Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN LEUKIMIA LIMPOBLASTIK ACUTE (ALL)

A. Konsep Penyakit Leukimia Limpoblastik Acute (ALL)

1. Pengertian

Leukemia merupakan penyakit akibat terjadinya proliferasi (pertumbuhan

sel imatur) sel leukosit yang abnormal dan ganas, serta sering disertai adanya leukosit

dengan jumlah yang berlebihan, yang dapat menyebabkan terjadinya anemia

trombisitopenia (Hidayat, 2006). Leukemia merupakan penyakit akibat proliferasi

(bertambah banyak atau multiplikasi) patologi dari sel pembuat darah yang bersifat

sistemik dan biasanya berakhir fatal, (Nursalam, 2005).

Leukemia merupakan kelompok kelainan yang ditandai dengan akumulasi

leukosit ganas di sumsum tulang dan darah tepi. Sel abnormal tersebut menyebabkan

gejala: (1) kegagalan sumsum tulang (mis. Anemia, neutropenia, trombositopenia);

dan (2) infiltrasi terhadap organ-organ (mis. Hati, limpa, kelenjer limfe, meningen,

otak, kulit atau testis), (A.V. Hoffbrand dan P.A. H. Moss, 2011).

Leukemia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam

jaringan pembentukan darah. (Suardi, 2006). Leukemia, artinya “darah putih”, adalah

proliferasi neoplastik satu sel tertentu (granulosit, monosit, limfosit, atau

megakariosit). Defek deperkirkan berasal dari stem cell hematopoetik. (Arif Mutaqin,

2009).

Leukemia adalah penyakit keganasan pada jaringan hematopoietik yang

ditandai dengan penggantian elemen sumsum tulang normal oleh sel darah abnormal

atau sel leukemik. Salah satu manifestasi klinis dari leukemia adalah perdarahan yang
disebabkan oleh berbagai kelainan hemostasis. Kelainan hemostasis yang dapat

terjadi pada leukimia berupa trombositopenia, disfungsi trombosit, koagulasi

intravaskuler diseminata, defek protein koagulasi, fibrinolisis primer dan trombosis.

Patogenesis dan patofisiologis kelainan hematosis pada leukemia tersebut terjadi

dengan berbagai mekanisme. Jadi dapat kita simpulkan bahwa leukemia adalah

penyakit akibat terjadinya proliferasi sel leukosit yang abnormal dan ganas serta

sering disertai adanya leukosit jumlah yang berlebihan dari sel pembuat darah yang

bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal.

2. Epidemiologi

Leukemia limfoblastik akut merupakan keganasan yang paling sering terjadi

pada anak yaitu 25-30% dari seluruh kanker pada anak dan merupakan 78% dari

seluruh leukemia pada anak. Insiden ALL semakin meningkat setiap tahun. Penelitian

yang dilakukan pada unit kanker di RS dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun 1998

sampai 2009 diperoleh data bahwa dari seluruh pasien anak yang dirawat dengan

keganasan, sebanyak 720 kasus atau 59% merupakan leukemia dan sebanyak 68,9%

dari kasus leukemia tersebut adalah ALL (Widjajanto, 2012). Pada tahun 2011

sampai 2015 didapatkan bahwa ALL merupakan 87% dari seluruh kasus leukemia

yang terdiagnosis di RSUP Sanglah Denpasar (Tarigan dkk., 2016).

3. Klasifikasi

Menurut (Price, 1999), Leukemia dibagi menjadi beberapa klasifikasi, yaitu :

a. Leukemia Mielositik Akut (LMA)


LMA disebut juga leukemia mielogenus akut atau leukemia granulositik

akut (LGA) yang dikarakteristikkan oleh produksi berlebihan dari mieloblast.

LMA sering terjadi pada semua usia, tetapi jarang terjadi pada anak-anak.

Mieloblast menginfiltrasi sumsum tulang dan ditemukan dalam darah. Hal ini

dapat mengakibatkan terjadinya anemia, perdarahan, dan infeksi, tetapi jarang

disertai keterlibatan orang lain, (gambar 1)

(Gambar 1, Hapusan sumsum tulang dengan pewarnaan giemsa perbesaran)

b. Leukemia Limfositik Akut (LLA)

Leukemia Limfositik Akut (LLA) LLA sering menyerang pada masa

anak-anak dengan persentase 75% - 80%. LLA menginfiltrasi sumsum tulang

oleh sel limfoblastik yang menyebabkan anemia, memar (trombositopeni), dan

infeksi (neutropenia). Limfoblas biasanya di temukan dalam darah tepi dan

selaluada di sumsum tulang, hal ini mengakibatkan terjadinya limfedenopati,

splenomegali, dan hepatomegali 70% anak dengan leukemia limfatik akut ini bisa

disembuhklan, (gambar 2).


(Gambar 2, Leukemia Mielositik Akut).

c. Leukemia Limfositik Kronis (LLK)

LLK terjadi pada manula dengan limfadenopati generalisata dan

peningkatan jumlah leukosit disertai limfositosis, Perjalanan penyakit biasanya

jinak dan indikasi pengobatan adalah hanya jika timbul gejala, (gambar 3).

(Gambar 3 LLK, Hapusan sumsum tulang dengan pewarnaan giemsa)

d. Leukemia Mielositik Kronis (LMK)

LMK sering juga disebut leukemia granulositik kronik (LGK), gambaran

menonjol adalah, (gambar 4) : a. Adanya kromosom Philadelphia pada sel-sel

darah. Ini adalah kromosom abnormal yang ditemukan pada sel-sel sumsum

tulang. Krisis blast fase yang dikarakteristikkan oleh poroliferasi tibatiba dari

jumlah besar myeloblast.


(Gambar 4, LMK).

4. Etiologi dan Predisposisi

Terjadinya leukemia banyak hal yang mempengaruhi diantaranya :

a. Faktor Eksogen

1) Radiasi, khususnya yang mengenai sumsum tulang, kemungkinan leukemia

meningkat pada penderita yang diobati dengan radiasi atau kemoterapi.

2) Zat kimia, seperti benzene, arsen, kloramfenikol, fenilbutazone, dan agen anti

neoplastik. Terpapar zat kimia dapat menyebabkan displasia sumsum tulang

belakang, anemia aplastik dan perubahan kromosom yang akhirnya dapat

menyebabkan leukemia.

3) Infeksi virus, pada awal tahun 1980 diisolasi virus HTLV-1 (Human T

Leukemia Virus )dari leukemia sel T manusia pada limfosit seorang penderita

limfoma kulit dan sejak itu diisolasi dari sample serum penderita leukemia sel

T.

b. Faktor Endogen

1) Bersifat herediter, insiden meningkat pada beberapa penyakit herediter seperti

sindrom down mempunyai insiden leukemia akut 20x lipat dan riwayat
leukemia dalam keluarga. insiden leukemia lebih tinggi dari saudara kandung

anak-anak yang terserang, dengan insiden yang meningkat sampai 20% pada

kembar monozigot.

2) Kelainan genetic, mutasi genetic dari gen yang mengatur sel darah yang tidak

diturunkan.

5. Manifestasi Klinis

a. Akut Limfoblastik Leukemia (ALL) gambaran klinis ALL cukup bervariasi, dan

gejalanya dapat tampak tersembunyi atau akut. Manifestasi klinisnyaantara lain

pucat, mudah memar, letargi, anoreksia, malaise, nyeri tulang, nyeri perut dan

perdarahan. Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan hal – hal sebagai berikut :

demam, keletihan, anoreksia, pucat, petekie dan ekimosis pada kulit atau

membran mukosa, perdarahan retina, pembesaran dan fibrosis organ – organ

sistem retikuloendotelial seperti hati, limpa, dan limfonodus, berat badan turun,

nyeri abdomen yang tidak jelas, nyeri sendi dan nyeri tekan pada tulang (Betz &

Sowden 2009).

b. Akut Mieloid Leukemia (AML) atau Akut NonLymphoid Leukemia (ANLL)

Leukemia mieloblastik akut merupakan suatu kelompok penyakit yang heterogen

yang memberikan prognosis buruk. Gejala dan tanda AML yang muncul meliputi

pucat, demam, nyeri tulang, dan perdarahan kulit serta mukosa.

c. Chronic Mielogenosa Leukemia (CML) terutama terjadi pada orang dewasa yang

berusia antara 25 dan 60 tahun, insiden puncaknya terletak pada usia antara 40
dan 50 tahun. Walaupun demikian, penyakit ini dapat terjadi pada anak, neonatus.

Gejala klinik CML tergantung pada fase yang kita jumpai pada penyakit tersebut :

1) Fase kronik, terdiri atas :

a) Gejala – gejala yang berhubungan dengan hipermetabolisme, misalnya

penutrunan berat badan, badan kelelahan, anoreksia, atau keringat malam.

b) Splenomegali hampir selalu ada dan sering kali bersifat masif. Pada

beberapa pasien, pembesaran limpa disertai dengan rasa tidak nyaman,

nyeri, atau gangguan pencernaan.

c) Gambaran anemia meliputi pucat, dispnea, dan takikardi.

d) Memar, epistaksis, menorhagia, atau perdarahan di tempat – tempat lain

akibat fungsi trombosit yang abnormal.

e) Gout atau gangguan ginjal yang disebabkan oleh hiperurikemia akibat

pemecahan purin yang berlebihan dapat menimbulkan masalah

f) Gejala yang jarang dijumpai meliputi gangguan penglihatan dan

priapismus (Apriany, 2016).

2) Fase transformasi akut, terdiri atas :

a) Perubahan terjadi pelan – pelan dengan prodomal selama 6 bulan, disebut

sebagai fase akselerasi. Timbul keluhan baru yaitu demam, lelah, nyeri

tulang (sternum) yang semakin progresif. Respon terhadap kemoterapi

menurun, leukositosis meningkat dan trombosit menurun dan akhirnya

menjadi gambaran leukemia akut.

b) Pada sekitar sepertiga penderita, perubahan terjadi secara mendadak, tanpa

didahului masa prodomal, keadaan ini disebut kritis bastik(blast crisis).


Tanpa pengobatan adekuat penderita sering meninggal dalam 1 sampai 2

bulan (Apriany, 2016).

c) Chronic Limfoblastik Leukemia (CLL/LLK) pada awal diagnosis,

kebanyakan pasien LLK tidak menimbulkan gejala. Pada pasien dengan

gejala, paling sering ditemukan limfadenopati generalisata, penurunan

berat badan dan kelelahan. Gejala lain meliputi hilangnya nafsu makan

dan penurunan kemampuan latihan atau olahraga. Demam, keringat

malam dan infeksi jarang terjadi pada awalnya, tetapi semakin mencolok

sejalan dengan perjalanan penyakitnya, dan juga limfadenopati

massifdapat menimbulkan obstruksi lumen termasuk ikterus obstruktif,

disfagia uropati obstuktif, edema ekstremitas bawah. Infeksi bakteri dan

jamur sering ditemukan pada stadium lanjut karena defisiensi imun dan

neutropenia (akibat infiltrasi sum – sum tulang, kemoterapi, atau

hipersplenisme) (Apriany, 2016.)

6. Patofisiologi

Leukemia merupakan proliferasi tanpa batas sel – sel darah putih yang imatur

dalam jaringan tubuh yang membentuk darah. Sel – sel imatur ini tidak sengaja

menyerang dan menghansurkan sel darah normal atau jaringan vaskular (Betz &

Sowden , 2009). Walaupun bukan suatu tumor, sel – sel leukemia memperlihatkan

sifat neoplastik yang sama seperti sel – sel kanker yang solid. Oleh karena itu,

keadaan patologi dan menifestasi klinisnya disebabkan oleh infiltrasi dan penggantian

setiap jaringan tubuh dengan sel – sel leukemia nonfungsional. Organ – organ yang
terdiri banyak pembuluh darah, seperti limpa dan hati, merupakan organ yang terkena

paling berat (Wong,2009).

Sel – sel leukemia berinfiltrasi kedalam sum – sum tulang, menggantikan

unsur – unsur sel yang normal, sehingga mengakibatkan timbulnya anemia dan

menghasilkan sel darah merah dalam jumlah yang tidak mencukupi bagi tubuh. Invasi

sel – sel leukemia kedalam sum – sum tulang secara perlahan akan melemahkan

tulang dan cenderung mengakibatkan fraktur. Karena sel – sel leukemia menginvasi

periosteum, peningkatan tekanan menyebabkan nyeri yang hebat. Timbul perdarahan

akibat menurunnya jumlah trombosit yang bersirkulasi. Infeksi juga lebih sering

terjadi karena berkurangnya jumlah leukosit normal. Invasi sel – sel leukemik

kedalam organ – organ vital menimbulkan hepatomegali, splenomegali, dan

limfadenopati (Betz & Sowden , 2009).


7. Patoflow
8. Prognosis

Anak yang menderita ALL dikategorikan menjadi kelompok risiko tinggi dan risiko

standar. Anak dengan risiko standar memiliki prognosis yang lebih baik dibanding

anak dengan risiko tinggi (National Cancer Institute, 2010). Faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap buruknya prognosis ALL sebagai berikut :

a. Jumlah leukosit awal lebih dari 50.000/mm3.

b. Umur pasien pada saat diagnosis dan hasil pengobatan kurang dari 18 bulan atau

lebih dari 10 tahun.

c. Fenotip imunologis. Leukemia sel B (L3 pada klasifikasi FAB) dengan antibody

kappa dan lambda pada permukaan sel blast.

d. Jenis kelamin lelaki. Hal ini disebabkan kemungkinan adanya relaps testis dan

kejadian leukemia sel T yang tinggi, hiperleukositosis, massa mediatinum dan

organomegali pada anak lelaki.

e. Respon terapi yang buruk pada saat pemberian kemoterapi inisial, dilihat melalui

aspirasi sumsum tulang, sel blast di sumsum tulang >1000/mm3 Kelainan jumlah

kromosom, pasien dengan hiperploid yang biasa ditemukan pada 25% kasus

memiliki prognosis yang baik. LLA hipodiploid (3- 5%)memiliki prognosis

intermediate. Translokasi pada 5% anak atau pada bayi berhubungan dengan

prognosis yang buruk.

9. Pemeriksaan Penunjang

Pada leukemia akut sering dijumpai kelainan laboratorik seperti:

a. Darah tepi
1) Dijumpai anemia normokromik-normositer, anemia sering berat dan timbul

cepat.

2) Trombositopenia, sering sangat berat di bawah 10 x 106/l

3) Leukosit meningkat, tetapi dapat juga normal atau menurun.

Gambar Pemeriksaan Darah Tepi pada Pasien Leukemia

4) Menunjukkan adanya sel muda (mieloblast, promielosit, limfoblast,

monoblast, erythroblast atau megakariosit) yang melebih 5% dari sel berinti

pada darah tepi.

Gambar Limfoblast pada penderita Leukemia


b. Sumsum tulang

Merupakan pemeriksaan yang sifatnya diagnostik.Ditemukan banyak sekali sel

primitif.Sumsum tulang kadang-kadang mengaloblastik; dapat sukar untuk

membedakannya dengan anemia aplastik. Hiperseluler, hampir semua sel sumsum

tulang diganti sel leukemia (blast), tampak monoton oleh sel blast, dengan adanya

leukomic gap (terdapat perubahan tiba-tiba dari sel muda (blast) ke sel yang

matang, tanpa sel antara). System hemopoesis normal mengalami depresi. Jumlah

blast minimal 30% dari sel berinti dalam sumsum tulang (dalam hitung 500 sel

pada apusan sumsum tulang).

Gambar Pemeriksaan Sumsum Tulang

c. Pemeriksaan sitogenetik

Pemeriksaan kromosom merupakan pemeriksaan yang sangat diperlukan dalam

diagnosis leukemia karena kelainan kromosom dapat dihubungkan dengan

prognosis.
Gambar Contoh Hasil Interpretasi Pemeriksaan Sitogenik

d. Pemeriksaan Immunophenotyping

Pemeriksaan ini menjadi sangat penting untuk menentukan klasifikasi imunologik

leukemia akut. Pemeriksaan ini dikerjakan untuk pemeriksaan surface marker

guna membedakan jenis leukemia.

10. Penatalaksanaan

a. Transfusi darah, biasanya diberikan jika kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 6 g

%. Pada trombositopenia yang berat dan perdarahan masif, dapat diberikan

transfusi trombosit dan bila terdapat tanda – tanda DIC dapat diberikan heparin

(Ngastiyah,2012).
b. Terapi leukemia meliputi pemakaian agens kemoterapeutik, tujuannya untuk

membunuh atau memperlambat pertumbuhan sel kanker, kemoterapi dapat

membunuh sel kanker yang telah lepas dari sel kanker induk atau bermetastase

melalui darah dan limfe ke bagian tubuh lain. Prose kemoterapi terbagi dalam

empat fase, yaitu :

1) Terapi induksi

Yang menghasilkan remisi total atau remisi dengan kurang dari 5% sel – sel

leukemia dalam sum – sum tulang. Hampir segera setelah diagnosis

ditegakkan, trrapi induksi dimulai dan berlangsung selama 4 hingga 6 minggu.

Obat – obatan utama yang dipakai untuk induksi pada ALL adalah

kortikosteroid (terutama prednison), vinkristin, dan L-asparaginase, dengan

atau tanpa doksorubisin. Terapi obat pada AML meliputi doksorubisin atau

daunorubisin (daunomisin) dan sitosin arabinosida.

2) Terapi profilaksis SSP

Yang mencegah agar sel – sel leukemia tidak menginvasi SSP. Penanganan

SSP terdiri atas terapi profilaksis melalui kemoterapi intratekal dengan

metotreksat, sitarabin, dan hidrokortison. Karena adanya kekhawatiran

terhadap terhadap efek samping iradiasi kranial, terapi ini hanya dialakukan

pada pasien – pasien yang beresiko tinggi dan yang memiliki penyakit SSP.

3) Terapi intensifikasi (konsolidasi)

Yang menghilangkan sel – sel leukemia yang masih tersisa, diikuti dengan

terapi intensifikasi lambat (delayed intensification), yang mencegah timbulnya

klon leukemik yang resisten. Penyuntikan intratekal yang menyertai


kemoterapi sistemik meliputi pemberian Lasparaginase, metotreksat dosis

tinggi atau sedang, sitarabin, vinkristin dan merkaptopurin.

4) Terapi rumatan

Yang berfungsi untuk mempertahankan fase remisi. Terapi rumatan dimulai

sesudah terapi induksi dan konsolidasi selesai dan berhasil dengan baik untuk

memelihara remisi selanjutnya mengurangi jumlah sel leukemia. Regimen

terapi obat kombinasi yang meliputi pemberian merkaptopurin setiap hari,

metotreksat seminggu sekali, dan terapi intratekal secara periodik diberikan

selama β tahun kemudian. Demikian juga selama terapi rumatan, harus

dilakukan pemeriksaan hitung darah lengkap untuk mengevaluasi respons sum

– sum tulang terhadap obat – obatan yang dilakukan.

5) Reinduksi sesudah relaps

Adanya sel – sel leukemia dalam sumsum tulang, SSP atau testis

menunjukkan terjadinya relaps atau kekambuhan penyakit. Terapi pada anak –

anak yang mengalami relaps mengalami relaps meliputi terapi reinduksi

dengan prednison dan vinkristin, disertai pemberian kombinasi obat lain yang

belum digunakan. Terapi preventif SSP dan terapi rumatannya dilaksanakan

sesuai dengan yang telah diuraikan sebelumnya dan dilaksanakan setelah

remisi. Efek samping kemoterapi disebabkan dari efek non-spesifik dari obat

– obat sitotoksik sehingga menghambat proliferasi tidak hanya sel – sel

kanker melainkan juga sel normal. Efek samping obat kemoterapi atau obat

sitotoksik dapat berupa :


a) Sel – sel darah Sel – sel ini melawan infeksi, membantu darah membeku,

dan mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Ketika sel – sel terpengaruh,

penderita leukemia lebih mudah mengalami infeksi, memar, perdarahan,

dan rasa lemah serta lelah.

b) Sel – sel pada akar rambut Kemoterapi dapat menimbulkan kerontokan

rambut.

c) Sel – sel yang melapisi pencernaan Kemoterapi dapat menyebabkan luka

mulut dan bibir, mual dan muntah, diare, serta penurunan nafsu makan

(Maharani, 2009).

6) Terapi radiasi

Terapi radiasi (radiotherapy) dilakukan dengan menggunakan sinar – sinar

bertenaga tinggi untuk membunuh sel – sel leukemia.pada terapiini, radiasi

diarahkan pada limpa, otak, atau bagian – bagian dari tubuh yang menjadi

tempat berkumpulnya sel – sel leukemia. Radiasi ini biasanya diberikan

sebelum transplantasi sumsum tulang. Ketika pasien menerima terapi radiasi

umumnya kulit menjadi kemerahan, kering, dan peka pada area yang dirawat

(Maharani, 2009).

7) Transplantasi sumsum tulang

Transplantasi sumsum tulang sudah dilakukan untuk penanganan anak – anak

yang menderita ALL dan AML dengan hasil yang baik. Mengingat prognosis

ank-anak yang menderita AML lebih buruk, transplantasi sumsum tulang

alogenik bisa dipertimbangkan selama remisi pertama. Transplantasi sumsum

tulang alogenik meliputi tindakan memperoleh sumsum tulang dari donor


anggota keluarga yang histokompatibel dan cocok (Wong, 2008). Meskipun

terapi yang agresif pada kanker dimasa kanak – kanak telah menghasilkan

perbaikan yang dramatis pada angka keberhasilan hidup, namun terdapat

peningkatan kekhawatiran mengenai efek lanjutnya. Efek lanjut yang paling

menghancurkan adalah terjadinya kelainan keganasan sekunder. Anak – anak

yang mendapatkan iradiasi kranial pada usia 5 tahun atau kurang merupakan

kelompok yang paling rentan terkena tumor otak (Wong, 2008).

c. Penatalaksanaan keperawatan

Masalah pasien yang perlu diperhatikan umumnya sama dengan pasien lain yang

menderita penyakit darah. Tetapi karena prognosis pasien pada umumnya kurang

baik, maka pendekatan psikologis harus diutamakan. Diagnosis leukemia

cenderung menimbulkan rasa cemas pada keluarga dan pasien. Perawat

merupakan sarana untuk memberikan dukungan dan menentramkan perasaan

cemas, selain memberi penjelasan yang akurat mengenai pemeriksaan diagnostik,

prosedur dan rencana terapi.

1) Mempersiapkan anak dan keluarganya dalam menghadapi prosedur diagnostik

dan terapeutik. Anak memerlukan penjelasan mengenai prosedur dan hasil

yang diharapkan dari prosedur tersebut. Mencegah komplikasi mielosupresi,

proses leukemia sebagian besar agens kemoterapi menyebabkan supresi

sumsum tulang (mielosupresi). Jumlah sel darah merah yang menurun

menimbulkan permasalahan sekunder berupa infeksi, kecenderungan

perdarahan dan anemia. Komplikasi yang sering ditemukan dalam terapi

kanker dimasa anak – anak adalah infeksi berat sebagai akibat sekunder
karena neutropenia. Pencegahan infeksi dapat dilakukan dengan cara

mengendalikan penularan infeksi. Cara ini meliputi pemakaian ruang rawat

pribadi, membatasi pengunjung dan petugas kesehatan yang menderita infeksi

aktif dan mencuci tangan dengan larutan antiseptik. Keadaan anak perlu

dievaluasi untuk menemukan lokasi yang berpotensi menjadi tempat infeksi

dan dipantau setiap kenaikan suhu tubuh anak. Komplisai lain yang sering

ditemukan adalah perdarahan. Perdarahan dapat dicegah dengan pemberian

transfusi trombosit. Kemudian perawatan mulut yang seksama merupakan

tindakan esensial karena karena sering terjadi perdarahan gusi. Anak – anak

dianjurkan untuk menghindari aktivitas yang menibulkan trauma seperti

bersepeda, memanjat pohon, dan bermain sepatu roda.

2) Melaksanakan tindakan kewaspadaan dalam memberi dan menangani agens

kemoterapi. Banyak agens kemoterapi bersifat vesikan (menimbulkan

sklerosis) yang dapat menimbulkan kerusakan sel yang berat. Untuk

mengatasi ektravasasi dengan cara obat – obatan kemoterapi harus diberikan

melalui slang infus. Pemberian dihentikan apabila terlihat tanda – tanda

infiltrasi seperti nyeri, rasa tersengat, pembengkakan atau kemerahan pada

tempat pemasangan kanula infus.

3) Memberikan perawatan fisik dan dukungan emosional secara

berkesinambungan (Apriany, 2016).

B. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Leukimia Limpoblastik Acute (ALL)


Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan

bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan

yang berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial, spiritual yang komprehensif, ditujukan pada

individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit dan

mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan merupakan

bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan

pengetahuan, serta kurangnya kemajuan menuju kepada kemampuan melaksanakan

kegiatan dalam kehidupan sehari-hari secara mandiri, (UNIMUS, Nurilawati, 2016). Di

dalam memberikan asuhan keperawatan menurut (UNIMUS, Nurilawati, 2016) terdiri

dari beberapa tahap atau langkah-langkah proses keperawatan yaitu :

1. Pengkajian

Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik sering kali memberi tanda pertama

yang menunjukkan adanya penyakit neoplastik. Keluhan yang samar seperti perasaan

letih, nyeri pada ekstermitas, berkeringat dimalam hari, penurunan selera makan, sakit

kepala, dan perasaan tidak enak badan dapat menjadi petunjuk pertama leukimia,

(Wong‟s pediatric nursing 2009). Adapun pengkajian yang sistematis pada sistem

hamatologi (leukemia) meliputi :

a. Biodata

1) Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, dan pendidikan.

2) Identitas penanggung : nama, umur, jenis kelamin, agama, tingkat pendidikan,

pekerjaan, pendapatan, dan alamat.

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Keluhan utama Anak yang menderita leukemia sering mengalami keluhan-

keluhan yang tidak spesifik sehingga diduga anak hanya mengalami sakit yang

sifatnya ringan, sehingga tidak segera dibawa ke dokter. Keluhan tersebut

diantaranya :

1) Anemia Seperti bahasan terdahulu tentang gejala anemia, anak pada leukemia

juga mengalami pucat, mudah lelah, dan kadang-kadang sesak nafas. Anemia

terjadi karena sumsum tulang gagal memproduksi sel darah merah.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

d. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum Meliputi : Baik, jelek, sedang.

2) Tanda-tanda vital - TD : Tekanan Darah - N : Nadi - P : Pernapasan - S : Suhu

Suhu tubuh tinggi dan mudah infeksi Adanya penurunan leukosit secara

otomatis akan menurunkan daya tahan tubuh karena yang berfungsi

mempertahankan daya tahan tubuh tidak dapat bekerja secara optimal.

Konsekuensi dari semua itu adalah tubuh akan mudah terkena infeksi yang

bersifat lokal atau sistemik dan sering berulang. Adanya suhu tubuh yang

meningkat akibat ada infeksi kuman secara sistemik (sepsis). KGB membesar.

3) Antropometri - TB : Tinggi Badan - BB : Berat Badan LPT (Bagi pasien anak)

4) Sistem pernafasan

Frekuensi pernapasan, bersihan jalan napas, gangguan pola napas, bunyi

tambahan ronchi dan wheezing.

5) Sistem cardiovaskular
Anemis atau tidak, bibir pucat atau tidak, akral dingin, denyut nadi, bunyi

jantung, tekanan darah dan capylary reffiling time.

6) Sitem Pencernaan Mukosa bibir dan mulut kering atau tidak, stomatitis,

anoreksia atau tidak, palpasi abdomen apakah mengalami distensi dan

auskultasi peristaltik usus adakah meningkat atau tidak.

7) Sistem Muskuloskeletal

Bentuk kepala, extermitas atas dan ekstermitas bawah.

8) Sistem Integumen

Rambut : Warna rambut, kebersihan, mudah tercabut atau tidak. Kulit :

Warna, temperatur, turgor dan kelembaban. Kuku : Warna, permukaan kuku,

dan kebersihannya.

9) Sistem endokrin

Keadaan kelenjar tiroid, suhu tubuh dan ekskresi urine.

Adanya sel-sel darah abnormal yang melakukan infiltrasi ke organ tubuh lain

dapat mengakibatkan hal sebagai berikut :

a) Nyeri pada tulang dan sendi, adanya infiltrasi sel-sel abnormal ke sistem

muskuloskeletal membuat anak merasa tidak nyaman pada persendian

terutama bila digerakkan.

b) Pembesaran kelenjar getah bening, selain tulang belakang, kelenjar

getah bening merupakan salah satu tempat untuk membentuk limfosit

yang mempunyai salah satu fungsi untuk mekanisme pertahanan diri.

Limfosit merupakan salah satu bagian dari leukosit.

Hepatosplenomegali, lien atau limpa juga merupakan salah satu organ


yang berfungsi untuk membentuk sel darah merah pada masa bayi dalam

kandungan. Bila sumsum tulang mengalami kerusakan, lien atau hepar

dapat mengambil alih fungsinya untuk pertahanan diri.

10) Sitem Pengindraan Mata :

Lapang pandang dan visus, klinis anemis, sklera perdarahan.

Hidung : Kemampuan penciuman, epitaksis.

Telinga : Keadaan telinga dan kemampuan pendengaran.

Perdarahan, tanda-tanda perdarahan dapat kita lihat dan kita kaji dari adanya

perdarahan mukosa, seperti gusi, hidung (epistaksis), atau perdarahan bawah

kulit yang sering disebut dengan petekia. Perdarahan ini dapat terjadi secara

spontan atau karena trauma, tergantung kadar trombosit dalam darah. Bila

kadar trombosit sangat rendah, perdarahan dapat terjadi secara spontan.

11) Sistem reproduksi

Observasi keadaan genetalia, dan perubahan fisik sistem reproduksi.

12) Sistem Neurologis

Fungsi cerebral

Status mental : orientasi, daya ingat dan bahasa.

Tingkat kesadaran (eye, motorik, verbal) : dengan menggunakan Gaslow

Coma Scale (GCS).

Penurunan kesadaran, adanya infiltrasi sel-sel abnormal ke otak dapat

menyebabkan berbagai gangguan seperti kejang sampai koma.

e. Pengkajian pola nutrisi meliputi anak sering mengalami penurunan nafsu makan

dan anoreksia, sehingga berat badan anak sangat rendah dan asupan nutrisi tidak
adekuat, dapat dikaji dengan metode: A (antropometric measurement) pengukuran

antropometri, B (biochemical data) data biomedis, C (clinical sign) tanda-tanda

klinis status gizi, D (dietary) diet. Data mayor yang dapat dikaji pada defisit

nutrisi adalah penurunan berat badan minimal 10% dari rentang normal adapun

data minornya meliputi cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsu

makan menurun, bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot menelan

lemah, membrane mukosa pucat, sariawan, serum albumin turun, rambut rontok

berlebihan dan diare.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis tentang respon individu, keluarga

atau kelompok terhadap proses kehidupan/masalah kesehatan. Aktual atau potensial

dan kemungkinan dan membutuhkan tindakan keperawatan untuk memecahkan

masalah tersebut (Taqiyyah Bararah & Mohammad Jauhar, 2013). Diagnosa

keperawatan berdasarkan analisa data menurut PPNI (2016) ada tiga yaitu : Aktual,

resiko, promosi kesehatan.

a. D.0009 Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi

hemoglobin (HB)

b. D.0012 Risiko Perdarahan b.d gangguan koagulasi (trombositopenia), tindakan

pembedahan

c. D.0077 Nyeri Akut b.d agen pencedera fisiologis (peningkatan tekanan intra

abdomen)

d. D.0142 Risiko Infeksi b.d Efek prosedur Invasif


e. D.0019 Defisit nutrisi b.d kurangnya asupan makanan

f. D.0056 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan

g. D.0139 Risiko Gangguan Integritas Kulit/Jaringan b.d terpaparnya bahan kimia

(Kemoterapi)

3. Perencanaan

Perencanaan (Intervensi) keperawatan adalah serangkaian tindakan yang dapat

mencapai tujuan khusus. Perencanaan keperawatan meliputi perumusan tujuan,

tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada pasien berdasarkan

analisis pengkajian agar masalah kesehatan klien dapat diatasi (Taqiyyah Bararah &

Mohammad Jauhar, 2013)

Table perencanaan keperawatan


Tujuan & Kriteria Hasil
NO Diagnosa (SDKI) Intervensi (SIKI)
(SLKI)
1 D.0009 Perfusi perifer tidak L.02011 Perfusi Perifer I.02079 Perawatan Sirkulasi
efektif berhubungan dengan
penurunan konsentrasi Ekspektasi: meningkat Observasi
hemoglobin (HB) Kriteria hasil: - Periksa sirkulasi periver (mis. Nadi
- Denyut nadi perifer perifer, edema, pengisian kapiler, warna,
Gejala dan tanda mayor meningkat suhu, ankle brachial index)
Subjektif: (tidak tersedia) - Sensasi meningkat - Identifikasi faktor resiko gangguan
Objektif: - Warna kulit pucat sirkulasi ( mis. Diabetes, perokok, orang
1. Pengisian kapiler >3 detik menurun tua hipertensi dan kadar kolestrol tinggi)
2. Nadi perifer menurun atau - Edema perifer menurun - Monitor panans, kemerahan, nyeri atau
tidak teraba - Nyeri ekstremitas bengkak pada ekstermitas
3. Akral teraba dingin menurun
4. Warna kulit pucat - Parastesia menurun Teraupetik
5. Turgor kulit menurun - Kelemahan otot menurun - Hindari pemasangan infus atau
- Kram otot menurun pengambilan darah di daerah
Gejala dan tanda minor - Bruit femoralis menurun keterbatasan perfusi
Subjektif: - Nekrosis menurun - Hindari pengukuran tekanan darah pada
1. Parastesia - Pengisian kapiler ekstermitas dengan keterbatasan perfusi
2. Nyeri ekstremitas (klaudikasi membaik - Hindari penekanan dan pemasangan
intermiten) - Akral membaik tourniquet pada area yang cidera
- Turgor kulit membaik - Lakukan pencegahan infeksi
Objektif: - Tekanan darah sistolik - Lakukan perawatan kaki dan kuku
1. Edema membaik
2. Penyembuhan luka lambat - Tekanan darah diastolik Edukasi
3. Indeks anklebrachial<0,90 4 membaik - Anjurkan berhenti merokok
. Bruit femoralis - Tekanan arteri rata-rata - Anjurkan berolah raga rutin
membaik - Anjurkan mengecek air mandi untuk
- Indeks anklebrachial menghindari kulit terbakar
membaik - Anjurkan minum obat pengontrol
tekanan darah, antikoagulan,dan
penurun kolestrol, jika perlu
- Anjurkan minum obat pengontrl tekanan
darah secara teratur
- Anjurkan menggunakan obat penyekat
beta
- Ajarkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi ( mis. Rendah
lemak jenuh, minyak ikam omega 3)
- Informasikan tanda dan gejala darurat
yang harus dilaporkan (mis. Raasa sakit
yang tidak hilang saat istirahat, luka
tidak sembuh, hilangnya rasa)

I.06195 Manajemen Sensasi Perifer


Observasi :
- Identifikasi penyebab perubahan sensasi
- Identifikasi penggunaan alat pengikat,
prosthesis, sepatu, dan pakaian
- Periksa perbedaan sensasi tajam dan
tumpul
- Periksa perbedaan sensasi panas dan
dingin
- Periksa kemampuan mengidentifikasi
lokasi dan tekstur benda
- Monitor terjadinya parestesia, jika perlu
- Monitor perubahan kulit
- Monitor adanya tromboflebitis dan
tromboemboli vena

Teraupetik
- Hindari pemakaian benda-benda yang
berlebihan suhunya (terlalu panas atau
dingin)

Edukasi
- Anjurkan penggunaan thermometer
untuk menguji suhu air
- Anjurkan penggunaan sarung tangan
termal saat memasak
- Anjurkan memakai sepatu lembut dan
nyaman
2 D.0019 Defisit nutrisi b.d L.03030 Status Nutrisi I.03119 Manajemen Nutrisi
kurangnya asupan makanan Ekspektasi: membaik Kriteria Observasi
hasil: - Identifikasi status nutrisi
Gejala dan tanda mayor - Porsi makanan yang - Identifikasi alergi dan intoleransi
Subjektif: (tidak tersedia) dihabiskan meningkat makanan
- Kekuatan otot pengunyah - Identifikasi makanan yang disukai
Objektif: 1. Berat badan meningkat - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
menurun minimal 10% di bawah - Kekuatan otot menelan nutrient
rentang ideal meningkat - Monitor asupan makanan
- Serum albumin meningkat - Monitor berat badan
Gejala dan tanda minor - Verbalisasi keinginan - Monitor hasil pemeriksaan
Subjektif: untuk meningkatkan laboratorium
1. Cepat kenyang setelah makan nutrisi meningkat
2. Kram/nyeri abdomen - Pengetahuan tentang Teraupetik
3. Nafsu makan menurun pilihan makanan yang - Lakukaoral hygiene sebelum makan,
sehat meningkat jika perlu
Objektif: - Pengetahuan tentang - Fasilitasi menentukan pedooman diet
1. Bising usus hiperaktif pilihan minuman yang (mis. Piramida makanan)
2. Otot pengunyah lemah sehat meningkat - Sajikan makanan secara menarik dan
3. Otot menelan lemah - Pengetahuan tentang suhu yang sesuai
4. Membran mukosa pucat standar asupan nutrisi - Berikan makanantinggi serat untuk
5. Sariawan yang tepat meningkat mencegah konstipasi
6. Serum albumin turun - Penyiapan dan - Berikan makanan tinggi kalori dan
7. Rambut rontok berlebihan penyimpanan makanan tinggi protein
8. Diare yang aman meningkat - Berikan makanan rendah protein
- Penyiapan dan
penyimpanan minuman Edukasi
yang aman meningkat - Anjurkan posisi dusuk, jika mampu -
- Sikap terhadap Anjurkan diet yang diprogramkan
makanan/minuman sesuai Kolaborasi
dengan tujuan kesehatan - Kolaborasi pemberian medikasi
meningkat sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
- Perasaan cepat kenyang antiemetic), jika perlu
menurun - Kolaborasi dengan ahli gizi
- Nyeri abdomen menurun menentukan jumlah kalori dan jenis
- Sariawan menurun nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
- Rambut rontok
I03136 Promosi Berat Badan
Observasi
- Identifikasi kemungkinan penyebab BB
kurang
- Monitor adanya mual muntah - Monitor
jumlah kalori yang dikonsumsi sehari-
hari
- Monitor berat badan
- Monitor albumin, limfosit, dan
elektrolit serum

Teraupetik
- Berikan perawatan mulut sebelum
pemberian makan, jika perlu
- Sediakan makanan yang tepat sesuai
kondisi pasien (mis. Makanan dengan
tekstur halus, makanan yang diblender,
makanan cair yang diberikan melalui
NGT atau gastrostomy, total parenteral
nutrition sesuai indikasi)
- Hidangkan makanan secara menarik -
Berikan suplemen, jika perlu
- Berikan pujian pada pasien/keluarga
untuk peningkatan yang dicapai

Edukasi
- Jelaskan jenis makanan yang bergizi
tinggi, namun tetap terjangkau
- Jelaskan peningkatan asupan kalori
yang dibutuhkan
3 D.0142 Risiko Infeksi b.d Efek L.14133 Status Imun I. 14539 Pencegahan Infeksi
prosedur Invasif Ekspektasi : Membaik
Faktor Risiko: Observasi:
- Prosedur Invasive  Integritas kulit  Monitor tanda dan gejala infeksi
- Penyakit kronis meningkat local dan sistemik
- Malnutrisi  Integritas mukosa
- Peningkatan paparan meningkat Terapeutik:
organisme pathogen  Tidak adanya infeksi  Batasi jumlah pengunjung
lingkungan berulang  Cuci tangan sebelum dan sesudah
 Berat badan dalam kontak dengan pasien dan
batas normal lingkungan pasien
 Suhu tubuh normal  Pertahankan teknik aseptic pada
 Tidak adanya pasien berisiko tinggi
kelelahan terus
menerus Edukasi:
 Jumlah sel darah  Jelaskan tanda dan gejala infeksi
putih dalam batas  Ajarkan cara cuci tangan dengan
normal benar
 Anjurkan mrningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian terapi

4 D.0012 Risiko Perdarahan b.d L02017 Tingkat Perdarahan I.02067 Pencegahan Perdarahan
gangguan koagulasi
(trombositopenia), tindakan - Kelembapan Observasi :
pembedahan membrane mukosa - Monitor tanda dan gejala perdarahan
meningkat - Monitor nilai HT/Hb sebelum dan
- Kelembapan kulit setelah kehilangan darah
meningkat - Monitor tanda tanda vital
- Hemoptysis menurun - Monitor koagulasi (mis: PT, PTT,
- Hematemesis fibrinogen, degradasi fibrin, atau
menurun platelet)
- Hematuria menurun
- Perdarahan anus Terapeutik :
menurun - Pertahankan bedrest selama
- Distensi abdomen perdarahan
menurun - Batasi tindakan invasif
- Perdarahan pervagina - Gunakan kasur pencegah decubitus
menurun - Hindari pengukuran suhu rektal
- Perdrahan pasca
operasi menurun Edukasi :
- Nilai HB membaik - Jelaskan tanda dan gejala
- Nilai Hematokrit perdarahan
membaik - Anjurkan menggunakan kaos kaki
- Nilai Trombosit saat ambulasi
membaik - Anjurkan meningkatkan asupan
- Tekanan darah cairan untuk menghindari konstipasi
membaik - Anjurkan menghindari aspirin atau
- Denyut nadi apical antikoagulan
membaik - Anjurkan meningkatkan asupan
- Suhu tubuh membaik makanan dan vitamin K
- Anjurkan segera melapr jika terjadi
perdarahan

Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian obat
pengontrol perarahan jika perlu
- Kolaborasi pemberian produk darah
jika perlu
- Kolaborasi pemberian pelunak tinja
jika perlu
5 D.0077 Nyeri Akut b.d agen L.08066 Tingkat Nyeri I.08238 Manajemen Nyeri
pencedera fisiologis Ekspektasi: menurun Observasi
(peningkatan tekanan intra - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
abdomen) Kriteria hasil: frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Kemampuan - Identifikasi skala nyeri
Gejala dan tanda mayor menuntaskan aktifitas - Identifikasi respons nyeri non verbal
Subjektif: meningkat - Identifikasi faktor yang memperberat
1. Mengeluh nyeri - Keluhan nyeri menurun dan memperingan nyeri
- Meringis menurun - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
Objektif: - Sikap protektif menurun tentang nyeri
1. Tampak meringis - Gelisah menurun - Identifikasi pengaruh budaya terhadap
2. Bersikap protektif (misal - Kesulitan tidur menurun respon nyeri
waspada, posisi menghindari - Menarik diri menurun - Identifikasi pengaruh nyeri pada
nyeri) - Berfokus pada diri kualitas hidup
3. Gelisah sendiri menurun - Monitor keberhasilan terapi
4. Frekuensi nadi meningkat - Diaforesis menurun komplementer yang sudah diberikan
5. Sulit tidur - Perasaan depresi - Monitor efek samping penggunaan
(tertekan) menurun analgetik
Gejala dan tanda minor - Perasaan takut
Subjektif: (tidak tersedia) mengalami cidera tulang Terapeutik
menurun - Berikan teknik nonfarmakologis yntuk
Objektif: - Anoreksia menurun mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
1. Tekanan darah meningkat - Perineum terasa tertekan hipnosis, akupresur, terapi musik,
2. Pola napas berubah menurun biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
3. Nafsu makan berubah - Uterus teraba membulat teknik imajinasi terbimbing, kompres
4. Proses berpikir terganggu menurun hangat/dingin, terapi bermain)
5. Menarik diri - Ketegangan otot - Kontrol lingkungan yang memperberat
6. Berfokus pada diri sendiri menurun rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
7. Diaforesis - Pupil dilatasi menurun pencahayaan, kebisingan)
- Muntah menurun - Fasilitasi istirahat dan tidur
- Mual menurun - Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
- Frekuensi nadi membaik dalam pemilihan strategi meredakan
- Pola napas membaik nyeri
- Tekanan darah membaik
- Proses berpikir membaik Edukasi
- Fokus membaik - Jelaskan penyebab, periode, dan
- Fungsi berkemih pemicu nyeri
membaik - Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Perilaku membaik - Anjurkan memonitor nyeri secara
- - Nafsu makan membaik mandiri
- Pola tidur membaik - Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu

I.08243 Pemberian Analgesik Observasi


- Identifikasi karakteristik nyeri (mis.
pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi, durasi)
- Identifikasi riwayat alergi obat
- Identifikasi kesesuaian jenis analgesik
(mis. narkotika, non-narkotik, atau
NSAID) dengan tingkat keparahan
nyeri
- Monitor tanda-tanda vital sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
- Monitor efektifitas analgesik

Terapeutik
- Diskusikan jenis analgesik yang
disukai untuk mencapai analgesik
optimal, jika perlu
- Perimbangkan penggunaan infus
kontinu, atau bolus opioid untuk
mempertahankan kadar dalam serum
- Tetapkan target efektifitas untuk
mengoptimalkan respons pasien
- Dokumentasikan respons terhadap
efek analgesik dan efek yang tidak
diinginkan

Edukasi
- Jelaskan efek terapi dan efek samping
obat

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian dosis dan jenis
analgetik, sesuai indikasi
6 D.0056 Intoleransi aktivitas L.05047 Toleransi Aktivitas I.05178 Manajemen Energi Observasi
berhubungan dengan Ekspektasi: meningkat - Identifikasi gangguan fungsi tubuh
Kelemahan Kriteria hasil: yang mengakibatkan kelelahan
- Frekuensi nadi - Monitor kelelahan fisik dan
Gejala dan tanda mayor meningkat emosional
Subjektif: - Saturasi oksigen - Monitor pola dan jam tidur
1. Mengeluh lelah meningkat - Monitor lokasi dan
- Kemudahan dalam ketidaknyamanan selama melakukan
Objektif: melakukan aktivitas aktivitas
1. Frekuensi jantung meningkat sehari-hari meningkat
>20% dari kondisi istirahat - Kecepatan berjalan Terapeutik
meningkat - Sediakan lingkungan nyaman dan
Gejala dan tanda minor - Jarak berjalan rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
Subjektif: meningkat kunjungan)
1. Dispnea saat/setelah aktivitas - Kekuatan tubuh bagian - Lakukan latihan rentang gerak pasin
2. Merasa tidak nyaman setelah atas meningkat dan/atau aktif
beraktivitas - Kekuatan tubuh bagian - Berikan aktivitas distraksi yang
3. Merasa lemah bawah meningkat menenangkan
- Toleransi dalam - Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur,
Objektif: menaiki tangga jika tidak dapat berpindah atau
1. Tekanan darah berubah >20% meningkat berjalan
dari kondisi istirahat - Keluhan lelah
2. Gambaran EKG menunjukkan - Dipsnea saat aktivitas Edukasi
aritmia saat/setelah aktivitas menurun - Anjurkan tirah baring
3. Gambaran EKG menunjukkan - Dipsnea setelah - Anjurkan melakukkan aktivitas
iskemia aktivitas menurun secara bertahap
4. Sianosis - Perasaan lemah - Anjurkan menghubungi perawat jika
menurun tanda dan gejala kelelahan tidak
- Aritmia saat berkurang
beraktivitas menurun - Ajarkan strategi koping untuk
- Aritmia setelah mengurangi kelelahan
beraktivitas menurun
- Sianosis menurun  Kolaborasi
- Warna kulit membaik - Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
- Tekanan darah cara meningkatkan asupan makanan
membaik
- Frekuensi napas I.05186 Terapi Aktivitas
membaik Observasi
- EKG Iskemia membaik - Identifikasi defisit tingkat aktivitas
- Identifikasi kemampuan
berpartisipasi dalam aktivitas
tertentu - Identifikasi sumber daya
untuk aktivitas yang diinginkan
- Identifikasi strategi meningkatkan
partisipasi dalam aktivitas
- Identifikasi makna aktivitas rutin
(mis. bekerja) dan waktu luang
- Monitor respons emosional, fisik,
sosial, dan spiritual terhadap
aktivitas

Terapeutik
- Fasilitasi fokus pada kemampuan,
buka defisit yang dialami
- Sepakati komitmen untuk
meningkatkan frekuensi dan rentang
aktivitas
- Fasilitasi memilih aktivitas dan
tetapkan tujuan aktivitas yang
konsisten sesuai kemampuan fisik,
psikologis, dan sosial
- Koordinasikan pemilihan aktivitas
sesuai usia
- Fasilitasi makna aktivitas yang
dipilih
- Fasilitasi transportasi untuk
menghadiri aktivitas, jika sesuai
- Fasilitasi pasien dan keluarga dalam
menyesuaikan lingkungan untuk
 mengakomodasi aktivitas yang
dipilih - Fasilitasi aktivitas fisik
rutin (mis. Ambulasi, mobilisasi,
dan perawatan diri), sesuai
kebutuhan
- Fasilitasi ativitas pengganti saat
mengalami keterbatasan waktu,
energi, atau gerak
- Fasilitasi aktivitas motorik kasar
untuk pasien hiperaktif
- Tingkatan aktivitas fisik untuk
memelihara berat badan, jika sesuai
- Fasilitasi aktivitas motorik untuk
merelaksasi otot
- Fasilitasi aktivitas dengan komonen
memori implisit dan emosional (mis.
kegiatan keagamaan khusus) untuk
pasien demensia
- Libatkan dalam permainan
kelompok yang tidak kompetitif,
terstruktur, dan aktif
- Tingkatkan keterlibatan dalam
aktivitas rekreasi dan diversifikasi
untuk menurunkan kecemasan (mis.
vocal group, bola voli, tenis meja,
jogging, berenang, tugas sederhana,
permainan sederhana, tugas rutin,
tugas rumah tangga, perawatan diri,
dan teka-teki dan kartu)
- Libatkan keluarga dalam aktivitas,
jika perlu - Fasilitasi
mengembangkan motivasi dan
penguatan diri
- Fasilitasi pasien dan keluarga
memantau kemajuannya sendiri
untuk mencapai tujuan
- Jadwalkan aktvitas dalam rutinitas
sehari hari
- Berikan penguatan positif atas
partisipasi dalam aktivitas

Edukasi
- Jelaskan metode aktivitas fisik
sehari-hari, jika perlu
- Ajarkan cara melakukan aktivitas
yang dipilih
- Anjurkan melakukan aktivitas fisik,
sosial, spiritual, dan kognitif dalam
menjaga fungsi dan kesehatan
- Anjurkan terlibat dalam aktivitas
kelompok atau terapi, jika sesuai
- Anjutkan keluarga untuk memberi
penguatan positif atas partisipasi
dalam aktivitas

Kolaborasi
- Kolaborasi dengan terapi okupasi
dalam merencanakan dan
memonitor program aktivitas, jika
sesuai
- Rujuk pada pusat atau program
aktivitas komunitas, jika perlu
7 D.0139 Risiko Gangguan L.14125 Integritas Kulit dan I.11353 Perawatan Integritas Kulit
Integritas Kulit/Jaringan b.d Jaringan Observasi
terpaparnya bahan kimia Ekspektasi: meningkat - Identifikasi penyebab gangguan
(Kemoterapi) Kriteria hasil: integritas kulit (mis. perubahan sirkulasi,
- Elastisitas meningkat perubahan status nutrisi, penurunan
Gejala dan tanda mayor - Hidrasi meningkat kelembaban, suhu lingkungan ekstrem,
Subjektif: (tidak tersedia) - Perfusi jaringan penurunan mobilitas)
Objektif: meningkat
1. Kerusakan jaringan - Kerusakan jaringan Terapeutik
dan/atau lapisan kulit menurun - Ubah posisis tiap 2 jam jika tirah baring
Gejala dan tanda minor - Kerusakan lapisan kulit - Lakukan pemijatan pada area penonjolan
Subjektif: (tidak tersedia) menurun tulang, jika perlu
Objektif: - Nyeri menurun - Bersihkan perineal dengan air hangat,
1. Nyeri - Perdarahan menurun terutama selama periode diare
2. Perdarahan - Kemerahan menurun - Gunakan produk berbahan petrolium
3. Kemerahan - Hematoma menurun atau minyak pada kulit kering
4. Hematoma - Pigmentasi abnormal - Gunakan produk berbahan ringan/alami
menurun dan hipoalergik pada kulit sensitif
- Jaringan parut menurun - - Hindari produk berbahan dasar alkohol
Nekrosis menurun pada kulit kering
- Abrasi kornea menurun -
Suhu kulit membaik Edukasi
- Sensasi membaik - Anjurkan menggunakan pelembab (mis.
- Tekstur membaik lotion, serum)
- Pertumbuhan rambut - Anjurkan minum air yang cukup
membaik - Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan buah
dan sayur
- Anjurkan menghindari terpapar suhu
ekstrem
- Anjurkan menggunakan tabir surya SPF
minimal 30 saat berada di luar rumah
- Anjurkan mandi dan menggunakan
sabun secukupnya

Sumber : SDKI, SLKI, SIKI, 2018

4. Implementasi

Implementasi adalah inisiatif daro rencana tindakan untuk mencapai tujuan

yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan

ditunjukan pada nursing oders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan

yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,

pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Terdapat 3 tahap dalam tindakan

keperawatan, yaitu persiapan, perencanaan, dan dokumentasi (Nursalam, 2009).

Kegiatan implementasi pada klien dengan leukimia adalah membantunya mencapai

kebutuhan dasar seperti :

a. Melakukan pengkajian keperawatan secara komprehensif untuk mengidentifikasi

masalah baru atau memantau status dan masalah yang ada pada klien.

b. Melakukan penyuluhan untuk membantu klien memperoleh pengetahuan baru

mengenai kesehatan dan penyakit mereka sendiri atau penatalaksanaan

penyimpangan.

c. Membantu klien dalam membuat keputusan tentang perawatan kesehatannya.

d. Berkonsultasi dan rujuk dengan tim kesehatan profesional lainnya agar

memperoleh arahan yang tepat dan benar.

e. Memberikan tindakan perawatan spesifik untuk menghilangkan, mengurangi

atau mengatasi masalah kesehatan pada klien.

f. Membantu klien dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari.

5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan berdasarkan (Kozier & Erb, 2010) adalah fase kelima

dan terakhir dalam suatu proses keperawatan. Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur,

proses dan sebuah hasil evaluasi yang terdiri dari evaluasi formatif, yaitu dapat

menghasilkan umpan balik selama program berlangsung. Evaluasi sumatif dapat


dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan suatu informasi efektifitas dan

pengambilan keputusan. Proses evaluasi dalam asuhan keperawatan di

dokumentasikan dalam SOAP (subjektif, objektif, assement, planning) (Achar, 2010).

Suatu evaluasi yang telah diharapkan sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh

pasien dan telah dibuat pada perencanaan tujuan dan kriteria hasil evaluasi yang telah

diarapkan dapat tercapai.

Anda mungkin juga menyukai