Anda di halaman 1dari 7

PEMBUATAN KONTROL PH DAN LEVEL PADA DIGESTER ASETOGENESIS SISTEM

BIOGAS DUA TAHAP BERBASIS MIKROKONTROLLER

The Manufacturing Of pH Control and Level in Acetogenesys Dygester Two Stages Biogas
System0Based0On0Microcontroller

Cepi Arifin*, **, Purwinda Iriani**, Sri Utami


Program Studi D-III Teknik Konversi Energi
Jurusan Teknik Konversi Energi Politeknik Negeri Bandung
Jl Gegerkalong Hilir, Ds. Ciwaruga, Jawa Barat 40012 Telp. (022) 2013789
cepi.arifin.tken14@polban.ac.id

ABSTRAK
Digester dua tahap atau biasa disebut Multi Stage adalah sistem biogas dengan menggunakan
dua digester, dimana digester pertama digunakan untuk proses asetogenesis kemudian menuju
digester kedua sebagai umpan untuk reaksi metanogenesis. Organisme pada tahapan asetogenesis
dipengaruhi oleh kondisi pH. Bakteri asetogenesis optimumnya bekerja pada pH 5-6 Oleh karena itu
dibuat suatu sistem kontrol pH pada digester aseto dengan berfungsi untuk mengontrol nilai pH pada
digester aseto sehingga bakteri bekerja optimum dan pemantauan ketinggian level fluida sebagai
pengaman pada sistem. Sistem kontrol pH dan Level ini menggunakan mikrokontroller arduino
dengan input berupa pH sensor df robot sku Sen0160 dan sensor level ultrasonik HC-SR04 kemudian
outputnya berupa solenoid valve dan nilai pengukuran sensor ditampilkan pada LCD (Liquid Crystal
Display). Digester asetogenesis yang dilengkapi dengan kontrol pH dan level ini nilai setpoint nya
tercapai pada hari kedelapan dengan nilai pH = 5,85 dan level digester 19,2 liter dengan kondisi
buzzer on dan solenoid valve off.

Kata kunci : Digester Dua Tahap, Asetogenesis, Sistem Kontrol pH dan Level, Mikrokontroller.

ABSTRACT
Two-stage digester or multi stage is a biogas system using two digesters, where the first digester
is used for the process of acetogenesis then to the second digester is used for for methanogenesis
reaction. The organisms in the asetogenesys stage are effect by pH conditions. The optimum
asetogenesys bacteria worked at pH 5-6 Therefore a pH control system was developed on the aseto
acetone by controlling the pH value of the asetogenesys so that the bacteria worked optimum and
monitoring the fluid level height as the safety of the system. This pH and Level control system uses
arduino microcontroller with input of pH sensor df robot sku Sen0160 and ultrasonic level sensor
HC-SR04 then the output is solenoid valve and sensor measurement value displayed on LCD (Liquid
Crystal Display). An assetogenesis digester equipped with pH control and this level of setpoint value
was reached on the eighth day with pH = 5.85 and 19.2 liters digester level with buzzer on and
solenoid valve off condition.

Keywords: Multi Stage Digester, Acetogenesis, pH and Level Control System, Microcontroller.

I. PENDAHULUAN satu digester tersebut, yaitu pembentukan asam


Biogas adalah suatu teknologi yang asetat (proses asetogenesis) dan pengubahan asam
memanfaatkan proses fermentasi (pembusukan) asetat menjadi gas metan (proses metanogenesis)
dari material organik kompleks menjadi materi akibatnyabiogas yang dihasilkan kurang sempurna
sederhana secara anaerob (tanpa oksigen) dengan yang disebabkan oleh mikroba pembentukan asam
bantuan suatu mikroba. Bahan baku biogas ialah asetat dan mikroba pembentukan gas metan
materi organik seperti kotoran manusia, kotoran berada pada satu digester sehingga sulit dalam
hewan, sampah yang berbentuk organik dan proses penguraian oleh masing-masing mikroba.
sampah produk pertanian. Oleh karena itu, dilakukan pengembangan
Pembentukan biogas yang terjadi dalam teknologi biogas untuk meningkatkan produksi
satu tahap digester dimana semua tahapan biogas yang maksimal, salah satunya dengan
pembentukan biogas terjadi sekaligus didalam teknologi biogas fermentasi dua tahap. Biogas

1
fermentasi dua tahap secara garis besar yaitu Tabel 1 Kandungan komposisi biogas
memisahkan proses asetogenesis yang
menghasilkan asam asetat dan proses
metanogenesis yang menghasilkan gas metan. Jenis Gas Persentasi
Proses asetogenesis bereaksi pada nilai
Metana0(CH4) 55 – 75 %
pH ≤ 6 sedangkan pada proses metanogenesis
bereaksi pada nilai pH = 7. Hal ini disebabkan Karbon0dioksida0(CO2) 25 – 45 %
pada proses asetogenesis produk yang dihasilkan
adalah asam asetat dan senyawa asam lainnya Nitrogen0(N2) 0 – 0.3 %
yang mempengaruhi nilai pH menjadi asam. Nilai Hidrogen0(H2) 1–5%
pH yang asam menyebabkan bakteri metanogen
tidak bekerja optimal, sehingga mempengaruhi Hidrogen0sulfisa0(H2S) 0–3%
proses metanogenesis pada produk metan yang
dihasilkan (Ambriani, 2014). Oksigen0(O2) 0.1 – 0.5 %
Sistem kontrol pH pada kisaran yang tepat
diperlukan agar menjadi efisien. Pencernaan 2.2 Digester Dua Tahap
anaerobik substrat organik memerlukan gabungan Digester dua tahap atau Multi Stage adalah
kerja beberapa kelompok mikroorganisme, suatu biogas dengan menggunakan dua digester,
dimana bakteri methanogen ini sensitif terhadap dimana digester pertama digunakan untuk reaksi
pH rendah. Operasi sistem yang tepat dan kontrol hydrolysis, acidogenesis, acetogenesis dan
proses yang cermat diperlukan untuk memastikan digester kedua digunakan untuk reaksi
stabilisasi pH limbah organik yang efisien dan methanogenesis. Organisme pada tahapan
stabil produksi, tetapi juga untuk mencegah asetogenesis dan metanogenesis mempunyai
digester dari gangguan dan potensi kegagalan perbedaan dalam kondisi pH optimum dan tingkat
sistem (A.R. Labatut, 2011). pertumbuhan. Perbedaan keadaan optimum
Penelitian ini dilakukan untuk tersebut menunjukkan bahwa sistem reaktor dua-
memisahkan proses asetogenesis dan proses tahap lebih unggul digunakan dalam proses
metanogenesis dengan sistem kontrol pH dan pembuatan biogas.
level.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Biogas
Biogas atau gas bio adalah salah satu jenis
energi yang dapat dibuat dari berbagai jenis bahan
buangan dan bahan sisa seperti sampah, jerami,
eceng gondok, kotoran ternak, limbah tahu dan
bahan-bahan lainnya. Berbagai jenis bahan
Gambar 1 Digester sistem dua tahap
organik, baik berasal dari sisa tanaman ataupun
kotoran ternak dapat dijadikan bahan baku biogas. 2.3 Sistem Kontrol
Biogas ini didapat dari proses perombakan bahan Sistem kontrol merupakan suatu proses
organik oleh mikroba dalam kondisi tanpa oksigen. pengendalian atau pengaturan terhadap suatu nilai
Proses ini popular dengan nama anaerob, selama atau terhadap suatu besaran variabel atau
proses ini biogas pun terbentuk (Muljatiningrum, 0parameter sehingga berada 0pada suatu 0nilai
2011). atau 0range tertentu. Dalam sistem kontrol
Biogas juga dapat dijadikan sebagai terdapat empat proses yang terjadi, yaitu :
bahan bakar karena mengandung gas metana 1. Measurement (pengukuran)
(CH4) dalam presentase yang cukup tinggi. 2. Comparation (perbandingan)
Kandungan komposisi biogas selengkapnya 3. Judgement (menghitung)
adalah sebagai berikut: 4. Correction (mengoreksi)

2.3.1 Sistem kontrol pH dan level pada


digester asetogenesis
Sistem kontrol pH dan level pada digester
asetogenesis dibuat untuk mengontrol kondisi pH
dan level agar berada pada nilai yang diinginkan.

2
Selain itu sistem kontrol ini berfungsi untuk
memisahkan proses asetogenesis dan proses
metanogenesis dengan kondisi level lim

2.4 Sensor Keasaman (pH)


pH sensor merupakan suatu sensor
elektronik yang digunakan untuk mengukur
nilai pH (keasaman atau alkalinitas) dari suatu
cairan. Pada prinsipnya pengukuran nilai suatu pH Gambar 2 Sensor pH Sku: Sen0161
adalah berdasarkan pada potensial elektro kimia
yang terjadi pada larutan di dalam elektroda gelas 2.5 Modul pH Value V1.1
(membrane glass) yang telah diketahui dengan Modul pH value V1.1 merupakan suatu
larutan yang terdapat diluar elektroda gelas yang modul rangkaian penguat keluaran tegangan
tidak diketahui. Hal ini disebabkan oleh lapisan karena jika hanya menggunakan sensor saja maka
tipis dari gelembung kaca akan berinteraksi output yang dihasilkan berupa tegangan yang
dengan ion hidrogen yang ukurannya relatif kecil sangat kecil sehingga sulit untuk dibaca ADC
dan aktif, elektroda gelas tersebut akan mengukur (Analog to Diigital Converter).
potensial elektrokimia dari ion hidrogen atau
disebut juga dengan potential of hidrogen.
Pada umunya pH sensor modern sudah
dilengkapi dengan sensor thermistor
temperature yaitu suatu alat untuk mengkoreksi
pengaruh temperatur. Antara elektroda
pembanding dengan elektroda gelas sudah disusun
dalam satu kesatuan seperti gambar berikut ini. Gambar 3 Modul pH Value V1.1

Sensor ini mempunyai kriteria dimana


setiap kenaikan hasil pengukuran nilai pH akan
terjadi peningkatan nilai tegangan output sebesar
0,25 volt/pH sehingga output tegangan minimum
yang dihasilkan yaitu 0 v sampai pH bernilai 14
sedangkan tegangan keluaran maksimum yang
dapat dihasilkan yaitu 3,5 volt saat pH bernilai.
Berdasarkan pada tegangan keluaran yang
Gambar 1 Elektroda pH Meter Modern dihasilkan oleh sensor 0 sampai 3,5 volt maka
pada perancangannya diperlukan rangkaian
Secara umum, suatu nilai impedansi penguat.
keluaran elektroda gelas sangat besar (disebabkan Dalam modul ini tersusun dari beberapa
oleh proses kimia yang terjadi pada rangkaian penguat op-amp diantaranya penguat
permukaan elektroda), nianya antara 50-500 MΩ non-inverting dan rangkaian penguat diferensial
sehingga pada alat pengukur diperlukan
impedansi masukan yang sangat besar. 2.8 Ultrasonik HC-SR04
Pada Gambar II.4 menunjukan sensor pH Sensor ultrasonik ini merupakan suatu
Sku: Sen0161. Sensor pH ini digunakan sebagai sensor yang berfungsi untuk mengubah besaran
pengukuran derajat keasaman cairan yang diuji fisis (bunyi) menjadi besaran listrik atau
untuk menentukan apakah cairan dalam kondisi sebaliknya. Prinsip kerja dari sensor ini
normal, basa, atau asam. berdasarkan pada prinsip dari pantulan suatu
gelombang suara sehingga dapat digunakan untuk
menafsirkan eksistensi (jarak) suatu benda dengan
frekuensi tertentu. Sensor ini dikenal sebagai
sensor ultrasonik karena sensor ini menggunakan
gelombang ultrasonik (bunyi ultrasonik).

3
Gambar 7 Timing HC-SR04

Gambar 5 Sensor ultrasonic HC-SR04 Gambar 7 adalah visualisasi dari sinyal yang
dikirimkan oleh sensor HC-SR04. Prinsip kerja
Sensor ultrasonik ini terdiri dari dua dari timing HC-SR04 adalah sebagai berikut:
buah transducer. Transducer pertama  Ketika pin Trigger mendapatkan tegangan
diguanakan sebagai transmitter gelombang positif selama 10µS, maka sensor akan
ultrasonic dan transducer yang kedua berfungsi mengirimkan 8 step sinyal ultrasonik
sebagai receiver. Pin yang tersedia pada modul dengan frekuensi 40kHz.
ini yaitu pin VCC, TRIG, ECHO dan GND  Kemudian, sinyal akan ditangkap oleh
(Winasis, dkk, 2014 ). pin Echo.
 Untuk mengukur jarak benda yang
2.9 Cara Kerja Sensor Ultrasonik memantulkan sinyal tersebut, selisih
waktu ketika mengirim dan menerima
sinyal digunakan untuk menentukan jarak
benda tersebut

III. METODELOGI
Alat yang digunakan untuk memisahkan
proes asetogenesis dan proses metanogenesis ini
Gambar 6 Cara kerjas sensor ultrasonik adalah kontrol pH dan level yang dipasang dalam
digester asetogenesis.
Gelombang ultrasonik ini dibangkitkan Sebelum dibuat suatu kontrol otomatis,
melalui suatu komponen elektronika yaitu sistem biogas dua tahap ini dilakukan
piezoelektrik. Piezoelektrik ini menghasilkan pengontrolan nilai pH secara manual. Dari data
gelombang ultrasonik (umumnya berfrekuensi yang diperoleh nilai pH pada digester asetogenesis
40kHz) ketika suatu osilator dipasang pada yaitu 5,09 -6,14. Dari data tersebut didapat sebuah
benda tersebut. Pada umumnya, alat ini akan rata-rata nilai pH yang dimana nilai pH tersebut
memancarkan gelombang ultrasonik menuju digunakan sebagai suatu set point. Cara kerja
suatu area atau target. Setelah gelombang kontrol pH dan level pada biogas sitem dua tahap
menyentuh permukaan target, maka target akan ini dapat dilihat pada flowchart Gambar 8
memantulkan kembali gelombang tersebut.
Gelombang pantulan dari target akan ditangkap
oleh sensor, setelah itu sensor menghitung selisih
waktu antara pengiriman gelombang dengan
gelombang pantul yang diterima. Karena
kecepatan bunyi ialah 340 m/s, maka
persamaan untuk mencari jarak berdasarkan
ultrasonik adalah :
S = (0.034 *t) /2 CM................................(II.6)
dimana S adalah jarak antara sensor ultrasonik
dengan benda (bidang pantul), dan t adalah
selisih waktu pemancaran gelombang oleh
transmitter dan gelombang pantul yang diterima
receiver.
Gambar 8 Flowchart cara kerja sistem kontrol

Prinsip kerja sistem kontrol ini dapat


dilihat pada gambar III.2 Pada kondisi awal,

4
Solenoid Valve yang diletakkan diantara digester tahu dan dicampur dengan kotoran sapi sebagai
aseto dan digester metano dalam kondisi tertutup starternya.
(Normally Closed) serta volume dalam digester
aseto 80 liter. Didalam digester aseto dipasang pH
sensor yang akan mendeteksi nilai pH dan sensor
ultrasonik HC SR-04 yang digunakan untuk
memantau level ketinggian limbah tahu. Ketika
sistem di start maka sistem kontrol akan aktif
kemudian sensor pH dan sensor ultrasonik pada
digester aseto akan mendeteksi kedua nilai
tersebut, nilai pH dan volume digester tercatat
nilainya di LCD. Gas metan terbentuk pada hari Gambar 10 Pengujian Kontrol pH dan Level
ke 9 seiring dengan itu nilai pH nya 5,7 maka
sensor akan memberikan sinyal tegangan yang Pengujian kontrol pH dan level ini dilakukan
kemudian dirubah ke ADC pada mikrokontroller. di Laboratorium Teknik Konservasi Energi.
Pada mikrokontroller ADC tersebut diolah sesuai Pengujian dilakukan saat nilai pH berada diatas
dengan program yang telah dibuat di software nilai setpioint. Nilai set point pH = 5,7 set point
IDE sehingga mikrokontroller mengolah data level = 20 liter dan 80 liter
yang diterima dan memberikan sinyal digital ke
relay untuk menggerakan solenoid valve untuk Tabel 2 Pengujian kontrol saat pengisisan
membuka. Sehingga cairan limbah tahu mengalir Sight Level
pH pH Kondisi Kondisi
dari digester aseto ke digester metano, ketinggian No Glasss sensor
sensor meter Buzzer Solenoid
level dari digester asetogenesis menyusut, pada (L) (L)
saat ketinggian level limbah mendekati nilai 20 1 19,8 20,3 4,93 4,89 on off
liter maka sensor ultrasonik mendeteksi sehingga 2 24 22 4,93 4,89 off off
mengirimkan sinyal pada mikrokontroller untuk 3 35 34,8 4,94 4,89 off off
menutup solenoid valve. Volume 20 liter ini 4 40 40,38 4,95 4,89 off off
digunakan sebagai starter untuk pengisian digester 5 41 41 5,04 5,05 off off
aseto selanjutnya. 6 43 43,2 5,10 5,05 off off
Desain kontrol biodigester dengan sistem dua 7 45 44,7 5,15 5,13 off off
tahap dapat dilihat pada gambar 9 8 59 57,71 5,27 5,2 off off
9 68 67 5,26 5,2 off off
10 70 71 5,26 5,2 off off

Tabel 2 menunjukan bahwa dalam kondisi


pengisian sistem kontrol pH dan level telah aktif
ditunjukan dengan pembacaan nilai kedua sensor.
Pada saat pengisian nilai pH yang terbaca adalah
4,93 – 5,26 dengan kondisi level maksimum yang
terisi yaitu 70 liter. Pada kondisi data pertama
menunjukan bahwa kondisi level limbah tahu
dalam kondisi dibawah setpoint sehingga kondisi
buzzer on. Sedangkan data kedua sampai
kesepuluh kondisi buzzer dan solenoid valve
Gambar 9 Desain kontrol digester sistem dua dalam keadaan off
tahap

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengujian Kontrol pH dan Level


Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui
kondisi dua kontrol ketika digabungkan dengan
dua buah set point. Pengujian ini dilakukan pada
digester asetogenesis dengan berisi fluida limbah

5
Tabel 3 Pengujian Kontrol hari kedelapan VI. REFERENSI
Sight Level [1] Alexander, charless dan Matthew n. o. Sadiku
pH pH Kondisi Kondisi
No Glasss sensor (2011). Fundamental of Electric Circuits.
sensor meter Buzzer Solenoid
(L) (L) Cleveland : Cleveland State University.
1 20 19,2 5,85 5,92 on off [2] Ambriani, Puji. (2014). Pembuatan Dan
2 20 19,2 5,85 5,92 on off Pengujian Digester Asetogenesis Pada
3 20 19,2 5,85 5,92 on off Sistem Biodigester Anaerob Dua Tahap
4 20 19,2 5,85 5,92 on off Dengan Bahan Baku Utama Bungkil Kopi.
5 20 19,2 5,85 5,92 on off Bandung : Politeknik Negeri Bandung
6 20 19,2 5,85 5,92 on off [3] Ayu, Dyah Anggreini T, dkk. (2014).
7 20 19,2 5,85 5,92 on off Pengendalian Kadar Keasaman (pH) Pada
8 20 19,2 5,85 5,92 on off Pengendapan Tahu Menggunakan Kontroler
9 20 19,2 5,85 5,92 on off PID Berbasis ATmega328 : undip
[4] Ferdian Yudhistira, Aldi. (2014). Rancang
10 20 19,2 5,85 5,92 on off
Bangun Alat Bantu Parkir Mobil
Menggunakan Sensor Jarak Ultrasonik
Dari data diatas dapat terlihat bahwa
Berbasis Arduino Uno. Jurnal Tugas Akhir
kontrol pH dan level dapat bekerja dengan baik
Program Studi D-III Teknik Telekomunikasi
pada biogas digester dua tahap. Saat nilai pH
STT Telematika Telkom Purwokerto.
sensor yang terdeteksi dalam digester kurang
Purwokerto.
dari set point maka solenoid valve off. Kemudian
[5] Gerardi, M. H. (2003). The Microbiology of
apabila nilai pH berada diatas nilai setpoint dan
Anaerobic Digesters. John Willey and Sons,
ketinggian level fluida diatas 20 liter maka limbah
Inc.
tahu mengalir ke digester metano. Seperti pada
[6] Juangga, A. (2007). Biogas untuk Masa Depan
Tabel 2 data ke 1 kondisi buzzer dalam keadaan
Pengganti BBM. Jurnal Ilmiah, Volume (4):
menyala karena level limbah tahu dibawah
25.
setpoint. Sedangkan data dibawah data ke 1
[7] Labatut, A. R (2009). The effect pH on digester
kondisi buzzer dan solenoid valve dalam keadaan
multi stage. Cambriddge: cambridge
tertutup. Pada tabel 3 keadaan buzzer on karena
universityM. Z. Andri, “Pulse Width
level limbah tahu berada dibawah set point,
Modulation (PWM),” 25 November
sedangkan kondisi solenoid valve nya dalam
2013. [Online]. Available:
keadaan off. Data pengujian tabel ini nilai kedua
http://andri_mz.staff.ipb.ac.id/pulsewidth
setpoint level dan pH terpenuhi ssehingga limbah
modulation-pwm/. [Diakses 5 April 2017].
tahu mengalir ke digester metano.
[8] Noorulil A, Bayu dan Ratna Adil. _ .
Rancang Bangun Model Mekanik Alat
V. KESIMPULAN DAN SARAN
untuk Mengukur Kadar Keasaman Susu
5.1 KESIMPULAN
Cair Sari Buah dan Soft Drink. Jurnal
Dari hasil penelitian pembuatan juga
Teknik Elektronika Politeknik Elektronika
pengujian kontrol pH dan level pada biogas
Negeri Surabaya.Surabaya.
ini pengujian dapat diambil beberapa
[9] Nurbaniah, Siti (2016). Identifikasi Waktu
kesimpulan, yaitu:
Retensi Proses Asetogenesissistem Biogas
1. Telah dibuat kontrol pH dan level Dengan Metanogenesis Berbahan Baku
pada digester asetogenesis dan Limbah Cair Tahu. Bandung : Politeknik
dapat bekerja dengan baik dengan Negeri Bandung
pengukuran sensor pH memiliki [10] Rizki, Pajar. (2013). Sistem Kendali
error 3-10% sedangkan Temperatur, Pemantauan PH Dan Akuisisi
pengukuran level memiliki nilai Data Berbasis Mikrokontroller Atmega8 Di
error 0 %. Digester Biogas. Bandung : Politeknik Negeri
2. Hasil pengaturan kontrol pH dan Bandung
level menunjukan bahwa nilai [11] Santoso, Hari. (2015). Panduan Praktis
setpoint tercapai pada hari Arduinon Untuk Pemula. Trenggalek :
kedelapan dengan pH = 5,85 dan Elang Sakti
level digester 19,2 liter dengan [12] Soetopo, R. S., Purwati, S., Idiyanti, T.,
kondisi buzzer on dan solenoid Wardhana, K. A., & Aini, M. N. (2010).
valve off. Produksi Biogas Sebagai Hasil Pengolahan
Limbah Lumpur Industri Kertas dengan Proses

6
Digestasi Anaerobik Dua Tahap. Riset Industri
Kemenperin.
[13] Suyitno, dkk. (2010). Teknologi Biogas :
Pembuatan, Operasional, dan Pemanfaatan.
Yogyakarta : Graha Ilmu
[14] Trisna, Anggara. (2015). Rancang Bangun
Teknologi Pemurni Air. Jember : Universitas
Jember
[15] Wahyuni, Sri. (2019). Ringkasan Makalah
Biogas Energi Terbarukan, Ramah
Lingkungan, dan Berkelanjutan. Jakarta :
KIPNAS.
[16] Winasis, Ganjar dan Ajub Ajulian. (2014).
Sensor Ultrasonik Untuk Deteksi Ketinggian
Air Berbasis Mikrokontroller Arduino
Pada PT.Angkasa Pura I (Persero)
Bandara Ahmad Yani Semarang.
Makalah Seminar Kerja Praktek Teknik
Eletro Universitas Diponegoro. Semarang.
[17] Yuliza. (2015). Perancangan pH Meter pada
Boiler HRSG. Jakarta : Universitas Mercu
Bauana.

Anda mungkin juga menyukai