Laporan Pendahuluan Leukimia Limpoblastik Acute
Laporan Pendahuluan Leukimia Limpoblastik Acute
1. Pengertian
sel imatur) sel leukosit yang abnormal dan ganas, serta sering disertai adanya leukosit
(bertambah banyak atau multiplikasi) patologi dari sel pembuat darah yang bersifat
leukosit ganas di sumsum tulang dan darah tepi. Sel abnormal tersebut menyebabkan
dan (2) infiltrasi terhadap organ-organ (mis. Hati, limpa, kelenjer limfe, meningen,
otak, kulit atau testis), (A.V. Hoffbrand dan P.A. H. Moss, 2011).
Leukemia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam
jaringan pembentukan darah. (Suardi, 2006). Leukemia, artinya “darah putih”, adalah
megakariosit). Defek deperkirkan berasal dari stem cell hematopoetik. (Arif Mutaqin,
2009).
ditandai dengan penggantian elemen sumsum tulang normal oleh sel darah abnormal
atau sel leukemik. Salah satu manifestasi klinis dari leukemia adalah perdarahan yang
disebabkan oleh berbagai kelainan hemostasis. Kelainan hemostasis yang dapat
dengan berbagai mekanisme. Jadi dapat kita simpulkan bahwa leukemia adalah
penyakit akibat terjadinya proliferasi sel leukosit yang abnormal dan ganas serta
sering disertai adanya leukosit jumlah yang berlebihan dari sel pembuat darah yang
2. Epidemiologi
pada anak yaitu 25-30% dari seluruh kanker pada anak dan merupakan 78% dari
seluruh leukemia pada anak. Insiden ALL semakin meningkat setiap tahun. Penelitian
yang dilakukan pada unit kanker di RS dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun 1998
sampai 2009 diperoleh data bahwa dari seluruh pasien anak yang dirawat dengan
keganasan, sebanyak 720 kasus atau 59% merupakan leukemia dan sebanyak 68,9%
dari kasus leukemia tersebut adalah ALL (Widjajanto, 2012). Pada tahun 2011
sampai 2015 didapatkan bahwa ALL merupakan 87% dari seluruh kasus leukemia
3. Klasifikasi
LMA sering terjadi pada semua usia, tetapi jarang terjadi pada anak-anak.
Mieloblast menginfiltrasi sumsum tulang dan ditemukan dalam darah. Hal ini
splenomegali, dan hepatomegali 70% anak dengan leukemia limfatik akut ini bisa
jinak dan indikasi pengobatan adalah hanya jika timbul gejala, (gambar 3).
darah. Ini adalah kromosom abnormal yang ditemukan pada sel-sel sumsum
tulang. Krisis blast fase yang dikarakteristikkan oleh poroliferasi tibatiba dari
a. Faktor Eksogen
2) Zat kimia, seperti benzene, arsen, kloramfenikol, fenilbutazone, dan agen anti
menyebabkan leukemia.
3) Infeksi virus, pada awal tahun 1980 diisolasi virus HTLV-1 (Human T
Leukemia Virus )dari leukemia sel T manusia pada limfosit seorang penderita
limfoma kulit dan sejak itu diisolasi dari sample serum penderita leukemia sel
T.
b. Faktor Endogen
sindrom down mempunyai insiden leukemia akut 20x lipat dan riwayat
leukemia dalam keluarga. insiden leukemia lebih tinggi dari saudara kandung
anak-anak yang terserang, dengan insiden yang meningkat sampai 20% pada
kembar monozigot.
2) Kelainan genetic, mutasi genetic dari gen yang mengatur sel darah yang tidak
diturunkan.
5. Manifestasi Klinis
a. Akut Limfoblastik Leukemia (ALL) gambaran klinis ALL cukup bervariasi, dan
pucat, mudah memar, letargi, anoreksia, malaise, nyeri tulang, nyeri perut dan
perdarahan. Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan hal – hal sebagai berikut :
demam, keletihan, anoreksia, pucat, petekie dan ekimosis pada kulit atau
sistem retikuloendotelial seperti hati, limpa, dan limfonodus, berat badan turun,
nyeri abdomen yang tidak jelas, nyeri sendi dan nyeri tekan pada tulang (Betz &
Sowden 2009).
yang memberikan prognosis buruk. Gejala dan tanda AML yang muncul meliputi
c. Chronic Mielogenosa Leukemia (CML) terutama terjadi pada orang dewasa yang
berusia antara 25 dan 60 tahun, insiden puncaknya terletak pada usia antara 40
dan 50 tahun. Walaupun demikian, penyakit ini dapat terjadi pada anak, neonatus.
Gejala klinik CML tergantung pada fase yang kita jumpai pada penyakit tersebut :
b) Splenomegali hampir selalu ada dan sering kali bersifat masif. Pada
sebagai fase akselerasi. Timbul keluhan baru yaitu demam, lelah, nyeri
berat badan dan kelelahan. Gejala lain meliputi hilangnya nafsu makan
malam dan infeksi jarang terjadi pada awalnya, tetapi semakin mencolok
jamur sering ditemukan pada stadium lanjut karena defisiensi imun dan
6. Patofisiologi
Leukemia merupakan proliferasi tanpa batas sel – sel darah putih yang imatur
dalam jaringan tubuh yang membentuk darah. Sel – sel imatur ini tidak sengaja
menyerang dan menghansurkan sel darah normal atau jaringan vaskular (Betz &
Sowden , 2009). Walaupun bukan suatu tumor, sel – sel leukemia memperlihatkan
sifat neoplastik yang sama seperti sel – sel kanker yang solid. Oleh karena itu,
keadaan patologi dan menifestasi klinisnya disebabkan oleh infiltrasi dan penggantian
setiap jaringan tubuh dengan sel – sel leukemia nonfungsional. Organ – organ yang
terdiri banyak pembuluh darah, seperti limpa dan hati, merupakan organ yang terkena
unsur – unsur sel yang normal, sehingga mengakibatkan timbulnya anemia dan
menghasilkan sel darah merah dalam jumlah yang tidak mencukupi bagi tubuh. Invasi
sel – sel leukemia kedalam sum – sum tulang secara perlahan akan melemahkan
tulang dan cenderung mengakibatkan fraktur. Karena sel – sel leukemia menginvasi
akibat menurunnya jumlah trombosit yang bersirkulasi. Infeksi juga lebih sering
terjadi karena berkurangnya jumlah leukosit normal. Invasi sel – sel leukemik
Anak yang menderita ALL dikategorikan menjadi kelompok risiko tinggi dan risiko
standar. Anak dengan risiko standar memiliki prognosis yang lebih baik dibanding
anak dengan risiko tinggi (National Cancer Institute, 2010). Faktor-faktor yang
b. Umur pasien pada saat diagnosis dan hasil pengobatan kurang dari 18 bulan atau
c. Fenotip imunologis. Leukemia sel B (L3 pada klasifikasi FAB) dengan antibody
d. Jenis kelamin lelaki. Hal ini disebabkan kemungkinan adanya relaps testis dan
e. Respon terapi yang buruk pada saat pemberian kemoterapi inisial, dilihat melalui
aspirasi sumsum tulang, sel blast di sumsum tulang >1000/mm3 Kelainan jumlah
kromosom, pasien dengan hiperploid yang biasa ditemukan pada 25% kasus
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah tepi
1) Dijumpai anemia normokromik-normositer, anemia sering berat dan timbul
cepat.
tulang diganti sel leukemia (blast), tampak monoton oleh sel blast, dengan adanya
leukomic gap (terdapat perubahan tiba-tiba dari sel muda (blast) ke sel yang
matang, tanpa sel antara). System hemopoesis normal mengalami depresi. Jumlah
blast minimal 30% dari sel berinti dalam sumsum tulang (dalam hitung 500 sel
c. Pemeriksaan sitogenetik
prognosis.
Gambar Contoh Hasil Interpretasi Pemeriksaan Sitogenik
d. Pemeriksaan Immunophenotyping
10. Penatalaksanaan
a. Transfusi darah, biasanya diberikan jika kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 6 g
transfusi trombosit dan bila terdapat tanda – tanda DIC dapat diberikan heparin
(Ngastiyah,2012).
b. Terapi leukemia meliputi pemakaian agens kemoterapeutik, tujuannya untuk
membunuh sel kanker yang telah lepas dari sel kanker induk atau bermetastase
melalui darah dan limfe ke bagian tubuh lain. Prose kemoterapi terbagi dalam
1) Terapi induksi
Yang menghasilkan remisi total atau remisi dengan kurang dari 5% sel – sel
Obat – obatan utama yang dipakai untuk induksi pada ALL adalah
atau tanpa doksorubisin. Terapi obat pada AML meliputi doksorubisin atau
Yang mencegah agar sel – sel leukemia tidak menginvasi SSP. Penanganan
terhadap terhadap efek samping iradiasi kranial, terapi ini hanya dialakukan
pada pasien – pasien yang beresiko tinggi dan yang memiliki penyakit SSP.
Yang menghilangkan sel – sel leukemia yang masih tersisa, diikuti dengan
4) Terapi rumatan
sesudah terapi induksi dan konsolidasi selesai dan berhasil dengan baik untuk
Adanya sel – sel leukemia dalam sumsum tulang, SSP atau testis
dengan prednison dan vinkristin, disertai pemberian kombinasi obat lain yang
remisi. Efek samping kemoterapi disebabkan dari efek non-spesifik dari obat
kanker melainkan juga sel normal. Efek samping obat kemoterapi atau obat
rambut.
mulut dan bibir, mual dan muntah, diare, serta penurunan nafsu makan
(Maharani, 2009).
6) Terapi radiasi
diarahkan pada limpa, otak, atau bagian – bagian dari tubuh yang menjadi
umumnya kulit menjadi kemerahan, kering, dan peka pada area yang dirawat
(Maharani, 2009).
yang menderita ALL dan AML dengan hasil yang baik. Mengingat prognosis
terapi yang agresif pada kanker dimasa kanak – kanak telah menghasilkan
yang mendapatkan iradiasi kranial pada usia 5 tahun atau kurang merupakan
c. Penatalaksanaan keperawatan
Masalah pasien yang perlu diperhatikan umumnya sama dengan pasien lain yang
menderita penyakit darah. Tetapi karena prognosis pasien pada umumnya kurang
kanker dimasa anak – anak adalah infeksi berat sebagai akibat sekunder
karena neutropenia. Pencegahan infeksi dapat dilakukan dengan cara
aktif dan mencuci tangan dengan larutan antiseptik. Keadaan anak perlu
dan dipantau setiap kenaikan suhu tubuh anak. Komplisai lain yang sering
tindakan esensial karena karena sering terjadi perdarahan gusi. Anak – anak
bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit dan
bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan
1. Pengkajian
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik sering kali memberi tanda pertama
yang menunjukkan adanya penyakit neoplastik. Keluhan yang samar seperti perasaan
letih, nyeri pada ekstermitas, berkeringat dimalam hari, penurunan selera makan, sakit
kepala, dan perasaan tidak enak badan dapat menjadi petunjuk pertama leukimia,
(Wong‟s pediatric nursing 2009). Adapun pengkajian yang sistematis pada sistem
a. Biodata
1) Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, dan pendidikan.
keluhan yang tidak spesifik sehingga diduga anak hanya mengalami sakit yang
diantaranya :
1) Anemia Seperti bahasan terdahulu tentang gejala anemia, anak pada leukemia
juga mengalami pucat, mudah lelah, dan kadang-kadang sesak nafas. Anemia
d. Pemeriksaan Fisik
Suhu tubuh tinggi dan mudah infeksi Adanya penurunan leukosit secara
Konsekuensi dari semua itu adalah tubuh akan mudah terkena infeksi yang
bersifat lokal atau sistemik dan sering berulang. Adanya suhu tubuh yang
meningkat akibat ada infeksi kuman secara sistemik (sepsis). KGB membesar.
4) Sistem pernafasan
5) Sistem cardiovaskular
Anemis atau tidak, bibir pucat atau tidak, akral dingin, denyut nadi, bunyi
6) Sitem Pencernaan Mukosa bibir dan mulut kering atau tidak, stomatitis,
7) Sistem Muskuloskeletal
8) Sistem Integumen
dan kebersihannya.
9) Sistem endokrin
Adanya sel-sel darah abnormal yang melakukan infiltrasi ke organ tubuh lain
a) Nyeri pada tulang dan sendi, adanya infiltrasi sel-sel abnormal ke sistem
Perdarahan, tanda-tanda perdarahan dapat kita lihat dan kita kaji dari adanya
kulit yang sering disebut dengan petekia. Perdarahan ini dapat terjadi secara
spontan atau karena trauma, tergantung kadar trombosit dalam darah. Bila
Fungsi cerebral
e. Pengkajian pola nutrisi meliputi anak sering mengalami penurunan nafsu makan
dan anoreksia, sehingga berat badan anak sangat rendah dan asupan nutrisi tidak
adekuat, dapat dikaji dengan metode: A (antropometric measurement) pengukuran
klinis status gizi, D (dietary) diet. Data mayor yang dapat dikaji pada defisit
nutrisi adalah penurunan berat badan minimal 10% dari rentang normal adapun
data minornya meliputi cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsu
makan menurun, bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot menelan
lemah, membrane mukosa pucat, sariawan, serum albumin turun, rambut rontok
2. Diagnosa Keperawatan
keperawatan berdasarkan analisa data menurut PPNI (2016) ada tiga yaitu : Aktual,
hemoglobin (HB)
pembedahan
c. D.0077 Nyeri Akut b.d agen pencedera fisiologis (peningkatan tekanan intra
abdomen)
(Kemoterapi)
3. Perencanaan
analisis pengkajian agar masalah kesehatan klien dapat diatasi (Taqiyyah Bararah &
Teraupetik
- Hindari pemakaian benda-benda yang
berlebihan suhunya (terlalu panas atau
dingin)
Edukasi
- Anjurkan penggunaan thermometer
untuk menguji suhu air
- Anjurkan penggunaan sarung tangan
termal saat memasak
- Anjurkan memakai sepatu lembut dan
nyaman
2 D.0019 Defisit nutrisi b.d L.03030 Status Nutrisi I.03119 Manajemen Nutrisi
kurangnya asupan makanan Ekspektasi: membaik Kriteria Observasi
hasil: - Identifikasi status nutrisi
Gejala dan tanda mayor - Porsi makanan yang - Identifikasi alergi dan intoleransi
Subjektif: (tidak tersedia) dihabiskan meningkat makanan
- Kekuatan otot pengunyah - Identifikasi makanan yang disukai
Objektif: 1. Berat badan meningkat - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
menurun minimal 10% di bawah - Kekuatan otot menelan nutrient
rentang ideal meningkat - Monitor asupan makanan
- Serum albumin meningkat - Monitor berat badan
Gejala dan tanda minor - Verbalisasi keinginan - Monitor hasil pemeriksaan
Subjektif: untuk meningkatkan laboratorium
1. Cepat kenyang setelah makan nutrisi meningkat
2. Kram/nyeri abdomen - Pengetahuan tentang Teraupetik
3. Nafsu makan menurun pilihan makanan yang - Lakukaoral hygiene sebelum makan,
sehat meningkat jika perlu
Objektif: - Pengetahuan tentang - Fasilitasi menentukan pedooman diet
1. Bising usus hiperaktif pilihan minuman yang (mis. Piramida makanan)
2. Otot pengunyah lemah sehat meningkat - Sajikan makanan secara menarik dan
3. Otot menelan lemah - Pengetahuan tentang suhu yang sesuai
4. Membran mukosa pucat standar asupan nutrisi - Berikan makanantinggi serat untuk
5. Sariawan yang tepat meningkat mencegah konstipasi
6. Serum albumin turun - Penyiapan dan - Berikan makanan tinggi kalori dan
7. Rambut rontok berlebihan penyimpanan makanan tinggi protein
8. Diare yang aman meningkat - Berikan makanan rendah protein
- Penyiapan dan
penyimpanan minuman Edukasi
yang aman meningkat - Anjurkan posisi dusuk, jika mampu -
- Sikap terhadap Anjurkan diet yang diprogramkan
makanan/minuman sesuai Kolaborasi
dengan tujuan kesehatan - Kolaborasi pemberian medikasi
meningkat sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
- Perasaan cepat kenyang antiemetic), jika perlu
menurun - Kolaborasi dengan ahli gizi
- Nyeri abdomen menurun menentukan jumlah kalori dan jenis
- Sariawan menurun nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
- Rambut rontok
I03136 Promosi Berat Badan
Observasi
- Identifikasi kemungkinan penyebab BB
kurang
- Monitor adanya mual muntah - Monitor
jumlah kalori yang dikonsumsi sehari-
hari
- Monitor berat badan
- Monitor albumin, limfosit, dan
elektrolit serum
Teraupetik
- Berikan perawatan mulut sebelum
pemberian makan, jika perlu
- Sediakan makanan yang tepat sesuai
kondisi pasien (mis. Makanan dengan
tekstur halus, makanan yang diblender,
makanan cair yang diberikan melalui
NGT atau gastrostomy, total parenteral
nutrition sesuai indikasi)
- Hidangkan makanan secara menarik -
Berikan suplemen, jika perlu
- Berikan pujian pada pasien/keluarga
untuk peningkatan yang dicapai
Edukasi
- Jelaskan jenis makanan yang bergizi
tinggi, namun tetap terjangkau
- Jelaskan peningkatan asupan kalori
yang dibutuhkan
3 D.0142 Risiko Infeksi b.d Efek L.14133 Status Imun I. 14539 Pencegahan Infeksi
prosedur Invasif Ekspektasi : Membaik
Faktor Risiko: Observasi:
- Prosedur Invasive Integritas kulit Monitor tanda dan gejala infeksi
- Penyakit kronis meningkat local dan sistemik
- Malnutrisi Integritas mukosa
- Peningkatan paparan meningkat Terapeutik:
organisme pathogen Tidak adanya infeksi Batasi jumlah pengunjung
lingkungan berulang Cuci tangan sebelum dan sesudah
Berat badan dalam kontak dengan pasien dan
batas normal lingkungan pasien
Suhu tubuh normal Pertahankan teknik aseptic pada
Tidak adanya pasien berisiko tinggi
kelelahan terus
menerus Edukasi:
Jumlah sel darah Jelaskan tanda dan gejala infeksi
putih dalam batas Ajarkan cara cuci tangan dengan
normal benar
Anjurkan mrningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian terapi
4 D.0012 Risiko Perdarahan b.d L02017 Tingkat Perdarahan I.02067 Pencegahan Perdarahan
gangguan koagulasi
(trombositopenia), tindakan - Kelembapan Observasi :
pembedahan membrane mukosa - Monitor tanda dan gejala perdarahan
meningkat - Monitor nilai HT/Hb sebelum dan
- Kelembapan kulit setelah kehilangan darah
meningkat - Monitor tanda tanda vital
- Hemoptysis menurun - Monitor koagulasi (mis: PT, PTT,
- Hematemesis fibrinogen, degradasi fibrin, atau
menurun platelet)
- Hematuria menurun
- Perdarahan anus Terapeutik :
menurun - Pertahankan bedrest selama
- Distensi abdomen perdarahan
menurun - Batasi tindakan invasif
- Perdarahan pervagina - Gunakan kasur pencegah decubitus
menurun - Hindari pengukuran suhu rektal
- Perdrahan pasca
operasi menurun Edukasi :
- Nilai HB membaik - Jelaskan tanda dan gejala
- Nilai Hematokrit perdarahan
membaik - Anjurkan menggunakan kaos kaki
- Nilai Trombosit saat ambulasi
membaik - Anjurkan meningkatkan asupan
- Tekanan darah cairan untuk menghindari konstipasi
membaik - Anjurkan menghindari aspirin atau
- Denyut nadi apical antikoagulan
membaik - Anjurkan meningkatkan asupan
- Suhu tubuh membaik makanan dan vitamin K
- Anjurkan segera melapr jika terjadi
perdarahan
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian obat
pengontrol perarahan jika perlu
- Kolaborasi pemberian produk darah
jika perlu
- Kolaborasi pemberian pelunak tinja
jika perlu
5 D.0077 Nyeri Akut b.d agen L.08066 Tingkat Nyeri I.08238 Manajemen Nyeri
pencedera fisiologis Ekspektasi: menurun Observasi
(peningkatan tekanan intra - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
abdomen) Kriteria hasil: frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Kemampuan - Identifikasi skala nyeri
Gejala dan tanda mayor menuntaskan aktifitas - Identifikasi respons nyeri non verbal
Subjektif: meningkat - Identifikasi faktor yang memperberat
1. Mengeluh nyeri - Keluhan nyeri menurun dan memperingan nyeri
- Meringis menurun - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
Objektif: - Sikap protektif menurun tentang nyeri
1. Tampak meringis - Gelisah menurun - Identifikasi pengaruh budaya terhadap
2. Bersikap protektif (misal - Kesulitan tidur menurun respon nyeri
waspada, posisi menghindari - Menarik diri menurun - Identifikasi pengaruh nyeri pada
nyeri) - Berfokus pada diri kualitas hidup
3. Gelisah sendiri menurun - Monitor keberhasilan terapi
4. Frekuensi nadi meningkat - Diaforesis menurun komplementer yang sudah diberikan
5. Sulit tidur - Perasaan depresi - Monitor efek samping penggunaan
(tertekan) menurun analgetik
Gejala dan tanda minor - Perasaan takut
Subjektif: (tidak tersedia) mengalami cidera tulang Terapeutik
menurun - Berikan teknik nonfarmakologis yntuk
Objektif: - Anoreksia menurun mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
1. Tekanan darah meningkat - Perineum terasa tertekan hipnosis, akupresur, terapi musik,
2. Pola napas berubah menurun biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
3. Nafsu makan berubah - Uterus teraba membulat teknik imajinasi terbimbing, kompres
4. Proses berpikir terganggu menurun hangat/dingin, terapi bermain)
5. Menarik diri - Ketegangan otot - Kontrol lingkungan yang memperberat
6. Berfokus pada diri sendiri menurun rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
7. Diaforesis - Pupil dilatasi menurun pencahayaan, kebisingan)
- Muntah menurun - Fasilitasi istirahat dan tidur
- Mual menurun - Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
- Frekuensi nadi membaik dalam pemilihan strategi meredakan
- Pola napas membaik nyeri
- Tekanan darah membaik
- Proses berpikir membaik Edukasi
- Fokus membaik - Jelaskan penyebab, periode, dan
- Fungsi berkemih pemicu nyeri
membaik - Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Perilaku membaik - Anjurkan memonitor nyeri secara
- - Nafsu makan membaik mandiri
- Pola tidur membaik - Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
Terapeutik
- Diskusikan jenis analgesik yang
disukai untuk mencapai analgesik
optimal, jika perlu
- Perimbangkan penggunaan infus
kontinu, atau bolus opioid untuk
mempertahankan kadar dalam serum
- Tetapkan target efektifitas untuk
mengoptimalkan respons pasien
- Dokumentasikan respons terhadap
efek analgesik dan efek yang tidak
diinginkan
Edukasi
- Jelaskan efek terapi dan efek samping
obat
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian dosis dan jenis
analgetik, sesuai indikasi
6 D.0056 Intoleransi aktivitas L.05047 Toleransi Aktivitas I.05178 Manajemen Energi Observasi
berhubungan dengan Ekspektasi: meningkat - Identifikasi gangguan fungsi tubuh
Kelemahan Kriteria hasil: yang mengakibatkan kelelahan
- Frekuensi nadi - Monitor kelelahan fisik dan
Gejala dan tanda mayor meningkat emosional
Subjektif: - Saturasi oksigen - Monitor pola dan jam tidur
1. Mengeluh lelah meningkat - Monitor lokasi dan
- Kemudahan dalam ketidaknyamanan selama melakukan
Objektif: melakukan aktivitas aktivitas
1. Frekuensi jantung meningkat sehari-hari meningkat
>20% dari kondisi istirahat - Kecepatan berjalan Terapeutik
meningkat - Sediakan lingkungan nyaman dan
Gejala dan tanda minor - Jarak berjalan rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
Subjektif: meningkat kunjungan)
1. Dispnea saat/setelah aktivitas - Kekuatan tubuh bagian - Lakukan latihan rentang gerak pasin
2. Merasa tidak nyaman setelah atas meningkat dan/atau aktif
beraktivitas - Kekuatan tubuh bagian - Berikan aktivitas distraksi yang
3. Merasa lemah bawah meningkat menenangkan
- Toleransi dalam - Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur,
Objektif: menaiki tangga jika tidak dapat berpindah atau
1. Tekanan darah berubah >20% meningkat berjalan
dari kondisi istirahat - Keluhan lelah
2. Gambaran EKG menunjukkan - Dipsnea saat aktivitas Edukasi
aritmia saat/setelah aktivitas menurun - Anjurkan tirah baring
3. Gambaran EKG menunjukkan - Dipsnea setelah - Anjurkan melakukkan aktivitas
iskemia aktivitas menurun secara bertahap
4. Sianosis - Perasaan lemah - Anjurkan menghubungi perawat jika
menurun tanda dan gejala kelelahan tidak
- Aritmia saat berkurang
beraktivitas menurun - Ajarkan strategi koping untuk
- Aritmia setelah mengurangi kelelahan
beraktivitas menurun
- Sianosis menurun Kolaborasi
- Warna kulit membaik - Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
- Tekanan darah cara meningkatkan asupan makanan
membaik
- Frekuensi napas I.05186 Terapi Aktivitas
membaik Observasi
- EKG Iskemia membaik - Identifikasi defisit tingkat aktivitas
- Identifikasi kemampuan
berpartisipasi dalam aktivitas
tertentu - Identifikasi sumber daya
untuk aktivitas yang diinginkan
- Identifikasi strategi meningkatkan
partisipasi dalam aktivitas
- Identifikasi makna aktivitas rutin
(mis. bekerja) dan waktu luang
- Monitor respons emosional, fisik,
sosial, dan spiritual terhadap
aktivitas
Terapeutik
- Fasilitasi fokus pada kemampuan,
buka defisit yang dialami
- Sepakati komitmen untuk
meningkatkan frekuensi dan rentang
aktivitas
- Fasilitasi memilih aktivitas dan
tetapkan tujuan aktivitas yang
konsisten sesuai kemampuan fisik,
psikologis, dan sosial
- Koordinasikan pemilihan aktivitas
sesuai usia
- Fasilitasi makna aktivitas yang
dipilih
- Fasilitasi transportasi untuk
menghadiri aktivitas, jika sesuai
- Fasilitasi pasien dan keluarga dalam
menyesuaikan lingkungan untuk
mengakomodasi aktivitas yang
dipilih - Fasilitasi aktivitas fisik
rutin (mis. Ambulasi, mobilisasi,
dan perawatan diri), sesuai
kebutuhan
- Fasilitasi ativitas pengganti saat
mengalami keterbatasan waktu,
energi, atau gerak
- Fasilitasi aktivitas motorik kasar
untuk pasien hiperaktif
- Tingkatan aktivitas fisik untuk
memelihara berat badan, jika sesuai
- Fasilitasi aktivitas motorik untuk
merelaksasi otot
- Fasilitasi aktivitas dengan komonen
memori implisit dan emosional (mis.
kegiatan keagamaan khusus) untuk
pasien demensia
- Libatkan dalam permainan
kelompok yang tidak kompetitif,
terstruktur, dan aktif
- Tingkatkan keterlibatan dalam
aktivitas rekreasi dan diversifikasi
untuk menurunkan kecemasan (mis.
vocal group, bola voli, tenis meja,
jogging, berenang, tugas sederhana,
permainan sederhana, tugas rutin,
tugas rumah tangga, perawatan diri,
dan teka-teki dan kartu)
- Libatkan keluarga dalam aktivitas,
jika perlu - Fasilitasi
mengembangkan motivasi dan
penguatan diri
- Fasilitasi pasien dan keluarga
memantau kemajuannya sendiri
untuk mencapai tujuan
- Jadwalkan aktvitas dalam rutinitas
sehari hari
- Berikan penguatan positif atas
partisipasi dalam aktivitas
Edukasi
- Jelaskan metode aktivitas fisik
sehari-hari, jika perlu
- Ajarkan cara melakukan aktivitas
yang dipilih
- Anjurkan melakukan aktivitas fisik,
sosial, spiritual, dan kognitif dalam
menjaga fungsi dan kesehatan
- Anjurkan terlibat dalam aktivitas
kelompok atau terapi, jika sesuai
- Anjutkan keluarga untuk memberi
penguatan positif atas partisipasi
dalam aktivitas
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan terapi okupasi
dalam merencanakan dan
memonitor program aktivitas, jika
sesuai
- Rujuk pada pusat atau program
aktivitas komunitas, jika perlu
7 D.0139 Risiko Gangguan L.14125 Integritas Kulit dan I.11353 Perawatan Integritas Kulit
Integritas Kulit/Jaringan b.d Jaringan Observasi
terpaparnya bahan kimia Ekspektasi: meningkat - Identifikasi penyebab gangguan
(Kemoterapi) Kriteria hasil: integritas kulit (mis. perubahan sirkulasi,
- Elastisitas meningkat perubahan status nutrisi, penurunan
Gejala dan tanda mayor - Hidrasi meningkat kelembaban, suhu lingkungan ekstrem,
Subjektif: (tidak tersedia) - Perfusi jaringan penurunan mobilitas)
Objektif: meningkat
1. Kerusakan jaringan - Kerusakan jaringan Terapeutik
dan/atau lapisan kulit menurun - Ubah posisis tiap 2 jam jika tirah baring
Gejala dan tanda minor - Kerusakan lapisan kulit - Lakukan pemijatan pada area penonjolan
Subjektif: (tidak tersedia) menurun tulang, jika perlu
Objektif: - Nyeri menurun - Bersihkan perineal dengan air hangat,
1. Nyeri - Perdarahan menurun terutama selama periode diare
2. Perdarahan - Kemerahan menurun - Gunakan produk berbahan petrolium
3. Kemerahan - Hematoma menurun atau minyak pada kulit kering
4. Hematoma - Pigmentasi abnormal - Gunakan produk berbahan ringan/alami
menurun dan hipoalergik pada kulit sensitif
- Jaringan parut menurun - - Hindari produk berbahan dasar alkohol
Nekrosis menurun pada kulit kering
- Abrasi kornea menurun -
Suhu kulit membaik Edukasi
- Sensasi membaik - Anjurkan menggunakan pelembab (mis.
- Tekstur membaik lotion, serum)
- Pertumbuhan rambut - Anjurkan minum air yang cukup
membaik - Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan buah
dan sayur
- Anjurkan menghindari terpapar suhu
ekstrem
- Anjurkan menggunakan tabir surya SPF
minimal 30 saat berada di luar rumah
- Anjurkan mandi dan menggunakan
sabun secukupnya
4. Implementasi
yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditunjukan pada nursing oders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan
masalah baru atau memantau status dan masalah yang ada pada klien.
penyimpangan.
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan berdasarkan (Kozier & Erb, 2010) adalah fase kelima
dan terakhir dalam suatu proses keperawatan. Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur,
proses dan sebuah hasil evaluasi yang terdiri dari evaluasi formatif, yaitu dapat
Suatu evaluasi yang telah diharapkan sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh
pasien dan telah dibuat pada perencanaan tujuan dan kriteria hasil evaluasi yang telah