua pihak. Promosi akan
lembaga tersebut. lebih efektif jika pelakunya adalah anggota
masyarakat atau stakeholder yang mengalami
3. PELEMBAGAAN PENGELOLAAN langsung dalam praktek atau proses pengelolaan.
PESISIR DI TENGAH MASYARAKAT/ Dalam konteks umur Proyek Pesisir, salah
STAKEHOLDER satu isu yang perlu dibahas lebih lanjut adalah
Upaya melembagakan pengelolaan pesisir seberapa jauh fungsi yang diperankan oleh
tidak cukup hanya dilakukan dengan membentuk lembaga-lembaga working group, baik di tingkat
lembaga-lembaga koordinatif, tetapi juga desa, kabupaten maupun propinsi, yang ada akan
pendirian kelompok-kelompok kerja khusus dan berkembang selanjutnya setelah proyek ini selesai.
for um-for um serta pelaksanaan kegiatan Hal ini penting untuk dipikirkan karena
penyebaran informasi/penyuluhan kepada pemerintah daerah dan stakeholder lokal serta
masyarakat luas. Hal ini perlu dilakukan agar masyarakat di lokasi proyek diharapkan secara
pengelolaan pesisir tersosialisasi atau melembaga mampu mandiri melaksanakan pengelolaan pro-
di tengah masyarakat umum dan para stakeholder gram-program pengelolaan pesisir selanjutnya.
lainnya. Jika masyarakat dan para stakeholder
tersebut memiliki pemahaman akan pentingnya 4. PENDANAAN UNTUK
sumberdaya pesisir dikelola dengan baik, maka IMPLEMENTASI RENCANA
mereka akan memberi perhatian terhadap upaya- PENGELOLAAN
upaya yang dilakukan oleh pemerintah pusat/ Sukses implementasi rencana pengelolaan
daerah ataupun pihak-pihak lain. Perhatian ini tidak terlepas dari kesediaan sumberdaya, yaitu
kemudian dapat diaktualisasikan dalam bentuk sumberdaya manusia, dana dan material. Dalam

65 Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002


konteks governance, pernyataan resmi tentang lamnya adalah unit-unit usaha yang memanfaatkan
diterimanya suatu rencana pengelolaan sebagai sumberdaya alam secara langsung. Dana yang
dasar untuk mewujudkan rencana pengelolaan berasal dari pemerintah atau dana pembangunan
pesisir secara terpadu sangat diperlukan. Adopsi dapat berasal dari APBN maupun APBD. Hal
formal tersebut merupakan wujud komitmen yang perlu secara cermat diperhatikan adalah
pemerintah dan masyarakat untuk mengelola koordinasi dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan
sumberdaya pesisir untuk kepentingan rakyat dengan sumber dana yang berbeda. Jenis kegiatan
sebesar-besarnya. Namun komitmen tersebut dan sumberdana yang beragam inilah yang perlu
tidak cukup hanya dengan pernyataan. Komit- diidentifikasi dalam menyusun rencana
men tersebut harus juga dibarengi dengan pengelolaan. Proses pengintegrasian ini semes-
kesungguhan, termasuk komitmen ber upa tinya dilakukan dengan cara mengidentifikasi
pengalokasian dana pembangunan untuk program- berbagai rencana yang pada awalnya terpisah
program implementasi rencana pengelolaan kemudian membahasnya secara terbuka dengan
tersebut. para penggagas kegiatan-kegiatan. Pentingnya
Selain adopsi formal terhadap rencana pembahasan ini merupakan indikasi bahwa
pengelolaan tersebut, alokasi dana yang jelas komunikasi antar para pengambil keputusan, baik
untuk implementasi rencana pengelolaan di tingkat nasional maupun daerah, perlu
merupakan salah satu indikator kesiapan tahap dilakukan. Kunci keberhasilkan terjadinya
ke 3 dalam siklus perencanaan. Alokasi dana yang pengintegrasian ini terletak pada peran lembaga
bersumber dari pemerintah tampaknya masih yang bertugas mengkoordinasikan segala kegiatan
merupakan sesuatu yang relatif sulit untuk pembangunan. Efektivitas lembaga tersebut
direncanakan mengingat belum terintegrasinya dapat dilihat sejauh mana informasi yang ada
perencanaan pengelolaan pesisir kedalam proses dapat ditindak-lanjuti dan dipadukan sehingga
perencanaan pembangunan yang secara kebetulan mengarah pada pemanfaatan sumberdaya
masih dalam tahap penyesuaian. Akibat belum pembangunan secara efisien dan efektif serta
terintegrasinya perencanaan tersebut menye- berdampak luas dan jangka panjang.
babkan kesulitan dalam pengalokasian dana.
Namun persoalan ini tidak berlaku untuk program- 5. KELANJUTAN
program pengelolaan yang memerlukan dana yang PENGELOLAAN PESISIR
relatif besar. Seperti dikatakan di atas, banyak proyek
Dalam proses perencanaan yang berjenjang ‘hanya’ dapat melakukan ‘percontohan’ mengingat
dari bawah, dalam arti masukan atau usulan, tentu keterbatasan sumberdaya proyek dan waktu.
diperlukan interaksi antara pemerintah dan Dengan percontohan-percontohan tersebut,
pemerintah daerah (propinsi dan kabupaten) serta pemerintah setempat diharapkan dapat menindak-
jajaran pemerintahan lainnya. Proses perencanaan lanjuti percontohan tersebut dengan menerapkan
pengelolaan pesisir yang diperkenalkan sudah program-program yang dicontohkan. Penerapan
menerapkan bottom-up approach dimana para stake- dalam program-program tersebut inilah
holder telah diberi kesempatan berperan aktif, merupakan salah satu indikator kelanjutan
mulai dari tahap identifikasi permasalahan dan (sustainability) atau keberlanjutan dari upaya-upaya
mengkaji setiap permasalahan tersebut, membe- dan metodologi yang diperkenalkan oleh proyek-
rikan masukan terhadap rencana pengelolaan dan proyek tersebut.
lain-lain. Beberapa faktor yang diperkirakan dapat
Dana untuk implementasi program-program mempengaruhi kelanjutan dari model proses dan
dalam rencana pengelolaan pesisir dapat berasal praktek pengelolaan pesisir yang diperkenalkan
dari berbagai sumber, tidak hanya berasal dari dana oleh suatu proyek adalah:
pembangunan yang akan dikelola langsung oleh z Keberadaan working group dan kapasitasnya

pemerintah. Sumber dana lain adalah dana yang z Komitmen serta dukungan dari pemerintah

merupakan kontribusi langsung masyarakat dan (pusat dan daerah) dan DPR/DPRD untuk
kelompok-kelompok stakeholder, termasuk dida- memasukkan program pengelolaan pesisir

Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002 66


kedalam rencana pembangunannya. Komit- z Semua pihak yang pernah bekerjasama dan
men ini berupa ketegasan bahwa rencana terbina oleh aktifitas proyek merupakan critacal
pengelolaan yang dibuat akan dijadikan pedo- mass yang dapat mendorong kelancaran proses
man untuk pembangunan di wilayah pesisir. penerapan pengelolaan pesisir secara terpadu.
z Terciptanya kelompok-kelompok masyarakat · Proses pengelolaan pesisir terpadu memerlukan
yang secara terus-menerus mendukung pendekatan adaptive management. Hal ini
terwujudnya pengelolaan pesisir. mengingat keterbatasan pengetahuan dan
z Kemandirian masyarakat dan stakeholder dalam kapasitas untuk pemahaman terhadap perma-
menerapkan substansi rencana strategi ataupun salahan pesisir yang dinamis. Pendekatan ini
rencana pengelolaan pesisir. Kontribusi yang memberikan konsekuensi teknis yang terkait
besar dari masyarakat merupakan faktor kunci dengan proses pengelolaan yang perlu
keberhasilan upaya-upaya pengelolaan. diakomodasi oleh sistem pertanggung-jawaban
Kemandirian ini merupakan indikator bahwa program/proyek yang biasa diterapkan oleh
masyarakat tidak semata-mata sebagai objek pemerintah.
pembangunan, tetapi juga sebagai subjek · Program pelatihan untuk penguatan kelemba-
pembangunan. gaan diperlukan untuk menyiapkan sumberdaya
manusia untuk pengelolaan.
6. IMPLIKASI TERHADAP PROGRAM-
PROGRAM PENGELOLAAN PESISIR 7. IMPLIKASI TERHADAP
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan KEBIJAKAN NASIONAL
beberapa catatan yang mencakup bagaimana Secara umum, hal-hal di atas menggaris-
sebaiknya pengelolaan pesisir secara terpadu bawahi bahwa pengelolaan pesisir hendaknya
dipraktekkan. Catatan-catatan tersebut adalah: mengutamakan keterpaduan, kesempatan kepada
z Program pengelolaan pesisir harus dibarengi stakeholder di bawah untuk berperan aktif dalam
dengan program penguatan kelembagaan yang proses perencanaan, perencanaan yang berdampak
mencakup peningkatan kapasitas lembaga- positif dalam jangka panjang (ecologically sustain-
lembaga yang ada dan melembagakan atau able), sistem perencanaan yang bersifat terbuka
mensosialisasikan pengelolaan pesisir di tengah dan bersifat partisipatif, kejelasan kepastian
masyarakat umum, staf pemerintahan dan stake- hukum bagi setiap pihak yang terlibat. Hal-hal
holder-stakeholder. Indikator dari adanya tersebut sudah tercakup dalam dokumen Pedoman
pengelolaan yang sudah melembaga adalah Umum Pengelolaan Pesisir Terpadu yang disusun
komitmen pemerintah yang didukung oleh para oleh Ditjen Pengelolaan Pesisir, Departemen
wakil rakyat untuk mengalokasikan dana. Kelautan dan Perikanan. Dalam aspek keterpa-
z Pemerintah dalam proses pembangunan duan, secara tegas pedoman tersebut mencan-
diharapkan dapat memfasilitasi terwujudnya tumkan bahwa keterpaduan tersebut mencakup
proses perencanaan pengelolaan pesisir yang keterpaduan perencanaan antar sektor pem-
menerapkan top-down approach dan bottom-up ap- bangunan, keterpaduan perencanaan secara
proach secara bersamaan. vertikal mulai dari tingkat desa, kecamatan,
z Pengalaman kerjasama instansi dan LSM dalam kabupaten/kota, propinsi hingga nasional,
working group yang ada perlu dimanfaatkan. Oleh keterpaduan antara batas ekologis dan batas ad-
karena itu suatu working group yang baru tidak ministratif untuk menentukan wilayah pengelo-
selalu perlu dibentuk untuk setiap proyek. laan, keterpaduan antara obyektivitas ilmiah
z Adanya perkembangan karier dan restruk- dengan kebijakan yang diambil oleh para
turisasi menyebabkan working group yang ada pengambil keputusan, dan keterpaduan antar
memerlukan program penyegaran untuk negara untuk isu-isu yang bersifat lintas batas
menjaga awareness dan kapasitasnya. Program negara.
seperti ini sangat diperlukan untuk menjaga Dengan adanya pedoman umum tersebut,
sustainability dari upaya-upaya yang diperke- beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk
nalkan proyek. mewujudkan penerapan pengelolaan pesisir yang

67 Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002


terpadu antara lain adalah ketersediaan sumber-
daya manusia yang handal yang diperlukan untuk
tataran pengambilan kebijakan, penelitian,
perencanaan, dan tataran praktek di lapang yang
akan berinteraksi langsung dengan masyarakat dan
stakeholder lainnya. Penyediaan sumberdaya
manusia ini dapat dalam bentuk pendidikan for-
mal maupun pendidikan non-formal. Berbagai
forum untuk berbagi pengalaman, misalnya
lokakarya dan pelatihan-pelatihan, dapat
mempercepat penyediaan sumberdaya manusia
tersebut. Upaya-upaya penggalian lessons learned
hendaknya dilakukan oleh semua pihak, baik para
praktisi maupun akademisi, dalam upaya
menyiapkan ‘materi’ berbagai ragam bentuk
pendidikan tersebut. Pendekatan penggalian les-
sons learned dan bertukar pengalaman ini sangat
strategis mengingat keragaman pesisir dan
karakteristik sosial yang ada di Indonesia
memerlukan berbagai pendekatan khusus. Oleh
karena itu, setiap program-program pengelolaan
pesisir perlu mencakup program pembelajaran
yang secara langsung maupun tidak langsung akan
meningkatkan kapasitas pelaksana program,
masyarakat dan para stakeholder lainnya.

Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002 68


AGENDA INTERNAL
LOKAKARYA HASIL PENDOKUMENTASIAN PROYEK PESISIR 1997 - 2002
BOGOR, 15 - 16 JANUARI 2002

Hari/Tgl Jam Acara Keterangan

Senin,14 12.00 Semua peserta lokakarya internal chek in di Hotel Hotel New Mirah
Januari 2002 New Mirah, Bogor Bogor

Selasa,15 08.00-08.30 Pembukaan D.G. Bengen


Januari 2002 08.30-09.00 Pengantar diskusi lokakarya internal F. Sondita
09.00-10.30 Presentasi dan diskusi paper hasil N. Tangkilisan
pendokumentasian Proyek Pesisir Sulawesi Utara
10.30-10.45 Istirahat -
10.45-12.15 Presentasi dan diskusi hasil pendokumentasian Amiruddin
Proyek Pesisir Lampung
12.15-13.00 Makan siang
13.00-14.30 Presentasi dan diskusi paper hasil A S. Darmawan
pendokumentasian Proyek Pesisir Kalimantan (Alm.)
Timur
14.30-16.00 Presentasi dan diskusi paper hasil F. Sondita
pendokumentasian Learning Team PKSPL IPB
16.00-17.00 Rangkuman diskusi hari pertama F. Sondita
17.00-18.30 Istirahat -
18.30-19.00 Makan malam All
19.00-21.00 Revisi paper berdasarkan hasil diskusi terakhir All

Rabu,16 08.00-08.30 Pengantar diskusi hari kedua Learning Team


Januari 2002 08.30-09.00 Penyampaian hasil perbaikan paper Proyek Pesisir PP Manado
Sulawesi Utara
09.00-09.30 Penyampaian hasil perbaikan paper Proyek Pesisir PP Lampung
Lampung
09.30-10.00 Penyampaian hasil perbaikan paper Proyek Pesisir PP Kaltim
Kalimantan Timur
10.00-10.15 Istirahat -
10.15-12.15 Diskusi dan persiapan untuk lokakarya eksternal Learning Team
dan staf lapangan
12.15-13.00 Makan siang
13.00-15.30 Diskusi dan persiapan untuk presentasi lokakarya Learning Team
eksternal (lanjutan) dan staf lapangan
15.30-16.00 Istirahat -
16.00-18.30 Pembahasan agenda lokakarya eksternal Learning Team
Penutupan dan staf lapangan
18.30-19.00 Peserta PP Kaltim dan Sulut berangkat ke Jakarta

Kamis,17 12.00 Peserta PP Lampung chek out


Januari 2002

69 Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002


DAFTAR ACARA EKSTERNAL
LOKAKARYA HASIL PENDOKUMENTASIAN PROYEK PESISIR
1997 - 2002
BOGOR, 14 FEBRUARI 2002

Jam Acara Keterangan

07.30-09.00 Pendaftaran peserta Panitia


09.00-09.15 Sambutan Koordinator Program Proyek Pesisir D.G. Bengen
PKSPL IPB
09.15-09.30 Sambutan Chief of Party Proyek Pesisir M. Knight
09.30-09.45 Pengantar dari Koordinator Learning Team F. Sondita
09.45-10.00 Istirahat -
Panel Pertama (Moderator: Dietriech G. Bengen, Notulis: Achmad Rizal)
10.00-10.20 Presentasi paper hasil pendokumentasian Proyek B. Wenno
Pesisir Kalimantan Timur
10.20-10.40 Presentasi hasil pendokumentasian Proyek Pesisir J. Tulungen/C.
Sulawesi Utara Rotinsulu
10.40-11.00 Presentasi paper hasil pendokumentasian Proyek B. Wiryawan
Pesisir Lampung
11.00-12.00 Diskusi Panel Pertama -
12.00-13.00 Istirahat -
Panel Kedua (Moderator: Ali Kabul Mahi, Notulis: Neviaty P. Zamani)
13.30-13.45 Summary Paper Learning Team F. Sondita
13.45-14.00 Presentasi paper National Policy W. Siahaan
Presentasi paper hasil pendokumentasian Learning F. Sondita
Team
14.00-15.00 Diskusi Panel Kedua -
15.00-15.15 zMembahas hasil diskusi panel -
zPembelajaran (national learning) F. Sondita/
zAgenda selanjutnya D.G. Bengen
15.15-16.30 Penutupan Panitia

Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002 70


DAFTAR PESERTA LOKAKARYA INTERNAL
LEARNING TEAM PROYEK PESISIR PKSPL IPB
BOGOR, 15 – 16 JANUARI 2002

No Nama Instansi

1 Dr. Ir. Dietriech G. Bengen DEA Proyek Pesisir PKSPL IPB


2 Dr. Stacey Tighe Proyek Pesisir Jakarta
3 Prof. Dr. Jacub Rais Proyek Pesisir Jakarta
4 Prof. Dr. Ali Kabul Mahi Proyek Pesisir Lampung
5 Johnnes Tulungen, MSi Proyek Pesisir Sulawesi Utara
6 Nonny Tangkilisan Proyek Pesisir Sulawesi Utara
7 Dr. Neviaty P Zamani, MSc Learning Team PKSPL IPB
8 Ary Setiabudy D Proyek Pesisir KalTim
9 Achmad Setiadi Proyek Pesisir KalTim
10 Dr. Fedi A. Sondita, MSc Learning Team PKSPL IPB
11 Bambang Haryanto Learning Team PKSPL IPB
12 Burhanuddin Learning Team PKSPL IPB
13 Irdez Azhar Proyek Pesisir Sulawesi Utara
14 Amiruddin Learning Team PKSPL IPB
15 Nana Anggraeni Proyek Pesisir PKSPL IPB
16 Ahmad Husein Proyek Pesisir Jakarta
17 Kun Hidayat Proyek Pesisir Jakarta

71 Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002


DAFTAR PESERTA LOKAKARYA
HASIL PENDOKUMENTASIAN PROYEK PESISIR 1997 - 2002
BOGOR, 14 FEBRUARI 2002

No Nama Instansi

1 Achmad Rizal PKSPL-IPB


2 Agus Setiawan SEAWATCH BPPT
3 Agustinus PP Kaltim
4 Ahmad Baehaqi Global Environment Forum (GEF
5 Ahmad Husein PP Jakarta
6 Amiruddin Learning Team
7 Arif Aliadi LATIN
8 Ary S Suhandi Conservancy International
9 Aslan WCS Indonesia Program
10 Bambang Haryanto Learning Team
11 Bob Wenno FPM Kaltim
12 Burhanuddin Learning Team
13 Chris Rotinsulu PP Manado
14 Dedy Supriadi YABSHI
15 Denny Boy Mochran Yayasan Puter
16 Dr. Budy Wiryawan FPM Lampung
17 Dr. Etty R. Agoes, SH, LLM Staf Ahli Menteri DKP Bidang Hukum
18 Dr. Ir. Awal Subandar, MSc BPPT Jakarta
19 Dr. Ir. Dietriech G Bengen PKSPL – IPB
20 Ery Damayanti IMA Indonesia
21 Fahmi, SPi P2O LIPI Ancol
22 Dr. Ir. Fedi A Sondita Learning Team
23 I Wayan Adi Yayasan Bina Usaha Lingkungan
24 Idwan Suhardi BPPT Jakarta
25 Imran Amin Telapak Indonesia
26 Ir. Agung Triprasetyo Ditjen Bangda, DEPDAGRI
27 Ir. Asminarsih, MSc Ditjen Bangda, DEPDAGRI
28 Ir. Edyanto, MSi Bappeda Propinsi Lampung
29 Ir. Faisal Bappeda Propinsi Lampung
30 Ir. Julianto Bakosurtanal
31 Ir. Syahrir Hadi, MSi Direktur Bina Manajemen Pemerintahan Daerah, DEPDAGRI
32 Ir. Trini Hastuti Bakosurtanal
33 Johnnes Tulungen FPM Manado
34 Kun Hidayat PP Jakarta
35 M. Khazali PP Kaltim
36 M. Nurdin M Mahasiswa S2 SPL IPB
37 Maurice Knight PP Jakarta
38 Meyland Sirait Yayasan KEHATI
39 Dr. Ir. Neviaty P Zamani Learning Team
40 Noor Nedi Mahasiswa S2 SPL IPB
41 Priyanto Santosa USAID
42 Prof. Dr. Ali Kabul Mahi PP Lampung
43 Prof. Jacub Rais PP Jakarta
44 Sari Suryadi Conservancy International
45 Setia Lesmana Suara Pembaruan Jakarta
46 Silvianita Yayasan TERANGI
47 Slamet Tarno Mahasiswa S2 SPL IPB
48 Sudibyo Wetland International
49 Tusy A. Adibroto, MSi BPPT Jakarta
50 Usman Mochtar Ditjen Bangda, DEPDAGRI
51 Wilson Siahaan PP Jakarta
52 Yunia Witasari P2O LIPI Ancol Jakarta

Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2002 72

Anda mungkin juga menyukai