Anda di halaman 1dari 4

Uraian Tugas Kelompok

1. Per kelompok terdiri dari maksimal 20 orang, terdiri dari


a. Minimal 7 orang hakim MK
b. 2 orang kuasa hukum pemohon
c. 3 orang termohon (pemberi keterangan dari DPR/Presiden)
d. 2 orang ahli dari pemohon
e. 2 orang ahli dari termohon
f. Sisa dari tim berperan sebagai ahli baik pemohon dan termohon
2. Setiap kelompok diwajibkan membuat berkas
a. Permohonan (formil dan materiil)
b. Jawaban dari termohon
c. Ahli dari pemohon dan termohon membuat berkas keterangan ahli
d. Membuat bukti dengan kode “P-x”, contoh: P-1, P-2, dst.
3. Setiap kelompok melaksanakan hukum acara MK perkara Pengujian Undang-Undangan
(PUU)
KASUS POSISI HAMK Kp C dan D

Terbitnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (selanjutnya
disebut “UU ASN”) membawa angin perubahan bagi penyelenggaraan keaparaturan sipil negara.
Pembentukan UU ASN didasari pertimbangan untuk melaksanakan cita-cita bangsa dan
mewujudkan tujuan negara sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut “UUD NRI 1945”) yaitu
pembangunan ASN yang memiliki integritas, profesional, netral dan bebas dari intervensi politik,
bersih dari praktik KKN, serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan
mampu menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan
Pancasila dan UUD NRI 1945. Selain itu, pelaksanaan manajemen ASN yang belum berdasarkan
pada perbandingan antara kompetensi dan kualifikasi yang diperlukan oleh jabatan dengan
kompetensi dan kualifikasi yang dimiliki calon dalam rekrutmen, pengangkatan, penempatan, dan
promosi pada jabatan sejalan dengan tata kelola pemerintahan yang baik, menjadi urgensi
pembentukan UU ASN.
Salah satu substansi pengaturan yang dinilai sangat reformis dalam UU ASN yaitu ikhwal
pengisian jabatan pimpinan tinggi yang dilakukan secara terbuka dan kompetitif atau yang sering
disebut dengan „lelang jabatan‟. Lelang jabatan diatur dalam Pasal 108 sampai dengan Pasal 118
UU ASN. Pada pokoknya, substansi lelang jabatan dalam dalam UU ASN, yaitu:
1. Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian, kesekretariatan
lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah dilakukan secara terbuka dan
kompetitif di kalangan PNS;
2. Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya dilakukan pada tingkat nasional;
3. Pengisian jabatan pimpinan tinggi pratama dilakukan secara terbuka dan kompetitif di
kalangan PNS dengan memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan,
pendidikan dan pelatihan, rekam jejak jabatan, dan integritas;
4. Jabatan pimpinan tinggi utama dan madya tertentu dapat berasal dari kalangan non-PNS
dengan persetujuan Presiden yang pengisiannya dilakukan secara terbuka dan kompetitif
serta ditetapkan dalam Keputusan Presiden;
5. Jabatan Pimpinan Tinggi dapat diisi oleh prajurit Tentara Nasional Indonesia dan anggota
Kepolisian Negara Republik Indonesia setelah mengundurkan diri dari dinas aktif apabila
dibutuhkan dan sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan melalui proses secara terbuka
dan kompetitif;
6. Jabatan Pimpinan Tinggi di lingkungan Instansi Pemerintah tertentu dapat diisi oleh
prajurit Tentara Nasional Indonesia dan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia
7. Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi dilakukan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dengan
terlebih dahulu membentuk panitia seleksi Instansi Pemerintah dan berkoordinasi dengan
Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN);
8. Untuk pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan/atau madya, panitia seleksi Instansi
Pemerintah memilih 3 (tiga) nama calon untuk setiap 1 (satu) lowongan jabatan;
9. Presiden memilih 1 (satu) nama dari 3 (tiga) nama calon yang disampaikan untuk
ditetapkan sebagai pejabat pimpinan tinggi utama dan/atau madya.
Dr. Ir. Ahmad Kelsen, MSc, 55 tahun, pegawai di Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral (selanjutnyan disingkat “KESDM”) telah bekerja selama 30 tahun di KESDM. Jabatan
terakhir Dr. Ir. Ahmad Kelsen, MSc sebagai Diretur Teknik di Direktorat Jenderal Mineral dan
Batubara, KESDM. Dr. Ir. Ahmad Kelsen, MSc, merupakan pegawai berprestasi dan gemilang di
KESDM. Konsep-konsep pemikirannya memiliki andil yang besar dalam kemajuan KESDM,
sehingga ia digadang-gadang menjadi kandidat kuat Direktur Jenderal Mineral dan Batubara yang
akan menggantikan Direktur Jenderal saat ini yang akan memasuki usia pensiun 1 (satu) bulan
yang akan datang.
Sebagai pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2015 tentang Percepatan Pengisian
Jabatan Tinggi Pada Kementerian/Lembaga dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2014 tentang Tata Cara
Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Secara Terbuka di Lingkungan Instansi Pemerintah, Menteri
ESDM melakukan pembentukan panitia seleksi pengisian jabatan pimpinan tinggi utama, yaitu
untuk jabatan Direktur Jenderal Mineral dan Batubara, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi,
dan Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional. Pembentukan panitia seleksi pun telah
dikoordinasikan dengan KASN.
Selanjutnya, melalui surat pengumuman nomor 01/PM/SJN/2016, Sekretaris Jenderal
KESDM mengumumkan mengenai adanya seleksi terbuka. Berdasarkan pengumuman Sekretaris
Jenderal tersebut, 50 (lima puluh) orang tercatat mendaftarkan diri untuk 3 (tiga) jabatan yang
dibuka seleksi terbuka. Panitia Seleksi pun melakukan pelaksanaan seleksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Dr. Ir. Ahmad Kelsen, MSc pun mendaftarkan diri
sebagai pelamar seleksi terbuka untuk jabatan Direktur Jenderal Mineral dan Batubara.
Setelah melakukan seleksi tiap-tiap Panitia Seleksi memilih 3 (tiga) orang pelamar untuk
tiap-tiap jabatan pimpinan tinggi yang dibuka untuk dilakukan seleksi terbuka. Kemudian tiap-
tiap 3 (tiga) nama tersebut diajukan ke Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral untuk kemudian
diusulkan kepada Presiden. Presiden pun menerbitkan Kepetusan Presiden mengenai penetapan
nama-nama tertentu untuk menjadi masing-masing Direktur Jenderal Mineral dan Batubara,
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, dan Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional
Terhadap jabatan Direktur Jenderal Mineral dan Batubara ditetapkanlah Prof. Dr. Adam Smith,
S.E.,M.M.,MBA. Ia merupakan Guru Besar Ekonomi Sumber Daya Alam di Institut Pertanian
Bogor. Selain Prof. Dr. Adam Smith, S.E.,M.M.,MBA, ditetapkan pula Dr. Ir. Agus Newton,
M.Eng yang sebelumnya sebagai salah satu direktur perusahaan multinasional yang bergerak di
bidang minyak dan gas bumi; dan Dr. Jonny Diraja, S.H.,M.H yang sebelumnya bekerja sebagai
auditor madya di Badan Pemeriksa Keuangan RI sebagai Sekretaris Jenderal Dewan Energi
Nasional.
Terpilihnya Prof. Dr. Adam Smith, S.E., M.M., MBA menjadi Direktur Jenderal Mineral dan
Batubara membuat Dr. Ahmad Kelsen merasa diperlakukan tidak adil. Pengabdian dan
pengembangan karier yang ia rintis dari paling bawah, yaitu pegawai golongan IIIa hingga sampai
ke golongan IVc serta berbagai jabatan struktural di lingkungan KESDM yang telah menempah
dirinya menjadi pegawai yang memahami sangat baik praktik lapangan tugas pokok dan fungsi
KESDM, khususnya Ditjen Minerba terasa sia-sia. Ditambah lagi berbagai prestasi dan
penghargaan yang diterima selama menjadi pegawai di KESDM. Merasa hak-hak
konstitusionalnya terampas, Dr. Ahmad Kelsen mengajukan permohonan uji materiil ke
Mahkamah Konstitusi terhadap UU ASN. Menurut Dr. Ahmad Kelsen, Pasal 108 dan Pasal 109
UU ASN bertentangan dengan Pasal 27 ayat (2); Pasal 28D ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) UUD
1945. Permohonan teregistrasi dengan nomor perkara: 100/PUU-IV/2023

Permasalahan:
Apakah Pasal 108 dan Pasal 109 UU ASN bertentangan dengan Pasal 27 ayat (2); Pasal 28D ayat
(1), ayat (2), dan ayat (3) UUD 1945?

Anda mungkin juga menyukai