Anda di halaman 1dari 13

PEMBUATAN KONTROL PH DAN LEVEL PADA DIGESTER ASETOGENESIS

SISTEM BIOGAS DUA TAHAP BERBASIS MIKROKONTROLLER

The Manufacturing Of pH Control and Level in Acetogenesys Dygester Two Stages Biogas
System0Based0On0Microcontroller

Cepi Arifin*, Sri Utami**, Purwinda Iriani**


Program Studi D-III Teknik Konversi Energi
Jurusan Teknik Konversi Energi Politeknik Negeri Bandung
Jl Gegerkalong Hilir, Ds. Ciwaruga, Jawa Barat 40012 Telp. (022) 2013789
cepi.arifin.tken14@polban.ac.id

ABSTRAK
Digester dua tahap atau biasa disebut Multi Stage adalah sistem biogas dengan
menggunakan dua digester, dimana digester pertama digunakan untuk proses asetogenesis
kemudian menuju digester kedua sebagai umpan untuk reaksi metanogenesis. Organisme
pada tahapan asetogenesis dipengaruhi oleh kondisi pH. Bakteri asetogenesis optimumnya
bekerja pada pH 5-6 Oleh karena itu dibuat suatu sistem kontrol pH pada digester aseto
dengan berfungsi untuk mengontrol nilai pH pada digester aseto sehingga bakteri bekerja
optimum dan pemantauan ketinggian level fluida sebagai pengaman pada sistem. Sistem
kontrol pH dan Level ini menggunakan mikrokontroller arduino dengan input berupa pH
sensor df robot sku Sen0160 dan sensor level ultrasonik HC-SR04 kemudian outputnya
berupa solenoid valve dan nilai pengukuran sensor ditampilkan pada LCD (Liquid Crystal
Display). Digester asetogenesis yang dilengkapi dengan kontrol pH dan level ini nilai
setpoint nya tercapai pada hari kedelapan dengan nilai pH = 5,85 dan level digester 19,2 liter
dengan kondisi buzzer on dan solenoid valve off.

Kata kunci : Digester Dua Tahap, Asetogenesis, Sistem Kontrol pH dan Level,
Mikrokontroller.
ABSTRACT
Multi Stage Dygester is making biogas using two digester, where the first digester is
used to acetogenesis procss then second digester is used to methanogenesis process. The
organisms in the acetogenesis stage are affected by pH conditions. The optimum acting

* Mahasiswa Teknik Konversi Energi Politeknik Negeri Bandung


** Dosen Pengajar Teknik Konversi Energi Politeknik Negeri Bandung
bacteria work at pH 5-6 Therefore a pH control system is developed on the aseto acetone to
control the pH value of the aseto so that the bacteria work optimum and to monitor the fluid
level level as the safety of the system. This pH and Level control system uses arduino
microcontroller with pH sensor input and its output is solenoid valve and LCD (Liquid
Crystal Display).

Keywords: Multi Stage Digester, Acetogenesis, pH and Level Control System,


Microcontroller.

I. PENDAHULUAN biogas untuk meningkatkan produksi biogas


Biogas adalah suatu teknologi yang yang maksimal, salah satunya dengan
memanfaatkan proses fermentasi teknologi biogas fermentasi dua tahap. Biogas
(pembusukan) dari material organik kompleks fermentasi dua tahap secara garis besar yaitu
menjadi materi sederhana secara anaerob memisahkan proses asetogenesis yang
(tanpa oksigen) dengan bantuan suatu mikroba. menghasilkan asam asetat dan proses
Bahan baku biogas ialah materi organik seperti metanogenesis yang menghasilkan gas metan.
kotoran manusia, kotoran hewan, sampah yang Proses asetogenesis bereaksi pada nilai
berbentuk organik dan sampah produk pH ≤ 6 sedangkan pada proses metanogenesis
pertanian. bereaksi pada nilai pH = 7. Hal ini disebabkan
Pembentukan biogas yang terjadi pada proses asetogenesis produk yang
dalam satu tahap digester dimana semua dihasilkan adalah asam asetat dan senyawa
tahapan pembentukan biogas terjadi sekaligus asam lainnya yang mempengaruhi nilai pH
didalam satu digester tersebut, yaitu menjadi asam. Nilai pH yang asam
pembentukan asam asetat (proses menyebabkan bakteri metanogen tidak bekerja
asetogenesis) dan pengubahan asam asetat optimal, sehingga mempengaruhi proses
menjadi gas metan (proses metanogenesis). metanogenesis pada produk metan yang
Biogas dengan menggunakan sistem satu dihasilkan (Ambriani, 2014).
tahap memiliki kelemahan yaitu biogas yang Sistem kontrol pH pada kisaran yang
dihasilkan kurang sempurna yang disebabkan tepat diperlukan agar menjadi efisien.
oleh mikroba pembentukan asam asetat dan Pencernaan anaerobik substrat organik
mikroba pembentukan gas metan berada pada memerlukan gabungan kerja beberapa
satu digester sehingga sulit dalam proses kelompok mikroorganisme, dimana bakteri
penguraian oleh masing-masing mikroba. Oleh methanogen ini sensitif terhadap pH rendah.
karena itu, dilakukan pengembangan teknologi Operasi sistem yang tepat dan kontrol proses
2
yang cermat diperlukan untuk memastikan Kandungan komposisi biogas selengkapnya
stabilisasi pH limbah organik yang efisien dan adalah sebagai berikut:
stabil produksi, tetapi juga untuk mencegah Tabel 0.1 Kandungan komposisi biogas
digester dari gangguan dan potensi kegagalan (Juangga, 2007)
sistem (A.R. Labatut, 2011).
Jenis Gas Persentasi
Ketertarikan penulis untuk membuat
Metana0(CH4) 55 – 75 %
sebuah sistem yang dapat mengoptimalkan
produksi biogas inilah yang melatar belakangi Karbon0dioksida0(CO2) 25 – 45 %

penulis mengambil judul “Pembuatan Kontrol Nitrogen0(N2) 0 – 0.3 %


Ph Dan Level Pada Digester Asetogenesis Hidrogen0(H2) 1–5%
Sistem Biogas Dua Tahap Berbasis Hidrogen0sulfisa0(H2S) 0–3%
Mikrokontroller” sebagai objek dalam
Oksigen0(O2) 0.1 – 0.5 %
menyelesaikan Tugas Akhir.

2.2 Digester Dua Tahap


II. TINJAUAN PUSTAKA
Digester dua tahap atau Multi Stage
2.1 Biogas
adalah suatu biogas dengan menggunakan dua
Biogas atau gas bio adalah salah satu
digester, dimana digester pertama digunakan
jenis energi yang dapat dibuat dari berbagai
untuk reaksi hydrolysis, acidogenesis,
jenis bahan buangan dan bahan sisa seperti
acetogenesis dan digester kedua digunakan
sampah, jerami, eceng gondok, kotoran ternak,
untuk reaksi methanogenesis. Organisme pada
limbah tahu dan bahan-bahan lainnya.
tahapan asetogenesis dan metanogenesis
Berbagai jenis bahan organik, baik berasal dari
mempunyai perbedaan dalam kondisi pH
sisa tanaman ataupun kotoran ternak dapat
optimum dan tingkat pertumbuhan. Perbedaan
dijadikan bahan baku biogas. Biogas ini
keadaan optimum tersebut menunjukkan
didapat dari proses perombakan bahan organik
bahwa sistem reaktor dua-tahap lebih unggul
oleh mikroba dalam kondisi tanpa oksigen.
digunakan dalam proses pembuatan biogas.
Proses ini popular dengan nama anaerob,
selama proses ini biogas pun terbentuk
(Muljatiningrum, 2011).
Biogas juga dapat dijadikan sebagai
bahan bakar karena mengandung gas metana

(CH4) dalam presentase yang cukup tinggi.


Gambar 0-1 Digester sistem dua tahap
(Rina. S. Soetopo., dkk ,2010)
3
2.3 Sistem Kontrol sudah disusun dalam satu kesatuan seperti
Sistem kontrol merupakan suatu proses gambar berikut ini.
pengendalian atau pengaturan terhadap suatu
nilai atau terhadap suatu besaran variabel atau
0parameter sehingga berada 0pada suatu 0nilai
atau 0range tertentu. Dalam sistem kontrol
terdapat empat proses yang terjadi, yaitu :
1. Measurement (pengukuran)
2. Comparation (perbandingan)
3. Judgeme (menghitung)
Gambar 0-2 Elektroda pH Meter Modern
4. Correction (mengoreksi)
(Trisna, A. 2015)
2.4 Sensor Keasaman (pH)
Keterangan gambar.
1. Bagian perasa electrode yang terbuat
pH sensor merupakan suatu sensor
dari kaca yang spesifik.
elektronik yang digunakan untuk mengukur
2. Larutan buffer.
nilai pH (keasaman atau alkalinitas) dari suatu
3. Cairan HCL.
cairan. Pada prinsipnya pengukuran nilai suatu
4. Elektroda ukur yang dilapisi perak.
pH adalah berdasarkan pada potensial elektro
5. Tabung gelas elektroda.
kimia yang terjadi pada larutan di dalam
6. Elektroda referensi.
elektroda gelas (membrane glass) yang telah
7. Ujung kawat yang terbuat dari keramik.
diketahui dengan larutan yang terdapat diluar
Sensor yang biasa digunakan untuk
elektroda gelas yang tidak diketahui. Hal ini
mengukur pH yaitu suatu elektroda yang
disebabkan oleh lapisan tipis dari gelembung
sensitif terhadap ion atau disebut juga
kaca akan berinteraksi dengan ion hidrogen
elektroda gelas. Elektroda ini terdiri dari
yang ukurannya relatif kecil dan aktif,
batang elektroda (terbuat dari gelas yang
elektroda gelas tersebut akan mengukur
terisolasi dengan baik) dan membran gelas
potensial elektrokimia dari ion hidrogen atau
(yang berdinding tipis dan sensitif terhadap
disebut juga dengan potential of hidrogen.
ion H+ ). Kedua elektroda ini ada yang berdiri
Pada umunya pH sensor modern sudah
sendiri-sendiri dan ada juga yang tergabung
dilengkapi dengan sensor thermistor
menjadi satu kesatuan, biasa disebut elektroda
temperature yaitu suatu alat untuk
kombinasi. Elemen sensor pengukur pH
mengkoreksi pengaruh temperatur. Antara
terdapat di tengah-tengah, dilingkupi oleh
elektroda pembanding dengan elektroda gelas

4
larutan perak-perak klorida (Ag-AgCl). Modul pH value V1.1 ini didisain
Bagian bawah dari elemen sensor ini khusus untuk kontroler Arduino dan memiliki
berhubungan dengan membran gelas dan built-in yang sederhana, mudah dan praktis
berisi larutan perak-perak klorida koneksi dan fitur. Modul Ini memiliki LED
Secara umum, suatu nilai impedansi yang bekerja sebagai Indikator Power, BNC
keluaran elektroda gelas sangat besar konektor dan PH2.0 antarmuka sensor. Dalam
(disebabkan oleh proses kimia yang terjadi penggunaannya, hanya menghubungkan
pada permukaan elektroda), nianya antara 50- sensor pH dengan konektor BNC, dan pasang
500 MΩ sehingga pada alat pengukur antarmuka PH2.0 ke port input analog dari
diperlukan impedansi masukan yang sangat kontroller Arduino.
besar.

Pada Gambar II.4 menunjukan sensor


pH Sku: Sen0161. Sensor pH ini digunakan
sebagai pengukuran derajat keasaman cairan
yang diuji untuk menentukan apakah cairan
dalam kondisi normal, basa, atau asam.
Gambar ‎0-4 Modul pH Value V1.1
(dfrobot )

Sensor ini mempunyai kriteria dimana


setiap kenaikan hasil pengukuran nilai pH
akan terjadi peningkatan nilai tegangan output
sebesar 0,25 volt/pH sehingga output tegangan
minimum yang dihasilkan yaitu 0 v sampai pH
Gambar 0-3 Sensor pH Sku: Sen0161 bernilai 14 sedangkan tegangan keluaran
(dfrobot) maksimum yang dapat dihasilkan yaitu 3,5
volt saat pH bernilai. Berdasarkan pada
2.5 Modul pH Value V1.1
tegangan keluaran yang dihasilkan oleh sensor
Modul pH value V1.1 merupakan suatu
0 sampai 3,5 volt maka pada perancangannya
modul rangkaian penguat keluaran tegangan
diperlukan rangkaian penguat.
karena jika hanya menggunakan sensor saja
Resolusi yang digunakan pada
maka output yang dihasilkan berupa
pembuatan ini adalah 10 bit. Perhitungan nilai
tegangan yang sangat kecil sehingga sulit
ADC untuk pembuatan ini yaitu
untuk dibaca ADC (Analog to Diigital
Converter).

5
Vinput (K.Alexander, 2011)
ADC output = x 1023
Vreff

Contoh perhitungan nilai ADC pH sensor Dari rangkaian Gambar 0-6, dapat dihitung Vo
0 sebagai berikut:
ADC output (pH = 0) = x 1023
5
𝑹
𝑽𝒐 = 𝟏 + 𝑹𝒇 𝑽𝑰 ………….....….......….(II.2)
=0 𝟏

5 Dengan penguatan Tegangan:


ADC output (pH = 14) = x 1023
5
𝑽𝒐 𝑹𝒇
= 𝟏+ ……………................…..(II.3)
𝑽𝑰 𝑹𝟏
= 1023

Dalam modul ini tersusun dari 2.7 Diferensial Amplifier


beberapa rangkaian penguat op-amp Diferensial Amplifier adalah rangkaian
diantaranya penguat non-inverting dan penguat dimana tegangan keluaran Vo
rangkaian penguat diferensial merupakan hasil dari perbedaan antara dua
masukan tegangan pada terminal non-inverting
2.6 Penguat Non-Inverting
dan inverting itu. Gambar II-6 adalah
Penguat non-inverting merupakan
rangkaian diferensial amplifier.
suatu rangkaian penguat sinyal dengan
karakteristik dasar sinyal output yang
dikuatkan dan memiliki fasa yang sama
dengan sinyal input.
Penguatan ini mampu merespon sinyal
hingga mencapai skala mikrovolt. Rangkaian
dari penguat tak membalik (non-inverting)
Gambar ‎0-7 Diferensial amflifier
seperti Gambar II-5. penguatan tegangan dari
(K.Alexander, 2011)
rangkaian ini adalah 1+R2/R1.

Rumus umum yang berlaku untuk


penguat differensial adalah sebagai berikut:
𝑹𝟐 𝑹𝟑 + 𝑹𝟒
𝑽𝒐 = 𝑽𝟏 𝒙 𝒙 −
𝑹𝟏 + 𝑹𝟐 𝑹𝟑
𝑹𝟒
𝑽𝟐 𝒙 (− …………………………(II.4)
𝑹𝟑

Ketika R2 = R4 dan R3 = R1 maka:


𝑹
Gambar ‎0-5 Non-Inverting amflifier 𝑽𝒐 = (𝑽𝟏 − 𝑽𝟐 ) 𝒙 (𝑹𝟒 ) ……….....(II.5)
𝟑

6
2.8 Ultrasonik HC-SR04 sebagai transmitter gelombang ultrasonic
Sensor ultrasonik ini merupakan suatu dan transducer yang kedua berfungsi
sensor yang berfungsi untuk mengubah sebagai receiver. Pin yang tersedia pada
besaran fisis (bunyi) menjadi besaran listrik modul ini yaitu pin VCC, TRIG, ECHO
atau sebaliknya. Prinsip kerja dari sensor ini dan GND (Winasis, dkk, 2014 ).
berdasarkan pada prinsip dari pantulan suatu
2.9 Cara Kerja Sensor Ultrasonik
gelombang suara sehingga dapat digunakan
untuk menafsirkan eksistensi (jarak) suatu
benda dengan frekuensi tertentu. Sensor ini
dikenal sebagai sensor ultrasonik karena
sensor ini menggunakan gelombang
ultrasonik (bunyi ultrasonik).
Gelombang ultrasonik merupakan
suatu gelombang bunyi yang mempunyai Gambar 0-9 Cara kerjas sensor ultrasonik
frekuensi sangat tinggi yaitu 20.000 Hz. Bunyi (Hari, 2015)
ultrasonik tidak dapat di dengar oleh telinga Gelombang ultrasonik ini
manusia. Bunyi ultrasonik dapat didengar oleh dibangkitkan melalui suatu komponen
anjing, kucing, kelelawar, dan lumba-lumba. elektronika yaitu piezoelektrik. Piezoelektrik
Bunyi ultrasonik bisa merambat melalui zat ini menghasilkan gelombang ultrasonik
padat, cair maupun gas. (umumnya berfrekuensi 40kHz) ketika
suatu osilator dipasang pada benda tersebut.
Pada umumnya, alat ini akan memancarkan
gelombang ultrasonik menuju suatu area
atau target. Setelah gelombang menyentuh
permukaan target, maka target akan
memantulkan kembali gelombang tersebut.
Gelombang pantulan dari target akan
Gambar 0-8 Sensor ultrasonic HC-SR04
ditangkap oleh sensor, setelah itu sensor
(Elecfreaks )
menghitung selisih waktu antara pengiriman
Secara umum, sensor ultrasonik ini gelombang dengan gelombang pantul yang
berbentuk modul papan elektronik berukuran diterima. Karena kecepatan bunyi ialah 340
kecil yang dilengkapi dengan beberapa m/s, maka persamaan untuk mencari jarak
rangkaian elektronik dan dua buah berdasarkan ultrasonik adalah :
transducer. Transducer pertama diguanakan S = (0.034 *t) /2 CM
7
dimana S adalah jarak antara sensor ultrasonik  Persamaan untuk menghitung jaraknya
dengan benda (bidang pantul), dan t adalah adalah S = (0.034 *t) /2 cm.
selisih waktu pemancaran gelombang oleh
transmitter dan gelombang pantul yang III. METODELOGI
diterima receiver.
Dalam tahapan pembuatan kontrol pH
HC-SR04 merupakan modul sensor
dan level pada digester asetogenesis sistem
ultrasonik yang siap pakai, satu alat yang
biogas dua tahap berbasis mikrokontroller ini
berfungsi sebagai pengirim, penerima, dan
dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :
pengontrol gelombang ultrasonik. Alat ini
dapat digunakan untuk mengukur jarak benda IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
dari 2cm - 4m dengan akurasi 3mm. 4.1 Pengujian Kontrol pH dan Level
Pengujian ini bertujuan untuk
mengetahui kondisi dua kontrol ketika
digabungkan dengan dua buah set point.
Pengujian ini dilakukan pada digester
asetogenesis dengan berisi fluida limbah tahu
Gambar 0-10 Timing HC-SR04
dan dicampur dengan kotoran sapi sebagai
(Hari, 2015)
starternya. Output kondisi ini menggunakan
Gambar II-7 adalah visualisasi dari sinyal
lampu AC
yang dikirimkan oleh sensor HC-SR04.
Prinsip kerja dari timing HC-SR04 adalah
sebagai berikut:
 Ketika pin Trigger mendapatkan
tegangan positif selama 10µS, maka
sensor akan mengirimkan 8 step sinyal
ultrasonik dengan frekuensi 40kHz. Gambar IV-0-11 Pengujian Kontrol pH dan
 Kemudian, sinyal akan ditangkap oleh Level
pin Echo. Pengujian kontrol pH dan level ini
 Untuk mengukur jarak benda yang dilaukan di Laboratorium teknik konservasi
memantulkan sinyal tersebut, selisih energi. Pengujian dilakukan saat nilai pH
waktu ketika mengirim dan menerima berada diatas nilai setpioint. Nilai set point pH
sinyal digunakan untuk menentukan = 5,7 set point level = 20 liter dan 80 liter
jarak benda tersebut

8
Tabel IV.2 Pengujian kontrol pH dan level 75 7 4,5
7 4,43 off off
3,4 6
saat pengisisan
75 7 4,5
8 4,42 off off
Sigh Lev 3,4 6
Kond Kondi
t el pH pH 75 7 4,5
N isi si 9 4,42 off off
Glas sens sens met 3,4 6
o Buzze Solen
ss or or er 1 75 7 4,5
r oid 4,42 off off
(L) (L) 0 3,4 6
4,8
1 19,8 20,3 4,93 on off
9
4,8 Tabel IV.4 Pengujian Kontrol pH dan
2 24 22 4,93 off off
9 Level pada hari ketiga
4,8
3 35 34,8 4,94 off off Sigh Lev
9 Kond Kondi
t el pH pH
40,3 4,8 N isi si
4 40 4,95 off off Glas sens sens met
8 9 o Buzze Solen
ss or or er
5,0 r oid
5 41 41 5,04 off off (L) (L)
5
4,6
5,0 1 75 72,1 4,5 off off
6 43 43,2 5,10 off off 3
5
4,6
5,1 2 75 72,1 4,5 off off
7 45 44,7 5,15 off off 3
3
4,6
57,7 3 75 72,1 4,5 off off
8 59 5,27 5,2 off off 3
1
4,6
9 68 67 5,26 5,2 off off 4 75 72,1 4,5 off off
3
1
70 71 5,26 5,2 off off 4,6
0 5 75 72,1 4,5 off off
3
4,6
6 75 72,1 4,5 off off
Tabel IV.3 Pengujian Kontrol pH dan Level 3
4,6
pada hari kedua 7 75 72,1 4,5 off off
3
Sigh Lev 4,6
Kond Kondi 8 75 72,1 4,5 off off
t el pH pH 3
N isi si 4,6
Glas sens sens met 9 75 72,1 4,5 off off
o Buzze Solen 3
ss or or er
r oid 1 4,6
(L) (L) 75 72,1 4,5 off off
4,5 0 3
1 75 73,4 4,43 off off
6
75 7 4,5
2 4,43 off off
3,4 6
75 7 4,5
3 4,43 off off
3,4 6
75 7 4,5
4 4,43 off off
3,4 6
75 7 4,5
5 4,43 off off
3,4 6
75 7 4,5
6 4,43 off off
3,4 6

9
Tabel IV.5 Pengujian Kontrol pH dan 5,4
7 75 72,1 5,34 off off
1
Level pada hari keempat
5,4
8 75 72,1 5,34 off off
Sigh Lev 1
Kond Kondi
t el pH pH 5,4
N isi si 9 75 72,1 5,34 off off
Glas sens sens met 1
o Buzze Solen
ss or or er 1 5,4
r oid 75 72,1 5,34 off off
(L) (L) 0 1
5,1
1 75 72,1 5,06 off off
2
5,1 Tabel IV.7 Pengujian Kontrol pH dan
2 75 72,1 5,06 off off
2 Level pada hari keenam
5,1
3 75 72,1 5,06 off off Sigh Lev
2 Kond Kondi
t el pH pH
5,1 N isi si
4 75 72,1 5,06 off off Glas sens sens met
2 o Buzze Solen
ss or or er
5,1 r oid
5 75 72,1 5,06 off off (L) (L)
2
5,6
5,1 1 75 72,1 5,52 off off
6 75 72,1 5,06 off off 4
2
5,6
5,1 2 75 72,1 5,52 off off
7 75 72,1 5,06 off off 4
2
5,6
5,1 3 75 72,1 5,52 off off
8 75 72,1 5,07 off off 4
2
5,6
5,1 4 75 72,1 5,52 off off
9 75 72,1 5,07 off off 4
2
5,6
1 5,1 5 75 72,1 5,52 off off
75 72,1 5,07 off off 4
0 2
5,6
6 75 72,1 5,52 off off
4
Tabel IV.6 Pengujian Kontrol pH dan 5,6
7 75 72,1 5,52 off off
4
Level pada hari kelima
5,6
8 75 72,1 5,52 off off
Sigh Lev 4
Kond Kondi
t el pH pH 5,6
N isi si 9 75 72,1 5,52 off off
Glas sens sens met 4
o Buzze Solen
ss or or er 1 5,6
r oid 75 72,1 5,52 off off
(L) (L) 0 4
5,4
1 75 72,1 5,34 off off
1
5,4
2 75 72,1 5,34 off off
1
5,4
3 75 72,1 5,34 off off
1
5,4
4 75 72,1 5,34 off off
1
5,4
5 75 72,1 5,34 off off
1
5,4
6 75 72,1 5,34 off off
1

10
Tabel IV.8 Pengujian Kontrol pH dan Level 5,8 5,9
7 20 19,2 on off
5 2
pada hari ketujuh
5,8 5,9
8 20 19,2 on off
Sigh Lev 5 2
Kond Kondi
t el pH pH 5,8 5,9
N isi si 9 20 19,2 on off
Glas sens sens met 5 2
o Buzze Solen
ss or or er 1 5,8 5,9
r oid 20 19,2 on off
(L) (L) 0 5 2
5,7
1 75 72,1 5,63 off off
3
5,7 Dari data diatas dapat terlihat bahwa
2 75 72,1 5,63 off off
3 kontrol pH dan level dapat bekerja dengan
5,7
3 75 72,1 5,63 off off baik pada biogas digester dua tahap. Saat nilai
3
5,7 pH sensor yang terdeteksi dalam digester
4 75 72,1 5,63 off off
3
kurang dari set point maka solenoid valve off.
5,7
5 75 72,1 5,63 off off
3 Kemudian apabila nilai pH berada diatas nilai
5,7
6 75 72,1 5,63 off off setpoint dan ketinggian level fluida diatas 20
3
5,7 liter maka limbah tahu mengalir ke digester
7 75 72,1 5,63 off off
3 metano. Seperti pada Tabel IV.10 data ke 1
5,7
8 75 72,1 5,63 off off kondisi buzzer dalam keadaan menyala karena
3
5,7 level limbah tahu dibawah setpoint.
9 75 72,1 5,63 off off
3
1 5,7 Sedangkan data dibawah data ke 1 kondisi
75 72,1 5,63 off off
0 3 buzzer dan solenoid valve dalam keadaan
tertutup. Pada tabel IV.18 keadaan buzzer on
Tabel IV.9 Pengujian Kontrol pH dan Level
karena level limbah tahu berada dibawah set
pada hari kedelapan
point, sedangkan kondisi solenoid valve nya
Sigh Lev
Kond Kondi dalam keadaan off. Data pengujian tabel ini
t el pH pH
N isi si
Glas sens sens met nilai kedua setpoint level dan pH terpenuhi
o Buzze Solen
ss or or er
r oid ssehingga limbah tahu mengalir ke digester
(L) (L)
5,8 5,9 metano.
1 20 19,2 on off
5 2
5,8 5,9
2 20 19,2 on off
5 2 V. KESIMPULAN DAN SARAN
5,8 5,9
3 20 19,2 on off 5.1 KESIMPULAN
5 2
5,8 5,9 Dari hasil penelitian pembuatan
4 20 19,2 on off
5 2
juga pengujian kontrol pH dan level
5,8 5,9
5 20 19,2 on off
5 2 pada biogas ini pengujian dapat diambil
5,8 5,9
6 20 19,2 on off beberapa kesimpulan, yaitu:
5 2

11
1. Kontrol pH dan level ini dapat 2. Dalam pengujian sensor
bekerja dengan baik ketika ultrasonik HC-SR04 pada fluida
ditempatkan di dalam digester air agar mengguanakan spons
2. Nilai setpoint tercapai pada hari agar pembacaan sensor normal.
kedelapan dengan pH = 5,85 3. Masukan limbah tahu pada
dan level digester 19,2 liter digester cobalah dibuat
dengan kondisi buzzer on dan otomatis.
solenoid valve off. 4. Dalam pengaplikasiaan
3. Nilai pengukuran sensor pH dilapangan cobalah memakai
memiliki error 3-10% sumber dari listrik solar-cell
sedangkan pengukuran level 5. Dalam melakukan kalibrasi pH
memiliki nilai error 0 % sensor untuk dilakukan
4. Sensor pH mempunyai beberapa pengujian nilai pH.
resistansi yang besar 50-500
MΩ maka dari itu koneksi
konektor BNC harus
diperhatikan karena arusnya
DAFTAR PUSTAKA
kecil. Ayu, Dyah Anggreini T, dkk, Pengendalian
5. Adanya kemungkinan Kadar Keasaman (pH) Pada
ketidakakuratan pembacaan Pengendapan Tahu Menggunakan
nilai pH dan level karena Kontroler PID Berbasis
elekroda pH ditempatkan pada ATmega32, UNDIP, 2014.
fluida keruh Ferdian0Yudhistira, Aldi, 0Rancang 0Bangun
5.2 Saran Alat Bantu Parkir Mobil
Saran yang dapat disampaikan Menggunakan0Sensor0Jarak
penulis mengenai pembuatan kontrol ini Ultrasonik0Berbasis0Arduino0Uno,
adalah sebagai berikut: Jurnal 0Tugas0Akhir0 Program 0Studi
D-III Teknik 0Telekomunikasi STT
1. Untuk mengembangkan
0Telematika0Telkom Purwokerto.
penyempurnaan desain sensor
Purwokerto, 2014.
pH perhatikan karakteristik dari
GerardiM.H,0The0Microbiology0of0Anaerobi
sensor pH itu karena tidak
c0Digesters. John Willey and Sons, Inc,
semua sensor pH bisa membaca
2003.M. Z. Andri, “Pulse Width
kadar asam kuat.

12
Modulation (PWM),” 25 November Winasis, Ganjar dan Ajub Ajulian, Sensor
2013. [Online]. Available: Ultrasonik Untuk Deteksi Ketinggian
http://andri_mz.staff.ipb.ac.id/pulsewid Air Berbasis Mikrokontroller
th modulation-pwm/. [Diakses 5 April Arduino Pada PT.Angkasa
2017]. Pura0I0(Persero)Bandara0Ahmad0Ya
Noorulil A, Bayu dan Ratna Adil, ni0 Semarang. Makalah Seminar
Rancang0Bangun0Model0Mekanik Kerja Praktek Teknik Eletro
Alat0untuk0Mengukur0Kadar0Keasam Universitas Diponegoro. Semarang,
an0Sus0Cair0Sari0Buah0dan0Soft 2014
Drink.0Jurnal0Teknik0Elektronika Yuliza, Perancangan pH Meter pada Boiler
Politeknik Elektronika Negeri HRSG. Jakarta , Universitas Mercu
Surabaya, Surabaya. Bauana. 2015
Nurbaniah, Siti , Identifikasi0Waktu0Retensi0
Proses0Asetogenesissistem0Biogas0D
ngan0Metanogenesis0Berbahan0Baku
0Limbah0Cair0Tahu. Bandung, 0
Politeknik0Negeri0Bandung, 2016
Rizki, Pajar, Sistem Kendali
Temperatur,Pemantauan PH Dan
Akuisisi Data Berbasis Mikrokontroller
Atmega8 Di Digester Biogas, Bandung,
Politeknik Negeri Bandung, 2013.
Santoso, Hari, Panduan Praktis Arduinon
Untuk Pemula. Trenggalek : Elang
Sakti, 2015
Suyitno, dkk, 0Teknologi 0Biogas 0: 0
Pembuatan, 0Operasional, 0dan
Pemanfaatan0, Yogyakarta,
Graha0Ilmu,2010 Wahyuni, Sri,
0Ringkasan0Makalah0Biogas0Energi0
Terbar ukan,0Ramah
Lingkungan,0dan0Berkelanjutan.0Jaka
rta,0KIPNAS, 0 2011.

13

Anda mungkin juga menyukai