MAKALAH Kelompok Sosialisasi Berdasarkan Kebutuhan
MAKALAH Kelompok Sosialisasi Berdasarkan Kebutuhan
DI SUSUN OLEH :
2020/2021
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu
Puji syukur tidak lupa kami panjatkan terhadap kehadiran tuhan yang maha
esa, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan tugas makalah ”sosiologi
pendidikan” dalam proses pengumpulan data-data dan juga proses pembuatan
makalah ini tidak lepas dari kerjasama kelompok kami
Semoga dengan makalah yang kami buat ini dapat menambah pengetahuan
dan pemahaman kita tentang seberapa pentingnya sosialisasi berdasarkan kebutuhan.
Kami sadar dalam pembuatan makalah ini banyak terdapat beberapa
kekurangan.Akan tetapi kami yakin makalah ini dapat bermanfaat buat kita semua.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Manfaat
Agar kita dapat mengetahui dan memahami apa itu sosialisasi berdasarkan
kebutuhan sehingga kita dapat berfikir yang lebih luas, dan sangat bermanfaat bagi
kita semua.
BAB II
PEMBAHASAN
Contoh Sosialisasi
Secara rinci, dari penjelasan tipe sosialisasi di atas maka beberapa contoh
yang dapat sditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:
Contoh sosialisasi fomal meliputi antara lain: sosialisasi tentang bahaya Narkoba dan
Terorisme dalam rapat RT, organisasi karang taruna, dan sekolah; Sosialisasi tentang
Budaya Keselamatan di Jalan dalam seminar di sekolah, rapat Muspida dan Muspika;
Sosialisasi SEA Games ke-18 yang dikampanyekan di beberapa lembaga dan instansi
pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat melalui seminar, rapat, dan workshop;
Sosialisasi Gerakan Masyarakat Sehat dan Imunisasi Nasional; Sosialisasi Bahaya
Letusan Gunung Berapi dan Tsunami; dan Sosialisasi Nyamuk Demam Berdarah
Contoh sosialisasi informal mencakup: sosialisasi budaya membuang sampah pada
tempatnya, sosialisasi tidak merokok di sembarang tempat, sosialisasi kerja bakti, dan
lainnya
Contoh sosialisasi primer misalnya memperkenalkan anggota keluarga pada seorang
bayi; mengajari bayi cara makan, buang air besar, dan berjalan; membiasakan seorang
bayi untuk melakukan sesuatu dengan berdoa terlebih dahulu; mengajarkan bayi
untuk berterima kasih dan memohon; mengajarkan seorang anak baik dan buruk atau
benar dan salah; memberikan teladan yang baik.
Contoh sosialisasi sekunder misalnya memperkenalkan seorang anak ke keluarga lain
atau lingkungan sekitar; mengajarkan anak untuk berkenalan dengan anak yang lain;
melatih kemandirian dan keberanian anak dengan melepaskannya di lingkungan
sekitar; memberikan kesempatan kepada seorang anak untuk mengaktualisasikan
dirinya di lingkungan baru; menasehati anak jika melakukan kesalahan.
Dari penjelasan mengenai tipe sosialisasi beserta contohnya tersebut di atas, ada
sejumlah proses sosialisasi yang perlu diperhatikan supaya tujuan dari suatu
sosialisasi tersebut dapat berjalan dengan baik. Proses tersebut meliputi tahap
persiapan, tahap peniruan, tahap bermain peran, tahap penerimaan norma kolektif.
Menurut proses tersebut, sosialisasi memiliki tujuan antara lain sebagai berikut:
George Herbert Mead memaparkan pemikiranya melalui buku Mind, Self, and
Society yang terbit pada 1972. Mead menguraikan tahap-tahap pengembangan diri
manusia, mulai dari ketika individu manusia baru lahir dan belum memiliki
kepribadian, hingga individu tersebut mulai menjadi anggota masyarakat. Menurut
Mead pengembangan diri ini terdiri dari tiga tahap. George Herbert Mead
berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat dibedakan melalui tahap-
tahap sebagai berikut:
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri
untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang
diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak
sempurna.
Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-
peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran
tentang nama diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak
mulai menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan
seorang ibu dari anak. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada
posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial
manusia berisikan banyak orang telah mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut
merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya
diri, yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai. Bagi seorang anak, orang-
orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (Significant other)
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang
secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya
menempatkan diri pada posisi orang lain meningkat sehingga memungkinkan adanya
kemampuan bermain secara bersama-sama. Seseorang mulai menyadari adanya
tuntutan untuk membela keluarga dan bekerja sama dengan teman-temannya. Pada
tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan hubunganya semakin kompleks.
Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-
peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami.
Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku
di luar keluarganya.
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan
dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang
rasa tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tetapi juga dengan
masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan
bekerja sama bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya secara mantap.
Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat
dalam arti sepenuhnya.
Pemikiran Cooley terkenal dengan looking glass-self (cermin diri) yang juga
menekankan pentingnya peranan interaksi dalam sosialisasi. Seorang individu
berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Dalam hal ini, seorang individu
berkembang melalui tiga tahap, yaitu:
Steve Fuller dan Jerry Jacobs menjelaskan bahwa agen sosiologi terdiri dari
empat unsur utama, yakni keluarga, kelompok teman, lembaga pendidikan formal dan
media massa. Keduanya mendefinisikan keempat agen tersebut berdasarkan
pengamatan mereka terhadap kondisi sosial masyarakat Amerika Serikat, tetapi hal
ini tidak menutup kemungkinan bahwa di negara lain juga dapat diterapkan dengan
agen-agen yang sama.
Keluarga (kinship)
Bagi keluarga inti (nuclear family) agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara
kandung, dan saudara angkat yang belum menikah dan tinggal secara bersama-sama
dalam suatu rumah. Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem kekerabatan
diperluas (extended family), agen sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu
rumah dapat saja terdiri atas beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman,
dan bibi di samping anggota keluarga inti. Pada masyarakat perkotaan yang telah
padat penduduknya, sosialisasi dilakukan oleh orang-orabng yang berada di luar
anggota kerabat biologis seorang anak. Kadang kala terdapat agen sosialisasi yang
merupakan anggota kerabat sosiologisnya, misalnya pramusiwi, menurut Gertrudge
Jaeger peranan para agen sosialisasi dalam sistem keluarga pada tahap awal sangat
besar karena anak sepenuhnya berada dalam ligkugan keluarganya terutama orang
tuanya sendiri.
Teman pergaulan
Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan hubungan tidak
sederajat (berbeda usia, pengalaman, dan peranan), sosialisasi dalam kelompok
bermain dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi dengan orang-orang yang
sederajat dengan dirinya. Oleh sebab itu, dalam kelompok bermain, anak dapat
mempelajari peraturan yang mengatur peranan orang-orang yang kedudukannya
sederajat dan juga mempelajari nilai-nilai keadilan.
Agama
Sekolah
Media massa
Yang termasuk kelompok media massa di sini adalah media cetak (surat
kabar, majalah, tabloid), media elektronik (radio, televisi, video, film). Besarnya
pengaruh media sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang
disampaikan.
Contoh:
Organisasi
Tempat kerja
Agen-agen lain
Selain keluarga, sekolah, kelompok bermain dan media massa, sosialisasi juga
dilakukan oleh institusi agama, tetangga, organisasi rekreasional, masyarakat, dan
lingkungan pekerjaan. Semuanya membantu seseorang membentuk pandangannya
sendiri tentang dunianya dan membuat presepsi mengenai tindakan-tindakan yang
pantas dan tidak pantas dilakukan. Dalam beberapa kasus, pengaruh-pengaruh agen-
agen ini sangat besar.
2.6 peran
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Jadi sosialisasi adalah sebuah proses belajar seumur hidup di mana seorang
individu mempelajari bebiasaan dan kultur masyarakat yang meliputi cara hidup,
nilai-nilai, dan norma-norma social yang terdapat dalam masyarakat agar dapat di
terima dan berpartisipasi aktif di dalamnya.
3.2 Saran
Daftar pustaka