MANAJEMEN PEMBIAYAAN Kelompok 2, Saskia Dimas
MANAJEMEN PEMBIAYAAN Kelompok 2, Saskia Dimas
MANAJAMEN PEMBIAYAAN
Di susun oleh :
Kelompok 2
FAKULTAS EKONOMI
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi kan rahmat dan
karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesai kan makalah yang berjudul
“Manajemen Pembiayaan ” dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam pembuatan
makalah ini, penyusun mendapat kandorongan dan dukungan dari berbagai pihak.
Maka dari itu, tidak lupa pula penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Bapak RASDI S.PD,MM. selaku dosen mata kuliah Manajemen
perbankan yang telah membimbing kami dalam menyusun makalah ini. Kami sebagai
penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempuna dan masih
banyak terdapat kekurangan-kekurangan. Hal ini dikarenakan masih kurangnya ilmu
pengetahuan kami sebagai penyusun.Walaupun demikian, kami telah berusaha semampu
kami untuk menyelesai kanmakalah ini dengan sebaik-baiknya. Penyusun berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi ilmupengetahuan dan bagi semua pihak yang
membacanya. Selain itu, penyusun juga mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun dari para pembaca.Akhir kata kami mengucapkan permohonan maaf yang
sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan, baik dalam penulisan maupun
penyampaian materi dalam makalah ini
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................14
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pembiayaan Pendidikan
Sebelum memasuki lebih jauh mengenai manajemen pembiayaan, terlebih dahulu kita
mengurai dan menjelaskan mengenai pembiayaan pendidikan. Kata pembiayaan berasal dari
kata dasar biaya yang artinya uang yang dikeluarkan untuk mengadakan (mendirikan,
melakukan) sesuatu ongkos,belanja,pengeluaran, sedangkan kata pembiayaan sendiri berarti
segala sesuatu yang berhubungan dengan biaya.
John Dewey mendefinisikan pendidikan sebagai proses pembentukan kecakapan-kecakapan
fundamental secara intelektual, emosional ke arah alam dan sesama manusia.
1. Berbeda dengan Ki Hajar Dewantara yang mendefinisikan pendidikan sebagai daya
upaya untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter,
pikiran,serta jasmani ) anak agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup
dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.
2. Di dalam undang-undang no 20 tahun 2003 juga telah didefinisikan mengenai
pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadaar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara atif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
darinya, masyarakat, bangsa dan negara.
3. Biaya pendidikan adalah total biaya yang dikeluarkan baik oleh individu peserta
didik, keluarga yang menyekolahkan anak, warga masyarakat perorangan, kelompok
masyarakat maupun yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk kelancaran pemerintah.
4. Pembiayaan pendidikan dapat diartikan sebagai kajian tentang bagaimana pendidikan
dibiayai, siapa yang membiayai serta siapa yang perlu dibiayai dalam proses
pendidikan. Pengertian ini mengandung dua hal yaitu berkaitan dengan sumber
pembiayaan penddikan dan alokasi pembiayaan pendidikan. Thomas John jjuga
4
mengungkapkan dalam konsep pendidikan sedikitnya ada tiga pertanyaan yang terkait
di dalamnya yaitu bagaimana uang diperoleh untuk membiayai lembaga pendidikan,
darimana sumbernya, dan untuk apa/siapa dibelanjakan.
5. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian pembiayaan
pendidikan adalah segala biaya yang dikeluarkan baik oleh orang tua/wali murid
maupun pemerintah demi kelancaran proses pendidikan.
2.Kegiatan Pembiayaan
Manajemen memiliki tiga tahapan penting yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan
tahap penilaian. Ketiga tahapan tadi apabila diterapkan dalam manajemen keuangan menjadi
tahap perencanaan keuangan (budgeting), tahap pelaksanaan (accounting), dan tahap
penilaian (auditing).
A.Budgeting
Budgeting atau penganggaran merupakan proses kegiatan atau proses penyusunan anggaran.
Budget merupakan rencana operasional yang dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk
satuan uang yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan lembaga dalam
kurun waktu tertentu. Fungsi dasar suatu anggaran adalah sebagai bentuk perencanaan, alat
pengendalian dan alat analisis. Agar fungsi-fungsi tersebut dapat berjalan, jumlah yang
dicantumkan dalam anggaran adalah jumlah yang diperkirakan akan direalisasikan pada saat
pelaksanaan kegiatan. Jumlah tersebut diupayakan agar mendekati angka yang sebenarnya,
termasuk di dalamnya adalah perhitungan pajak-pajak terkait yang menjadi kewajiban sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Penyusunan anggaran berangkat dari rencana kegiatan atau program yang telah disusun dan
kemudian diperhitungkan berapa biaya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan
tersebut, bukan dari jumlah dana yang tersedia dan bagaimana dana tersebut dihabiskan.
Dengan rancangan yang demikian fungsi anggaran sebagai alat pengendalian kegiatan akan
dapat diefektifkan. Langkah-langkah penyusunan anggaran yaitu:
a. Menginventarisasi rencana yang akan dilaksanakan
b. Menyusun rencana berdasar skala prioritas pelaksanaannya
c. Menentukan program kerja dan rincian program
d. Menetapkan kebutuhan untuk pelaksanaan rincian program
e. Menghitung dana yang dibutuhkan
f. Menentukan sumber dana untuk membiayai rencana.
5
Dalam pelaksanaan kegiatannya, jumlah yang direalisasikan bisa jadi tidak sama dengan
anggarannya. Realisasi keuangan yang tidak sama dengan anggaran harus dianalisis
penyebabnya, dan apabila diperlukan dapat dilakukan revisi anggaran agar fungsi anggaran
dapat tetap berjalan. Perbedaan antara realisasi pengeluaran dengan anggarannya bisa terjadi
karena:
a. Adanya efisiensi atau inefisiensi pengeluaran
b. Terjadinya penghematan atau pemborosan
c. Pelaksanaan kegiatan yang tidak sesuai dengan yang telah diprogramkan
d. Adanya perubahan harga yang tidak terantisipasi
e. Penyusunan anggaran yang kurang tepat.
Anggaran bersifat luas artinya apabila dalam perjalanan pelaksanaan kegiatan ternyata harus
dilakukan penyesuaian kegiatan, maka anggaran dapat direvisi dengan menempuh prosedur
tertentu.
B. Accounting (pembukuan)
Tahap kedua dari kegiatan pembiayaan adalah pembukuan atau kegiatan pengurusan
keuangan. Pengurusan keuangan ini meliputi dua hal yaitu, pertama pengurusan yang
menyangkut kewenangan menentukan kebijakan menerima atau mengeluarkan uang.
Pengurusan ini dikenal dengan istilah pengurusan ketatausahaan. Pengurusan kedua
menyangkut urusan tindak lanjut dari urusan pertama, yakni menerima, menyimpan dan
mengeluarkan uang. Pengurusan ini tidak menyangkut kewenangan menentukan, tetapi hanya
melaksanakan, dan dikenal dengan istilah pengurusan bendaharawan.
C.Auditing (pemeriksaan)
Auditing adalah semua kegiatan yang menyangkut pertanggungjawaban penerimaan,
penyimpanan dan pembayaran atau penyerahan uang yang dilakukan bendaharawan kepada
pihak-pihak yang berwenang. Kegiatan lain yang menyangkut manajemen pembiayaan
adalah membuat laporan pertanggungjawaban keuangan kepada kalangan internal lembaga
atau eksternal yang menjadi stakeholder lembaga pendidikan. Pelaporan dapat dilakukan
secara periodic seperti laporan tahunan dan laporan pada masa akhir jabatan pimpinan
7
demikian agar tujuan itu tercapai pemerintah memberikan fasilitas-fasilitas berupa hal yang
bersifat meringankan dan menunjang pendidikan, misalnya kenaikan gaji guru.
2.Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam sistem pendidikan itu sendiri yang
sepenuhnya mempengaruhi besarnya biaya pendidikan. Faktor tersebut antara lain :
a.Tujuan Pendidikan
Sebagai salah satu contoh bahwa tujuan pendidikan berpengaruh terhadap besarnya biaya
pendidikan adalah tujuan institusional suatu lembaga pendidikan. Berubahnya tujuan
pendidikan ke arah penguasaan 10 kompetensi dibandingkan tujuan yang mempengaruhi
besarnya biaya yang harus dikeluarkan
b.Pendekatan yang Digunakan
Strategi belajar mengajar menuntut dilaksanakannya praktek bengkel dan laboratoriun
menuntut lebih banyak biayajika dibandingkan metode lain dan pendekatan secara individual.
c.Materi yang Disajikan
Materi pelajaran yang menuntut dilaksanakannya praktek bengkel menuntut lebih banyak
biaya dibandingkan dengan materi pelajaran yang hany dilaksanakan dengan penyampaian
teori.
d.Tingkat dan Jenis Pendidikan
Dengan dasar pertimbangan lamanya jam belajar,banyak ragamnya bidang pelajaran, jenis
materi yang diajarkan, banyaknya guru yang terlibat sekaligus kualitasnya, biaya pendidikan
di sekolah dasar akan jauh berbeda dengan biaya pendidikan di perguruan tinggi, apalagi bagi
jurusan yang banyak memerlukan praktek.
8
D.Asas-Asas Anggaran Pendidikan
Uang negara merupakan milik seluruh rakyat yang diperoleh dengan cara yang tidak mudah.
Pengamanan terhadap uang negara tersebut diatur oleh beberapa ketentuan atau azas agar
uang yang dijatahkan oleh pemerintah mengenai sasaran dengan tepat. Ketentuan atau azas
tersebut antara lain:
1.Azas Plafond
Artinya adalah anggaran belanja tidak boleh melebihi jumlah tertinggi dari standar yang
ditentukan. Misalnya jika dalam RAPBN telah ditetapkan bahwa anggaran pendidikan untuk
tahun anggaran 1986/1987 adalah 12% dari seluruh anggaran belanja negara, dan kantor
wilayah departemen pendidikan dan kebudayaan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
dialokasikan sebesar 10 Milyar rupiah, maka walaupun ada kebutuhan mendesak atau ada
kenaikan harga, permintaan tidak boleh melebihi anggarannya. Kekurangan biaya tersebut
dapat diajukan pada tahun anggaran berikutnya.
2.Asas Pengeluaran Berdasarkan mata anggaran
Pengeluaran pembelanjaan harus didasarkan pada anggaran yang telah ditetapkan. Misalnya
pembelian kertas sudah ditetapkan sebesar 1 juta rupiah, tetapi ternyata tidak cukup, kita
tidak boleh semaunya menggeser uang pemeliharaan kendaraan dinas dipakai untuk menutup
kekurangan anggaran kertas tersebut. Setiap anggaran yang telah disetujui telah pula dibagi-
bagi menurut mata anggaran masing-masing. Penggeseran penggunaan hanya dapat
dilakukan apabila ada ijin dari Direktorat Jenderal Anggaran Departemen.
3.Azas Tidak Langsung
Yaitu suatu ketentuan bahwa setiap penerimaan uang tidak boleh digunakan secara langsung
untuk keperluan pengeluaran. Setiap penerimaan uang, ,misalnya SPP disekolah harus
disetorkan dulu ke bank atau kas negara. Kemudian jika kita akan minta hak yang telah
dialokasikan, baru kemudian mengajukan permintaan ke kas negara.
9
operasional rutin) dan DIK (daftar isian kegiatan). Pengertian atau penjelasan tentang istilah
yang digunakan dalam penyusunan rencana dan program rutin :
a.Jenis pengeluaran adalah sekelompok mata anggaran yang mendukung atau menunjang
suatu kegiatan. Dalam kegiatan rutin ada lima jenis pengeluaran yaitu,
1) belanja pegawai,
2) belanja barang,
3) belanja pemeliharaan,
4) belanja perjalanan,
5) subsidi/bantuan.
b.Daftar isian kegiatan (DIK) : daftar yang berisi satu kegiatan dalam satu provinsi atau satu
direktorat jendral untuk pelaksanaan anggaran belanja rutin.
2.Anggaran Pembangunan
Anggaran pembangunan, adanya tidak terus menerus setiap tahun. Dalam istilah yang umum
sering disebut dengan “Capital Cost” atau “Capital Outlay” (capital = modal : biaya yang
digunakan untuk keperluan modal pertama atau buat tambahan, misalnya untuk penambahan
lokal, pembelian alat-alat pembelajaran, pembelian kendaraan dinas, dan sebaganya yang
dinyatakan dalan bentuk proyek. Anggaran pembangunan dapat digunakan untuk memenuhi
keperrluan penting mendesak dan tidak terjangkau dengan anggaran rutin.
F. SPP (Sumbangan Pembinaan Pendidikan), DPP (Dana Penunjang Pendidikan), dan
RAPBS (Rencana Anggaran Pendapatan dan Biaya Sekolah)
3. SPP (Sumbangan Pembinaan Pendidikan)
SPP adalah sumbangan yang dikenakan kepada wajib bayar untuk digunakan bagi keperluan
penyelenggaraan dan pembinaan pendidikan. Wajib bayar adalah orang tua kandung, orang
tua tiri, atau angkat atau wali siswa yang mengikuti pendidikan pada sekolah menengah,
dibayar secara bulanan selama 12 bulan dalam satu tahun ajaran. Besarnya uang SPP tidak
didasarkan pada kemampuan wajib bayar secara perorangan tetapi kemampuan rata-rata
wajib bayar tersebut dan dinyatakan dalam bentuk kategori pungutan. Siswa yang terkena
wajib pembayaran SPP dan tidak memenuhi kewajibannya, dikenakan sanksi oleh kepala
sekolah sesuai dengan peraturan tata tertib yang berlaku. Untuk kelancaran penerimaan dan
penyetoran SPP, menteri pendidikan dan kebudayaan mengangkat bendahara penerima SPP
di sekolah, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4.DPP (Dana Penunjang Pendidikan)
10
Uang SPP yang disetorkan, dikembalikan lagi ke sekolah dalam wujud DPP, yang dimintakan
dengan didasarkan atas data pendidikan, dasar perhitungan dan biaya satuan yang ditetapkan
dalam keputusan bersama untuk pemantapan/penyesuaian penetapan dan alikasi DPP ini
selambat-lambatnya tanggal 15 September tahun ajaran yang bersangkutan, Kanwil harus
sudah menyampaikan data pendidikan untuk masing-masing seklah pada keadaan tanggal 31
Agustus ke Sekjen Departemen Pendidikan dan Kebudayaan cq Biro Keuangan dengan
tembusan kepada Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah cq Bagian Keuangan
dan Kantor Wulayah Direktorat Jenderal yang bersangkutan. Untuk menyelenggarakan
pengurursan DPP, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengangkat bendaharawan DPP
pada sekolah menengah, Kandep, Kanwil dan Kantor Pusat sesuai dengan perundang-
undangan yang berlaku.
5.RAPBS (Rencana Anggaran Pendapatan dan Biaya Sekolah)
Rencana atau anggaran pembiayaan merupakan hal penting yang harus difikirkan matang-
matang terlebih dahulu. Rencana atau anggaran pembiayaan menyangkut dengan pengelolaan
uang yang diterima, akan diapakankah uang tersebut. Penganggaran uang tersebut dilakukan
agar semua sektor yan dibutuhkan bisa benar-benar terpenuhi. Selain itu, anggaran bisa
digunakan sebagai bentuk pertanggungjawaban pengurus terhadap pengelolaan uang yang
dilakukan kepada pihak yang berwenang dan juga pihak-pihak yang telah membayar. Sumber
pendapatan sekolah adalah pemerintah, orang tua siswa dan masyarakat. Pada tahun 1978
sumber-sumber pembiayaan sekolah terdiri atas
a.ICW (Indonesia Comptabilities Wet dahulu Imdoche Comptabilitein Wet peraturan
akuntansi, peraturan perbendaharaan yang berlaku di Indonesia), kemudia ICW dikenal
sebagai uang yang berasal dari pemerintah yang harus dipertanggungjawabkan.
b.SPP (Sumbangan Pembinaan Pendidikan)
c.Sumbangan dari BP3 (dahulu POMG = Peraturan Orang Tua Siswa dan Guru). Sumber-
sumber pembiayaan pendidikan di sekolah dikategorikan menjadi 5 yaitu,
- Anggaran rutin dan AOBN (Anggaran Pembangunan)
- Dana Penunjang Pendidikan
- Bantuan Sumbangan dari BP3
- Sumbangan dari Pemerintah Daerah Setempat (kalau ada)
- Bantuan lain-lain
Adapun proses penyusunan dan penjadwalan waktu adalah sebagai berikut :
11
a.Awal tahun pelajaran, sekolah-sekolah menerima perintah dari kantor wilayah untuk
mengajukan RAPBS untuk tahun yang bersangkutan
b.RAPBS yang telah disusun oleh Kepala Sekolah dikirim dan dimintakan persetujua kepada
Kepala Kantor Wilayah selambat-lambatnya tanggal 15 Juni telah diterima oleh kantor
wilayah (ditandantangani oleh bagian perencanaan), sebanyak rangkap empat termasuk
lembar aslinya. Besarnya biaya yang diajukan belum tentu seluruhnya disetujui Kanwil.
Kegiatan yang boleh dibiayai hanya hal-hal yang diijinkan Kanwil yang meliputi (a) kegiatan
belajar mengajar, (b) sarana, (c) honorarium, (d) bahan dan alat, (e) lain-lain seperti biaya
pelaksanaan dinas, biaya penataran.
c.RAPBS yang telah disetujui oleh pihak Kanwil diteruskan oleh BP3 sekolah yang
bersangkutan selambat-lambatnya tanggal 18 Juli yang kemudian dirapatkan atau
dimusyawarahkan oleh BP3 sekitar tanggal 31 Juli
d.Hasil musyawarah BP3, sebagai bukti dilampirkan juga notulen rapat selengkapnya,
dimintakan persetujuan Pemerintah Daerah Tingkat II setempat, selambat-lambatnya tanggal
14 Agustus.
e.Setelah mendapat persetujuan Pemerintah Daerah Tingkat, BP3 dapat melaksanakan
program-program kegiatannya, sekolah kemudian membuat RAPBS berdasarkan atas
ersetujuan pemerintah tersebut.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pembiayaan pendidikan dapat
diartikan sebagai kajian tentang bagaimana pendidikan dibiayai, siapa yang membiayai serta
siapa yang perlu dibiayai dalam proses pendidikan. Dalam pembiayaan terdapat tiga kegiatan
yakni budgeting, accounting dan auditing. Karakteristik pembiayaan pendidikan antara lain
biaya pendidikan selalu naik, biaya terbesar dalam pelaksanaan pendidikan adalah biaya pada
faktor manusia, unit cost pendidikan akan naik sepadan dengan tingkat sekolah, unit cost
pendidikan dipengaruhi oleh jenis lembaga pendidikan, komponen yang dibiayai dalam
sistem pendidikan hampir sama dari tahun ke tahun. Faktor yang mempengaruhi anggaran
pendidikan adalah faktor eksternal dan internal. Adapun asas yang menjadi landasan
anggaran pendidikan antara lain azas Plafond, asas Pengeluaran Berdasarkan mata anggaran,
azas Tidak Langsung.
3.2 SARAN
13
Demikian makalah ini kami buat,kami sebagai penulis menyadari bahwah makalah ini
sangatlah jauh dari kesempurnaan .maka dari itu kami sebagai penulis memohon maaf jika
terdapat banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulis,untuk itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi untuk menyepurnakan makalah ini
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan, Yogyakarta : Aditya Media,
2008
Hafid, Anwar, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan : Dilengkapi dengan undang-undang
sistemppendidikan nasional no 4 tahun 1950, no 12 tahun 1954, no 2 tahun 1989, dan
no 20 tahun 2003, Bandung : Alfabeta, 2013
http://infolantips.blogspot.com/2014/08/makalah-administrasi-pembiayaan.html?m=1,
diakses pada hari Selasa, 14 April 2015 pukul 22.08 WIB
http://laili-masruroh.blogspot.com/2013/06/manajemen-pembiayaan.html taggal 14 April
2015 pukul 17.42 WIB
Suhardan, Dadang, dkk, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, Bandung : Alfabeta, 2012
14