Anda di halaman 1dari 19

KEBIJAKAN PELAKSANAAN

PROGRAM KELUARAGA BERENCANA

Makalah ini Dibuat untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Analisis Kebijakan Kesehatan Lanjut (AKK)

Dosen Pengampu :

Nizwardi Azkha, SKM,MPPM,MPd, MSi, C.EIA, C.NLP, CHt

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2:

1. Novia Ramadanis (2013201045)


2. Asmita Latif (
3. Fadilah Indah Sari (

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

STIKES ALIFAH PADANG


2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat serta kehendak-nyalah kami kelompok 7 dapat menyusun dan menyelesaikan makalah
ini. Walaupun dalam menyelesaikan makalah ini banyak kesulitan yang kami hadapi, namun
berkat kerja sama kelompok yang baik sehingga kami dapat menyelesaikan tepat pada
waktunya.

Tugas ini diajukan sebagai salah satu pemenuhan tugas kelompok mata kuliah AKK
Lanjut yang dibimbing oleh dosen mata kuliah ISO bapak Nizwardi Azkha,
SKM,MPPM,MPd, MSi, C.EIA, C.NLP, CHt.

Kami menyadari, bahwa makalah ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang
positif agar makalah ini menjadi lebih baik. Harapan kami, semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan berguna bagi para pembaca ke depannya.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk terbanyak di dunia.


Ledakan penduduk ini terjadi karena laju pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi.
Kondisi ini jelas menimbulkan dua sisi yang berbeda. Disatu sisi kondisi tersebut bisa
menjadi salah satu kekuatan yang besar untuk Indonesia. Tetapi di satu sisi kondisi
tersebut menyebabkan beban negara menjadi semakin besar. Selain menjadi beban
negara juga menimbulkan permasalahan lain. Banyaknya jumlah penduduk yang tidak
disertai dengan ketersediaan lapangan pekerjaan yang mampu menampung seluruh
angkatan kerja bisa menimbulkan pengangguran, kriminalitas, yang bersinggungan
pula dengan rusaknya moralitas masyarakat.
Karena berhubungan dengan tinggi rendahnya beban negara untuk
memberikan penghidupan yang layak kepada setiap warga negaranya, maka
pemerintah memberikan serangkaian usaha untuk menekan laju pertumbuhan
penduduk agar tidak terjadi ledakan penduduk yang lebih besar. Salah satu cara yang
dilakukan oleh pemerintah adalah dengan menggalakkan program KB (Keluarga
Berencana). Program KB pertama kali dilaksanakan pada masa pemerintahan
Soeharto yaitu saat Orde Baru. Melalui KB masyarakat diharuskan untuk membatasi
jumlah kelahiran anak, yaitu setiap keluarga memiliki maksimal dua anak. Tidak
tanggung-tanggung, KB diberlakukan kepada seluruh lapisan masyarakat, dari lapisan
bawah hingga lapisan atas dalam masyarakat. Oleh sebab itu makalah ini disusun
untuk mengetahui seluk beluk mengenai penyelenggaraan KB di Indonesia, mulai dari
sejarah, proses pelaksanaan, kelebihan dan kekurangan dari KB, serta dampak positif
maupun dampak negatf dari pelaksanaan KB.
Ada tiga kebijakan pokok yang ditempuh BKKBN dalam pengembangan
program Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK)
di tahun 2020. Kebijakan yang tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2020
sesuai dengan Peraturan Menteri PPN/Bappenas Nomor 2 Tahun 2019 tersebut adalah
: Pertama, meningkatkan akses dan kualitas pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan
Kesehatan Reproduksi (KR); Kedua, menguatkan tata kelola program KKBPK; (3)
meningkatkan akses terhadap layanan dan data kependudukan.
Kebijakan yang ditempuh BKKBN di tahun 2020 ini tentu berkaitan erat
dengan capaian program KKBPK Tahun 2019 yang dinilai oleh Kepala BKKBN
Pusat dr. H. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) cukup memprihatinkan. Survei Kinerja dan
Akuntabilitas Pemerintah (SKAP) menunjukkan, hanya ada satu dari lima sasaran
strategis program KKBPK Tahun 2019 yang dapat mencapai target, yakni
penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) yang mencapai 24,6 persen
dari target 23,5 persen.

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian KB
 Upaya peningkatkan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil yang
bahagia sejahtera (Undang-undang No. 10/1992).
 Keluarga Berencana (Family Planning, Planned Parenthood) : suatu usaha untuk
menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai
kontrasepsi.
 WHO (Expert Committe, 1970), tindakan yg membantu individu/ pasutri untuk:
Mendapatkan objektif-obketif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan dan
menentukan jumlah anak dalam keluarga.

B. Tujuan Program KB
a. Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekutan sosial
ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar
diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya.
b. Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan,
peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.

Kesimpulan dari tujuan program KB adalah: Memperbaiki kesehatan dan


kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan bangsa; Mengurangi angkakelahiran untuk menaikkan
taraf hidup rakyat dan bangsa; Memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan
KR yang berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak
serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.

C. Tujuan KB Berdasar RENSTRA 2005-2009 meliputi:


1. Keluarga dengan anak ideal
2. Keluarga sehat
3. Keluarga berpendidikan
4. Keluarga sejahtera
5. Keluarga berketahanan
6. Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya
7. Penduduk tumbuh seimbang (PTS)

D. Sasaran Program KB
Sasaran program KB tertuang dalam RPJMN 2004-2009 yang meliputi:
1. Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14 persen per
tahun.
2. Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per perempuan.
3. Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan
kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi (unmet need)
menjadi 6 persen.
4. Meningkatnya pesertaKB laki-laki menjadi 4,5persen.
5. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif,
dan efisien.
6. Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21
tahun.
7. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak.
8. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera-1
yang aktif dalam usaha ekonomi produktif.
9. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan
pelayanan Program KB Nasional.

E. Ruang Lingkup KB
Ruang lingkup KB antara lain:
1. Keluarga berencana
2. Kesehatan reproduksi remaja;
3. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga;

4. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas;

5. Keserasian kebijakan kependudukan;

6. Pengelolaan SDM aparatur;


7. Penyelenggaran pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan;

8. Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur negara.

9. Mengadakan penyuluhan KB, baik di Puskesmas maupun di masyarakat


(pada saat kunjungan rumah, posyandu, pertemuan dengan kelompok
Pembinaan Kesejahteraan Keluarga, dasawisma dan sebagainya). Termasu ke
dalamnya kegiatan penyuluhan ini adalah konseling untuk PUS.

10. Menyediakan dan pemasangan alat-alat kontrasepsi, memberikan


pelayanan pengobatan efek samping KB.

11. Mengadakan kursus keluarga berencana untuk para dukun bersalin.


Dukun diharapkan dapat bekerjasama dengan Puskesmas dan bersedia menjadi
motivator KB untuk ibu-ibu yang mencari pertolongan pelayanan dukun.

F. Strategi Program KB
Strategi program KB terbagi dalam dua hal yaitu:
1. Strategi dasar
2. Strategi operasional

a) Strategi dasar
Lima grand strategi (strategi dasar) yang merupakan program utama dalam
mensukseskan Keluarga Berencana Nasional guna mewujudkan keluarga kecil
bahagia sejahtera.
1) menggerakkan dan memberdayakan seluruh masyarakat dalam program KB,
2) menata kembali pengelolaan KB,
3) memperkuat sumber daya manusia operasional program KB,

4. meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga melalui pelayanan KB

5. meningkatkan pembiayaan program KB.

Untuk menggerakkan dan memberdayakan seluruh masyarakat dalam program KB


haruslah tokoh masyarakat dan tokoh agama aktif pada setiap desa serta
pelayanan KB berkualitas disetiap desa atau kelurahan tertinggal dan
terpencil serta di perbatasan, memberikan promosi dan konseling
kesehatan reproduksi.

Program KB yang terintegrasi dengan outcome yang jelas, sitem informasi


yang up to date, fasilitas, advokasi dan supervise dari Pusat untuk
daerah, jejaring kerja yang aktif dengan mitra kerja serta adanya
dukungan pemda dengan membuat perda ini semua merupakan bentuk menata
kembali pengelolaan KB.

Memperkuat SDM operasinal KB dengan mengelola KB untuk setiap kecamatan


serta petugas KB dengan jumlah yang memadai dengan kompetensi yang baik
dan petugas lapangan KB maupun petugas KB terlatih untuk setiap desa
atau kelurahan.

Meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga melalui KB untuk


seluruh keluarga dengan balita, aktif jadi anggota badab KB, pra
keluarga sejahtera anggota unit pembinaan dan peningkatan keluarga
sejahtera punya usaha ekonomi produktif, kelompok percontohan bina
keluarha remaja untuk setiap kecamatan serta bina lingkungan keluarga
untuk kabupaten/kota.

Sedangkan untuk meningkatkan pembiayaan program KB dengan


memprioritaskan peanggaran dari pusat ke daerah, sistem pembiayaan
terutama bagi rakyat miskin serta alat/obat kontrasepsi dengan harga
terjangkau disetiap kecamatan.

b). Strategi operasional


 Peningkatan kapasitas sistem pelayanan Program KB Nasional
 Peningkatan kualitas dan prioritas program
 Penggalangan dan pemantapan komitmen
 Dukungan regulasi dan kebijakan
 Pemantauan, evaluasi, dan akuntabilitas pelayanan
1. Program Keluarga Berencana

a) Pengembangan kebijakan tentang pelayanan KB, KIE peran serta


masyarakat dalam KB dan kespro

b) Peningkatan akses dan pelayanan KB dan kespro

c) Peningkatan penggunaan kontrasepsi yang efektifdan efisien

d) Penyediaan alat, obat dan cara kontrasepsi dengan memprioritaskan


keluarga miskin

e) Penyelenggaraan promosi dan pemenuhan hak-hak kespro termasuk KIE dan


konseling.

2. Program Kesehatan Reproduksi Remaja

a) Pengembangan kebijakan pelayanan KRR bagi remaja

b) Penyelenggaraan promosi KRR, pemahaman dan pencegahan dan bahaya


NAPZA, termasuk KIE dan konseling bagi masyarakat, keluarga dan remaja

c) Penguatan dukungan dan partisipasi masyarakat terhadap


penyelenggaraan program KRR yang mandiri.

3. Program Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga

a) Pengembangan dan memantapkan ketahanan dan pemberdayaan keluarga

b) Penyelenggaraan advokasi, KIE dan konseling bagi keluarga

c) Pengembangan pengetahuan dan keterampilan kewirausahaan melalui


pelatihan teknis
d) Pengembangan cakupan dan kualitas UPPKS

e) Pengembangan cakupan dan kualitas kelompok binakeluarga bagi keluarga


dengan balita, remaja dan lanjutusia

4. Penguatan Pelembagaan Keluarga Kecil Berkualitas

a) Pengembangan sistem pengelolaan dan informasi (personil, sarana dan


prasarana) untuk mendukung keterpaduan program

b) Peningkatan kemampuan tenaga lapangan dan kemandirian kelembagaan KB


yang berbasis masyarakat

c) Pengelolaan data dan informasi keluarga berbasis data mikro

d) Pengkajian dan pengembangan serta pembinaan dan supervise pelaksanaan


program

G. Dampak Program KB Terhadap Pencegahan Kelahiran


Program keluarga berencana memberikan dampak, yaitu :

1. penurunan angka kematian ibu dan anak;

2. Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi;

3. Peningkatan kesejahteraan keluarga; Peningkatan derajat kesehatan;

4. Peningkatan mutu dan layanan KB-KR;

5. Peningkatan sistem pengelolaan dan kapasitas SDM;

6. Pelaksanaan tugas pimpinan dan fungsi manajemen dalam penyelenggaraan


kenegaraan dan pemerintahan berjalan lancar.
Selama kurun waktu 1971-1980 jumlah penduduk mengalami pertumbuhan dari
118,0 juta orang pada tahun 1971 menjadi 147,5 juta orang pada tahun
1980. Dengan demikian rata-rata laju pertumbuhan penduduk pada kurun
waktu 1971-1980 adalah sebesar 2,32% per tahun. Sedangkan jumlah
penduduk pada tahun 1990 sebesar 179,9 juta orang. Oleh karena itu,
rata-rata laju pertumbuhan penduduk telah turun menjadi 1,97% per tahun
dalam kurun waktu 1980-1990. Jumlah penduduk pada tahun 1992
diperkirakan berjumlah 186,0 juta orang dengan laju pertumbuhan penduduk
sebesar 1,70%. Laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,70% ini masih
diupayakan penurunannya di masa yang. akan. datang sehingga dapat
mendukung peningkatan kesejahteraan penduduk.

Laju pertumbuhan penduduk dipengaruhi .oleh tingkat kelahiran, di


samping tingkat kematian, oleh karena itu salah satu usaha untuk
menurunkan laju pertumbuhan penduduk adalah melalui upaya penurunan
tingkat ,kelahiran. Usaha penurunan angka kelahiran secara langsung
dilakukan melalui program keluarga berencana.

Pada akhir Repelita IV angka kelahiran kasar adalah sebesar 28,7


kelahiran per seribu penduduk dan diperkirakan akan mengalami penurunan
menjadi 24,9 kelahiran per seribu penduduk pada tahun 1992. Seperti
halnya angka kelahiran, maka angka fertilitas total juga mengalami
penurunan. Hal tersebut menunjukkan kecenderungan makin kecilnya jumlah
anak yang dilahirkan oleh seorang wanita selama hidupnya. Pada tahun
1980 angka fertilitas total sebesar 4,6 anak per wanita umur 15-49 tahun
dan diperkirakan mengalami penurunan menjadi 2,9 anak per wanita pada
tahun 1992.

Penurunan angka kelahiran dan angka fertilitas merupakan ha¬sil usaha


pembangunan di berbagai bidang. Pelaksanaan program KB merupakan usaha
yang mempunyai dampak langsung terhadap hasil pencapaian tersebut.
Sementara itu peningkatan taraf hidup masya¬rakat, tingkat pendidikan
dan pelayanan kesehatan juga mempunyai peranan yang penting. Dari data
yang ada diketahui bahwa wanita yang berstatus kawin dan berumur 15-49
tahun hampir seluruhnya telah mengetahui keluarga berencana. Sedangkan
yang pernah mema-kai alat kontrasepsi telah mencapai 68,4%.

Tingkat kematian terutama untuk bayi dan anak lazim dipakai sebagai
indikator keadaan sosial ekonomi masyarakat atau indikator kesejahteraan
rakyat. Angka kematian bayi menurut hasil Sensus Penduduk 1971 adalah
131,2 kematian per seribu kelahiran. Angka tersebut telah mengalami
penurunan menjadi 60 kematian per seribu kelahiran pada tahun 1992.
Dengan turunnya angka kematian tersebut, rata-rata angka harapan hidup
diperkirakan akan meningkat dari 61,5 tahun pada tahun 1990 menjadi 62,3
tahun pada tahun 1992. Penurunan tingkat kematian dan menaiknya angka
harapan hidup ini terutama disebabkan oleh keberhasilan program
kesehatan dalam meningkatkan derajat kesehatan dan gizi penduduk.
Sementara itu, hasil-hasil pembangunan di berbagai sektor juga
memberikan andil yang berarti dalam usaha penurunan tingkat kematian.
Kebijakan dan Strategi Program KB
Salah satu kebijakan dan strategi pembangunan nasional yang tertuang dalam
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2020 Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024, antara
lain melalui Peningkatan Kesehatan Ibu, Anak, Keluarga Berencana (KB) dan
Kesehatan Reproduksi, mencakup: perluasan akses dan kualitas pelayanan
KB serta kesehatan reproduksi (kespro) sesuai karakteristik wilayah yang
didukung oleh optimalisasi peran sektor swasta dan pemerintah melalui:

1. advokasi, komunikasi, informasi, edukasi (KIE) Program Kependudukan,


KB dan Pembangunan Keluarga (KKBPK/Bangga Kencana) dan
konseling KB dan Kespro;
2. peningkatan kompetensi Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) dan
Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB), tenaga lini lapangan,
dan tenaga kesehatan dalam pelayanan KB;
3. penguatan fasilitas pelayanan kesehatan, jaringan dan jejaring fasilitas
pelayanan kesehatan serta upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat; dan
4. peningkatan KB pasca persalinan
Selanjutnya untuk mencapai tujuan program KB, ada dua jalur strategi
program KB saling terkait yang perlu diperkuat yaitu:
1. Meningkatkan permintaan ber-KB dari masyarakat pasangan usia subur,
dan
2. Memenuhi permintaan ber-KB melalui pelayanan kontrasepsi yang aman
dan bermutu
Strategi meningkatkan permintaan ber-KB dari masyarakat pasangan usia
subur dilakukan melalui kegiatan advokasi, komunikasi, informasi dan
edukasi. Kegiatan di program ini menjadi tanggung jawab jajaran Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Sedangkan
strategi memenuhi permintaan ber-KB dilakukan melalui program layanan
kontrasepsi yang berkualitas. Kegiatan ini menjadi tanggung jawab di
jajaran Kementerian Kesehatan. BKKBN dan Kemenkes perlu bekerja
sama dan berkoordinasi dalam menyelenggarakan dan menjalankan
program KB.
Prinsip yang perlu diperhatikan dalam strategi peningkatan akses dan
kualitas pelayanan KB adalah sebagai berikut:
1. Pelayanan kontrasepsi dilakukan secara aman dan bermutu sesuai
standar profesi dan etik, berkelanjutan, dan dapat menjangkau atau
terjangkau masyarakat;
2. Pasangan usia subur tanpa memandang status sosial-ekonomi dan
tempat tinggal mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan akses
layanan KB dan KR;
3. Membangun pemahaman pasangan usia subur melalui konseling
informasi KB sehingga pasangan usia subut mampu memilih kontrasepsi
sesuai dengan kebutuhan kesehatan mereka; dan
4. Menjamin bahwa kesertaan pasangan usia subur ber-KB dengan
memakai kontrasepsi bersifat sukarela, tanpa paksaan.
Pelayanan kontrasepsi yang aman dan bermutu perlu memenuhi kriteria
berikut:
1. Perlu diberikan oleh tenaga kesehatan terampil yang memiliki standar
kompetensi;
2. Memberikan layanan konseling informasi tentang manfaat kontrasepsi,
kemungkinan gejala samping dan cara mengatasi, dan pilihan
kontrasepsi sesuai dengan kebutuhan kesehatan ibu;
3. Menyediakan kafetaria pilihan kontrasepsi, dan mampu melakukan fasilitasi rujukan efektif ke
tingkat layanan yang lebih tinggi sesuai kebutuhan kesehatan ibu.
Pemberlakuan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sebagai pemenuhan amanat Undang- Undang RI
Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) mulai 1 Januari 2014 bertujuan
mengurangi ketimpangan sosial-ekonomi dalam akses dan mutu layanan Kesehatan, termasuk KB
dan KR. Melalui Permenkes Nomor 59 tahun 2014 Pasal 11 tentang pembiayaan layanan KB,
pemerintah melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) membayar
kepada penyedia atau fasilitas layanan Kesehatan akan klaim hasil pelayanan. Pasien mengeluarkan
uang pribadi hanya jika memasang KB di fasilitas pelayanan kesehatan swasta atau di fasilitas
layanan bukan anggota BPJS.
Strategi Pendekatan dan Cara Operasional Pelaksanaan Program KB
Strategi tiga demensi pogram Keluarga Berencana sebagai pendekatan program
Keluarga Berencana Nasional. Strategi ini diharapkan atas dasar survey terhadap
kecenderungan respon pasangan usia subur (PUS) di Indonesia terhadap ajakan Komunikasi,
Informasi dan Edukasi (KIE), untuk ber Berkeluarga Berencana (KB). Strategi tiga demensi
ini juga diterapkan untuk merespon kemendesakannya untuk secepatnya menurunkan (Total
Fertility Rate) TFR dan membudayakan NKKBS sebagai norma program Keluarga
Berencana Nasional (KBN), (Elysara & Rusnaini, 2018).
1. Tahap Perluasan Jangkauan
2. Tahap Pelembagaan
3. Tahap pembudayaan Program KB
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Elysara, N., & Rusnaini, S. (2018). Pelaksanaan Program Keluarga


Berencana Alam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga Di
Tanah Tumbuh Kabupaten Bungo. Ikraith, 2(3), 96–101.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2020-


2024

Permenkes Nomor 21 tahun 2021, tentang Tentang Penyelenggaraan


Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan,
Dan Masa Sesudah Melahirkan, Pelayanan Kontrasepsi, dan Pelayanan
Kesehatan Seksual

Peraturan Kepala BKKBN Nomor 10 tahun 2018, tentang


peneyelenggaraan

https://www.wawasanpendidikan.com/2014/08/Makalah-Program-Keluarga-Berencana-di-
Indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai